Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Mama Sisca

Selamat jumpa semua pembaca. Cerita berikut 50% fiksi dan 50% adalah kenyataan, kebijakan pembaca perlu dikedepankan. Latar cerita ini terjadi pada tahun 2018 lalu.

#PERKENALAN
Perkenalkan aku Ale 35 tahun, tinggi 175 dan perawakanku sedikit gemuk dengan berat badan 82 Kg. Aku sudah menikah dengan Smita wanita yang selisih 10 tahun lebih muda dari usiaku.
Maklum dengan kehidupan perkotaan yang menuntut tercukupi kebutuhan materi membuat aku agak terlambat memulai perjalanan bahtera rumahtangga. Aku sebenarnya sering berpacaran dengan wanita yang lebih tua dariku. Entah mengapa karena bosan barangkali justru aku menikahi perempuan yang jauh lebih muda.

Aku sudah sudah berumahtangga sekitar 5 tahun saat ini. Usia pernikahan 5 tahun merupakan usia yang sejatinya sudah dihiasi dengan kehadiran buah hati. Sayangnya kebahagian tersebut belum bisa dirasakan oleh aku dan istri sampai saat ini. Kami sudah memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan untuk memeriksakan keadaanku dan istri. Hasilnya tidak ada yang masalah diantara kami berdua. Memang ada indikasi sedikit gangguan hormonal di istri yang biasa disebut dengan POS, dan gangguan libido. Solusinya hanya disarankan untuk sering berjemur matahari pagi guna mendapatkan vitamin D untuk mengatasi gangguan hormonal istri. Obat yang lain adalah obat dari Cina yang direferensikan oleh dokter tempat aku berkonsultasi menggunakan resep dokter. Obat ini disebutkan mempunyai dosis yang tinggi untuk istri. Akupun membeli untuk kebutuhan selama 1 tahun karena aku ingin mengikuti program yang ditawarkan dokter.

Meskipun aku dan istri belum mempunyai anak, Ibu mertua tidak terlalu menanyakan karena sudah memahami persoalan yang dihadapi.

Aku bekerja sebagai marketing pada sebuah perusahaan swasta. Aku dan istri bertemu di tempat kerja. Kami berpacaran 3 tahun sebelum akhirnya memutuskan menikah. Karena suami istri tidak boleh 1 tempat kerja, maka aku kemudian keluar dan mencari pekerjaan lain yang juga merupakan bakatku sebagai marketing properti.

28664385447f4db485f656f0b19f0f055f921070.jpg

Mama Sisca dan Risca

286679014f70a44b5afacceed4b791aef2b41c11.jpg

Smita-Mama Sisca-Risca

Istriku 2 bersaudari. istriku selisih 7 tahun dari adiknya. Adik istriku bernama Risca yang masih duduk dikelas XII sekolah dibilangan selatan kota ini. Aku dan Risca sangat akrab seperti adik dan kakak.
Risca lebih cantik dan semampai dibandingkan istriku. Wajah Risca sedikit mirip dengan Istriku. Istriku mempunyai berat badan 68Kg dan tinggi sekitar 165 Cm. Riska kutaksir lebih tinggi sedikit dari istriku sekitar 168Cm dan berat sekitar 60Kg. Kaki risca jenjang dan payudaranya tentu saja lebih kecil dari istriku, karena awalnya aku sempat tanpa sengaja melihat dari luar jendela ketika Risca mengenakan bh tanpa sadar ke arah kaca.
Namun ada hal yang membuat Risca menarik dimataku. Risca sangat hobi berenang. Tidak heran tubuhnya seperti atlit renang putri, dan tampak sangat bugar.

Risca tipikal anak rumahan yang sangat jarang keluar dari kamarnya kecuali untuk kegiatan sekolah, hobi berenangnya, dan bimbingan extra untuk mengejar perguruan tinggi unggulan. Mengenai hubungan ku dan Risca, yang adalah iparku akan kuceritakan pada lain kesempatan.

Ibu mertuaku bernama Mama Sisca. Beliau berusia 47 tahun saat ini. Tubuhnya sangat terawat karena kegiatan senam yang rutin dia lakukan. Tipikal wajah Mama Sisca menggambarkan wanita manis khas jawa sederhana, terlebih karena dia tidak terlalu suka bermakeup ria. Wajah Bu Sisca sangat mirip dengan Risca.
Istriku mewarisi kemiripan dengan bapak mertuaku.

Bapak mertuaku sudah tidak kembali ke rumah hampir 4 tahun lalu. Bapak mertua yang bertugas sebagai engineer mesin kapal tidak jelas keberadaannya semenjak dia dan seluruh kru kapal berbendera negara tetangga dibajak pada perbatasan laut India barat menuju Aden.
Sebenarnya beliau sudah bisa pensiun dini, namun karena pernikahanku dan Smita yang terjadi setahun sebelumnya cukup menghabiskan banyak biaya, ditambah Risca yang belum rampung pendidikan membuat beliau kembali meneruskan pekerjaannya.

Peristiwa belum kembalinya bapak mertua tentu saja membuat kami sekeluarga sangat sedih. Namun selalu ada "hikmah" dibalik kesedihan.



#TINGGAL BERSAMA MAMA MERTUA

Peristiwa ini bermula sejak dua tahun Bapak Mertua hilang dilautan.
Aku dan Smita memutuskan untuk menemani Mama Sisca dan Risca. Kami memutuskan tinggal bersama di pondok mertua tersayang.

Tempat mertua bisa dikatakan sederhana, namun cukup luas untuk ditempati oleh kami sekeluarga. Rata rata perumahan yang kutempati memang perumahan lama yang punya luas tanah cukup besar. Rumah ini adalah peninggalan dari kakek nenek istriku.

Kehadiran aku dan Smita tentu saja sangat disambut hangat Mama Sisca. "Mama senang kamu berdua bisa menemani Mama dan dede Ika (sebutan Risca)" ujar mertua suatu ketika menggambarkan kebahagian dengan kehadiran aku dan istri.

Peristiwa sehari-hari di rumah Mama Sisca justru membuat tabiatku yang menyukai perempuan lebih tua kembali kali ini. Masalahnya kegemaranku terhadap perempuan yang lebih tua ini kelak kulampiaskan pada ibu dari istriku sendiri.

Tinggal serumah seringkali membuat aku sering bercengkrama dengan Mama mertua. Melihat celana dalamnya tersamar dari daster ketika dia memasak merupakan pemandangan sehari-hari.

Pada waktu-waktu tertentu, aku bisa melihat Mama Sisca keluar dari ruang tempat mencuci pakaian hanya dengan mengenakan handuk meskipun sudah mengenakan bh misalkan. Handuk coklat miliknya tidak mampu menutupi kemontokan pantat dan putihnya paha mama sisca. Tipikal bokong mertuaku memang agak menungging dengan kaki paha yang rapet. Tipikal seperti ini memang salah satu kegemaranku. Jadi ketika beliau berjalan memang memang agak sedikit terkesan menungging yang mampu membangkitkan pikiran kotor bagi lelaki yang melihatnya. Apalagi ketika dia mengenakan baju khas adat jawa misalkan. Tentu saja peristiwa ini membuat darahku berdesir, dan adik dalam celanaku selalu memberontak menginginkan sarang mertua.

Pada sekitar 3 bulanan bersama Mama Sisca, ke"nakalanku" mulai kulampiskan dengan seringkali mengendap ke tempat pakaian kotor. Celana dalam krem dan BH dengan warna senada milik mertua yang baru digunakan seringkali menjadi tempat bermuara sperma menantunya sendiri. Berbuat lebih belum berani aku lakukan pada saat itu.

#KAMERA PAMANTAU

Pada suatu ketika aku membaca sebuah info dari laman forum dewasa yang membuat aku masuk ke pengalaman berikutnya. Pada forum yang aku baca, tertulis beberapa jenis kamera berbentuk perabotan rumah tangga yang bisa terhubung ke smartphone android.

Mama mertua dan istri tentu saja tidak keberatan ketika aku membeli 3 buah jam dengan bentuk dekorasi burung untuk kuletakan di kamar mama mertua, adik ipar, dan kamarku sendiri. "Terimakasih ya Mas Ale, bagus sekali..." ujar Mama Sisca ketika itu.

Tidak perlu ditanyakan pemandangan yang aku lihat sehari-hari.

Aku dapat melihat adik iparku dan mertua telanjang memamerkan "barang berharga" hanya kepadaku seorang, eksklusif hampir setiap hari.

Istriku tidak terlalu menghiraukan intensitas melihat smartphone yang bertambah setiap hari. Tentu saja Smita menyangka ini adalah lumrah mengingat pekerjaanku berhubungan dengan banyak orang.

Jam yang aku letakan sejajar dengan meja rias membuat aku bisa menatap payudara, lengan, tengkuk, memek, dan pantat mama mertua, serta adik iparku dengan bebas dan merdeka.
Pada suatu ketika aku bisa melihat momen menyentuh ketika ibu mertuaku beribadah dengan khusyuk. Pada momen berikutnya aku melihat dia berlenggak lenggok sambil telanjang sambil menilai tubuhnya sendiri didepan cermin. Belum tampak kerutan berarti dari sepenglihatanku. Beberapakali juga aku dapat melihat ketika mama mertua memasang pembalut.

Entah mengapa bagian pusar mama mertua selalu membuatku bernafsu memandangnya. Pada suatu ketika juga aku pernah melihat mertuaku menelpon seseorang sambil sedikit mengocok-ngocokan kelaminnya. Entah siapa yang ditelponnya aku tidak terlalu mempedulikan. Pernah suatu ketika aku melihat dia menangis dikamar sambil melihat foto2 bapak mertuaku. Seringkali juga Risca dan mama mertua tidur dalam satu kamar. Tiap hari seringkali kulewatkan dengan pemandangan indah semacam ini.

Visual dalam kamar adik ipar juga tidak kalah dasyat. Akan kuceritakan pada lain waktu. Terutama jelas semua inci milik adik ipar bukan hanya kulihat, namun sempat kurasakan dengan lidahku sendiri meskipun dia tidak menyadarinnya pada waktu pertamakali aku melakukan terhadap dirinya dengan bantuan sebuah obat tidur. Lidahku sempat merasakan produk bedak yang ditaburi pada payudara gadis belia.

Dari pandangan ini juga membuat aku mengetahui semua keluarga istriku mempunyai tanda lahir di pantat sebelah kiri atas berupa warna kecoklatan.
Biasanya aku selalu menjilat-jilat, atau menampar kecil bagian tanda itu karena menggemaskan ketika bersenggama dengan istri. Timbulah keinginan dan tekad kuat untuk menjilat, dan menampar sekeras-kerasnya tanda dari "pabrik" nya langsung milik Mama Sisca.

#RUTINITAS

Pekerjaanku sebagai marketing membuat aku mempunyai waktu yang sangat fleksibel. Sementara istriku masih bekerja, aku sudah bisa pulang terlebih dahulu untuk kemudian berangkat lagi malam hari sesuai dengan waktu janji bertemu dengan klien.

Pekerjaanku sangat dimaklumi oleh mertuaku meskipun hasilnya tidak terlalu banyak dibandingkan bapak mertuaku misalnya. Tentu saja aku selalu berusaha untuk mendapatkan target penjualan untuk membiayai kebutuhan keluarga.

Biasanya ketika aku pergi sebelum jam 9 untuk bertemu klien, maka aku bisa pulang pada siang hari untuk beristirahat.
Jika aku berangkat siang, maka aku akan pulang sampai larut malam karena waktu yang tanggung apabila aku kembali ke rumah.

Praktis karena istriku bekerja dan Risca sekolah, seringkali aku mendapat kesempatan hanya berdua dengan Mama mertua sampai dengan sore hari ketika adik iparku pulang sekolah. Sempat kutanyakan "Sampai kapan Mama Mertua akan bertahan sendirian?" Mama Sisca menjawab "Sendirian gimana? Mama kan ada kamu dan anak-anak mama." "Mama itu setia sama Bapak tau" sahut istriku ketika ikut menimpali percakapanku dan Ibunya.
Mama dan aku hanya tersenyum saja, sambil aku mengucap maaf.

Sempat kuurungkan niatku dan mengalihkan pikiran kotor ini dengan mencari kesibukan. Namun apalah daya jika waktu berkata sebaliknya.

28664386b721cc6007e163f8506e8c3f959212cf.jpg
Mama Sisca


Sampai beberapa waktu niatku yang kotor bukan berkurang, malahan semakin menggebu-gebu. Peristiwa ini terjadi ketika suatu waktu terjadi kondangan sepupu dari istriku. Msih teringat segar seragam pernikahan yang dikenakan Mama Mertua sangat serasi menampilkan lekak lekuk tubuhnya, terutama bokong, dan payudaranya yang menyembul sedemikian rupa.
Penampilannya yang bersahaja dan keibuan Mama Sisca justru membuat banyak lelaki, terutama bapak2 paruhbaya mencuri-curi pandang ke arah Mama Sisca.
Raut kesedihan bertahun-tahun ditinggal pendamping tanpa kabar tidak mampu menghalangi pancaran kesyaduan waja Mama Sisca. Entah mengapa darah ku seketika naik terbakar api cemburu melihat tatapan lelaki lelaki itu. Tatapan yang menelanjangi Ibu Mertuaku.

Aku bertekad dalam hati Mama Sisca harus merasakan kenikmatan ragawi yang senikmat-nikmatnya hanya dari aku seorang. Menantunya yang tampan dan bertubuh gempal ini.

#PERCOBAAN

Tekadku pada suatu ketika akhirnya kulaksanakan dengan sedikit brutal. Pada suatu ketika aku menemukan informasi obat perangsang dari situs dewasa yang sudah kulihat ketika membeli jam kamera pengintai sebelumnya. Infonya obat dari cina ini mampu membuat wanita frigid menjadi bergairah kembali. Obat ini mempunyai efek merangsang libido wanita.

Ketika aku melihat gambarnya, aku seperti teringat dengan bungkus kemasannya. Aku bandingkan dengan obat yang digunakan istri. Benar saja ternyata merupakan obat tersebut merupakan obat yang dimaksud. Efek samping selain meningkatkan libido perempuan, adalah gula darah menurun dan berefek kesadaran antara ada dan tiada seperti mengawang.

Suatu ketika aku berangkat kerja setelah sebelumnya mengantar istri, dan pulang ke rumah pada sekitar pukul 9 pagi. Waktu pertemuanku dengan klien tiba-tiba dialihkan sore hari.
Sampai di rumah Mama Sisca bertanya "Mas, kok kamu udah pulang?" "Iya Ma, janjiannya direschedule sore jam 5" jawabku.
"Ya sudah, makan dulu sana" karena aku berangkat memang belum sempat sarapan tadi pagi.
Sambil sarapan aku melihat Mama memakai celana training dan kaos sambil mengeluarkan barang-barang belanjaan dari plastik.

Biasanya kegiatan Mama Sisca pasti mandi sebelum memasak makan siang. "Belanja apa Mah?" "Sayur, sama ada wedang Uwuh" katanya.
"Kamu mau dibuatkan wedang Uwuh?"tanya Mama Sisca. Aku langsung mengiyakan, sambil ke kamar mengambil obat peningkat libido milik istriku.

Benar saja tersedia segelas wedang di meja. Aku melihat panci dikompor masih tersisa sekitar 3 gelas wedang uwuh. Pasti Mama Sisca minum ketika selesai mandi seperti kebiasaannya membuat teh atau kopi pada pagi hari.

Kutuangkan serbuk dalam kapsul ke panci. Sambil mendengar bunyi shower dan membayangkan perempuan yang akan kutaklukan sedang menyabuni kemaluannya untuk menyambut kont#l menantu yang sudah sangat keras.

Selesai makan, aku beranjak pergi naik kekamar di lantai atas sambil merokok di atas. Sambil menyulut sebatang rokok, dan mengganti celana pendek aku hanya bisa harap-harap cemas namun tidak berusaha muluk-muluk menghadapi momen ini.

Kalau kesempatan tidak ada, berarti mungkin lain waktu. Tapi kalau saat ini aku harus menjadi pengganti bapak mertua, kenapa tidak?

Sekitar 15 menit aku kembali turun ke bawah dan melihat panci wedang sudah berkurang isinya. Petanda jika sari sari obat sudah diminum bersamaan Wedang Mama Mertua tersayang.

Aku melihat sekeliling namun tidak kutemukan Mama Sisca. Lalu aku ke kamar sambil mengetuk pintu "Mama apa di dalam? Sisa di panci aku minum ya?" Aku pura2 ijin ingin minum wedangnya lagi karena masih tersisa sedikit.

"Iiihhyahhhhh Massshh, minum ajah" suara Mama Sisca seperti menahan sesuatu ditenggorokannya.
"Mama sehat?" tanyaku memastikan perubahan yang terjadi.

"Ihhhyaaaahhh, agakkk demammm, gak tau kenapa, kamu minum aja weeedangggkk akhhhh...nya". Sekilas suara ini mengingatkanku dengan suara percakapan wanita yang viral ketika memesan ayam goreng merek ternama beberapa waktu lalu.

"Aku masuk yahhh..." kataku...sambil membukan pintu, mama tidak menjawab pertanyaanku.

Meskipun sudah bisa menduga, Aku tetap terkejut melihat pemandangan Mama istriku sedang memakai daster menahan ngilu yang hebat sambil terengah engahhhh ditempat tidur. Mama terlihat agak kaget dengan kehadiranku, sambil menatap sekilas ke arahku dan memalingkan kembali seperti agak malu.


"Mama kenapa?" pancingku. Aku menghampiri dan mama mengulangi dengan hanya menatapku sekilas seperti orang menahan kencing seharian. Wajahnya bersemu merah, dengan gigi yang menggigit bibir nya berulangkali. Nafasnya terdengar tidak beraturan.

Aku berdiri di samping tempat tidur sambil sedikit membungkuk, posisi Mama Sisca membelakangi sambil memeluk guling, namun palanya menoleh sambil menoleh ke arahku dan memalingkan seperti manahan malu. Tepatnya seperti meminta bantuan yang teramat sangat jika bisa digambarkan demikian.

Entah keberanian dari setan mana sambil dengan mempertaruhkan harga diri, dan sambil melihat reaksi mama sisca aku menurunkan perlahan celana pendekku tanpa celana dalam sebatas lutut memperlihatkan calon pemegang tahta kehormatan mertuaku selanjutnya mengacung sempurna menunjuk ke arah tujuannya.

Beberapa waktu Mama Mertua belum menyadari karena masih membalikan badan. Namun ketika mengulang gerakan menoleh, dia buru buru membalikan badan, namu kembali menghadapku, terpaku sejenak dengan mata nanar, setajam elang, dan nafas menggebu-gebu menggerakan tubuh yang sudah tidak bisa diatur pikiran sehatnya lagi. Tatapan yang membuat luntur sudah norma dan tradisi yang selalu dijaga, dan diajarkan Mama Mertua kepada anak-anaknya.

Pertahanan kesetiaan yang dibangun atas nama cinta runtuh di depan kelamin suami dari anaknya sendiri.
Mama Sisca baringsut ke arah kelaminku dan langsung menjilat seperti anak kecil menikmati durian montong dengan sejadi-jadinya. Isapan Mama Sisca mendahului tangannya yang mulai menggenggam batang dan biji lelaki di depannya. "sluruuupppppp mmmmgggppphhhhh mmaammmmmpphhhh slllurppppp". Momen pertamaku bersentuhan intim dengan Mama mertua adalah konto# dan mulut Mama Mertua.

Tanganku bahkan tidak menyentuh apapun, aku hanya berdiri terpaku tidak menyangka apa yang tengah terjadi. Momen ini melebihi segala khayalan yang bisa diantisipasi. Tidak kusangka dia menyalurkan hasratnya dengan cara seperti ini. Bayanganku adalah aku yang akan aktif terlebih dahulu. Siapa sangka Mama Mertua berinisiatif menjilat kont#l menantunya seliar ini.

Mama mertua dengan rakusnya menjilat atau tepatnya memasukan gantian batang dan biji ku kedalam mulutnya. Setiap dikeluarkan dari mulut Mama Sisca, terlihat kilatan-kilatan ludah yang sangat banyak. Setelah aku tersadar, aku mulai membelai kepalanya dan berusaha mengambil alih permainan.

Seketika timbul rasa sayang yang teramat sangat. Seperti kekasih yang ingin membahagiakan pasangannya. Tanpa kata aku berusaha menenangkan gerakan kepala mertuaku, kemudian duduk ditepi tempat tidur berdampingan dengan mertua seperti 2 insan pada malam pertama.

Mertua sedikit tersadar dengan apa yang terjadi menatapku, nafasnya sedikit mulai teratur. Matanya agak berkaca-kaca, lalu menunduk, tiba-tiba menangis sesenggukan seperti gadis belia yang baru saja diperawani oleh pacarnya. Aku memeluknya mesra, "Kenapa jadii beginiii..." kata mertua sambil menangis sejadinya melepaskan emosi sesaat. Wajar saja menurutku karena dia tidak mampu mendefinisikan segala perasaan yang terjadi dalam dirinya. Ada sedikit perasaan menyesal dariku. Namun tekadku untuk memilikinya mulai dari hari ini membuyarkan segalanya.

Aku menenangkannya sekitar beberapa menit, nafasnya mulai terasa kembali bergairah tanda obat yang diberikan masih efektif bekerja.
Aku dengan lembut mengangkat dagunya dan memberikan kecupan sayang di bibirnya untuk membangkitkan kepercayaan diri Mama Sisca.
Awalnya Mama Sisca hanya terdiam, lama kelamaan kurasakan lembutnya kecupan balasan dari Mama Sisca. Lambat laun kurasakan pagutan demi pagutan bibir Mama Sisca ketika menyambut bibir suami dari anaknya sendiri...

Kuarahkan tangannya menyentuh kelamin pasangan sexnya hari ini. Kelamin menantu yang akan membuatnya kembali menjadi wanita yang berfungsi seutuhnya mulai dari sekarang.

Menantu lelaki dan Mertua perempuan berciuman sambil memainkan dan merangsang kelamin pasangannya untuk mencapai persetubuhan sempurna.

Persetubuhan yang merupakan aib yang tidak boleh diketahui oleh siapapun...

Sekedar share, cukup dibaca dan direnungkan...dan dimaki monggo.


#KENIKMATAN PARUH BAYA



286643824dcc3d01a6e337c776ef60b068c006ce.jpg

Keseharian Mama Sisca




28664381075fcfcc257addbe576e4a07891c7614.jpg

Mama Sisca ketika aku masuk ke kamar



Sisca Wardiana namanya. Ibu dari 2 putri yang salah satunya menjadi istriku saat ini. Perempuan yang menjadi panutan bagi istriku sekarang sedang berpagutan dengan suami dari anaknya sendiri.

Sekilas tepi ranjang jati tempat kucumbu mertua saat ini menimbulkan imajinasi dipikiranku. Aku bertanya bagaimana bunyinya ketika diguncangkan oleh sepasang manusia berlainan usia di atasnya beberapa saat nanti.

Ranjang dingin yang sudah bertahun-tahun tidak dihangatkan oleh hubungan panas suami istri. Ranjang yang menjadi peneman kesepian Mama Sisca seorang diri.
Aku bertekat untuk kembali menjadi bara bagi kebekuan sukma wanita yang lama menunggu kembali suaminya.

Penyesalan demi penyesalan menghantuiku disela sela ciuman dan rabaan ku ke payudara perempuan ini.

Mengapa aku harus memperlakukan dia seperti ini?
Mengapa Mama Sisca tidak kutaklukan secara alami?
Mengapa aku harus takut dengan caraku sebagai lelaki dalam mendekati wanita?

Seharusnya aku tahu jika perempuan haus akan kasih sayang setelah sekian lama tidak bersama dengan pasangannya.

Mengapa dan mengapa tidak akan ada habisnya.

Pikiranku tersadar ketika cengkraman kurasakan di kont#l ku secara tiba-tiba. Cengkraman itu terjadi bersamaan dengan lidah Mama Sisca yang menjulur memenuhi mulutku.
Pasti Ibu Mertua sedang dilanda birahi semakin hebat.
Aku yang memulai , tugasku untuk menuntaskan.

Kuhentikan pagutanku, dan kuajak Mama Sisca berdiri. Tiada kata, hanya nafas yang terdengar diantara kami. Aku tarik ke atas daster Mama Sisca. Dia hanya mengangkat tangannya seperti anak kecil yang ingin dimandikan. Seperti wanita yang mendambakan siraman sperma dari seorang lelaki.

Seketika terlihat dihadapanku payudara khas setengah baya ditutupi beha krem senada dengan celana dalam yang akrab kujumpai sebagai pelampiasan ditempat pakaian kotor.

Aku berinisiatif memeluk dan mencium Mama Sisca

"mppphhhuahhhh...mmmummm, ahhhkkhhh" suara yang selalu berulang disertai suara bergetar.

Sambil ku cium leher nya ku gendong Mama Sisca dengan kuangkat pahanya, sambil berciuman, ku baringkan dia kembali ke tempat tidur.
Kami langsung berpagutan dengan liar. Tangannya Ibu Mertuaku memeluk leher kepalaku seakan tidak ingin terpisahkan lagi.
Kepalaku beringsut turun mencari payudara Mama Sisca. Ku buka cup BHnya dan menyembulah tetek yang cukup besar.
Mama Sisca ternyata apik menyamarkan kemontokan payudaranya dengan menggunakan BH yang cukup ketat.
Aku takjub dengan perawatan yang dia lakukan, belum tampak kerutan disekitar payudara Mama Sisca. Ukuran payudara Mama sekitar 34D, aerola dan puting bewarna coklat muda yang pasti sanggup merangsang pria yang menatapnya.

Ku hirup bau khas aroma parfum yang biasa Ibu Mertua ku ini gunakan. Aroma Eau de toilette. Parfum yang sama digunakan oleh istriku juga.
Kudengar ceritanya ayah mertua selepas pulang berlayar dari luar negeri selalu membawakan parfum ini. Itulah mengapa wangi khas ini diwariskan kepada istriku kemudian.

Kutatap ke wajah Mama, dia hanya memandang ke langit-langit seperti menunggu apa yang akan dilakukan menantu kesayangannya kepada payudaranya. Payudara yang memberi susu kepada kedua putrinya. Kepada istriku dahulu kala.

Kujilat perlahan payudara Mama Sisca bergantian dari kiri ke kanan. Intensitas kunaikan dengan berfokus kepada payudara kanan sementara jari memilin-milin puting sebelah kanan. Gerakan mengemut, menjilat, memilin puting bergantian kulakukan dari kiri dan kanan.

"akhhhhh achhhh,ahhhh,hhh..." Nafas tersengal sengal mulai kudengar dari Mama Sisca seiring dengan perlakuanku pada payudaranya.

Tangannya memeluk dan meremas kepalaku tanda rasa nikmat yang teramat sangat.

Kupeluk Mama Sisca dan kulepas pengait BHnya yang sudah tidak karuan bentuknya. Terlepaslah BH Mama Sisca.

Kulemparkan BHnya kesamping, tanpa basa basi, aku tarik celana dalam Mama Sisca.

Mama Sisca hanya membantu dengan mengangkat pantatnya dan menekukan lututnya bekerjasama denganku untuk mempermudah persetubuhan kami.

Sudah tidak ada rasa malu diwajahnya. Wajahnya hanya terpancar hasrat ingin dipuaskan.

Celana dalam mama ku hirup sambil aku menatap wajah Mama Sisca. Mata Mama Sisca menatap dalam ke arahku memainkan celana dalamnya.
Kuletakan celana dalam Mama ditempat tidur, kemudian aku tarik kaki Mama agar menjuntai ke lantai.
Aku berlutut dikaki Mama.
Teringat ketika memohon restu untuk mendapatkan anaknya pada pernikahanku dengan Smita dahulu.

Kali ini Aku memohon restu untuk mendapatkan Memek Mama Mertua.

Memek dengan bulu yang cukup banyak terpampang di hadapanku. Meskipun bulunya tidak terlalu rapi namun beraroma wangi sabun yang diagunakan sehabis mandi tadi. Wajar dia tidak terlalu merapikan bulunya pikirku. Pasti dengan tidak adanya Bapak mertua membuat Mama Sisca tidak terlalu menghiraukan kepada siapa lagi benda berharga miliknya akan dia tunjukan.

Aku cium paha Mama Sisca dari kiri ke kanan sambil berlutut. Cimanku ku intensifkan dengan perasaan. Ku lebarkan paha Mama Sisca. Terbukalah labirin kemaluan Mama Mertuaku ini. Labirin vagina yang menjadi kenikmatannya selalu menjadi misteri bagiku sampai hari ini.

Kamera pengintai hanya membuatku mendapat pemandangan dari luar memek Mama istriku. Kali ini aku mendapat akses membuka semua bagian terdalam liang senggama Mama Sisca.
Lidahku kuarahkan ke tengah labirin surga. Terasa agak asin, dan seperti basah dengan cairan agak bening. Sepertinya Mama sangat bernafsu. Aku jilat dalam dalam menemui klitoris Mama Sisca.

Kisap dan kusedot membuat Mama berteriakkk dan memohonnn "Akkhhhhh Ale, pelannn pelannn Nakkk..."

Aku tersadar , dan ku hisap kembali, agak pelan kali ini. Desahan Mama semakin tidak karuan seraya menyebut namaku "Akhhhh, Ale ahhhhh..."

Tanganku ku arahkan ke payudara Mama Sisca, kali ini kaki Mama Sisca merangkul ke pundak ku sambil tangannya menjambak kepala, dan bergantian menarik-nari seprei ranjang peraduan ini.

Selang beberapa saat aku melihat Mama Sisca mengangkat pantatnya menyodorkan sedalam-dalamnya ke mulutku, dan meledaklah cairan hangat langsung kedalam mulut menantunya sendiri.

Kejangan Mama berlangsung sekitar 3 kali, tanda kenikmatan sangat tengah melanda.

Aku telan semua cairan yang keluar dari vagina Ibu Mertuaku sebagai tanda bakti, menantu yang dilanda birahi kepada mertuanya sendiri.

Kubiarkan Mama Sisca menikmati sisa sisa orgasmenya kali ini.

Setelah tenang agak tenang aku rebahan bersama dia di tempat tidur.

Dia berinisiatif menggeser tubuhnya memberikan tempat untuk pengganti suaminya kali ini.
Seperti wanita yang menanti pasangannya datang.

Aku berbaring dan Mama Sisca seketika memeluk tubuhku meminta untuk dirangkul dengan mesra.

Meskipun aku juga masih dilanda nafsu,namun aku menikmati tiap detik kebersamaan dengan Ibu Mertuaku ini.

"Mama sudah lama gak ngerasain begini Le" ujar Mama Sisca

"Iya Mama, apapun akan aku lakukan buat Mama"

"Kok, kita bisa jadi begini ya..." Mama seakan bertanya kepadaku seakan tanpa meminta jawaban, aku hanya menanggapi dengan senyuman.

Mama menatap ke konto# ku yang masih menegang sempurna.

Mama kemudian bertanya "Kamu masih mau?"

"Mau apa Ma?" ujarku polos.

Mama seperti agak gemas dengan jawabanku, langsung berlutut mengangkangi kelamin ku.

Mama Sisca sambil berlutut mengarahkan memeknya ke kontol suami dari anaknya sendiri.

Mama sedikit kesulitan memasukan kelaminku ke dalam kelamin Mama Sisca. Sengaja aku tidak bergerak, supaya ini terjadi karena inisiatif Mama Sisca.

Dimainkan pala kontolku ke bibir rahim Mama Sisca.

Aku hanya sedikit tersenyum melihat Ibu Mertua mencari-cari posisi lubang yang tepat.

Mama SIska tidak menggubris senyumanku padanya. Dia hanya berusaha supaya batang kejantanan suami putrinya sendiri lekas masuk memenuhi liang senggamanya.

Setelah beberapa saat, Mama agak berteriak "AkKKhhhKKhhhhh... Alee sakittt Ale"
Aku berinisiatif merangsang dengan memainkan payudara Mama. Supaya cairan pelicin kembali keluar untuk mempermudah penestrasi ke Mama Mertua.

Lambat laun aku merasa kontolku menembus ruang empuk dan licin dan menjepit di dalam sana.

Cukup ketat lubang Mama Sisca kurasakan. Aku tidak menyangka memeknya masih seketat ini. Luar biasa pikirku.


Mama hanya menatap ke atas menikmati peristiwa ini, kemudian perlahan mulai memaju mundurkan pantatnya seperti menunggangi kuda jantan.

Suara kamar terasa merdu terdengar suara perempuan paruh baya yang dilanda kenikmatan birahi teramat sangat, suara-suara teriakan, dan rintihan-rintihan kecil diselingi bunyi nafas memburu, menderu, bagai angin muson barat yang merubah musim panas menjadi hujan.

Aku berusaha mengimbangi dengan mengatur nafas dan mulai menggoyang dari bawah dengan pola sekali-sekali, namun memasukan sedalam-dalamnya.
Teriakan Mama Sisca, akan bertambah keras setiap aku menghujam kemaluanku dalam-dalam ke kemaluan Mama Sisca.

Setelah sekitar 5 menit kurasakan kejangan kejangan pada pinggul Mama Sisca.

Tanda orgasme akan segera melanda kurasakan menanti di depan Mama.

Aku berinisitaif ingin merasakan kenikmatan dengan Mertuaku ini. Dengan segera aku angkat tubuh Mama SIsca.
Perlakuan tiba tiba ini agak mengganggu Mama Sisca yang orgasmenya tiba-tiba batal.

"Ahhhh Ale kamu mau ngapain sayanggg?" kata Mama Sisca sambil terlihat agak kesal , kali ini kata sayang terlontar tiba-tiba dari mulut mertua.


"Ale mau Mama Sisca dibawah Ma"

Sambil berpelukan aku balik badan Mama Mertuaku ini di bawah. Mama memeluk leherku agar tidak terjatuh.

Selepas Mama dibawah langsung aku masukan kembali kontolku ke memek Mama Mertua.

Di serang serangan bertubi-tubi Mama Sisca hanya bisa menikmati sambil meracu tak karuan "Akhhhhhh, akhhhhhhh...pelan-pelan sayanggg"

Aku tidak menggubrisnya, aku berpacu mengejar kenikmatan bersama Mama Sisca.

Bunyi ranjang berguncang-guncang menjawab rasa penasaranku kali ini. Klak klo klak klok diringi rintihan dua insan yang dilanda birahi di atasnya.

Ranjang yang akan sering berbunyi setiap kali ada kesempatan, pikir ku.


Sekilas dapat kulihat mata Mama Sisca hanya terlihat warna putih, dan meram melek tanda dia sangat menikmati persenggamaan ini.

Selang beberapa saat kurasakan calon bakal anak ku ingin keluar dari sarangnya mencari liang senggama milik neneknya.

"Mah aku mau keluar..."

TIdak kusangkan Mama Mertua justru yang berteriak terlebih dahulu,
"Akkkhhhhhhhhh..." Jerit Mama Sisca ,

tanda dia mencapai klimaks tanpa mempedulikan ucapanku.

Aku yang tidak mau ketinggalan juga ikut mengejar mengejar, dan berhasil keluar ditengah momen orgasme Mama Sisca.

'Akhhhhhhhhhh Siscaaaa...Aku keluar sayangggg"

Mama Sisca "Akhhhhhhhhh, akhhhhhhhhhh...Mama jhuuugaaa..."



Jutaan sperma masuk menerobos ke rahim Mama Sisca. Membanjiri setiap rongga kering yang sudah tidak pernah dihampiri milik lelaki setelah sekian tahun.

Yang teringat hanya nikmat dan basah yang sangat dikemaluan Mama Sisca...

"Aleee...banyak sekali kamu keluarnya..." ujar Mama Sisca.

Kutatap Ibu Mertuaku, "Mama enak Ma?"

Mama Sisca menarik wajahku dan menciumnya dalam dalam. Kubalas dengan menyedot tanpa sungkan. Tiada batas dan perasaan nervous sama sekali. Kali ini hanya ada kejujuran, Aku nafsu dengan mama mertuaku sendiri.

Nafsu yang salah, Nafsu yang berbalas.

"selama beberapa saat, hanya nafas menderu, keringat mertua dan menantu bercampur menjadi satu sebagai keringat sepasang kekasih kali ini.

Hanya relax dan ketenangan. Tiada yang lain.

Tidak berpikir apa yang akan terjadi kemudian. Nanti biarlah nanti...

"Hanya saat ini, kenikmatan ini..."


#NAFSU DAN CINTA MAMA MERTUA


Mungkin benar ketika fisik didasari perasaan cinta, maka yang terjadi kemudian adalah penyerahan diri sepenuhnya.

Sangat berbeda ketika hubungan sexual hanya didasari nafsu dan pengaruh

perangsang, dibandingkan kesadaran seutuhnya.

Memang pada hari berikutnya aku melihat mama agak pemurung. Mungkin pengaruh perangsang yang hilang membuat kesadaran terhadap nilai dan norma kembali muncul.

Murungnya wajah mama mertua ku ini kusadari ketika aku berpamitan ingin mengantar istri kerja. Mama tidak ingin menatap ke wajahku.

Adik Risca selalu membawa motor milik istriku untuk sekolah. Sementara aku mengantar Istri dengan motorku sendiri.

Memang terdapat mobil di rumah ini.
Mobil milik bapak mertua hanya digunakan untuk aktifitas bersama keluarga. Untuk lebih efektif kami menggunakan motor, atau ojek online untuk aktifitas sehari-hari.

Hanya aku dan bapak mertua yang bisa membawa mobil ini.

Mama Sisca terlihat canggung ketika aku menatapnya.

Selepas mengantar istri aku kembali ke rumah. Sengaja aku ijin dari kantor pada hari itu untuk menuntaskan permasalahan yang mungkin timbul akibat peristiwa kemarin.

Biasanya pagi seperti ini Mama sedang mempersiapkan makanan untuk dirinya sendiri.

Namun ketika aku sampai, Mama hanya duduk di ruang tengah sendiri menatap ke arah luar.

Aku menerka-nerka perasaan apa yang berkecamuk pada Mama Sisca.

Ketika di ruangan kami hanya beradu pandang, kemudian aku menghampiri Mama Mertua dan duduk di sebelahnya.

Mama melihatku sekilas lalu memalingkan wajahnya.

Terlihat air muka yang mulai berubah. Mama mulai terlihat sedih, lalu menangis.

Aku merangkulnya. Kali ini bukan sebagai menantu dan mertua. Ini adalah rangkulan seorang kekasih pada pasangannya.

"Mama takut Ale..."

"Takut kenapa Mah?"

"Takut rumah tangga Smita berantakan, takut perbuatan ini diketahui orang, Mama takutttt...."

Aku sambil memeluknya berusaha menenangkan.

Perlaham dan penuh kesungguhan "Ale minta maaf ya Mah, Ale salah sama Mamah sama Smita, udah mengecewakan Mamah"


Ku tunggu sejenak.

Sesaat kemudian, setelah Mama Sisca kemudian menjadi agak tenang.

Aku menatap wajah Mama Sisca, secara tiba-tiba mulai kembali muncul rasa penyesalan.

Terbersit dipikiranku bahwa perempuan di sampingku ini sangat cantik dan baik.

Entah mengapa aku tega melakukan semua ini padanya.

Lantas aku berujar padanya "Ale sayang Mama,
Ale gak akan melakukan seperti kemarin Mah"


Mama Sisca perlahat diarahkan ke mataku, menatap melihat kesungguhanku.


Terucap pertanyaan Mama Sisca "Memang sejak kapan kamu sayang Mama?"

"Sejak pertama mengantar Smita pulang ke rumah dan bertemu Ibu." jawabku dengan sungguh-sungguh.


Mama mertua mulai tersenyum.

"Bisaan aja kamu, sayang kok Mamanya istri sendiri kok disetubuhi"


Gantian aku yang yang agak senyum namun sedikit protes.


"Lho, kapan Mah, kapan Ale menyetubuhi Mama?"

"Ya kemarin Aleee".

Dengan nada protes aku menjawab

"Ale kemarin diam saja Mah, Mama yang isep punya Ale, Mama sendiri yang masukin punya Ale ke punyanya Mamah".

Obrolan ini menjadi lebih mirip obrolan sepasang kekasih yang terjebak asmara malam pertama.

Mama Sisca tersentak kaget sembari mengingat. Aku yakin dia menerka-nerka apa yang terjadi kemarin.

Mama Sisca "Iya , mama kok bisa begitu ya".

Aku "Tuh berarti Mama yang pengennn..."

Mama Sisca tidak mau kalah "Tapi kamu ngapain buka celana di tempat tidur" gantian Mama Sisca protes.

"Abis Mama balik badan desah, desah sambil peluk guling, bikin Ale nafsu Mahhh..."

Sambil menepuk-nepuk kepalanya dengan kedua tangan"Aduuuhhh Mama gak ngerti..." Mama Sisca berusaha mencari jawaban terhadap peristiwa kemarin.

Tentu saja aku sadar semua karena obat terapi libido milik Smita yang kugunakan pada Mama Mertua.

"Tapi bener kok Mah, kalau Mama gak mau, ale gak bakal lakuin lagi."

Mamah tersenyum, sambil ngulang "kalau gak mau? Bener ya, kamu jangan lagi".

Dengan mimik serius , aku tatap wajahnya. Wajah wanita 47 tahun yang cantik , dan memiliki payudara 34 D, dan memek yang masih sanggup menjepit lawan sex nya ini.


"Bener Mah..." jawab ku.


Mama Sisca langsung memeluk ku. Stockholm Syndrom barangkali, aku teringat orang yang disandra menganggap baik para penyandranya.

Mungkin ini yang terjadi pada Mama Mertua saat ini batinku. Kembali perasaan menyesal itu timbul.




"Kalau Mama yang mau gimana?"

DUARRRRR...(kalau difilm India harus diberi efek suara ini)


Itu gambaran perasaanku seketika.

Sejenak aku berpikir disela-sela pelukan pada Mama Mertua. Antara meneruskan atau menghentikan segalanya.

Aku lepas pelukan tersebut, aku tatap wajah Mama dari istriku ini.


Sedikit berpikir. Kemudian...


Aku berinisiatif memajukan wajahku dan disambut wajah mama sembari bibir yang sedikit terbuka.

Tanda perempuan yang sedang membutuhkan ciuman hangat kekasih pada bibirnya.

Kami berciuman pelan dan penuh perasaan. Berujung pada ciuman panas dan bertalian lidah.

Aku memasukan lidahku ke mulut Mama Mertua. Mama Sisca, kemudian melakukan hal yang sama menggunakan lidahnya pada mulutku.

Ludah demi ludah bercampur dan berbaur dalam mulut Mama mertua.

Aku bergegas melepaskan kaos longgar yang dikenakan Mama, kali ini aku sekaligus meloloskan BH yang dikenakannya.

Mama gantian berinisiatif melepas kemeja santai yang aku kenakan seperti Mama yang ingin memandikan anak balitanya.

Celanaku tidak lupa diloloskan langsung dengan celana dalamnya.

Memang perempuan paruh baya lebih lihat dalam pengalaman seperti ini pikirku.

Mama kududukan di sofa ruang tamu, tanpa perlu kuperintah, Mama berinisiatif membuka pahanya sendiri.

"Ale jilat ya Mahhh..."

Mama hanya menganggukan kepala tanda persetujuan.

Aku tidak puas tanpa kata-kata Mama.

"Ale beneran boleh jilat"

Mama menjawab "Semuanya punya kamu sayang..."

Puas aku mendengar jawaban Mama, pahanya aku naikan ke pundakku, kemudian dengan rakus ku makan vagina ibu dari Istriku Smita.

Berbeda dengan kemarin, jari-jari mulai kumainkan dengan mengobel dan menjilat isi dari memek mertua. Aku fokus mempermainkan klitoris Mama Sisca...mencari titik ternikmat yang bisa dia rasakan.

Ruang tamu mulai berbunyi rintihan dan erangan kecil khas mama mertua ketika dilanda kenikmatan sangat.

"Akkhhhh...Ale Sayangggg...akhhhhh, pelan pelan ya nak".

Wajah Mama SIsca mendongak ke atas.

Tiba-tiba "Teng Nong Teng Nong" bel depan rumah berbunyi.

Aku dan Mama sontak terkejut. Kami sama sama mendongak ke arah jendela luar yang terhalang korden berenda.

terdengar teriakan dari arah luar

"Permisi, assalamualaikum Tante Sisca".

"Ehhh iya, sebentarrr !!!"

Mama dan aku agak panik, kami sama sama memakai berusaha mengenakan kembali baju yang sudah berserak2an kesana kemari.

"Siapa sihhh...?"ujar Mama Sisca

"Tante Sisca, permisi..."

Aku melihat seperti seorang perempuan dan anak kecil di depan pagar.

Mama menyuruhku ke kamar "Ale ke atas sana"

Aku langsung beranjak ke atas.

Mama Sisca menuju pintu untuk membuka pagar sambil merapikan baju dan BH nya. Ketika aku beranjak, tampak celana dalam Mama Sisca masih tercecer di lantai. Segera kupungut sekalian ku bawa ke atas.

#PERMASALAHAN SEPUPU ISTRI

Setelah sebatang rokok habis kuisap di atas, aku agak penasaran siapa gerangan tamu tak diundang, pulang mungkin minta di antar di bawah.

Aku beranjak ke bawah dan menememui perempuan yang menangis terisak-isak dengan anak kecil menatap di sebelahnya.

Dia adalah

Raras sepupu istriku yang menikah beberapa tahun lalu. Jika ingat ketika Mama Mertua menghadiri pernikahan di postingan awal. Raras lah sepupu yang dimaksud.
2866419805420e6deccfffa62209bfc20e4b90b7.jpg


Rumah Raras tidak seberapa jauh dari sini. Jaraknya sekitar 5 kilometer dari kediaman Mama Sisca. Ayah Raras adalah Kakak dari Ibu Sisca. Beliau telah tiada sejak lama. Ibu Raras menikah lagi dengan warga negara Australia. Sekarang tinggal di sana.

Raras mempunyai kakak perempuan juga yang sudah menikah dan tinggal di sumatra mengikuti tempat bertugas suaminya.

Praktis Raras hanya memiliki keluarga dekat di rumah ini.


Aku menyapa mereka "Pagi Raras"
"Pagi Mas Ale" Jawab Raras.

Mata Mama Sisca memberi kode untuk menghindari meja ini karena memang aku lihat Raras sedang bercerita sambil menangis.

Tampaknya mereka sedang berbicara sesuatu yang serius.

Aku melihat anak di sebelah Raras agak rewel. Anak itu bernama Didit, berusia 2 tahun. Dia adalah anak Raras dan suaminya.
Entah mengapa dia bercerita sambil menangis.

"Ehhh Didit , sini yuk sama Om". Aku berinisiatif mengajaknya bermain supaya Raras bisa berbincang dengan Mama Sisca.

28664192a5e06fbeca29b1a48f3f4b5e7de072be.jpg



BERSAMBUNG....

#COBAAN MULAI DATANG LAGI

" Kucing , kucing "
"Iya bunyinya meee..." "Onggg" Didit menimpali kata-kataku.
"Bunyinyaaaa? Meee..." "Ong..." Didit kembali menimpali kata-kataku.

Aku cium gemas anak digendonganku saat ini. Sudah hampir setengah jam aku dan keponakanku bermain di depan teras rumah.

"Masss..." Aku melihat Raras berdiri di depan pintu tersenyum menatapku manis sekali.



"Meonggg..." Suara Didit masih memperhatikan kucing loreng putih oranye yang sedang menjilat-jilat kemaluannya sendiri.

"Anaknya buat aku aja ya Ras sambil aku cium2 gemas Didit"

Didit cekikikan mendapat perlakuan dari Omnya demikian. Raras semakin lebar tersenyum melihatku.

"Didit tinggal sini aja yahhh?" sambil aku monyongkan bibir ke arah perut Didit.
"ahahaha ampppyuuunn Om,ampyun" ujar Didi kegelian.

"Udah tinggal sini aja yah sama Om sama Uti (Eyang Uti)". Aku agak menenangkan Didit...

Senyum manis Raras sedikit menghilangkan kesedihan yang beberapa waktu lalu terpatri di wajahnya.
Meskipun begitu , sembab dimatanya masih terasa turut melukai batin siapapun yang menatapnya.

"Didit mau disini ? tuh ditanya Om?"

"Mau sama Mama" ujar Didit.

"Yeee...udah Mama pulang aja, Didit sama Om aja yahhh?" ujarku.

"Gak mau, maunya sama Mama".

"Kalau Mama maunya sama Om?" pandanganku beradu dengan Raras tiba-tiba.

Raras menatap tajam masuk ke dalam mataku. Perasaan yang sulit didefinisikan.

Terpaku sejenak,

Sepengetahuan aku Raras bukan tipe penggoda. Raras memang tipe yang bisa membuat nafsu mata lelaki. Dengan wajah cantik, payudara 34D, tinggi sekitar 168 dan berat 63 Raras terbilang perempuan yang sedikit chubby, dan menggairahkan.

Bibir Raras adalah salah satu aset yang sudah ku khayalkan sejak lama.
Bibir yang agak tebal. Tipe seperti ini mirip dengan bibir Mamah Sisca.

Raras tipikal perempuan baik-baik, ramah murah senyum namun menantang untuk di nakalin. Setidaknya di dalam pikiranku.


Karena kesibukan dan jarang bertemu, aku hanya sebatas membayangkan.

Tetapi sepengetahuan aku dia adalah perempuan baik-baik.
Mungkin dia salah ucap barangkali batinku berkata naif (curi curi pandang).


"Kalau sama Uti mau ya??" Mamah Sisca tiba-tiba muncul di depan pintu.

Kuperhatikan, Raras lalu jadi menunduk agak canggung.

"Sini, sini sama Uti yahhh" Didit diambil dari gendonganku.

"Minum kopi dulu sana" Mama Sisca menawarkanku.

"Iya sebentar lagi aku kedalam Mah" ujarku.

Mama Sisca tersenyum penuh arti.

"Didit sudah makan belum?" ujar Mama ke Raras.

"Belum Tante".

"Ya udah Didit makan dulu yaaa...biar Tante urus dulu."
"Biar Aku saja Tante" Raras seperti agak sungkan
"Sudah gak papa" ujar Mamah.

"Mas Ale, Mamah minta tolong bisa bantuin rapiin kamar atas yang satu lagi gak? Raras mau tidur disini sementara."

Aku mengangguk "Iya Mah".

"Gak usah biar Raras saja" "udah gak papa Ras, sebentar ya." Aku beranjak masuk ke dalam rumah sambil lewat depan Mamah dan mencubit pipi Dito.


Rumah ini mempunyai 5 kamar cukup besar. Namun 1 kamar memang agak berantakan dan terletak dekat dapur. Sementara dijadikan gudang.

Terdapat 2 kamar di atas. Satu adalah kamar ku dan Smita, dan satu lagi adalah kamar tamu. Kamar itu untuk sementara akan dijadikan kamar untuk Raras dan si lucu Didit.
Entah kenapa dia bisa berada disini. Aku tidak mau mempertanyakan.

Setelah beberapa saat, "Terimakasih ya Mas" tiba tiba Raras masuk ke kamar di sela-sela aku menggeser posisi ranjang dan spring bed.

Biasanya posisinya dibedirikan untuk menghindari debu.

"Gak usah sungkan Ras, Mas sendiri". Aku sengaja mendekatinya namun tidak ingin bertanya apa-apa takut merubah senyumannya.
aroma tubuh wangi Raras samar samar bisa kurasakan.

Raras agak menghindariku menatap ke sudut lain.

Harga diri terpukul aku mengalihkan pembicaraan "Cukup kotor kamar ini karena tidak ada pembantu rumah tangga di sini. Mama Sisca ingin mengurus rumah ini sendiri. Padahal Aku sempat menawarkan asisten rumah tangga. Kalau sore hari biasanya dibantu oleh Risca setelah pulang sekolah."

"Mas Ale gak masuk kerja" Tanya Raras

"Ijin agak demam aku Ras" pura pura menggigil agak berbohong. Padahal...

"ohhh..." Wajah Raras agak khawatir.

"Mas Ale, bisa tolong beliin buat makan siang ? sudah hampir jam 12 siang" Mama Sisca kembali muncul di depan kamar sambil membawa seprei baru.
Aku mengangguk paham bahwa Mama Mertua habis bercerita panjang lebar di meja makan tadi. Pasti Mamah tidak sempat memasak makan siang.

"Aku jalan dulu ya sebentar."

"Online aja Mas" ujar Raras

"Gak papa deket sini kok."Aku meyakinkan
Aku mengambil alat-alat bersih untuk kukembalikan ke tempatnya semula.

Tiba-tiba

"Jamnya bagus sekali" Raras menyentuh jam berbentuk burung pengintai di depan kaca.

"Dari Mas Ale, ada di setiap kamar" ujar Mamah Sisca.


Bersambung...


Terimakasih atas komentarnya suhu-suhu semua.



Update berikutnya agak lama jangka waktunya karena kesibukan dan tentunya ini bersifat hobi.



Mama menyadari kodrat yang menghampirinya sebagai seorang wanita. Seorang wanita yang takluk pada keperkasaan kontol menantunya sendiri.

#ADA APA SEBENARNYA?


####

Malam itu aku, smita, mamah sisca mendengarkan cerita dari Raras.



Risca berada di kamarnya, sementara anak Raras sudah tidur dikamar Mama Sisca.





Permasalahan rumah tangga.

Namun kali ini memang agak pelik urusannya.



Raras menceritakan peristiwa ini terjadi ketika Raras tanpa sengaja melihat isi message wa di ponsel affandi, suami Raras.



Singkat cerita ponsel Affandi rusak setelah sekian lama tidak pernah diganti. Raras berinisiatif membelikan namun Raras sebagai istri ingin memiliki yang serupa.



Kemudian Affandi mengganti card dan segala memory di ponsel yang baru.



Permasalahan timbul ketika suatu hari Affandi kerja dengan membawa ponsel Raras yang dikira miliknya.



Karena serupa, dan key yang diberikan juga dibuat oleh Raras, maka Raras bisa membuka akses ke ponsel baru suaminya.







Bermulai dari peristiwa liburan akhir tahun di puncak tahun lalu.



Ketika itu masuk pesan dengan gambar bibir Raras di cium oleh Bram yang merupakan teman Andi. Tertulis “Akhir tahun ini jadi ya tukeran seperti lalu?”.



Terdapat 2 gambar di ponsel



Pertama gambar Raras di cium, kemudian payudara yang diremas dengan background wajah Raras memejamkan mata.



Memang pada akhir tahun lalu Raras dan Affandi sekeluarga menginap di sebuah villa bergambar buah khas malang di sekitar daerah pegunungan.



Pada saat itu mereka menginap bersama 2 keluarga lain yang merupakan teman dari Affandi di salah satu komunitas otomotif.



Memang Affandi suka dengan mesin-mesin mobil yang terlihat gagah untuk kalangan pria.



Permasalahan utamanya adalah Raras tidak ingat kapan dia dicium dan diremas payudaranya oleh Bram yang merupakan teman Affandi.

Kejadian itu tampaknya terjadi tidak dalam kesadaran Raras.


Aku memang pernah mendengar dari sebuah forum mengenai orang bertukar pasangan dengan mencabuli pasangan temannya. Biasanya tidak dilakukan penestreasi.
Hanya digesek-gesekan dibibir vagina.

Moment diakhiri dengan Cum In Face, atau sekitar lapisan luar vagina. Sangat dilarang penestrasi karena kondisi perempuan tidak dalam fase siap bersenggama.

Momen lain yang dilarang adalah Cum in Mouth karena bisa menyebabkan pasangan teman kita tersedak dan tidak bisa bernafas karena.

Biasanya ini untuk hiburan suami-suami kurang akhlak.

( Seperti aku , tapi aku belum pernah sih hehehe… )


“Ya ampun Rasss…” Istriku menenangkan Raras yang bercerita sambil menyeka air matanya sendiri.

“Tega banget Affandi…” Ibu mertuaku menimpali.

Singkat cerita,

Peristiwa itu memicu pertengkaran Raras dan suami di telepon.



Buntutnya Raras menangis dan bercerita di meja saat ini. Dia benar-benar butuh teman untuk bercerita sekarang.

Lusa hari sebuah panggilan telpon masuk dari Affandi suami Raras ke nomer ku.
Affandi bertanya keadaan Raras dan Didit.

“Baik-baik di.” Jawabku

Affandi agak sungkan, seperti menerka-nerka apakah aku mengetahui semuanya.

“Andi kita sama sama laki-laki, itu peristiwa biasa. Aku sudah tahu. Kemarin Raras sudah cerita”.

Affandi lantas berkata “Lalu saya musti bagaimana ya Mas?” terdengar pasrah sekali suaranya.

Buntut perkara ini bisa saja sampai pengadilan apabila kondisi Raras saat itu sedang tidak sadar. Ini bisa jadi sebuah kasus pemerkosaan.


Aku tahu terkadang pria baik-baik pernah jatuh 1 , 2 kali dalam kelabunya kehidupan.

Kita semua tentunya mengejar kesempurnaan. Tapi apalah artinya kesempurnaan tanpa kebangkitan dari kejatuhan.

Aku berusaha untuk memberikan saran bijak kali ini.

Bijak-bijak Ngehek barangkali, jika karena saranku malah membawa kerunyaman lebih pada hubungan mereka.


“Beri waktu Raras menenangkan diri dulu. Beberapa hari lagi aku kondisikan supaya kamu bisa ngobrol sama Raras di sini”.

“Baik Mas Ale, terimakasih ya” Affandi mendengarkan saranku.

Affandi sebelumnya sudah ke rumah hari kemarin. Pada saat itu Andi bertemu dengan Mama Sisca. Mama mertuaku menyarankan dia untuk menanyakan saran dariku.


TUNGGU!!!

Jika teringat saranku pada Affandi mengenai beberapa hari lagi.
Bagaimana bisa aku mengetahui beberapa hari lagi?

Mungkin sebagian bertanya-tanya.


Tentu saja aku melihat dari jam kamera pengintai ketika Raras mengganti baju kemarin.

Saat itu aku menonton Raras sepertinya habis mandi dan ingin mengenakan baju di kamarnya. Ketika keluar dari kamar mandi, Raras melepas handuknya. Aku dapat melihat payudara Raras yang terbuka, sementara celana dalam berwarna putih sepertinya sudah digunakan dikamar mandi sebelumnya.

Payudara Raras sangat besar , mungkin fase akhir menyusui pikirku. Urat-urat agak kebiruan terlihat samar di payudara putihnya. Warna bahunya senada dengan payudaranya. Sama-sama putih. Sexy banget Raras pikirku.

Pantat Raras menjadi salah satu yang belum benar-benar aku lihat. Karena dia sudah mengenakan celana dalam di kamar mandi.

Namun dari bentuknya sudah jelas salah satu bagian favoritku.

“Suatu saat aku akan benamkan lidahku ke dalam pantat itu batinku.”

Pada saat itu aku melihat ketika Raras agak membetulkan posisi celana dalamnya. Sekilas bentuknya agak tebal tanda dia sedang menstruasi.

Itulah mengapa aku katakan "beberapa hari lagi".

Pasti jika Affandi berbicara dengan Raras saat ini kondisinya akan jauh lebih emosional. Akan lebih baik ketika emosinya stabil saat fase menstruasi Raras selesai. Pada saat itu pasti Raras lebih tenang ketika berbicara dengan suaminya pikirku.



#Tukang Ngintip
286678786d8e30feac776b005ca9711493ee001a.jpg




Malam setelah aku melihat Raras telanjang di depan kamera, membuatku melampiaskan hasrat pada Smita.

Smita sampai heran, aku men dogy style istriku agak liar sampai dia meringis-ringis di bawah bantal agar suaranya tidak terdengar. Aku sampai membuat Smita meringis menangis karena menampar-namar pantatnya. Agak kasar memang saat itu.

Tanda di bagian pantatnya membuat aku gemas. Suatu saat tanda di pantat Mamah Sisca juga harus merasakan tamparan dari suami anaknya. Tanda yang katanya juga ada di Risca adiknya.

“Honey how come you can be so wild today…Aku sakit tau digituin”.

Ucap Smita selesai kami bercinta. Aku menenangkan dengan memeluknya sepanjang malam.

Smita gak tau pantat sepupunya yang membuat aku jadi begitu lancang menghukum istriku dengan tidak adil.


#KANGEN MAMA SISCA

Permasalahan Raras tidak membuat aku dan Mama Sisca tidak saling intens berkomunikasi. Justru rindu yang beberapa hari ini tidak tersalurkan, mulai menampakan gejolak minta dipenuhi.

Ketika sedang mencuci piring misalnya, aku berinisiatif memegang tangan Mama Sisca sembari membantunya mencuci piring. Sekilas seperti sedang membantu mencuci piring. Padahal, jari-jari orang kasmaran sedang saling melepas rindu.



#PADA SUATU PAGI

“Mah aku pengen nih” kuucapkan dibelakang telinga Mama Sisca ketika mencuci piring.

Mama mertua menengok ke belakang.

“Ada Raras tuh Mas” Mama Mertuaku tampak khawatir.

“Nanti saja jam 10 an.” lanjut Mama mertua.

Biasanya jam 10 Raras akan menidurkan Didit sampai sekitar jam 12 an supaya setelah makan siang bisa belajar permainan dengan bentuk-bentuk yang terbuat dari kertas warna warni.

Aku iseng menarik bagian depan daster Mama Sisca sembari melihat isi di dalamnya.

“Ichh menantu nakal banget, gak enak ada Raras Ale” ucap Mama Sisca semakin cemas sembari menegok ke belakang.

Di ruang tamu terlihat Raras sedang bermain dengan anaknya.

“Ya udah, Ale main sama Didit dulu ya, habis itu aku ke kamar atas ya Mah mau siapin pekerjaan dulu untuk nanti siang. “

Aku menghampiri Raras.

“Itu Om tuh” ujar raras pada Didit

“ Didittt, main apa?”tanyaku pada Didit.

Didit menunjukan clay di tangannya.

Aku ikut bermain dengan memegang clay dari Didit.

“mainan apaan sih nih? gemes banget pengen pencet-pencet” tanya ku.

Raras hanya tertawa, “nih pencetnya begini lho Dit…” aku tunjukin ke Didit aku ambil segumpal langsung aku pencet-pencet sampai berbentuk bulat mirip puting payudara. Didit seperti Antusias melihat jariku. Teringat bentuk punya mamanya sepertinya.

“Eh anak aku jangan diajarin yang enggak enggak lho Mas…” ujar Raras agak curiga melihat aku mempermainkan clay itu.

“Ini beneran Ras, dia harus segera memahami dunia” sambil fokus pada Didit.

Raras tertawa mendengar penjelasanku.

“Tapi gak umur segini juga”.

“Mirip punya Mama ya Dit?” Aku menunjukan pada Didit. Raras seketika mencubut pinggang aku.

“Aduh sakit Ras” ujar ku.

“Habis omnya ngajarin gak bener nihhh..."

Didit berujar “Mama…” sambil tangannya menunjuk untuk meminta clay yang aku buat.

“Tuhkan Didit aja mau” Raras kemudian ingin mencubitku lagi, sejenak aku rasakan lembutnya tangan Raras. Aku segera beranjak dan memberikan clay itu ke Didit.

“Aku ke atas dulu ya, mau persiapan buat kerja siang”. ujarku.

Raras “Iya om, sambil menyuruh Didit dadah padaku”.


Aku lihat Raras sexy banget pakai baju daster tidak berlengan punya istriku.

Samar tersembul belahan dada Raras ketika aku dalam posisi berdiri seperti ini.

Raras yang agak terganggu dengan tatapanku berkata

“Udah, ngapain liatin begitu”.

“Kayak kenal bajunya”. Balasku modus, padahal dari tadi arah mataku ke belahan dada Raras.

“Pinjem dulu, lagi jadi pelarian”. sambil menunjukan ekspresi manyun.

Aku hanya tertawa dan meninggalkannya dan Didit.




Di kamar atas

Aku ada schedule penawaran sekitar Pkl.14.00 di kawasan sekitar pusat niaga. Waktu tempuh sekitar 30 menit dari sini. Aku harus jalan sebelum Pkl.13.00

Aku menyiapkan bahan presentasi dan mempelajari mengenai calon buyer yang akan kutawarkan ini.

Siapa saja keluarganya, nama belakang merujuk pada keluarga siapa, teman-teman dekatnya, hobby, ketertarikan terhadap model property, dll.

melalui berbagai media sosial, aku bisa mempelajari mengenai kemungkinan jenis apa yang bisa aku tawarkan untuk memenuhi selera dari hot prospek ku ini.

“Serius banget” sambil agak berbisik Raras menggendong Didit yang samar-samar mengantuk di apit olehnya.

Pintu kamarku memang kubiarkan terbuka. Raras menuju kamarnya melewati kamar aku dan istri.

Aku hanya tersenyum di sapa demikian karena takut mengganggu Didit yang terlihat mengantuk.

Raras kemudian menuju ke kamarnya untuk mengeloni anaknya agar bisa tidur sampai jam makan siang.

“Ceklek” pintu kamar tamu ditutup oleh Raras.


28667533bd7493557ebd2b01afc0dc5a372cf752.jpg

Mama Sisca


Semua bahan sudah aku siapkan, tinggal presentasi.

Sebelum itu aku butuh energi dari Ibu mertuaku yang saat ini pasti sedang dikamar.

Jam menunjukan pukul 10.12 pagi.

Aku menuju ke lantai bawah. Mama mertua baru selesai memasak makan siang.

Mama tersenyum melirik kepada ku sambil menuju ke kamarnya.

"Mau mandi dulu.” Kata Mama. Memang ada kamar mandi dalam di kamar Mama Sisca.

“Aku temenin” Jawabku. Aku lihat Mama Sisca hanya tersenyum.


Ketika pintu kamar ditutup, bagaikan diterjang ombak samudera Hindia, tidak pakai mandi, tidak perduli bau badan.

Kami saling berpelukan seraya Mama Merua menyebut namaku "Aleee...".

Mama mertua mencium bibirku langsung didepan pintu.

"Sayanggg..." ucap Mama Sisca lagi seperti gemes banget.

Aku langsung saja melepaskan daster Mama Mertua, dan menurunkan celana dalamnya.

Entah sejak kapan semua pakain ku sudah berceceran di lantai.



Batang yang sudah tegang sempurna meminta kemanjaan dari pemilik haknya pagi ini.

“Mah , Isep dong” pintaku

Mama Sisca mendorong aku duduk di ranjang, dan berlutut di depan kelamin suami anaknya sendiri.

Mama beringsut sedikit menunduk dan menjilat kepala konto# ku.

Sambil digenggam dan diurut naik turun Mama Sisca menjilat-jilat seperti menjilat lolipop.

Aku teringat ketika Smita menjilat punyaku pertama kali. Sangat berbeda kali ini ketika mama istriku sendiri yang melakukan.

Kali ini tanpa pengaruh obat apapun. Hanya dengan kesadaran dan kemauannya sendiri. Kemauan untuk bersetubuh dengan menantunya

Aku yang keenakan mulai agak mendesah, sekaligus memancing gairah Mamah Sisca.

"Akhhh...Sisca sayang" aku memanggil namanya.

Benar saja, mendengar aku mendesah Mama Sisca mulai bersemangat menggoyang-goyangkan kepalanya.

Aku membelai rambutnya yang masih terikat dengan cepol pendek. Sesekali aku remas payudaranya yang montok terlihat samar disela-sela aksi mama Sisca mengisap kemaluanku.

Aku tarik batang kepala konto# ku keluar, Mama Sisca melihat biji pelirku sambil mulutnya masih membuka.

Menggairahkan bagi siapapun yang melihatnya.

“Jilat sayang” pinta ku mengiba menunjukan biji pelirku sambil ku angkat batang konto# ku ke atas.

Mata kami bertatapan. Aku tahu ekspresi itu. Ekspresi orang yang sedang sayang-sayangnya.

Mama Sisca langsung mengulum biji pelirku sambil menatap wajahku. Seluruhnya dimasukan kedalam mulutnya kemudian Mama merem menikmati sensasi di mulutnya. Telihat kilatan-kilatan basah akibat jilatan Mama dipermukaan kelaminku.

Aku berdiri dan membaringkan Mamah Sisca. Kepalanya aku sandarkan dengan bantal, dan kaki Mamah Sisca aku kangkangkan di tepi tempat tidur.

2866755994ed68eebe06bdf97f658a106be48c74.jpg





Kali ini tidak ada rasa malu sama sekali.

Hasrat untuk dituntaskan segera melihat waktu yang ada membuat aku tidak perlu terlalu lama menikmati fase foreplay.

Aku jilat sebentar, kemudian ku ludahi vagina Mamah Sisca. Ludah ku berikan pada batang konto#ku agar bisa segera masuk.

Perlahan kepala konto# ku ku gesekan ke bibir vagina Mama Sisca.

Mama hanya menatap ke arah vaginanya yang sedang berusaha ditembus kelamin suami putrinya sendiri.

Ketika sudah sampai pada posisi pas, kepala Mama Sisca menatap ke langit-langit menikmati sensasi kemaluannya ditembus konto# menantunya.

“Akhhhh Ale, pelan…” racu Mamah.

“Mah, enak banget Mah…kayak anak gadis” pujiku asal-asalan.

Setelah beberapa saat masuk setengah aku terdengar suara "ouchhh..." dari mulut Mama Sisca.

Aku mulai majukan lagi seluruhnya.

Batang kemaluanku sudah tembus sepenuhnya ke dalam memek Mamas Sisca saat ini…Perlahan kemudian...

Aku mulai memajumundurkan batang kebanggaan mertuaku ini.

Tanganku kuarahkan pada pinggangnya agar bisa menghujam penisku lebih dalam disetiap hentakan. Tangan Mama Sisca mencengkram tanganku. Sexy banget Mertuaku saat ini pikirku.

Memek Mama Sisca merespon dengan menghisap ketika aku menekan dan menarik.

Terlihat garis putih di mata Mamah Sisca. Tanda yang sudah bisa ku kenal ketika Ibu Mertuaku ini sedang keenakan.



Tangan ku arahkan ke payudara Mamah Sisca dan ku remas-remas.

Sesekali Aku gesekan klitoris Mama Sisca dengan jempolku.

Sesekali juga aku menghisap payudara Mama Sisca. Agak gemas, terkadang kuberikan sedotan agak keras di tepi payudara mama Sisca.

Terlihat bekas cupangan setelah aku melepas bibirku dari payudara Ibu Mertuaku.

Keringat mulai membanjiri dan bersatu di sekitar area perut, pusar, lengan dan dada Mama Sisca.

Mengkilat seperti sinar sunrise di pantai Banyuwangi.



Hanya ada deruan nafas memburu, erangan kenikmatan, racuan kepasrahan dan darah yang terasa mengalir lebih cepat dari biasanya.

“Ahh, akhhh, gede banget Ale…akhhh...” Racu Mama Sisca, aku memompa seperti

piston minyak bumi yang mengambil inti energi dari sumbernya.



Setelah sekian lama tampak Mama Sisca, mulai bergetar tanda orgasme akan melanda Ibu Mertuaku.

Aku yang menyadari kemudian berinisiatif, untuk mengeluarkan batang konto# ku seketika.

“Yahhhh...Jangannn Aleee..ahhhh“ Mama Sisca meracu dan protes kuperlakukan demikian.

Aku hanya tersenyum melihat dia kepalang tanggung bernafsu namun mendapat ruang hampa.

“ Kamu jahat banget sih ”. Protes Mamah sambil berbicara agak manja dan kesal.

“ Balik badan! ” perintahku.

Mamah yang ingin segera dipuaskan tanpa banyak protes lalu mengambil posisi

“Kayak gini ?” Mama berlutut di tepi tempat tidur agak kebingungan.

Aku gemas melihat posisinya sekarang.

Aku tertawa lalu memeluknya dari belakang dan menatap wajah Mamah Sisca dari atas kepalanya.

Mama Sisca menatap ke atas melihat wajahku sambil tangannya menggenggam tanganku dari samping.

Kami benar-benar mirip seperti kekasih kali ini.

Aku hanya tertawa melihat kebingungannya. Dia tetap melihat wajahku sambil mendongak ke atas.

“Jangan diketawaaainnnn” Protes Mamah Sisca. Sangat menggemaskan perempuan ini.

“Menungging sayang” pintaku lembut.



Mama Sisca lantas mengerti maksudku.

Mamah Sisca membuka kakinya, kemudian membungkukan badannya. Terbuka merekah vaginanya kali ini.

Aku turunkan lebih rendah kepala Mamah Mertuaku ke kasur. Mamah Sisca melihat ke samping.

Pantatnya menungging menjulang seperti gunung yang megah dan agung.

Pantat yang luar biasa dengan tanda lahir di sebelah kiri pantat Mamah. benar-benar mirip milik Istriku. Aku elus tanda itu, untuk kutandai

sebagai kepunyaanku kali ini. Aku kecup dibagian tanda lahir itu.


Aku menunduk melihat ke vagina perempuan ini.

Pantat yang sangat mengagumkan.

Terpampang dihadapanku, lubang matahari, dan vagina perempuan paruh baya yang sangat terawat. Bibir vagina bewarna coklat tua dengan bagian dalam berwarna jambon.

Sungguh beruntung aku menjadi menantunya. Aku sangat beruntung mendapatkan mahkota kenikmatan dari wanita yang begitu setia pada pasangannya.

Aku pegang pantatnya dengan tanganku. Aku jilat lembut bagian pintu koboi milik Mama Mertuaku.

“Ahhhhh…kamu apain Ale?” Ujar Mamah Mertuaku kali ini.

“Masukin dong sayang…” Pintanya melanjutkan.

Tentunya jika dia tidak dalam kondisi tanggung, pasti akan sulit meminta Mama Sisca melakukan posisi seperti ini pikirku.

Aku siapkan batangku untuk menerobos kemaluan Mama Sisca.

Aku ludahi lagi sekitar vagina Mama Sisca.

Aku baluri jariku dengan ludah dan ku oleskan pada bagian pintu vagina Mama Sisca.

Mulailah aku mengambil posisi dan tancapkan kepala kontolku ke bibir vagina ibu mertuaku. Ku pegang erat-erat kedua pantat bohay di depanku kali ini, bagai tak akan pernah kulepas lagi.

Lantas “Akhhhhhh Aleeee aleeee…” teriak Mama Sisca.

Teriakan itu tanda semua batang sudah mesuk sepenuhnya ke dalam vagina sang kekasih. Sejenak kubiarkan Mama Sisca menikmati apa yang tengah terjadi.

Aku mulai maju mundurkan kelaminku perlahan-lahan. Mama Sisca belum merespon goyanganku.

Sepertinya sudah lama sekali dia tidak melakukan variasi sex seperti ini.

Hanya suara-suara erangan dan desahan setiap kali aku masukan kelaminku ke vagina Mama Sisca.

Lambat laun aku bisa merasakan kedutan dari vagina Ibu dari istriku Smita.

Tangannya menarik-narik bedcover ranjang mencari pelampiasan kenikmatan.

Mama seperti sudah bisa menguasai keadaannya kali ini. Dia mulai memaju-mundurkan pantatnya tanda dia menginginkan lebih.

“ohh ohhh ohhh ohhh akhh akhh Masukin yang dalem Ale…ohhh yang dalam, dalammm...”

“akhh hohhh hohhhh…”Balasku tanpa bisa berkata-kata dan berusaha memompa sedalam mungkin.

Memek yang luar biasa pikirku. Terlalu sempurna untuk perempuan seusia ini.

Atau mungkin aku memang penggila perempuan paruh baya batinku dalam hati.

Sekitar beberapa lama, kemudian aku mulai gemas dan menampar pantat Mama Sisca.

Tidak kulihat protes dari mama.

Tentu saja bagian utama yang menjadi sasaran tanganku adalah tanda lahir Mama Sisca di bagian pantat sebelah kiri.

“PLakkk…akkhhh Ale akkhh sakit Aleee Plakkk” Agak keras kali ini tamparanku di pantatnya. Namun racu Mama Sisca tidak kuindahkan.

DIa bagaikan kuda pacu saat ini, kuda pacu yang di pecut sekuat-kuatnya agar berlari lebih kencang.

Tentu saja aku bukan sekedar menampar.

Tamparan pada pantat diselingi dengan remasan, cubitan di pantatnya. Pantat yang sangat menggemaskan.

Luar biasa.

Setelah sekian waktu aku mulai merasa kedutan di vagina Mama Sisca, kepalanya didongakan ke atas.

Momen ini tidak aku sia-siakan dengan menjambak rambut yang diikat cepol Mama Mertuaku dari belakang, dan...



"AKHHHHHHhhhhhh Aleeeeiii… ickhhh ikhhh” Teriak Mamah Seperti mengejang disertai suara menangis bahagia yang teramat sangat. Mama Sisca keluar aku dapat merasakan kedutannya di konto# ku...


Aku juga keluar kali ini...

"AAKKHHHHH...Mertua Binalll..." Racu ku sembarangan sambil mengejang tidak karuan.

“Jangannnn di dalam Aleeee, Mamah suburrrr” teriak Mama Sisca menyadari semprotan sperma di dalam kemaluannya.


Aku yang sudah tidak bisa mengontrol keluar semprotan pertama ke dalam vagina Mamah Istriku.

Namun disepersekian second aku keluarkan dipunggung dan pantat Mama Sisca.

Aku mengejang sekitar tujuh kali.

“Sial, kenapa gak bilang dari tadi” kata-kata dalam batinku.

Aku terjatuh meniban Ibu mertuaku , aku memeluknya dari belakang,

kami sama sama menikmati sisa sisa persetubuhan kami kali ini.

Mama mertua berekspresi merasakan kehangatan pelukanku. Pelukan kekasih yang lama dirindukan...Pelukan menantu pada Ibu Mertuanya. Ibu Mertua yang sangat dinafsui oleh menantunya sendiri.


“Mamah subur?” Bisik ku pada Mama Mertua.

Mama Sisca hanya terdiam saja. Nafas kami saling berkejar-kejaran seperti pelari Marathon yang mencapai garis finish.


“CLETEKKK…” Pintu terbuka sedikit.

Aku dan Mama Sisca sontak melihat ke arah pintu.

“Memang kamu gak tutup?” tanya Mama dengan ekspresi sangat kaget.

“Tutup Mah, tapi gak dikunci”jawabku.

Wajah Mama agak khawatir.

Aku dengan kondisi bugil memperhatikan dari sela pintu jika ada orang.

"Sepertinya kosong” batinku.

“Tidak. Hanya angin, mungkin tadi gak terlalu nutup” ujarku menenangkan Mama.

Aku menengok hanya bagian kepala keluar, takut ada orang. Aku tidak melihat siapapun.

Terdapat bayangan di tembok seperti orang naik ke tangga.

“Sial…” Batinku...




#BERSAMBUNG...Menyambung menjadi satu itulah...


Dari Awal Page Sampe Page 7 Marathon Bacanya....
Emang Demen Banget Gw Sama Cerita Tentang Menantu (Pria) sama Mertua (Wanita) Ginian Hu....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd