Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Mahasiswa Tour Leader

Status
Please reply by conversation.
gelar tiker, siapin kembang tujuh rupa dan bakar kemenyan...
semoga ceritanya bisa sampai akhir gak keputus...
 
Waaah 2 episode masih di prolog.

Harus ditunggu episode selanjutnya nih.
Lanjutkan suhu
 
Ayooooooooooo nunggu malam & update :adek:

Sherin Maharani :coli:
 
Numpang ninggalin jejak ya hu...
Biar gak ketinggalan update.

Salam ngecrot, crat crit crut cret crot !!!
 
Kisah Mahasiswa Tour Leader
Chapter 1: Sherin Maharani
Part 3: Masa Lalunya Kah?



Gubrak! Aku dan Sherin terbangun karena bis kami melewati jalanan rusak berlubang. Rupanya kita sudah keluar dari tol dan sekarang sedang berada di daerah Brebes, kulihat jam masih tengah malam.

“Mar, AC bisnya dingin banget nih.” Bisik Sherin lirih.

“Pak, ACnya bisa dikecilin?” Pintaku ke supir bis. Karena posisi kami duduk tepat dibelakang supir.

“Wah mas, maaf ini udah paling kecil, Kalau dimatiin nanti bocor netes, kacanya juga berembun nanti saya gabisa lihat jalan.” Jawab pak supir.

“Yaudah Rin, di dobel jaket lagi aja ini.” Ucapku ke Sherin sambil menyerahkan jaketku.

“Hmm, gausah deh makasih. Ini udah pake sweater nanti tambah jaket jadi susah gerak.” Tolak Sherin pelan.

Sherin malah melingkarkan kedua tangannya ke tubuhku dan memelukku. Kembali kepalanya disenderkan ke bahuku dan kembali berusaha tidur. Tapi posisi badannya ini malah membuatku merasa tidak nyaman dan sulit tidur. Walau disisi lain, kapan lagi dipeluk cewek yang lagi tidur. Kutarik selimut hingga leher Sherin sambil kembali mengusap rambutnya pelan.

Entah pikiran apa yang ada di kepalaku tiba-tiba kuberanikan diri mencium keningnya perlahan.

“Kok jadi ikut-ikutan nyium sih.” Bisik Sherin protes.

“Habisnya cakep banget sih cewek kalau lagi tidur.” Balasku seadanya.

Sherin pun jadi membuka matanya yang masih sayu karena mengantuk. Kuberanikan lagi dekatkan wajahku ke wajahnya. Sherin juga mengikuti ku mendekati wajahku dan, cup! Tiba-tiba entah dari godaan setan yang mana, aku mencium bibir Sherin pelan. Beberapa detik kami berciuman, Sherin mendorong bahuku menjauh.

“Jangan disini Mar, nanti dilihat peserta.” Ucap Sherin lirih.

Kulihat ke kiri dan belakang semua rombongan tertidur. Bahkan kernet bis pun ikut tertidur, hanya menyisakan supir yang tampak berkonsentrasi mengemudikan bis di jalan yang sempit antara Brebes-Purwokerto.

“Semua tidur kok.” Bisikku meyakinkan Sherin.

Kembali kudekatkan bibirku ke bibirnya hingga kami kembali berciuman. Kali ini kuberanikan lidahku masuk ke mulutnya. Sherin yang mungkin ikut terbawa nafsu membuka mulutnya dan membiarkan lidah dan bibirku bermain. Sementara itu tangan kananku bergerak melingkar dibalik punggungnya dan mencari payudara kanannya dibalik selimut. Masih diluar sweater yang dipakainya kuusap kemudian kuremas perlahan payudara kanan Sherin.

“Hhhmpph, Mar tangannya jangan kemana-mana.” Bisik Sherin lirih.

Aku yang tidak memperdulikan ucapan Sherin kemudian menggerakkan tangan kiriku ke pinggang Sherin mencari bukaan sweaternya dari bawah. Dibalik sweaternya masih ada kaos. Aku yang tidak mau menyerah kembali berusaha memasukkan tangan kiriku kedalam kaosnya sambil tangan kananku masih bermain di payudara kanannya yang ditutupi sweater.

Berhasil masuk, tangan kiriku mengusap perut Sherin perlahan. Pelan-pelan kuarahkan tanganku naik sambil mengusap perut dan pinggangnya. Tubuh Sherin benar-benar terasa mulus dan halus sekali terasa di tanganku. Semakin naik tangan ku menemui halangan lain. Payudara kiri Sherin yang masih berada dibalik bra kembali kuusap dan kuremas perlahan. Kini tangan kanan ku bermain di payudara kanan Sherin yang masih tertutup sweater dan tangan kiri ku bermain di payudara kirinya yang hanya terhalang bra saja sambil masih berciuman dengannya.

“Hhhmmppph, kok bukannya berhenti, malah hmmppphh jadi dua tangannya yang nakal sih. Geli nihh, hmmph..” Sherin meracau daerah sensitifnya kuraba dan kuremas dengan tanganku.

Masih dikuasai setan, tangan kiriku sekarang mencoba mengeluarkan payudara Sherin dari bra yang ia pakai. Kutarik keatas cup bra yang Sherin pakai, agak susah bermanuver dibalik kaos, dibalik sweater dan dibalik selimut yang dipakai Sherin. Akhirnya sukses juga tanganku meremas payudaranya tanpa terhalang apapun. Kuterka dengan tanganku ukuran payudara Sherin bisa dibilang tergolong pas bagi seleraku, pas ditangan. Tipeku memang yang seperti ini, tidak besar, namun sedang relatif kecil.

Kuarahkan tangan kiri ku untuk meraba kedua payudara Sherin sementara tangan kanan ku mengalah dan kuarahkan ke rambut dan kepala Sherin. Ku kelilingi jari telunjukku ke aerola payudaranya sambil perlahan mendekat ketengah ke putingnya, kemudian dengan jari-jariku kumainkan perlahan. Sherin tampak menikmati hingga tiba-tiba…

“Mar, sorry gue harus berhenti ya...” Ucap Sherin tegas sambil melepaskan bibirku dan mendorongku perlahan.

“Ehh, aduh harusnya gue yang minta maaf. Rin, beneran deh, duh maaf, maaf banget.” Jawabku gelagatan. Sungguh walau menikmatinya aku tetap merasa bersalah telah memulai. Apalagi sampai diingatkan Sherin begini.

“Santai, gapapa, bukan sepenuhnya salah lu juga kok Mar. Kalau gue gamau harusnya udah gue cegah daritadi, tapi...” Sherin menjelaskan sambil membenarkan bajunya yang berantakan. Tiba-tiba matanya berkaca-kaca, aku malah semakin tidak tega.


“Tapi apa? Bener aku minta maaf banget, jangan sedih gitu dong.” Masih merasa sangat bersalah aku penasaran dengan kelanjutan ucapannya Sherin.

“Gak sedih kok, tapi… tapi aku takut perasaanku terlalu dalam sama kamu, takut melakukan kesalahan yang sama.” Sherin membuatku semakin bingung.

“Maksudnya kenapa Rin? Kamu menyesal kenapa?” Baru bertanya dan belum mendapat jawaban, Sherin kembali tertidur di pundakku, atau pura-pura tidur, entahlah.

“Eh malah tidur.” Ucapku protes.

Untuk beberapa waktu aku termenung, Sherin tampak sekali berusaha menyembunyikan sesuatu. Masa lalunya kah? Selama perjalanan ini, selama di Dufan, Sherin dapat terlihat gembira sekali namun untuk waktu yang singkat berubah menjadi diam menatap dengan pandangan kosong. Entah apa yang benar-benar ada di pikirannya.

Memikirkan itu membuatku malah semakin mengantuk, pelan-pelan kucoba untuk kembali tertidur.
Dan sukses tertidur lelap. Zzzz...

--

“Mas, mas, mau mampir makan pagi dimana?” Tidurku bangun berkat panggilan dari pak Supir.

“Oh iya pak, di Candisari ya pak. Udah saya pesenin.” Jawabku singkat sambil berusaha mengumpulkan nyawa. Terlihat matahari yang sudah mulai terbit.

Kulihat disebelahku Sherin masih tertidur, sementara rombonganku beberapa sudah ada yang bangun.

Tidak lama bis kami masuk di rumah makan Candisari. Disini kupersilahkan rombonganku makan.

Beres dengan urusan makan rombongan, akupun berjalan menuju ruangan makan khusus crew. Pada rumah makan yang spesialis rombongan wisata, biasanya ruangan makan crew bis dan tour leader terpisah. Disini kami bebas makan menu yang biasanya justru lebih komplit dari menu yang disajikan ke peserta tour dengan harapan supir bis atau tour leader mau mengarahkan rombongannya selanjutnya nanti untuk kembali mampir makan disini.

Celingak celinguk, aku mencari ke kanan kiri, seperti ada yang kurang.

“A, nyari pacarnya?” Ucap Udin, kernet bis kami.


“Ehh pacar?? bukann... tapi emang nyariin dia sih.” Jawabku.

“Iya itu masih tidur di bis, gaenak tadi bangunin.”

Akupun kembali ke bis berniat membangunkan Sherin. Benar ternyata, Sherin masih tertidur pulas di dalam bis menggunakan selimut. Kuhampiri dia, duduk disebelahnya, dan kuberanikan lagi mencium keningnya dan mengusap rambutnya.

“Rin, bangun, sarapan cuci muka sana.” Ucapku ke Sherin

“Huaaam, eh, iya.” Sherin bangun, menguap dan mengusap matanya.


Beneran deh, cewek yang lagi tidur, apalagi baru bangun tidur itu justru cantiknya yang paling maksimal. Andai tadi malam Sherin tidak menghentikan ku, mungkin sekarang sudah kucium lagi bibirnya.

Sherin akhirnya turun dari bis dan menuju ruang makan. Setelah mengambil makanan kami duduk di meja bersama kedua supir dan kernet. Untuk perjalanan jauh seperti ini memang dalam 1 bis selalu ada 2 orang supir dan 1 kernet. Supir mengemudikan secara bergantian agar tidak cepat lelah. Supir kami bernama pak Sugeng dan pak Rahmat, sementara kernetnya ada kang Udin. Sebenarnya aku sudah kenal pak Rahmat dan kang Udin karena sering jalan dengan mereka. Sambil makan kami membahas rencana perjalanan. Tujuan pertama kami hari ini adalah candi Borobudur, pusat oleh-oleh kaos Jogja, dan terakhir ke Prambanan sebelum menginap di Hotel.

Selesai makan, cuci muka, dan bersih-bersih diri. Rombongan kembali masuk ke bis dan melanjutkan perjalanan menuju Borobudur. Lama waktu perjalanan dari Kebumen menuju Borobudur masih sekitar 2 jam lagi.

Dari kursiku didepan, bisa kudengar anak-anak yang duduk paling belakang tampaknya asyik sekali. Memang sudah jadi kebiasaan, di bis saat perjalanan wisata, anak-anak yang ribut, seru, atau ‘gaul’ pasti menempati bagian belakang bis. Tertarik bergabung, akupun berjalan kebelakang menghampiri mereka.

Di belakang rupanya mereka sedang asyik akustikan menggunakan gitar yang mereka bawa. Akupun berkenalan singkat dengan mereka. Angga, yang memainkan gitar, menawariku untuk menggantikannya. Namun tawarannya kutolak karena memang tidak memiliki keahlian bermain gitar.

Rupanya langkahku kebelakang diikuti oleh Sherin, tidak berapa lama Sherin datang menghampiri kami. Anak-anak cowok langsung semangat menawarkan Sherin tempat untuk duduk.

“Yee, gue berdiri dari tadi gak dikasih duduk, giliran cewek gue dateng, lu semangat ngasih duduk.” Ucapku protes sambil tetap berdiri bersandar ke kursi.

“Ehh, jangan dengerin ini orang, saya masih single kok.” Rayu Sherin ke siswa laki-laki.


"Angga, bisa main lagu Andai Dia Tahu? Kalau bisa mainin dong.” Requestku ke Angga.

“Ohh bisa, bisa mas.” Jawab Angga semangat.

Lagu Andai Dia Tahu adalah lagu jadul yang awalnya dibawakan oleh Kahitna dan sedang naik lagi kala itu karena dinyanyikan ulang oleh Yovie bersama RAN.

Bilakah dia tahu
Apa yang t'lah terjadi
Semenjak hari itu
Hati ini miliknya
Mungkinkah dia jatuh hati
Seperti apa yang ku rasa
Mungkinkah dia jatuh cinta
Seperti apa yang ku damba

“Ciee, lagunya buat mbaknya tuh.” Ucap salah satu teman Angga ke Sherin.

“Wuihh keren-keren Mar. Bagus banget suara lu.” Sahut Sherin semangat sambil bertepuk tangan.


Akupun membalas sambil mengangguk berterima kasih sambil tersenyum.

Tidak terasa perjalanan 2 jam, kami akhirnya memasuki pelataran parkir candi Borobudur. Aku dan Sherin kembali duduk di depan. Kami berbagi tugas, Sherin turun duluan dan antri membelikan tiket masuk sementara aku tetap di bis mengarahkan rombongan dari parkiran menuju gerbang masuk. Sambil bis mencari parkir, aku mengarahkan rombongan untuk mengingat lokasi parkir bis dan meminta untuk kembali lagi ke bis sebelum jam 12 siang.

Rombongan turun dan kubariskan untuk kemudian kuarahkan menuju gerbang masuk. Area parkir Borobudur sangatlah luas, mampu menampung ratusan bis dan toko-toko berjejeran yang sangat mudah membuat seseorang jadi tersesat.

Tiba di gerbang masuk, Sherin langsung menghampiriku dengan tiket yang sudah dibeli. Tiket dibagikan dan rombongan langsung diambil alih oleh tour guide lokal dari Borobudur yang tugasnya menjelaskan Borobudur secara lebih rinci. Setelah berfoto bersama dengan latar belakang Borobudur, aku dan Sherin berpisah dari rombongan yang dipimpin oleh tour guide lokal tersebut.

Bersambung...
------
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd