Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mamaku Rini Wulandari

Bimabet
Ayoo suhuu @Antingmama dilanjutt cerita nya...
Setuju sama yang diatas ane, buat baru tapi yang lama jangan ditinggal.
Kalo bisa trit yang lain juga ikut di update, buat sesimple ajah lanjutan nya, biar tambah banyak cerita suhu yang TAMAT :beer:
 
Suhu yang gw hormati....

Alangkah baiknya jika suhu menyelesaikan cerita2 suhu yang belum selesai, baru selesaikan yang ini kalau suhu mau menyambungkannya.....

Ini sih saran, bukan bermaksud menyuruh, karna bukan gw saja yang menunggu cerita suhu yang lainnya yang belum selesai.....

Pasti banyak yang menunggu cerita suhu yang "Perang Bosnia" "Mbak Citra dan Kebaya Mama (Remake)", "Akibat Merusak Gagang Pintu", "Membalas Perbuatan Mamaku"......

Ditunggu ya suhu @Antingmama sambungan cerita yang lainnya......

Sukses juga untuk RL nya.....

Ku nyumbang yg. Merusak gagang pintu (posisinya si ibu mau tobat. So ibu misalnya dg menterapi si anak misal saat anak tidur didengerin
terapi gelombang otak (binaural beats mp3) sedikit demi sdikit menghindari merangsang fetish anakny (makek jilbab saat pengajian, nmbah durasi makai jilbab saat di toko dst). Klo gk salah si anak pdkt dg cewe secampus. Si ibu tinggal ngatur si cewe ini jadi pelampiasan si anak misal dg memberi anting (selama proses semuany tentu ada adegan² hotny)...

.
Yg mbk citra n kebaya. Uda tamat cuman tinggal nambah adegan pas hamil (mbkny tau kenyataan itu n ikut gabung) sampai melahirkan
 
Terakhir diubah:
POV Rini Wulandari
36271750_278063976274460_1664173757024960512_n.jpg


Namaku Rini Wulandari usiaku 45 tahun. Aku adalah seorang Guru PNS mata pelajaran Biologi di salah satu SMA Negeri di Kota Malang. Aku mempunyai 2 orang anak yang sudah dewasa yaitu Yunita dan Agus serta 5 orang anak yang masih balita yaitu si kembar laki-laki Deni dan Dani. Lalu Dina anak perempuan. Lalu yang terakhir ada Nadia dan Nazwa yang baru berusia 3 bulan. Banyak orang bilang bahwa aku termasuk wanita cantik dengan kulit kuning langsat, hidung mancung, mata bulat besar berwarna coklat dan bibir yang merah merekah ditambah tubuh yang montok. Suamiku sendiri Mas Budiawan keturunan Bugis-Makassar adalah seorang pejabat Dinas Keuangan di Pemkot Malang. Dalam keseharian diluar rumah aku memakai jilbab untuk menutupi auratku namun tetap dengan gaya modis kekinian.

Seperti yang sudah diketahui dari cerita sebelumnya bahwa kelima anak balitaku merupakan hasil hubungan gelap dengan almarhum tukang kebunku yaitu Pak Kardi. Aku melakukan perselingkuhan dengannya selama 4 tahun karena kesepian sering ditinggal suamiku pergi dinas ke luar kota. Karena kesepian dan sering digoda oleh Pak Kardi maka aku pun terjerat oleh rayuannya dan menikmati perselingkuhan itu sampai memiliki 5 orang anak.

Sekarang ini aku tidak bisa melakukannya lagi dengan Pak Kardi karena dia dan istrinya Mbok Minah terlibat dalam kecelakaan motor sekitar 2 bulan yang lalu. Aku pun merasa sedih dan terpukul atas kejadian itu karena walau bagaimanapun Pak Kardi adalah "Ayah biologis dari 5 anak balitaku. Saat menghadiri pemakamannya aku pun duduk sambil mengusap nisan makam Pak Kardi dan bilang dalam hati "akan kurawat anak-anak kita hingga besar nanti Pak, semoga dosa-dosamu diampuni oleh Allah SWT". Begitulah kata-kata terakhirku saat mengunjungi makamnya.

Kehilangan Pak Kardi dan Mbok Minah membuatku kelimpungan. Dengan 5 anak balita yang masih kecil-kecil aku pun kewalahan jika harus mengurus rumah dan anak-anak seorang diri, apalagi sebentar lagi jatah cuti melahirkanku akan habis dan aku harus kembali mengajar di sekolah. Melihat diriku yang kerepotan, suamiku pun bergerak cepat mencarikan pembantu, tukang kebun, plus babysitter untuk membantu merawat anak-anakku. Syukurlah tak berapa lama kemudian kami berhasil mendapatkan pekerja baru di rumah kami. Pak Hamdan sebagai tukang kebun baru menggantikan almarhum Pak Kardi. Mbok Lastri sebagai pembantu baru yang menggantikan almarhum Mbok Minah. Serta Yati dan Mirna sebagai babysitter untuk membantu mengasuh 5 anak balitaku yang masih kecil. Setelah urusan mencari pembantu selesai pikiranku pun terasa lebih lega.

Selama 2 bulan setelah kepergian Pak Kardi pelan tapi pasti aku bisa mulai move on melupakan kejadian perselingkuhan itu. Anehnya rasa cintaku pada Kardi yang dulu begitu menggebu-gebu perlahan mulai luntur hingga hilang sama sekali. Aku pun berpikir apakah aku diguna-guna oleh Pak Kardi hingga aku bisa begitu terperdaya oleh rayuannya? Entahlah tapi saat ini sejak kepergian Pak Kardi aku berusaha untuk bertaubat menjadi istri dan Ibu yang baik untuk anak-anakku.

Setelah masa cuti hamilku habis, aku pun kembali ke sekolah untuk mengajar. Saat masuk semua rekan-rekan sesama guru menyambutku dengan sukacita. Murid-muridku pun juga senang dengan kembalinya aku ke sekolah. Di sekolah aku memang dikenal sebagai guru yang tegas namun pengayom jadi tidak mengherankan jika namaku begitu terkenal di sekolahku. Karena aku mengajar Biologi di kelas 3 SMA maka demi persiapan Ujian Nasional saat masuk aku tidak bisa bersantai-santai dan langsung tancap gas memberikan materi yang akan diujikan saat Ujian Nasional tahun depan.

Minggu ini kebetulan jadwalku lumayan padat. Setelah sibuk mengajar di hari Senin-Kamis. Hari Jum'at aku ada rapat Ibu-ibu Muslimat NU Kota Malang. Di hari Sabtunya ada pertemuan orang tua murid anak-anak kelas 3 membahas tentang persiapan Ujian Nasional. Untung Minggu ini anakku Agus yang kuliah di Surabaya akan pulang ke Malang sehingga setidaknya dia bisa membantuku mengurus adik-adiknya dan jadi tukang antar-jemput diriku.

Tak terasa Minggu ini sudah menginjak hari Jum'at. Hari ini Agus akan pulang ke rumah menemaniku karena Papanya sedang ada tugas di luar kota. Walaupun aku tidak memintanya untuk pulang Minggu ini namun sepertinya chemistry antara anak dan Ibu kandung sudah terbangun dengan sendirinya sehingga ketika Agus bilang akan pulang ke rumah aku pun mengiyakan saja. Toh lagipula dia sudah tidak ada jadwal kuliah lagi dan hanya tinggal menyelesaikan skripsinya sehingga dia punya banyak waktu luang untuk membantuku dirumah sekalian jika ingin refreshing dari tekanan skripsi yang membebaninya.

Di Jum'at pagi ini setelah mandi dan sarapan aku pun langsung bersiap-siap ganti baju untuk hadir di acara rapat nanti. Karena ini adalah rapat Ibu-ibu Muslimat NU maka hari ini aku memakai Jilbab dan gamis berwarna hijau sesuai dengan identitas NU yang identik dengan warna hijau. Setelah berdandan rapi aku pun menyempatkan diri untuk bermain-main dengan putri kembarku yang bungsu Nadia dan Nazwa sembari menunggu kedatangan Agus. Tak lama kemudian saat sedang menggendong Nazwa tepat sekitar jam 10 pagi kemudian Agus pun datang dari Surabaya. Kulihat anakku Agus semakin tampan dan gagah saja persis seperti Papanya waktu muda. Setelah mengucapkan salam dan mencium tanganku aku pun pamit pada Agus untuk pergi ke acara rapat organisasi. Awalnya Agus menawarkan diri untuk mengantarkanku ke tempat rapat. Namun karena tak tega melihatnya yang masih kecapean sehabis mengendarai motor dari Surabaya ke Malang maka aku menolaknya dengan halus dan menyarankan dia untuk istirahat dulu sambil menunggu waktu Shalat Jum'at. Setelah memanggil Yati untuk menjaga anak-anakku aku pun pamit pergi meninggalkan rumah menggunakan ojek online.

Sampai di tempat rapat aku pun bertemu dengan Ibu-ibu Muslimat lain dari seantero Kota Malang. Setelah saling bercipika-cipiki dan beramah-tamah sebentar kami pun langsung masuk ke ruang rapat untuk membicarakan acara Bakti Sosial di daerah Kedungkandang Minggu depan. Hari itu kami berdiskusi tentang susunan dan format acara Bakti Sosial di daerah yang terkenal dengan tingkat kriminalitas yang tinggi di Kota Malang. Kami pun berdiskusi sampai sore dan hanya beristirahat untuk Shalat Zhuhur dan makan siang.

Setelah selesai rapat aku pun langsung pamit pulang pada rekan-rekanku yang lain menggunakan ojek online. Sampai dirumah kulihat Agus sedang diruang tengah sambil bersantai menonton TV bersama adik-adiknya. Melihat kepulanganku ke rumah sontak kelima anak balitaku langsung menghampiriku dan memelukku secara bergantian. Agus pun langsung mencium tanganku dan menanyakan kenapa aku pulang sesore ini.
"Mama kok sore banget pulangnya?" Tanya Agus padaku.
"Iya sayang soalnya tadi ada rapat buat acara Bakti Sosial di Kedungkandang buat Minggu depan". Jawabku pada Agus.
"Mama jangan terlalu diforsir kegiatannya, nanti kalo kecapean terus pingsan gimana?". Terlihat ada raut khawatir di wajah tampan Agus.
"Insyaallah Mama kuat kok sayang. Yaudah Mama ke kamar dulu mau mandi sama ganti baju". Kataku lalu berjalan meninggalkannya.
"Iya Ma".

Aku pun masuk ke kamar untuk mandi dan ganti baju. Saat tiba di depan cermin aku pun melenggak-lenggokkan tubuhku sebentar lalu kulepaskan jilbab hijauku beserta ciputnya hingga tergerailah rambutku yang lurus hitam panjang sebahu serta sepasang anting-anting emas cantik di kedua telingaku yang selama ini selalu tertutup oleh jilbab. Selanjutnya kubuka baju gamis dan juga rok panjangku hingga hanya menyisakan BH putih dan celana dalam motif bunga-bunga milikku. Dengan postur tinggi 160 cm, berat 63 kg dan payudara 40D aku merasa tubuhku masih cukup seksi bagi wanita seusiaku walaupun terlihat agak overweight. Hidungku yang mancung dan mataku yang berwarna coklat terang merupakan warisan darah Portugis dari almarhum Kakekku sehingga menambah daya tarik diriku. Setelah puas berlenggak-lenggok di depan cermin aku pun mengambil handuk dan mandi di kamar mandi yang ada di dalam kamarku ini.

Setelah selesai mandi aku pun memakai kaos warna putih tanpa lengan dengan belahan dada agak rendah dan celana pendek warna merah yang hanya menutupi setengah pahaku. Aku pun tidak ragu berpakaian seksi seperti ini di dalam rumah toh malam ini aku tidak kemana-mana dan hanya ada aku dan anak-anakku yang di dalam rumah ini. Pak Hamdan tukang kebunku sudah pulang kerumahnya yang letaknya tak begitu jauh dari rumahku sehingga aku bebas untuk berpakaian apa saja malam ini. Setelah shalat Maghrib berjamaah bersama kami sekeluarga makan malam bersama. walaupun minus anak sulungku Yunita dan Suamiku Mas Budiawan.

Selama makan malam kulihat mata Agus selalu curi-curi pandang ke arah tubuhku. Walaupun dia adalah anak kandungku tetap saja aku merasa agak risih ditatap seperti itu. Aku pun sesekali mengajaknya ngobrol untuk mengalihkan perhatiannya dari tubuhku namun tetap dia selalu memandang ke arah belahan dadaku jika sedang tidak berbicara. Aku pun menyerah dan membiarkan Agus "menelanjangi" tubuhku dengan matanya lagipula toh dia anakku sendiri dan dalam hati terbersit rasa bangga jika tubuhku ini masih mampu menarik perhatian lelaki muda seperti anakku Agus.

Setelah makan malam bersama aku dan Agus bersantai di ruang tengah sambil bermain-main dengan anak-anakku yang lain menonton acara TV. Malam itu aku banyak bertanya pada Agus perihal kuliah dan skripsinya saat ini. Sebagai seorang guru aku memang agak ketat dalam masalah akademik terhadap anak-anakku. Dulu kalo Agus atau Yunita mendapatkan nilai jelek di sekolahnya aku pasti akan menegur mereka dengan tegas hingga mereka mau berubah dan memperbaiki nilainya. Kebiasaanku memantau nilai-nilai anakku pun terbawa hingga mereka kuliah.
"Gus gimana skripsimu sekarang?" Tanyaku padanya.
"Baru bab awal Ma, kemaren udah persetujuan judul sekarang lagi garap Bab 2 sama Bab 3". Jawabnya padaku.
"Kemaren laporan KKN kamu gimana?". Tanyaku kembali.
"Beres Ma, kemaren aku dapet nilai A kok dari dosen hehehehe". Jawabnya dengan bangga sambil tertawa kecil.
"Yaudah kamu cepetan kelarin skripsimu ya terus abis cari kerja biar bisa mandiri terus bisa bantuin adik-adik kamu sekolah". Kataku dengan tegas padanya.
"Iya Ma". Jawab Agus pendek.

Setelah selesai bercakap-cakap dengan Agus dan bermain-main dengan adik-adiknya yang masih balita, tepat jam 9 malam karena kecapean beraktivitas seharian aku pun memutuskan untuk tidur cepat karena besok ada acara pertemuan orang tua murid kelas 3 membahas masalah Ujian Nasional. Setelah menidurkan kelima anak balitaku, aku pun masuk ke kamarku berpisah dengan Agus yang juga naik ke kamarnya yang terletak di lantai 2. Sampai di kamar aku pun membuka seluruh pakaianku dan menggantinya dengan kimono tidur warna biru. Setelah selesak memakai kimono tidur aku pun merebahkan badanku di kasur lalu tertidur pulas karena kelelahan.

Saat tidur aku bermimpi suamiku menggerayangi tubuhku. Aku pun menikmatinya dalam tidurku yang nyenyak. Remasan dan jilatan pada tubuhku begitu terasa nikmat dan memabukkan. Aku pun sesaat terbuai oleh kenikmatan tersebut. Namun tak berapa lama kemudian aku mulai tersadar ketika ada benda tumpul hangat masuk ke dalam vaginaku. "Oh tidak sepertinya ini bukan mimpi" kataku dalam hati. Saat kubuka mataku aku kaget setengah mati.

"AGUS!" Ya ternyata Agus lah yang menggerayangi tubuhku tadi bahkan sekarang dia telah berhasil memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. "Oh tidak ini tidak boleh terjadi, dia adalah anakku dan hubungan incest ini jelas-jelas salah dari sisi agama dan berisiko tinggi dari sisi medis". Kataku dalam hati. Aku pun mencoba meronta-ronta supaya penisnya yang besar itu terlepas dari vaginaku. Namun gerakan merontaku justru membuat Agus tambah keenakan dan semakin membenamkan penisnya masuk semakin dalam. Saat memohon-mohon supaya dilepaskan Agus pun mengancamku akan menceritakan perselingkuhanku dengan Pak Kardi kepada Papanya jika aku tidak mau melayaninya nafsunya malam ini. Walaupun tak rela akhirnya aku hanya bisa pasrah dan berharap ini akan cepat selesai.

Agus pun menyodoki vaginaku dengan brutal malam ini. Dia seperti sudah menahan nafsunya selama berhari-hari dan sedang melampiaskannya padaku habis-habisan. Sembari menyodokku dia pun juga menciumi wajahku, leherku, serta anting-anting emas cantik di kedua telingaku. Sodokan Agus pada vaginaku lama-kelamaan membuatku juga larut dalam kenikmatan terlarang ini.

Tak lama kemudian aku pun orgasme. Terakhir kali aku merasakan orgasme adalah saat masih berhubungan dengan Pak Kardi sewaktu sebelum melahirkan karena saat hingga melahirkan hingga Pak Kardi menemui ajalnya dalam kecelakaan sepeda motor bersama istrinya, aku belum pernah kembali merasakan orgasme yang nikmat seperti malam ini bersama anakku. Setelah orgasme aku meminta anakku untuk berhenti sejenak karena kelelahan namun sepertinya dia tidak menghiraukanku dan terus menyodokku dengan kuat.

Penis Agus semakin dalam menyodok vaginaku hingga menyentuh mulut rahimku tempat dia dikandung dulu sebelum lahir ke dunia. Karena terbuai oleh kenikmatan aku pun hanya bisa menikmatinya sambil memejamkan mata.

Tak lama kemudian Agus pun berteriak padaku bahwa dia akan segera orgasme. Aku yang sadar pun merasa ketakutan dan meminta dia untuk mencabut penisnya dan mengeluarkannya di luar. Selain takut akan resiko kehamilan, ada ketakutan lain yang lebih mengerikan jika Agus keluar di dalam. Ya biasanya anak hasil incest antara aku dan Agus akan menderita kelainan genetik. Sebagai guru Biologi aku sadar akan bahaya itu dan coba memperingatkan Agus. Namun rupanya peringatanku sudah sangat terlambat. Agus pun menyemprotkan spermanya yang panas, banyak dan kental ke dalam rahimku sebanyak 10 kali semprotan. Aku yang juga telah mencapai puncak akhirnya juga keluar bersamaan dengan Agus. Setelah selesai menyemprotkan spermanya, tubuhnya pun ambruk menindih tubuh montokku.

Setelah berhasil mengatur nafas aku pun angkat bicara pada Agus dengan nada marah sambil menangis melihat tingkahnya yang seperti itu. Agus pun bersikeras bahwa ini adalah hukuman buatku karena aku dulu selingkuh dengan Pak Kardi sampai punya 5 orang anak. Aku pun bilang padanya walaupun aku selingkuh tapi Pak Kardi tidak punya hubungan darah denganku sedangkan dia adalah anak kandungku sendiri yang lahir dari rahimku. Agus pun tidak peduli dengan perkataan ku karena dirinya telah dikuasai nafsu amarah dan juga nafsu seks yang menggebu-gebu.

Sekitar 5 menit kemudian rupanya nafsu Agus kembali bangkit. Dia kembali menyodok vaginaku. Di ronde kedua ini Agus melakukannya dengan lebih lembut. Agus juga banyak menghisap air susu yang ada di kedua payudara montokku. Melihat dia sedang menyusu padaku secara refleks naluri keibuanku pun muncul. Kugunakam tanganku untuk mengusap-usap kepalanya sebagai bentuk kasih sayang padanya. Ya seburuk apapun perilaku Agus, dia tetaplah anak kandungku dan dia jadi seperti ini karena melihat perilakuku di masa lalu. Di ronde kedua ini aku tidak banyak memberikan perlawanan dan pasrah menerima sodokan-sodokan penis Agus pada vaginaku.

30 menit kemudian Agus pun kembali menyemprotkan spermanya ke dalam rahimku. Aku pun juga kembali mencapai orgasme dengan menyemprotkan air maniku menyirami penis Agus yang ada di dalam vaginaku. Karena kecapean Agus pun kembali menindihku sambil mulutnya menjilati leherku dan menciumi anting-antingku. Aku pun hanya membalas dengan mengusap-usapkan kepalanya dengan lembut menggunakan tanganku.

Setelah agak tenang, Agus pun mulai berbicara padaku. Dia menanyakan kenapa aku masih memakai anting-anting padahal aku sudah berjilbab sejak lama. Pertanyaan yang agak aneh memang jika hal itu ditanyakan oleh seorang anak laki-laki pada Ibunya, namun walau begitu aku tetap berusaha menjawab pertanyaannya. Aku pun menjawab padanya bahwa memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang wanita Muslim. Sedangkan kebiasaanku tetap memakai anting-anting sampai sekarang lebih kepada fitrahku sebagai seorang wanita yang suka berhias. Toh aku memperlihatkan anting-antingku hanya kepada suami dan anak-anakku karena mereka menurut hukum agama adalah muhrimku jadi aku boleh memperlihatkan bagian tubuhku secara lebih leluasa. Agus pun hanya mengangguk-angguk pelan mendengarkan penjelasanku.

Karena iseng aku pun menanyakan pada Agus apakah aku terlihat cantik jika memakai anting-anting seperti ini. Saat kutanyakan hal tersebut kulihat wajah Agus seperti gugup ingin berkata sesuatu. Tak hanya itu, penisnya pun terasa mengeras dan gerakan pantatnya kembali menyodok vaginaku. "Oh anakku rupanya bernafsu lagi padaku" kataku dalam hati. Setelah kudesak akhirnya dia mengaku kalau penisnya mengeras karena melihatku memakai anting-anting. Dalam hati aku pun heran bagaimana anak sesholeh dan setaat Agus bisa punya fetish terhadap anting-anting Ibunya. Mungkin dia suka nonton film porno tentang hubungan incest anak dan Ibu kandung dimana sang Ibu kandung merupakan wanita cantik dan seksi yang memakai anting-anting sepertiku jadi otomatis otak dan penisnya jadi terangsang melihatku berpenampilan seperti bintang film porno yang selalu jadi fantasinya. Untuk menyembunyikan rasa heranku aku mencoba bercanda dan menggodanya hingga dia tertunduk malu.

Untuk mengalihkan perhatian Agus pun kembali memintaku untuk lanjut ronde ketiga. Walaupun kelelahan namun aku pun mengiyakan ajakan Agus dan membiarkannya kembali menyodok vaginaku. Ronde ketiga ini Agus kembali menghisap ASI yang ada di payudaraku dengan lahap sambil terus menyodokku dengan keras. Sekitar 15 menit kemudian Agus pun kembali menyemprotkan spermanya sebanyak 4 kali ke dalam rahimku. Karena kelelahan dia pun ambruk menindih tubuhku dalam posisi penisnya masih tertanam di dalam vaginaku.

Setelah bisa mengatur nafas dia pun kembali angkat bicara. Agus bilang dia sangat puas bermain denganku. Aku pun bilang bahwa aku sangat puas karena kalau mau jujur penis Agus jauh lebih besar dari milik Papanya dan masih sedikit lebih besar dan lebih keras dari milik almarhum Pak Kardi. Selanjutnya dia pun bertanya apakah aku masih bisa hamil lagi. Kujawab padanya aku masih sangat mungkin untuk hamil namun karena sudah terlalu sering melahirkan maka aku tidak mau punya anak lagi. Tak disangka rupanya Agus ingin aku hamil dari benihnya. Dia cemburu dengan Pak Kardi yang bisa memberiku 5 orang anak. Maka dari itu dia pun memintaku untuk bersedia mengandung anaknya. Aku pun menolaknya karena di usia segini sangat beresiko untuk hamil lagi. Agus pun tidak peduli dengan penjelasanku dan dia tetap bertekad untuk menghamiliku sampai akhirnya dia tertidur karena kelelahan dalam posisi menindihku dengan penis masih tertancap di vaginaku dan mulutnya mencium anting-antingku.

Setelah Agus tertidur pulas, aku pun membalikkan tubuh Agus dan membaringkannya di samping tubuhku. Kulihat penisnya yang panjang dan telah melemas masih penuh dengan lendir hasil campuran antara spermanya dan cairanku. Karena penasaran, aku pun menjilati penis Agus hingga bersih menggunakan mulutku. Kurasakan spermanya yang kental dan agak asin di mulutku. Selesai membersihkan penis Agus aku pun ke kamar mandi sebentar untuk bersih-bersih. Saat di dalam kamar mandi aku duduk di closet lalu kencing sebentar. Setelah kencing kurasakan ada cairan berwarna putih kental keluar dari vaginaku. Oh ini sperma Agus. Kulihat spermanya begitu putih, kental, dan jumlahnya lumayan banyak. "Oh bagaimana kalau aku hamil?" kataku dalam hati. Sebagai guru Biologi berpengalaman, aku sangat paham dengan ciri-ciri sperma yang subur atau tidak seperti apa. Jika dilihat sekilas dari pandangan mata sperma Agus masuk dalam kategori subur. Apalagi walaupun sudah banyak yang keluar namun aku yakin masih banyak spermanya yang mendekam di rahimku. Terbukti rahimku masih terasa sangat hangat sampai saat ini. Jujur aku takut jika harus hamil dari benih Agus karena sepengetahuanku anak hasil incest kemungkinan besar akan terlahir cacat. "Oh tidak aku tidak mau melahirkan bayi cacat" kataku sambil menangis. Aku tidak mau hamil dari benih anakku sendiri. Aku harus mencegahnya dengan cara apapun.

Setelah dari kamar mandi, aku pun langsung berbaring di samping anakku Agus yang telah tertidur pulas. Kulihat wajahnya yang tampan terlihat begitu puas setelah "menggagahi" Ibu kandungnya sendiri. Aku pun mengusap kepala Agus dan bilang "Gus, maafin Mama ya karena udah selingkuh dulu. Mama bakal nurutin apapun mau kamu tapi Gus Mama minta tolong satu hal. Tolong jangan bikin Mama hamil. Mama takut nanti bakal ngelahirin anak cacat". Kataku dengan lirih sambil berurai air mata. Aku pun mengecup keningnya dengan lembut lalu berbaring di samping Agus dan tertidur pulas hingga besok pagi.

Keesokan harinya sekitar jam 5 pagi aku pun terbangun. Karena pagi ini ada acara pertemuan orang tua murid di sekolahku, aku pun bangun pagi-pagi sekali. Setelah bangun aku harus mengurusi anak-anak balitaku yang rewel minta susu di pagi hari. Setelah membuatkan susu dan menyusui Nadia dan Nazwa, aku pun bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi, aku membangunkan Agus yang masih tertidur dan memintanya untuk mengantarkanku pagi ini ke sekolah. Walaupun awalnya agak malas-malasan, akhirnya Agus pun bangun dari ranjangku lalu mengambil bajunya yang berserakan di lantai dan keluar dari kamarku untuk pergi mandi.

Setelah Agus keluar aku pun mengeringkan badan dan rambutku lalu memilih pakaian yang akan dikenakan hari ini. Aku pun memilih jilbab hitam dengan motif bunga-bunga sebagai penutup kepala, baju kemeja warna merah yang cukup ketat membentuk payudaraku serta rok panjang warna cream. Setelah berpakaian aku pun menyempatkan untuk Shalat Subuh sebentar. Selesai shalat aku langsung menuju meja riasku untuk berdandan memakai make-up.

Saat selesai berdandan memakai make-up dan merapikan jilbab, kulihat Agus masuk ke kamar. Kulihat penampilannya cukup tampan dengan kaos polo warna putih dan celana chino warna cream. Aku pun tersenyum dengan kedatangannya. Selanjutnya kutanyakan pada Agus bagaimana penampilanku hari ini. Dia pun memelukku dari belakang dan mencium pundakku lalu bilang bahwa aku tetap cantik baik saat full make-up ataupun dalam keadaan natural. Aku pun merasa tersanjung dengan pujiannya.

Saat aku akan berdiri dari meja riasku, tiba-tiba Agus menyentil anting-anting di kedua telingaku yang telah tertutup jilbab. Sontak aku pun merasa kesakitan dengan tingkahnya itu. Aku pun sedikit kesal dengan tingkahnya tersebut. Karena sudah agak siang aku pun bergegas bangun untuk sarapan. Saat akan bangun tiba-tiba Agus memelukku kembali dari belakang dan meminta maaf atas keisengannya tadi padaku. Mendengar permintaan maafnya padaku karena tak ingin memperpanjang masalah aku memaafkannya dan menasihati Agus agar tidak mengulangi perbuatannya lagi. Dia pun berjanji untuk tidak mengulanginya. Setelah selesai minta maaf aku pun mengajaknya untuk sarapan karena aku sudah hampir terlambat. Tak kusangka saat diriku akan bangkit berdiri, Agus membalikkan kepalaku dan kami saling bertatapan dan berciuman mesra di pagi itu. Setelah selesai berciuman dia pun menggandeng tanganku dengan erat lalu kami pun keluar dari kamar.

Pagi itu kami sarapan bersama dengan anak-anakku yang lain. Pagi itu Mbok Lastri memasak Nasi Goreng Ayam dengan telur setengah matang untuk makanan sarapan kami. Selesai makan aku pun berpamitan pada anak-anakku yang lain untuk pergi ke sekolah. Aku pun mencium dan memeluk mereka dengan erat lalu setelah itu aku dan Agus berangkat menggunakan mobil Toyota Fortuner.

Saat di dalam mobil aku dan Agus tidak begitu banyak mengobrol karena aku sibuk membalas pesan yang ada di grup WA sesama guru membahas pertemuan orang tua murid kelas 3 pagi ini di sekolah sedangkan Agus juga fokus menyetir memperhatikan jalanan. Tak terasa 30 menit kemudian kami pun sampai di dekat gerbang sekolahku.
"Gus nanti kamu jemput Mama agak siang aja sekitar jam 1". Kataku padanya.
"Yaudah nanti Mama kasih tau aja lewat WA". Balas Agus padaku.
"Yaudah kalo gitu Mama turun dulu ya dah sayang". Kataku sambil memegang knop pintu.
"Ma, tunggu dulu sebentar". Tahan Agus.
"Apalagi sih sayang, Mama udah hampir telat nih". Protesku padanya.
"CUPP". Cium Agus pada bibirku lembut.
"Ih Agus, nanti keliatan sama orang dari luar". Protesku padanya dengan wajah agak memerah.
"Tenang aja Ma, ini mobil kan pake kaca film jadi gak bakal tembus pandang dari luar". Kataku menenangkan Mama.
"Yaudah kalo gitu Mama turun dulu ya, nanti sekitar jam 12 Mama WA kamu lagi". Kataku padanya lalu turun dari mobil.
"Ok Ma". Balasnya padaku.
Setelah turun dari mobil aku pun berjalan ke arah pintu gerbang sekolahku dimana sudah banyak orang tua murid yang berdatangan dan memarkirkan mobil atau motornya di halaman sekolah.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd