gratisatu
Semprot Baru
- Daftar
- 23 Jun 2015
- Post
- 40
- Like diterima
- 2
Fiuww.. ternyata menulis cerita itu susah pemirsa!!!
Salut buat suhu-suhu yang sudah membagi karya tulisnya nya di forum ini .
Kalian luar biasa. Banyak inspirasi yang saya ambil guna menambal sulam karya tulis saya yang apa adanya ini.
Teristimewa buat panitia LKTCP 2019, yang sedianya menerima kenekatan saya untuk ikut mengikuti ajang ini. Saya menghaturkan banyak terima kasih.
Salam hormat saya buat para pengunjung yang menyempatkan diri untuk singgah di sini. Cerita ringan yang tersaji sedianya murni dari imaginasi sederhana nubie tentang apa itu Fresh Meat. Jadi sekiranya jika melenceng dari tema mohon dimaafkan.
Jika bisa dinikmati silahkan berimajinasi. Kalau tak berarti mohon dikritisi.
Selamat membaca
“Tak selamanya niat yang sama berujung pada tindakan yang sama;
Tak selamanya pula beda niat berujung pada beda tindakan”
-Celah & Curiosity-
“9 menit lebih.. lumayan!!” ucap Arle yang tengah melihat durasi sebuah file video rekaman di ponselnya. Ia ingin memutar video tersebut untuk mengulang sebuah momen. Momen di mana ia tidak berani mengintip seorang perempuan yang sedang mandi selepas petang tadi di belakang rumah Malik sahabatnya; Sebab gairahnya dikalahkan oleh rasa takut akan ketahuan. Malikpun berinisiatif mengabadikannya dalam sebuah rekaman video menggunakan ponsel miliknya. Setelah mematikan lampu kamar, dan memastikan tidak bakal ada yang menganggu kenyamanannya untuk menonton, iapun merebahkan diri di kasur. Ia benar-benar ingin menikmati tontonannya sampai puas, karena rasa penasaran dan berahi yang sudah ia pendam sejak ia dan Malik beraksi beberapa jam sebelumnya. Tak ketinggalan ia menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Arlepun mulai mem-play video tersebut. Matanya yang disipitkan seakan menandakan ia ingin lebih jelas melihat sosok topless yang tengah membasahi area leher dan bahunya. Sepasang gunung kembar yang dengan aerola dan kuncup berwarna merah muda agak pucat terpampang di layar HP Arle.
Pada scene video terlihat target mulai menggosok badannya. Payudaranya berguncang seirama dengan gosokan tangannya pada area tengkuk. Semakin ia menambah tekanan gosokan, semakin jelas pula buah dadanya terlihat bergoyang. Aktivitas multitasking yang dilakukan Arle yakni menonton sambil mengocok batang penisnya, membuat berahinya semakin meninggi. Ia mulai mencabuli sang pemilik buah dada ranum tersebut dalam otaknya. Adegan video berikut terlihat si putih mulus sedang menyabuni area dadanya. Busa sabun yang menutup sebagian lekukan buah dada beserta puting menimbulkan sensasi seksual tersendiri bagi Arle. Ingin rasanya ia menyibak kumpulan busa itu dengan tiupan dari bibirnya.
Objek molek di video terlihat mulai menggosok area bawah tubuhnya lalu berbalik menampakkan pungggungnya. Seolah bagi Arle, perempuan itu ingin memamerkan sisi mulus tubuhnya yang lain. Sejenak ia mengatur nafas dan mengurangi intensitas kocokan pada Mr. P nya. Bodi aduhai itu berbalik kembali dan mulai mengguyur wajah dan sekujur badannya. “Glek!! Arle menelan ludah menikmati apa yang ia lihat. Nafasnya kembali tertahan menyaksikan tubuh putih nan mulus yang telanjang bulat terpampang jelas. Sangat jelas memanjakan matanya. Nafsu syahwat benar-benar sudah menguasai pemuda itu, namun Arle belum ingin menuntaskannya dengan beberapa kali ia menahan senjata 16 cm-nya untuk tidak segera menembak. Ia meng-pause videonya, mengatur nafas lalu berkata cepat.. “Aahh sialan juga nih tontonan!!”
Scene berikut lebih membuat nafsu pemuda itu kian meninggi. Sayup-sayup terdengar lantunan lagu barat yang bagi Arle belum terlalu akrab di telinganya. Sang perempuan ikut bersenandung mengikuti irama lagu yang terdengar. Lalu perempuan itu diam mematung sejenak. Beberapa detik kemudian, Sang objek yang tengah bugil tersebut memutar dan meremas lembut ke dua buah dadanya. Saking pelannya Arle bisa menghitung aktivitas yang terlihat olehnya itu. Iapun juga ikut meremas dadanya. “ li..maaa.. eee..naam.. tuuu…juh.. dela… oohh…” Arle menghentikan hitungannya setelah melihat penampakan puting merah muda yang mengeras. Seiring si perempuan yang melepas remasan pada payudara kanannya. Terlihat tangannya bergerak menyusuri area perut dan terus ke bawah sedangkan tangan kirinya tetap bermain di dada kirinya.
Arle yang sebelumnya mengabaikan akan bagaimanakah paras wajah pemilik tubuh molek yang ia tonton, akhirnya mulai timbul rasa penasarannya. Beberapa kali ia menunggu momen itu. Namun oleh Malik yang merekam video hanya lebih sering meng-zoom dan fokus pada payudara targetnya. Di tengah keinginannya mendapatkan momentum untuk melihat paras wajah sang perempuan. Arle melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia lalu coba memperhatikan adegan demi adegan secara lebih seksama. Pandangannya terpaku pada bercak coklat muda tepat di bawah buah dada sebelah kanan objek telanjang pada video yang ia tonton.
“Mmmm.. tanda lahir, semoga suatu saat saya bisa menjilatinya..” gumamnya seraya membasahi bibirnya.
Sang perempuan tampak sudah selesai dengan aktivitas merangsang area-area sentitifnya sendiri. Namun Arle belum. Ia ingin menuntaskannya. Ia masih terus mengocok batang penisnya.
”… Seperti apakah wajahmu *******..sssh.. ssssh..”
Arle semakin fokus seakan tidak ingin melewatkan momentum tersebut. Ia juga semakin mengeratkan genggaman tangan pada alat vitalnya. Berusaha menahan agar juniornya jangan sampai muntah sebelum waktu yang ia inginkan. Ia ingin momen ejakulasinya tepat bersamaan dengan ia melihat wajah si pemilik tubuh yang sudah ia cabuli dengan mata dan imaginasi liarnya. Ia yakin dia akan segera melihat paras dari pemilik kemolekan tubuh yang sedang ia tonton.
Sembari mempercepat lalu menahan lalu mempercepat kembali gerakan kocokannnya.
Arle menunggu… dan akhirnya ia menjemput momen itu …
“..ssh..sssh...ssssssh.. YAAK!!”
Bersamaan dengan ia ingin berejakulasi, gambar di video beralih pemandangan lain yakni punggung dan ubun-ubun Arle sendiri yang tengah memegang tangga tepat di bawah Malik. Lalu disusul penampakan gerakan perlahan jari tengah Malik.
“AAANNJEEENGG!!! “
***
3 hari kemudian…
“Sudah saya hapus tikus!!.. Ujar Arle tegas kepada Malik yang datang ke rumahnya untuk meminta file video rekaman yang Arle sudah tonton malam itu.
"Lah!! kok dihapus??" balas Malik yang terlihat kaget plus kecewa.
“Soalnya ada saya di situ!! kamu juga kurang kerjaan pakai ikut merekam saya!!”
“hahahaa… lucu saja melihat gaya kamu kemarin bro, yang seolah mau tapi tak mau”
“Kunyuk kau!! Tidak berpikir kalau sampe videonya tersebar, bisa hancur saya!! kamu yang mengintip, saya yang bonyok!!”
“Hahaa.. maafkan Ar, maaf… “ujar Malik,
"Eh ngomong-ngomong.. videonya sudah kamu tonton kan? gimana menurutmu?" lanjutnya lagi.
Arle sembari mengangkat dua jempolnyaa… “hmmmm…”.
“Naaaah!! Coba kamu berani untuk melihat langsung kemarin! “
"Ini saja sudah lumayan kok Lik, saya lebih mikir resikonya.”celahnya kecil begitu, resikonya yang besar.”
“iya.. iyaa.. saya juga baru dua kali kok mencoba ngintip di situ.”
“Serius…??” tanya Arle.
“Iyaa, yang pertama cuman sebentar dan nampak punggungnya saja. Yang kedua saya lebih berani karena ditemanin kamu!" "hahahaha… piss bro!! "Malik tergelak kembali.
"Huuuuu… kamu benar-benar partner sialan!!” Arle seolah akan menendang kaki Malik yang duduk dihadapannya.
Arle lalu berdiri dan memperhatikan keadaan sekitar rumahnya. Ia lalu duduk kembali. Sambil mengecilkan suaranya ia bertanya..” Eh Lik!! Kemarin kamu sempat lihat wajah perempuan itu ngga??"
Malik mengeryitkan dahi dan mencoba mengingat,.. “tidak sempat bro!!” kenapa?"
“Saya penasaran dengan wajahnya…”
“Kalau bodi mulus dan terawat begitu... sudah pasti tampangnya lumayanlah.” Ujar Malik yakin.
“Itukan tetanggamu Lik??.. walau saling berbelakang rumah!”
“Saya tidak kenal Ar.. soalnya sejak 2 bulan lalu sudah penghuni baru.
”Saya juga malas cari tahu siapa tetangga baru di belakang rumah saya sekarang."
“Hmmmm…” respon Arle.
“Serius…, semenjak sudah kerja, saya jadi malas kemana-kemana kalau sehabis ngantor. Informasi mengenai rumah sebelah, sejauh saya tahu yah itu penghuninya orang baru dan rumah tersebut mulai di renovasi dalam sebulan terakhir ini.” Malik mencoba menjelaskan.
"Jadi gimana yah supaya bisa tahu..??" Arle berkata pelan seakan berbicara dengan dirinya sendiri.
"Kok sepertinya kamu penasaran sekali bro, nanti deh saya bantu cari tahu..” ujar Malik
“Iya bantulah brother,.. seandainya yang perempuan yang mandi itu masih single, mau saya pacarin!! Hahaha…
"Hahahaa... mau pacarin atau mau menetek di toketnya.”
“Yaaahh… kalau bisa lebih dari itu ..hahaha.”
“Bisalah itu bro.. Setidaknya kamu kan punya modal tinggi dan ganteng. Saya saja sebagai laki-laki harus mengakui itu brother.” Malik menyemangati sahabatnya.
“Ah jangan terlalu memuji begitu sob. Nanti saya besar kepala… “ balas Arle.
“Tapi sayang.. kontolnya cuman dipakai buat kencing. Belum pernah dipake ngentot!!"
"Hahahaa.. anjingg kau Lik!! Saya bisa saja ngeseks dengan PSK. Pernah saya coba. Cuman kontol saya tidak mau bangun.”Serius!! Ujar Arle jujur.
“Lantas, kamu mau ngentot dengan siapa?”
“Yaa itu. Saya ingin ngentot dengan dengan cewek yang saya pacarin, sudah kenal, sudah membangun hubungan emosional sebelumnya.”
“Lah dengan Risa kemarin. Kenapa tidak dieksekusi kalau begitu? Malik menyinggung mantan pacar Arle.
“Sudah hampir. Beberapa kali sempat petting dengannya. Cuman dia keburu pindah ikut bapaknya yan pindah tugas”
"Kesian juga saudaraku yang satu ini…"
"Eh tapi serius sob! Saya akui kamu hebat kalau kamu bisa dapatin perempuan berbodi molek itu!" Malik mencoba men-challenge sahabatnya.
"Hmm gitu yah Lik?? Saya coba deh! Saya berangkat dari mau tahu soalnya wajahnya dulu. Kalau soal yang dapatin bodinya itu bonus!!.. hahahaa.."
"Hahahaa.. yah sudah!! Saya pulang dulu Ar… Semoga kamu bisa mendapatkan si molek itu!!"
“Aminnnn.. Info-info yah kalau ada kabar terbaru.”
"Sipppp…"
Malikpun meninggalkan Arle yang masih duduk di teras rumahnya.
Arle hendak beranjak masuk ketika sebuah city car berwarna putih berhenti tepat di depan rumahnya. Terlihat mamanya turun lalu menoleh ke teras rumah.” Arle sini!!” ia melambaikan tangan ke anaknya yang juga tengah mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang.
Arle datang menghampiri mamanya bersamaan dengan kaca jendela samping depan mobil terlihat diturunkan. Tampaklah sesosok wanita berkacamata melayangkan senyum ke arah Arle.
Wanita berusia sekitar 28-30 tahun yang berpenampilan layaknya wanita kantoran.
“Ini Charles anak sulung saya yang saya ceritakan tadi. Dia sudah lulus SMU sejak 3 tahun lalu, kerja masih serabutan dan sekarang menganggur. Sudah disuruh kuliah juga tidak mau!”Si Mama memperkenalkan anaknya sekaligus curhat.
“Hai Charles.. saya Karen, sebentar malam ke rumah yah! maaf saya tidak turun dari mobil soalnya lagi buru-buru.”
“Hi mbak…”, Arle balas menyapa namun tampak terlihat bingung dengan ajakan wanita yang baru ia lihat dan kenal tersebut. Ia menoleh ke mamanya guna mengharapkan penjelasan lebih.
“Iya dek, sebentar saya suruh Arle ke rumah. Pasti dia mau kok!?” mama Arle menyambung.
“Ok, saya jalan dulu tante!”
“Iya dek, makasih yah atas tumpangannya, hati-hati di jalan.” balas mama Arle.
Wanita itu sudah tidak menjawab ia hanya melambaikan tangannya lalu melajukan mobilnya perlahan.
“Siapa Ma?” tanya Arle yang masih diliputi rasa penasaran.
“Kan tadi sudah kenalan. Namanya Karen”. sahut mamanya sembari duduk di kursi teras. “...Sini duduklah dulu”.
Arle terlihat enggan untuk duduk.
“Karen, kerabat jauh ibu Egi. Teman arisan Mama, yang rumahnya di Blok C itu loh”
Arle mencoba mengingat rumah yang dimaksud. “Ooo tante Egi…, terus ada urusan apa yah dia memanggil saya? Memangnya dia tinggal di situ juga??”
“Urusan kerjaan di rumahnya. Pastilah kamu tahu rumah 2 lantai yang pas berhadapan dengan rumah tante Egi. Kalau mama tidak salah ingat, sepertinya rumah itu saling berbelakangan dengan rumah teman kamu si Malik.” Mamanya coba menebak.
HAAAA!!!
"Terima saja sob, tawaran kerjanya!!" Suara Malik dari balik telepon.
"Tapi ini kan terlalu cepat buat saya!" balas Arle
“Astaga Le!!, katanya mau cari tau perihal wajah perempuan itu beserta bonus-bonusnya.”
“Bagaimana yaaa…?”
“Halaaa pakai berpikir segala. Ingat kesempatan itu terkadang datang cuman sekali bro. Kalau yang datangnya berkali-kali saat kamu hindari namanya debt collector!! hahahaa.."
----
“Hmm.. kenapa kesempatan itu cepat sekali datangnya. Saya belum benar-benar siap.” Guman Arle yang tengah berdiri di depan pagar sebuah rumah minimalis dua lantai. Ia sedang mengumpulkan nyali untuk masuk mengetuk pintu dan bertamu ke dalamnya.
Dari sedikit penjelasan mamanya, akhirnya ia tahu maksud dari panggilan Karen. Ia akan diminta mengantikan anak tante Egi menjadi pengawas para pekerja yang sedang merenovasi rumahnya, dikarenakan Rudi anak tante Egi sudah punya kesibukan lain. Dari mamanya pula yang juga sebenarnya masih minim informasi, Arle akhirnya tahu kalau yang tinggal di rumah tersebut adalah Karen bersama sepupunya beserta keponakan perempuannya yang masih kuliah.
Arle yang pada awalnya menolak. Namun karena desakan mamanya, ditambah keinginan kuatnya untuk mencari tahu wajah dari pemilik tubuh di video voyeur-nya serta dukungan dari Malik; Akhirnya ia memberanikan diri untuk datang ke rumah yang dimaksud.
"Silahkan.." Karen yang membuka pintu buat Arle yang akhirnya memutuskan untuk menemui sang pemilik rumah.
Waoo"... Arle sedikit tertegun dengan penampilan casual Karen, hotpants berwarna putih dipadukan dengan atasan offshoulder berwana biru, membuat Karen terlihat lebih muda 5 tahun dari pertemuannya dengan Arle sebelumnya.
“Kenapa? berantakan yah rumahnya? maklumlah masih tahap pembenahan, orang rumah setiap saat sibuk seharian di luar. Belum ada waktu untuk beres-beres.”
“Ooo gitu yah mbak...” Arle menanggapi seadanya sambil berjalan masuk ke ruang tamu. Ia tidak ingin kedapatan lagi mengagumi kemolekan tubuh lawan bicaranya.
“Kalau menurut saya pribadi rumah ini sebenarnya masih layak untuk ditinggali. Cuman yaa.. bagi si Lius dia lebih memilih mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merenovasi rumah ini.”
“Siapa Lius?” bathin Arle. “Ah nanti juga tahu sendiri!” ia malas bertanya tentang nama yang disinggung oleh Karen barusan. “Mmm.. iya sih mbak?..” Responnya kemudian sembari memandangi interior rumah yang baru dimasukinya.
Eh tidak usah panggil saya mbak!! Panggil nama, atau kakak saja. Santai saja kalau di sini. Walaupun baru sebulan saya tinggal di komplek ini; Saya sudah kenal dan akrab dengan tante Ria mamamu." Ujar Karen seraya menghempaskan pantatnya ke single sofa yang terdapat pada ruang tamu. Lalu menyilangkan pahanya.
“Duduk!” Karen mempersilahkan Arle yang masih berdiri di seberang meja di hadapannya.
“Baik kak." Arle memilih duduk di sofa panjang yang tidak berhadapan langsung dengan Karen.
Telepon genggam Karen berbunyi.
“Tunggu yah Charles!!” ..Loha kakak!!” Terlihat Karen menerima panggilan masuk di HP-nya sambil menyandarkan lehernya ke sandaran sofa lalu meregangkannya ke belakang sembari membusungkan dadanya.
“Duhhh…, guman Arle yang menyaksikannya. Ia segera memalingkan mukanya. Ia mencoba mencari perhatian lain yang bisa mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin menyimak percakapan antara Karen dengan penelponnya. Arlepun lebih memilih memainkan pandangannya matanya ke seluruh penjuru ruangan. Berlagak layaknya tengah mempelajari interior rumah, Arle mengangguk-angguk mengamati ornamen rumah, dinding tembok dan plafonnya, ventilasi, pintu dan jendelanya lalu ke meja ruang tamu di hadapannya. Tanpa sadar Arle mulai melirik ke betis kanan Karen, paha kanannya yang berpangku pada paha kiri, menyusur ke dada Karen, area leher, lalu ke ... mata Karen yang tengah menatapnya.
Njing!!
Wajah Arle memerah menahan malu. Iapun menunduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia menunggu respon Karen.
“Kenapa duduk di situ dek. Geserlah ke depan saya. Kita kayak orang lagi musuhan kalau duduknya berjauhan begitu.” Karen yang rupanya sudah selesai menerima telepon meminta Arle berpindah tempat duduk sambil menunjuk sisi sofa di hadapannya.
“1 kamar di lantai atas belum terpakai sepenuhnya, itu kamar buat Lius”. Ujar Karen.
Arle yang terlihat lega karena Karen nampak tidak mempersoalkan tatapanya tadi. Ia lalu menggeser posisi duduknya ke hadapan Karen dan mulai mencoba menyimak apa yang Karen ucapkan. Arle sudah menetralkan konsentrasinya dan menyadari posisinya sebagai tamu.
“Kalau yang di belakang kamu adalah kamar si Heni, kakak sepupu saya. Kamar saya yang di sebelahnya.”
Kalau yang di belakang sana kamar Siska ponakan saya. Setiap kamar di rumah ini punya kamar mandi sendiri.”
“Ooo gitu yah kak.. “Arle menanggapi. Iapun menoleh ke pintu kamar terakhir yang ditunjukkan oleh Karen. Arle mengangguk-angguk menunjukkan tanda paham.
Ah tunggu! seperti ada sesuatu yang mencolek memorinya. Sesuatu yang sebenarnya sudah ia pikirkan sejak mamanya menyebut alamat rumah Karen. Kamar belakang, dapur, belakang rumah Malik, ventilasi kamar mandi, payudara yang basah, puting merah muda yang agak pucat, beserta tanda lahirnya. Kepingan gambar-gambar tersebut seperti saling sikut untuk muncul terdepan dalam ingatan Arle.
“Akhh!! apakah Siska perempuan yang mandi itu!” bathin pemuda itu. Seperti apa yah orangnya??... apa seperti kak Karen??”… Kontol Arle dalam sekejap ingin bangun seiring otaknya memikirkan tubuh bugil yang di video rekaman yang ia tonton malam sebelumnya. Arle menunduk berusaha membuang jauh-jauh pikiran mesumnya terhadap wanita dihadapannya.
Arlepun kembali fokus menyimak arahan Karen mengenai tugas dan tanggung jawabnya seandainya jika Arle mau bekerja di rumahnya. Setelah mendengar pemaparan dari wanita di hadapannya Arle menyanggupi pekerjaan dan tawaran gaji yang diberikan.
“Lumayan.. sambil menyelam minum air” Arle membathin. Senyum nakalnya sudah mewakili isi pikirannya saat itu.
“Kamu sudah mau pulang? kita tunggu Siska dan Heni dulu yaa..” suara Karen mengakhiri lamunan nakal Arle.
“Eh tapi sebelumnya tolong tuliskan no HP kamu di whiteboard itu! Di bawah no HP si Rudi.
“Baik kak”
“Kami memang bertiga di rumah ini. Cuman jarang sekali bertemu satu sama lain. Jadi yang butuh nomor kamu bisa langsung lihat di situ tanpa perlu meminta atau memberinya berulang-ulang." Karen mencoba menjelaskan maksud dari ia meminta Arle menulis nomor HPnya.
Arlepun mengiyakan. Mereka lalu melanjutkan pembicaan perihal rencana renovasi rumah.
Tak lama kemudian.
Tit! Tiiiit!!!
“Nah!! Itu mereka datang!! Karen merespon bunyi klakson mobil di depan rumahnya.
" Ayuk kita temuin mereka dek!!”
Sesampainya di teras rumah, tampaklah dua orang perempuan yang baru turun dari mobil. Keremangan lampu teras tidak bisa menyembunyikan pesona kecantikan mereka.
"Astagaa!!! Ini sih kembar tiga cantiknya!" kagum Arle. Seolah melihat kemiripan 2 perempuan yang baru datang tersebut dengan Karen yang sudah dikenalnya lebih dulu.
"Halooo... kamu Charles yah?? Saya Heni." perempuan berambut coklat terang menyapa dan mengulurkan tangannya ke Arle.
“Selamat malam Charles.” Saya Siska yang paling muda dan cantik di rumah ini… hihihii..." Susul perempuan berhotpants di belakangnya. Ia hanya melambaikan tangan ke arah Arle.
DEG!! Jantung Arle berdegub cepat ketika bertatapan dengan Siska. “Waooo…" Bibirnya bergerak namun tak bersuara.
“Huuuu.. paling centil… iyaa!!” Karen terdengar memprotes ucapan Siska barusan.
“kalau bisa panggil saya Arle saja.” Arlepun kembali memperkenalkan dirinya, Ia nampak kikuk dikelilingi 3 perempuan penghuni rumah yang baru dimasukinya tersebut.
“Ganteng juga yah Mi? Calon mandor di rumah kita." Siska melirik manja ke arah Arle.
“Iya, bodinya juga tinggi berotot. Tumben selera kamu bagus Keii... Hihhiii… .” balas Heni.
Karenpun menimpali..” Yaa maaf begitulah adanya saya, cuman seorang quality control handal..”
“Huuuu….” Sahut Siska dan Heni.
Arle hanya sedikit tersenyum dan menunduk menyaksikan keseruan senda gurau ketiga perempuan serumah di hadapannya. Rasa grogi yang menguasainya seolah tak memberi kesempatan untuk dirinya dapat menikmati suasana yang ada. Setelah merasa keberadaanya tidak diperlukan lagi. Arle berpamit diri.
***
Di kamar Arle …
“Akhh sialan!! Saya yang dari lahir tinggal di komplek, kalah set dengan orang yang baru sebulan jadi penghuni di sini!” Arle tengah mengutuki dirinya yang mati gaya selama di rumah Karen tadi.
“Tapi siapapun juga pasti kayak begitu kalau lagi berhadapan dengan perempuan cantik dan seksi kayak kak Karen. Huh!!! Apalagi kalau mereka sudah kumpul bertiga… Ampunn Dj!!!” Pemuda itu tengah mencari alasan penawar untuk membesarkan hatinya sendiri.
Bayangan wajah Karen, Siska, dan Heni bergantian muncul dalam benaknya. Wajah-wajah yang kemudian berganti dengan bodi molek masing-masing. ”Ah seandainya saya disuruh memilih diantara ke-3 wanita itu untuk melepaskan keperjakaaan, tutup matapun saya pasti tak akan salah pilih. Semuanya tak ada celanya.” gumam Arle dalam lamunannya yang semakin jauh meninggalkan raganya.
“Atau saya gilir saja semuanya!!”
“Atau dengan Siska saja, sepertinya goyangannya mantap dan kayaknya usianya lebih muda dari saya” sambil membayangkan lenggak lenggok bokong Siska.
“Atau Karen saja deh! saya suka genitnya, sepertinya berpengalaman. bisa ngajarin saya ngeseks.”
"Mmm... bagaimana kalau Heni. Saya ingin merasakan sensasi bercinta dengan wanita berambut pirang."
”Aakkhhh.. Arle lalu mencoba menyingkirkan semua lamunan gilanya, di mana ia seolah-olah benar lagi tengah diberi pilihan di antara ketiga wanita serumah yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu.
Dia lalu mengambil ponselnya, membuka galeri tersembunyi di dalamnya, lalu memutar lagi video rekaman sosok wanita yang sedang mandi di belakang rumah Malik. Tepatnya kamar mandi di kamar tidur Siska.
“Ahh tidak!!! jika harus memilih salah satu. Saya ingin bercinta dengan perempuan pemilik tanda lahir yang sedang mandi ini. Tapi siapa orangnya??? soalnya susah untuk memastikan dari ke-3 perempuan itu bodi dan warna kulitnya hampir mirip. Ah!! apakah perempuan ini Siska yaa..??”
Arle mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu segera memutar kembali file video rekamannya. .
Ia menontonnya sekali lagi sembari mengelus kepala dan batang juniornya.
“Ahh Siska!!...apakah kamu wanita yang mandi ini??“
Arle mulai mengelus elus kemaluannya sembari membayangkan wajah Siska. Mata Arle fokus menatap bercak coklat muda yang sangat menarik perhatiannya.
“Siskaaaa.. jagain tanda lahir itu buat saya.. ssshh..”
Tring!!
Bunyi pesan whatsapp di Hape Arle, Iapun menghentikan aktivitas colinya. Ia lalu membaca pesan tersebut.
Hi!
“Nomor baru? Siapa yang menghubungi saya jam begini”.. Arle melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 22.42.
“C..A ?” Arle melafalkan inisial yang menjadi foto profil dari nomor whatsapp tersebut, sembari mencoba mengingat-ingat adakah kenalannya yang cocok inisial itu. Namun ia tidak mendapatkannya. Iapun memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan tontonannya.
Kok cuman dibaca
Arlepun akhirnya membalas pesan ke-2 tersebut
C20
Arle sepertinya akrab dengan kombinasi huruf dan angka tersebut. Ia mencoba mengingat dimana pernah melihatnya.
“Astaga!! Itu nomor rumah...”. Arle menjadi serius untuk meladeni pengirim pesan misterius di whatsappnya. Ia mencoba mengetik nama Karen. Lalu menggantinya dengan nama Siska. Kemudian yang terakhir nama Heni.
Arle tidak berani memastikan salah satu nama. Di tengah kebimbangannya masuk lagi pesan baru dari nomor baru yang sama.
Kok cuman dibaca lagi
Arle akhirnya membalas pesan tersebut.
“C,.. C..” Arle mengulang huruf konsonan tersebut. Ia mencoba berpikir sosok yang pas dengan inisial tersebut. "C.A.. C Aja…, Caren, Ciska, Ceni.. “Akh!! tengah malam disuruh berpikir!!! Malas ah!!
Tring!!
Selamat datang dan semoga betah
“Sialan tidak aktif!!”
-Choices or Coincidence –
“Daagggg Arle.. jalan dulu yaa.. “
Arle yang baru saja memarkirkan motornya, balas melambai ke arah Siska yang memasuki mobil Heni.
Duh!! Kapan saya bisa kenal lebih dekat dengan dia yah? bathin Arle, memandangi mobil yang mulai melaju meninggalkan rumah.
Di hari kelima Arle bekerja di rumah tersebut. Ia belum mendapatkan kesempatan lebih untuk dekat dengan Siska. Dikarenakan gadis muda itu sudah berangkat sedari pagi. Pulangnyapun malam hari bersama Heni. Obsesinya terhadap Siska semakin menjadi. Ia meyakinkan dirinya bahwa Siskalah perempuan yang mandi itu. Arle ingin meminta nomor HP Siska, namun belum menemukan alasan yang tepat.
Apa ini yah nomor HPnya? Sembari melihat nomor misterius yang pernah menghubungi whatsappnya. Nomor yang sudah tidak pernah aktif lagi. Namun Arle enggan berspekulasi untuk menebak nama dari salah satu penghuni rumah yang dikenalnya. Iapun enggan mencari tahu siapa pemilik nomor misterius itu.
“Pokoknya saya harus fokus ke Siska dulu, saya akan sabar menunggur sampai kesempatan itu tiba!!”
“…Ahhh kebetulan kamu di sini dek!!” Suara Karen sedikit mengagetkan Arle.
“Eh… kenapa kak!? Arle menoleh ke arah Karen yang mengenakan jubah mandi merah muda.
“…Pak Sukri dan orang-orangnya belum datang yah?”
“Belum kak! Ini baru jam 8 kurang. Paling setengah jam lagi mereka datang.”
“Ooo yah sudah.. Ayuk ikut saya dulu ke dalam!!”
Arle mengikuti Karen namun ia berhenti sampai di ruang tamu.
“Ayuk kemari! ada yang saya mau tunjukkan dan ingin mendengar pendapat kamu.” Sahut Karen sambil membuka pintu kamar Siska. Ia pun masuk dan terus ke kamar mandi yang terdapat di ruangan itu.
“Itu dek! Rencananya bak mandi itu saya mau suruh bongkar. Saya berencana mau pakai shower, sepertinya lebih hemat air.
,.. mmm.. Menurut kamu posisinya pas ngga kalau di situ?”
Arle yang sudah menyusul Karen hanya terdiam. Ia ingin berpendapat setelah melihat kamar mandi. Namun posisi Karen yang tepat berada di depan pintu kamar mandi membuatnya ragu untuk masuk. “Eem.. boleh saya masuk dulu untuk melihatnya kak?”
“Eh iya sorry.. sorry!! “ Karenpun memundurkan sedikit badannya. Memberi jalan buat Arle masuk ke kamar mandi. ” Yang itu! “ sembari menunjuk ke bak mandi.
Arle memiringkan sedikit bahunya. Ia mengira Karen sudah tidak ada di belakangnya, DEG! lengannya menyentuh gundukan dada Karen.. "eh maaf!! maaf kak!!”
“tidak apa apa, santai mas bro?” balas Karen cuek.
Arle terlihat grogi setelah lengannya merasakan kekenyalan dada wanita yang tengah bersamanya itu.
“Gimana menurutmu Ar? “Karen kembali bertanya.
“Gimana apanya kakaaak!! toketmu atau bak mandinya?”... bathin Arle tengah mencoba mengatasi kekikukannya. Sehingga ia sulit mencerna arah pertanyaan Karen yang begitu santai menghadapi dirinya. Seolah mereka sudah akrab sejak lama. Lalu Arle mencoba untuk berkonsentrasi dan tidak menunjukkan rasa groginya, dengan menghindari bertatap langsung dengan Karen.
“Mmm.. kalau menurut saya sepertinya kurang cocok kak, kurang luas areanya. Bagaimana kalo di sebelah sini saja. nanti sekalian pasang tirai kamar mandi dari tembok sini sampai sisi tembok yang sebelah. Arle menempelkan telapak tangan kanannya ke tembok yang tepat di bawah ventilasi kamar mandi. Menepuk-nepuk tembok tersebut sembari melirik ke atas.
Duh!! ingatan Arle kembali menyapa. Bagaimana ia dan Malik beraksi dari balik tembok yang sementara ia sentuh.
“Mmm...masuk akal. Nanti saya diskusikan dengan Lius. Kalau si Siska tinggal terima beres soal kamar mandinya. Benar kata mamamu dek, sepertinya kamu jago soal interior. Mamamu bilang bahwa kamu sering ya dimintai tolong tetangga yang ingin merenovasi rumahnya.”
“Sialan juga si mama! promosinya ketinggian. Padahal saya cuman asisten tukang alias kenek..” Gerutu Arle dalam hatinya.“Eeeh..tidak begitu juga kak, saya cuman helper saja.“
Aroma wangi dari tubuh Karen semakin terasa menggoda indera penciuman Arle. Ditambah kimono mandi yang dikenakan perempuan itu; Membuat Arle yang mulai merasa gelisah dengan keberadaan mereka yang cuman berdua di ruangan ukuran 1,5 x 2 m persegi tersebut.
"Ahhh.. apa kak Karen yang mandi di sini tempo hari?? Tapi kok bisa?? mereka kan punya kamar mandi masing-masing? Dan sejauh yang saya tahu. Kalau kamar mandinya belum pernah direnovasi."
Arle hanyut dalam pikirannya. Ia menunggu respon dari Karen yang tampaknya tengah serius berpikir sembari memperhatikan ventilasi kamar mandi.
“Setelah saya perhatikan,mmm… sepertinya saya mau mengganti ventilasi itu. Kurang aman menurut saya. Orang lain bisa mengintip dari luar.” Ujar Karen sambil berpaling ke Arle.
Arle hanya mengangguk dan tetap berusaha untuk tidak menatap lawan bicaranya.
“ Kamu biasa mengintip ngga dek?” Lanjut Karen sambil mencolek pinggul Arle.
“Aduh!!” Cuman itu jawaban Arle. Entah kaget karena colekan atau karena kata-kata Karen yang seolah menyinggung perbuatannya tempo hari.
Mmm... Arle mencoba mengatur nafasnya.. “iya sih kak, ventilasi seperti itu masih model yang lama.”
“Iya itu juga alasannya. Makanya sebaiknya diganti yang lebih modern saja. Eh!”… Tapi sejujurnya saya tidak takut diintip kalau lagi mandi." lanjut Karen.
“Maksudnya kak…!?” tanya Arle yang bingung dan sedikit terkejut dengan pernyataan Karen barusan.
“Saya tidak takut kalau ada yang melihat bodi telanjang saya. Karena saya pikir tidak ada yang hilang dari anggota tubuh saya kalau ada yang melihatnya. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Paling yang melihat yang akan sakit kepala karena konak!!
"Betul ngga hai kamu laki-laki!? mhihihi.." Karen tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
“Adehhh!!! Arle kehabisan akal menghadapi ceplas ceplosnya Karen. Ia merasa tidak perlu menjawabnya. Ia hanya menyengir kuda..” hehee..”
“Eh Arle tunggu di luar dulu! Saya mau pipis dulu. Kebelet nih..”
Arle bergegas keluar dari kamar mandi. Ia tidak menutup pintu karena berpikir Karen yang akan menutupnya. Belum sepenuhnya kakinya meninggalkan kamar mandi, terdengar bunyi desiran air wanita yang tengah pipis. " Njiing!!" gumam Arle. Ia hendak beranjak keluar kamar.
Arleeee!! Jangan pergi dulu yaa..” suara Karen yang diiringi bunyi siraman air menghentikan langkah kakinya. Iapun menyahut “Ya kak!!”
“Airnyaa hangat. Bikin anuku terasa gimanaaa gituu…”
"Apaaa lagi itu!!" Arle tak tahu mau merespon bagaimana. Ia lebih memilih diam sampai Karen muncul lagi di depan pintu kamar mandi.
“Eh kirain kamu sudah kembali ke teras. Begini saya juga mau ngetes keburaman pintu kacanya. Coba yah saya tutup pintunya, dan kamu lihat. “
Karenpun menutup pintu kamar mandi. "Gimana??" Sahut Karen yang bersandar di tembok kamar mandi.
“Hmmmm… Lumayan tidak kelihatan sih kak.”
“Kalau saya maju selangkah”ujar Karen lagi.
“Samar-samar kak!!” respon Arle..
Selang beberapa detik. Karen berkata “Coba kita gantian, kamu yang di dalam”.
Mereka lalu bertukar posisi.
"Oke!! Sekarang kamu coba buka bajumu. Saya mau tahu lekuk badan terlihat ngga?? kalau posisi lagi telanjang.” nada suara Karen terdengar serius.
Tak ada respon dari Arle..
“Yaelah… Jadi cowok pemalu amat!!
Arle yang di dalam kamar mandi merasa kesal dengan ledekan yang ia dengar. Iapun dengan segera membuka t-shirtnya. Sudah kak!! Arle yang sedikit emosi, balik menantang “Coba kak buka kimono mandinya!!”
Ok Ar… Karen menanggapi dengan santai. Wanita itu melepas jubah mandinya. Menyisakan bra dan celana dalam putih yang masih menutup tubuhnya. “Sudah dek, Kelihatan ngga? “
Arle yang melihat samar-samar tubuh Karen terbalut kain dalaman putih.
Glek!! Keliha.. taaan.. kaaak.“ suaranya mulai agak berbeda. Menahan gairah yang muncul seketika ia berbalas ajakan dengan Karen serta apa yang ia lihat di balik pintu kamar mandi.
Karen lalu merapatkan tubuhnya di tembok kamar mandi. Ia melepas bra disusul dengan celana dalamnya. Kalau begini Ar..?
Arle yang tidak bisa memastikan apa yang tengah Karen lakukan di balik tembok. Ia cuman bisa menjawab “..tidak kelihatan kak!!"
“Mhihihihi… ya sudah.. berarti keburamannya bagus…” Karen cekikikan. Kemudian ia berkata lagi “Coba kamu telanjang dek?? kayak saya yang di luar yang sekarang lagi telanjang.
Duhh!! Apa ini…!!!? Arle bertanya dalam diamnya. Ia melihat samar-samar tangan Karen serta bra putihnya yang berayun-ayun di balik pintu.
Hahaha… sudah-sudah!! Karen sudah tidak bisa menahan tawanya.
Pakai lagi bajumu, sebelum terjadi hal-hal yang diinginkan. Saya mau mandi dan berangkat ke kantor!" Ujarnya lagi sembari mengenakan jubah mandinya kembali.
***
Sepanjang hari itu Arle tidak bisa konsentrasi. Bayangan Karen berserta aksinya tadi pagi menghiasi pikirannya. Ia jadi ragu memastikan kalau Siska lah yang diintip dan divideokan oleh Malik pada saat mandi.
Oiii melamun teruss!!.. Kami pulang dulu Arle !! Suara pak Sukri membuyarkan lamunan Arle.
“Ooh iyaa pak!! Makasih yaa.. Sampai ketemu besok!! Sahut Arle.
Arle tengah bersiap-siap hendak pulang. Setelah ia memastikan semua aman dan beres, i pun segera menutup pintu gerbang pagar, memasang gemboknya, lalu beranjak ke rumah tante Egi guna menitipkan kunci rumah dan pagar yang di mana ia diserahi tanggung jawab.
Triitt.. Titttt!!
Arle yang sudah berada di depan pintu pagar rumah tante Egi menoleh ke arah mobil yang mengklaksonnya. Ia menyangka Karen yang datang. Ternyata Heni.
"Eh sore kak Heni, tumben cepat pulang?" Ia menyapa sekaligus melirik ke dalam mobil namun tidak mendapati Siska di dalamnya.
“Iya, hari ini saya kurang enak badan. Tolong bukain pintu pagarnya! mobil mau saya parkir di dalam.” Ujar Heni sambil menunjuk garasi rumah.
“Oh iya bisa, …tunggu yaa kak!”. Arle bergegas membuka pintu pagar.
Setelah memarkir kendaraannya, Henipun turun. Arle sejenak memandangi lekuk tubuh Heni yang sore itu mengenakan dress pendek sepaha.
“Bisa tunjukin lebih lagi ngga kak? Ujar Arle dalam hatinya.
“Arle bisa bantu angkat travel bag di bagasi belakang ke kamar saya? Sini kunci rumahnya! dan saya tunggu kamu di kamar.”
Oh siap kak! Bisa!!”
Arle melakukan apa yang diminta oleh Heni. Setelah meletakkan tas di depan kamar, Arlepun berpamitan… “Saya pulang dulu kak?”
“Eh tunggu Arle!!” Heni beranjak menuju ke kamar mandi di dalam kamarnya.
“Yaah!! Airnya macet lagi yaa?” Terdengar nada kecewa dari suara Heni yang sedikit mengeraskan volume suaranya.
"Ooh!! Masa sih kak!!" Sahut Arle.
"Iya dari pagi kurang lancar airnya. Tetapi lupa saya kasih tahu kamu. Besok tolong info pak Sukri yaa!"
Oh iya baik kak!!
Tak ada lagi respon dari Heni.
Arle berinisiatif masuk ke kamar untuk mendekati kamar mandi. Ia berpikir masih akan diajak berbicara perihal progress pekerjaan yang ia awasi. Ia yang sudah berdiri dekat pintu kamar mandi tanpa sengaja menoleh ke arah cermin kamar mandi. Arle melihat pantulan sosok Heni yang mengenakan jubah mandi putih, namun belum sepenuhnya menutup badannya. Arle sempat melihat belahan payudara yang tersembul dari bra putih yang dikenakan Heni.
GLEK!!. Arle mencoba melirik ke arah mata perempuan itu. Siapa tahu ia mengetahui keberadaannya di balik pintu. Namun Heni sepertinya tengah serius mematut diri di depan cermin. Arle ingin berlama-lama menikmati apa yang ia lihat namun akal sehatnya memerintahkannya untuk segera keluar kamar.
Arlepun mundur perlahan ke arah pintu.
Kak Heni.!! saya pamit pulang dulu yaaa??
Eh!! sorry Arle.. tunggu !! Heni bergegas keluar menemui Arle.
Arle memandangi tubuh Heni”,.. Duh!! Saya terkam juga ni orang!! Ia tak kuasa melihat keseksian wanita yang mengenakan kimono mandi di hadapannya.
“Maaf tadi saya mencoba jubah mandi baru saya. Bagaimana menurutmu dek?” ujar Heni.
Arle tidak merespon. Ia sepertinya sibuk dengan pikirannya.
Heiii!!!... gimana menurutmu dek? ulang Heni sekali lagi.
“Eh.. Apanya kak?”
“Pakaian mandi saya ini? memangnya kamu berpikir apa?”
"Heheee.. maaf kak! Bagus.. Serasi dengan badan kakak."
"Makasih yah. Kalau badan saya bagaimana? Ini bodi wanita usia 30-an loh?"
Duh!!! Arle sedikit kaget mendapat pertanyaan seperti itu. Ia bingung hendak menjawab dengan apa. Iapun berkata..”mmm… ngga kelihatan kalo kakak sudah berusia 30-an?”
“Ah serius kamu?!?”
"Iya kak masih kencangg.. eh!! Arle kaget sendiri dengan kejujurannya.
Aahh!!!… Kencang darimananya?" balas Heni.
DUH !! Arle terdiam.
“Kalau kamu bisa mijat?" tanya Heni.
“Eeegg… Maaf saya tidak bisa mijat kak..” jawab Arle yang mulai kehilangan nyali.
“Masa sih! Cuman begini loh.” Ujar Heni sembari meraih lengan Arle lalu memijatnya..
Ehh kak!! Arle terlihat risih.
“Hihihihi. Yah sudah kamu belajar pijat dulu. Kalau sudah bisa, kasih tahu saya yah.”
“Iii.. yaa kak..”
Bersamaan dengan itu muncullah Siska dari arah teras rumah.
“Sore Mamiiiiiiii!!! eh ada Arleee.. Wah ada apa ini saling berduaan depan pintu kamar?”
"Soreee anak cantiknya mami… Itu si Arle. Badannya saja yang tinggi berotot. Tapi tidak bisa mijat.” Ujar mami Siska.
Arle hanya tersenyum dan menjauh dari pintu kamar Heni.
“Masa sih Ar… sayang loh, padahal saya juga ingin merasakan pijatan kamu” tanya Siska.
Arle masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya memamerkan deretan giginya sembari menggaruk kepalanya. "Sialan!" Bathinnya.
Lalu Siska berkata, “Eh Arle.. kamu sudah mau pulang? tolong gantiin lampu kamar saya dong? Bisa kan yaah?”
“Mmm,.. bisa kok Sis..” Akhirnya Arle bisa bersuara.
“Ayuuk ke kamar!! Pinjam Arle dulu yah Mi…”
“Iyaaa ngga apa-apa cantik. Asal jangan dihabiskan. Sisain sedikit buat Mami... mhihihi…” balas Heni.
Arle hanya mengelus kepalanya ketika mendengar ucapan Heni. Ia lalu mengikuti Siska ke kamarnya.
“Lampu yang itu Ar!! Ganti dengan lampu yang baru saya beli ini.” tunjuk Siska sembari mengeluarkan bohlam lampu dari tasnya.
“Ooh yang itu.. mmm… naik pakai apa yaa..?? Arle mencoba mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk dapat meraih lampu di plafon kamar tersebut.
"Tunggu saya ambil tangga di luar!!" Ujarnya kemudian.
“Ah tidak usah Ar.. tangganya kotor! Pakai kursi itu saja. Bisa kan?? Kamu kan tinggi?”
“Mmmm….” Arle terlihat ragu dengan kekuatan kursi untuk dapat menahan beban tubuhnya.
“Ayolah Arle pake kursi itu saja ih! Tidak usah pakai tangga! Saya lihat tadi tangga di luar sangat kotor sehabis dipakai oleh tukang.” ujar Siska sembari membuka jaket jeans yang ia kenakan.
Oops!! Arle sedikir terkesiap dengan tanktop putih yang di kenakan Siska.
“Nanti saya bantu pegang kursinya.” lanjut gadis itu menawarkan.
“Mmmm.. baiklah." Arlepun memindahkan kursi tepat di bawah lampu yang akan ia ganti. Lalu ia naik.
“Tunggu!! Ini lampunya..” ujar Siska sembari menghampiri Arle guna memegang sandaran kursi yang Arle sedang naiki.
Arlepun mencoba meraih lampu di plafon. Namun ia sedikit kesulitan karena jangkauan tanganya sangat pas menyentuh langit-langit kamar. Ia lalu mencoba menjinjitkan ke dua kakinya.
Akkhh!! aahhh…" Ia belum bisa memutar bohlam lampu yang terpasang di fittingnya. Arle menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Ia lalu menunduk untuk merenggangkan lehernya.
DUH!! Degub jantung Arle seketika memacu menyaksikan pemandangan dilihatnya. Belahan dada Siska yang membantu memegang kursi tersaji di bawahnya. Arle menyeka keringatnya dan Eeeh!! Ehh!!.. Arle kaget melihat 3 tetes keringatnya jatuh perlahan ke arah dada Siska.
Siska seketika mendongak kan kepalanya.
“Ma..affff…” Arle menyengir.
“Ngga apa-apa.. Lanjut saja!! ujar Siska tersenyum.
Entah karena ucapan Siska atau karena rasa bersalah Arle segera menyelesaikan tugasnya.
“Sudah Sis!!”
Siskapun mengetes nyala lampu.
"Sudah yah! Saya pamit pulang dulu.." ujar Arke kemudian.
“Ihh belum.. Ini loh kamu belum bersihin!!” balas Siska sambil menunjuk ke dadanya.
“Sudah kering juga ah! sahut Arle seadanya.
“Belum kakak! Bersihin dong!!” respon Siska yang tampak menahan tawanya.
Ahh jangan begitu becandanya Sis!!, Bersihin sendiri saja!! Sahut Arle sambil bergegas meninggalkan Siska yang cekikikan melihat tingkah Arle.
Ia pamit untuk pulang.
***
Di kamar Arle…
SIALAN!!! TIKUSSS!! KUNYUKK!!! BIKIN MALU!! Kembali Arle memarahi dirinya sendiri.
“Ada apa dengan saya ini!! Bisa-bisanya saya kehilangan mental menghadapi perempuan-perempuan itu. Kalau Malik sampai tahu. Bisa habis saya diledeknya dan dia pasti menawarkan diri untuk menggantikan saya… NJINGG!!”
Satu lawan satu saja saya grogi menghadapi. Apalagi kalau sudah main keroyokan. HUH!!!
Bisa rusak rencana awal saya kalau begini. AKH!!!! BODOH!! BODOH!!!
Tapi tampaknya bukan cuman Siska tersangkanya kalau kondisinya seperti sekarang. LALU SIAPA???
Arle lalu memutar lagi rekaman video di ponselnya. Kali ini bukan untuk menikmatinya namun untuk mempelajarinya serta ingin mendapatkan petunjuk yang bisa mengarah kepada target yang ia incar dari penghuni rumah tersebut.
“Hmmm… ini lagu dari music player atau bisa jadi sebuah nada dering. Arle menyimak lantunan lagu yang sayup-sayup ia dengar dari video tersebut..
“Hmmm… Tanda lahir ok…”
“Ahhh… Kimono mandi ungu… saya harus tahu siapa pemilik kimono mandi ini!!!
“Ahhh yaaa… yaaa.. saya akan mencari tahu besok!!!
Arle me-rewind lagi kejadian demi kejadian yang ia alami hari itu sedari pagi.
“Karen pake dalaman putih. Heni pakai kimono mandi warna putih. Siska juga pakai kaos berwarna putih..HUH!! apa itu warna favorit mereka. Kok bisa-bisanya saya mengalami aksi memalukan itu di saat mereka bersamaan pakai nuansa putih hari ini.
Dan kenapa ke-3 perempuan itu begitu genit yah kepada saya. Apakah karena mereka merasa aman di rumah mereka dan menganggap saya cuman salah satu pekerjanya!"
Hmmm.. Mereka lupa kalau saya orang lama di komplek sini. Dan saya punya misi lain menerima pekerjaan itu. Tunggu saja kalian !!!”
Tring!
“Hmmm… nomor itu lagi!! Siapa sih ini orang! Arle gusar namun penasaran ingin membuka pesan yang baru masuk tersebut.
Hi Arle
Gimana pendapatmu dengan putih yang kamu lihat
Astaga!! Kok sama dengan saya pikirkan sekarang??” Wah jangan-jangan orang ini dukun??
Foto bra putih disertai teks yang ini
HAAAA!! Arle seketika memperbaiki posisi duduknya.
Arle mencoba mengamati foto tersebut, “BH siapa…?” gumamnya. Iapun membalas pesan tersebut.
Glekk!! Kembali foto bra yang sama namun sedikit berlatar belakang whiteboard yang bertuliskan no HP Arle. Nomor yang ia tulis tempo hari disertai teks masih kurang yakin?
“Akkkhh siapa kamu!!! Ringis Arle yang merasa serba salah dengan kondisinya sekarang. Penisnya yang mulai mengeras namun otaknya masih penuh dengan pertanyaan siapa wanita yang sedang berkirim pesannya dengannya itu.
Gimana?
Kamu suka?
Punyamu jadi keras?
Coba lihat
Duhh!!! Arle yang tidak pernah memfoto kelaminnya sendiri seketika merasa malu plus risih. Arle pun membalas.
4 jam kemudian, Arle dikagetkan oleh panggilan dan getaran ponselnya.
"Arggg!! Siapa yang menganggu tengah malam begini!"
Arle mengambil ponselnya. Ia melihat notifikasi 2 panggilan tak terjawab dari C beserta beberapa pesan whatsapp dari teman, grup, dan dari sosok C.
“Hmmm… kalau di rumahmu boleh saya mati gaya. Tapi kali ini saya akan mencoba meladenimu. Seliar apa dia?" Guman Arle yang tidak ingin jadi objek penderita lagi.
Colon Asterisk
Yaa
Masih mau?
5 menit Arle menunggu
Tring!
Foto close-up buah dada yang area putingnya tertutup stiker love disertai teks
Ini maksudmu
“Sialann!!! Benar-benar perempuan ini"… Ia mengatur nafasnya
Arle bingung mau mengetik apa. Di tengah lamunannya masuklah sebuah pesan suara dari C.
Voice Note C: “Kok lama jawabnya, kamu lagi apa Asterix?”
Arle mencoba mengenali suara bisikan wanita tersebut. Namun ia tidak bisa.”Akh sialaan!! Itu suara Siapa!! Arle sempat mencoba membalas dengan voice note nya juga, namun ia batal mengirimkannya karena malu mendengar suaranya sendiri.
Voice Note C: Arle Asterixku aahh….
Suara desahan wanita yang memanggil namanya membuat penis Arlesemakin mengeras.. DUH!! Apa ini..
Birahi Arle bangkit, sensasi suara wanita misterius itu telah membuat badannya serasa meriang. Dia lalu mengetik lagi..
Voice Note C : ouushh.. saya sudah basah..
Arle terdiam, dia lalu mencoba memfoto kelaminnya yang sudah keras, 3 foto dia hasilkan, namun dia masih ragu untuk mengirimnya..
Pesan gambar dari C, foto closeup memek yang merekah basah disertai teks, ini
Foto Ms. V ditambah lagi dengan desahan bisikan manja dari wanita tersebut serta merta membuat gairah Arle semakin meningkat dan menghilangkan segala kebimbangannya. iapun mengirim ketiga foto kontolnya, 1 foto tampak dari atas, 1 dari samping, dan satunya tampak dia memegang batang kemaluannya. “Aah.. terserah nanti.. entah siapa perempuan ini, semuanya sama saja,” bathinnya.Gejolak nafsu sudah menguasai Arle.
Voice Note C: panjang juga punyamu saya sukaaa.. “
Voice Note C: Jariku sudah masuk.. ssshh..
Voice Note C: saya lagi membayangkan kontol kamu yang masuk sayang… Ousshh..
Arle yang sudah kerepotan untuk mengetik dan membalas dengan apa, mulai memberanikan merekam dan mengirim pesan suaranya juga.
Voice Note C: kamu mau dengar?
sshhh.. enak sayang
Voice Note C: satuuu.. oohhh...
Voice Note C: mauu kontoll.. mau kontol…. Aahhh…
Sambil menunggu balasan, Arlepun memutar ulang semua pesan suara dari sosok wanita misterius itu sembari terus memainkan juniornya. Dia akan mencapai puncak kenikmatannya namun berusaha menahannya. Dia masih ingin mendengar desahan suara C yang terbaru. Sebagai pamungkas dari sensasi bercinta dengan cara seperti yang mereka tengah lakukan sekarang. Pesan suara yang ditunggupun datang.
Voice Note C: ..Saya mau keluar sayang.. ah!! Ah!! aaahhh!!!
Lenguhan panjang dari C dengan suara yang tertahan menerima gejolak orgasmenya bagaikan perintah langsung kepada senjata Arle untuk segera menyemprotkan spermanya.
OOOOH!!! AHHHHHHHHHH!!!!!!!
Salut buat suhu-suhu yang sudah membagi karya tulisnya nya di forum ini .
Kalian luar biasa. Banyak inspirasi yang saya ambil guna menambal sulam karya tulis saya yang apa adanya ini.
Teristimewa buat panitia LKTCP 2019, yang sedianya menerima kenekatan saya untuk ikut mengikuti ajang ini. Saya menghaturkan banyak terima kasih.
Salam hormat saya buat para pengunjung yang menyempatkan diri untuk singgah di sini. Cerita ringan yang tersaji sedianya murni dari imaginasi sederhana nubie tentang apa itu Fresh Meat. Jadi sekiranya jika melenceng dari tema mohon dimaafkan.
Jika bisa dinikmati silahkan berimajinasi. Kalau tak berarti mohon dikritisi.
Selamat membaca
“Tak selamanya niat yang sama berujung pada tindakan yang sama;
Tak selamanya pula beda niat berujung pada beda tindakan”
-Celah & Curiosity-
Perlahan tangan kanan Arle menghilang sebagian di balik boxernya. Menggenggam juniornya yang mulai mengeras. Walau yang terlihat olehnya hanya penampakan area bahu sampai sekitar wilayah dada saja, namun bagi pemuda itu sudah cukup untuk menebus rasa penasarannya.Pada scene video terlihat target mulai menggosok badannya. Payudaranya berguncang seirama dengan gosokan tangannya pada area tengkuk. Semakin ia menambah tekanan gosokan, semakin jelas pula buah dadanya terlihat bergoyang. Aktivitas multitasking yang dilakukan Arle yakni menonton sambil mengocok batang penisnya, membuat berahinya semakin meninggi. Ia mulai mencabuli sang pemilik buah dada ranum tersebut dalam otaknya. Adegan video berikut terlihat si putih mulus sedang menyabuni area dadanya. Busa sabun yang menutup sebagian lekukan buah dada beserta puting menimbulkan sensasi seksual tersendiri bagi Arle. Ingin rasanya ia menyibak kumpulan busa itu dengan tiupan dari bibirnya.
Arle menikmati helaan nafasnya, laksana wangi sabun yang sempat ia cium di balik tembok kamar mandi petang tadi masih melekat di indera penciumannya. Ia menahan nafasnya beberapa saat. Lalu…Wussss…!! bunyi hembusan nafas memburu keluar dari dalam mulutnya. Objek molek di video terlihat mulai menggosok area bawah tubuhnya lalu berbalik menampakkan pungggungnya. Seolah bagi Arle, perempuan itu ingin memamerkan sisi mulus tubuhnya yang lain. Sejenak ia mengatur nafas dan mengurangi intensitas kocokan pada Mr. P nya. Bodi aduhai itu berbalik kembali dan mulai mengguyur wajah dan sekujur badannya. “Glek!! Arle menelan ludah menikmati apa yang ia lihat. Nafasnya kembali tertahan menyaksikan tubuh putih nan mulus yang telanjang bulat terpampang jelas. Sangat jelas memanjakan matanya. Nafsu syahwat benar-benar sudah menguasai pemuda itu, namun Arle belum ingin menuntaskannya dengan beberapa kali ia menahan senjata 16 cm-nya untuk tidak segera menembak. Ia meng-pause videonya, mengatur nafas lalu berkata cepat.. “Aahh sialan juga nih tontonan!!”
Scene berikut lebih membuat nafsu pemuda itu kian meninggi. Sayup-sayup terdengar lantunan lagu barat yang bagi Arle belum terlalu akrab di telinganya. Sang perempuan ikut bersenandung mengikuti irama lagu yang terdengar. Lalu perempuan itu diam mematung sejenak. Beberapa detik kemudian, Sang objek yang tengah bugil tersebut memutar dan meremas lembut ke dua buah dadanya. Saking pelannya Arle bisa menghitung aktivitas yang terlihat olehnya itu. Iapun juga ikut meremas dadanya. “ li..maaa.. eee..naam.. tuuu…juh.. dela… oohh…” Arle menghentikan hitungannya setelah melihat penampakan puting merah muda yang mengeras. Seiring si perempuan yang melepas remasan pada payudara kanannya. Terlihat tangannya bergerak menyusuri area perut dan terus ke bawah sedangkan tangan kirinya tetap bermain di dada kirinya.
Ssssh.. “ bareng yuk sayang…” ucap Arle yang mengikuti gerakan yang ia lihat seraya mulai menurunkan celananya sampai ke lutut. Seakan mengijikan adik kecilnya untuk menghirup udara bebas dan ikut menonton bersama dengan dia. Batang yang sudah mengeras sempurna serta kepala penis yang memerah menandakan alat kelaminnya sudah mendapatkan stimulus yang luar biasa dari birahi dan aktivitas senam jarinya.Arle yang sebelumnya mengabaikan akan bagaimanakah paras wajah pemilik tubuh molek yang ia tonton, akhirnya mulai timbul rasa penasarannya. Beberapa kali ia menunggu momen itu. Namun oleh Malik yang merekam video hanya lebih sering meng-zoom dan fokus pada payudara targetnya. Di tengah keinginannya mendapatkan momentum untuk melihat paras wajah sang perempuan. Arle melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Ia lalu coba memperhatikan adegan demi adegan secara lebih seksama. Pandangannya terpaku pada bercak coklat muda tepat di bawah buah dada sebelah kanan objek telanjang pada video yang ia tonton.
“Mmmm.. tanda lahir, semoga suatu saat saya bisa menjilatinya..” gumamnya seraya membasahi bibirnya.
Sang perempuan tampak sudah selesai dengan aktivitas merangsang area-area sentitifnya sendiri. Namun Arle belum. Ia ingin menuntaskannya. Ia masih terus mengocok batang penisnya.
Terlihat si perempuan sudah mulai mengelap badan lalu akan mengenakan kimono handuk berwarna ungu muda.”… Seperti apakah wajahmu *******..sssh.. ssssh..”
Arle semakin fokus seakan tidak ingin melewatkan momentum tersebut. Ia juga semakin mengeratkan genggaman tangan pada alat vitalnya. Berusaha menahan agar juniornya jangan sampai muntah sebelum waktu yang ia inginkan. Ia ingin momen ejakulasinya tepat bersamaan dengan ia melihat wajah si pemilik tubuh yang sudah ia cabuli dengan mata dan imaginasi liarnya. Ia yakin dia akan segera melihat paras dari pemilik kemolekan tubuh yang sedang ia tonton.
Sembari mempercepat lalu menahan lalu mempercepat kembali gerakan kocokannnya.
Arle menunggu… dan akhirnya ia menjemput momen itu …
“..ssh..sssh...ssssssh.. YAAK!!”
Bersamaan dengan ia ingin berejakulasi, gambar di video beralih pemandangan lain yakni punggung dan ubun-ubun Arle sendiri yang tengah memegang tangga tepat di bawah Malik. Lalu disusul penampakan gerakan perlahan jari tengah Malik.
“AAANNJEEENGG!!! “
***
3 hari kemudian…
“Sudah saya hapus tikus!!.. Ujar Arle tegas kepada Malik yang datang ke rumahnya untuk meminta file video rekaman yang Arle sudah tonton malam itu.
"Lah!! kok dihapus??" balas Malik yang terlihat kaget plus kecewa.
“Soalnya ada saya di situ!! kamu juga kurang kerjaan pakai ikut merekam saya!!”
“hahahaa… lucu saja melihat gaya kamu kemarin bro, yang seolah mau tapi tak mau”
“Kunyuk kau!! Tidak berpikir kalau sampe videonya tersebar, bisa hancur saya!! kamu yang mengintip, saya yang bonyok!!”
“Hahaa.. maafkan Ar, maaf… “ujar Malik,
"Eh ngomong-ngomong.. videonya sudah kamu tonton kan? gimana menurutmu?" lanjutnya lagi.
Arle sembari mengangkat dua jempolnyaa… “hmmmm…”.
“Naaaah!! Coba kamu berani untuk melihat langsung kemarin! “
"Ini saja sudah lumayan kok Lik, saya lebih mikir resikonya.”celahnya kecil begitu, resikonya yang besar.”
“iya.. iyaa.. saya juga baru dua kali kok mencoba ngintip di situ.”
“Serius…??” tanya Arle.
“Iyaa, yang pertama cuman sebentar dan nampak punggungnya saja. Yang kedua saya lebih berani karena ditemanin kamu!" "hahahaha… piss bro!! "Malik tergelak kembali.
"Huuuuu… kamu benar-benar partner sialan!!” Arle seolah akan menendang kaki Malik yang duduk dihadapannya.
Arle lalu berdiri dan memperhatikan keadaan sekitar rumahnya. Ia lalu duduk kembali. Sambil mengecilkan suaranya ia bertanya..” Eh Lik!! Kemarin kamu sempat lihat wajah perempuan itu ngga??"
Malik mengeryitkan dahi dan mencoba mengingat,.. “tidak sempat bro!!” kenapa?"
“Saya penasaran dengan wajahnya…”
“Kalau bodi mulus dan terawat begitu... sudah pasti tampangnya lumayanlah.” Ujar Malik yakin.
“Itukan tetanggamu Lik??.. walau saling berbelakang rumah!”
“Saya tidak kenal Ar.. soalnya sejak 2 bulan lalu sudah penghuni baru.
”Saya juga malas cari tahu siapa tetangga baru di belakang rumah saya sekarang."
“Hmmmm…” respon Arle.
“Serius…, semenjak sudah kerja, saya jadi malas kemana-kemana kalau sehabis ngantor. Informasi mengenai rumah sebelah, sejauh saya tahu yah itu penghuninya orang baru dan rumah tersebut mulai di renovasi dalam sebulan terakhir ini.” Malik mencoba menjelaskan.
"Jadi gimana yah supaya bisa tahu..??" Arle berkata pelan seakan berbicara dengan dirinya sendiri.
"Kok sepertinya kamu penasaran sekali bro, nanti deh saya bantu cari tahu..” ujar Malik
“Iya bantulah brother,.. seandainya yang perempuan yang mandi itu masih single, mau saya pacarin!! Hahaha…
"Hahahaa... mau pacarin atau mau menetek di toketnya.”
“Yaaahh… kalau bisa lebih dari itu ..hahaha.”
“Bisalah itu bro.. Setidaknya kamu kan punya modal tinggi dan ganteng. Saya saja sebagai laki-laki harus mengakui itu brother.” Malik menyemangati sahabatnya.
“Ah jangan terlalu memuji begitu sob. Nanti saya besar kepala… “ balas Arle.
“Tapi sayang.. kontolnya cuman dipakai buat kencing. Belum pernah dipake ngentot!!"
"Hahahaa.. anjingg kau Lik!! Saya bisa saja ngeseks dengan PSK. Pernah saya coba. Cuman kontol saya tidak mau bangun.”Serius!! Ujar Arle jujur.
“Lantas, kamu mau ngentot dengan siapa?”
“Yaa itu. Saya ingin ngentot dengan dengan cewek yang saya pacarin, sudah kenal, sudah membangun hubungan emosional sebelumnya.”
“Lah dengan Risa kemarin. Kenapa tidak dieksekusi kalau begitu? Malik menyinggung mantan pacar Arle.
“Sudah hampir. Beberapa kali sempat petting dengannya. Cuman dia keburu pindah ikut bapaknya yan pindah tugas”
"Kesian juga saudaraku yang satu ini…"
"Eh tapi serius sob! Saya akui kamu hebat kalau kamu bisa dapatin perempuan berbodi molek itu!" Malik mencoba men-challenge sahabatnya.
"Hmm gitu yah Lik?? Saya coba deh! Saya berangkat dari mau tahu soalnya wajahnya dulu. Kalau soal yang dapatin bodinya itu bonus!!.. hahahaa.."
"Hahahaa.. yah sudah!! Saya pulang dulu Ar… Semoga kamu bisa mendapatkan si molek itu!!"
“Aminnnn.. Info-info yah kalau ada kabar terbaru.”
"Sipppp…"
Malikpun meninggalkan Arle yang masih duduk di teras rumahnya.
Arle hendak beranjak masuk ketika sebuah city car berwarna putih berhenti tepat di depan rumahnya. Terlihat mamanya turun lalu menoleh ke teras rumah.” Arle sini!!” ia melambaikan tangan ke anaknya yang juga tengah mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang datang.
Arle datang menghampiri mamanya bersamaan dengan kaca jendela samping depan mobil terlihat diturunkan. Tampaklah sesosok wanita berkacamata melayangkan senyum ke arah Arle.
Wanita berusia sekitar 28-30 tahun yang berpenampilan layaknya wanita kantoran.
“Ini Charles anak sulung saya yang saya ceritakan tadi. Dia sudah lulus SMU sejak 3 tahun lalu, kerja masih serabutan dan sekarang menganggur. Sudah disuruh kuliah juga tidak mau!”Si Mama memperkenalkan anaknya sekaligus curhat.
“Hai Charles.. saya Karen, sebentar malam ke rumah yah! maaf saya tidak turun dari mobil soalnya lagi buru-buru.”
“Hi mbak…”, Arle balas menyapa namun tampak terlihat bingung dengan ajakan wanita yang baru ia lihat dan kenal tersebut. Ia menoleh ke mamanya guna mengharapkan penjelasan lebih.
“Iya dek, sebentar saya suruh Arle ke rumah. Pasti dia mau kok!?” mama Arle menyambung.
“Ok, saya jalan dulu tante!”
“Iya dek, makasih yah atas tumpangannya, hati-hati di jalan.” balas mama Arle.
Wanita itu sudah tidak menjawab ia hanya melambaikan tangannya lalu melajukan mobilnya perlahan.
“Siapa Ma?” tanya Arle yang masih diliputi rasa penasaran.
“Kan tadi sudah kenalan. Namanya Karen”. sahut mamanya sembari duduk di kursi teras. “...Sini duduklah dulu”.
Arle terlihat enggan untuk duduk.
“Karen, kerabat jauh ibu Egi. Teman arisan Mama, yang rumahnya di Blok C itu loh”
Arle mencoba mengingat rumah yang dimaksud. “Ooo tante Egi…, terus ada urusan apa yah dia memanggil saya? Memangnya dia tinggal di situ juga??”
“Urusan kerjaan di rumahnya. Pastilah kamu tahu rumah 2 lantai yang pas berhadapan dengan rumah tante Egi. Kalau mama tidak salah ingat, sepertinya rumah itu saling berbelakangan dengan rumah teman kamu si Malik.” Mamanya coba menebak.
HAAAA!!!
-Cantik, Cantik, Cantik & Chat-
"Terima saja sob, tawaran kerjanya!!" Suara Malik dari balik telepon.
"Tapi ini kan terlalu cepat buat saya!" balas Arle
“Astaga Le!!, katanya mau cari tau perihal wajah perempuan itu beserta bonus-bonusnya.”
“Bagaimana yaaa…?”
“Halaaa pakai berpikir segala. Ingat kesempatan itu terkadang datang cuman sekali bro. Kalau yang datangnya berkali-kali saat kamu hindari namanya debt collector!! hahahaa.."
----
“Hmm.. kenapa kesempatan itu cepat sekali datangnya. Saya belum benar-benar siap.” Guman Arle yang tengah berdiri di depan pagar sebuah rumah minimalis dua lantai. Ia sedang mengumpulkan nyali untuk masuk mengetuk pintu dan bertamu ke dalamnya.
Dari sedikit penjelasan mamanya, akhirnya ia tahu maksud dari panggilan Karen. Ia akan diminta mengantikan anak tante Egi menjadi pengawas para pekerja yang sedang merenovasi rumahnya, dikarenakan Rudi anak tante Egi sudah punya kesibukan lain. Dari mamanya pula yang juga sebenarnya masih minim informasi, Arle akhirnya tahu kalau yang tinggal di rumah tersebut adalah Karen bersama sepupunya beserta keponakan perempuannya yang masih kuliah.
Arle yang pada awalnya menolak. Namun karena desakan mamanya, ditambah keinginan kuatnya untuk mencari tahu wajah dari pemilik tubuh di video voyeur-nya serta dukungan dari Malik; Akhirnya ia memberanikan diri untuk datang ke rumah yang dimaksud.
"Silahkan.." Karen yang membuka pintu buat Arle yang akhirnya memutuskan untuk menemui sang pemilik rumah.
Waoo"... Arle sedikit tertegun dengan penampilan casual Karen, hotpants berwarna putih dipadukan dengan atasan offshoulder berwana biru, membuat Karen terlihat lebih muda 5 tahun dari pertemuannya dengan Arle sebelumnya.
“Kenapa? berantakan yah rumahnya? maklumlah masih tahap pembenahan, orang rumah setiap saat sibuk seharian di luar. Belum ada waktu untuk beres-beres.”
“Ooo gitu yah mbak...” Arle menanggapi seadanya sambil berjalan masuk ke ruang tamu. Ia tidak ingin kedapatan lagi mengagumi kemolekan tubuh lawan bicaranya.
“Kalau menurut saya pribadi rumah ini sebenarnya masih layak untuk ditinggali. Cuman yaa.. bagi si Lius dia lebih memilih mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk merenovasi rumah ini.”
“Siapa Lius?” bathin Arle. “Ah nanti juga tahu sendiri!” ia malas bertanya tentang nama yang disinggung oleh Karen barusan. “Mmm.. iya sih mbak?..” Responnya kemudian sembari memandangi interior rumah yang baru dimasukinya.
Eh tidak usah panggil saya mbak!! Panggil nama, atau kakak saja. Santai saja kalau di sini. Walaupun baru sebulan saya tinggal di komplek ini; Saya sudah kenal dan akrab dengan tante Ria mamamu." Ujar Karen seraya menghempaskan pantatnya ke single sofa yang terdapat pada ruang tamu. Lalu menyilangkan pahanya.
“Duduk!” Karen mempersilahkan Arle yang masih berdiri di seberang meja di hadapannya.
“Baik kak." Arle memilih duduk di sofa panjang yang tidak berhadapan langsung dengan Karen.
Telepon genggam Karen berbunyi.
“Tunggu yah Charles!!” ..Loha kakak!!” Terlihat Karen menerima panggilan masuk di HP-nya sambil menyandarkan lehernya ke sandaran sofa lalu meregangkannya ke belakang sembari membusungkan dadanya.
“Duhhh…, guman Arle yang menyaksikannya. Ia segera memalingkan mukanya. Ia mencoba mencari perhatian lain yang bisa mengalihkan pandangannya. Ia tidak ingin menyimak percakapan antara Karen dengan penelponnya. Arlepun lebih memilih memainkan pandangannya matanya ke seluruh penjuru ruangan. Berlagak layaknya tengah mempelajari interior rumah, Arle mengangguk-angguk mengamati ornamen rumah, dinding tembok dan plafonnya, ventilasi, pintu dan jendelanya lalu ke meja ruang tamu di hadapannya. Tanpa sadar Arle mulai melirik ke betis kanan Karen, paha kanannya yang berpangku pada paha kiri, menyusur ke dada Karen, area leher, lalu ke ... mata Karen yang tengah menatapnya.
Njing!!
Wajah Arle memerah menahan malu. Iapun menunduk sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Ia menunggu respon Karen.
“Kenapa duduk di situ dek. Geserlah ke depan saya. Kita kayak orang lagi musuhan kalau duduknya berjauhan begitu.” Karen yang rupanya sudah selesai menerima telepon meminta Arle berpindah tempat duduk sambil menunjuk sisi sofa di hadapannya.
“1 kamar di lantai atas belum terpakai sepenuhnya, itu kamar buat Lius”. Ujar Karen.
Arle yang terlihat lega karena Karen nampak tidak mempersoalkan tatapanya tadi. Ia lalu menggeser posisi duduknya ke hadapan Karen dan mulai mencoba menyimak apa yang Karen ucapkan. Arle sudah menetralkan konsentrasinya dan menyadari posisinya sebagai tamu.
“Kalau yang di belakang kamu adalah kamar si Heni, kakak sepupu saya. Kamar saya yang di sebelahnya.”
Kalau yang di belakang sana kamar Siska ponakan saya. Setiap kamar di rumah ini punya kamar mandi sendiri.”
“Ooo gitu yah kak.. “Arle menanggapi. Iapun menoleh ke pintu kamar terakhir yang ditunjukkan oleh Karen. Arle mengangguk-angguk menunjukkan tanda paham.
Ah tunggu! seperti ada sesuatu yang mencolek memorinya. Sesuatu yang sebenarnya sudah ia pikirkan sejak mamanya menyebut alamat rumah Karen. Kamar belakang, dapur, belakang rumah Malik, ventilasi kamar mandi, payudara yang basah, puting merah muda yang agak pucat, beserta tanda lahirnya. Kepingan gambar-gambar tersebut seperti saling sikut untuk muncul terdepan dalam ingatan Arle.
“Akhh!! apakah Siska perempuan yang mandi itu!” bathin pemuda itu. Seperti apa yah orangnya??... apa seperti kak Karen??”… Kontol Arle dalam sekejap ingin bangun seiring otaknya memikirkan tubuh bugil yang di video rekaman yang ia tonton malam sebelumnya. Arle menunduk berusaha membuang jauh-jauh pikiran mesumnya terhadap wanita dihadapannya.
Arlepun kembali fokus menyimak arahan Karen mengenai tugas dan tanggung jawabnya seandainya jika Arle mau bekerja di rumahnya. Setelah mendengar pemaparan dari wanita di hadapannya Arle menyanggupi pekerjaan dan tawaran gaji yang diberikan.
“Lumayan.. sambil menyelam minum air” Arle membathin. Senyum nakalnya sudah mewakili isi pikirannya saat itu.
“Kamu sudah mau pulang? kita tunggu Siska dan Heni dulu yaa..” suara Karen mengakhiri lamunan nakal Arle.
“Eh tapi sebelumnya tolong tuliskan no HP kamu di whiteboard itu! Di bawah no HP si Rudi.
“Baik kak”
“Kami memang bertiga di rumah ini. Cuman jarang sekali bertemu satu sama lain. Jadi yang butuh nomor kamu bisa langsung lihat di situ tanpa perlu meminta atau memberinya berulang-ulang." Karen mencoba menjelaskan maksud dari ia meminta Arle menulis nomor HPnya.
Arlepun mengiyakan. Mereka lalu melanjutkan pembicaan perihal rencana renovasi rumah.
Tak lama kemudian.
Tit! Tiiiit!!!
“Nah!! Itu mereka datang!! Karen merespon bunyi klakson mobil di depan rumahnya.
" Ayuk kita temuin mereka dek!!”
Sesampainya di teras rumah, tampaklah dua orang perempuan yang baru turun dari mobil. Keremangan lampu teras tidak bisa menyembunyikan pesona kecantikan mereka.
"Astagaa!!! Ini sih kembar tiga cantiknya!" kagum Arle. Seolah melihat kemiripan 2 perempuan yang baru datang tersebut dengan Karen yang sudah dikenalnya lebih dulu.
"Halooo... kamu Charles yah?? Saya Heni." perempuan berambut coklat terang menyapa dan mengulurkan tangannya ke Arle.
“Selamat malam Charles.” Saya Siska yang paling muda dan cantik di rumah ini… hihihii..." Susul perempuan berhotpants di belakangnya. Ia hanya melambaikan tangan ke arah Arle.
DEG!! Jantung Arle berdegub cepat ketika bertatapan dengan Siska. “Waooo…" Bibirnya bergerak namun tak bersuara.
“Huuuu.. paling centil… iyaa!!” Karen terdengar memprotes ucapan Siska barusan.
“kalau bisa panggil saya Arle saja.” Arlepun kembali memperkenalkan dirinya, Ia nampak kikuk dikelilingi 3 perempuan penghuni rumah yang baru dimasukinya tersebut.
“Ganteng juga yah Mi? Calon mandor di rumah kita." Siska melirik manja ke arah Arle.
“Iya, bodinya juga tinggi berotot. Tumben selera kamu bagus Keii... Hihhiii… .” balas Heni.
Karenpun menimpali..” Yaa maaf begitulah adanya saya, cuman seorang quality control handal..”
“Huuuu….” Sahut Siska dan Heni.
Arle hanya sedikit tersenyum dan menunduk menyaksikan keseruan senda gurau ketiga perempuan serumah di hadapannya. Rasa grogi yang menguasainya seolah tak memberi kesempatan untuk dirinya dapat menikmati suasana yang ada. Setelah merasa keberadaanya tidak diperlukan lagi. Arle berpamit diri.
***
Di kamar Arle …
“Akhh sialan!! Saya yang dari lahir tinggal di komplek, kalah set dengan orang yang baru sebulan jadi penghuni di sini!” Arle tengah mengutuki dirinya yang mati gaya selama di rumah Karen tadi.
“Tapi siapapun juga pasti kayak begitu kalau lagi berhadapan dengan perempuan cantik dan seksi kayak kak Karen. Huh!!! Apalagi kalau mereka sudah kumpul bertiga… Ampunn Dj!!!” Pemuda itu tengah mencari alasan penawar untuk membesarkan hatinya sendiri.
Bayangan wajah Karen, Siska, dan Heni bergantian muncul dalam benaknya. Wajah-wajah yang kemudian berganti dengan bodi molek masing-masing. ”Ah seandainya saya disuruh memilih diantara ke-3 wanita itu untuk melepaskan keperjakaaan, tutup matapun saya pasti tak akan salah pilih. Semuanya tak ada celanya.” gumam Arle dalam lamunannya yang semakin jauh meninggalkan raganya.
“Atau saya gilir saja semuanya!!”
“Atau dengan Siska saja, sepertinya goyangannya mantap dan kayaknya usianya lebih muda dari saya” sambil membayangkan lenggak lenggok bokong Siska.
“Atau Karen saja deh! saya suka genitnya, sepertinya berpengalaman. bisa ngajarin saya ngeseks.”
"Mmm... bagaimana kalau Heni. Saya ingin merasakan sensasi bercinta dengan wanita berambut pirang."
”Aakkhhh.. Arle lalu mencoba menyingkirkan semua lamunan gilanya, di mana ia seolah-olah benar lagi tengah diberi pilihan di antara ketiga wanita serumah yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu.
Dia lalu mengambil ponselnya, membuka galeri tersembunyi di dalamnya, lalu memutar lagi video rekaman sosok wanita yang sedang mandi di belakang rumah Malik. Tepatnya kamar mandi di kamar tidur Siska.
“Ahh tidak!!! jika harus memilih salah satu. Saya ingin bercinta dengan perempuan pemilik tanda lahir yang sedang mandi ini. Tapi siapa orangnya??? soalnya susah untuk memastikan dari ke-3 perempuan itu bodi dan warna kulitnya hampir mirip. Ah!! apakah perempuan ini Siska yaa..??”
Arle mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu segera memutar kembali file video rekamannya. .
Ia menontonnya sekali lagi sembari mengelus kepala dan batang juniornya.
“Ahh Siska!!...apakah kamu wanita yang mandi ini??“
Arle mulai mengelus elus kemaluannya sembari membayangkan wajah Siska. Mata Arle fokus menatap bercak coklat muda yang sangat menarik perhatiannya.
“Siskaaaa.. jagain tanda lahir itu buat saya.. ssshh..”
Tring!!
Bunyi pesan whatsapp di Hape Arle, Iapun menghentikan aktivitas colinya. Ia lalu membaca pesan tersebut.
Hi!
“Nomor baru? Siapa yang menghubungi saya jam begini”.. Arle melihat jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 22.42.
“C..A ?” Arle melafalkan inisial yang menjadi foto profil dari nomor whatsapp tersebut, sembari mencoba mengingat-ingat adakah kenalannya yang cocok inisial itu. Namun ia tidak mendapatkannya. Iapun memutuskan untuk mengabaikan pesan tersebut dan melanjutkan tontonannya.
Tring!!Kok cuman dibaca
Arlepun akhirnya membalas pesan ke-2 tersebut
Siapa?
C20
Arle sepertinya akrab dengan kombinasi huruf dan angka tersebut. Ia mencoba mengingat dimana pernah melihatnya.
“Astaga!! Itu nomor rumah...”. Arle menjadi serius untuk meladeni pengirim pesan misterius di whatsappnya. Ia mencoba mengetik nama Karen. Lalu menggantinya dengan nama Siska. Kemudian yang terakhir nama Heni.
Arle tidak berani memastikan salah satu nama. Di tengah kebimbangannya masuk lagi pesan baru dari nomor baru yang sama.
Kok cuman dibaca lagi
Arle akhirnya membalas pesan tersebut.
C20 Siapa?
C aja“C,.. C..” Arle mengulang huruf konsonan tersebut. Ia mencoba berpikir sosok yang pas dengan inisial tersebut. "C.A.. C Aja…, Caren, Ciska, Ceni.. “Akh!! tengah malam disuruh berpikir!!! Malas ah!!
Tring!!
Selamat datang dan semoga betah
Terima Kasih
Sampai ketemu besok
Eh kamu C yang mana?
2 menit, 5 menit, 10 menit berlalu. Tidak ada balasan lagi dari nomor baru tersebut. Arlepun mencoba melakukan panggilan whatsapp dan panggilan biasa.“Sialan tidak aktif!!”
-Choices or Coincidence –
“Daagggg Arle.. jalan dulu yaa.. “
Arle yang baru saja memarkirkan motornya, balas melambai ke arah Siska yang memasuki mobil Heni.
Duh!! Kapan saya bisa kenal lebih dekat dengan dia yah? bathin Arle, memandangi mobil yang mulai melaju meninggalkan rumah.
Di hari kelima Arle bekerja di rumah tersebut. Ia belum mendapatkan kesempatan lebih untuk dekat dengan Siska. Dikarenakan gadis muda itu sudah berangkat sedari pagi. Pulangnyapun malam hari bersama Heni. Obsesinya terhadap Siska semakin menjadi. Ia meyakinkan dirinya bahwa Siskalah perempuan yang mandi itu. Arle ingin meminta nomor HP Siska, namun belum menemukan alasan yang tepat.
Apa ini yah nomor HPnya? Sembari melihat nomor misterius yang pernah menghubungi whatsappnya. Nomor yang sudah tidak pernah aktif lagi. Namun Arle enggan berspekulasi untuk menebak nama dari salah satu penghuni rumah yang dikenalnya. Iapun enggan mencari tahu siapa pemilik nomor misterius itu.
“Pokoknya saya harus fokus ke Siska dulu, saya akan sabar menunggur sampai kesempatan itu tiba!!”
“…Ahhh kebetulan kamu di sini dek!!” Suara Karen sedikit mengagetkan Arle.
“Eh… kenapa kak!? Arle menoleh ke arah Karen yang mengenakan jubah mandi merah muda.
“…Pak Sukri dan orang-orangnya belum datang yah?”
“Belum kak! Ini baru jam 8 kurang. Paling setengah jam lagi mereka datang.”
“Ooo yah sudah.. Ayuk ikut saya dulu ke dalam!!”
Arle mengikuti Karen namun ia berhenti sampai di ruang tamu.
“Ayuk kemari! ada yang saya mau tunjukkan dan ingin mendengar pendapat kamu.” Sahut Karen sambil membuka pintu kamar Siska. Ia pun masuk dan terus ke kamar mandi yang terdapat di ruangan itu.
“Itu dek! Rencananya bak mandi itu saya mau suruh bongkar. Saya berencana mau pakai shower, sepertinya lebih hemat air.
,.. mmm.. Menurut kamu posisinya pas ngga kalau di situ?”
Arle yang sudah menyusul Karen hanya terdiam. Ia ingin berpendapat setelah melihat kamar mandi. Namun posisi Karen yang tepat berada di depan pintu kamar mandi membuatnya ragu untuk masuk. “Eem.. boleh saya masuk dulu untuk melihatnya kak?”
“Eh iya sorry.. sorry!! “ Karenpun memundurkan sedikit badannya. Memberi jalan buat Arle masuk ke kamar mandi. ” Yang itu! “ sembari menunjuk ke bak mandi.
Arle memiringkan sedikit bahunya. Ia mengira Karen sudah tidak ada di belakangnya, DEG! lengannya menyentuh gundukan dada Karen.. "eh maaf!! maaf kak!!”
“tidak apa apa, santai mas bro?” balas Karen cuek.
Arle terlihat grogi setelah lengannya merasakan kekenyalan dada wanita yang tengah bersamanya itu.
“Gimana menurutmu Ar? “Karen kembali bertanya.
“Gimana apanya kakaaak!! toketmu atau bak mandinya?”... bathin Arle tengah mencoba mengatasi kekikukannya. Sehingga ia sulit mencerna arah pertanyaan Karen yang begitu santai menghadapi dirinya. Seolah mereka sudah akrab sejak lama. Lalu Arle mencoba untuk berkonsentrasi dan tidak menunjukkan rasa groginya, dengan menghindari bertatap langsung dengan Karen.
“Mmm.. kalau menurut saya sepertinya kurang cocok kak, kurang luas areanya. Bagaimana kalo di sebelah sini saja. nanti sekalian pasang tirai kamar mandi dari tembok sini sampai sisi tembok yang sebelah. Arle menempelkan telapak tangan kanannya ke tembok yang tepat di bawah ventilasi kamar mandi. Menepuk-nepuk tembok tersebut sembari melirik ke atas.
Duh!! ingatan Arle kembali menyapa. Bagaimana ia dan Malik beraksi dari balik tembok yang sementara ia sentuh.
“Mmm...masuk akal. Nanti saya diskusikan dengan Lius. Kalau si Siska tinggal terima beres soal kamar mandinya. Benar kata mamamu dek, sepertinya kamu jago soal interior. Mamamu bilang bahwa kamu sering ya dimintai tolong tetangga yang ingin merenovasi rumahnya.”
“Sialan juga si mama! promosinya ketinggian. Padahal saya cuman asisten tukang alias kenek..” Gerutu Arle dalam hatinya.“Eeeh..tidak begitu juga kak, saya cuman helper saja.“
Aroma wangi dari tubuh Karen semakin terasa menggoda indera penciuman Arle. Ditambah kimono mandi yang dikenakan perempuan itu; Membuat Arle yang mulai merasa gelisah dengan keberadaan mereka yang cuman berdua di ruangan ukuran 1,5 x 2 m persegi tersebut.
"Ahhh.. apa kak Karen yang mandi di sini tempo hari?? Tapi kok bisa?? mereka kan punya kamar mandi masing-masing? Dan sejauh yang saya tahu. Kalau kamar mandinya belum pernah direnovasi."
Arle hanyut dalam pikirannya. Ia menunggu respon dari Karen yang tampaknya tengah serius berpikir sembari memperhatikan ventilasi kamar mandi.
“Setelah saya perhatikan,mmm… sepertinya saya mau mengganti ventilasi itu. Kurang aman menurut saya. Orang lain bisa mengintip dari luar.” Ujar Karen sambil berpaling ke Arle.
Arle hanya mengangguk dan tetap berusaha untuk tidak menatap lawan bicaranya.
“ Kamu biasa mengintip ngga dek?” Lanjut Karen sambil mencolek pinggul Arle.
“Aduh!!” Cuman itu jawaban Arle. Entah kaget karena colekan atau karena kata-kata Karen yang seolah menyinggung perbuatannya tempo hari.
Mmm... Arle mencoba mengatur nafasnya.. “iya sih kak, ventilasi seperti itu masih model yang lama.”
“Iya itu juga alasannya. Makanya sebaiknya diganti yang lebih modern saja. Eh!”… Tapi sejujurnya saya tidak takut diintip kalau lagi mandi." lanjut Karen.
“Maksudnya kak…!?” tanya Arle yang bingung dan sedikit terkejut dengan pernyataan Karen barusan.
“Saya tidak takut kalau ada yang melihat bodi telanjang saya. Karena saya pikir tidak ada yang hilang dari anggota tubuh saya kalau ada yang melihatnya. Baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Paling yang melihat yang akan sakit kepala karena konak!!
"Betul ngga hai kamu laki-laki!? mhihihi.." Karen tertawa kecil sambil menutup mulutnya.
“Adehhh!!! Arle kehabisan akal menghadapi ceplas ceplosnya Karen. Ia merasa tidak perlu menjawabnya. Ia hanya menyengir kuda..” hehee..”
“Eh Arle tunggu di luar dulu! Saya mau pipis dulu. Kebelet nih..”
Arle bergegas keluar dari kamar mandi. Ia tidak menutup pintu karena berpikir Karen yang akan menutupnya. Belum sepenuhnya kakinya meninggalkan kamar mandi, terdengar bunyi desiran air wanita yang tengah pipis. " Njiing!!" gumam Arle. Ia hendak beranjak keluar kamar.
Arleeee!! Jangan pergi dulu yaa..” suara Karen yang diiringi bunyi siraman air menghentikan langkah kakinya. Iapun menyahut “Ya kak!!”
“Airnyaa hangat. Bikin anuku terasa gimanaaa gituu…”
"Apaaa lagi itu!!" Arle tak tahu mau merespon bagaimana. Ia lebih memilih diam sampai Karen muncul lagi di depan pintu kamar mandi.
“Eh kirain kamu sudah kembali ke teras. Begini saya juga mau ngetes keburaman pintu kacanya. Coba yah saya tutup pintunya, dan kamu lihat. “
Karenpun menutup pintu kamar mandi. "Gimana??" Sahut Karen yang bersandar di tembok kamar mandi.
“Hmmmm… Lumayan tidak kelihatan sih kak.”
“Kalau saya maju selangkah”ujar Karen lagi.
“Samar-samar kak!!” respon Arle..
Selang beberapa detik. Karen berkata “Coba kita gantian, kamu yang di dalam”.
Mereka lalu bertukar posisi.
"Oke!! Sekarang kamu coba buka bajumu. Saya mau tahu lekuk badan terlihat ngga?? kalau posisi lagi telanjang.” nada suara Karen terdengar serius.
Tak ada respon dari Arle..
“Yaelah… Jadi cowok pemalu amat!!
Arle yang di dalam kamar mandi merasa kesal dengan ledekan yang ia dengar. Iapun dengan segera membuka t-shirtnya. Sudah kak!! Arle yang sedikit emosi, balik menantang “Coba kak buka kimono mandinya!!”
Ok Ar… Karen menanggapi dengan santai. Wanita itu melepas jubah mandinya. Menyisakan bra dan celana dalam putih yang masih menutup tubuhnya. “Sudah dek, Kelihatan ngga? “
Arle yang melihat samar-samar tubuh Karen terbalut kain dalaman putih.
Glek!! Keliha.. taaan.. kaaak.“ suaranya mulai agak berbeda. Menahan gairah yang muncul seketika ia berbalas ajakan dengan Karen serta apa yang ia lihat di balik pintu kamar mandi.
Karen lalu merapatkan tubuhnya di tembok kamar mandi. Ia melepas bra disusul dengan celana dalamnya. Kalau begini Ar..?
Arle yang tidak bisa memastikan apa yang tengah Karen lakukan di balik tembok. Ia cuman bisa menjawab “..tidak kelihatan kak!!"
“Mhihihihi… ya sudah.. berarti keburamannya bagus…” Karen cekikikan. Kemudian ia berkata lagi “Coba kamu telanjang dek?? kayak saya yang di luar yang sekarang lagi telanjang.
Duhh!! Apa ini…!!!? Arle bertanya dalam diamnya. Ia melihat samar-samar tangan Karen serta bra putihnya yang berayun-ayun di balik pintu.
Hahaha… sudah-sudah!! Karen sudah tidak bisa menahan tawanya.
Pakai lagi bajumu, sebelum terjadi hal-hal yang diinginkan. Saya mau mandi dan berangkat ke kantor!" Ujarnya lagi sembari mengenakan jubah mandinya kembali.
***
Sepanjang hari itu Arle tidak bisa konsentrasi. Bayangan Karen berserta aksinya tadi pagi menghiasi pikirannya. Ia jadi ragu memastikan kalau Siska lah yang diintip dan divideokan oleh Malik pada saat mandi.
Oiii melamun teruss!!.. Kami pulang dulu Arle !! Suara pak Sukri membuyarkan lamunan Arle.
“Ooh iyaa pak!! Makasih yaa.. Sampai ketemu besok!! Sahut Arle.
Arle tengah bersiap-siap hendak pulang. Setelah ia memastikan semua aman dan beres, i pun segera menutup pintu gerbang pagar, memasang gemboknya, lalu beranjak ke rumah tante Egi guna menitipkan kunci rumah dan pagar yang di mana ia diserahi tanggung jawab.
Triitt.. Titttt!!
Arle yang sudah berada di depan pintu pagar rumah tante Egi menoleh ke arah mobil yang mengklaksonnya. Ia menyangka Karen yang datang. Ternyata Heni.
"Eh sore kak Heni, tumben cepat pulang?" Ia menyapa sekaligus melirik ke dalam mobil namun tidak mendapati Siska di dalamnya.
“Iya, hari ini saya kurang enak badan. Tolong bukain pintu pagarnya! mobil mau saya parkir di dalam.” Ujar Heni sambil menunjuk garasi rumah.
“Oh iya bisa, …tunggu yaa kak!”. Arle bergegas membuka pintu pagar.
Setelah memarkir kendaraannya, Henipun turun. Arle sejenak memandangi lekuk tubuh Heni yang sore itu mengenakan dress pendek sepaha.
“Bisa tunjukin lebih lagi ngga kak? Ujar Arle dalam hatinya.
“Arle bisa bantu angkat travel bag di bagasi belakang ke kamar saya? Sini kunci rumahnya! dan saya tunggu kamu di kamar.”
Oh siap kak! Bisa!!”
Arle melakukan apa yang diminta oleh Heni. Setelah meletakkan tas di depan kamar, Arlepun berpamitan… “Saya pulang dulu kak?”
“Eh tunggu Arle!!” Heni beranjak menuju ke kamar mandi di dalam kamarnya.
“Yaah!! Airnya macet lagi yaa?” Terdengar nada kecewa dari suara Heni yang sedikit mengeraskan volume suaranya.
"Ooh!! Masa sih kak!!" Sahut Arle.
"Iya dari pagi kurang lancar airnya. Tetapi lupa saya kasih tahu kamu. Besok tolong info pak Sukri yaa!"
Oh iya baik kak!!
Tak ada lagi respon dari Heni.
Arle berinisiatif masuk ke kamar untuk mendekati kamar mandi. Ia berpikir masih akan diajak berbicara perihal progress pekerjaan yang ia awasi. Ia yang sudah berdiri dekat pintu kamar mandi tanpa sengaja menoleh ke arah cermin kamar mandi. Arle melihat pantulan sosok Heni yang mengenakan jubah mandi putih, namun belum sepenuhnya menutup badannya. Arle sempat melihat belahan payudara yang tersembul dari bra putih yang dikenakan Heni.
GLEK!!. Arle mencoba melirik ke arah mata perempuan itu. Siapa tahu ia mengetahui keberadaannya di balik pintu. Namun Heni sepertinya tengah serius mematut diri di depan cermin. Arle ingin berlama-lama menikmati apa yang ia lihat namun akal sehatnya memerintahkannya untuk segera keluar kamar.
Arlepun mundur perlahan ke arah pintu.
Kak Heni.!! saya pamit pulang dulu yaaa??
Eh!! sorry Arle.. tunggu !! Heni bergegas keluar menemui Arle.
Arle memandangi tubuh Heni”,.. Duh!! Saya terkam juga ni orang!! Ia tak kuasa melihat keseksian wanita yang mengenakan kimono mandi di hadapannya.
“Maaf tadi saya mencoba jubah mandi baru saya. Bagaimana menurutmu dek?” ujar Heni.
Arle tidak merespon. Ia sepertinya sibuk dengan pikirannya.
Heiii!!!... gimana menurutmu dek? ulang Heni sekali lagi.
“Eh.. Apanya kak?”
“Pakaian mandi saya ini? memangnya kamu berpikir apa?”
"Heheee.. maaf kak! Bagus.. Serasi dengan badan kakak."
"Makasih yah. Kalau badan saya bagaimana? Ini bodi wanita usia 30-an loh?"
Duh!!! Arle sedikit kaget mendapat pertanyaan seperti itu. Ia bingung hendak menjawab dengan apa. Iapun berkata..”mmm… ngga kelihatan kalo kakak sudah berusia 30-an?”
“Ah serius kamu?!?”
"Iya kak masih kencangg.. eh!! Arle kaget sendiri dengan kejujurannya.
Aahh!!!… Kencang darimananya?" balas Heni.
DUH !! Arle terdiam.
“Kalau kamu bisa mijat?" tanya Heni.
“Eeegg… Maaf saya tidak bisa mijat kak..” jawab Arle yang mulai kehilangan nyali.
“Masa sih! Cuman begini loh.” Ujar Heni sembari meraih lengan Arle lalu memijatnya..
Ehh kak!! Arle terlihat risih.
“Hihihihi. Yah sudah kamu belajar pijat dulu. Kalau sudah bisa, kasih tahu saya yah.”
“Iii.. yaa kak..”
Bersamaan dengan itu muncullah Siska dari arah teras rumah.
“Sore Mamiiiiiiii!!! eh ada Arleee.. Wah ada apa ini saling berduaan depan pintu kamar?”
"Soreee anak cantiknya mami… Itu si Arle. Badannya saja yang tinggi berotot. Tapi tidak bisa mijat.” Ujar mami Siska.
Arle hanya tersenyum dan menjauh dari pintu kamar Heni.
“Masa sih Ar… sayang loh, padahal saya juga ingin merasakan pijatan kamu” tanya Siska.
Arle masih belum bisa mengeluarkan sepatah kata. Ia hanya memamerkan deretan giginya sembari menggaruk kepalanya. "Sialan!" Bathinnya.
Lalu Siska berkata, “Eh Arle.. kamu sudah mau pulang? tolong gantiin lampu kamar saya dong? Bisa kan yaah?”
“Mmm,.. bisa kok Sis..” Akhirnya Arle bisa bersuara.
“Ayuuk ke kamar!! Pinjam Arle dulu yah Mi…”
“Iyaaa ngga apa-apa cantik. Asal jangan dihabiskan. Sisain sedikit buat Mami... mhihihi…” balas Heni.
Arle hanya mengelus kepalanya ketika mendengar ucapan Heni. Ia lalu mengikuti Siska ke kamarnya.
“Lampu yang itu Ar!! Ganti dengan lampu yang baru saya beli ini.” tunjuk Siska sembari mengeluarkan bohlam lampu dari tasnya.
“Ooh yang itu.. mmm… naik pakai apa yaa..?? Arle mencoba mencari sesuatu yang bisa dia pakai untuk dapat meraih lampu di plafon kamar tersebut.
"Tunggu saya ambil tangga di luar!!" Ujarnya kemudian.
“Ah tidak usah Ar.. tangganya kotor! Pakai kursi itu saja. Bisa kan?? Kamu kan tinggi?”
“Mmmm….” Arle terlihat ragu dengan kekuatan kursi untuk dapat menahan beban tubuhnya.
“Ayolah Arle pake kursi itu saja ih! Tidak usah pakai tangga! Saya lihat tadi tangga di luar sangat kotor sehabis dipakai oleh tukang.” ujar Siska sembari membuka jaket jeans yang ia kenakan.
Oops!! Arle sedikir terkesiap dengan tanktop putih yang di kenakan Siska.
“Nanti saya bantu pegang kursinya.” lanjut gadis itu menawarkan.
“Mmmm.. baiklah." Arlepun memindahkan kursi tepat di bawah lampu yang akan ia ganti. Lalu ia naik.
“Tunggu!! Ini lampunya..” ujar Siska sembari menghampiri Arle guna memegang sandaran kursi yang Arle sedang naiki.
Arlepun mencoba meraih lampu di plafon. Namun ia sedikit kesulitan karena jangkauan tanganya sangat pas menyentuh langit-langit kamar. Ia lalu mencoba menjinjitkan ke dua kakinya.
Akkhh!! aahhh…" Ia belum bisa memutar bohlam lampu yang terpasang di fittingnya. Arle menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya. Ia lalu menunduk untuk merenggangkan lehernya.
DUH!! Degub jantung Arle seketika memacu menyaksikan pemandangan dilihatnya. Belahan dada Siska yang membantu memegang kursi tersaji di bawahnya. Arle menyeka keringatnya dan Eeeh!! Ehh!!.. Arle kaget melihat 3 tetes keringatnya jatuh perlahan ke arah dada Siska.
Siska seketika mendongak kan kepalanya.
“Ma..affff…” Arle menyengir.
“Ngga apa-apa.. Lanjut saja!! ujar Siska tersenyum.
Entah karena ucapan Siska atau karena rasa bersalah Arle segera menyelesaikan tugasnya.
“Sudah Sis!!”
Siskapun mengetes nyala lampu.
"Sudah yah! Saya pamit pulang dulu.." ujar Arke kemudian.
“Ihh belum.. Ini loh kamu belum bersihin!!” balas Siska sambil menunjuk ke dadanya.
“Sudah kering juga ah! sahut Arle seadanya.
“Belum kakak! Bersihin dong!!” respon Siska yang tampak menahan tawanya.
Ahh jangan begitu becandanya Sis!!, Bersihin sendiri saja!! Sahut Arle sambil bergegas meninggalkan Siska yang cekikikan melihat tingkah Arle.
Ia pamit untuk pulang.
***
Di kamar Arle…
SIALAN!!! TIKUSSS!! KUNYUKK!!! BIKIN MALU!! Kembali Arle memarahi dirinya sendiri.
“Ada apa dengan saya ini!! Bisa-bisanya saya kehilangan mental menghadapi perempuan-perempuan itu. Kalau Malik sampai tahu. Bisa habis saya diledeknya dan dia pasti menawarkan diri untuk menggantikan saya… NJINGG!!”
Satu lawan satu saja saya grogi menghadapi. Apalagi kalau sudah main keroyokan. HUH!!!
Bisa rusak rencana awal saya kalau begini. AKH!!!! BODOH!! BODOH!!!
Tapi tampaknya bukan cuman Siska tersangkanya kalau kondisinya seperti sekarang. LALU SIAPA???
Arle lalu memutar lagi rekaman video di ponselnya. Kali ini bukan untuk menikmatinya namun untuk mempelajarinya serta ingin mendapatkan petunjuk yang bisa mengarah kepada target yang ia incar dari penghuni rumah tersebut.
“Hmmm… ini lagu dari music player atau bisa jadi sebuah nada dering. Arle menyimak lantunan lagu yang sayup-sayup ia dengar dari video tersebut..
“Hmmm… Tanda lahir ok…”
“Ahhh… Kimono mandi ungu… saya harus tahu siapa pemilik kimono mandi ini!!!
“Ahhh yaaa… yaaa.. saya akan mencari tahu besok!!!
Arle me-rewind lagi kejadian demi kejadian yang ia alami hari itu sedari pagi.
“Karen pake dalaman putih. Heni pakai kimono mandi warna putih. Siska juga pakai kaos berwarna putih..HUH!! apa itu warna favorit mereka. Kok bisa-bisanya saya mengalami aksi memalukan itu di saat mereka bersamaan pakai nuansa putih hari ini.
Dan kenapa ke-3 perempuan itu begitu genit yah kepada saya. Apakah karena mereka merasa aman di rumah mereka dan menganggap saya cuman salah satu pekerjanya!"
Hmmm.. Mereka lupa kalau saya orang lama di komplek sini. Dan saya punya misi lain menerima pekerjaan itu. Tunggu saja kalian !!!”
Tring!
“Hmmm… nomor itu lagi!! Siapa sih ini orang! Arle gusar namun penasaran ingin membuka pesan yang baru masuk tersebut.
Hi Arle
Gimana pendapatmu dengan putih yang kamu lihat
Astaga!! Kok sama dengan saya pikirkan sekarang??” Wah jangan-jangan orang ini dukun??
Tuh kan cumah dibaca lagi
Hi C, sorry putih yang mana?
5 menit kemudianFoto bra putih disertai teks yang ini
HAAAA!! Arle seketika memperbaiki posisi duduknya.
Arle mencoba mengamati foto tersebut, “BH siapa…?” gumamnya. Iapun membalas pesan tersebut.
C20?
4 menit kemudian masuk lagi sebuah pesan foto .Glekk!! Kembali foto bra yang sama namun sedikit berlatar belakang whiteboard yang bertuliskan no HP Arle. Nomor yang ia tulis tempo hari disertai teks masih kurang yakin?
“Akkkhh siapa kamu!!! Ringis Arle yang merasa serba salah dengan kondisinya sekarang. Penisnya yang mulai mengeras namun otaknya masih penuh dengan pertanyaan siapa wanita yang sedang berkirim pesannya dengannya itu.
Gimana?
Kamu suka?
Suka
Punyamu jadi keras?
Iya
Coba lihat
Duhh!!! Arle yang tidak pernah memfoto kelaminnya sendiri seketika merasa malu plus risih. Arle pun membalas.
Nanti saja lihat aslinya,
kamu curang
Colon Asterisk
Apa itu?
Cari tahu dengan jarimu.
Arle menunggu balasan sampai ia tertidur.4 jam kemudian, Arle dikagetkan oleh panggilan dan getaran ponselnya.
"Arggg!! Siapa yang menganggu tengah malam begini!"
Arle mengambil ponselnya. Ia melihat notifikasi 2 panggilan tak terjawab dari C beserta beberapa pesan whatsapp dari teman, grup, dan dari sosok C.
“Hmmm… kalau di rumahmu boleh saya mati gaya. Tapi kali ini saya akan mencoba meladenimu. Seliar apa dia?" Guman Arle yang tidak ingin jadi objek penderita lagi.
Sudah tidurColon Asterisk
Sudah tahu artinya?
Iya C suka
kok belum tidur?
Mau diboboin sama AsterixWah nama baru buat saya
Iya C for Colon
A for Asterix gitu yah?
Kamu Asterix saja, my warrior
wah saya tersanjung
Asterix
Yaa
Lagi apa?
Lagi liatin foto yang kamu kirim tadi
Suka?Sangat Suka
Masih mau?
Kalau bisa foto isinya
Tring!
Foto close-up buah dada yang area putingnya tertutup stiker love disertai teks
Ini maksudmu
WAH, seketika detakan jantung Arle bertambah cepat. Ia merasakan libidonya mulai naik.“Sialann!!! Benar-benar perempuan ini"… Ia mengatur nafasnya
Arle bingung mau mengetik apa. Di tengah lamunannya masuklah sebuah pesan suara dari C.
Voice Note C: “Kok lama jawabnya, kamu lagi apa Asterix?”
Arle mencoba mengenali suara bisikan wanita tersebut. Namun ia tidak bisa.”Akh sialaan!! Itu suara Siapa!! Arle sempat mencoba membalas dengan voice note nya juga, namun ia batal mengirimkannya karena malu mendengar suaranya sendiri.
Voice Note C: Arle Asterixku aahh….
Suara desahan wanita yang memanggil namanya membuat penis Arlesemakin mengeras.. DUH!! Apa ini..
saya lagi menikmati foto dan suara kamu, C lagi apa?
Voice Note C : Lagi mainin puting kiri … geliiii.. eeh..ssshh…
Birahi Arle bangkit, sensasi suara wanita misterius itu telah membuat badannya serasa meriang. Dia lalu mengetik lagi..
Saya bisa bantu apa C?
Voice Note C: foto kontol kamu..Oushh.. Voice Note C : ouushh.. saya sudah basah..
Arle terdiam, dia lalu mencoba memfoto kelaminnya yang sudah keras, 3 foto dia hasilkan, namun dia masih ragu untuk mengirimnya..
Voice Note C: Arle manaaaa…
apanya yang basah ?
Tring!Pesan gambar dari C, foto closeup memek yang merekah basah disertai teks, ini
Foto Ms. V ditambah lagi dengan desahan bisikan manja dari wanita tersebut serta merta membuat gairah Arle semakin meningkat dan menghilangkan segala kebimbangannya. iapun mengirim ketiga foto kontolnya, 1 foto tampak dari atas, 1 dari samping, dan satunya tampak dia memegang batang kemaluannya. “Aah.. terserah nanti.. entah siapa perempuan ini, semuanya sama saja,” bathinnya.Gejolak nafsu sudah menguasai Arle.
Voice Note C: panjang juga punyamu saya sukaaa.. “
Voice Note C: Jariku sudah masuk.. ssshh..
Voice Note C: saya lagi membayangkan kontol kamu yang masuk sayang… Ousshh..
Arle yang sudah kerepotan untuk mengetik dan membalas dengan apa, mulai memberanikan merekam dan mengirim pesan suaranya juga.
..Kocok C, puaskan dirimu.. saya suka.. saya menikmatinya.. oooh..
Voice Note C: kamu mau dengar?
Voice Note Arle: mau
Voice Note C: cekk..ceeekkk... ceekk.. (bunyikan kecipak Ms. V yang dikocok)sshhh.. enak sayang
Voice Note Arle: Oussh C, itu berapa jari yang masuk?
Voice Note C: satuuu.. oohhh...
Voice Note C: mauu kontoll.. mau kontol…. Aahhh…
Voice Note Arle: ini kontol aku sayang sudah mengeras dan memerah.. oooh..sss
Sambil menunggu balasan, Arlepun memutar ulang semua pesan suara dari sosok wanita misterius itu sembari terus memainkan juniornya. Dia akan mencapai puncak kenikmatannya namun berusaha menahannya. Dia masih ingin mendengar desahan suara C yang terbaru. Sebagai pamungkas dari sensasi bercinta dengan cara seperti yang mereka tengah lakukan sekarang. Pesan suara yang ditunggupun datang.
Voice Note C: ..Saya mau keluar sayang.. ah!! Ah!! aaahhh!!!
Lenguhan panjang dari C dengan suara yang tertahan menerima gejolak orgasmenya bagaikan perintah langsung kepada senjata Arle untuk segera menyemprotkan spermanya.
OOOOH!!! AHHHHHHHHHH!!!!!!!
Terakhir diubah: