Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Leila pembantuku

Lanjutan
Tahun baru sudah datang, aku kembali sibuk dalam pekerjaanku yang menumpuk saat kami kembali membuka kantor setelah liburan panjang. Aku sudah cukup mengenal bahwa pekerjaaanku memiliki kisah yang berbeda. Pada sisi lain, kita professional dalam menjalankan pekerjaan, namun dengan penatnya perkerjaan kita memiliki hidup yang rumit. Guntur kini hidup dengan istrinya mudanya, Ninik karena istri tuanya kini menjalani pengobatan diluar negeri. Kandungan Ninik sudah 5 bulan, ia memasang foto Ninik menjadi latar ponselnya. Ia sangat bahagia, sedangkan tidak jauh berbeda dengan Pak Raymond. 4 hari setelah aku pulang, ia meminta aku mencari Flat untuk Putri. Karena aku sudah memegang rahasianya dan ia mengetahui aku sedang dengan Leila.

Aku menyetujuinya, maka aku mencoba mencarinya dan langsung mendapatkannya dan menghubungi Pak Raymond. Ia setuju dan kini Putri tinggal di Appartement yang hanya aku, Pak Raymond, dan berberapa anak buah Pak Raymond yang mengetahuinya. Jujur awalnya aku bingung dengan cara apa harus bersikap. Lama-lama aku semakin dalam terlibat, dan santai karena hubunganku dengan Leila masih kujalani. Kini Leila tinggal dirumahku, masih sebagai pembantuku itu yang diketahui semua tetanggaku. Namun satu yang tidak mereka ketahui, Kini sudah 2 bulan hubungan kami berjalan cukup pelik, karena rutinitas kerja yang meyita waktu. Karena efek Krisis Global sedang kencang menekankan gerak banyak perusahaan yang kami tangani.

Pada sisi Leila juga berbeda, Leila berpikir bahwa hubunganya dengan aku sudah selesai. Ia menata pakaian yang kuberikan dalam Koper dan kembali menaruh berberapa pakaianya dikamarnya. Aku sengaja tidak berbicara apapun saat itu. Terlebih ia sedang datang bulan, aku tidak bisa memaksanya untuk tidur bersamaku. 2 minggu setelahnya, aku malah mendapatkan tugas untuk pergi keluar kota selama 10 hari. Ketika kembali, ia akan mencapai masa menstruasinya kembali, aku kembali bertahan untuk tidak menyetubuhinya dulu. Meski bila boleh jujur, aku tidak bisa menahan terlalu lama. Persetubuhanku dengan Leila di Bali cukup intens yang menyebabkan aku ingin melakukan kembali. Kesempatan ternyata tidak cukup datang dengan sempurna, kesibukan adalah seperti menjadi musuh.

Karena tuntutan kerja, yang cukup padat. Bahkan Februari kemarin aku harus pergi ke Kalimatan untuk memeriksa perusahaan yang bermasalah dengan kepemilikan. Dalam perkerjaanku bermasalah untuk menjual saham perusahaan seperti ini memberikan perhatian ekstra oleh aku dan anakbuahku. Untungnya setelahnya kembali dari Kalimatan, Perusahaan itu membaik kembali dan bisa memberikan waktu cukup luang untukku. Disaat itu, aku mulai bisa memikirkan cara belum dipikirkan. Awalnya aku takut dengan Leila mungkin memiliki hubungan lain, maka aku sengaja membuka rekaman CCTV untuk mengecek. Leila rupanya tidak melakukan yang kutakutkan, hanya dia sering membuka handphoneku saat aku mandi atau tidak ada dirumah. Sedangkan saat aku pergi kerja di daerah, Leila membuka dan mengamati pakaian yang dipakainya dulu.

“Leila, bisa ke kamar saya?” panggilku pada Leila yang kebetulan sedang mengangkat pakaian. “Iya, pak.” katanya namun belum tidak ada batang hidungnya. 10 menit kemudian, ia muncul dan hanya diambang pintu. “Masuk kamu.” kataku padanya. Ia ragu-ragu, kemudian masuk ke dalam kamarku. “Kenapa pak? Ada yang salah?” katanya bertanya padaku. “Leila, sekarang kamu masukin pakaian-pakaian itu kedalam lemari daripada di Koper aja.” Kataku padanya. Ia terdiam, “Tapi mesti dicuci dulu, Pak. Pakaian masih kotor semua.” katanya sambil menatapku. “Ah, kamu bicara apa? Pakaian itu masih bersih, kamu liat itu satu koper lagi juga dibuka masih bersih juga.” Kataku menyuruhnya. Aku sambil melirik, ke layar TV yang terpasang CCTV untuk keamanan rumah.

“Emang saya tidak tahu kamu masih lihat dan bersihin pakaian itu.” kataku mendengarnya Leila menunduk malu, kemudian ia berkata “Maaf pak, saya salah.” Kata dengan suara yang pelan. “Tidak ada yang salah. Sekarang kamu buka semua koper itu!” kataku sambil memberikan perintah. Ia membuka kopernya dan koper yang kusimpan lainya. Ia terkejut, semua pakaian perempuan tertata rapid an masih bersih dan harum. “Pak banyak banget, apakah ini punya Ibu Dinda (nama istriku), bapak mau rujuk?” tanyanya. “Tidak, semua masukan saja ke bagian pakaian Ibu dulu. Saya mau kebawah makan dulu.” Kataku singkat, Leila menanggukan kepala lalu i memasukan semua pakaian itu sementara aku turun kebawah untuk makan.

Aku makan, makanan Leila sangat enak dan mengunggah seleraku. Terlebih aku akan sedikit jarang untuk menjalankan proyek kerja diluar daerah. Pak Raymond dan berberapa rekan bisnisnya memintaku untuk tetap di Jakarta saja, sehingga fokus melayani mereka. Hal ini pekerjaan sebelumnya aku berikan pada anak buahku. Sedangkan untuk Pak Raymond otomatis ku tangani dengan beberapa orang secara merata. Saat aku makan, suasana cukup sepi. Saat itu, tiba-tiba imajinasiku melayang membawaku dalam sebuah mimpi dalam antara sadar dan tidak. Aku teringat Pak Raymond dan Guntur yang cukup hangat hubungannya dengan wanita yang mereka punyai. Sedangkan aku, hubunganku dengan Leila berjalan ditempat, mungkin aku perlu melakukan sesuatu.

Aku sudah kadung mencintai pembantuku sendiri, dan terasa nyaman untuk bersamanya. Pada satu titik aku terbesit untuk melakukan hubungan lebih lanjut. “TING” suara Garpu yang kupakai untuk makan jatuh. Aku sadar dan melanjutkan makanku, sampai habis dan menaruhnya kedalam bak cuci piring. Ketika kembali Leila baru saja selesai dan ingin keluar ke kamarku. Aku menahan Tangan Kanannya saat kami berpapasan. “Lei, ke kamar aja.” Kataku. “Maaf pak, saya mau ngosok pakaian. Ini hari Minggu, besok bapak kerja pakaian belum siap.” katanya sambil melepaskan tanganku. Entah mengapa aku melepaskannya. Namun kemudian ia melirik padaku saat akan turun tangga, dan tersenyum. Aku menjadi sedikit senang, maka aku mulai berpikir untuk mengajak Leila untuk tidur dikamarku malam mini.

Malam hari, Leila ku minta untuk menemaniku makan malam. Awalnya ia tidak mau, namun dengan sedikit memaksa ia akhirnya luluh juga. Kami makan malam dan kemudian menonton TV, acara TV ku rasa tidak terlalu seru namun aku menatap Leila. Ia duduk di karpet. “Leila, coba kamu duduk sebelah saya?” kataku. “Tapi pak, kurang sopan. Saya lebih baik duduk disini saja.” katanya. “DUDUK DISEBELAH SAJA, HARUS!” kataku dengan nada suara tinggi dan tatapan menyudut. Ia langsung patuh, dan duduk disebelah kananku. TV kumatikan, dan menatapnya. “Kamu suka pakaian yang dulu itu?” kataku pelan. Ia menunduk dan menganggukan kepalanya. Ia menyukainya, “Okay, semua pakaian itu ukuran sama dengan badan kamu kan?” tanyaku. “Iya pak.” jawabnya singkat. “Itu milik kamu semua, kamu berhak pakai semuanya.” Kataku pada Leila.

“Jangan Pak, gak usah. Nanti bapak kecewa.” katanya. “Kenapa saya harus kecewa kalau kamu pakai itu, saya malah kecewa dan marah kamu pakai yang lain.” kataku kepadanya. “Bapak majikan saya, walaupun saya cinta tapi status kita berbeda pak. Biarlah yang terjadi di Bali 2 bulan lalu tidak usah berlanjut lagi.” katanya kemudian menatapku. “Saya yang putuskan Leila, kamu harus menerimanya. Jika seperti itu gimana?” kataku pada Leila. Ia diam, “Pakaian itu milik kamu, kamu boleh memakainya. Karena itu cocok sama kamu. Bagimana mulai malam ini, kita hidup berdua aja?” kataku menawarkan sesuatu hal yang cukup aneh kedengaranya. “Tapi pak, kalo ada yang tahu gimana?” katanya.

“Ah..kamu mikirin orang selalu. Kamu sudah tidak cinta pada saya lagi Leila?” tanyaku padanya. Leila terdiam, “Saya cinta pada bapak, seperti biasa Perempuan dengan Lelaki yang dicintainya. Tapi saya takut gak bisa mendampingi bapak.” katanya kali ini ia angkat kepalanya dan berbicara padaku. Aku terdiam, tiba-tiba muncul sebuah ide dalam benakku. “Okay, bagimana kamu pikirin. Ninik istrinya Pak Guntur teman saya. Lalu Putri simpanan Pak Raymond mereka bahagia tidak sama pacarnya?” tanyaku pada Leila. “Bahagia, hingga hamil bahkan.” Katanya menanggapi pertanyaanku kembali. “Aku sayang kamu Leila. Jadilah pasanganku sekarang, mau ya?” kataku sambil menatapnya. Ia menggelengkan kepalanya sambil mata berkaca-kaca.

Aku merasa matanya membicarakan hal yang sebenarnya. “Kamu yakin?” kataku bertanya. “Saya tidak bisa memutuskannya pak. Sejujurnya semua yang saya punya sudah bapak ambil. “ kata Leila menjawab pertanyaanku. “Jika begitu, kamu pikir apa lagi? Kita punya alasan untuk memulai hubungan ini Leila.” Kataku memberikan alasan lain. Kali ini dia terdiam, tidak mengatakan apapun. Tidak lama ia mengeluarkan pendapatnya. “Saya sebenarnya Perempuan desa pak, Bapak atasan saya harusnya saya menghormati bapak. Tapi yang terjadi saya mencintai Bapak sama dengan bagimana Perempuan yang mencintai Lelaki.” ujarnya membalas pernyataanku. “Terus, kita harus menyerah dengan semua itu? kamu tahu Ninik itu siapa? Dia pembantu juga sama sepertimu, ia bisa diperistri oleh Guntur. Sedangkan, Kamu tahu sendiri, Pak Raymond dan Putri.” sergah Aku mulai menujukan argumen.

“Benarkah Bapak mencintai saya?” tanya Leila menoleh padaku. “Benar, aku mencintaimu Leila. Kamu perlu bukti apa lagi?” kataku. “Tidak, saya tidak butuh apapun. Kenangan kemarin sudah lebih dari cukup untuk sekedar membuktikan.” ucap Leila singkat “Kali ini saya hanya mengikuti keinginan Bapak semua saya serahkan pada Pak Husni.” katanya lagi. Jantungku langsung berdetak dengan cepat mendengar ucapannya. Leila yang tak kalah menarik dibanding Perempuan Jakarta. Selintas aku teringat bagimana aku menyetubuhinya saat di Bali 2 Bulan yang silam. Pakaian yang sexy yang kubeli membuat aku makin me menikmati keindahan tubuh Leila. Kenangan yang menyapa pikiran dan perasaanku lagi. Aku senang dengan apa yang dikatakan bahwa kali ini tidak ada hambatan lagi, aku hanya memastikannya.

Maka, pelan-pelan aku menghampiri dia, ia cantik meski terlihat sedikit orang bisa menilainya ada seorang pembantu. Leila tidak terlalu ingin berdandan jika di Rumah, itulah satu-satu kelemahannya selain daripada sikapnya yang cendrung rendah diri. Padahal ia pandai berdandan bahkan cukup terampil, namun karena sulitnya kami bermersaan membuatku berpikir untuk siapa dia berdadan jika bukan untukku? Bahkan kali ini ia masih memakai pakaiannya dari lemarinya. dia mengenakan daster batik yang terbuka pada bagian pundak. Ku dekati lagi dia, kemudian mengarahkan badanku ke badannya. Aku menciumnya. Akh.. jangan Pak.. jangan.. tolong Pak…” ujarny, awalnya ia menolak untuk berciuman. Namun entah kenapa tenaga hanya sedikit saja.

Dengan tenaga lebih besar dan kuat, aku sedikit menekan tangannya, bersamaan dengan itu, Karena tenaganya melemah sementara aku yang makin bernafsu, akhirnya Leila melemaskan tenaganya sendiri karena ia mulai ikut dalam permainanku. Bibir Tipis mengeluarkan nafas yang terengah membuat kesempatan aku melumat bibirnya dengan bibirku, Tangan Kananku langsung membekap tubuhnya mengusap-usap pungungnya. sedangkan Tangan Kiriku mendarat di pangkal pahanya, juga mengusap-usap pahanya yang indah. “Ahhh.. ahhh.. . jangan.. Pak…” ucapnya melepaskan ciumanku.“Tenang sayang.. nanti juga sama-sama enak lagi.” kataku. “Nanti ketahuan tetangga gimana?” tanyanya. “Saya yakin gak bakal, kita yang menikmati Leila. Kita saling mencintai.” kataku memberikan pengertian. Leila menganggukan kepala, dan kembali berciuman.

Aku tidak peduli lagi, birahiku mulai naik dan hubunganku dengan Leila sudah terjadi. Aku dan Leila saling mencintai dan tidak memiliki ikatan dengan orang lain, kami bebas melakukan apa yang kami mau. Malam itu, Kusalurkan gejolak birahi yang selama ini tertahan dengan melumat Bibir Leila. Kali ini ia membalas dengan tak kalah panas dan bernafsu. Dia bahkan yang lebih dahulu menarik tubuhku sehingga kami rebah di atas Sofa sembari terus berciuman. Kedua Tanganku ikut ambil bagian meremas-remas buah dada Leila meski main memakai pakaian. Kupuaskan hasratku pada kedua gundukan daging kenyal yang selama sudah lama aku rindukan ini. Leila pun tak tinggal diam.

Sambil terus membalas lumatanku pada bibirnya, tangannya merayap ke balik celana pendek yang kukenakan. Pantatku diusap-usap dan diremasnya sesekali dengan lembut. Ketika ciuman terlepas, kami berpandangan dengan nafas memburu. Leila pun membalas tatapanku dengan agak sayu. Bibirnya merekah, seakan minta kucium lagi. Kusapu saja bibirnya yang indah itu dengan lidah. Dia balas menjulurkan lidah sehingga lidah kami saling menyapu. Kemudian seluruh permukaan wajahnya kujilati. Imah diam, hanya tangannya yang terus merayap-rayat di balik celana dalamku. Aku jadi tambah bernafsu. Lidahku merambat turun ke leher. Leila makin menggelinjang memberi jalan. Terus kujilati tubuhnya yang mulai berkeringat. Akibat tingginya ia menggelinjang, daster Batiknya pun menjadi kusut tidak karuan.

Saat itu, posisinya aku ada diatas tubuhnya. Sedangkan Sofa yang kami gunakan adalah sofa tidak besar walaupun cukup untuk orang tidur. Namun jika melakukan aktivitas seperti bersetubuh seperti kami lakukan toh akan membatasi ruang dan gerak kami. Aku memilih bangun dan membangun Leila, ia bangun dan mulai merapihkan pakaian dan menutupi bagian Dadanya yang sudah terbuka. “Pindah yuk?” ajakku. Dia diam, aku menarik tanganya lalu mengajaknya untuk naik kelantai 2, tempat kamarku berada. Sesampainya dikamar, aku mendudukan dia dipinggir ranjang dan kemudian duduk disebelahnya. Pikiranku hanya ingin menyetubuhinya, detik demi detik seakan memaksaku untuk secepatnya melakukannya. Aku jadi tambah berdebar-debar, birahiku semakin membuatku melakukannya lagi.

Kurapikan anak-anak rambut Leila yang kusut. Gadis itu menatapku penuh arti. Matanya yang bulat memandangku tanpa berkedip. Tanpa pikir panjang kami yang berhadapan muka dengan muka kutarik hingga kami rebah di atas ranjang, kemudian aku memeluknya dan berciuman kembali. aku gerakan badan untuk memutar, sehingga ia menjadi terlentang, sedangkan aku berada diatas badannya. Inilah posisi yang paling kusuka saat ini, dimana aku yang memegang kendali. Aku memasukkan Tangan kiriku ke dalam daster itu yang sudah terbuka itu segera menurunkan Tangan Kiriku untuk menyibakkan celana dalamnya dan mulai meraba bulu-bulu halus yang bertebaran di sekitar vaginanya. Saat tangan saya menyentuh vaginanya, Leila menggelinjang keras dan mendesah panjang.

“aah.., Paak..”, teriaknya sambil mendesah seraya menekankan pantatnya yang montok. Sedangkan Tangan kananku pun mulai masuk ke dalam sela-sela kancing daster, naik terus ke atas dan menemukan payudaranya yang ranum, yang ternyata tidak terbungkus oleh kutangnya, segera saya meremas payudaranya.“Lei,.., ayo kita mulai.” kata ku. “Hee.. Eeh”, katanya. tangan menyentuh celanaku, ia yang sudah menanti Penisku dengan tidak sabar. Tiba-tiba aku memiliki sebuah ide lain, aku minta Leila yang seluruh tubuhnya diranjang, untuk kembali ke pinggir ranjang dengan kedua kakinya tetap terjuntai di lantai. Setelah ia berada diposisinya, dengan cepat saya menyibak dasternya dan segera menarik turun hingga celana dalamnya terlepas. “Aduuh.., Paak”, katanya sambil menggerakkan pinggulnya. “sst..”, kata saya sambil menundukkan kepala dan mencium vaginanya yang persis di depan mataku.

“aarkkh..”, seru Leila sambil membuka kakinya lebih lebar lagi dan kemudian secara cepat menutupnya lagi sehingga kepalaku terjepit di antara kedua belah pahanya yang mulus. Saya mulai menjilat memek nya, lidahku mulai menjalar ke kanan dan ke kiri menyibakkan kedua belah bibir memek Leila sampai akhirnya saya menemukan clitorisnya. Kedua Tangankupun secara gencar mulai bergerilya meremas kedua payudaranya sambil sesekali mempermainkan putingnya yang langsung mengeras. “Ssshh.. sshh.. argh.. aghh… aw… sshhh.. trus… Pak.. sshh… aakkkhh…” desahnya saat aku menjilati Vaginanya. Aku senang karena Leila yang telah merawat Vaginanya karena selain bau harum, Vagina Leila memang tidak lagi perawan namun karena terhitung jarang bersetubuh maka liangnya terasa rapat.

Rasanya pun sangat menyegarkan dan manis rasa vagina Leila. Jariku mulai kucoba dengan sesekali masuk liang vagina Leila diselingi oleh lidahku. Rasa manis vagina Leila yang tiada habisnya membuatku makin menusukkan lidahku makin ke dalam sehingga menyentuh klitorisnya yang dari sana rasa manis itu berasal. Leila pun makin menggelinjang dan meronta-ronta keenakan tapi tangannya malah menekan kepalaku supaya tidak melepaskan lidahku dari vaginanya. “Auwwwhhh… aahhh… terus.. sedappp… Pakkkh…” pintanya sambil terus mendesah.“Lei… vaginamu sedap sekali… kalau begini… setiap malam aku pingin begini terus…,” kataku setelah menghentikan permainanku. Tapi karena aku menghentikan, tiba-tiba Leila meminta sesuatu yang tidak terduga. “Mmm.. yah..berhenti…mmmm…Pak.. terusin.. Pak… donnng…” pinta Leila.

Leila makin menjerit keenakan dan menggelinjang karena lidahku kupelintir ke dalam vaginanya untuk menyedot klitorisnya. Setelah hampir 30 menit vagina Leila kusedot-sedot, keluarlah cairan putih kental dan manis serta menyegarkan membanjiri vagina Leila, dan dengan cepat kujilat habis cairan itu yang rasanya sangat sedap dan menyegarkan badan.m“Ooohhh… ough… arghhh… sshh.. Pak, Leila… keluar.. nihhh…aahhh…ashh…”ucapnya saat akan mencapai titik klimaksnya. “ohh…mmmm…cairanmu… mmmhh… sedap.. sayang.”kaataku. “Leila, mulai sekarang kamar ini kamar kita berdua, kamu melayani saya muali urusan ranjang,makan, dan lainyaa” kataku menjelaskan bahwa ia sudah resmi menjadi pasanganku, “Iya Pak, saya namanya wanita cuma bisa terima keputusan bapak.” katanya.nKalimat ini membuatku bahagia, Leila sudah jatuh dalam pelukanku.

Leil pun lemas tak berdaya setelah cairan yang keluar dari vaginanya banyak sekali tapi dia seakan siap untuk dimasuki vaginanya oleh batangku. Mata Leila memandang penisku yang besar,panjang dan berdiri didepannya. “Paak.., Leila takut”, katanya. “sstt.., nggak apa-apa Lei..” kata saya sambil membantu Leila membuka bajunya. Karena kakinya masih menjuntai di pinggir tempat tidur, segera saya mengambil bantal dan mengganjal pantatnya sehingga vagina Leila sekarang menyembul dengan biji klitorisnya yang mengkilap karena jilatan lidahku. Segera saya arahkan penisku ke lubang vaginanya dan berusaha untuk menekannya masuk, sementara tanganku meremas payudaranya sedangkan mulutku mulai memagut bibirnya. Ternyata lubang Vagina Leila masih sedikit sempit.

“Paak..”, Leila keenakan sambil mulai menggoyangkan pinggulnya ke kiri dan ke kanan bagaikan sangat kegelian, dan tiba-tiba dari vaginanya memancar cairan, yang segera saya jilat habis. Lei.., buka dulu yaa bajunya”, kata saya sambil berdiri dan dengan cepat mulai membuka celana dan kaosku. Sementara saya berdiri telanjang, penisku benar-benar tegang dan keras. Sehingga ketika Kepala Penisku yang masuk, ia sudah menjerit kesakitan dan berusaha menggeliatkan badannya yang mungil. Saya menahan geliatan badannya dan terus berusaha memasukkan seluruh Penisku ke dalam Vaginanya yang sempit dengan menarik keluar masuk Kepala Penisku.Aku mulai memompa Vagina Leila, dengan cepat. Hal ini menimbulkan sensasi yang nikmat bagiku dan bagi Leila.

“Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. enak deh.. aahh.” Desah Leila menerima hentakanku pertama setelah dua bulan tidak bersetubuh. Leila sepertinya sudah kangen untuk merasakan kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Kelakuan Leila ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi Batang Peniskuku ke dalam Vaginanya yang sudah makin melebar sama seperti di Bali, Vaginanya seperti pas untuk Penisku yang membuatku merasa sangat nyaman. Semakin Leila menjerit kenikmtan. Payudaranya pun sudah menjadi bulan-bulanan mulutku, kujilat, kukenyot, kusedot dan kugigit putingnya. “Ahh.. ahhh.. aah.. aww… Pak… iya Pak.. terusin…oh…enak..” desanya kembali lagi. Aku pun merasakan kenikmatan tiada tara saat menjelajahi tubuh pembantuku ini.

“aahh…,” erangan dari Leila yang sudah hanyut dalam kenikmatan ikut juga menggoyangkan pinggulnya maju-mundur mengikuti iramaku. Hal ini membuatku merasa menemukan kenikmatan tiada tara dan membuat makin masuk lagi batangku ke dalam vaginanya yang sudah makin melebar. Kutekan Batang Penisku berkali-kali hingga rasanya menembus hingga ke perutnya dimana Leila hanya bisa memejamkan mata saja menahan hujaman batangku berkali-kali. Sedangkan Keringat kami bercucuran memberikan kesan kami baru saja mandi. Keringatnya membuat tubuhnya yang putih itu makin mengkilat sehingga membuat nafsuku bertambah yaitu dengan menciumi pipinya dan bibirnya yang merekah. Lidahku kumasukan dalam mulutnya dan membuat lidah kami bertautan, Leila pun membalas dengan menyedot lidahku membuat kami makin bernafsu.

“Mmmhh… mmmhhh… Pak.. batangnya tambah nikmat nih, Leila jadi.. pengennn… tiap malam seperti ini.. aaakh… aakkhh.. Paaakkhh.. Leila keeluuaarrr.. nniihh…” ucap Leila sambil terus mendesah.Akhirnya bobol juga pertahanan Leila setelah hampir satu jam dia menahan seranganku dimana dari dalam vaginanya mengeluarkan cairan kental yang membasahi batangku yang masih terbenam di dalam vaginanya, Sementara aku yang masih segar bugar dan bersemangat tanpa melihat keadaan Leila, dimana batangku yang masih tertancap di vaginanya. Kuputar tubuhnya ke;tengah ranjang lalu kuposisikan seperti merangkak. Aku ingin bermain doggy style, tangannya kutuntun untuk meraih bagian sprei ranjang, kemudian kusodok dari belakang. Pantatnya yang padat dan kenyal bergoyang-goyang mengikuti irama batangku yang keluar-masuk vaginanya dari belakang.

Vagina Leila makin terasa hangat setelah mengeluarkan cairan kental dan membuat batangku terasa lebih diperas-peras dalam vaginanya. Hal itu membuatku merasakan nikmat yang sangat sehingga aku pun memejamkan mata dan melenguh. “Ohhh… ohhh.. Lei.. Vaginamu sedap sekali, ini baru puas aku merasakan nikmat yang sangat luar biasa… aakkh.. aakkhh… sshhh…” kata ku sambil mendesah kenikmatan. Leila tidak memberi komentar apa-apa karena tubuhnya hanya bertahan saja menerima sodokan batangku ke vaginanya, dia hanya memegangi kran saja. Satu jam kemudian meledaklah pertahanan Leila untuk kedua kalinya dimana dia mengerang, tubuhnya pun makin merosot ke bawah dan cairan kental dengan derasnya membasahi batangku yang masih terbenam di vaginanya. “Akhhh… aakkhh… Pak… Pakkhh… nikmattthhh…” erangan Leila.

Setelah tubuhnya mengelepar dan selang 15 menit kemudian gantian tubuhku yang mengejang dan meledaklah Cairan Sprema dari Batang Penisku dan membasahi liang vagina Leila dan muncrat ke rahim Leila, “crot…crot..crot.” yang disusul dengan lemasnya tubuhku ke arah Leila kami tertidur dengan posisi badanku diatas badannya. Batangku yang sudah lepas dari Vagina Leila dan masih menetes cairan dari batangku, dengan sisa tenaga aku bangun, dan memindahkan tubuh Leila dengan posisi telentang namun sebelumnya pelan-pelan aku melepaskan dasternya yang mulai berbau apek karena keringat. Pakaiannya kulempar ke lantai dan bersiap tidur. sudah 4 jam kami melakukan persetubuhan, rasa pegal dan capai karena persetubuhan.

Aku bangun pukul 4 pagi, Leila sudah bangun dan saat aku membuka mataku. “Pak, Selamat Pagi Pak.” katanya saat kami berhadapan muka dengan muka. “Selamat Pagi Leila, bagimana semalam kamu puas?” tanyaku. “mmmph.. saya puas pak.” katanya singkat. “Badan kamu bagus, deh saya jadi puas buat main sama kamu. Mulai sekarang kamu tidur jangan tidur dikamar pembantu lagi ya? Kamu temanin saya tidur dikamar ini.” kataku memberikan pengertian. “Tapi Pak, kalau ibu pulang gimana? Juga kalo hubungan kita diketahui sama tetangga?” tanyanya kepadaku. Aku menjadi sedikit bingung, soal tetangga aku yang belum aku pikirkan, bisa jadi akan menimbulkan polemik bagiku dan Leila.

“Sebentar, tapi kamu pengen gak memiliki hubungan dengan saya?” tanyaku. “Saya sebenarnya sudah memasrahkan diri saya ke Bapak. Saya merasakan rasa nikmat dan keinginan mengulanginya lagi dengan Bapak.” katanya dengan pelan. “Apa yang mau diulangi?” tanyaku nakal walaupun aku tahu apa yang dipikirkannya. “Iya, kejadian tadi malam pak. Bapak menyetubuhi saya, batang Bapak nikmat sekali pada saat menyodok-nyodok memek Leila, Leila sebenarnya kepingin tiap hari deh, Tapi…” katanya menjelaskan namun berhenti. “Kenapa ? Ada yang kamu khawatirkan?” tanyaku. “Saya takut dosa pak, hubungan kita sudah terlajur jauh. Nanti bagimana ?” ia menanyakan hal yang sedikit membuatku tersenyum. Aku merasa Leila sedikit khawatir, namun aku tidak pernah memikirkan itu sebagai masalah untukku.

“Kamu sayangkan ke saya Leila?” tanyaku padanya. Kali ini ia menganggukan kepala, akupun melakukan argumen yang umum digunakan banyak lelaki. “Kita gak berdosa, kamu sayang sama saya. Saya sayang sama kamu. Ini kita lakukan secara sadar, jadi semua cuma kita yang tahu. Begini saja, kamar ini kedap suara jadi tetangga tidak akan tahu. Jika mereka ngintip, saya bakal tahu dan saya tuntut.” kataku. Ia terdiam belum memiliki reaksi apapun, aku pun memikirkan ide lain untuk membuatnya bereaksi untuk tidak membuatnya tidak nyaman. “Jika kamu belum yakin, gini aja. Kamu boleh pakai pakaianmu yang biasa tapi jika dirumah ini dan sama saya kamu pakai yang dilemari ya?” kataku memberikan alternatif.

Dia tersenyum, tanda ia menyetujui ide yang aku berikan. “Kamu setuju kan?” tanyaku untuk memastikan. “Sebenarnya apapun yang bapak pengen saya setuju sih. Tapi saya senang bapak mau memberikan kelonggaran,” katanya. “Tapi saya punya syarat untuk itu. Kamu harus mengikutinya jika gak mau kamu boleh keluar.” kataku. “Saya akan lakukan apapun bapak minta.” kata Leila mengatakan dengan tegas. “1. Kamu gak boleh pacaran dan punya hubungan dengan lelaki lain selain saya. 2. Hanya saya yang boleh dan punya kamu juga berhak melakukan padamu. 3. Jika saya minta kamu meninggalkan statusmu, kamu harus mau. Setujukan? ” kataku. “Pak, saya sudah mengatakan Bapak adalah yang memiliki saya, jadi kenapa mesti bapak minta persetujuan saya?” katanya.

Karena masih pagi, aku berniat untuk melanjutkan hubungan seksku dengan Leila. Namun ia menolak, karena jika melakukannya,Saya bisa terlambat ke kantor. Aku menyetujui perkataannya, namun ia mencoba hal yang lain, Leila menawarkan oral sex sebagai gantinya. Aku menyetujuinya dengan syarat aku harus menelan seluruh Sprema. Maka Leila melaksanakan tugasnya, 1,5 jam kemudian oral sex kami sudahi dan aku mandi dan bersiap untuk pergi ke kantor. Saat aku berangkat ke Kantor, untuk berkerja. Menjelang waktu makan siang, Handphone berdering dan sebuah nomor yang belum kuketahui. Akupun mengangkatnya. “Halo, ini Husni. Maaf ini siapa ya? Nomornya belum saya save?” kataku menjawab telepon.

“Ini aku, Dinda mantan istrimu. Kamu lupa?” tanya seseorang yang meneleponku. Aku kikuk menjawab teleponnya. Hampir satu tahun kami tidak berhubungan, padahal aku mencoba menghubunginya. Memang 3 bulan pertama, ia mudah dihubungi namun setelahnya 7 bulan aku dibuatnya kebingungan mencari tahu posisinya. “Eh..iya apa kabar?” tanyaku pada istriku. “Baik, kamu gimana ?” tanya kembali. “Baik, Gimana kamu kok gak ada kabar. Kita berpisah baik-baik namun kamun malah pergi gak ada kabar.” kataku sambil berdiri mencari ruangan yang tepat untuk berbicara lebih jelas. Sinyal handphone terdengar kurang jelas. “Aku pergi, banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Maklum mas, Saya adalah Lawyers banyak pekerjaannya.” katanya singkat.

“Bagimana Diyar, dia sehat dan kangen aku?” tanyaku. “Kamu ayahnya, pasti dia kangen. Untuk itu aku telepon. Aku bakal ke rumah, bawa Diyar ada yang aku mau omongin ke kamu.” katanya kembali. “Kapan kamu ke rumah?” tanyaku terkejut, aku belum mengatakan bahwa aku akan memulai hubunganku dengan Leila. Kedatangan Dinda sangat membuatku terkejut, “Tenang aku gak pengen rujuk. Aku sudah punya kehidupan sendiri, kamu mas cepatlah menikah.” katanya. “Kamu sudah menikah, kenapa gak undang-undang aku? Terus apakah kesibukan kerjamu apa harus membuat hubunganku dan Kamu memperburuk situasi toh Diyar kan juga merasakan dampaknya.” kataku, aku memikirkan sikapnya keterlaluan membuatku tidak bisa menemui anakku.

“Aku tahu, aku salah. Semua karena sudah terjadi jadi biarlah, kita jalaninya masing-masing,” katanya. “Aku kerja mas di Surbaya, disebuah Firma punya teman kuliahku Si Tigor kamu ingat?” katanya lagi. Aku ingat dia teman baik mantan istriku, “Okay, kamu ada rencana ke rumah?” tanyaku mengalihkan pembicaraan. “Mungkin minggu depan, aku ke rumah. Aku mau bawa Diyar. Ada sesuatu yang aku mau kasih tahu,” katanya kemudian sambungan telepon terputus. Aku mencoba menelepon Dinda kembali namun sepertinya gagal. Namun muncul sebuah SMS darinya “ Aku akan menghubungimu kembali, Biar Aku yang menghubungimu jangan kamu.” Demikian pesan itu tertulis. Pesan itu membuatku sedikit lega, karena minimal aku mengetahui kabar anakku dan Dinda.

Aku kembali ke ruang kerjaku,dan mengambil dompet dan berangkat untuk makan siang. Aku mencoba makan siang dengan tenang, untuk nantinya fokus dalam berkerja nanti. Berberapa klien meminta laporan awal dalam minggu ini. Hal ini membuatku harus cepat melakukan laporan, meski secara pembagian kerja dibagirata untuk membuat aku dan bawahanku terasa nyaman berkerja denganku. sesampai dirumah,aku bermersa dengan Leila yang sudah mulai mengikuti saranku memakai pakaian yang kubelikan. Hanya saja, berita Dinda yang menelepon ku tadi siang tidak kubicarakan dengan Leila karena aku takut ia akan kembali merasa gamang untuk menjadi pasanganku. Hubunganku dengan Leila menjadi pertama baginya.

Aku mengetahuinya saat ngobrol saat makan, “Leila, kamu pernah berpacaran dulu?” kataku. “Tidak pernah pak, Leila pernah naksir dengan yang pernah kesini yang bapak usir. Sekarang udah Leila punya Bapak,” katanya dengan manja. “Jangan-jangan kamu ciuman juga sama saya juga?” kataku terkejut. Aku tidak percaya kalau gadis macam Leila belum pernah berpacaran. “Iya pak, semua Bapak yang ambil. Tapi saya senang, karena sudah lama jatuh cinta dengan bapak.entah sejak kapan,” kata Leila menerangkan. Aku senang dengan perkataannya, seakan memberikan pernyataan bahwa ia mau nanti menikah dengan aku. “Okay, jadi kamu nanti main sama saya,” ajakku untuk kembali bersetubuh denganku lagi.

Malam itu kami kembali bersetubuh kembali, aku mendapatkan pelayanan dengan puas. Aku merasa hubunganku dengan Leila jauh memiliki kekuataan dan ikatan jauh dari dengan Dinda. Hari-hari berlanjut, tidak terasa 1 Bulan sudah berlalu. Dinda belum datang, aku berpikir ia akan datang bulan-bulan berikutnya. Hubunganku dengan Leila makin mersa meski ada saja kendalanya. Pertama Ia memintaku untuk membeli obat KB, sebuah alasan yang masuk akal karena aku merasa kemungkinan terburuk bisa terjadi. kedua seminggu lebih lalu ia datang bulan kembali sehingga aku tidak mendapat Vaginanya. “Leila, kamu udah bersih?” tanyaku pada pasanganku. “Udah Pak, dari Rabu kemarin udah selesai,” ujarnya sambil dari dapur setelah mencuci piring makan malam.

“Lho, kamu kok gak bilang. Berarti saya udah gak dapat jatah 2 hari. Malam ini saya pengen Leila layanin saya,” kataku. Mendengar bahwa dia sudah bisa melayani aku lagi membuat aku nafsu sekali. Terkhusus dia juga jarang sekali memakai Hot Pants Biru dari kain yang memperlihatkan Pahanya yang mulus dan mengiurkan lelaki. Ketika melihat paha Leila, otakku mulai perpikiran mesum, dan rasanya aku ingin sekali mengajaknya untuk berhubungan kembali. Leila duduk disebelahku dan menyenderkan kepalanya dibahuku. “Pak, pernah coba Jamu kuat gak?” tanya Leila tiba-tiba berbicara hal diluar omongannya sehari-hari. “Jamu apa?” tanggapku padanya sambil menonton TV. “Yah, jamu pak. Ramuan katanyanya bisa membuat tenaga stabil.

“Kaya apa jamunya apa Ya Leila?” tanya ku sambil sedikit menoleh. “Kalo buat kondisi Bapak sekarang, minum mala mini. Kalo ‘main’ tidur sebentar Bapak badan gak capek,” katanya sambil meliriku. “Jadi kaya menambah tenaga, gitu,” ujarnya lagi. “Kamu tahu dari mana?” tanyaku menyelidik. “Bibi saya ngajarin dulu. Katanya resep ranjang dan pernikahan. kemarin siang, ibu-ibu sekitar nyajak ke pasar. Mereka cerita soal jamu dan obat, mereka kasih tau resep jamu lain,” kata Leila menceritakan. Aku menjadi tertarik dengan ceritanya, rupanya Leila sudah jauh lebih akrab dengan tetangga sekitar. “Ada perbedaannya gak?” tanyaku. “Ada pak, cuma kata paten kalo ditambahin Madu sama Telur Bebek,” jawabnya.

“Hebat kamu punya ramuan kaya gitu,” pujiku. “Ih Pak kayak gak tau aja,” jawab Leila malu-malu.wjahnya yang cantik makin cantik karena malu. “Sungguh aku gak tau Leila” kataku berdalih.Leila memalingkan wajahnya, terlihat semu merah di pipi Leila yang menambah manis rona wajahnya.aku memang pernah mendengarnya namun tidak pernah mencobanya. Aku melakukan olahraga dan stamina seksku tidak berubah, bahkan Leila pun selalu puas dan klimaks. Hanya saja, aku sedikit sulit bangun jika melakukan seks dalam 2 hari berturut-turut. “Eh, kamu ngobrol sama ibu-ibu siapa tahu bocor hubungan kita,”kataku sambil menyelidik. “Gak pak, aman. Mereka malah bilang Leila kapan dilamar pemuda yang dulu datang. Mereka pikir Leila gak tau, maka Leila lanjutin pura-pura bingung,” katanya.

Untunglah rahasia ini masih aman. Kemudian aku berpikir, apakah salah mencobanya. Lagipula Leila membuat ramuannya aman daripada obat macam Viagra dan lainnya. “Bagus juga jamu. Menarik sih,” kataku pada Leila. “Mau dicoba pak?” tanya Leila kepadaku. “Kamu pikir saya loyo?kamu puas gak?” tanyaku. “Puas sih, tapi kan Sabtu dan Minggu Bapak bilang gak ada rapat. nanti kecapaian bagimana?” Leila melakukan argumen. “Tunggu dulu dong. Bagimana jika saya coba, buat pembuktikannya aja. Nanti gimana kalo jamu buatan kamu itu benar-benar berkhasiat” godaku. “Ya, liat nanti aja Pak,”sambungnya. “Okay, buat aja. Biar saya rasa,” kataku. Leila pun pergi meracik jamunya. Cukup lama, bahkan terdengar ia mengunakan suara blender.

20 menit kemudian, ramuan itu jadi. Cairan coklat dengan bau mirip Kopi. Ketika Leila inginbaru menaruhnya di Meja. Aku menarik tanggannya, “Jangan Pk… genit ah… entar aku teriak lho” ancam Leila sedikit manja. “Teriak aja, paling gak ada yang keluar lagian Pintu sudah saya kunci. Hujan lho, orang malas keluar hujan deras,” tantang Aku. Kemudian aku menaikan Tanggan Kananku. Belaianku turun ke pipi Leila terus ke leher jenjangnya. “Pakk… geli ahh.. entar tumpah nih gelasnya” ucap Leila sedikit mendesah. “Kamu cantik lho Leila, saya kangen main sama kamu,” rayuku dengan setengah berbisik.

“Saya kan cuma orang desa yang gak punya apa-apa. Saya mengabdikan diri sama Bapak” jawab Leila. sembari memberikan Cangkir diatas meja berisi ramuan jamu kepadaku. .“Nih,minum dulu ramuannya Pak. Saya jamin Bapak tidak akan kecewa,…” jawab katanya saat aku menerima Cangkir Jamu itu. “Berarti mau terima resiko dari jamu berkhasiatnya,” kataku. Aku mengambil ramuan itu, dan mendekatkan dengan hidungku. Hangat dan baunya tidak terlalu menyengat. Aku meminumnya dalam dua kali tegukan dan tandaslah ramuan itu. Tangan Kananku kembali meraba pipi halus Leila, wanita itu terdiam.

Menanggapi kondisi ini aku makin beraksi menelusuri rabaan mulai turun ke leher Leila, perlahan tapi pasti dibukanya Kancing Kaos Kerah Ketat Leila yang berwarna Pink, Leila menoleh ke depan, Dadanya bergemuruh, dirasakan Semua Bulu Kuduknya berdiri, sensasi ini telah ia rindukan, aku akan menyetubuhi tubuh sintalnya lagi.Tanpa pikir dua kali aku angkat Leila naik ke lantai dua. Kamar Kami, dan menutup pintu kamar dan menguncinya. Kemudian aku menurunkannya, sehingga kembali kami berhadapan. aku merasakan deru nafas dari Leila yang mulai tidak teratur, dalam hati aku bersorak. Namun perasaanku juga berddebar, mungkin ini khasiat dari jamu buatan Leila.

“Pintar juga pacarku ini,” pikirku. Aku mengunakan kedua tanganku meyabah Kedua Payudaranya, secara pelan-pelan. Aku tidak mau terburu-buru, dalam permainan tanganku, aku merasa Bra yang masih terpasang. Rona wajah Leila semakin nyata, “Ah…mmmph… jPerlahan… Pak,” erang Leila sembari menahan gejolak dalam dirinya membiarkan permainan tanganku. Aku tidak menjawab, perlahan aku arah Kedua Tangan Leila keatas, dan membuka Kaos Kerah Ketatnya.Leila sedikit menuduhkan kepalanya, Aku meraih dagu wanita itu, perlahan dipalingkan Wajah Leila sedikit ke atas tepat dihleherku,. kemudian Aku arahkan kepalaku mendekatkan bibirnya. Tanpa sangsi aku mengecup Bibir Leila, Perempuan itu diam, tetapi hanya sesaat, Kedua Tanganku memegang pundaknya dan dilanjutkannya mengecup Bibir Leila lagi, perlahan setuhan bibirku menimbulkan reaksi pada Bibir Leila. Disanalah aku mengawali menambah hasratku, Bibir kami saling mengulum dan memangut mersa.

Leila melirik kecil dan kemudian mengejamkan matanya. Sembari kami saling berpagutan. Aku mencari pengait Bra Bibagian Punggung Leila dan Tnagan Kiriku bertidak cepat berhasil membukanya. Untungnya Leila memakai Bra yang kubeli dulu, sehingga menunjukan dia cantik pula mengunakan barang bermerk.Ketika aku melepaskan pagutannya, Bra Jatuh langsung. Hal itu membuatnya terkejut. Akibatnya Payudara Kembar Leila yang masih kencang, bulat dan mengacung putingnya menantang terlihat jelas. kemudian kumainkan Kedua Payudara Leila, disertai erangan kecil Leila. Aku mulai nafsu saja melihatnya, tanpa menyia-nyiakan waktu aku meremas-remas Kedua Payudara dan Mengkulum Putting Leila dengan penuh nafsu sex, “Pak…Sssssshhhhh….aaaaaaakkkhh…geli Pak…ssssssshhh….jangan Pak….aaaahhh……” ucapnya menolak namun gerak tubuhnya nampak menikmati perbuatanku. Aku pun semakin bergairah ketika menikmati Putting Payudara Leila yang mengoda. Aku plintir Putting Payudara Leila hingga tubuhnya mengejang dengan sangat kuatnya. Aku jilati kedua Putting Payudara Leila dan mainkan secara bergantian sampai dia kembali menggelinjang tidak karuan.

“Eummmmmmm….Euuhhhhhh….Ssssssssshhhh….aaaaaakkhh….Pak…..ouhhhhhhh…..” desah Leila semakin sering terdengar. Aku yang sudah menundukan tubuhku untuk menikmati Payudara Leila bangun kembali dan ingin menutaskan harsatku yang sudah semakin tinggi diatas ranjang. Perlahan aku bangkit dan berdiri depannya. Kutatap wajah Leila, sejurus dengan itu. Leila berjalan mundur hingga mencapai ujung ranjang. perlahan Aku letakan kedua tanganku pada Kedua Bahu Leila, perlahan-lahan merebahkannya ke ranjang. Tangan Leila ada disamping kepalanya, sedangkan aku naik ke ranjang. Posisi inilah yang paling kusuka, aku makin bebas memainkan tubuh Leila. Aku pun mulai kembali meraba Kedua Payudara Leila, sementara Leila menatapku dengan penuh nafsu. Dalam keadaan inilah yang aku memegang segala kendali.Namun permainan tidak hanya menikmati Payudara Leila saja, Dimulai dari leher jenjang Leila, setelah puas mendiumi lehernya aku mulai beralih ke Payudaranya.

“Ooohh…. ssssssssssshhhh….aaaaahhh……ooooohh….enak pak, geli pak….aaaaakkkhhh……” desah Leila semakin liar dan tak terkendali. Untuk mengakhiri permainanku pada Payudaranya, aku melakukan dengan sedotan kecang pada ujung Kedua Putingnya. Karena itu terdengar erangan Leila seperti kepedesan, kedua tangannya yang semula sisi kepala mulai berada di Kepalaku, ia mengelus rambutku, namun juga dengan sedikit jambakan. Jilatanku yang saat itu awalnya tertuju pada Payudaranya, untuk menambah dia terangsang, jilatanku aku aku alihkan pada seluruh tubuhnya sampai pada Ppusarnya. Aku jilati bagian tubuh Leila tanpa ada yang terlewat sedikitpun. Hingga pada akhirnya jilatanku aku arahkan pada Selangkangan dan Vaginanya. Namun sebelum aku mengarah pada vaginanya aku lucuti Celana Hot Pants Biru kemudian baru Celana dalam cream aku hempaskan . Aku mulai mengarap Vagina Leila dari atas hingga kebawah, lalu kakinya aku buka sekali sampai dia mengangkang lebar. Aku buka bagian demi bagian Vagina sempitnya yang merah merona sudah menggoda imanku. Aku mulai dengan menjilati Vagina Leila dengan penuh kelembutan dan gairah sex.

“Pak…oh….mppph……enak…ssshhh…aaahhh…emmmhhh…Paaak…,”jerit tertahan Leila sembari menjambak rambutku. “Eugggghhhh…eummmmm…paaakk….aaaaaaaakkhh…oohhh… pak….Sssssss…aaaaakkhh……” desah Leila kembali. Dia semakin liar, dan tubuhnya bergerak terus ketika Lidahku mencapain Klitorisnya yang Indah. Klitoris Leila aku ijilat, pluntir dan sesekali dihisap lembut, sehingga tak lama membuat Leila menujukan reaksi liar. Beberapa saat aku jilati,Vaginanya mulai mengeluarkan cairan kental sedikit. Semakin lama semakin bannyak mengalir dari Vaginanya. Wajahnya tampak sangat pasrah terlihat jelas dari raut muka yang bergairah itu. Tubuh Leila memang mulus sekali nggak ada luka maupun cacat di Tubuh m yang sintal itu. Hal itu membuat birahiku semakin memuncak. terlebih ketika Vagina Leila becek dan merah merekah dengan sangat jelas.

Melihat tubuhnya yang sudah telanjang, aku melepas Kaos, Celana Pendek dan Celana Dalam yang aku gunakan. Aku mencoba menggesek-gesekkan ujung penisku di depan lubang kenikmatannya, aku putar penisku hingga Vaginanya semakin basah sambil bertanya. “Gimana rasanya Mbak Leila?” tanya ku beberapa saat kemudian setelah Leila terlihat telah dapat mengatur nafasnya. “Pak… tadi itu rasanya enak banget. Kaya…,” ucap Leila kebingungan disela nafas yang masih tersengal. “Sssst… sudah tak usah diungkapkan… pokoknya dirasain aja ya…” jawabku menenangkan Leila. Aku terus fokus untuk memasukan Penisku kedalam Belahan Vagina Leila. Aku gerakan Penisnku naik turun dengan tanganku sehingga membuat Vagina Leila semakin becek saja. “Ssshhh… enaaak Pakkk… terusss… yang dalammm Pakk…,”erang Leila keenakan. Sedangkan Aku mulai berkeringat, walau udara di kamar sebetulnya cukup dingin, mungkin karena jamu yang diminum tadi sudah bereaksi menjadi energi.

Seperti biasa, Vagina Leila seakan mengunci Penisku. Dia mendesah dan tubuhnya menggeliat denga liarnya dengan pantatnya yang dia naik turunkan,“ooohhh….aaaahhh…euhhhhh…geli pak, Sshhhhh…aku mau pipis pak…aaaaaaaaaaaahhhh……..”ucapnya mendesah dengan keras. Setelah itu aku berusaha kembali membuat Leila mengeluarkan cairan agar Vagina lebih licin dengan mengemut Putingnya dan aku memompa Penisku lebih dalam. Leila menggelinjang dan merasa bernafsu. Gerakan Kaki Leila menunjukannya. Dijepitnya pinggangku … dipeluknya dadaku, seolah ingin memiliki tubuhku. Aku sedikit terkejut merasakan jepitan kaki Leila dan pelukan tangan Leila dipungungku, Sementara Ppenisku mencoba menjebol pertahanan Vagina Leila, Kedua Tanganku meremas-remas Kedua Payudaranya lalu ikuti mulutku yang terus menyedot putting mancung Leila.

Nampaknya cara rangsanganku berhasil, dia sudah mulai terbius dengan kenikmatan sex yang aku berikan.Matanya terpejam,desahan dari bibir mungilnya semakin liar dan kepalanya mendongak keatas. “Aaaaaahhh….aaahhh…ooohhhh….aaahhhhh…..,” desah Leila kembali, membuatku hanyut menikmati persetubuhan ini. Tak henti desahannya itu keluar dari Bibir Leila Aku tampil kuat dalam berhubungan sex, karena Vagina Leila memberikan kenikmatan, nantinya aku merasa kenikmatan. Rasanya penisku seperti dicengkram kuat sekali oleh otot Vagina Leila. “Ouhhhh…Lei, memek kamu sungguh nikmat sekali,ahhhhhhhhhh…,” ucapku nikmat. Leila suda berada dpuncak kenikmatanya dia hanya bisa memejamkan mata,mendesah dan menikmati persetubuhanku dengannya. Sungguh luar biasa berhubungan seks dengan Leila. “Accchhh Pak…Saya mau sampai… aahhh…” untuk pertama kalinya Leila melenguh panjang, pertanda telah sampai orgasme nya yang kedua.

Aku pun merasakan sensasi lain dari reaksi Leila pada saat itu. Leila sudah mulai pandai memberikan tanggapan untuk membuatku terbantu dan nyaman untuk mengagahinya. Hanya ukuran Vaginanya yang seakan mengunciku memberikan sedikit kesulitan bagi Aku untuk memaju-mundurkan sBtang Penisku. Selain itu,sudah sedemikian basahnya akibat orgasme Leila tadi memberikan kemudahaan. saya kembali memagut bibirnya dan menyedot lidahnya sambil mulai menaikkan pantatku sedikit demi sedikit. kemudian turun menekan sampai ke ujung. Hal itu memberikan kenikmatan lagi. bagaikan jepitan halus yang menjepit dengan ketat serta berdenyut-denyut terus-menerus.“Pak…enaakk… masss… terusinn…ohhh, ” rang Leila sembari menggigit bibir. sambil mengerang-erang, dia juga mulai menggoyangkan pinggulnya. Kedua belah kakinyapun turut menari-nari, kadang menjepit kakiku, kadang dia menjepit pinggangku.

Dua jam persetubuhan berlangsung, Aku genjot terus memek Leila sampai Leila menggelincang liar. Kira-kira setelah 15 menit aku keluar masukan Penisku dari Vagina Leila, kurasakan ada sesuatu yang mendesak dari dalam Penisku yang masih terbenam didalam Vaginanya. Momen itu bersamaa dengan klimaksku. “ahhhh…pak…asssssssssshhhh…terus pak..enak pak..Ouhhhh…,” desah Leila nampak merasa menikmati hubungan sex kami. Aku percepat sodokan penisku dan ketika spermaku mau kelaur arahkan penisku ke Rahim Leila “Croottt…ccrooootttt….crroott…Crotttttttttt…..,” Sprema masuk kedalam Rahim Leila. “Aaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” rintihan kepuasanku. Spremaku memenuhi Vaginanya. Sisanyaku arahkan Payudara montok Leila. Spermaku keluar sangat banyak dan kental. Hubungan ku malam itu diakhiri dengan oral yang cukup panas yang memenuhi Mulut dan wajah Leila. Setelahnya kami tidur malam.

Pagi hari, aku masih tidur. tiba-tiba seseorang menguncang tubuhku. “PAK…BANGGUN…BANGUN!” ujar Leila menguncang tubuhku. “Ada apa sayang. Kaya ada kebakaran saja?” tanyaku terbangun. “Bukan kebarakan, tapi ada Ibu,” kata. Aku bangun, aku melihat Leila sudah berpakaian seadanya. Aku pun memakai pakaian, dan keluar kamar. Rupaya Dinda sedang duduk diruangan atas. Tempat biasa Diyar dahulu bermain, “Halo mas, apa kabar?” ujar Dinda dengan singkat. Aku terkejut, terlebih cukup lama tidak melihatnya. “Iya, kamu kenapa baru sekarang datang bukan 1 bulan lalu?” tanyaku membuka obrolan. “Biasa aku ngurus banyak hal, kamu juga terlihat sehat. Pintar Leila mengurus kamu ya,” kata Dinda. “Ehhh, Dinda maksud itu..,” kataku sedikit ragu dengan Dinda melihat Leila sudah tidur di ranjangnya.

“Aku melihatnya saat dia sedang berpakaian. Tenang mas, aku tahu semua akan terjadi nanti,” kata Dinda dengan tenang. “Jadi kamu tidak marah?” tanyaku. “Marah, tidaklah hubungan kita sudah selesai. Kita akan jalani hidup masing-masing,” ucapnya singkat. “Gimana hidupmu selama kita becerai?” kataku. bersamaan dengan itu, Leila mengatarkan Teh Hangat, Kopi Panas, dan Nasi Uduk untuk aku dan Mantan Istriku. “Sarapan dulu,” kataku. “Oh iya, Leila kamu bawa udah makan? Kok hanya beli dua porsi?” tanya Mia. “Saya makan ibawah aja, Bu. Permisi,” ucapnya seakan ingin pergi. “Leila, kamu duduk. Saya tidak marah, dan saya tidak akan cerita. Kamu duduk disebelah Mas Husni,” kata Dinda.

Leila duduk dan diam, “Jadi Leila, saya kira kamu tahu bahwa kejadian kamu dan Mas Husni bisa teudah terjadi pada siapa saja,” kata Dinda. “Maaf Bu, saya sudah terlanjur cinta dengan Bapak. Jika saya membuat malu saya akan keluar dari rumah ini,” kata Leila. “Kamu lucu. Saya mau nitip Diyar lho. Kalo gak ada kamu Diyar mau siapa yang ngurus?” tanya Dinda. “Maksudmu?” tanyaku.”Gini mas, aku pernah cerita aku pernah kerja di Firma Hukumnya temanku di Surabaya, jangka pendek,” kata Dinda sambil makan. “Terus ada Pengusaha deketiin aku dan 5 bulan ini kami pacaran. Minggu depan kami menikah,” kata Dinda.

“Terus kamu masih kerja?” tanyaku. “Masih, tapi aku lebih di Appartement udah gak kerja di Firma lagi. bareng si Hendra (Calon suami), “ jawabnya. Selebihnya Dinda bercerita ia sudah tinggal bersama Hendra 4 bulan belakangan setelah 5 Bulan kami bercerai. Artinya sudah belakang ini ia mengenal Hendra. “Enak banget kamu bisa dapatcalon suami dengan kemudahan berkerja lagi,” kataku. “ Kamu kaya gak tahu aja. Kalo aku dikasih kemudahaan pasti ada alasannya benerkan?” ucapnya. Aku menganggukan kepala. “Terus maksudku datang kesini. Karena aku mau nitip Diyar untuk berberapa bulan. Karena kondisi aku gak memungkinkan,” ucapnya. “Kamu dilarang Hendra?” tanyaku. “Bukan, tapi karena kondisi aku aja gak memungkinkan.

Hendra awalnya minta Diyar bersama kami baru kamu bisa urus Diyar setelah kami menikah,” kata Dinda. Aku bepikir, awalnya aku berpikir ia sakit, namun aku terlihat sehat dan gemuk. “Jangan…jangan..,” kataku menyelidik. “Iya Mas, aku udah hamil 3 bulan. Leila juga sudah tahu kok,” ucapnya. Aku tercengang. Dinda tersenyum, “Aku tahu ini diluar prediksimu. Tapi inilah alasan aku berpikir untuk tidak menghubungi kamu bulan lalu. Hubunganmu dan Leila terserah kalian, setidaknya sayangi Diyar. Kehamilan Dinda membuat kondisi obrolan kami cukup cair meski Leila sedikit canggung. Menjelang siang, Dinda pamit dan menjanjikan mengenalkan Hendra dan memberikan Diyar dalam 4 hari mendatang.

bersambung
 
Terakhir diubah:
Thanks hu atas updatenya semoga semakin lancar RLnya biar lancar juga update nya
 
Akhirnya...yang ditunggu2 telah tiba..
Terima kasih Suhu atas waktu yg diluangkan utk Update cerita ini..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd