Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

Bimabet
wah kalo blm apa2 pasukan wes kocar kacir jendralnya wajib maju duel itu biar moral pasukan naek
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
EPISODE 22 : Bersedia... Siap... Ya!!!

“Saudara Jay Ganama Yaeslim, betul?” Kata inspektur polisi dihadapanku ini.

Ya, disini adalah tidak lain dan tidak bukan adalah kantor polisi. Meskipun dalam hal ini, aku diserang oleh mereka duluan, tetapi tetap saja aku terlibat dalam perkelahian. Sampai menurut mereka aku dibuktikan tidak bersalah, tentu saja aku tidak akan dilepaskan. Haah, semua ini salah preman-preman tidak jelas itu yang mengajakku berkelahi.

“Betul, pak. Saya.” Kataku.

“Saudara Jay, disini anda terlibat perkelahian dengan Saudara Otong.” Kata inspektur polisi itu.

“Bwwpphh!...” Reflek aku menahan tawa sekuat mungkin.

Otong? Yang benar saja. Kok namanya Otong sih?

“Ada apa?” Tanya inspektur polisi itu dengan serius.

“Oh, maaf pak. Saya hampir batuk.” Jawabku sambil tersenyum.

Ah, sialan! Lagi-lagi kepala preman itu. Bahkan meskipun sudah dipisahkan oleh polisi, si kepala preman bernama Otong itu masih terus membuatku repot. Aku hampir saja dimarahi karena hampir tertawa. Otong sialan!

“Kalau batuk, batuk saja. Tidak perlu ditahan-tahan.” Kata inspektur polisi itu berusaha mencairkan suasana.

“Terima kasih, pak.” Kataku.

“Jadi, Saudara Jay. Betulkah anda terlibat perkelahian dengan Saudara Otong?” Tanya inspektur polisi itu.

“Iya, betul demikian, pak.” Kataku.

“Bisa dijelaskan kenapa saudara terlibat dalam perkelahian dengan Saudara Otong?” Tanya inspektur polisi itu.

“Baik, pak. Jadi sebelumnya gini, pak. Awalnya, saya keluar kantor bersama dua teman saya untuk makan siang di restoran akasha. Setelah kami selesai makan, kebetulan dua teman saya pergi duluan, dan tiba-tiba saya didatangi oleh mereka. Mereka bilang bahwa bos mereka ingin memberi pelajaran ke saya. Saya diajak ke suatu tempat oleh mereka, tapi tentu saja saya tidak mau. Kemudian, mereka mulai menyerang saya. Saya tidak punya pilihan lain selain membela diri.” Kataku.

“Apa ada saksi yang melihat kejadian?” Tanya inspektur polisi itu.

“Saya kurang yakin sih pak. Seharusnya ada, karena itu bukan tempat yang sepi dan dilewati oleh kendaraan. Tetapi, saya terlalu fokus membela diri, jadinya tidak sempat melihat keadaan sekitar. Seharusnya banyak yang melihat kejadian, pak.” Kataku.

“Baik, terima kasih atas penjelasannya, Saudara Jay. Lalu, apakah saudara melakukan tindak provokasi kepada Saudara Otong?” Tanya inspektur polisi itu.

“Hmmm. Saya tidak tahu pak, apakah bisa dikatakan sebagai tindak provokasi atau tidak. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, preman kepala itu mengajak saya untuk ikut dengan mereka. Karena saya tidak mau, akhirnya kami berdua terlibat pembicaraan mulut. Saya tidak ingat persis detailnya bagaimana, tetapi ada kemungkinan saya memang mengucapkan kata-kata yang bersifat provokasi.” Kataku.

“Saudara Jay, tadi anda bilang preman kepala. Darimana anda tahu bahwa mereka itu preman?” Tanya inspektur polisi itu.

“Kalau boleh jujur pak, saya hanya menebak. Penampilan mereka seram semua. Mereka juga memasang wajah yang seram. Apalagi, mereka datang bergerombol seperti itu. Otomatis, saya langsung berpikir bahwa mereka itu preman.” Kataku.

“Baik.” Kata inspektur polisi itu sambil mencatat sesuatu di bukunya.

“Maaf, pak. Jika saya boleh tahu, apakah mereka itu bukan preman?” Tanyaku.

“Kita masih belum tahu. Setelah kita menganalisa kejadian dan mengumpulkan keterangan dari para saksi, kita menyimpulkan bahwa kita akan menginterogasi Saudara Jay lebih dulu. Kita akan menginterogasi Saudara Otong setelah ini.” Kata inspektur polisi itu.

“Oh, begitu. Karena jujur pak, saya tidak tahu kenapa mereka mengeroyok saya. Saya merasa tidak punya salah sama mereka.” Kataku.

“Itu akan kita tentukan nanti. Baik, Saudara Jay. Untuk sementara ini cukup. Silakan anda tunggu dulu sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.” Kata inspektur polisi itu sambil berdiri.

Kemudian, aku kembali ke kursi yang sudah disediakan di ruangan ini dan duduk. Inspektur polisi itu pun meninggalkan tempat ini. Kini, tinggal aku sendirian di ruangan ini. Kuperhatikan sekitarku, ada kamera CCTV yang mengawasi ruangan ini. Aku menduga, ada operator atau bahkan polisi yang mengawasiku dari suatu ruangan monitor. Yah, bukannya aku mau melarikan diri juga sih.

Aku terus menunggu di ruangan ini. Entah sudah berapa lama waktu yang berlalu. Aku menduga, sekarang inspektur polisi itu sedang memintai keterangan dari si preman kepala itu dan konco-konconya. Otong... Bwahahahahaha. Nama yang lucu, cukup lucu untuk membuatku tertawa-tawa sendiri. Haduh, kenapa namanya mesti Otong sih? Bukannya aku menjelek-jelekan nama itu, tapi biasanya ada kecocokan antara nama dan penampilan. Penampilan si preman kepala itu, entah kenapa tidak cocok dengan namanya. Aahh, mungkin operator polisi yang bertugas mengawasiku berpikir bahwa aku mulai sakit jiwa karena aku sedang tertawa-tawa sendiri.

Aduh, lama-lama aku jadi tidak sabar sendiri. Aku memang orangnya tidak suka dibuat menunggu. Entah sudah berapa lama aku berada di ruangan ini. Aaahh, cepatlah seseorang datang kesini.

Tiba-tiba, pintu ruangan ini terbuka pelan-pelan. Ah, akhirnya ada seseorang yang datang ke ruangan ini. Akan tetapi, orang itu tidak langsung masuk. Kemudian, muncullah sebuah kepala dari balik pintu yang berusaha mengintip ke dalam ruangan ini. Ah, itu...

“Val!!” Kataku dengan kaget sambil berdiri.

Valensia yang menyadari keberadaanku di ruangan ini, langsung meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya, tanda untuk menyuruhku diam. Kemudian, ia masuk ke ruangan ini, kemudian segera mengunci pintu ruangan ini. Lalu, ia mendatangiku dan duduk disebelahku.

You alright? (Koko baik-baik aja?)” Tanya Valensia.

“Yap.” Kataku.

“Btw, val...” Kataku.

“Diem dulu ya, ko. Gw nggak ada banyak waktu untuk ngomong.” Kata Valensia.

“Eh, maksud lo apa, Val?” Tanyaku.

“Mulai sekarang, semuanya akan rumit. Pokoknya, lu harus lari ya, ko. Jangan pernah dateng ke kantor. Jangan juga pulang ke rumah, atau ke rumah siapapun. Kalo lu emang harus berlindung di rumah orang, pastikan orang itu tuh bener-bener orang yang nggak punya hubungan deket ama lu, ko. Jangan percaya siapapun, gw mohon.” Kata Valensia.

“Val, gua ga ngerti. At least, jelasin dulu lah ke gua. Gua bingung kenapa tiba-tiba lo ngomong begini.” Kataku.

“Udah, nantinya, lu akan paham dengan sendirinya dengan omongan gw.” Kata Valensia.

“Hah, maksudnya apa?” Tanyaku dengan bingung.

“Pokoknya gini aja. Begitu gw keluar dari ruangan ini, hitung dari satu sampai sepuluh, terus lu keluar dari ruangan ini. Dan inget, apapun yang lu lihat diluar ruangan ini, jangan sekali-kali lu berhenti. Lari terus pokoknya keluar dari sini, dan lari sejauh mungkin.” Kata Valensia.

“Val, sumpah gua masih ga ngerti.” Kataku.

“Satu hal lagi, ko. Thank you buat semuanya. Thank you udah nolongin Martha and Villy. Meskipun mereka berempat tuh aneh, tapi mereka berempat tuh the best friend yang pernah gw punya. Dan thank you juga ko buat semuanya selama ini.” Kata Valensia sambil menitikkan air matanya.

Eh, Val... Ada apa sih? Kenapa lu nangis gitu?

Kemudian, ia mendekatkan wajahnya kewajahku, kemudian mencium bibirku dengan lembut. Lembut sekali ciumannya, ciuman paling lembut yang pernah kudapatkan darinya. Setelah beberapa detik, ia melepaskan ciumannya, dan berdiri menuju keluar ruangan.

“Val! Tunggu! Gua...” Kataku.

Valensia kembali meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya. Aku pun diam mengikuti arahannya. Kemudian, ia pun keluar dari ruangan ini. Ah...

“Pokoknya gini aja. Begitu gw keluar dari ruangan ini, hitung dari satu sampai sepuluh, terus lu keluar dari ruangan ini. Dan inget, apapun yang lu lihat diluar ruangan ini, jangan sekali-kali lu berhenti. Lari terus pokoknya keluar dari sini, dan lari sejauh mungkin.” Suara Valensia kembali terbayang-bayang dalam ingatanku.

Aku paham bahwa Valensia sedang tidak bercanda. Aku tahu bahwa ia tidak mungkin bercanda seperti ini. Baiklah, aku mengikuti arahannya. Aku mulai menghitung dalam hati. Satu... dua... tiga... empat... lima... enam... tujuh... delapan... sembilan... sepuluh! Aku langsung berlari dan membuka pintu ruangan ini.

Oh tidak! Apa yang kutemukan di ruangan setelah ruangan tadi? Aku melihat banyak polisi yang terbaring di lantai, beberapa sudah bersimbah darah. Di depanku adalah Valensia dan beberapa orang yang mengenakan seragam berwarna hitam. Mereka sedang menutup matanya. Di lantai, aku menemukan sebuah tabung heksagonal berwarna hitam, bertuliskan “Stun Grenade”. Stun Grenade itu adalah suatu granat yang tidak menghasilkan ledakan, melainkan menghasilkan cahaya dan suara yang digunakan untuk mematikan indera penglihatan selama beberapa detik dan mengganggu kestabilan indera pendengaran.

“Dan inget, apapun yang lu lihat diluar ruangan ini, jangan sekali-kali lu berhenti. Lari terus pokoknya keluar dari sini, dan lari sejauh mungkin.” Kata-kata Valensia kembali terngiang dalam pikiranku.

Cih, sepertinya aku memang tidak punya pilihan lain selain mempercayai kata-kata itu. Perasaanku memberitahuku persis seperti itu. Aku tidak punya pilihan lain selain berlari sekencang-kencangnya melewati Valensia dan orang-orang berseragam hitam itu.

“KESINI!! DIA LARI KEARAH GW!! CEPET KEJAR!!!” Aku mendengar suara Valensia dibelakangku.

“Jangan sekali-kali lu berhenti. Lari terus pokoknya keluar dari sini, dan lari sejauh mungkin.” Kata-kata Valensia kembali terngiang dalam pikiranku.

Aku terus berlari keluar ruangan demi ruangan, mengikuti instingku. Setelah melewati pintu demi pintu, aku sampai di pintu belakang. Di pintu belakang ini terdapat gang jalan yang sangat sepi. Kebetulan sekali, aku segera memanjat tembok yang memisahkanku dengan gang jalan yang sepi itu. Sesampainya di gang jalanan itu, aku melihat kiri dan kananku. Setelah memastikan bahwa tidak ada orang di sekitarku, aku segera berjalan dengan tenang layaknya seperti orang biasa.

Setelah menyusuri gang jalan yang sepi itu, aku kembali berada di jalan raya yang sangat ramai. Jalanan ini, sepertinya jalan protokol utama. Jalanan yang sangat lebar, gedung-gedung yang tinggi, banyak pohon di tengah-tengah jalan. Tidak salah lagi, ini daerah Sudirman.

“Mulai sekarang, semuanya akan rumit. Pokoknya, lu harus lari ya, ko. Jangan pernah dateng ke kantor. Jangan juga pulang ke rumah, atau ke rumah siapapun. Kalo lu emang harus berlindung di rumah orang, pastikan orang itu tuh bener-bener orang yang nggak punya hubungan deket ama lu, ko. Jangan percaya siapapun, gw mohon.” Aku berusaha mengingat-ingat kata-kata Valensia tentang itu.

Baiklah, aku tidak paham apa yang sebetulnya terjadi. Akan tetapi, aku tidak bisa berpikir terlalu lama. Paling tidak, aku harus menemukan tempat persembunyian lebih dulu. Perasaanku mengatakan bahwa berada disini terlalu lama bisa berakibat sesuatu yang tidak baik bagiku. Aku harus mengurangi interaksi dengan orang lain seminimum mungkin. Jadi, memanggil taksi sepertinya adalah hal yang salah. Baiklah, mungkin sebaiknya aku naik transJakarta saja. Aku segera pergi ke pemberhentian TransJakarta yang terdekat dari tempatku berada. Setelah membayar di pintu masuk, aku menunggu kedatangan bus TransJakarta. Dalam beberapa menit kemudian, satu unit bus pun datang, dan aku langsung naik. Aku memilih tempat yang agak belakang, kemudian bertopang dagu untuk menutupi wajahku. Sambil melakukan itu, aku melihat peta rute TransJakarta untuk memutuskan dimana aku turun. Akan tetapi, pertanyaan yang selalu bertubi-tubi menghantam pikiranku adalah, apa yang sebetulnya sedang terjadi?

BERSAMBUNG KE EPISODE-23
 
Ada apa iniii..
Berawal dari martha
Apa jay berurusan dengan orang yang "salah?"
:bingung:
Makasih updatenya suhu megu
 
Wah kirain ceritanya udah mendekati final, ternyata ada misteri baru ya..
 
Lama gak update,,,sekalinya update malah bikin bingung gan
Tapi thanks lah gan buat updatenya
Lanjut lagi sampe tamat
 
Apa mungkin berkaitan dengan kasus pak jent yg melawan minx itu ya suhu?
 
Roman-roman sdh abis dan baru msk konflik yg sebenarnya.
Kl gak salah ini timelinenya saat geger di China yg melibatkan banyak atasan Jay.
Apakah ke dpn akan ada link antara Jay da Jent, atau kisah kisah Jay sendiri?
Monggo dilanjut keseruannya om Memeg
 
Akhrny konflik yg beneran muncul.
Haduh libur lg :hua:
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd