Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Konspirasi Tragedi Minggu Berdarah 1982 [WARNING GRAPHIC CONTENT!!!]

Bimabet
Ibarat laut semakin dalam semakin keliatan tenang,padahal arus bawahnya begitu menakutkan..begitulah orba,keliatan damai,aman.***k pernah kita dengar di jaman orba ada perampok yg pakai senjata api/bom..paling top golok,hebat kan? Tapi coba lihat sisi lain selain keamanan..bagaimana ruwetnya pengurusan dokumen,calo yg seabrek" mulai dari calo terminal sampe calo proyek,tidak meratanya pembangunan barat dan timur,kekayaan alam yg di curi secara ugal"an,nepotisme mulai dari anak,mantu,adik,sepupu,cucu dan kerabat" dekat..nah,kalo dibilang jaman reformasi itu kemunduran,apakah kita semua masih merasa ruwet mengurus dokumen mulai dari kelas STNK sampe LPSE?maaf kalo namanya antri itu wajar ya,tdk mungkin semua bisa puas tp minimal lebih baik,tidak ada lagi calo yg frontal menarik" kita utk ikut mau mereka,pakai jasa mereka..paling tidak di sebagian jawa sdh saya rasa begitu,pembangunan yg mulai dikejar utk meratakan barat dan timur,nepotisme yg mungkin masih ada tp sdh tidak separah masa lalu..semua itu adalah kemajuan,proses tidak seperti makan cabe, semua butuh dukungan,apresiasi positif,,pastilah kalo kita patokannya dengan negara lain kita akan terus kecewa,kalo menurut pandangan saya,masa sekarang jauh lebih baik walau masih jauh dari sempurna.

Mantapp yang pengen jaman orba lagi sih ga abis pikir jalan pikiran tuh orang
 
SAYANG pada tahun 1998 Pak Harto sudah uzur dan (mungkin) semangatnya juga sudah menurun..... kalau beliau berkehendak saat itu seluruh pemberontakan akan terbasmi dan orde gagal total produk reformasi bodoh yang tidak ada gunanya ini tidak akan ada....... kehilangan 10-20% penduduk karena menjadi korban demi tegaknya sebuah negara dan rezim adalah lumrah dan tidak masalah kok.


Orde Baru adalah masa keemasan Indonesia setelah kemerdekaan, saat itulah kita merasakan sungguh - sungguh bahwa kita adalah warga sebuah negara yang disebut macan asia, sebagai warga yang disegani dan dihargai oleh dunia dan kemanapun di bagian dunia ini kita pergi kita merasakan kewibawaan negara kita..

Bukan seperti sekarang ini kemanapun kita pergi kita dipelakukan dan dicibir sebagai warga sebuah negara kelas dua atau kelas tiga yang tidak memiliki sesuatu apapun untuk dibanggakan......

Sama negara maling tetangga saja 10 tahun kita sembah sujud dan pasrah di injak injak harga diri kita

Bagaimanapun juga militer yang tegas dengan kontrol ketat atas negara harus kembali berkuasa baru bisa memulihkan kerusakan yang terjadi...

Kembalikan polisi dibawah TNI, kembalikan Dwi Fungsi ABRI/TNI, tumpas habis semua demonstran.... negara harus mengontrol semua segi kehidupan masyarakatnya... aktifkan lagi Laksus dan laksusda di semua daerah.... tanpa itu kita hanya akan menyongsong kehancuran NKRI

Bukan karena sudah uzur, tapi beliau tidak mendengarkan nasehat para penasehat nya, yakni di tahun 1997 saat pemilu beliau harus melepaskan ambisi untuk duduk di kursi presiden, saat itu sebenarnya terjadi perdebatan antara sang jenderal dengan para penasehat pribadi nya, karena kader yang cocok ngga ada.(saat itulah beliau memilih mbak tutut sebagai menteri, untuk mengajarkan putrinya berpolitik).
kenapa beliau memilih habibie sebagai pendamping..??
Karena rencana beliau di masa pemerintahan berikutnya, menjadikan indonesia negara industri, karena indonesia butuh persiapan untuk menghadapi era millennium, yakni tahun 2000, dimana saat itu di gadang gadang kan era millennium di seluruh penjuru bumi, yang mana era millennium yang dimaksud adalah era industri. (Tilik kembali kapan elektronik mulai merajai pasar indonesia, bahkan pasar dunia).

OOT dikit yaa all...

Karena wacana reformasi dari provokasi manusia yang tak bertanggung jawab inilah rencana sang jenderal gagal menjalankan misi di periode terakhirnya.
Lihatlah sekarang, indonesia adalah 1 1 nya negara yang paling berpotensi bagi negara penghasil elektronik, automotive dsb. Untuk menjadi target pasar mereka.

Karena reformasi gagal inilah watak manusia indonesia menjadi konsumen..

Perhatikan saja saat ini :
1.kerja keras upah rendah hanya bisa iri melihat mereka yang bisa beli beli barang, karena hasil kerja hanya untuk biaya hidup saja, jika beli sesuatu hasil dari hutang kepada yang lain nya atau bersabar menunggu bonus tahunan.

2.kerja keras upah standar iri melihat mereka yang punya barang mewah, padahal kegunaannya sama.

Karena reformasi dari provokator tak bertanggung jawab lah karakter bangsa indonesia menjadi manusia yang hanya memikirkan hari ini saja, tanpa memikirkan hari esok.

Karena reformasi gagal inilah yang membentuk pola pikir bang aa menjadi bangsa penikmat, tanpa pernah berpikir agar menjadi produsen.
padahal jika menjadi produsen, tentu kita bisa menikmati 22 nya, hasil dan untung.

Yang lainnya saya setuju sis liana, kecuali tumpas habis para demonstran, karena para demonstran itu adalah bangsa kita juga, Indonesia bukan negara kerajaan, tapi negara republik yang memiliki dasar (pancasila). Sila ke 4.
Maka ikutilah dasar dasar yang sudah di gagas oleh sang proklamator.

Yang tidak bagus dari orba adalah :
- pembodohan publik.
- cara menyelesaikan suatu masalah (tidak mengikuti sila ke 4).

Indonesia tidak butuh HAM, indonesia dengan pancasila saja sudah cukup andaikan rakyat dan pemerintah bersama sama menjalankan nya (jangan di salah artikan seperti sang jenderal, bisa ke pembodohan publik nanti).

Yang lalu biarkan jadi pelajaran untuk masa mendatang, ambil baiknya buang buruknya.
pilihlah capres yang bisa menjalankan amanah, karena 3 periode ini presiden hanya berdasarkan dari pencitraan, sebagai rakyat kita harus jeli menilai dengan cepat karakter calon pemimpin.

Sekian dulu dari nubie yang terhina ini.
nanti jika terbuka lagi pemikiran nubie, akan nubie paparkan di comment selanjutnya.
maaf jika sedikit gantung dan OOT, karena saat ini pikiran nubie belum bisa fokus di 1 titik.

Izin nyimak lagi.

:D
 
jaman orba sama sekarang plus minus ga beda jauh.
yg bilang jaman orba lebih enak karena belom ngalamin langsung dilapangan saat chaos.saya ngalamin ga enaknya mulai dari saya masih SD saat pawai kampanye saya hendak pulang dengan ibu saya ke rumah dengan bus bertepatan pawai salah satu partai entah knapa bus yg saya tumpangi di lempar batu akhirnya terjadi saling lempar antara masyarakat dan massa partai yg akhirnya terdengan brondongongan senjata dimana2 selama 4 jam seluruh penumpang bus merunduk takut kena serpihan kaca dan peluru nyasar,entah brapa korban yg kena krn begitu ada kesempatan kabur supir langsung tancap gas dgn keadaan bus yg porak poranda.dan berita ini tak pernah terekspos.
pengalaman kedua saat SMA mengalami tragedi 98 kerusuhan semua anak muda yg di jalan di comot ga peduli hanya penonton atau pelaku saat kami lari peluru berterbangan dimana2 hanya sekitar 2 meter sebelah saya terkena peluru tepat di kepala,darah kemana2.saat itu yg dipikiran saya hanya lari sembunyi padahal saya hanya "penonton" bkn pelaku demo.banyak yg di ciduk.
itu yang dinamakan iseh penak jamanku?
jaman sekarang tidak se frontal jaman orba tapi saya bilang jaman sekarang itu kaya rayap grogotin semua dr dalem tinggal tunggu ambruknya,kekerasan ga sekedar "hak"aparat tp orang2 bayaran dan orang2 nekat demi bisa mabok dan foya2.
mau dibawa kemana bangsa kita?ga sah bandingin enak mana lah sama aja.mendingan pikirin gimana supaya ga kejadian lagi,
 
jaman orba sama sekarang plus minus ga beda jauh.
yg bilang jaman orba lebih enak karena belom ngalamin langsung dilapangan saat chaos.saya ngalamin ga enaknya mulai dari saya masih SD saat pawai kampanye saya hendak pulang dengan ibu saya ke rumah dengan bus bertepatan pawai salah satu partai entah knapa bus yg saya tumpangi di lempar batu akhirnya terjadi saling lempar antara masyarakat dan massa partai yg akhirnya terdengan brondongongan senjata dimana2 selama 4 jam seluruh penumpang bus merunduk takut kena serpihan kaca dan peluru nyasar,entah brapa korban yg kena krn begitu ada kesempatan kabur supir langsung tancap gas dgn keadaan bus yg porak poranda.dan berita ini tak pernah terekspos.
pengalaman kedua saat SMA mengalami tragedi 98 kerusuhan semua anak muda yg di jalan di comot ga peduli hanya penonton atau pelaku saat kami lari peluru berterbangan dimana2 hanya sekitar 2 meter sebelah saya terkena peluru tepat di kepala,darah kemana2.saat itu yg dipikiran saya hanya lari sembunyi padahal saya hanya "penonton" bkn pelaku demo.banyak yg di ciduk.
itu yang dinamakan iseh penak jamanku?
jaman sekarang tidak se frontal jaman orba tapi saya bilang jaman sekarang itu kaya rayap grogotin semua dr dalem tinggal tunggu ambruknya,kekerasan ga sekedar "hak"aparat tp orang2 bayaran dan orang2 nekat demi bisa mabok dan foya2.
mau dibawa kemana bangsa kita?ga sah bandingin enak mana lah sama aja.mendingan pikirin gimana supaya ga kejadian lagi,

Setuju sama pendapat diatas.. Yang penting kita sama2 mencegah hal tersebut bisa kejadian lagi
 
Tidak ada negara/sistem kekuSaan dengan tatatanan sempurna yang memenuhi kemauan penguasa dan rakyyat secara bersamaan , klo ada itu cuma sebatas utopia. semakin besar kekuasaan yg dimiliki semakin besar penyimpangan yg terjadi. Rezim soeharto, kekuSaan berada pada lingkaran terdekatnya penyimpangan terjadi oleh kroni kroninya (masih bisa terkontrol lsg oleh soeharto cs). Masa skrg kekuasaan tersebar di wilayah masing2 memunculkan raja rajA kecil dengan kekuasaannya dan tentu dengan segala penyimpangannya ( yg kontrol sapa?) Blum lagi organisasi kemasyarakatan dan organisasi paramiliter yg menjamur berkT reformasi yg kebablasan. Blum lg konflik horizontal pasca reformasi entah berbau SARA atau bukan, hal tersebut akibat pemerintahan yg menurut ane lemah. Wew.. Jd mending mana?? Ya mending ngebangun negara yg lebih baik dengan melihat sejarah ambil yang baik buang yg jelek..
 
Mbak liana, buruan bergerak, jgn berdebat mulu. Kapan tercipta / bangkit lagi masa seperti orde baru seperti yg mbak Li inginkan, jika sibuk berdebat saja..

;) :semangat:
 
Sepertinya kasus tsb tdk hanya ada di jkt, tp juga ada di Bandung, soalnya ane pernah baca juga sih. Di tempat kelahiran ane pun pernah terjadi, tp saat itu ane masih kecil... Kota Semarang...
 
Ada kalanya tangan besi perlu dalam menumpas ky preman/ormas2, teroris yg rusuh yg membhayakan NKRI,, biar ada efek shock trapi buat yg mw buat rusuh.. dg tembak d tempt mungkin,, tapi klo tangan besi ky kisah di TS tangan besi salah arah u/ kepentingan sendiri aja...

Nice info hu :cendol:
 
disetiap negara pasti memiliki sejarah yang kelam, tp menurut hemat nubie sebaiknya peristiwa ini harus menjadi pembelajaran untuk bangsa indonesia kedepan agar bisa lebih maju


tambah lagi catatan hitam di buku sejarah nubie
 
Ane blom lahir waktu itu,baca dan tau baru pas baca thread ini..sejarah kelam negara dunia ketiga :mantap:
 
Menurut saya setiap masa punya 'keenakan' nya masing-masing. Gunakan ukuran/kriteria pada masa tersebut... Standar ukuran hari ini takkan mampu obyektif menilai peristiwa masa lalu... atau sebaliknya..
 
mungkin msh bnyk tragedi yg blm bnyk d ketahui publik...
ijin nyimak
smoga bsa jd pelajaran buat anak cucu kta nnti
 
[size=+2]
“ Tragedi Minggu Berdarah 1982 ″[/size]

Tragedi Tak Tercatat Dikala Militerisasi Berkuasa di Era “Rezim New Order”

Aparat Tembaki Warga Hingga Tewas Saat Kampanye di Era “Orde Baru” Pada Pemilu 1982 di Jakarta

Ketika kelompok yang memiliki kekuatan kekuasaan, kekuatan finansial, kekuatan teknologi dan kekuatan senjata, menindas kelompok yang hanya memiliki kekuatan harapan dan moral dan setumpuk kerentanan.

Karena pembungkaman media dimasa Orde Baru, maka tragedi berdarah ini oleh masyarakat “tak tercium” , tak terdengar, tak tercatat apalagi memiliki sebuah nama.

Berikut adalah sepenggal cerita kesaksian dari A.Haryandoko D, saksi hidup dari peristiwa kekejaman Tragedi Minggu Berdarah 1982 di masa orde baru.

Kampanye Pemilu Legislatif 1982

Saya bekerja sebagai wartawan foto di sebuah majalah peternakan unggas “Poultry Indonesia” waktu itu, juga pada “Majalah Bursa Efek”. Selain itu saya banyak menggali informasi berkaitan dengan industri peternakan di Jawa dan Bali.

Momentum kampanye di era rezim Orde Baru adalah ladang pengambilan foto-foto yang bisa bersifat dokumenter dan bahkan spektakuler. Ini tidak lepas dari sifat pemerintahan waktu itu yang sangat-sangat represif.

Kenangan “Minggu Berdarah” di masa pemerintahan Presiden H. M. Suharto.

Minggu, 25 April 1982 09.00. Saya keluar dari rumah di Cempaka Putih, membawa kamera Yashica SLR dengan lensa telezoom 75-300mm, siap dengan film.

Naik bemo ke daerah Paseban di depan Universitas Indonesia di Salemba, lalu saya berjalan kaki menuju ke Pasar Senen.

Hari ini adalah hari giliran Partai “Golongan Karya” atau Golkar berkampanye.



Di depan Bioskop Grand, banyak orang berkelompok menunggu sesuatu di tepi jalan. Perasaan saya mengatakan, akan terjadi sesuatu disitu. Hal ini terlihat dari gelagat dan gerak orang-orang yang bergerombol disitu.

Kemudian saya berpindah tempat ke jembatan penyeberangan di dekat Bioskop Grand, yang sekarang sudah tak ada lagi bioskop itu.



Dari jembatan penyeberangan tersebut, saya ambil gambar pertama. Iring-iringan pawai saat kampanye Golkar mulai melewati tempat itu.

Mobil-mobil dan truk-truk dari pendukung “Golongan Karya” mulai melintas di depan kerumunan orang di tepi jalan.

Dia atas truk itu adalah masa pendukung Golkar, sedang yang menonton di tepi jalan adalah masa dari PDI dan PPP.

Mereka saling ejek mengejek. Disitu juga sudah bersiaga tentara dan polisi. Truk yang pertama lewat, kemudian disusul truk berikutnya. Masa pendukung Partai PDI dan Partai PPP saling mengejek dengan pendukung Golkar yang ada diatas truk itu.



Sopir truk berikutnya ini terpancing emosi dan menghentikan kendaraannya yang penuh dengan masa pendukung Golkar.

Karena merasa bersama dengan masa pendukung yang cukup banyak, maka sopir truk yang terdepan berhenti ketika diejek oleh massa yang menonoton di tepi jalan (PDI dan PPP).

Kerumunan massa yang berada di depan bioskop ini semakin mengejek ke massa yang ada di truk (dengan bendera Merah Putih), bahkan mulai ada yang melemparkan batu ke arah massa yang berada di atas truk.

Tentara dan polisi mulai bertindak, karena lempar-melempar bertambah seru. Polisi menyuruh truk untuk berjalan terus. Lemparan-lemparan batu masih terus berlangsung.



Kebetulan di sebelah Bioskop Grand, ada pembangunan ruko, jadi cukup tersedia banyak batu-batu untuk dilemparkan. Kerusuhan mulai terjadi ditengah massa yang saling melempar batu.

Tanpa peringatan apapun, kemudian tiba-tiba terdengar bunyi letusan-letusan dari senapan!

Saya terus mengambil foto, sambil bertiarap diatas jembatan penyeberangan.

Terdengar suara peluru banyak berdesingan ke arah jembatan di seberang, dan terdengar juga peluru mengenai besi-besi jembatan penyeberangan. Seketika massa berlari-lari kocar kacir menjauh menyelamatkan diri.

Namun….. setelah bunyi rentetan senjata sudah tak terdengar, pelahan saya bangkit dan turun dari jembatan penyeberangan.



Alhasil, di dekat ujung jembatan penyeberangan sebelah Bioskop Grand yang berada didepan gedung yang baru dibangun, telah bergelimpangan korban peluru tajam dari aparat bersenjata.

Saya ambil foto secara cepat, beberapa kali. Pada foto yang lain pria yang berbaju putih masih tampak berubah posisi dan tangannya bergerak. (Lihat pada gambar diatas, tangannya berubah posisi, menunjukkan masih hidup).

Juga seorang pemuda yang berkaos garis-garis, kepalanya berdarah dan masih bergerak, namun tak terekam atau tak terlihat pada foto saat ia bergerak. Foto berikutnya, saya ambil dari atas jembatan penyeberangan sebelum turun.

Terlihat juga seorang pemuda yang telah terkapar di dalam pagar bangunan. Punggungnya tertembus peluru, yang jelas bukan peluru karet.

Polisi melarang saya mengambil foto-foto. Mengapa? Mungkinkah mereka mau menutupi fakta tentang kekerasan yang telah merenggut jiwa ini?



Namun saya tetap terus mengambil foto-foto, bahkan foto polisi yang melarang saya memotret.

Saya dikejarnya, tentu saja saya tak mau diam, saya lari sambil jepretkan kamera kesana-sini.

Ketika saya berlari turun dari jembatan penyeberangan. Seseorang berambut gondrong dengan pakaian safari biru, memegang lengan saya dari belakang.

Lalu ia bertanya, “Apakah kamu mengetahui kejadian awalnya?”, tanya pria yang mencurigakan itu.

Seketika, saya mencium gelagat tidak baik dan langsung saya jawab, “Saya tidak tahu!”, sambil menepis tangan orang itu dan berlari meninggalkan tempat tersebut. Sambil berjalan cepat, saya masih sempatkan mengambil foto-foto insiden sekitar Salemba dan Kramat.

Lalu selanjutnya saya ke Monas dan ke Harmoni. Naik turun bis, sambil melihat ada tidak yang mengikuti saya!

Yang jelas, dan dengan sangat yakin, tragedi itu tak akan pernah ada yang berani memberitakannya, di media apapun juga. Memang sungguh menegangkan pada masa itu.



Hari-Hari Penuh Kekhawatiran

Pasca penembakan pada tragedi itu, dihari berikutnya saya cetak foto-foto di Jakarta Foto. Teman-teman di kantor sangat surprise atas hasil pemotretan saya.

Dikala Rezim Otoriter pada masa Orde Baru, sangat wajar mereka sekaligus mengingatkan saya, “Hendaknya hati-hati dengan foto-foto yang sangat sensitif itu.”

Melalui atasan saya yang punya hubungan dekat dengan perusahaan yang bergerak dibidang industri peternakan unggas milik Probosutedjo, (saudara tiri H.M. Suharto) P.T. Mercu Buana, akhirnya datang 4 orang yang mengaku kurir dari Bapak H.M. Suharto.



Mereka mengatakan,”Bapak (Presiden) hanya mau melihat foto-foto yang saya ambil……..”.

Namun anak kecil pada masanya pun tahu, hingga kapan pun, kasus ini tak akan pernah terbongkar. Terbukti hingga pada detik saat anda membaca artikel ini pun, tak banyak orang yang tahu, karena peristiwa seperti ini tak akan pernah ada beritanya, baik di televisi, koran, majalah, radio dan media massa apapun dimasanya.

Semoga saja dengan diturunkannya fakta sejarah yang telah terkubur rapi ini, dapat kembali mengingatkan kita semua – yang sangat sering dan mudah lupa.

Dan untuk yang tak mengalaminya, semoga mendapat pelajaran yang berharga.
“Piye kabare, sih enak di jamanku toh?”.

gemah ripah loh jinawi ijo royo2
salut utk bapak pembangunan

yg di bangun apa?
 
Adakah saksi mata (saksi sejarah) kasus ini selain Bpk. Haryandoko?
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd