Gini aja dech
Semprot Lover
Masih kuat melekat dalam ingatan kita tragedi hilangnya pesawat Boeing-777 milik Malaysia dengan nomor penerbangan MH-370, wilayah asia kembali di suguhkan tragedi yang tak kalah mengenaskan. Kali ini dari Asia sebelah timur, tepatnya Korea selatann. Adalah Sewol, Kapal ferri yang mengangkut sekitar 476 dalam perjalanan wisata ke Pulau Jeju itu karam pada 16 April 2014, dan kini pencarian terhadap korban masih terus dilakukan. Jumlah korban tewas hingga saat ini mencapai 187 orang, sementara 115 lainnya masih belum diketemukan. Sang Kapten bersama 2 awak kapal ditangkap Kepolisian Korea Selatan karena dinilai lalai dalam insiden karamnya kapal feri Sewol di lepas pantai Negeri Ginseng tersebut.
Kapten kapal Lee Joon-seok menyatakan permintaan maaf kepada seluruh publik di Korea Selatan, terutama para keluarga korban. Kapal Sewol bermuatan sekitar 460 siswa SMA yang tengah dalam perjalanan wisata ke Pulau Jeju.
"Aku meminta maaf kepada kalian semua atas insiden ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, aku meminta maaf kepada para keluarga korban," ujar Lee, yang berhasil diselamatkan tim evakuasi, seperti dimuat BBC, Sabtu (19/4/2014).
Lee dibekuk polisi karena dinilai terlambat memberikan perintah evakuasi penumpang ketika kapal mulai karam. Sang kapten mengaku kapal tenggelam begitu cepat meski dia sudah memerintahkan evakuasi.
Menurut dia, jika evakuasi langsung diputuskan begitu saja, maka para penumpang bisa tenggelam. Karenanya, ia memutuskan untuk memerintahkan agar penumpang memakai rompi pelampung terlebih dahulu. Baru kemudian dievakuasi.
::
Ya, tapi setidaknya ia sudah melakukan hal yang semestinya, yakni meminta maaf dan menyesali kelalaian yang menyebabkan ratusan jiwa melayang, meski sebenarnya hal tersebut tak terlepas dari takdir yang tak mampu di elaknya.
Bagaimana dengan di negeri kita ? Pernah kah anda mendengar berita tentang seorang koruptor yang meminta maaf dan menyesali perbuatannya kepada masyarakat indonesia ? Mungkin anda pernah (mendengarnya), tapi selama saya hidup di sini, saya belum pernah mendengarnya. Yang saya tahu. seusai sidang dan di dakwa bersalah, tak sedikit pun tersirat pada wajah mereka rasa penyesalan. Boro-boro tersirat, justru mereka masih bisa tersenyum dengan entengnya di balik pakaian berwarna oranye bertuliskan TAHANAN KPK
Entah gila atau memang murah senyum, tapi setidaknya apakah pantas bagi seseorang yang sudah di pandang sebagai maling, perampok, pemerkosa, pencabul, pencuri, penjahat bahkan penipu tersenyum di hadapan korbannya ? kemudian melenggang tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Itu sih namanya Ngeledek !!
Sebagai negara dengan SDM yang pas-pasan, setidaknya kita memiliki jiwa yang kuat, dengan kata lain, berani mengakui kesalahan yang sudah di buat yang tak ada sangkut pautnya dengan takdir. Apakah logis bila tindakan koruptif merupakan takdir Tuhan ?. Tak perlu juga melakukan Sepuku/Harakiri seperti para ksatria Jepang yang berjiwa luhur demi menebus kesalahan dan kegagalannya dalam melaksanakan tugas, cukup dengan mengakui atau kalau bila perlu menyelenggarakan jumpa pers untuk menghaturkan permintaan pada masyarakat Indonesia, meski di kemudian hari ia kembali melakukannya ?
Lha ?
Tapi inilah Indonesia, bangsa yang besar karena ragam hayati dan budayanya. Andaikan saja semua itu tak dimilikinya, saya pun tak sanggup membayangkannya, seperti apa "bentuknya" negeri ini. Bangsa ini telah kehilangan semangat juang-nya, tak ada lagi kobaran, tak ada lagi teriakan pun orasi lantang yang sanggup memecut rasa nasionalisme, terutama bagi para generasi muda. Tak ada lagi teriakan"MERDEKA ATAOE MATI !!", padahal negara ini belum sepenuhnya merdeka, kita hanya baru membuka pintu menuju kemerdekaan, tapi belum sampai kepada kemerdekaan itu sendiri.
Tengoklah lagi kedalam, kita kerap meneriakan NKRI = HARGA MATI !, namun di satu sisi, kita justru saling membenci hanya karena tak sepadan, hanya karena tak sepaham, atau yang lebih parahnya lagi, hanya karena ingin terlihat lebih hebat dari yang lainnya.
Kita hanya meneriakkannya saja tanpa bisa memaknainya, kita hanya sebatas hafal tapi tak memahaminya. Bukankah persatuan yang pantas di sebut sebagai harga mati adalah perbedaan yang berjalan selaras dan harmonis tanpa rasis, intimidasi atau diskriminasi ? karena setiap kita bukanlah pribadi yang sempurna. Kita saling membutuhkan.
Kapten kapal Lee Joon-seok menyatakan permintaan maaf kepada seluruh publik di Korea Selatan, terutama para keluarga korban. Kapal Sewol bermuatan sekitar 460 siswa SMA yang tengah dalam perjalanan wisata ke Pulau Jeju.
"Aku meminta maaf kepada kalian semua atas insiden ini. Dari lubuk hati yang paling dalam, aku meminta maaf kepada para keluarga korban," ujar Lee, yang berhasil diselamatkan tim evakuasi, seperti dimuat BBC, Sabtu (19/4/2014).
Lee dibekuk polisi karena dinilai terlambat memberikan perintah evakuasi penumpang ketika kapal mulai karam. Sang kapten mengaku kapal tenggelam begitu cepat meski dia sudah memerintahkan evakuasi.
Menurut dia, jika evakuasi langsung diputuskan begitu saja, maka para penumpang bisa tenggelam. Karenanya, ia memutuskan untuk memerintahkan agar penumpang memakai rompi pelampung terlebih dahulu. Baru kemudian dievakuasi.
::
Ya, tapi setidaknya ia sudah melakukan hal yang semestinya, yakni meminta maaf dan menyesali kelalaian yang menyebabkan ratusan jiwa melayang, meski sebenarnya hal tersebut tak terlepas dari takdir yang tak mampu di elaknya.
Bagaimana dengan di negeri kita ? Pernah kah anda mendengar berita tentang seorang koruptor yang meminta maaf dan menyesali perbuatannya kepada masyarakat indonesia ? Mungkin anda pernah (mendengarnya), tapi selama saya hidup di sini, saya belum pernah mendengarnya. Yang saya tahu. seusai sidang dan di dakwa bersalah, tak sedikit pun tersirat pada wajah mereka rasa penyesalan. Boro-boro tersirat, justru mereka masih bisa tersenyum dengan entengnya di balik pakaian berwarna oranye bertuliskan TAHANAN KPK
Entah gila atau memang murah senyum, tapi setidaknya apakah pantas bagi seseorang yang sudah di pandang sebagai maling, perampok, pemerkosa, pencabul, pencuri, penjahat bahkan penipu tersenyum di hadapan korbannya ? kemudian melenggang tanpa rasa bersalah sedikit pun.
Itu sih namanya Ngeledek !!
Sebagai negara dengan SDM yang pas-pasan, setidaknya kita memiliki jiwa yang kuat, dengan kata lain, berani mengakui kesalahan yang sudah di buat yang tak ada sangkut pautnya dengan takdir. Apakah logis bila tindakan koruptif merupakan takdir Tuhan ?. Tak perlu juga melakukan Sepuku/Harakiri seperti para ksatria Jepang yang berjiwa luhur demi menebus kesalahan dan kegagalannya dalam melaksanakan tugas, cukup dengan mengakui atau kalau bila perlu menyelenggarakan jumpa pers untuk menghaturkan permintaan pada masyarakat Indonesia, meski di kemudian hari ia kembali melakukannya ?
Lha ?
Tapi inilah Indonesia, bangsa yang besar karena ragam hayati dan budayanya. Andaikan saja semua itu tak dimilikinya, saya pun tak sanggup membayangkannya, seperti apa "bentuknya" negeri ini. Bangsa ini telah kehilangan semangat juang-nya, tak ada lagi kobaran, tak ada lagi teriakan pun orasi lantang yang sanggup memecut rasa nasionalisme, terutama bagi para generasi muda. Tak ada lagi teriakan"MERDEKA ATAOE MATI !!", padahal negara ini belum sepenuhnya merdeka, kita hanya baru membuka pintu menuju kemerdekaan, tapi belum sampai kepada kemerdekaan itu sendiri.
Tengoklah lagi kedalam, kita kerap meneriakan NKRI = HARGA MATI !, namun di satu sisi, kita justru saling membenci hanya karena tak sepadan, hanya karena tak sepaham, atau yang lebih parahnya lagi, hanya karena ingin terlihat lebih hebat dari yang lainnya.
Kita hanya meneriakkannya saja tanpa bisa memaknainya, kita hanya sebatas hafal tapi tak memahaminya. Bukankah persatuan yang pantas di sebut sebagai harga mati adalah perbedaan yang berjalan selaras dan harmonis tanpa rasis, intimidasi atau diskriminasi ? karena setiap kita bukanlah pribadi yang sempurna. Kita saling membutuhkan.