Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT L O C K E D

PART 18​

DUA SISI CINTA​





Asli bikin terenyuh boy. Feelnya ngena banget sambil baca.


Setelah hanya bisa menumpuk tanpa bisa disingkirkan, gunung rindu yg ada hati Virgo kini mencair juga oleh kehangatan sosok yg sedang dalam pelukan.

"I found you." rengkuhan semakin Virgo eratkan, menyalurkan semua perasaan yg bertumpuk memenuhi hati dan pikiran.

Bahagia, sedih, rindu, semua di utarakan lewat rengkuhan yg sedang dilakukan, agar Keyra tahu betapa kacau dan sakitnya ia selama kehilangan.

"I missed you so bad Key." gumam Virgo melanjutkan, merasa perlu menegaskan apa yg dirasakan lewat kata-kata dan bukan hanya dengan pelukan.

Sayangnya tak ada pergerakan maupun suara balasan dari Keyra yg hanya terdiam dengan wajah nanar. Pikirannya berkecamuk atas semua yg tiba-tiba terjadi.

Ternyata semesta nolak ngabulin keinginan gue yg ngga pengen ketemu secepat ini. Hanya beberapa jam saja setelah mendapatkan info dari Alea, dan dengan ajaibnya sudah ada Virgo tepat didepan mata. Bahkan sedang memeluk erat dirinya. Kenapa?

Setelah kemarin dibertahu oleh Alea tentang seseorang bernama Virgo yg mencari keberadaannya, saat itu pula, detik itu juga dunia yg sudah Keyra bangun susah payah hancur tanpa sisa. Satu tahun lebih ia berjuang mati-matian untuk pulih dari masa lalu, tapi hanya butuh satu info dan pertemuan saja untuk membuatnya kembali hancur dengan semua kenangan pilu.

"V-Virgo." lirih Keyra tanpa intonasi, padahal dalam benak sedang mengiba pada semesta yg tak mau berbaik hati.

Lebih dari 365 hari yg sangat berat telah Virgo jalani. Akhirnya sekarang ia bisa mendengar lantunan indah saat Keyra menyerukan namanya kembali. "Iya, ini aku Key. Ini aku."

Tak ada yg beranjak dari mereka berdua. Sama-sama setia terdiam dengan tubuh yg saling menempel erat. Sebetulnya hanya pelukan sepihak yg terjadi, sebab Keyra hanya berdiam diri dengan tubuh yg kaku. Otaknya kacau, sedang hatinya berkecamuk tak menentu.

Bendungan emosi Keyra yg kokoh bertahan sekian lama sudah tak kuat lagi. Hancur lebur tanpa sisa dan meluapkan banyak rasa. Sedikit rindu dan haru ia rasa, selebihnya hanya ada rasa amarah dan benci yg kental mendominasi.

Suara detak jantung yg terhubung saling mereka bisa rasa, juga halus suara ketika salah satu diantara mereka menghirup dan mengeluarkan udara. Untungnya itu tak berlangsung lama, karena akhirnya Keyra memilih membuka suara.

"Kenapa?" Nada suara Keyra buat sedatar mungkin seperti biasa, agar Virgo tak dapat menangkap kekacauan hati yg sedang dialaminya. "Kenapa lo ada didepan gue?"

Virgo terkesiap sadar setelah sempat terbang dalam ingatan lampau yg tiba-tiba hadir mengingatkan. Cepat ia menguraikan pelukan dengan tak lupa membuat sedikit jarak diantara mereka.

"Apa maksud kamu sayang?" Virgo menuntun dagu Keyra keatas agar melihatnya. "Satu-satunya alasan aku disini ya jelas karena pengen nemuin kamu yg tiba-tiba ngilang gitu aja."

Rasa gusar merayap di hati Virgo tak kala Keyra membalas tatapanya. Ekspresi datar dengan tatapan dingin yg Keyra tampilkan jauh berbeda dengan sosok yg Virgo kenal dulu kala. Ceria menghilang di wajah Keyra, juga tatapan hangat dan menenangkan dikala bercengkrama.

Tak ingin berlarut dengan perbedaan ekspresi Keyra, segera Virgo menggelengkan kepala kuat-kuat agar kembali fokus dengan tujuan utama. Apalagi kalau bukan berbicara dan meminta penjelasan tentang semuanya.

"Kenapa?" netra coklat milik Alea yg membuat Virgo jatuh cinta memperlihatkan perbedaan. Sebuah kesinisan yg identik akan perasaan benci pekat menyelimuti disana. "Belum puas lo nyakitin gue?"

"Nyakitin gimana Key? Dimananya aku nyakitin kamu?" tanya Virgo sedikit tak terima dengan tuduhan sepihak Keyra. "Justru kamu yg jahat sama aku kalo di nalar. Tiba-tiba ngilang gitu aja ngga tau kemana. Bikin aku bingung dan kelimpungan nyari sampai kayak orang gila."

Sedikitpun tak pernah terbesit dalam kepala Virgo ingin membandingkan siapa yg lebih salah. Sebab memang tidak ada yg salah pada masing-masing. Kalaupun ada, seharusnya salah mereka berdua. Hanya saja Virgo sedikit tak terima dengan tuduhan Keyra yg tiba-tiba menghakimi tanpa menilik berbagai sisi.

"Kenapa Key? Apa alasan kamu ngilang dan disini?" cerca Virgo tak sabaran. Itu hal yg wajar mengingat selama ini ia terus berada dalam kebimbangan. "Kenapa kamu tiba-tiba ngilang gitu aja? Apa salah aku?"

Bukan Keyra menolak menjawab cercaan Virgo yg menuntut penjelasan. Tapi buntut dari rentetan pertanyaan Virgo justru membuatnya sedikit kesal sekarang. Tak bisakah Virgo sedikit bersabar selagi ia menyiapkan jawaban.

Di lain hal yg akhirnya bisa Keyra sadari, Ternyata ada sebuah kejanggalan yg terjadi selain betapa cepatnya Virgo menemukan dirinya. Adalah kenapa bisa Virgo berada di Surabaya. Padahal sama sekali ia tak menyebarkan berita tujuannya pergi selain kepada tiga orang yg sangat di percayai. Jika sudah begini, mustahil untuk Keyra tidak mencurigai salah satu diantara tiga orang yg tersebut.

Keyra juga sudah bercerita pada tiga orang tersebut, bahwa alasannya pergi kesini adalah untuk menghindari orang-orang yg tak ingin di temui lagi. Dari situ saja seharusnya mereka sadar, bahwa Virgo adalah daftar utama dalam blacklist itu.

"Dari siapa lo tahu kalo gue ada disini? Siapa yg ngasih tahu lo?" kini giliran Keyra bertanya ingin tahu.

"Jawab aku dulu Key, aku butuh penjelasan." sama seperti Keyra yg ingin mendapat jawaban, tentu Virgo ingin dijawab lebih dulu. "Jangan buat aku stress karena nebak-nebak ngga jelas."

"Gue juga stress Virgo!" meledak sudah emosi Keyra karena terpancing. "Bukan lo doang yg stress. Gue juga."

Keyra yg sadar terpancing emosi segera mendinginkan kepala dengan memejamkan mata dan menghirup dalam-dalam udara. Ini yg lo maksud bicara kak? Apa yg dibicarain kalau kita aja adu emosi dan ngga mau ngalah kayak gini?

Satupun rencana Keyra tak ada yg berada di dalam jalur. Semuanya sangat berbeda dengan apa yg ia bayangkan dikepala. Mulai dari Virgo yg tiba-tiba ada didepan mata, hingga mereka yg saling menuntut jawaban tanpa mau menjelaskan.

Bila terus seperti ini, rasa-rasanya tak ada yg perlu di lanjutkan. Pembicaraan ini terlihat tak memiliki masa depan yg terang.

"Udah lupain aja. Percuma ngomong sama lo, ngga ada gunanya." sedikit kasar Keyra menyingkirkan tangan Virgo dari pinggang dan pipinya. "Setelah ini gue minta sama lo buat jangan pernah muncul lagi di depan gue." tegas Keyra mengultimatum, sebelum akhirnya mulai berjalan cepat pergi dari hadapan Virgo.

Namun secepat Keyra berjalan, itu tak lebih cepat dari tangan Virgo sigap mencekal. Mustahil ia menuruti perkataan Keyra barusan setelah semua perjuangan yg tak mengenakkan. "Itu ngga akan terjadi Key," sedikit sentakan Virgo lakukan untuk membuat Keyra kembali menghadap dirinya. "Cukup satu tahun kamu jauh dari aku, ngga ada lebih dari itu. Kamu segalanya buat aku. Orang yg sangat berarti dan paling aku cinta."

senyum geli nyata tersemat di bibir Keyra yg tak menyangka Virgo akan bilang cinta padanya. "Segalanya? Cinta?" ulang Keyra dengan nada geli. "What a bullshit Virgo."

"Itu bukan omong kosong Keyra," sergah Virgo tegas. Matanya memancarkan kesungguhan atas apa yg dikatakan. "Kamu orang yg paling aku cinta. Itu sebuah fakta yg ngga bisa di elak."

Gelengan tak kalah tegas Keyra berikan. "Lo ngga cinta gue." semua yg terjadi di masa lalu sudah sangat cukup jadi pembuktian bahwa cinta Virgo tak pernah ada. "Sedikitpun lo ngga pernah punya perasaan cinta sama gue, dari dulu."

"Aku cinta sama kamu Keyra!"

"Lo ngga pernah cinta sama gue!" lantang Keyra membalas sama. Sangat muak dengan kata cinta yg terus Virgo ulang. "Lo ngga akan nyakitin gue kalo emang benar-benar cinta!"

Emosi yg kembali meledak membuat Dada Keyra naik-turun dengan cepat. Rasa sakit, marah, dan benci yg sudah menggunung dalam hati sulit untuk dibendung. Mustahil menahan, satu-satunya jalan adalah meluapkannya pada orang yg telah menyebakan, orang yg paling berhak menerimanya.

"Dari pada kamu sibuk lari ngehindar dan bentengin kebencian kamu sama Virgo, kenapa ngga kamu luapin aja semuanya sampai tuntas Key? Mungkin ini emang takdir yg udah semesta buat. Sebuah jalan yg diberikan buat kamu nyelesaiin semuanya, biar kalian ngga hidup dalam bayang-bayang masa lalu terus." ingatan percakapan dengan teman curhanya berputar kembali di benak Keyra.

Awal semua ini adalah dari situ. Sebuah nasihat yg akhirnya menjadi sebuah perintah agar Alea memberi tahu Virgo tentang keberadaannya. Tapi seperti yg sudah dikatakan, semuanya berjalan tak sesuai rencana yg ia sangka.

Menyesal pasti ada, namun semuanya semua sudah terlanjur terjadi. Sudah ada Virgo tepat didepan mata. Lalu bisa apa ia selain harus menghadapi dan menuntaskan semuanya, sekarang juga.

Mendapat bentakkan yg cukup mengejutkan dari Keyra, tak urung Virgo akhirnya sadar dan berusaha agar lebih sabar. "Karena itu aku ada disini Key. Kesalahan aku emang banyak, walaupun kita udah bicarain semuanya dulu. Tapi aku mau perbaikin semuanya, semua yg aku rusak. Itulah alasan aku ada disini, selain karena ngga pengen kamu pergi."

"Seharusnya chat terakhir gue udah jelasin semuanya ke lo."

"Demi tuhan Key," wajah Virgo mengiba. "Apa yg bisa dipahami dari chat yg isinya cuma 'Kita putus'?" tanya Virgo dengan lirih, kental akan rasa frustasi. "Penjelasan apa yg bisa ditangkep dari itu?"

"Itu jelasin semuanya," mata Keyra menatap lekat-lekat pada Virgo. "Itu jelasin kalo gue muak sama lo! Itu jelasin kalo gue benci sama lo, ngga bisa maafin lo, dan itu jelasin kalo gue ngga mau punya hubungan lagi sama lo." setiap kalimat Keyra ucapkan penuh penekan. "Itu jelasin semuanya. Harusnya lo sadar dengan itu!"

Entah kenapa, ucapan Keyra yg tak memiliki wujud itu sukses menyakiti Virgo sangat telak. Menghasilkan perubahan nyata pada ekspresi Virgo yg kini terlihat semakin sedih.

Satu tahun tanpa kepastian bukanlah waktu yg sebentar bagi Virgo. Apalagi setiap harinya dilewati dengan keadaan yg sama sekali tak mengenakkan. Sama tak mengenakkannya seperti sekarang, saat ia tahu telah dicampakan.

Memang benar ia sendiri yg memilih berjuang untuk bisa menemukan Keyra kembali. Dan karena keinginnanya sendiri lah sekarang ia ingin lebih meyakinkan dan memperjuangkan Keyra agar percaya.

"Ta-tapi," Virgo menjeda dan meneguk ludah. Memberi waktu pada dirinya sendiri untuk menetralkan kekacauan hati. "Kenapa Key? Kenapa kamu benci sama aku? Kenapa kamu mau putus? Padahal kita baik-baik aja sebelumnya."

"Baik-baik aja?" ulang Keyra dengan tatapan tak percaya. "Apanya yg baik-baik aja?!" cengkraman erat Keyra lakukan pada kaos virgo di bagian dada sebagai wujud kemarahan. Sangat tak menduga Virgo bisa bilang mereka baik-baik saja setelah semua ini. "Lo bilang baik-baik aja?!"

Bukan tanpa alasan ia membenci Virgo selama ini. Tidak pula lelucon apa yg ia lakukan sampai memutuskan menghilang pergi. Rela meninggalkan semua teman-temannya di kota asal untuk sebuah adaptasi baru yg tak mudah disini.

Sungguh menyakitkan untuk Keyra karena Virgo bilang mereka baik-baik saja. Mungkin Virgo memang iya, tapi tidak dengan dirinya yg sangat sengsara.

"Lo tau, gue bahkan ngga bisa tidur nyenyak setelah kejadian itu. Nangis sendirian di kamar tiap tengah malem karena selalu keinget, bahkan sampai kebawa mimpi. Demi tuhan gue ngerasa bersalah setiap detiknya setelah kejadian itu. Dan lo masih bilang kita baik-baik aja?" ungkap Keyra dengan mata yg berkaca-kaca. Terlihat jelas sebuah kekalutan disana. "ITU YG LO BILANG BAIK-BAIK AJA?!!"

Menatap dengan jarak sedekat ini saat wanitanya menjerit pilu dan memperlihatkan kehancuran sangatlah menyakitkan untuk Virgo. Tatapan yg Keyra perlihatkan, juga ungkapan yg baru ia tahu lebih dari cukup untuk mengguncang batinnya.

Seakan belum cukup, rasa bersalah semakin merasuki hati Virgo yg akhirnya sadar selama ini telah salah sangka, mengira bahwa Keyra baik-baik saja pasca kejadian menyedihkan yg mustahil dilupakan mereka. Kejadian yg sangat mengguncang semua aspek kehidupannya dan Keyra.

Seharusnya ia sadar bahwa ceria Keyra bukanlah manifestasi asli dari apa yg di rasa. Keyra tersenyum tidak serta-merta pertanda baik-baik saja.

Kenapa ia baru sadar? Apakah terlalu larut dalam penyesalan membuatnya kehilangan peka terhadap sekitar? Jelas sekali bahwa selain dirinya yg sedih tentu ada sosok Keyra yg lebih hancur lebur. Kenapa ia bisa lalai?

Setetes air mata lolos dari kelopak mata Keyra yg tak lagi mencoba bersikap sok kuat. "Kenapa mas?" Kedua tangannya semakin erat mencengkram kaos Virgo. "KENAPA KAMU MAKSA AKU BUAT GUGURIN ANAK KITA?!" jerit Keyra tak terbendung lagi, meledakkan semua emosi yg sudah menumpuk penuh selama ini. "KENAPA MAS?!"

Lagi dan lagi Virgo merasa seperti dihantam sesuatu tak kasat tepat diwajahnya. Tubuhnya menegang bersama kedua tangan yg terkulai jatuh saat itu juga. Otaknya tak lagi bisa memikirkan apa-apa.

"Kenapa mas?" rengek Keyra sangat pilu. Mengiba pada Virgo agar menjawab pertanyaan yg dari dulu belum juga mendapat keterangan.

Saat tak lagi mengenakan topeng untuk mengelabui sekitar agar terlihat kuat, hebat dan tak tersentuh, ternyata inilah sosok Keyra yg sebenarnya. Sosok yg terlihat sangat rapuh dan kesakitan. Sosok yg sangat butuh perlindungan, sandaran, juga kehangatan dan rasa sayang.

Tak lagi kuat menopang kesedihan sendiri, dengan sadar Keyra menjatuhkan keningnya pada bahu Virgo sebagai sandaran. "Apa salah dia mas?" tubuh Keyra berangsur maju, merapat dan menempel pada Virgo yg kedua tanganya kini memeluknya erat. "Kenapa kamu maksa aku buat gugurin, padahal aku udah mohon-mohon buat pertahanin. Aku ngga minta kamu buat tanggung jawab, tapi kenapa kamu tetap maksa?" Hari yg seharusnya sudah bisa ia lupakan, kini kembali hadir dengan kuat memenuhi ingatan.

Jantung Virgo teremas kuat oleh nada lirih Keyra yg sangat terdengar menyakitan. Wajahnya yg semula pias pun kini ikut basah oleh air mata yg tiba-tiba hadir tanpa diminta. Bayangan silam saat matanya melihat janin yg hanya bebera sentimeter pun kembali mengiris-iris hati.

Janin yg tak bisa membuatnya tidur sama nyenyaknya seperti Keyra. Janin yg berubah wujud jadi menyeramkan saat datang dalam mimpi, yg beberapa waktu lalu sempat membuatnya frustasi karena tiba-tiba tidak datang menakuti. Janin yg membuatnya sangat ketakutan, yg selalu mengingatkan akan kesalahan yg telah ia lakukan.

Duka dan kesedihan yg sangat mendalam hadir kembali pada keduanya, setelah yg terakhir kali adalah hari dimana saat keduanya menggugurkan janin hasil perbuatan mereka.

Penyesalan kembali merajut kuat di hati dan jiwa keduanya. Terutama Virgo, orang yg telah memaksa Keyra agar melakukan hal gila tersebut.

Rengkuhan semakin Virgo kuatkan. "Maafin aku," air matanya kian mengucur tak terbendung lagi. Jatuh tepat di puncak kepala Keyra yg juga sama halnya merana. "Maafin aku,"

Kata 'maaf' terus berulang keluar dari bibir Virgo secara lirih. Hanya itu yg bisa ia ucapkan. Terlalu kalut dengan emosi yg berkecamuk memenuhi hati dan pikiran.



,_,_,_,_,_,_,_,_,





Memang benar kata-kata para pendahulu tentang air yg adalah sumber kehidupan. Juga banyak pula perkataan mereka lainya yg memang terbukti nyata, penuh makna dan berguna untuk sesama.

Tidak seperti orang-orang sekarang yg asal bicara semau mereka. Tanpa bukti mereka mulai menuduh. Tanpa kompetensi mereka menilai seenak hati. Mengawali komentar dengan kalimat 'sekedar mengingatkan', tapi lupa bahwa ia belum tentu benar. Otak tak digunakan, yg penting ngetik dulu. Selalu seperti itu.

Kecangihan teknologi digunakan seenaknya, mengesampingkan fakta bahwa ketrampilan dan kepintaran itu harus sejalan dengan perubahan yg ada. Ponselnya pintar, terlalu pintar sampai mengalahkan pemakainya. Ada skandal dikit, di kulik sampai habis. Cacian dan makian dilontarkan tanpa perasaan, sok suci dan berjiwa sosial. Ada postingan lain yg isinya video berdurasi 15 detik, langsung gerak cepat komen 'bagi link'.

Kan bangsattttt!!!

Tapi begitulah manusia. Suka mengkritik tanpa mau di koreksi. Masalah kecil orang lain di besar-besarkan, masalahnya sendiri tak mau di selesaikan. Sok agamis yg mengerti betul tentang agama, padahal ilmunya seujung kuku pun tak ada. Berkoar-koar tentang keadilan bagi seluruh manusia, anak istri dirumah tak bisa makan dibiarkan begitu saja.

Tapi sebentar. Sepertinya ada yg aneh dengan dirinya sekarang. Kenapa ia tiba-tiba jadi kritis dan sok puitis juga? Apa pedulinya! Itu urusan mereka, tak membuat untung juga.

Kacau-kacau! Kesegaran air yg membasuh tubuh sepertinya membuat otaknya yg sempat panas jadi nge-hang sekarang. Bisa gawat jika ia tak segera keluar dari kamar mandi. Salah-salah bisa meledak kepalanya.

Dengan celana dalam dan kolor yg sudah menutupi bagian bawah tubuh, Danang yg akhirnya mendapatkan gelar si bukan perjaka lagi pun keluar dari kamar mandi yg berada di sebelah kamarnya dan dapur. Berjalan dengan santai menuju kamar sembari mengosok rambut yg basah menggunakan handuk.

Seperti pria pada umunya yg suka sembarangan, maka begitu juga dengan Danang yg melemparkan handuk basahnya ke atas sofa seperti tak punya dosa. Lalu terus berjalan santai hingga tepat berada di depan pintu kamar.

Sepelan mungkin Danang membuka pintu agar tak menimbulkan suara. Sebab ada bidari yg terlelap di dalam kamarnya. Berhasil membukanya, Danang segera di sambut oleh pemandangan isi kamar yg banyak perabotan. Dari meja kursi dan lemari, hingga sosok Alea yg tertidur dengan selimut yg sebatas leher.

Mengenang kejadian yg terjadi beberapa saat lalu, ringisan jijik Danang sematkan untuk dirinya sendiri karena telah berkelakuan sangat primitif dan sangean tadi.

Setelah pergumulan pertama selesai dengan derai air mata bahagia, Danang yg akhirnya tahu betapa nikmat dan menyenangkannya seks pun kembali on fire dan langsung mengajar Alea lagi hingga beberapa ronde berikutnya. Terus menggenjot tanpa henti meski Alea sudah kewalahan dan kelelahan.

Bisa dilihat hasilnya sekarang. Alea langsung tertidur pulas setelah mereka selesai di ronde ketiga. Tidak peduli dengan sprei yg basah oleh noda darah juga ceceran cairan cinta mereka.

Tapi dari sana akhirnya ia bisa mengerti kenapa semua orang tergila-gila dengan yg namanya seks. Karena ternyata memang sangat luar biasa rasanya setelah mengalami sendiri. Sampai nambah berkali-kali saking enaknya. Bahkan memikirkannya saja sudah membuat batangnya kembali siap tempur sekarang.

Segera Danang menggelengkan kepala kuat-kuat untuk mengenyahkan pikiran mesum yg kembali hadir. Lebih baik ia menuju lemari dan mengambil baju untuk dikenakan dari pada masuk angin. Singkirkan dulu pikiran kotor, jangan sampai dengkul kopong.

Secara acak Danang mengambil baju di bagian atas dan segera mengenakannya sambil melangkah menuju meja belajar, ingin mengambil ponsel dan dompet yg berada disana. Ia mau pergi ke mini market yg ada dibawah untuk membeli sesuatu yg bisa dimakan. Guna mengganjal perutnya yg tengah kelaparan setelah pertempuran berdarah yg sangat melelahkan.

"Mau kemana Sayang?" lembut suara berucap dari arah belakang, yg kontan membuat Danang terkesiap dan membalikan badan.


Ternyata adalah Alea orangnya, yg kini sedang memandang dengan wajah lelahnya. "Kamu ngga tidur? Aku kirain tidur tadi."

Danang meraih ponsel dan dompetnya secara asal, kemudian berjalan mendekati Alea sembari memasukan dua barang tadi kedalam saku celana.

"Kebangun," susah payah Alea berusaha bangun dari tidurannya.

Melihat itu, Danang sigap melangkah lebih cepat ingin menolong Alea yg terlihat sekali kepayahan. Sedikit kernyitan Alea keluarkan hingga akhirnya bisa duduk dengan benar.

"Kamu mau kemana sih?" ulang Alea lagi sudah lebih nyaman.

Kejernihan pikiran Danang berangsur hilang saat matanya disuguhi pemandangan tubuh polos Alea yg tak tertutup selimut lagi. Fokusnya beralih penuh pada dua benda kenyal menggoda yg ia remas dan gigiti habis tadi, sehingga tak mendengar suara Alea yg menannyai.

Mengikuti arah pandang Danang yg ternyata pada dadanya, kontan Alea bergidik ngeri dengan kemesuman pacarnya yg sama sekali tak disangka-sangka selama ini.

"Yang!!" rengek Alea langsung menutupi payudaranya dengan kedua tangan.

"Eh," Danang mengerjap sadar. Segera ia menaikan pandangan tepat sejajar dengan wajah Alea yg sudah berubah cemberut. "Maaf ngga fokus."

"Kenapa kamu jadi mesum gini deh?!!" selimut yg jatuh Alea tarik untuk menutupi tubuhnya kembali. "Apa aku aja yg baru tahu kalau kamu itu emang mesum?"

Jangan sampai Danang menerkamnya lagi untuk hari ini. sungguh ia takkan sanggup melakukannya dengan tubuh yg sudah sangat kepayahan. Belum lagi vaginanya yg terasa sedikit ngilu sekarang.

Danang meringis malu dengan sebutan baru yg Alea berikan. "Kok mesum lho? Orang cuma liat yg keliatan doang kok. Wajar itu mah."

"Wajar apaan! Muka kamu keliatan banget pengen lagi itu!" semprot Alea berubah cemberut. "Sangean bener jadi orang deh."

"Astaga," Danang mengusap kasar wajahnya sendiri karena sebutan tambahan yg Alea berikan. Tadi mesum, sekarang sangean. "Namanya juga anak muda yg baru kenal seks Yang. Maklumin lah."

"Iiihhh!!" sebuah cubitan tanpa sungkan-sungkan Alea berikan untuk Danang yg kontan meringis menahan sakit. "Bisa banget kalo ngejawab omongan!"

"Iya maap," Danang hanya bisa menahan sakit tanpa bisa melepaskan cubitan. Salah-salah malah dapat hukuman tambahan. "Sakit Alea."

"Siapa suruh mesum jadi orang!" ketus Alea yg tak urung melepaskan cubitannya juga.

Segera Danang mengusap-usap ditempat Alea mencubit barusan. Lumayan pedih ternyata. "Aku mau kedepan. Ke mini market. Mau titip apa?"

Gelengan Alea berikan masih tetap cemberut. "Ya udah, hati-hati. Cepet balik."

Melihat bibir cemberut Alea yg terlihat menggoda, Danang pun tak kuasa mendahan diri lagi. Dalam sekejap bibirnya sudah menyambar bibir Alea dan melumatnya dengan gemas.

"Eemmmhhh!!" sekuat tenaga Alea meronta ingin melepaskan diri. Tangannya mendorong penuh dada Danang bersama kepala yg ia coba tarik mundur.

Tentu Danang tak mudah dikalahkan. Kekuatannya dalam bertahan dan menahan kepala Alea agar tak bergerak bukanlah sesuatu yg remeh. Mustahil Alea bisa lepas jika bukan ia sendiri yg melepaskan.

Semakin dalam Danang melumat, kian berkurang juga pemberontakan yg Alea lakukan. Lidah Danang mengeksplorasi bibir Alea secara rinci dan menikmati. Tak lupa sesekali menggigitnya sedikit karena sangat gemas dengan pemilik bibir merah ini.

Serangan sana-sini Alea dapatkan, bohong jika ia tak tergoyahkan. Tentu sudah pasti, yg terjadi selanjutnya adalah membalas lumatan pacar mesumnya dengan tak kalah lincah dan garang.

Aksi saling lumat-melumat terjadi, hisap-menghisap berlangsung diantara dua orang yg tak mau mengalah apalagi kalah. Adu gengsi ketahan napas pun terjadi pada keduanya untuk kesekian kali.

Lidah dan mulut semakin bermain lincah setiap detik berjalan. Ingin saling mengalahkan, membuat kepayahan, juga membuat cepat habis napas lawan.

Danang sedikit memajukan kepalanya, membuat Alea terpaksa harus sedikit mendongakan kepala. Lidah Danang memaksa masuk mulut Alea, namun tak ada akses cuma-cuma yg Alea berikan untuknya.

Alea ikut mengeluarkan lidahnya dan membelit lidah Danang yg sok jago ingin mengeksplor mulutnya. Amatir yg baru lepas perjaka ini perlu dikasih pelajaran tentang unggah-ungguh dan sopan santun. Agar tidak seenakanya lagi main sambar bibir orang kedepannya nanti.

Lidah yg saling membelit tak bisa dihentikan untuk terjadi. Saling bertukar saliva terjadi diantara keduanya. Semakin detik berlanjut, semakin terlihat siapa yg lebih banyak jam terbang, skill dan juga ketangkasan.

Dalam adu mulut yg benar-benar adu mulut bermenit-menit ini, Alea keluar sebagai pemenenang sejati.

Seringai puas langsung tertampil di wajah Alea yg sudah memerah parah. Dan Danang yg tak lagi punya muka pun langsung berubah jadi ninja dengan cepat menghilang dari depan Alea.

Danang lari tunggang langgang keluar dari kamar. Dan dalam beberapa detik berikutnya, suara keras dari pintu apartemen yg tertutup pun terdengar ditelinga Alea yg kontan terbahak sangat puas.

Pro player dilawan!




,_,_,_,_,_,_,





Tak ada lagi kesininan pada keduanya. Emosi dan kebencian menghilang begitu saja. Nada tinggi berangsur turun, terlalu turun hingga menghasilkan suara pilu tangis menyayat hati.

Untuk beberapa saat Virgo dan Keyra terus berpelukan, tentu dengan airmata yg mengalir deras tanda kesedihan. Kebencian Keyra pada Virgo sirna begitu saja. Karena sejatinya memang tak ada yg bisa ia benci dari sosok yg selalu menenangkannya dikala sedih melanda.

Kebenciannya pada Virgo tidaklah nyata. Kemarahannya juga hanyalah pura-pura. Semuanya hanya ilusi yg tak pernah dan takkan bisa terjadi. Ia terpaksa melakukannya, sebab hanya Virgo yg bisa ia jadikan pelampiasan rasa sakit dan frustasi setelah apa yg terjadi.

Tak bisa di pungkiri, sampai sekarang Virgo masih menjadi satu-satunya sosok yg bisa membuatnya merasa nyaman, tenang dan aman. Belum ada sosok lain yg sanggup memberikan semua itu, apalagi menggantikan. Virgo adalah penopangnya, pria yg sampai saat ini masih memegang posisi utama dalam hati, bahkan melebihi ayahnya sendiri.

Justru yg sebenarnya terjadi adalah, Keyra sangat membenci dirinya sendiri. Benci dengan dirinya yg masih mencintai sosok Virgo padahal tahu perasaannya tidaklah berbalas. Ia benci dengan dirinya sendiri karena masih menjadikan Virgo sebagai pria utama, meski jelas Virgo tak melakukan hal sebaliknya.

"Mas," Pelan Keyra memanggil. Hangat pelukan Virgo berhasil membuatnya tenang sekarang. "Aku mau jujur dan minta satu hal sama kamu." Sedikit gestur Keyra berikan agar melepaskannya, supaya mereka bisa berbicara tentang semuanya.

Virgo yg mengerti pun menguraikan pelukannya dengan berat hati. "Apa itu?"

Keyra tak langsung berbicara mengatakan permintaannya. Ia lebih dulu menatap lekat-lekat wajah Virgo yg membalas dengan tatapan kebingungan. Hatinya berdenyut nyeri dalam keterdiaman, tanda sebuah penolakan atas apa yg otaknya sedang pikirkan.

Bohong jika ia mengatakan sudah hilang perasaan pada sosok didepannya ini. Dengan jelas ia masih merasakan nyaman dan kehangatan saat Virgo menyentuhnya. Begitu juga jantungnya yg berdetak cepat dan hatinya yg kembali merasa utuh. Itu sudah cukup menjadi bukti nyata, bila ia masihlah mencintai pria yg tak pernah membalas cintannya ini.

Bahkan hatinya saat ini dengan lantang menyerukan tak ingin menjauh dengan sosok Virgo. Dan tololnya, ia sangat ingin mengiyakan. Pengaruh Virgo dalam kehidupannya sudah terlalu dalam dan kuat selama ini. Sehingga ia tak bisa begitu saja mengenyahkan sosoknya dari dalam hati.

Yah, ia memang bodoh karena masih cinta dengan sosok yg tak membalas hal sama, sosok yg justru menyakitinya. Tapi semua akan berakhir sebentar lagi. Harus ada yg mengakhiri penderitaan mereka yg sama sekali tak mengenakan ini.

"Tau ngga Mas," kembali Keyra membuka mata. Senyumnya terbit dengan indah, menampilkan lesung pipi yg menambah kesan manis di wajah. "Tiap kali aku liat kamu, hati aku selalu sakit." jari Keyra menunjuk dadanya. "Dan tiap kali aku liat kamu, aku selalu sedih Mas. Aku selalu ngerasa bersalah sama dia."

Cukup sudah setahun ini ia menumbuhkan benci pada Virgo yg tidak benar-benar bisa ia benci. Bukan melupakan, yg ada ia justru semakin larut dalam kesedihan. Sosok Virgo sama sekali tak bisa ia enyahkan. semakin lekat menempel dalam ingatan disaat berusaha ingin menghilangkan.

Metode melupakan dengan cara membenci tak berhasil di terapkan. Jadi satu-satunya cara yg tersisa adalah berbicara jujur tentang apa yg ia alami dan rasakan. Seperti yg disarankan oleh orang yg selalu mendengar curhatannya.

Ya, ini waktunya. Sekarang saatnya untuk meluapkan semuanya hingga tak tersisa. Mengutarakan apa yg mengganjal dalam hati dan kepala. Memberitahu apa yg dirasa dan pikirkan tentang semua yg ada.

"Kejadian itu berpengaruh besar sama aku Mas. Terutama mental aku." Keyra menarik tangan Virgo yg berada di wajahnya dan memilih untuk menggenggam erat dengan kedua tangan. "Aku ngga bisa tidur tiap malem karena selalu kebayang hari itu. Gitu juga pas lihat wajah kamu. Aku tersika Mas, makanya aku milih buat tiba-tiba pergi."

Jadi itu alasan sebenarnya kenapa Keyra tiba-tiba pergi, Virgo mengerti sekarang.

Yah, Seseorang yg nyaman dengan sesuatu pasti akan mempertahankan. Ibarat suka dengan masakan disebuah restoran, pasti kita akan kembali lagi untuk mencicipi.

Itu menjadi masuk akal sekarang. "Ternyata bener ya," sekuat tenaga Virgo menahan diri untuk tak mengeluarkan air mata. Memilih untuk mencoba tersenyum walau hasilnya tentu tak sejalan. "Aku cuma bisa nyakitin kamu."

Buru-buru Keyra menangkup wajah Virgo yg berangsur tertunduk. "Engga Mas, kamu kasih segalanya buat aku. Kebahagian, rasa nyaman dan aman. Juga kasih sayang." kecuali cinta. "Dan aku masih bisa rasain itu sampai sekarang."

"Kamu ngerasa gitu?" semilir angin segar membelai wajah Virgo yg kini tersenyum tipis. Pengakuan Keyra memunculkan sebuah harapan baru untuknya. Harapan akan mereka yg bisa kembali bersama-sama lagi.

Anggukan yakin Keyra berikan dengan senyum manis yg setia bertahan.

Senyum Virgo semakin lebar. Keyakinannya tentang mereka bisa kembali bersama bertambah kuat. "Kalo gitu kita bisa mulai semuanya lagi kan? Kita bisa bareng lagi kayak dulu."

senyum Keyra sontak hilang berganti kebingungan. "Maksudnya Mas?"

"Iya, kita bisa balik kayak dulu kan? Kita bareng-bareng lagi sekarang." jelas Virgo lagi sambil meraih tangan Keyra yg di genggam erat-erat kemudian. "Kamu bilang bahagia sama aku. Jadi kita bisa bareng-bareng lagi."

Keyra paham maksud Virgo sekarang. "Mas, kayaknya kamu salah paham." tangannya yg sedang Virgo genggam Keyra tarik secara perlahan. "Bukan gitu maksudku Mas. Kita ngga bisa kayak dulu lagi."

Giliran Virgo yg sekarang tak paham."Kenapa Key? Bukannya kamu bahagia sama aku? Aku janji bakal buat kamu lebih bahagia dari dulu."

Terdengar menggiurkan dan sangat meyakinkan untuk Keyra. "Aku tetap ngga bisa Mas." namun ia tetap tak bisa mengiyakan. "Tadi aku udah bilang sama kamu, kalau setiap ngelihat kamu pasti aku selalu inget lagi kejadian itu."

"Aku juga selalu keinget Key, bukan kamu aja."

"Makanya itu kita ngga bisa bareng-bareng lagi Mas!" sergah Keyra sedikit meninggi. "Aku pengen lupain semuanya Mas, karena itu nyiksa batin aku banget. Dan kalau kita bareng-bareng lagi, itu bakal jadi mustahil buat di lupain. Aku ngga kuat."

"Aku bisa bantu kamu Key," Virgo tak ingin menyerah begitu saja. "Itu jadi lebih mudah dilewatin kalo kita bareng-bareng."

"Gimana kamu bisa bantu kalau penyebab aku gini itu kamu Mas?" lirih Keyra tanpa daya. Kembali matanya berkaca-kaca. "Aku mohon, Mas. Sumpah aku ngga kuat lagi."

Kepala Virgo tertunduk lesu seketika. Ikut sedih dan merasa semakin bersalah pada Keyra. "Apa aku ngga bisa dapat kesempatan terakhir Key?" Virgo masih ingin memperjuangkan Keyra. Ingin memperbaiki semua kesalahan di masa silam, karena itulah selama ini ia bertahan. "Aku cinta banget sama kamu Key, makanya aku bisa sekuat ini berjuang cari kamu."

Sekuat tenaga Keyra menahan diri untuk tak kembali minitikan air mata. Melihat Virgo memohon seperti itu membuatnya terenyuh dan merasa kasihan. Sungguh ia percaya perjuangan Virgo untuk menemukannya sangatlah tidak mudah. Namun ia tetap tak bisa mengiyakan meski sangat ingin melakukan.

Masih jelas menempel di otaknya satu perkataan Virgo dulu. Yaitu, bila cintamu terasa menyakitkan, maka hanya ada satu hal yg harus kamu lakukan, tinggalkan.

Dan itulah yg sedang ia lakukan. Meninggalkan cintanya yg menyakitkan. "Kamu beneran cinta sama aku Mas?"

Cepat Virgo meneggakan kepala denga sedih yg semakin dirasa. "Kamu masih ngga percaya Key? Harus berapa kali aku bilang 'aku cinta sama kamu' biar kamu percaya?"

"Kalau gitu buktiin kalau kamu benar-benar cinta sama aku Mas."

"Gimana? Apa yg harus aku lakuin?" tanggap Virgo cepat. Apapun akan ia lakukan jika memang Keyra butuh pembuktian.

"Dengan jangan temuin aku lagi."

Mata Virgo terbelalak ngeri atas ucapan Keyra. "Apa-apaan kamu Key!" rahang Virgo mengerat menahan emosi. " Ngga bakal aku iyain permintaan konyol kamu itu." lanjut Virgo dengan sinis.

Sama sekali Keyra tak merubah ekspresinya. Masih tetap tenang seperti tak ada apa-apa. "Kalau gitu terpaksa aku yg bakal pergi Mas."

"Keyra!"

"Atau kamu bisa bunuh aku aja kalau mau." tambah Keyra dengan senyum manisnya. "Itu pilihan ketiga."

Virgo tercenung, sama sekali tak menduga kata-kata itu bisa keluar dari mulut Keyra.

Dari ketiga pilihan yg diberikan, satupun tak ada yg bisa membuat mereka bersama. Semuanya perpisahan, hal yg sangat tidak Virgo inginkan.

"Demi tuhan kita ngga bisa bareng-bareng lagi Mas. Itu cuma bakal nyiksa kita lebih dalem lagi. Makanya aku ngga kasih pilihan buat kita bersama." dengan tenang Keyra menjelaskan. "Kita bakal dan harus ngejauh apapun yg terjadi. Tapi aku ngasih kamu kesempatan buat ngerubah sudut pandang dan kepercayaan aku tentang kamu."

Walaupun sedang kalut dan ingin sekali marah, nyatanya Virgo tetap menyimak penjelasan Keyra dalam diam.

"Kita tetap bakal ngejauh Mas. Bedanya, kamu yg harus ngejauh kalau kamu pengen buktiin cinta kamu. Atau, aku yg bakal ngejauh dengan pemikiran kalau kamu ngga cinta sama aku. Cuma itu bedanya Mas. Pergi bawa perasaan bahagia, atau dengan terpaksa."

Penjelasan Keyra bisa Virgo mengerti. Sangat-sangat bisa dimengerti malah. Mengerti kalau mereka tidak bisa bersama. Mengerti jika tidak ada kesempatan untuknya. Juga mengerti bahwa perjuangannya ternyata adalah hal yg sia-sia.

"Aku percaya tuhan itu ada, walaupun aku benci dia."

"Mas!" lerai Keyra atas omongan ngawur Virgo. Namun Virgo sama sekali tak menggubris dan tetap melanjutkan kalimatnya yg belum tuntas.

"Dan demi 'dia' yg aku benci, sumpah aku cinta sama kamu Keyra."

Keyra memejamkan mata perlahan. Menelisik hatinya sendiri yg kini terasa nyaman dan tenang setelah ucapan Virgo barusan. Ketulusan dan kesungguhan bisa ia rasakan dari ikrar pernyataan cinta Virgo.

"Dan karena aku pengen kamu bahagia sekaligus sebagai bukti kalau aku bener-bener cinta kamu," oksigen Virgo hirup kuat-kuat, dadanya mulai merasa sesak hingga ingin meledak. "Aku janji ngga bakal muncul lagi di depan kamu Key. Biar aku yg ngejauh, kamu cukup jalanin hari-hari dengan tenang dan bahagia."

Sekarang Keyra sangat yakin telah memiliki cinta Virgo di hatinya. "Makas-"

"Tapi janji satu hal sama aku." buru-buru Virgo menambahi. Ingin cepat menyelesaikan ini dan segera pergi. Ia tak akan sanggup jika lebih lama lagi. "Janji sama aku, kalau setelah ini kamu bakal bahagia dan bisa lupain atau berdamai dengan semuanya."

Senyum tulus Keyra kembali terbit. Salah satu hal favorit yg takkan bisa Virgo lihat lagi setelah ini. "Aku janji."

"Dalam keadaan apapun,"

"Dalam keadaan apapun." ulang Keyra mengikuti.

Virgo menatap dalam-dalam pada Keyra. Mengamati dan memindai secara seksama wujud Keyra untuk disimpan dalam ingatanya. Agar kelak ketika merindukan, ia bisa menggali ingatan yg takkan mungkin bisa dilupakan.

"Dan dengan siapapun." lirih Virgo dengan senyum tulus.

"Dan dengan siapapun."

"Great." puas Virgo yg langsung mendongakkan kepala keatas. Memejamkan matanya kuat-kuat menolak untuk menangis lagi. Setidaknya sampai Keyra tak lagi ada didepanya. "Sekarang kamu bisa pergi Key."

"Kamu juga harus janji sama aku Mas."

"Please, Key." lirih Virgo memohon dengan sangat. "Jangan mikirin aku, ngga usah khawatir. I'll do same with you. Cukup lupain aku aja."

"Iya." Keyra mengangguk paham meski Virgo tak bisa melihatnya. "Aku pergi."

Dan walaupun sudah berpamitan seperti itu, nyatanya Keyra tak kunjung melangkahkan kaki. Entah kenapa tiba-tiba ia terasa berat melangkah dan urung beranjak pergi. Mungkin ia menunggu Virgo memberikan tatapan terakhir, dan bukan mendongak keatas tak mau melihatnya.

Begitupun pada Virgo yg setia tak ingin membuka mata karena belum mendengar langkah kaki Keyra.

"Aku mohon Key." ia sangat yakin Keyra masih didepannya.

"Iya," akhirnya Keyra menggerakkan kaki juga. Bukan pergi, namun melangkah kedepan mendekati hingga tubuh keduanya menempel kembali.

"Key-"

Dengan kuat Keyra memaksa kepala Virgo agar menunduk. Lalu setelahnya, Virgo yg matanya masih erat terpejam pun bisa merasakan benda lembut menempel pada bibirnya.

Keyra mencium Virgo.

Bibir yg saling bersentuhan membuat mereka saling bisa merasakan walau tanpa sebuah pergerakan. Bukan rasa di bibir yg dimaksudkan, tapi adalah rasa yg tersalur lewat sentuhan. Dari mulai kasih sayang, rasa nyaman, hingga cinta dan tentunya kesedihan akan perpisahan.

Tangan Virgo terkepal dengan sangat erat, melarang diri agar tak meraih tubuh Keyra dan menahan pergi. Begitu pula Keyra yg ikut menguatkan hati agar tak mengeluarkan tangis lagi.

Tepat sepuluh detik. Dan hanya sepuluh detik adegan berciuman itu terjadi, sebelum akhirnya Keyra menarik diri dan kembali menatap Virgo yg setia tak mau membuka mata untuk terakhir kali.

Untuk terakhir kalinya kembali Keyra memindai wajah pria yg sangat di cintainya ini. Hingga akhirnya ia mengangguk sekilas dengan senyum manis yg tak bisa Virgo lihat.

"Aku cinta kamu Mas." Kata Cinta terakhir Keyra untuk Virgo.

Segera setelah berucap itu Keyra melangkahkan kaki dengan berlari bersama tangis yg tak bisa di bendung lagi.

Yakin sudah mendengar langkah kaki menjauh, barulah Virgo membuka matanya dengan setetes air yg ikut turun dari sana. Segera ia mengedarkan pandangan kesekitar hingga bisa menemukan sosok yg tengah berlari menjauh.

Terus Virgo mengamati sosok Keyra yg kian menjauh dengan air mata yg semakin banyak luruh. "I do love you Keyra Eleonora."

Sesaat setelah Keyra menghilang dalam halangan kendaraan, tubuh kuat Virgo yg selama ini banyak merasakan kesakitan pun luruh jatuh terduduk. Sakit tubuhnya yg mengahantam beton sama sekali tak terasa. Kalah dengan rasa sakit hatinya yg amat menyesakkan dada.

"I do love you." lirih Virgo memuluk kakinya yg sudah tertekuk. Menyembunyikan wajah dalam celah tangan dengan tangis yg makin tak bisa tertahan.

Baik Keyra maupun Virgo ternyata tak ada yg sadar jika tak jauh dari mereka ada sosok yg memperhatikan dari tadi. Mendengar hampir semua yg mereka bicarakan. Apik bersembunyi disebelah mobil meski niat awal hanya ingin ke mini market depan.

Bila tadi memilih lewat lift depan, pastilah ia takkan bisa melihat hal luar biasa yg sama sekali tak pernah diduga-duga. Bagaimana cinta yg katanya menyenangkan ternyata ada sisi kelam dan menyakitkan dibaliknya. Seperti uang koin yg mempunya dua wajah, begitu juga cinta yg ternyata mempunyai dua hal berbeda.

Memastikan dirinya pulih dari keterkejutan yg dilihat dan didengar, segera sosok itu keluar dari persembunyian dan cepat berjalan menuju pria yg sedang terduduk memeluk kaki.

Larut dalam kesedihan membuat indera Virgo tumpul dan tidak sensitif. Otaknya eror memproses data yg disampaikan bagian tubuh berupa suara. Sama sekali tak sadar jika sudah ada satu sosok yg berdiri tepat didepanya. Sosok yg sedang menunduk memandanginya dengan raut kesedihan dan keprihatinan.

"Lo orang terkuat yg pernah gue kenal. Dari lo gue dapet banyak hal tentang yg namanya perasaan. Gimana cara mencintai seseorang dengan hebat. Memegang janji dengan kuat. Bertahan dan terus berjuang dengan secuil harapan. Dan yg paling keren, melepaskan demi kebahagiaan pasangan."

Suara yg tak asing lagi di terdengar ternyata cukup ampuh membuat Virgo menegakkan kepala hingga menatap lurus kedepan.

"Gue cinta sama dia Nang." lirih Virgo menerawang lurus kedepan.

"Gue bisa lihat itu." angguk sang pria yg tentu siapa lagi kalau bukan Danang seorang.

"Dia satu-satunya orang yg gue cinta dan jadiin segalanya."

Danang mengulurkan tanganya tepat di depan Virgo. Ingin membantu sang sahabat agar berdiri dari kejatuhannya. "Gue bisa simpulin itu dari yg gue denger tadi."

Ketika akhirnya Virgo mendongakan kepalanya, Danang yg bisa melihat raut wajah Virgo pun tak kuasa menahan kesedihan yg mendalam. Sahabatnya yg sehari-sehari selalu kuat terlihat sangat rapuh sekarang. Sosok sahabat yg biasanya menguatkan dan memberinya nasihat kini malah hancur berantakan. Ternyata sangat mengerikan memang sebuah hal yg bernama cinta.

Tidak seperti dirinya yg akhirnya menemukan muara bernama Alea, Hal beberbeda justru terjadi pada perjuangan sahabatnya dalam kurun waktu yg bersamaan.

Lelucon macam apa yg sedang semesta berikan? Kenapa Virgo tidak mendapatkan akhir yg sama seperti yg ia dapat sebelumya?

Demi apapun ini tidak lucu sama sekali wahai semesta!

"Lo denger semuanya Nang?" dengan punggung tangan Virgo mengusap wajahnya secara asal. Lalu setelahnya menerima uluran tangan Danang yg sigap menarik membantunya berdiri.

"Cuma sebagian." dalam diri Danang sangat merasa bersalah pada Virgo yg tak bernasib sama sepertinya. "Gue mau ke mini market depan beli cemilan. Tapi ngga sengaja lihat lo sama seseorang tadi. Sorry kalo gue nguping."

"Ngga papa." maklum Virgo tersenyum tipis. "Gue balik ya? Udah sore."

Danang sangat salut dengan akting Virgo yg bisa cepat bisa bersikap seolah tak terjadi apa-apa. "Ngga mau mampir dulu? Gue ada bir di kulkas. Kaleng sih tapi." dalam kekacauan hati yg coba disembunyikan, Danang sangsi Virgo bisa mengendarai motor dengan benar. "Ada Alea sih tapi. Pasti di ceramahin dulu."

Tawa kecil keluar dari Virgo yg kembali teringat kejadian saat bertemu Alea siang tadi. Dari ekspresi Danang yg jauh berbeda darinya, bisa ia simpulkan nasib cinta sahabatnya pun juga berbeda. Syukur lah bila perjuangan penuh rasa sakit yg Danang lakukan mendapat hasil sepadan. Sungguh ia turut berbahagia.

"Thanks udah nawarin. Tapi gue harus jemput kakak gue di kantor." Sedikit kebohongan Virgo lakukan dengan membawa nama Nessa. Tak apalah, sekali-kali saja.

"Serius lo?" sangsi Danang agak khawatir. "Mampir dulu deh. Hubungin kakak lo suruh grab aja sekali."

"Gue oke Nang, ngga usah khawatir." senyuman Virgo berikan tanda baik-baik saja. "Kapan-kapan gue ceritain semuanya."

Helaan napas pelan Danang keluarkan. Ia tak bisa memaksa Virgo lebih dari ini. Terkadang kesedihan memang harus di obati dengan kesendirian. "Yaudah. Hati-hati lo."

"Thanks." tepukan kecil Virgo berikan di pundak Danang sebagai perpisahan, kemudian berjalan menuju motor yg terparkir tak jauh di depannya.

Mata Danang setia mengawasi semua pergerakan Virgo. Dari memakai helm hingga naik ke atas motor. Juga dari memutar kunci sampai menghasilkan suara mesin yg keras berbunyi.

Bunyi klakson dua kali Virgo berikan tanda berpamitan. Dan setelah anggukan Danang berikan, barulah motor mulai berjalan pelan mengikuti arah yg tertera di atas lintasan parkiran.

Hari ini sangat melelahkan untuk Danang. Banyak hal yg terjadi dalam kurun waktu beberapa jam. Menguras tenaganya dalam bentuk berbagai macam. Tapi dilain sisi juga banyak hal yg patut dijadikan contoh dan pelajaran.




"Cinta itu murni, namun punya banyak sisi. Jika beruntung, kamu bertemu dengan seseorang pada sisi bahagia. Tapi jika tidak, maka pergilah segera, karena itu hanya akan membawa sengsara."

~J_bOxxx~
The best lah hu..
Mantaps..
 
Bimabet

PART 20

KITA DAN KENANGAN YANG MENDALAM






Bangun siang, mandi, makan, lalu bersantai sambil main game diruang tengah, lengkap dengan kopi yg dibuat oleh orang tersayang, itu adalah sebuah kenikmatan hakiki yg luar biasa dan tiada tara. Karenanya, rasa syukur yg besar Danang panjatkan pada dewa-dewi dan semesta yg sudah berbaik hati memberinya waktu indah di minggu siang ini. Termasuk malam kemarin juga, dimana ia harus lembur dan mengeluarkan tenaga super ekstra untuk memuaskan Alea dan tentu saja dirinya.

The power of pap tetek memang luar biasa mengguncang jiwa, sangat perlu di waspadai oleh kaum pria. Danang contohnya, bagaimana ia dibuat kalang kabut dan tersiksa semalam, hanya karena gambar bugil yg langsung membuat senjatanya kesakitan karena mengacung tegak diposisi yg tak enak.

Untung saja, semalam setelah ia sampai Alea langsung mau meladeni dan kuat hingga beberapa kali. jadilah mereka berdua bisa puas melakukan hal nikmat yg melelahkan tersebut tanpa peduli waktu.

Satu hal yg baru Danang rasakan dan sadari dari kegiatan semalam, ternyata variasi dalam hubungan badan itu memang terbukti menambah kenikmatan. Walaupun tak bisa di pungkiri, pada awal-awal ia memang merasa aneh dan lumayan risih. Namun setelah birahi penuh menyelimuti diri, semua rasa canggung itu hilang begitu saja dan digantikan rasa puas yg meluap-luap lebih dari sebelumnya.

Jujur Danang juga baru mengetahui, kalau variasi dalam hubungan seks termasuk foreplay ternyata cukup ampuh mencegah kebosanan pada hubungan dan pasangan. Sebuah manfaat yg besar, selain tentu menambah kenikmatan dalam berhubungan seks itu sendiri.

Semua itu Danang dapat dan ketahui dari membaca artikel-artikel. Jadi jalian tak perlu merasa malu atau tabu membaca artikel yg berkaitan tentang seks dan semacamnya, sebab memang sangat penting untuk diketahui dan dimengerti. Sebagai wawasan dan pengetahuan bekal masa depan.

Tapi mari kita sudahi dulu pembahasan terkait seks dan teman-temannya, karena sebuah gangguan tiba-tiba hadir dari Alea.

"Apaan sih, Yang?" Danang menaikan kedua tangannya tinggi-tinggi agar tak terhalangi Alea yg main duduk diatas pahanya. Mustahil bila fokusnya pada game tidak buyar saat ini. "Ish, ngapain kamu sih?"



"Mau dipeluk." Alea berusaha memasukan kepalanya diantara rongga tangan Danang yg terangkat. Tak urung, Danang pun hanya bisa menghela napas dan membiarkan Alea melakukan kemaunya.

Perlu sedikit usaha untuk Alea bisa benar-benar mendapatkan apa yg di mau. Menyandarkan diri sepenuhnya pada tubuh didepannya, lengkap dengan kepala yg berada di ceruk leher Danang.

"Udah belom?" tanya Danang tanpa bisa melihat wajah Alea yg kini malah mengendusi lehernya.

Gumaman pelan dan sedikit anggukan Alea berikan sebagai jawaban. Danang yg mengerti itupun langsung kembali memfokuskan diri pada gamenya. Tapi sebelumnya, sebuah kecupan tak lupa ia berikan dibelakang telinga kekasihnya.

Walaupun sudah berfokus, nyatanya Danang tak benar-benar bisa sepenuh hati bermain game seperti awal tadi. Tak ada yg salah dari sosok dipangkuannya. Justru Alea bersikap kooperatif dan tidak rewel. Yah, walaupun memang Alea terus mengendusi lehernya sambil meraba-raba dada dan perutnya yg tertutup kaos.

Melihat apa sedang yg terjadi pada Danang dan Alea sekarang ini, bisa bersama orang yg dicinta dan mencintai walaupun hubungan masihlah baru beberapa hari, terlihat sangat membahagiakan sekali. Bila ada orang yg melihat adegan ini, rasa-rasanya mustahil bila mereka tidak merasakan iri.

Tapi satu hal yg pelu diketahui dan di garis bawahi. Apa yg sedang terjadi pada Danang saat ini bukanlah sesuatu hal yg gampang di raih. Membuat Alea berada dipangkuan dan mendamba dirinya adalah berkat upaya yg gigih. Banyak hal yg sudah ia korbankan, juga usaha yg bisa dibilang mati-matian. Bukan secara harfiah, tapi darah dan air mata sudah ia kuras habis demi memperjuangkan Alea, hingga sekarang mereka bisa bersama-sama.

Keindahan yg terlihat mata, terkadang menyimpan duka dan sengsara dibaliknya.

Sama halnya sengsara yg timbul kepermukaan, terkadang hal itu berbalut rasa syukur dan penuh penerimaan.

Fatamorgana itu nyata, dan tak selalu berada di gurun panas yg dibayangkan otak kita.

Mengingat lagi bagaimana perjuangan dan sakit yg akhirnya menemui pemberhentian, rasa haru luar biasa kembali datang memehuni dada Danang. Ponsel ia taruh asal disamping tubuh, lalu menggunakan kedua tangan yg sudah tak melakukan apa-apa itu untuk membalas rengkuhan pada sosok yg lebih dulu melakukan.

Bibir Alea kontan tersenyum kala merasakan sesuatu melingkari pinggangnya. Sayang, Danang tak bisa melihat senyum yg selalu membuatnya mabuk kepayang.

Sedikit jarak Alea buat diantara wajahnya Dan leher Danang. Itu dilakukan agar ia bisa mengungkapkan bahagia yg di rasa seluruh tubuhnya lewat kata-kata. "I love you Nang, so much."

"Lebih dari kamu Alea, Kamu segalanya." lirih Danang yg kian intens mengeratkan pelukan. Buncah rasa haru menyelimuti hati, saat kembali mengingat jalan cintanya selama ini.

Semakin waktu berjalan, kemesraaan dan luapan cinta yg dikeluarkan oleh keduanya kian besar tersampaikan. Mungkin, jika jalan yg mereka ambil dulu tak sesulit yg telah terjadi, bisa saja cinta kasih mereka tak sekuat dan sebesar ini.

Ketahanan mereka sudah lebih kuat dan teruji dengan semua hal yg sudah terjadi, berikut juga dengan semua yg telah diberi. Kini, hanya tinggal bagaimana cara menjaga rasa yg sudah kuat terpatri. Atau kalau bisa, mereka harus lebih menguatkannya lagi.

Sayangnya, kemesraan dan keintiman yg sedang terasa antar Danang dan Alea tak bisa bertahan cukup lama, karena memang tak ada hal yg bisa bertahan selamanya. Raungan keras hadir dari sisi tubuh Danang, asal sumber suara bisa dipastikan adalah dari smartphone-nya.

Danang berdecak kesal merasa terganggu dan malas untuk mengangkat. Namun bila terus dibiarkan, suara ponselnya sangatlah meresahkan. Jadi mau tak mau satu tanganya pun bergerak meraba sofa mencari ponsel tersebut.

Mendapatkan yg di mau, segera Danang menggeser asal jarinya di atas layar tanpa melihat, baru setelahnya ia mendekatkan benda pipih itu ditelinga agar bisa mendengar suara dari seberang.

"Gue ada di basement apartemen lo nih, mau balikin mobil. Buru turun, jangan lupa bawa kunci motor gue." cerocos sang penelpon tanpa memberi intro.

Dari suara dan tujuan yg telah disebutkan, Danang langsung bisa mengenali siapa orangnya. "Naik dulu sih sini, maen-maen. Liat apartemen mewah gue dulu kek, biar gue bisa pamer." jawab Danang sedikit bercanda yg membuat Alea langsung tergelak geli dan memberikan sebuah pukulan padanya.

"Ya lo turun dulu lah, baru gue bisa naik. Tiba-tiba naik, disangka penjahat gue ntar."

"Ke loby aja, terus bilang sama penjaganya disuruh naik Danang waskhito. Lantai 19 nomor 87." tanpa menunggu balasan, Danang langsung memutus panggilan. Kembali ponsel ditaruh secara asal agar bisa memeluk lagi Alea yg setia pada posisi.

"Siapa Yang?"

"Virgo, balikin mobil. Sekalian aja aku suruh mampir dulu." jawab Danang tak begitu jelas, sebab wajahnya sudah kembali tenggelam di leher Alea. "Kamu udah mandi, ya?"

"Ya udahlah!" sungut Alea merasa sedang di ejek. "Kamu mau bilang belum gitu?!"

"Prasangka buruk terus kamu mah. Orang aku mau bilang wangi kok." seperti anjing kepolisian, Danang terus mengendusi leher Alea yg memilik aroma manis seperti coklat. Sangat memabukkan dan membuat ketagihan. "Tapi aku lebih suka bau kamu pas kita olahraga diatas ranjang. Bikin merangsang." Lanjut Danang terkekeh kecil, yg lagi-lagi dihadiahi pukulan dari Alea, namun kali ini lebih kuat dan niat dari sebelumnya.

Alea langsung mengakkan tubuh sepenuhnya, hanya demi bisa melihat wajah Danang yg ternyata sedang menampilkan senyum mesum. "Pikiran kamu emang ngga pernah jauh-jauh dari paha sama dada deh, Yang." Sungguh Alea geleng-geleng kepala dengan tingkat kemesuman Danang yg semakin hari semakin parah saja. "Sehari aja bisa ngga sih, ngga mikir mesum kayak gitu?"

Gelengan kuat dan cepat Danang berikan, tentu juga bersama tawa senang yg membuat Alea menipiskan bibir karena sebal. Namun itu hanya sesaat, karena sebuah ingatan mendadak hadir dan memaksa Danang mengubah raut wajahnya menjadi serius.

Ada sesuatu yg Danang lupa konfirmasi pada Alea. "Eh Yang, kamu bukannya punya temen yg namanya Keyra, ya?"

Jauh dulu, saat awal perkuliahan, Danang kerap kali mengikuti dan memperhatikan Alea yg sedang berkegiatan dari kejauhan. Itu dilakukan hanya agar ia bisa menyaksikan sosok idaman. Pasalnya saat itu ia dan Alea sedang dalam masalah yg memaksa mereka tak bisa saling menyapa dan bercengkrama. Dan dari kegiatan itu, Danang pun bisa tahu siapa pacar dan juga teman-teman Alea termasuk Violin, walau masih belum tahu namanya hingga perkenalan waktu itu. Begitupun sosok Keyra yg baru ia ketahui namanya saat tengah bersitegang dengan Virgo beberapa hari lalu.

"Kok kamu tahu aku punya temen namanya Keyra?" Seingat Alea yg sangat yakin dengan ingatannya, tak sekalipun ia pernah bercerita atau memperkenalkan sahabat-sahabatnya pada Danang.

Lupa mengantisipasi variabel pertanyaan yg tak mungkin dijawab karena memalukan, tentu Danang menjadi gelagapan. Apapun yg terjadi ia takkan membeberkan aksinya sebagai mata-mata beberapa bulan lalu itu pada Alea. Karena yg ada, ia pasti akan diledek habis-habisan.

"Ngga tau penting aku tahu dari mana. Tapi, jum'at kemarin ini aku ketemu dia di basement, dan dia keliatan lagi cek-cok gitu sama Virgo. Kayaknya mereka ada hubungan sesuatu gitu." sedikit menutupi kebenaran yg di tahu terpaksa Danang lakukan demi menjaga privasi sahabatnya, walaupun itu pada kekasihnya sendiri.

"Kamu serius, Yang?!" seru Alea yg terkejut bukan main. Danang yg ikut-ikutan kaget atas reaksi Alea pun refleks menganggukkan cepat kepalanya. "Astaga! Kok kamu baru bilang sih!" segera Alea beringsut turun dari pangkuan Danang, lalu ia langsung berlari menuju kamar untuk mengambil ponsel ingin menghubungi Keyra.

Kontan saja Danang dibuat kebingungan oleh reaksi Alea yg sangat tak terduga. Menurutnya itu terlalu berlebihan, atau pertemuan Virgo dan sahabat kekasihnya itu memang adalah hal luar biasa yg patut di hebohkan? Hal yg membuat dirinya malah menjadi salah sekarang? Entahlah, Danang menjadi bingung.

Baru saja Danang hendak bangkit menyusul sang kekasih kedalam kamar, namun Alea sudah lebih dulu keluar dari sana dengan wajah serius serta ponsel yg tertempel di telinga. Kalau sudah begini, diam dan menjadi patung adalah pilihan terbaik yg Danang punya.

Tak berselang lama, sambungan telepon yg Alea lakukan pun diterima oleh orang diseberang. "Hallo Key, lo dimana?"

Walaupun mulutnya sudah gatal ingin menyuruh Alea agar berbicara sambil duduk, nyatanya Danang hanya bisa diam menyaksikan kekasihnya berjalan mondar-mandir sambil bertelepon.

"Yaudah, gue kesana sekarang." Alea kemudian menarik ponsel dari telinga sembari mengalihkan tatapan pada Danang yg langsung ikut mengalihkan muka pula, takut terkena penyalahan lebih lanjut terkait informasi yg telat ia sampaikan, padahal tak tahu juga bila itu penting untuk kekasihnya. "Aku mau ke tempat Keyra, Yang." langkah cepat Alea lakukan mendekati sang kekasih hingga sampai tepat disisi. "Jangan bilang apapun sama Virgo ya? Apapun." peringat Alea penuh penekanan. Wajahnya bahkan sudah garang penuh ancaman.

Anggukan cepat dan kaku bak robot generasi dulu langsung Danang berikan tanpa berkata, hal yg akhirnya membuat Alea sadar bila tadi sudah bersikap berlebihan juga kelewatan.

"Eh, maaf Yang" seketika Alea menundukan tubuhnya, tentu bersama perasaan bersalah yg mulai dirasa. "Maaf udah bentak kamu. Aku kaget dan panik soalnya, jadi refleks gitu." jelas Alea sangat merasa tak enak hati. Ditangkupnya wajah Danang kemudian, lalu sedikit mendongakkannya keatas bersamaan dengan wajahnya yg mulai mendekat.

Ciuman Alea berikan tepat dibibir Danang selama beberapa detik sebagai permintaan maaf. Tak bisa melakukannya lebih lama, walaupun sebenarnya ingin melakukannya.

Setelahnya, Alea sedikit mengurai kedekatan wajah mereka dan menatap tepat dinetra kekasihnya. "Aku pergi dulu, ya? Ke tempat Keyra. Ada disini kok, masih satu lantai." Kembali, untuk kedua kalinya Danang menagngguk mengiyakan tanpa ucapan. "I love you." sebuah ciuman Alea berikan lagi sekilas, sebelum akhirnya ia bergegas melangkah menuju pintu keluar.

Untuk sekarang, bertemu dengan Virgo sepertinya bukanlah pilihan yg baik, setidaknya sampai ia mendapat kejelasan dari sahabatnya Keyra. Bukan ia ingin ikut campur ataupun penasaran pada konflik internal antara Virgo dan Keyra. Hanya saja, setelah penyuruhan yg Keyra lakukan padanya agar memberitahu informasi asli namun palsu pada Virgo waktu itu, otomatis ia pun jadi ikut terseret arus konflik yg terjadi.

Alangkah tolol dirinya bila berenang ke dalam sungai tanpa pengetahuan tentang medan. Bisa saja sungainya berarus kencang dengan air terjun di ujungnya, Jadi setidaknya ia harus tahu apa keputusan yg akhirnya Keyra lakukan. Sehingga ia bisa dan tahu bagaimana harus bersikap bila ada Virgo yg pasti akan sering ditemui di masa depan.

Masih dalam satu lantai dan hanya berjarak beberapa nomor apartemen saja, akhirnya Alea sampai juga di depan pintu unit apartemen sang sahabat tak tahu diri bernama Keyra.

Bercampur sedikit kekesalan, Alea menekan bell pintu didepannya sekuat tenaga. Meluapkan sedikit emosi karena merasa dibodohi oleh sahabatnya.

Hanya beberapa detik setelahnya, suara langkah kaki pun terdengar dari dalam, lalu di ikuti suara bunyi-bunyian hingga akhirnya pintu perlahan terbuka, dan menampilkan wajah wanita cantik bernama Audrey.

"Ada yg bisa di bantu buk?" riang Audrey menyapa Alea dengan cengiran cerianya. Sayangnya sapaan itu tak mendapat balasan yg diinginkan.

Seharusnya keberadaan Audrey di apartemen Keyra menimbulkan sebuah pertanyaan di benak Alea. Namun kekesalan yg sudah menumpuk menjadikannya tak tergoyahkan dalam memprioritaskan Keyra sebagai tujuan utama.

Pintu Alea dorong tanpa peduli Audrey yg berada di baliknya. Untungnya Audrey mempunyai refleks yg juara, jadilah ia bisa sigap melangkah mundur menghindari pintu yg ingin bercengkrama. "Mana Keyra?"

Perlakuan ngawur Alea itu sukses membuat darah Audrey naik ke kepala dengan cepat. Namun emosi itupun juga turun secara kilat saat ia melihat wajah Alea yg nampak berbeda saat melewatinya.

"Keyra!" panggil Alea cukup keras sambil berjalan cepat lebih kedalam. Buru-buru Audrey menyusul langkah Alea yg sangat tergesa. "Keyra!"

"Ngga usah teriak-teriak kenapa? Orangnya di kamar lagi nonton drakor ituloh." lerai Audrey yg kewalahan mengimbangi langkah kilat Alea.

Mengacuhkan peringatan Audrey, segera Alea mengalihkan tujuannya pada sebuah pintu yg terletak tak jauh berada. Ia sering bermain dan menginap disini, jadi ia sudah sangat hapal tempat yg tata letak ruangannya sama persis dengan milik Danang.

Pintu kamar Alea buka secara kasar, sukses menimbulkan kekagetan pada Audrey yg mengekori di belakang dan Keyra yg tengah asik tengkurap diatas kasur dengan laptop di depannya.


"Lo bangke bener jadi teman ya Key," hardik Alea tanpa kompromi. Tatapan garang ia berikan sambil berkacak pinggang. "Lo sebenarnya nganggep gue beneran temen lo bukan sih? Bisa-bisanya lo diem anteng gitu kayak ngga ada yg perlu di kasih tau!"

Buru-buru Audrey mendekati Alea yg ada beberapa langkah didepannya. "Ada apaan deh Lea?" elusan Audrey berikan di punggung Alea mencoba menenangkan. "Di bicarain pelan-pelan aja. Ngga usah pake emosi gitu."

"Gimana gue ngga emosi coba?!" Alea menoleh cepat pada Audrey disampingnya. Tak lupa tanganya pun menunjuk pada sosok Keyra yg masih loading dengan keadaan. "Dia udah ketemu Virgo beberapa hari lalu, tapi sampai sekarang masih diem aja ngga mau cerita. Gue berasa kayak lagi di tolol-tololin tau ngga!"

"Kok lo bisa tau?" ekspresi keterkejutan sama sekali tidak bisa Keyra sembunyikan dari wajahnya. Grasak-grusuk ia bangkit duduk dengan cepat. "Siapa yg ngasih tau lo?"

"Gue kesini bukan mau di tanya, tapi minta penjelasan kenapa lo diem aja." ketus Alea menatap sinis Keyra yg langsung mengurut dada. Singa paddle pop sudah menunjukan taringnya.

"Calm down Alea, calm down. Ngga enak ngomong pakai emosi." bujuk Audrey bertahan sisi Alea sembari mengelus punggung sang sahabat. "Ayo duduk dulu deh, baru diobrolin semuanya baik-baik." lalu dengan sedikit mendorong, Audrey memaksa tubuh Alea mendekati ranjang yg berisi keyra.

Pada lain kondisi dan tempat yg masih satu gedung, bahkan satu lantai, nampak kedamaian dan ketenangan menyelimuti pada sosok Danang dan juga Virgo yg baru datang. Keduanya asik menikmati pemandangan yg ada di bawah mereka dari balkon, sambil menikmati beer kalengan di tangan kiri dan batang rokok di lain sisi. Terlihat sangat santai dan nyaman, walau dada mereka jadikan tumpuan pada pagar pembatas dari besi.

Baru beberapa saat saja Virgo sampai di apartemennya, kira-kira satu menitan setelah Alea kekasihnya buru-buru pergi, yg mungkin tujuannya untuk menghindari. Ia cukup mengerti dan paham atas kondisi itu, walaupun sejujurnya ia belum paham tentang hal apa yg mengaitkan Alea dengan hubungan Virgo dan Keyra. Meski cukup membingungkan dan membuat kepikiran, Danang memutuskan untuk tak ikut campur dan memilih diam. Itu pilihan terbijak yg harus ia lakukan.

"Alea tinggal bareng lo, Nang?" tanya Virgo tiba-tiba tanpa menolehkan kepala. Danang tentu terkejut akan pertanyaan Virgo yg tiba-tiba. "Gue lihat sepatu cewek didepan tadi, makanya gue nanya." jelas Virgo kemudian maksud dari pertanyaannya.

"Oohhh... Engga, tapi semalem dia nginep disini." Danang tak mempunyai pilihan lain selain mengatakan yg sebenarnya pada Virgo. Dan ia yakin, pasti Virgo mendaptkan makna lain dari ucapannya tersebut.

Virgo mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti sebelum meminum kembali beer kalengan ditangan sampai isinya tandas tak tersisa. "Berarti juma'at kemaren itu sukses pembicaraan kalian?"

"Iya," kata Danang membenarkan. Lalu sebuah ingatan kembali hadir dikepala Danang, tentang Virgo yg mengeriminya chat waktu itu. "Tapi kok lo bisa tahu waktu itu, kalau gue lagi sama Alea. Mana sok-sok'an ngirimin chat bijak lagi."

Tak urung Virgo tertawa geli atas cibiran yg Danang ucapkan dengan santai itu. "Alea nyariin lo ke kantin waktu itu, terus gue kasih deh sedikit petuah bijak sebelum pergi nyariin lo. Makanya gue kasih lo petuah bijak juga, biar adil gitu." jawab Virgo yg membumbui perkataannya dengan sedikit bercanda. "Tapi itu sebenarnya juga bentuk makasih gue, soalnya Alea udah bantu gue buat nyariin cewek yg lo liat sama gue dibasement waktu itu."

Kepala Danang kontan menoleh penuh pada Virgo bersama kerutan yg terukir di dahinya. "Bantu nemuin?"

"Iya, udah lama banget gue nyari itu cewek. Sebelum akhirnya gue lihat dia lagi waktu pesta Alea. Tapi gue kehilangan jejaknya waktu itu, jadilah gue minta bantuan Alea buat bantu nyariin. Untungnya ada kabar bagus juga setelah beberapa hari, dan ternyata itu cewek ada di deket gue selama ini." jelas Virgo panjang kali lebar apa yg terjadi sebenarnya. "Dan konyolnya lagi, selama ini dia malah satu gedung apartemen sama lo." lanjut Virgo tak lagi bisa menahan tawa geli atas semua kekonyolan yg terjadi.

Terkadang memang semesta sebercanda itu. Apa yg kita sangat cari-cari akan menghilang dari radar pengawasan, padahal nyatanya apa yg dicari sangatlah dekat dari kita.

Kalo lo tahu sebenarnya, justru orang itu bahkan lebih deket dari yg lo kira, Vir. Batin Danang sedikit merasa bersalah atas fakta yg tidak bisa ia beberkan pada sahabatnya.

"Jadi gimana ceritanya lo sama Alea akhirnya mutusin bareng-bareng?" coba Virgo mengorek cerita dari Danang, walaupun sebenarnya ia tak terlalu ingin tahu juga. Ini ia lakukan hanya sebagi intro saja, ingin lebih dulu mendengar cerita bahagia sahabatnya sebelum gilirannya bercerita datang.

"Tentang gue sama Alea, ya?" Danang tak langsung bercerita, ia lebih dulu menghisap dalam-dalam batang rokoknya. Setiap proses ia lakukan dengan sangat perlahan menikmati, apalagi saat menghembuskan asap yg langsung membumbung tinggi dan bersatu dengan polusi.

Merasa sudah cukup, barulah Danang memulai kisahnya yg diawali dari kejadian saat setelah pesta ulang tahun Alea, hingga hari-hari selanjutnya. Semuanya akan ia ceritakan secara detail, tanpa melewatkan bagian-bagian penting walau secuil.

Berbeda dari beberapa saat lalu yg penuh ketegangan, nampak kali kini kamar Keyra sudah bersuasana lebih tenang. Emosi yg sempat tersemat di diri Alea sudah menghilang, dan digantikan sebuah rasa ketenangan.

Selain karena dirinya sendiri, sedikit bantuan juga dilakukan oleh Audrey yg setia menemani tepat disisi. Bahkan sampai sekarang pun ia masih menggerakkan tanganya di punggung Alea. Matanya juga tak tinggal diam, terus mengawasi Keyra yg tengah memejamkan mata tepat didepannya.

Keyra memejamkan bukan tanpa alasan, bukan pula dilanda kantuk atas kesunyian yg terjadi. Malahan sebenarnya ia sedang menenangkan diri juga, atas keterkejutan yg sempat dialami dari info yg dibawa Alea.

Apabila harus bercerita pada dua sahabat di depannya, maka otomatis Keyra harus kembali mengorek luka yg bahkan baru di obatinya. Dan itu bukanlah sesuatu hal yg menyenangkan.

Tetapi, di lain hal ia pun sudah melibatkan sahabatnya dalam permasalahan pribadinya, terutama Alea yg ia jadikan pion untuk memberikan informasi pada Virgo. Jadi wajar bila Alea marah dengannya.

Udara Keyra pasok kedalam paru-paru sampai penuh. Mempersiapkan diri sebelum memulai cerita yg sangat panjang dan menyesakkan. Walaupun sedikit enggan, inilah satu-satunya pilihan yg ia punya sekarang. Bercerita tentang hubungannya dengan Virgo, termasuk masa lalu yg mustahil tak diikutkan.

Perlahan mata Keyra mulai terbuka, yg kemudian diarahkan tepat pada Alea. "Gue minta maaf Alea, karena ngga bilang apa-apa setelah gue manfaatin lo buat kepentingan gue sendiri." atensi Alea dan Audrey langsung berpusat pada Keyra. Mendengarkan dan memperhatikan dalam keterdiaman. "Bukan gue ngga mau cerita sama kalian, tapi kisah gue sama Virgo itu terlalu rumit buat dijelasin secara singkat. Dan buat ceritain semuanya, jujur itu bakal bikin gue ngerasa ngga enak hati lagi."

"Gue ngga minta lo jelasin semuanya Key." terang Alea tanpa nada tinggi seperti tadi. "Gue cuma minta mau tahu apa keputusan lo tentang hubungan kalian, cuma itu doang. Biar gue bisa naruh sikap yg tepat saat ketemu Virgo nanti. Soalnya Virgo itu temenan sama Danang yg sekarang jadi cowok gue. Jadi kedepannya gue pasti bakal lebih sering ketemu sama dia."

Mendadak mata Audrey membulat penuh menatap perempuan disampingnya. Tangan kanannya yg semula masih bergerak dipunggung Alea pun sudah berubah haluan membekap mulutnya sendiri. "Lo jadian sama Danang Lea? Kenapa lo ngga bilang-bilang sama kita? Terus gimana sama Arsya? Lo udah putusin dia?" rentetan pertanyaan langsung Audrey keluarkan, yg seketika membuat Alea sadar jika telah keceplosan.

"Eh," kepanikan langsung melanda Alea yg tahu harus mengelak bagaimana. "Emmm.." kebingungan dalam menjelaskan bisa terlihat dari arah netra Alea menatap yg sering pindah-pindah tempat.

Kontan senyum kecil terbit di bibir Keyra melihat Alea yg nampak salah tingkah. "Kayaknya bukan gue doang deh yg harus jelasin sesuatu."

Helaan napas Alea keluarkan. Pasrah dengan keadaan yg terjadi atas kebodohannya sendiri. "Iya, gue sama Danang akhirnya jadian." akui Alea terpaksa jujur. Padahal ia mau menyembunyikan hubungan barunya dengan Danang dulu. "Dan sebenarnya Danang juga yg ngasih tau gue, jum'at lalu dia ngelihat lo sama Virgo di basement lagi adu mulut."

Mata Keyra sontak melebar. "Dia ada bilang apa aja sama lo?" sambarnya cepat karena sangat penasaran. Bila Danang melihat dirinya dengan Virgo waktu itu, kemungkinan besar Danang juga mendengar pembicaraan mereka terkait kehamilan yg pernah ia alami.

"Awalnya dia nanya apa lo temen gue. Habis itu dia ngasih tau kalau liat Virgo sama lo di basement jum'at lalu. Itu doang, sih. Soalnya gue langsung heboh dan buru-buru nelpon lo. Gue kesini cepet juga karena ngehindarin Virgo yg dateng ke apartemen Danang."

"V-virgo disini?" mata Keyra bertambah lebar karena keterkejutan. Gelenyar aneh langsung menjalar di dadanya setelah mendapat info kalau Virgo ada didekatnya. Mendadak, ia merasa suhu di sekitarnya terasa jauh lebih dingin. Atau mungkin, justru tubuhnya sendiri lah menjadi lebih dingin.

Audrey yg sedari tadi terus memperhatikan Keyra pun jadi kebingungan saat Keyra tiba-tiba menundukan padangannya. "Key?"

Dan ketika Keyra kembali menegakkan kepala, Audrey dan Alea langsung dibuat terkejut oleh perubahan mata Keyra yg menjadi kemerahan, lengkap dengan selimut bening yg menghiasi.

"Lo kenapa?"

"Keyra."

Kompak mereka berdua langsung mendekati Keyra di kedua sisi. Kepanikan dan rasa terkejut melanda mereka. Tapi di saat yg bersamaan mereka juga bingung kenapa Keyra bisa bersikap seperti itu.

Hingga samar keduanya bisa menyadari, bahwa sikap yg ditunjukkan Keyra sekarang agaknya terlihat sama dengan saat dikafe, sewaktu Alea bilang jika Virgo menanyakan dan mencari Keyra.

"Gue ngga papa." suara yg Keyra keluarkan terdengar cukup bergetar, sangat bertolak belakang dengan kalimat yg diucapkan.

Menarik napas secara dalam Keyra lakukan, lalu dihembuskan secara perlahan agar bisa kembali tenang. Mendengar bahwa Virgo berada di dekatnya sedikit membuatnya kacau kembali. Padahal matanya tak bisa melihat sosok pria itu, tapi kenapa tubuhnya bereaksi berlebihan seperti ini?

"Udah deh, ngga usah bahas-bahas Virgo lagi." jengkel Audrey yg berada di sisi kanan Keyra. Tangannya melakukan hal yg sama seperti yg telah dilakukannya pada Alea beberapa saat lalu. "Masa lalu udah biar jadi masa lalu. Ngga perlu di omongin dan ungkit-ungkit lagi."

Anggukkan setuju Alea berikan. Ia kembali merasa bersalah setelah melihat ekspresi Keyra barusan. "Iya, lupain aja Key. Gue ngga pengen tahu, udah ngga penting lagi."

Gelengan pelan Keyra lakukan sembari menangkup dua tangan yg ada di pundaknya. "Engga, gue mau bagi cerita ke kalian. Boleh kan?" tanya-nya sambil menatap Alea dan Audrey bergantian. "Gue sedikit lega setelah ngomongin semuanya ke Virgo beberapa hari lalu. Dan dengan cerita ke kalian, siapa tahu hal yg sama bakal gue alamin lagi. Biar gue bisa lepas dari sedikit beban yg masih ada di badan."

Saling pandang terjadi pada Audrey dan Alea dalam diam. Bahasa kalbu dan telepati coba dilakukan. Namun nihil, hanya ada kernyitan yg terjadi tanpa bisa saling memahami.

"Jum'at lalu, secara ngga sengaja akhirnya Virgo bisa nemuin gue. Padahal kalo di kira-kira, harusnya itu ngga mungkin. Walaupun satu kampus, itu cuma baru beberapa jam setelah Alea ngasih tau ke dia tentang keberadaan gue, dan itupun ngga detail."

Persetujuan Alea berikan dalam diam. Ia sendiri sangat terkejut saat mendapat informasi dari Danang beberapa waktu lalu, apalagi Keyra saat itu.

"Kita sempat cek-cok dan emosi. Gue juga mau pergi karena jelas belum siap buat ketemu secepat itu. Tapi akhirnya gagal juga karena Virgo ngga ngebiarin. Bahkan sempat ada tangis-tangisan juga, sebelum akhirnya kita bisa bicara secara baik-baik." senyum simpul hadir dibibir Keyra. Ekspresi yg menimbulkan kebingungan Alea dan Audrey yg melihatnya. "Dari sana akhirnya sebuah keputusan diambil. Kita ngga bisa bareng-bareng lagi walaupun masih punya rasa satu sama lain. Gue minta dia buat buktiin cintanya, dengan cara ngejauhin gue."

"Hah?" kaget Audrey dengan kalimat terakhir yg sangat membingungkan.

"Menurut kalian gue jahat ngga?" kembali Keyra menatap dua sahabatnya bergantian. "Virgo udah nyari gue bertahun-tahun, tapi setelah ketemu malah gue jebak buat ngejahuin dengan embel-embel pembuktian cinta." tawa kecil keluar begitu saja dari mulut Keyra. Padahal ia sendiri tak tahu dimana letak kelucuannya. "Ngga tau karena bego atau emang benar-benar cinta, tapi Virgo iyain permintaan gue yg bertolak belakang sama usahanya selama ini."

Untuk sesaat Audrey dan Alea terdiam mencerna omongan Keyra, sebelum akhirnya Audrey memilih untuk mengatakan pemikirannya. "Kalau ngga salah, lo tadi bilang kalau kalian masih punya rasa satu sama lain, kan?" Keyra mengiyakan dengan anggukan yg disertai senyum menawan. "Jadi lo pasti punya alasan kenapa bisa minta hal itu sama Virgo."

Anggukan cukup puas Keyra berikan atas kesimpulan yg Audrey buat. Memang sahabatnya satu ini pendengar dan penyimpul informasi yg baik. "Karena peran Virgo dalam perubahan hidup gue terlalu besar, makanya gue ngga bisa sama dia walaupun masih punya rasa."

Sedikit demi sedikit, rasa penasaran mulai tercipta pada diri Alea dan Audrey atas kisah Keyra. Selain fakta bahwa Keyra tak pernah menceritakan tentang dirinya selama ini, kisah yg ada pada diri Keyra sendiri pun sepertinya terlihat sangat menarik untuk disimak. Mereka sangat-sangat ingin tahu.

"Gue yg dulu sangat beda sama gue yg kalian kenal sekarang." ungkap Keyra sebuah fakta yg cukup membuat kening Alea dan Ausrey mengernyit penasaran.
"Dulu, waktu SMA, gue itu anak yg populer banget. Cewek dan cowok dari seangkatan sampai kakak kelas pada deketin gue dari awal MOS. Kata mereka, itu karena gue cantik, pintar, ceria dan mudah bergaul."

"Lo yakin mereka bilang mudah bergaul dan ceria?" sangsi Alea yg sedikit berat ingin percaya.

Kalau soal cantik, pintar dan populer, tak akan ada yg membantah atau meragukan hal itu pada diri Keyra. Tapi tentang dua kata sifat yg terakhir, itu terlalu sulit dibayangkan olehnya. Sebab selama berteman dengan Keyra, tak pernah sekalipun Alea melihat dua kata sifat itu muncul dari diri sahabatnya. Justru yg ada malah sebaliknya, kedinginan yg membuat sosoknya sangat sulit untuk didekati selalu Keyra keluarkan setiap saat.

Mata Keyra sedikit menyipit karena tawa yg di keluarkan. "Kelihatan ngga mungkin ya?"

Tanpa ragu, Audrey dan Alea sigap mengangguk bersama-sama, membuat tawa geli Keyra semakin menjadi walau tak berlangsung lama.

"Tapi di balik itu semua, sebenarnya gue kesepian. Soalnya mereka mau temenan dan deketin gue cuma karena ada maunya. Para cowok karena fisik, dan para cewek karena popularitas dan kepintaran gue." sebuah fakta yg cukup menyedihkan untuk menghadirkan sebuah senyum diwajah Keyra. "Di sosial gue ngga bisa dapet temen beneran, di rumah gue juga ngga dapet perhatian. Bokap selalu sibuk sama urusan dan kerjaanya. klise banget emang, tapi itu jadi hal krusial bagi gue, buat seorang anak yg seumur hidup ngga pernah tahu wajah ibunya kayak gimana."

Ketenangan yg sangat apik Keyra tunjukkan. Seakan, apa yg di ceritakannya barusan hanyalah sebuah dongeng pengantar tidur. Tapi bagi Audrey dan Alea, kisah Keyra tersebut lebih mirip cerita horor yg sangat menyeramkan. Membuat mereka merinding dan terkejut disaat yg bersamaan.

Tidak seperti kisah Keyra yg berhenti pada bagian yg menyeramkan, kisah yg Virgo dengar Danang mempunyai akhir yg lebih menyenangkan. Sangat jelas, padat, namun tak meninggalkan detail yg bisa dibayangkan pikiran.

Senyum geli bercampur senang masih belum luntur dari wajah Virgo yg tengah geleng-geleng kepala tak percaya. Bagian terakhir dari cerita Danang membuatnya tak habis pikir. Bagimana sebuah ide luar biasa bisa dihadirkan oleh Alea.

"Serius, gue ngga expect Alea bisa punya pemikiran kayak gitu." jujur Virgo mengeluarkan pernyataan. Senyum geli masih tak mau luntur dari wajahnya. "Tapi karena variabel yg ngga terduga itu, justru akhirnya kalian malah bisa bareng-bareng lagi dengan hubungan yg lebih serius."

"Iya," Danang mengangguk setuju. Namun wajahnya tidak memperlihatkan kesenangan yg sama seperti pada Virgo. "Tapi gue ngga bisa bohong, kalau dibalik itu, gue masih ada sedikit keraguan." jujur Danang mengungkapkan perasaan. "Soalnya dilihat dari sisi manapun, kerugian yg bakal kita dapet jauh lebih besar dari manfaatnya."

"Emang," sahut Virgo lebih cepat dari yg terduga. "Lo bisa contoh dari apa yg lo denger waktu itu, kan? Waktu gue cek-cok sama Keyra jum'at lalu."

"Oh, jadi namanya Keyra." koor Danang pura-pura tidak tahu. Sungguh aktingnya sangat layak mendapatkan piala Panasonic. "Tapi contoh yg mana emang? Soalnya gue cuma denger sedikit doang waktu itu."

"Lo ngga denger dari awal emang?" tanya Virgo cukup terkejut. Pasalnya, ia mengira Danang sudah tahu kisahnya bersama Keyra tentang kehamilan itu. Makanya ia berpikir Danang punya keraguan akan rencana yg dilakukannya bersama Alea dari sana.

"Engga," Danang menggeleng pelan sambil mengingat-ingat kejadian yg pertama ia dengar dan saksikan. "Gue mulai nguping pembicaraan kalian itu, kalau ngga salah waktu dia minta bukti cinta sama lo."

Virgo tak bisa menahan diri untuk tersenyum. Ternyata ia sudah salah sangka, mengira Danang sudah mendengar semuanya. "Gue kirain udah denger semuanya." gumam Virgo pelan namun masih bisa terdengar oleh Danang. "Jadi gue harus cerita dari awal nih?"

"Terserah lo," bahu Danang mengendik kompak. "Orang lo ini yg mau cerita."

Kedua lengan Virgo jadikan tumpuan tubuh diatas pembatas balkon."Namanya Keyra Eloonora." Sedikit merileks-kan tubuh coba Virgo lakukan sebelum memulai cerita yg sama sekali tidak pendek. "Kita kenal dan pacaran waktu kelas dua SMA. Tapi kita beda sekolah."

Danang memasang telinganya dengan serius. Fokus mendengarkan Virgo yg akhirnya untuk pertama kali mau membuka diri.

"Selama kurang lebih dua tahun pacaran, satu kali kita sempat putus sebelum yg terakhir ini. Alasannya, adalah gara-gara gue selingkuh. Lebih tepatnya gue udah punya cewek lain sebelum jadian sama dia sih." detail kejadian masa lalu coba Virgo gali dalam ingatan. Untuk sekali ini saja, ia ingin menceritakan semua keluh-kesah perjalan hidupnya. Karena dengan itu, siapa tahu yg Alam katakan tempo hari memang benar terbukti. "Keyra emang bukan pacar pertama, tapi dia orang pertama yg bisa bikin gue jatuh cinta."

Awal cerita yg cukup membingungkan bagi Danang. Tapi walaupun begitu, ia memilih untuk tetap diam dan mendengarkan. Pasti semuanya akan jelas sendiri nanti.

"Aneh kan? Bilang jatuh cinta kok malah selingkuh." Virgo tertawa geli dengan dirinya sendiri. Jenis tawa yg berbeda sebenarnya. Karena alasan ia tertawa adalah karena merasa miris dengan dirinya di masa lalu. "Jauh sebelum kenal Keyra, sebenarnya gue itu orang brengsek yg punya banyak cewek. Efek hal itu masih kebawa, walaupun udah gue akhirin waktu gue mulai kenal sama Keyra."

Dalam otak Virgo mencoba merangkai urutan masa lalu terlebih dahulu sebelum disampaikan lewat mulut. Tujuannya tentu saja agar berurutan dan bisa dibayangkan.

"Semua hal yg terjadi di dunia pasti ada alasannya, begitupun kelakuan gue waktu itu." jeda beberapa detik Virgo lakukan guna menghirup oksigen sedalam-dalamnya. "Dan untuk pemicu pertama, kenapa gue bisa jadi orang brengsek, itu karena Bunda ninggalin gue buat selama-lamanya setelah kena serangan jantung. Hal yg bikin gue terpukul dan sedih bukan main, secara gue deket banget sama dia."

Speechless, mungkin itulah kata yg tepat untuk menggambarkan bagaimana kondisi Danang yg setia terdiam. Baru saja Virgo mulai bercerita, namun sudah ada saja kesedihan mendalam yg diikutkan.

"Tapi disisi lain, gue juga sedikit bersyukur dengan meninggalnya Bunda, karena akhirnya dia bisa bebas dari penderitaan hidup yg udah dijalani selama hidupnya." Dalam sendu dan rindu yg kembali merasuk dalam dada, sedikit lengkungan senyum pun hadir pada Virgo yg tergiang hangat kasih sayang sang Bunda. "Semasa hidup, Bunda adalah orang paling kuat dan paling sabar yg pernah gue kenal. Soalnya dia sering dapet kekerasan fisik maupun mental sama Bokap gue, bahkan hampir setiap hari."

Mulut Danang terbuka dan terkatup beberapa kali tanpa adanya suara yg keluar. Ingin sekali ia mengeluarkan beberapa kata guna mewakilkan perasaanya, namun bahkan pita suaranya saja sampai tak bisa bergetar seperti sedia kala.

Hampir setengah tahun ia dan Virgo berteman, dan selama itu pula ia menyangka bahwa Virgo berasal dari keluarga yg utuh dan bahagia. Tapi kenyataan yg ada malah justru sebaliknya.

"Entah karena gue masih kecil, atau karena dia sayang gue yg mana itu musthail, tapi sekalipun gue ngga pernah kena pukul Bokap. Selalu Bunda yg dijadiin pelampiasan kalau dia lagi marah, dan gue pasti selalu ada sekeliling mereka saat kejadian rutin itu terjadi." tanpa sadar, telapak tangan Virgo yg bersembunyi diantara lengan terkepal sangat erat. "Tapi yg terjadi, gue selalu diem dan ngga bisa ngelakuin apapun buat Bunda, walau sekedar teriakan. Setiap saat gue ngutuk diri sendiri ketika dengar tangisan Bunda di tengah malem."

Rasa sakit nyata masih bisa Virgo rasakan saat teringat hal-hal menyedihkan itu. Dan setiap kembali teringat, maka ia kembali pula membenci dirinya sendiri yg tak bisa melakukan apa-apa. Padahal ia seorang pria, tapi hanya bisa terdiam ketakutan saat menyaksikan sebuah penyiksaan.

"Setahun setelah Bunda pergi, Ayah bilang kalau dia mau nikah lagi. Jujur disitu gue ngerasa ngga terima dan sedikit takut kalau penganiayaan bakal terjadi lagi. Tapi lagi-lagi gue cuma bisa diem aja sampai akhirnya bokap nikah sama mama tiri gue yg sekarang. Untungnya ketakutan gue itu pernah terjadi, dan malah setahun setelahnya mama tiri gue ngelahirin anak cowok." Senyum Virgo hadir karena teringat tingkah lucu adiknya yg kini sudah berumur lima tahunan. "Tapi disitu gue justru punya ketakutan baru, takut sama kesendirian. Karena setelah adik gue lahir, gue mulai dicampakan dan ngga diperhatiin lagi." Untuk sejenak, kembali Virgo terdiam dan mengambil napas dalam-dalam.

Seharusnya itu waktu yg tepat bagi Danang bertanya, bila ada sebuah hal yg membuatnya penasaran. Tapi sayangnya hal itu tak pernah terjadi sampai Virgo melanjutkan ceritanya lagi.

"Karena gue ngga dapet perhatian dari dalam rumah, otomatis gue nyari hal itu di luaran. Gue mulai gila-gilaan nyari temen tanpa peduli asal-usulnya. Kebanyakan dari mereka anak luar sekolah yg umurnya jauh diatas gue. Semua hal gue ikutin supaya diterima circle mereka. Jadilah gue mulai ngerokok dan mabuk-mabukan waktu itu."

Bila dulu Virgo sangat bangga melakukan hal-hal itu, untuk sekarang ia bergidik geli dan merasa malu.

"Misi gue emang berhasil, tapi setelahnya gue baru sadar, kalau selama ini mereka cuma orang yg mau deket kalo lagi seneng doang. Jadilah akhirnya gue ngerubah strategi dan mulai nyari pacar saat masuk SMA. Hasilnya memuaskan, banyak yg kena sama kata-kata gue waktu itu. Sampai di kelas dua, disitulah gue ngga sengaja ketemu Keyra, disebuah tempat dan suasana yg ngga gue sangka-sangka."

Pancaran rasa bahagia timbul diwajah Virgo. Pasalnya, hari saat ia bertemu Keyra adalah salah satu kenangan bahagia yg melekat erat diingatannya. Sama kuatnya dengan ingatan Keyra saat dirinya menemukan sebuah circle pertemanan yg sangat menyenangkan.

"Walaupun gue bilang, orang-orang yg deketin gue cuma karena ada maunya, bukan berarti ngga ada yg bener-bener tulus pengen temenan sama gue." mulai dari sini, kenanganyg akan Keyra ceritakan semakin berat dari sebelumnya. "Singkat cerita, akhirnya gue gabung sebuah circle yg orang-orangnya heboh dan begajulan. Alasan kenapa gue mau gabung circle yg isinya dua cewek dan cowok itu, karena mereka apa adanya dan ngga fake kayak yg lain."

Sembari bercerita, rupanya imajinasi Keyra juga bekerja memproyeksikan kilas balik itu menjadi gambar dalam kepala. Masa indah itu masih terekam apik di ingatannya. Semua detail tiada yg terlupakan, sebab itu adalah sedikit kenangan manis sebelum badai besar menerjang.

"Dari circle baru itu, akhirnya gue bisa ngerasain yg namanya ikatan erat pertemanan. Bercandaan kita emang sedikit kasar dan gaya hidupnya juga pada liar, tapi kita saling care dan protect satu sama lain. Dan itu yg bikin gue ngerasa bahagia banget waktu itu. Karena akhirnya gue bisa ngerasain perhatian walaupun ngga dari keluarga."

Sedikit kehangatan merasuk di hati Keyra hanya dari menceritakan itu kembali. Sampai-sampai kehangatan itu pun ikut dirasakan Audrey dan Alea yg bisa melihat proyeksi bahagia diwajah Keyra.

"Hampir setiap hari kita selalu bareng-bareng kayak kembar lima. Kalau ada satu yg pergi, lainya pasti bakal ngikutin. Bahkan gue selalu di antar-jemput gantian sama mereka, soalnya cuma gue sendiri yg belom di bolehin bawa kendaraan."

"Gila, solid banget pertemanan kalian." celetuk Alea tak tahan ingin berkomentar. Ia bisa mengerti bahagianya Keyra kala itu, karena ia juga mempunyai Danang yg melakukan hal sama pada dirinya dulu. Seseorang yg suka dan rela memperlakukan dirinya sebagai keutamaan tanpa pernah mengeluh sedikitpun.

Untungnya Alea tak kehilangan sosok Danang yg perhatian, malah sekarang hubungan mereka lebih erat dari sebelumnya. Sangat patut untuk disyukuri, dan ia pun tak ingin meminta lebih dari ini. Cukup Danang, dan hanya Danang seorang.




Tidak salah menjadikan rupa dan harta sebagai tolak ukur kepantasan.
Hanya saja, bukankah lebih baik memastikan hal yg tak kasat mata seperti tekad, usaha dan cinta sebagai yg pertama?
Sebab, bagi orang yg benar-benar cinta, segunung harta sebagai syarat bukanlah apa-apa.

~J_bOxxx~
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd