Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Tiga Wanita : Vina, Inge dan Memey

Status
Please reply by conversation.
maaf karena kesibukan di real life baru bisa update...sekaligus juga minta maaf blm bisa buat indeksnya...hiks..hiks

Aku harus melakukan perjalanan dinas ke Jakarta untuk satu urusan kantor secara mendadak. Lewat jam istirahat siang aku baru diberitahu kalau harus berangkat hari ini juga karena ada pertemuan besok pagi. Aku pulang lebih cepat karena harus menyiapkan pakaian terlebih dahulu. Vina seharian tidak berada di kantor sehingga aku tidak bisa berpamitan dengannya. Kucoba menghubungi HP-nya tetapi tidak aktif.

Aku berangkat dengan pesawat terakhir ke Jakarta. Pukul lima sore aku berangkat menuju ke Jakarta. Perjalanan ke Jakarta hanya memakan waktu sejam lebih sedikit. Aku duduk di deretan kursi dekat gang. Di sebelahku seorang wanita sedang memasukkan tasnya ke dalam bagasi. Sekilas kuperhatikan lumayan cantik juga. Dari kulitnya aku menebak kalau ia keturunan China. Umurnya mungkin sedikit di atasku. Ia tersenyum dan permisi untuk masuk ke kursinya. Aku berdiri dan mempersilakan untuk duduk di kursi deretan tengah.

Tidak lama pesawatpun lepas landas. Aku mencoba untuk berbasa-basi dengan wanita itu, tetapi kelihatannya ia tidak begitu ramah menjawabnya. Karena kursi di dekat jendela kosong ia menggeser duduknya ke dekat jendela. Akhirnya aku berdiam diri, mungkin ia sedang tidak mood untuk ngobrol. Ketika pramugari membagikan snack dan air mineral aku mengangsurkan kepadanya. Ia hanya mengucapkan terima kasih dengan ekspresi datar.

Akhirnya aku mulai membayangkan setiba di Jakarta bisa menelpon Inge untuk menemaniku menghabiskan malam ini bersama-sama. Dari awal aku sengaja memang tidak menelpon Inge untuk memberikan kejutan, membalas kejutannya waktu itu yang tiba-tiba saja ia datang ke kotaku. Membayangkan bercinta semalaman dengan Inge membuat aku terangsang dan penisku mulai berdiri sehingga bagian depan celanaku menggembung. Hal ini membuat posisi dudukku menjadi tidak enak. Aku memutuskan ke toilet untuk membetulkan posisi penisku sekalian buang air kecil.

Pukul enam lewat sedikit aku sudah tiba di Bandara Sukarno-Hata. Dengan naik taksi aku menuju ke hotel langganan kantor untuk menginap. Dalam perjalanan aku coba menelpon Inge.
"Hallo, Inge sayang," kataku ketika sudah tersambung dengannya.
"Hey Anto. Apa kabar? Aku lagi ada acara di luar kota, besok baru kembali ke Jakarta," katanya.
"Oh ya. Sorry kalau gitu ngeganggu. Entar aja kutelpon lagi".
"Ya.. ya. Aku juga lagi ada pertemuan. Udahan dulu ya. Besok pagi aku telepon!" katanya sambil menutup telepon.
Hhhh, rupanya Inge sedang keluar kota. Malam ini nganggur deh, gerutuku.

Jam tujuh aku sudah tiba di hotel dan langsung mandi. Habis mandi dengan berjalan kaki aku keluar dari hotel untuk makan. Ketika keluar dari lobby hotel aku terkejut karena bertemu lagi dengan wanita yang dalam perjalanan di pesawat duduk di sebelahku. Iapun kelihatan terkejut melihatku. Aku mencoba untuk menyapanya.
"Lho, Ibu ada di sini juga?" kataku sambil mendekatinya.
"Iya, lagi ada urusan di Jakarta," katanya ramah.
Nada suaranya berbeda dengan ketika di pesawat tadi.
"Ibu mau kemana?" tanyaku lagi.
"Sebenarnya sih mau makan, cuma enggak tahu di mana makanan yang enak di sekitar sini. Lagi malas makan di restauran hotel".
"Kalau gitu gimana kalau kita jalan sedikit di sebelah hotel ada warung tenda yang enak. Kalau ibu tidak keberatan".
"Warung tenda? E.ee boleh kita coba makan ke sana".
"Iya memang warung tenda tapi menurutku masakannya enak dan tempatnya bersih," kataku meyakinkannya. Akhirnya kami berjalan menuju ke warung tenda yang terletak di sebelah hotel.

Kami duduk berhadapan di sebuah meja kecil. Suasana tidak terlalu ramai, pengunjung hanya setengah dari kapasitas warung.
"Sorry tadi di pesawat dicuekin Mas....ee siapa namanya? Dari tadi ketemu tapi belum kenalan," katanya agak malu-malu.
"Anto," kataku sambil mengulurkan tangan.
"Memey," katanya sambil menyambut tanganku.
"Sudahlah tidak usah dipikirkan, Ci. Saya tadi hanya menduga mungkin Ci Mey lagi be-te aja, jadi tidak mau diganggu. Biasa itu," kataku menetralisir.
"Jangan panggil saya Ci. Panggil saja namaku," sahutnya.
Tinggi Memey hanya beberapa senti saja di bawahku. Badannya langsing dan malahan terkesan agak kurus. Dadanya sedang-sedang saja tidak terlalu besar, tetapi pinggulnya cukup besar. Rambutnya lurus sebahu. Ia mengenakan kemeja dan rok sebatas lutut.

Aku memesan sate kambing dan sop buntut. Memey makan capcay sayuran saja tanpa daging.
"Kamu vegetarian, Mey?" tanyaku.
"Enggak juga. Cuma lagi ngurangin makan daging. Kalau ikan sih mau saja".
"Kenapa nggak pesan ikan. Tuh ada ikan bakar atau goreng".
"Enggak ah. Cukup untuk malam ini. Aku makan malam sedikit saja. Kadang hanya makan buah-buahan saja. Enak juga masakannya. Kamu sering makan di sini?" jawabnya.
"Kalau lagi ke Jakarta biasanya aku menginap di hotel ini dan menyempatkan makan di sini," kataku lagi.
Benar juga katanya. Ia hanya sedikit menghabiskan nasinya, tetapi capcaynya hampir habis semuanya.

Setelah makan aku melambaikan tangan kepada pelayan. Tetapi Memey lebih cepat. Ia langsung bergerak ke kasir dan membayar makanan kami. Aku menyusulnya.
"Mey jangan. Biar aku yang bayar," kataku.
"Enggak apa-apa. Hitung-hitung bayar tadi cuekin kamu di pesawat," katanya sambil tersenyum.
Agaknya ia masih merasa tidak enak dengan kejadian di pesawat tadi.

Setelah keluar dari warung tenda. Kami berjalan kembali ke hotel. Sekilas kulihat ada cineplex yang menjadi satu bagian dengan hotel.
"Mau langsung pulang, Mey?"
"Sebenarnya badanku capek, tapi rasanya aku belum ngantuk".
"Emmhh mau jalan dulu. Nonton film atau ..., sorry, ke diskotik kalau mau?" tanyaku memancingnya.
"Aku tidak suka ke diskotik. Terlalu bising dan ya, terlalu banyak benda-benda aneh di sana".
Sebenarnya aku juga tidak suka ke diskotik. Kalaupun ke diskotik aku hanya duduk-duduk saja sambil lihat orang berjingkrakan tidak karuan. Aku hanya memancing reaksinya saja.
"Oh, ya sudah. Silakan kalau mau kembali ke kamar. Aku mau lihat-lihat ke bioskop dulu. Siapa tahu ada film bagus," kataku lagi.
Ia tidak menjawab tetapi mengikuti langkahku ke arah cineplex.

Aku melihat-lihat gambar film yang diputar malam ini. Ada empat studio di cineplex ini. Salah satunya memutar film aksi.
"Gimana Mey. Mau nonton?" tanyaku.
"Kamu mau nonton yang mana To?" ia balas bertanya.
"Aku mau nonton film aksi ini," kataku.
"Aku pengennya nonton film drama di sebelahnya. Tapi kata temanku ceritanya jelek".
"Jadi?" pancingku.
"Aku ikut kamu saja deh," jawabnya.
Aku membeli tiket dan memilih tempat duduk yang agak sudut. Tidak lama kemudian kami masuk ke dalam studio.

Beberapa menit kemudian film mulai diputar. Dari awal ada beberapa adegan syur karena alur ceritanya memang terkait. Ketika film sampai pada adegan syur lagi Memey menahan nafasnya. Akupun menahan nafasku mencoba memadamkan gairah yang mulai timbul. Tiba-tiba tissu di tangannya jatuh. Secara refleks tangan kananku bergerak ke bawah berusaha menangkap tissu itu. Agaknya Memey pun melakukan gerak refleks yang sama denganku, bahkan dia bergerak sedikit lebih cepat. Tangan Memey berhasil menangkap tissu itu, sementara tanganku dengan tidak sengaja menangkap jari-jari tangan Memey. Sambil menarik tubuhku tegak kembali aku menarik tanganku tetapi Memey malahan menyusupkan tangannya dan memeluk lenganku. Kami saling bertatapan. Kulihat matanya sayu seperti memohon padaku. Aku melingkarkan tangan kananku ke bahunya. Karena yang nonton sepi, aku bebas memeluknya. Ia diam saja, bahkan kepalanya disandarkan ke dadaku.

Kuangkat dagunya. Ia melihat ke mukaku, kemudian mukanya mendekat ke mukaku. Aku masih diam menunggu tindakan selanjutnya. Ia mencium pipiku dengan lembut. Kami kembali bertatapan dan kemudian kudekatkan bibirku ke bibirnya. Ia membuka bibirnya menyambut ciumanku.

Aku tahu ia mulai terangsang dengan ciumanku. Ia membalas ciumanku dengan bergairah. Tangan kananku mulai turun ke dadanya melingkar dari bahunya. Ia diam saja ketika tanganku mulai membuka kancing atas bajunya, kemudian membuat gerakan berputar di atas BH-nya yang tipis, putingnya kurasakan mengeras. Memey mendongakkan wajahnya ketika bibirku menyusuri lehernya dan turun ke bahu. Tangan kirinya mengusap pahaku dan kemudian mulai meremas kejantananku yang juga mulai menegang. Aku terus mencium bibir, leher dan belakang telinganya, tanganku memainkan putingnya dari balik BH-nya. Memey akhirnya mendesah panjang,"Ssshhhh Anto..... sudah To".

Mendengar ia mendesah aku menjadi semakin berani. Bibirku mulai menuju ke dadanya, menggigit-gigit kecil putingnya dari luar BH-nya dan lidahku menyapu belahan payudaranya. Tanganku mulai bermain di lututnya. Ia membuka pahanya memberikan sinyal agar tanganku bergerak lebih jauh lagi. Perasaan gairahnya kelihatannya mulai bergolak. Aku tarik tangan kananku dari bahunya dan ia membiarkan tangan kananku menggerayangi lutut dan pahanya. Tubuhnya merinding menahan nikmat, karena kulitnya mulai meremang.

Dengan perlahan tanganku mulai mendaki dan kini berada di selangkangannya. Dengan lembut aku mengusap-usap pangkal pahaku dipinggiran celana dalamnya. Aku tahu hal ini pasti menimbulkan sensasi dan nikmat yang luar biasa. Ia tak dapat duduk tenang lagi, sebentar-sebentar menggelinjang. Ia sudah tak dapat lagi menyembunyikan kenikmatan yang dialaminya. Aku tahu dari celana dalamnya yang mulai lembab. Jariku akhirnya tak mampu ditahannya ketika memaksa menyelinap dibalik rok dan celana dalamnya dan langsung menuju klitorisnya. Dengan tekanan lembut aku memainkan jariku sehingga ia harus mengatupkan bibirnya agar lenguhan yang keluar tak terdengar oleh penonton lain. Jariku lembut menyentuh klitorisnya dan dan gerakan memutar membuat tubuhnya serasa berputar-putar. Dipeluknya kepalaku di dadanya dengan erat dan kucium bibirnya sampai tubuhnya bergetar. Dengan sabar aku tetap mengelus klitorisnya sehingga membuatnya bergetar-getar seolah tak berhenti. Sementara jempolku tetap memainkan klitorisnya, jari tengah mengorek-ngorek lubang vaginanya mensimulasi apa yang akan dapat kulakukan terhadapnya. Ia menjadi semakin terengah-engah.

Akhirnya tangannya meraba-raba selangkanganku. Jemarinya menemukan gundukan di depan celanaku. Begitu tersapu oleh belaiannya, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang mengeras. Ia sengaja menggodaku, jarinya terus menekan, membelai dan mengurut turun naik sepanjang batang penisku. Secara perlahan usapannya membuat batang penisku bertambah panjang dan besar, menimbulkan getaran-getaran yang membuatku aku terangsang. Ketika sekali lagi aku memainkan klitorisnya tangannyapun sengaja meremas-remas biji penisku sehingga aku pun semakin terangsang.
 
Akhirnya nongol juga si Memey........
Cerita dicuekin di pesawat kenapa yah....
 
Akhirnya tangannya meraba-raba selangkanganku. Jemarinya menemukan gundukan di depan celanaku. Begitu tersapu oleh belaiannya, gundukan itu berubah menjadi batang hangat yang mengeras. Ia sengaja menggodaku, jarinya terus menekan, membelai dan mengurut turun naik sepanjang batang penisku. Secara perlahan usapannya membuat batang penisku bertambah panjang dan besar, menimbulkan getaran-getaran yang membuatku aku terangsang. Ketika sekali lagi aku memainkan klitorisnya tangannyapun sengaja meremas-remas biji penisku sehingga aku pun semakin terangsang.

----------------------------------

"Anto sudah. Kita lanjutkan di kamar saja," bisiknya.
Sambil mengecup daun telinganya aku berbisik,"...Ayo honey......". Kami merapikan kembali pakaian kami yang sudah mulai berantakan.

Tanpa menunggu film berakhir Memey menurut saja ketika aku menarik tangannya bangkit dari tempat duduk dan berjalan mengikutiku. Keluar dari bioskop tidak berapa lama kami sudah sampai di lobby hotel. Langkahnya agak tersendat ketika melewati lobby menuju ke pintu lift, tetapi jari tangannya menggayut erat di lenganku. Di dalam lift aku sempat mencium bibirnya dengan lembut sehingga tubuhnya semakin lunglai. Dalam lift aku akan menekan lantai tiga tempat kamarku berada, tetapi Memey menahan tanganku dan menekan lantai lima. Agaknya kamarnya terletak di lantai lima.

Sampai di depan pintu kamarnya ia tertegun. Kuminta kunci pintunya dan langsung membukanya. Beberapa saat ia berdiam di depan pintu dalam kebimbangan. Melihat kebimbangannya aku tidak memberi kesempatan. Kuangkat tubuhnya dengan kedua tanganku yang kekar dan kubopong Memey masuk ke dalam kamar. Dengan cekatan aku menutup dan menguncinya. Ia sempat berontak tetapi terdiam ketika kembali bibirku melumat bibirnya dengan ciuman lama dan dalam sehingga kenikmatan yang tak tertuntaskan di bioskop tadi kembali muncul.

Sambil membopongnya aku terus melumat bibirnya dan perlahan
namun pasti berjalan ke arah tempat tidur ukuran king size
yang ada dalam kamarnya tersebut. Aku baru tahu kalau Memey mengenakan gelang kaki dengan bandul lonceng kecil di pergelangan kaki kanannya. Ketika tubuhnya kuangkat tadi bandul lonceng di kakinya berbunyi,"Crik..crikk...crik....". Hal itu langsung membuatku semakin bergairah. Aku selalu bergairah dengan wanita yang mengenakan gelang kaki. Dari pengalamanku wanita yang mengenakan gelang kaki sangat pandai bermain cinta dan memuaskan lelaki di atas ranjang.

Ia nampaknya agak gelisah. Aku menyadari hal itu dan tanpa melepaskan ciuman aku menurunkan tubuhnya dengan perlahan tepat di dekat ranjang. Kami berhadapan berpandangan sejenak, dia tersenyum dan kembali bibirku mengecup bibir bawah dan atasnya bergantian untuk berusaha membangkitkan gairahnya. Ia berdesah kecil ketika tanganku memeluk pinggangnya dan menarik tubuhnya merapat ke tubuhku.

Bibirku perlahan mengecup bibirnya, lidahku merambat diantara dua bibirnya yang merekah membuka menyambutnya. Lidahku bermain diantara kedua bibirnya memancing lidahnya untuk keluar. Sapuan lidahku di bibirnya menimbulkan sensasi-sensasi nikmat dan perlahan lidahnya dengan malu-malu mengikuti gerakan lidahku, mencari dan mengikuti kemana lidahku pergi. Dan ketika lidahnya menjulur memasuki mulutku aku mengulumnya dengan lembut, dan menjepit lidahnya di antara lidahku dan langit-langit mulut. Tubuhnya menggeliat menahan nikmat yang timbul. Ia merasa seperti melayang tak berpijak dan kehilangan kontrol.

Pada saat itulah aku membuka kancing-kancing kemejanya. Tubuhnya sedikit menggigil entah karena menahan nafsu atau karena angin dingin dari AC yang menerpa tubuh kami. Bagian depan tubuhnya perlahan-lahan terbuka ketika aku telah membuka semua kancing bajunya dan memelorotkan bajunya sampai di lengannya. BH-nya yang berukuran 34 jelas menampakkan bongkahan buah dadanya, sehingga menampilkan pemandangan yang pasti akan mengundang syahwat lelaki. Aku membuka kaitan BHnya dan menurunkan bajunya sampai ke pinggangnya. Bibirku bermain diatas permukaan BHnya, dan dengan sekali tarikan BHnya terlepas dan buah dada tersembul keluar dengan bebas. Kulepaskan kemejanya kemudian kulemparkan ke lantai begitu saja. Matanya terpejam dengan desah tertahan keluar dari mulutnya.

Ia membuka mata perlahan-lahan. Aku menatap tubuhnya dengan seksama. Aku tertegun sejenak melihat tubuh bagian atasnya yang mulus. Ia masih mengenakan roknya. Mataku menyapu bagian-bagian tubuhnya secara perlahan. Aku tidak menyangka bahwa tubuh Memey ternyata begitu indah. Ketika di pesawat tadi sore aku hanya sekilas saja melihatnya,namun saat ini aku bisa memperhatikannya dengan lebih jelas. Pinggangnya ramping dengan pinggul besar dan perut yang rata. Pandanganku berhenti pada bagian dadanya yang terbuka membusung menantangku. Tatapan matanya memancarkan perasaan senang dan bangga karena kupandangi dengan tatapan penuh kekaguman.

Tubuhnya tertarik maju ketika lenganku kembali merangkul pinggangnya yang ramping dan menariknya merapat ke tubuhku. Tangannya terkulai lemas ketika aku mengecup bagian-bagian lehernya sambil memeluknya serta tak henti-hentinya membisikan pujian akan keindahan bagian-bagian tubuhnya.

Bibirku mengecup daerah di sekitar telinganya dan lidahku secara lembut menyapu bagian belakang telinganya. Ia menggelinjang, tubuhnya bergetar dan rintihan kecil keluar dari bibirnya. Aku sengaja langsung menyerang salah satu daerah sensitif wanita. Dengan rintihan tertahan ia berbisik ingin menghabiskan malam ini dengan bercinta denganku. Bibirku kembali menyapu bagian belakang telinganya hingga pangkal leherku. Tubuhnya terasa ringan dan tangannya dilingkarkan di leherku. Bahasa tubuhnya telah cukup kumengerti sehingga aku semakin berani meningkatkan cumbuanku.

Putingnya yang keras kusentuh dengan ujung hidungku sehingga membuat putingnya makin keras dan teracung. Pelan-pelan aku menciumi buah dadanya. Mula-mula bagian bawah terus melingkar sehingga hampir semua bagian buah dadanya lembut kuciumi. Belum puas menggoda, lidahku kemudian mulai menari-nari di atas bongkahan buah dadanya. Ia tak tahan lagi untuk mulai mendesah. Akhirnya lidahku mulai menyapu sekitar putingnya, mula-mula perlahan sekali, makin lama makin sering dan akhirnya putingnya kukulum dengan lembut.

Ketika ia merasakan badai kenikmatan yang semakin kuat dan mendesah keras aku melepaskannya, dan kemudian mulai mengecup dari bagian tepi lagi perlahan mendaki ke atas dan kembali menuju ke putingnya. Kali ini putingnya kujepit dengan bibirku sementara lidahku berputar-putar menyapu putingnya. Sensasi yang timbul luar biasa, semua gairahnya yang terpendam aku pancing keluar dan berontak untuk segera meraih kepuasan. Kulepaskan roknya sehingga Memey tinggal mengenakan celana dalam tipis warna hitam.

Kuangkat tubuhnya, kubopong ke tempat tidur dan kubaringkan secara perlahan. Kemudian dengan perlahan aku mulai melepaskan pakaianku, tinggal celana dalam saja. Dengan hanya mengenakan celana dalam kemudian aku duduk di tepi ranjang. Ia kelihatan menunggu dan menduga-duga apa yang akan aku lakukan. Kemudian aku membungkuk dan mulai menciumi betisnya yang putih mulus. Ia menjerit kegelian dan berusaha menarik kepalaku dengan tangannya, namun kutangkap tangannya dan aku dapat melakukannya dengan bebas. Akhirnya ia biarkan aku menciumi betisnya dan lututnya.

Matanya terbelalak ketika perlahan pasti bibirku bergerak makin ke atas menyusuri paha bagian dalamnya. Rasa geli dan nikmat yang dirasakan membuat Memey tanpa sadar secara perlahan membuka pahanya. Aku memposisikan tubuhku di antara kedua pahanya. Nafsunya benar-benar memuncak ketika aku menyapukan lidahku di pangkal pahanya. Ia berteriak tertahan ketika aku mendaratkan bibirku di atas gundukan vaginanya yang masih terbungkus celana dalam.

Tanpa memperdulikan celana dalamnya aku terus melumat
gundukan tersebut dengan bibirku. Ia berkali-kali menjerit nikmat, dan tangannya meremas-remas apa saja yang dipegangnya, sprei, bantal dan bahkan rambutku. Tubuhnya tak bisa diam, bergetar, menggeliat, dan mulutnya mendesis-desis, pinggulnya meliuk-liuk erotis secara refleks dan beberapa kali terangkat mengikuti gerakan bibirku.

Untuk kesekian kalinya pinggulnya terangkat cukup tinggi dan pada saat itu aku menarik celana dalamnya hingga terlepas. Bulu kemaluannya lebat tetapi dicukur pendek. Bukit vaginanya yang menonjol terpampang di depan mataku. Dengan perlahan lidahku menyentuh belahannya, ia menjerit tak tertahan. Ketika lidahku bergerak turun naik menyapu belahan vaginanya tangannya memegang dan meremas rambutku, tubuhnya bergerta-getar dan pinggulnya melonjak-lonjak terangkat naik. Aku tetap bertahan pada posisiku, sehingga lidahku tetap bisa menggelitik klitorisnya. Aku merasakan dinding vaginanya mulai lembab, dan terjadi kontraksi-kontraksi khas pada lorong vaginanya.

Gerakan kontraksi dalam lorong vaginanya membuat nafsuku bertambah kuat. Lidahku semakin ganas dan liar menyapu habis daerah selangkangannya, bibirnya ikut mengecup dan bahkan cairan vaginanya yang mulai mengalir kujilat habis. Nafasnya semakin memburu, gerakannya semakin tidak teratur.

Aku kemudian bangkit, dengan posisi setengah duduk aku melepaskan celana dalamku. Kutindih tubuhnya, kucium bibirnya dengan penuh gairah. Sebelum berlanjut aku ingat masih ada kondom di dompetku, aku siapkan kalau aku tidak tahan lagi menahan nafsu dan harus memakai jasa PSK. Kuraih celanaku, kuambil kondom dari dompet dan kupasangkan di penisku. Memey hanya melihat dan tersenyum. Agaknya iapun tidak berkeberatan dan tampaknya aku justru memberikan kesan yang baik kepadanya. Beberapa saat kemudian aku mengarahkan batang penisku yang sudah sangat membesar mulai menyentuh selangkangannya yang basah. Memey membuka pahanya lebih lebar, dan tangannya membantu mengarahkan kepala penisku ke bibir vaginanya. Aku bisa merasakan betapa keras dan besarnya penisku menegang saat ini.

Aku mempermainkan kepala penisku di bibir vaginanya dengan gerakan ke atas ke bawah lembut untuk membasahinya. Tubuhnya seperti tak sabar menanti tindakanku selanjutnya. Aku mulai menekan pinggulku merasakan lubang kemaluannya yang sempit dan hangat mulai menelan penisku. Ia menaikkan pinggulnya dan memutarnya sehingga penisku juga semakin dalam tertanam dalam lubang vaginanya yang sudah cukup basah. Kepala penisku perlahan tapi pasti terbenam makin lama makin dalam diikuti dengan batang penisku. Ia merintih panjang ketika aku membenamkan seluruh batang kemaluanku.

Aku merasa sesak tetapi sekaligus nikmat luar biasa, ketika seluruh daerah sensistif dalam liang itu tersentuh kulit penisku dan berkontraksi lembut. Batang penisku yang keras dan padat itu disambut oleh kehangatan dinding vaginanya. Dinding vagina Memey secara berangsur-angsur terasa mulai meremas-remas penisku. Terasa hangat dan nikmat, meski batang penisku dilapisi oleh latex tipis. Cairan pelumas yang mengalir dari dinding-dindingnya dan gerakan kontraksi mulai berdenyut, membuatku membiarkan penisku terbenam agak lama merasakan kenikmatan denyutan vaginanya. Kemudian aku mulai menariknya keluar perlahan-lahan dan mendorongnya lagi, makin lama makin cepat. Penisku mulai bergerak keluar-masuk lagi di dalam vagina Memey, namun masih dengan gerakan perlahan dan lembut. Namun sekarang gerakan penisku lebih lancar dibandingkan dengan tadi. Pasti karena adanya cairan pelumas yang mengalir dari dinding vagina Memey.
"Ahhh... Anto...... Sssh...," Memey mendesis-desis.

Dorongan pinggulku yang semakin kuat dan buas membuat dinding vaginanya kembali berdenyut, kombinasi gerakan ini dengan gerakan maju mundur membuat batang penisku seolah-olah diurut. Kenikmatan bercinta tak bisa kami tahan lagi, gerakanku semakin liar, mukaku menegang, dan keringat menetes dari dahiku. Pinggulnya terangkat sedikit dan kemudian membuat gerakan memutar manakala aku melakukan gerak menusuk. Aku menahan nikmat, batang kemaluanku bertambah besar dan keras, ayunan pinggulku bertambah cepat tetapi tetap lembut.
"Crik ..criik....crrikk.....," bunyi gelang kakinya berirama seiring gerakan kakinya yang mengikuti gerak pinggangku.

Aku kembali mendekap tubuh mulus Memey, yang di bawah sinar lampu kamar yang remang-remang kulit tubunya tampak kuning dan licin. Bibirku mulai memagut bibir merekah Memey yang amat sensual dan melumatnya dengan gemas. Sementara tangan kiriku menyangga berat badanku, tangan kananku meremas-remas payudara montok Memey serta memijit-mijit putingnya, sesuai dengan irama gerak maju-mundur penisku di vaginanya.
"Sssh... sssh... sssh... enak Anto, enak... Teruskan...... terusss...," desis Memey saat berhasil melepaskan bibirnya dari serbuan bibirku. Desisan itu bagaikan mengipasi gelora api birahiku.

Sambil kembali melumat bibir Memey dengan kuatnya, aku mempercepat gerakan pinggulku sehingga penisku juga keluar masuk dengan cepat di vaginanya. Adanya cairan di dalam vagina Memey, maka keluar masuknya penisku pun diiringi oleh suara, "Ssrrt-srret cropp.... creepp srrt-srret..."
Mulut Memey di saat terbebas dari lumatan bibirku tidak henti-hentinya mengeluarkan rintih kenikmatan,
"Anto... ah... Anto... ah... Anto... hhh... Anto... ahh..."

Penisku semakin tegang. Kulepaskan tangan kananku dari payudaranya. Kedua tanganku kini dari bawah ketiaknya menyusup dan memeluk punggung mulusnya. Tangan Memey pun memeluk punggungku dan mengusap-usapnya. Aku pun memulai serangan dahsyatku menuju ke akhir pertempuran. Keluar masuknya penisku ke dalam vagina Memey sekarang berlangsung dengan cepat dan bertenaga. Setiap kali masuk, penis kuhunjamkan keras-keras agar menusuk vagina Memey sedalam-dalamnya. Sesaat sebelum sempat kutarik, batang penisku bagai diremas kuat-kuat oleh dinding vagina Memey. Sampai di langkah terdalam, mata Memey membeliak sambil bibirnya mengeluarkan seruan tertahan,"Akkkhhh!" Sementara ahaku ketika bertemu dengan pahanya sampai berbunyi,"plak..plokk.plakk!" Di saat bergerak keluar, kujaga agar kepala penisku tetap tertanam di lobang vaginanya. Remasan dinding vagina pada batang penisku pada gerak keluar ini sedikit lebih lemah dibanding dengan gerak masuknya. Bibir vagina yang menelan batang penisku pun sedikit ikut tertarik keluar, seolah tidak rela bila sampai ditinggal keluar oleh batang penisku. Pada gerak keluar ini bibir Memey mendesah, "Hhhhh..."

Aku terus menggerakkan pinggulku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Remasan yang luar biasa kuat, hangat, dan enak sekali terus bekerja di penisku. Tangan Memey meremas punggungku kuat-kuat di saat penisku kuhunjam masuk sejauh-jauhnya ke lobang vaginanya. Beradunya paha dengan paha menimbulkan suara,"Plak! Plak! Plak! Plak!" Pergeseran antara penisku dan vagina Memey menimbulkan bunyi,"Ssrottt... Crrpp...Srottt... srrrt...". Kedua suara tersebut diperdahsyat oleh pekikan-pekikan kecil yang merdu yang keluar dari bibir Memey.
"Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."
"Crik...crikk...crikk....crrik.....," bunyi gelang kakinya semakin sering kuat ikut menimpali suara-suara yang sudah ada.

Penisku terasa berdenyut-denyut luar biasa. Rasa hangat, geli, dan nikmat yang tiada tara membuatku tidak kuasa menahan pekikan-pekikan kecil.
"Memey...... Enak sekali Mey... enak sekali......... jepitan vaginamu..."
"Anto... Anto... terus Anto...," rintih Memey,"Enak Anto... enaaak... Ak! Ak! Ak! Hhh... Ak! Hhh... Ak! Hhh..."

Tiba-tiba rasa nikmat menyelimuti segenap penjuru penisku. Nikmat yang luar biasa. Aku pun mendorong penisku ke vaginanya dengan semakin cepat dan kerasnya. Setiap masuk ke dalam, penisku berusaha menusuk lebih dalam lagi dan lebih cepat lagi dibandingkan langkah masuk sebelumnya. Rasa nikmat yang luar biasa di penis pun semakin menghebat.
"Mey... aku... aku..."
Karena menahan rasa nikmat dan gatal yang luar biasa aku tidak mampu menyelesaikan ucapanku yang memang sudah terbata-bata itu.
"Anto... Anto... Anto! Akhh... Aku mau keluar... Akhhk... aku ke..ke.."

Tiba-tiba penisku mengejang dan berdenyut dengan amat dahsyatnya. Aku tidak mampu lagi menahan rasa nikmat yang mengalir dan mencapai puncaknya. Namun pada saat itu juga tiba-tiba dinding vagina Memey meremas penisku kuat sekali. Dengan remasan yang kuat dan enak sekali itu, aku tidak mampu lagi menahan muntahnya lahar kenikmatan dalam saluran alat kelaminku.

Srttt! Srttt! Sruttt!
Kepala penisku terasa dijepit oleh vagina Memey, bersamaan dengan pekikan Memey,
"Aku ke..ke...keluarrrr...Akhh... Antoo...khh!"
Tubuh Memey mengejang dengan mata membeliak-beliak.
"Memey...!" aku melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuh Memey sekuat-kuatnya, seolah aku sedang berusaha meremukkan tulang-tulang punggungnya dalam kegemasan. Wajahku kubenamkan kuat-kuat di lehernya yang jenjang. Cairan birahiku pun tak terbendung lagi.
Akhirnya kemaluanku menghunjam keras dalam vaginanya, tubuhku ambruk menindihnya. Tubuhku bergetar dan mengejang ketika spermaku menyemprot keluar dalam vaginanya beberapa kali. Iapun melenguh panjang ketika puncak orgasmenya tercapai.
Crottt! Crottt! Crottt! ....................
"Ssshhh ...Oukhhh.. nikmat... Akkh."
Spermaku bersemburan dengan derasnya, ditampung dalam kantong di ujung kondom. Penisku yang terbenam semua di dalam kehangatan vagina Memey terasa berdenyut-denyut. Ia mengangkat pinggulnya dan mengejang beberapa lama.

Sesaat aku membiarkan batang penisku di dalam vaginanya hingga nafasnya kembali teratur. Tubuhku sendiri lemas luar biasa, namun harus kuakui kenikmatan yang kuperoleh sangat luar biasa dan berbeda dengan yang pernah kurasakan sebelumnya. Beberapa menit lamanya aku dan Memey terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali, dari kemaluan, perut, hingga ke payudaranya seolah melekat erat dengan tubuhku. Aku menghabiskan sisa-sisa sperma dalam penisku. Cret! Cret! Cret! Penisku menyemprotkan lagi air mani yang masih tersisa. Kali ini semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuh kami melemas. Aku mencabut penisku sebelum mengecil, membungkus kondom dengan tissu dan membuangnya di kotak sampah.

Aku kemudian berbaring dan menciumi leher mulus Memey dengan lembut, sementara tangan Memey mengusap-usap punggungku dan mengelus-elus rambut kepalaku. Aku merasa puas sekali berhasil bercinta dengan Memey. Malam ini aku akan bermain cinta dengan bidadari, perempuan keturunan China yang bertubuh tinggi dan kenyal, berkulit putih mulus, berpayudara besar dan padat, berpinggang ramping, dan berpinggul besar serta aduhai. Tidak rugi aku melewatkan malam ini sampai habis-habisan orang semolek Memey. Sekilas aku teringat Inge, namun langung terhapus lagi begitu melihat tubuh mulus Memey yang aduhai berlumuran keringat di sebelahku. Urusan Inge bisa dipikir besok lagi.

Setelah membersihkan diri kami berbaring berdekapan.
"Anto... Terima kasih Anto. Aku puas sekali. Indah sekali... sungguh...," kata Memey lirih.
"Malam ini tidur di sini saja ya!"
Aku tidak memberi kata jawaban. Sebagai jawaban, bibirnya yang indah itu kukecup mesra. Memey kemudian mengambil dua buah bantal serta sebuah selimut besar. Aku dan dia tidur bersama tanpa mengenakan selembar pakaian pun di bawah satu selimut. Dia meletakkan kepalanya di atas dadaku yang bidang, sedang tangannya melingkar ke badanku. Bau harum rambut dan badannya terpancar lembut.

Memey bercerita kalau ia adalah istri simpanan dari seorang pengusaha di kotaku. Aku mengenal suaminya sebagai pengusaha yang mempunyai track record yang kurang baik di kotaku. Ia terkenal kaya tetapi banyak yang cerita kalau ia sering mencurangi teman bisnisnya. Memey dulunya adalah sekretaris pengusaha itu dan akhirnya menjadi istri simpanannya. Tadinya Memey berpikir bahwa hidupnya akan bahagia dengan bergelimang harta. Memang suaminya royal dalam memberikan harta kepadanya, tetapi untuk urusan ranjang suaminya sangat lemah. Sebagai wanita yang normal Memey masih mendambakan kepuasan dalam hubungan intim. Ia mengatakan kalau suaminya hanya pandai memuaskan diri sendiri, tetapi tidak bisa memuaskan pasangannya di ranjang.

Akupun bercerita kalau aku bekerja di perusahaan keluarga milik Pak Ivan. Ternyata Memey juga mengenal Vina meskipun tidak terlalu dekat. Mereka sering bertemu dalam beberapa acara di kotaku. Namun ia tidak tahu kalau aku dengan Vina juga ada hubungan gelap. Memey ingin tetap berhubungan denganku sekembalinya dari Jakarta, tetapi ia takut akibatnya kalau suaminya mengetahui hubungan ini. Aku hanya diam saja mendengar ceritanya, hanya sesekali memberikan komentar. Kupikir nanti aku akan mencari cara untuk tetap bisa menggeluti tubuhnya. Kami kemudian terlelap kelelahan setelah mereguk kenikmatan.

Aku tidak tahu telah berapa lama kami tertidur telanjang sambil berpelukan. Aku tersadar saat tubuh bagian bawahku terasa geli, perlahan kubuka mataku dan kulihat tangan Memey sedang mengusap-usap tubuh bagian bawahku. Aku diam saja pura-pura tertidur, padahal penisku sudah bereaksi sedari tadi.

Batang kemaluanku semakin membesar saat tangannya mulai mengocoknya. Digenggamnya seluruh batang kemaluanku dalam telapak tangannya. Ibu jarinya mengusap-usap kepala penisku yang membuatku tak sadar menggelinjang hingga Memey tahu kalau aku hanya pura-pura masih tidur.
"Kamu nakal sekali ya!" katanya sambil meremas batang kemaluanku yang sudah sangat keras itu.
"Awas kamu", ujarnya lagi.
"Aduhhhh", jeritku manja.
Rasanya agak sakit tapi enak juga diremas oleh tangan Memey yang halus itu.

Memey mendekatkan mulutnya ke selangkanganku. Ia mengecup kepala penisku yang besar dan menjilatinya sehingga penisku mengencang dan kepala penisku menjadi kemerahan mengkilat basah oleh ludahnya. Aku semakin menggelinjang geli bercampur ngilu saat mulut Memey menyedot biji penisku kencang-kencang.

Tiba-tiba Memey membalikkan posisinya. Mulutnya masih sibuk melumat batang penisku tetapi sekarang tubuh bagian bawahnya digeser ke atas sehingga gundukan bukit di bawah perutnya yang lebat ditumbuhi bulu hitam yang dicukur rapi sekarang tepat berada di hadapan wajahku. Kedua kakinya mengangkang sehingga jelas kulihat belahan kememerah di pangkal pahanya. Bau khas yang segar tercium menyeruak lubang hidungku.

Aku menjadi terpesona melihat pemandangan seperti itu. Mengetahui aku diam saja Memey yang tadinya asyik menjilati batang kemaluanku berhenti melakukan aksinya lalu diturunkannya pantatnya pelan-pelan sehingga lubang kemaluannya menekan hidung dan mulutku. Begitu liang kemaluan Memey yang hangat menekan mulutku maka tanpa menunggu lagi bibirku melahap seluruh bagian vaginanya.

Lidahku menyeruak masuk ke dalam liang kemaluan Memey hingga kepala Memey terdongak dan pantatnya semakin menekan wajahku.
"Shh.. terusshh To.. ohh".
Lidahku terus menerobos liang kemaluannya dan masuk sedalam-dalamnya. Aku semakin susah bernapas karena selangkangan Memey begitu ketat menekan mulut dan hidungku. Tekanan pantatnya semakin ketat saat tubuhnya meliuk-liuk dan berkelejat-kelejat saat kusedot tonjolan daging di sela-sela liang kemaluannya. Memey menjerit dan semakin kuat menekankan pantatnya hingga hidung dan mulutku seolah amblas ditelan bongkahan liang kemaluannya yang menindihku.
"Upfhh....!
Karena tak tahan susah bernapas kujepit klitorisnya gemas dengan bibirku.
"Ihh.." Memey menjerit kaget atas perlakuanku.
"Gila kamu To ya.. entar aku balas kamu.." jeritnya manja.
"Abis.. aku enggak bisa bernapas.. kamu juga sih.." balasku tak kalah manja sambil meremas-remas bongkahan pantatnya yang bulat padat dengan gemas.

Memey pun membalas aksiku tadi. Kini disedotnya kuat-kuat lubang saluran kencingku. Aku sempat melayang merasakan kenikmatan yang tiada tara ini. Aku pun balas lagi kutekan pantatnya dan kudekatkan bibir kemaluannya ke mulutku dan mulai melumat bibir kemaluannya dengan gemas. Kembali Memey menggelinjang dan akhirnya tak tahan sendiri.
"Oh.. su.. sudah..!" desisnya, "Aku sudah enggak tahan.."
"Mey, aku sudah tidak punya kondom lagi," kataku.
"Gak apa-apa. Aku percaya kalau kamu bersih. Dari kondom yang tadi kamu pakai tanpa kuminta membuatku yakin kamu selalu menggunakannya kalau tidur dengan wanita. Makanya aku percaya," jawabnya

Memey mengubah posisinya. Sekarang kami dalam posisi berhadapan dengan Memey atas tubuhku.
"Biarkan aku di atas To. Berikan aku kenikmatan puncak yang lebih panas lagi...!" pintanya.
Aku membiarkan ia berada di atas tubuhku. Mungkin ia ingin cepat menggapai puncak kepuasannya. Aku meraih sebelah payudaranya dengan tanganku dan sebelah lagi kucium serta kusedot-sedot. Ia menciumi telingaku dan menggelitik dengan lidahnya.

Dengan setengah berjongkok tangannya memegang batang kemaluanku dan mengarahkan ke liang kemaluannya yang sudah sangat licin. Setelah posisi kepala penisku tepat di antara bibir vaginanya, kemudian ia menekan pantatnya pelan pelan hingga batang kemaluanku mulai masuk meraskaan kehangatan liang kemaluannya.

Aku menggigit bibirku agar tidak melenguh. Hingga bless.. hampir seluruh batang kemaluanku terbenam dalam kehangatan liang kemaluan Memey. Memey menghentikan gerakannya dan kami menikmati keindahan saat-saat menyatunya tubuh kami. Kami saling bertatap pandang dan tersenyum mesra. Oh.. alangkah mesranya.
"Nikmat To. Aku sangat menginginkanmu.." bisik Memey di telingaku dengan mesra.
"Aku juga Mey.." balasku tak kalah mesra.
Bibir kami saling berpagutan. Lidah kami saling menggelitik dan bertaut.

Dengan perlahan Memey mulai menggerakkan pantatnya naik turun di atas tubuhku. Batang kemaluanku yang semakin keras tergesek-gesek dalam jepitan dinding kemaluannya. Kuremas buah pantat Memey dengan gemas. Memey semakin lama semakin cepat menggoyangkan pantatnya di atas tubuhku. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis dan merintih. Aku pun mengimbangi gerakannya dengan memutar pinggulku dan meremas payudaranya. Memey semakin liar menggoyangkan pantatnya dan mulutnya semakin kencang merintih. Gerakannya berubah-ubah dari naik turun kemudian maju mundur dan berputar.
"Crrikk ...crikkk.....criik......"
"Ouch.. Nikmathh.. To.." mulutnya terus merintih.

Tubuhnya meliuk-liuk dan berkelejatan seperti terkena aliran listrik ribuan volt. Aku pun semakin kencang memutar pantatku mengimbangi gerakannya dan terdorong keinginan untuk memuaskan hasrat wanita cantik yang baru kukenal ini.
"Kamu.. hebb. bathh.." bisik Memey mesra.
Aku tahu ia sudah mendapatkan orgasmenya. Beberapa kali ia menggelepar di atas tubuhku dan akhirnya tubuhnya ambruk di atas tubuhku. Aku memeluknya erat dan mengusap punggungnya untuk memberikan perasaan rileks. Ia terdiam beberapa saat. Kubiarkan Memey menikmati puncak kepuasan yang baru diperolehnya. Aku sendiri merasa belum apa-apa.

Setelah napasnya mulai teratu, kubisikkan agar Memey mengubah posisi. Kuminta agar Memey tengkurap di ranjang dan kujulurkan kedua kakinya ke lantai hingga pantatnya yang indah menungging di tepi tempat tidur. Kuganjal perutnya dengan bantal hingga posisi menunggingnya agak tinggi. Indah sekali pemandangan yang terpampang di hadapanku. Betapa tubuh telanjang Memey dengan pantatnya yang indah tengkurap dengan posisi menungging. Kunikmati pemandangan ini beberapa saat hingga Memey menarik tanganku.
"Ayo.. Anto, tunggu apa lagi," mukanya cemberut manja.

Aku pun menempatkan tubuhku tepat di belakangnya. Dengan berdiri kuarahkan batang penisku ke liang vaginanya dari arah belakang. Aku sedikit menekuk kakiku agar penisku bisa tepat menyusup di bibir vaginanya. Kugesekkan kepala batang penisku pada liang kemaluannya agar licin. Setelah kurasakan cukup licin, dengan pelan kutekan batang kemaluanku hingga masuk dalam liang vaginanya. Beberapa kali kugerakkan pantatku sambil menyesuaikan posisi batang kemaluanku sebelum akhirnya kubenamkan seluruhnya.

Memey mulai mendesis dan dengan pelan mulai menggoyangkan pantatnya mengimbangi gerakanku. Setelah beberapa kali gerakan dengan sekuatnya kutekan pantatku hingga seluruh batang penisku amblas ke dalam liang vaginanya. Kepala Memey terdongak saat tulang kemaluanku beradu dengan pantatnya.
Plok.. plok.. plok .......
Bunyi beradunya tulang kemaluanku dengan pantatnya menimbulkan gairah tersendiri bagiku. Apalagi mulut Memey kembali mendesis dan merintih saat batang kemaluanku keluar masuk dalam liang kemaluannya. Aku semakin bersemangat memacu dan mengayunkan batang kemaluanku dalam jepitan liang vaginanya.

Memey semakin liar menggoyangkan pantatnya membuat aku terbeliak dan terpejam menahan nikmat. Dengan gerakannya itu batang kemaluanku seolah-olah diremas-remas dan dipelintir. Kutekan pantat Memey agar tidak terlalu kencang berputar. Aku bisa menahan napas lega begitu aku dapat mengontrol diriku agar tidak terbawa permainan Memey. Aku masih ingin berlama-lama merendam batang kemaluanku, menikmati kehangatan liang kemaluannya. Aku tidak ingin terburu-buru mencapai puncak.
"Ayoo.. kok pelan..," protes Memey ketika aku memperlambat tempo permainan.

Ia menggerakkan pantatnya semakin kencang. Kembali ia memutar pantatnya semakin lama semakin cepat hingga aku kembali merasakan desakan yang sangat dahsyat menekan dari perut bagian bawahku menuju ke batang penisku. Aku berusaha menahan desakan yang menggelegak dan kembali kutekan pantat Memey agar tidak terlalu cepat berputar. Batang kemaluanku yang terjepit dalam kehangatan liang kemaluannya seolah-olah terpelintir dan terjepit kian erat. Ujung penisku terasa berdenyut-denyut seperti mau pecah menahan aliran kenikmatan yang akan meledak. Semakin lama denyutan di ujung penisku semakin kuat. Pantat Memey bukan hanya berputar, tetapi sesekali diselingi dengan gerakan maju mundur mengikuti ayunan pantatku. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi untuk mengeluarkan air maniku.
"Akhh.. Mey.. tahan Mey aku.. aku...." napasku kian tersengal hampir tak kuat lagi menahan gejolak.

Kutarik penisku sebelum meledak. Memey kelihatannya sudah akan memprotes tindakanku. Kutindih tubuhnya dan kusambar bibirnya yang sudah akan mengucapkan sesuatu dari belakang. Sambil mencium bibirnya kuremas payudaranya. Ia memberontak terlepas dari pelukanku dan berbaring terlentang Agaknya ia sudah tidak sabar lagi melanjutkan permainan ini sampai ke puncaknya. Ia segera menarik tubuhku agar menindihnya.

Dengan satu dorongan dari pinggulku penisku kembali sudah masuk ke dalam vaginanya. Aku menahan berat tubuh dengan kedua lenganku. Memey langsung menggerakkan pinggulnya dengan kencang. Ia semakin liar memutar pantatnya. Payudaranya berguncang-guncang seiring dengan gerakan tubuhnya yang liar. Suara beradunya pahaku dengan pahanya kembali terdengar semakin keras bercampur dengan deru dengusan napas dan rintihan kami. Aku semakin cepat mengayunkan pantatku maju mundur disambut dengan gerakan meliuk dan maju mundur pantat Memey. Gerakanku semakin tak teratur saat desakan yang sudah tak mampu lagi kubendung. Aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Kupeluk tubuhnya erat-erat, sehingga kami semakin menyatu. Ujung kemaluanku rasanya mau meledak. Ujung batang kemaluanku berdenyut kian kencang dalam jepitan liang kemaluan Memey.
"Arghh.." aku melenguh kuat.

Mataku terbeliak dan tubuhku tersentak seperti terkena aliran listrik. Kucengkeram buah pantat Memey dan kutekan pinggulku dengan kuat hingga batang kemaluanku menghunjam masuk sedalam-dalamnya ke dalam liang kemaluannya.
Crat..! crat.. Srrt.. Srrrt.. Crrrtt..
Lima kali kusemburkan air maniku ke dalam rongga vagina Memey. Tidak lagi sebanyak ejakulasi yang pertama
"Ouch.. shh.." Memey pun rupanya mengalami orgasme pada saat yang bersamaan denganku.

Tubuhnya meliuk dan ikut menegang. Beberapa saat kemudian tubuh kami melemas. Batang kemaluanku masih terjepit erat dalam liang kemaluan Memey. Kubiarkan saja batang kemaluanku di sana. Aku masih ingin merasakan sensasi remasan dari dinding vaginanya. Kutindih tubuh telanjang Memey di atas tempat tidur empuk itu. Kami sama-sama mengatur napas setelah berpacu dalam kenikmatan birahi.

Kami sama-sama terdiam. Kupeluk tubuh Memey. Tubuh kami sama-sama basah oleh keringat yang membanjir. Aku masih merasakan liang kemaluan Memey berdenyut-denyut meremas batang kemaluanku yang masih keras. Perlahan-lahan ketika batang kemaluanku mulai melemas terdorong keluar oleh denyutan liang kemaluan Memey.

Akhirnya dengan sendirinya batang kemaluanku terlepas dari jepitan liang kemaluan Memey. Kugigit mesra ujung telinga Memey sebagai ungkapan rasa terima kasihku. Kami bertatapan dan saling tersenyum mesra.
"Kamu hebat.. sayang" bisik Memey mesra.
"Kamu juga. Rasanya nikmat sekali.." balasku sambil mencium bibirnya.
"Aku mau sekali lagi ya To. Please!" pintanya.
"Ok. Siapa yang bisa menolak ajakanmu. Tapi kita istirahat dulu. Rasanya tak mampu aku kalau langsung bertempur lagi," jawabku dengan nafas yang masih terputus-putus.
"Awas kalau kamu bohong. Besok pagi sebelum memuaskanku aku tidak akan membukakan pintu dan mengijinkan kamu keluar dari kamar ini," katanya sambil menggigit daun telingaku.
Tanpa membersihkan diri kami langsung tidur kembali.

Pagi-pagi sekali aku sudah membuka mataku. Aku belum sadar sepenuhnya ada di mana saat ini. Setelah beberapa saat aku baru sadar sepenuhnya aku sedang berada di kamar hotel bersama seorang wanita cantik keturunan China. Kulihat Memey masih lelap tertidur. Badanku rasanya masih lelah sehingga kuputuskan aku akan mandi sambil menunggu Memey bangun.

Aku masuk kamar mandi dan membuka keran shower. Ketika sedang menyabuni tubuhku tiba-tiba Memey menyusul masuk kamar mandi. Ia masih dalam keadaan telanjang bulat tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya yang indah itu. Aku tanpa sadar menghentikan kegiatanku menyaksikan pemandangan yang terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.

Benar-benar luar biasa pemandangan yang terpampang di hadapanku ini. Tubuh semampai, perutnya yang datar, kulitnya yang khas wanita China berwarna kuning bersih tampak mulus tanpa cacat. Rambutnya yang hitam lurus, sebahu panjangnya tampak indah tergerai. Dan payudaranya yang bulat kencang menggantung indah dengan puting yang mencuat coklat kemerahan. Bulu-bulu hitam halus memenuhi gundukan bukit kecil di bawah perutnya. Luar biasa, apalagi tubuhnya tersorot lampu neon dari kamar tidur dan dari kamar mandi sekaligus..
Keindahan tubuh Memey sangat mempesonaku.
"Lho.. kok berhenti?" Tanya Memey membuatku gelagapan.
"Eh.. anu.. eh.. Mey..?" kataku gagap.
"Kenapa emangnya? Aku mau mandi bareng-bareng?" katanya santai sambil meminta sabun yang sedang kupegang.
"Sini aku mandiin biar bersih!".

Aku pun menurut saja dan kunikmati elusan tangan Memey yang menyabuni seluruh tubuhku. Digosoknya punggungku dengan sabun terus ke bawah hingga pantatku pun tak lupa digosok-gosoknya. Aku merem melek menikmati elusan dan remasan tangan Memey di kedua belahan buah pantatku.
"Hayo.. sekarang bagian depan.." tiba-tiba Memey menyuruhku untuk berbalik menghadapnya. Tangannya mengusap leherku terus ke bawah dan beberapa saat memainkan jarinya di kedua putingku bergantian. Aku menahan napas ketika tangannya terus merayap ke bawah dan mulai menyabuni selangkanganku. Diremasnya batang kemaluanku dengan lembut. Kontan penisku yang dari tadi mengecil terbangun dan mengeras perlahan-lahan.
"Lho.. ini kok terus mengeras?" kata Memey ketika melihat batang kemaluanku mulai berdiri tegak.
"Dia tahu kalau ada lawan yang mendekat dan siap untuk menembak," balasku.
"Iihhh maunya..!" Memey memonyongkan bibirnya.

Aku yang sudah terangsang dengan elusan dan remasan tangannya langsung saja memeluknya dan tanpa banyak bicara lagi kusergap mulutnya yang sedang monyong itu. Kupeluk tubuh telanjangnya dan dengan ganas kucium bibirnya.
"Mphhf..," Memey gelagapan saat bibirnya kuserobot.
Sambil terus menciumnya tanganku berkeliaran mengelus tubuh Memey dan terus ke bawah ke arah bongkahan pantatnya yang padat. Kuremas kedua belah buah pantatnya bergantian.
"Too.. ohh," Memey cuma bisa melenguh dan menggelinjang dalam pelukanku.

Tangannya semakin keras mengurut dan meremas batang kemaluanku. Aku sendiri tidak perduli kalau tubuhku masih penuh dengan busa sabun dan bau tubuh Memey yang belum mandi sejak kami bersetubuh semalam.
"To.. Aku.. be.. belum mandi..," napas Memey tersengal-sengal saat kuciumi bibirnya dengan ganas.
"Biar aku mandi dulu.. ughh," Memey minta kulepaskan. Mungkin ia risih dengan badannya yang lengket oleh keringatnya sendiri. Lalu kulepaskan pelukanku. Kusiram tubuh Memey dengan shower.
"Sini biar gantian aku yang mandiin," kuraih sabun yang dipegangnya.

Lalu tubuh Memey berbalik dan kusabuni punggungya. Kugosok bagian punggungnya dan tanganku bergeser terus ke bawah. Begitu tanganku menyentuh bagian pantatnya yang padat tanganku mulai meremas dengan gemas. Kuelus dan kugosok ke dua belah bongkahan pantat Memey. Setelah puas bermain-main dengan pantatnya, tanganku mulai menyabun tubuh Memey bagian depan. Dari belakang tubuh Memey, jadi tanganku menggosok bagian depannya sambil memeluknya dari belakang. Saking ketatnya pelukanku, tubuh bagian bawah kami saling menempel ketat. Batang kemaluanku yang sudah keras terjepit antara bongkahan pantat Memey dengan perutku sendiri. Pantat Memey dan batang kemaluanku rasanya sangat licin karena penuh busa sabun. Memey sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya hingga batang kemaluanku tergesek-gesek. Nikmat sekali!

Memey mengangkat kedua tangan ke atas kepalanya memudahkanku untuk menggosok kedua payudaranya dari belakang. Sementara pantatnya yang menggencet batang kemaluanku sebentar-sebentar digoyang. Aku semakin terangsang hebat dengan tingkahnya itu. Lalu tanganku kugeser ke bawah ke arah selangkangannya. Kugosok gundukan bukit kecil di selangkangan Memey yang lebat dengan rambut. Kusabun dan gundukan bukit itu dengan arah dari atas ke bawah mengikuti alur celah di tengah gungukan bukit selangkangan Memey.

"Ouchh.. ter.. rushh Anto," Memey merintih agak keras.
Aku semakin bergairah bermain-main dengan bukit kecil di selangkangannya. Jari tanganku sekali-sekali menusuk masuk ke celah di selangkangannya. Hal ini membuat Memey semakin liar menggerakkan pantatnya. Akibatnya aku sendiri yang melenguh kenikmatan karena batang kemaluanku tergencet pantatnya yang licin.
"Akhh.. terr.. ushh.." Memey semakin liar menggumam tak karuan saat kukorek-korek liang kemaluannya dengan jariku.

Kumainkan jariku di dalam liang kemaluan Memey. Dan Memey semakin meronta dan menggelinjang saat jariku memainkan dan menggosok tonjolan daging kecil dalam liang kemaluannya. Kepalanya mendongak ke atas dan mulutnya setengah terbuka menahan nikmat. Kuciumi leher yang indah itu sampai di tengkuknya. Kugosok terus dan sesekali kutarik tonjolan daging itu.
"Terush.. Anto.. ohh.. ter.. ruushhkan" Memey terus menceracau. Ia melenguh panjang dan tiba-tiba tubuhnya mengejang, kepalanya terhentak dan tubuhnya meliuk. Mungkin dia merasakan nikmat yang luar biasa. Ia pasti akan mencapai orgasmenya kalau terus kumainkan tonjolan daging di selangkangannya.

Kutarik tanganku dari selangkangannya dan kuusap pinggang sampai ke perutnya. Ia menghela nafas panjang. Beberapa saat ia terdiam dan matanya terpejam menikmati sensasi yang baru saja dirasakannya. Setelah napasnya mulai teratur diraihnya shower dan disiramnya tubuhnya dan tubuhku dengan air. Sambil menyirami sisa busa sabun di tubuhku tangannya mengelus dan mengurut batang kemaluanku yang sudah sangat kencang.

"To.. kamu tiduran saja di bath tub biar aku yang aktif sekarang," ia menyuruh aku berbaring di lantai bath tub.
Aku pun menurut saja apa maunya. Kubaringkan tubuhku di bath tub. Penisku berdiri tegak menunjuk langit-langit kamar mandi. Memey merangkak di atas tubuhku. Ia duduk di atas perutku dan mulai mencium keningku. Aku memejamkan mata merasakan sensasi luar biasa. Selangkangan Memey yang hangat menempel ketat di atas perutku dan batang kemaluanku menempel pantatnya. Bulu halus di selangkangannya menggesek kulit perutku.

Memey kelihatannya sangat puas denganku sehingga iapun akan bermain habis-habisan. Aku diam tidak bergerak dan menikmati layanan total yang hendak dilakukannya padaku. Dari kening perlahan bibirnya bergerak turun dan mulai menjilati telingaku kanan dan kiri bergantian. Rasa geli yang luar biasa menerpaku saat lidah Memey menyapu-nyapu lubang telingaku.
"Akhh.. Mey..," bisikku kegelian.

Tubuhnya terus bergeser ke bawah saat bibir Memey beranjak turun ke bibirku. Kami saling memagut dan dorong mendorong bermain lidah. Aku ikuti saja permainan Memey. Lidahnya menyapu-nyapu lidahku dan saling menyedot bergantian. Akibatnya batang kemaluanku semakin ketat tertekan tubuh bagian bawahnya yang menindihku. Rasa hangat menjalar dari batang penisku yang terjepit gundukan bukit di selangkangan Memey yang kurasakan makin licin.

Bibir kami masih saling berpagutan, selangkangan Memey yang menjepit kemaluanku digesek-geseknya dengan pelan. Kembali lagi kurasakan sensasi luar biasa. Walaupun batang kemaluanku belum memasuki lubang vaginanya namun karena pangkal pahanya sudah sangat licin membuat penisku yang terjepit di antara pahanya seperti diurut. Batang kemaluanku mulai berdenyut-denyut. Namun permainan belum berakhir, justru permainan baru dimulai!

Bibir Memey terus menjilat seluruh tubuhku. Leherku sudah basah oleh ludah Memey. Dari leher bibirnya terus merangsek ke bawah, kedua puting dadaku pun habis dipermainkan lidahnya. Dari sini bibirnya terus ke bawah hingga perut dan pinggangku digigit dan pun dijilatinya habis-habisan. Sensasi luar biasa menyerbuku saat lidah Memey menciumi perutku sementara kedua payudaranya menempel ketat di batang kemaluanku. Kali ini batang kemaluanku terjepit di tengah-tengah belahan payudaranya yang kenyal. Sensasi nikmat semakin meningkat saat bibir Memey mulai menciumi batang kemaluanku dari ujung hingga pangkalnya.

"Upff.. Mey.." aku setengah memekik saat ujung kemaluanku serasa terjepit benda hangat.
Ternyata Memey sedang mengulum batang kemaluanku. Dia mengulum batang kemaluanku seperti anak kecil yang sedang menjilati es krim. Sambil mengocok batang kemaluanku dengan tangannya dihisapnya kepala penisku habis-habisan. Tidak puas menjilat kepala dan batang penisku, Memey mulai menjilat kantung penisku. Dipegangnya kantung penisku dan dijilatinya inci demi inci.

Batang kemaluanku semakin berdenyut kencang. Kocokan tangan Memey pada batang kemaluanku semakin kencang. Sekali lagi batang kemaluanku jadi bulan-bulanan mulut Memey. Dikulumnya lagi batang kemaluanku yang berdenyut semakin kuat hingga hampir seluruhnya masuk ke dalam mulutnya. Mataku semakin membeliak menahan sesuatu yang mendesak dari perut bagian bawahku. Aku mencoba bertahan dengan mencoba memegang kepala Memey agar berhenti melakukan rangsangan ini. Namun semakin kencang aku memegang kepalanya, semakin kencang pula kepalanya bergoyang hingga batang kemaluanku dikocok-kocok dengan mulutnya.

Memey menghentikan aksinya sesaat sebelum aku sampai di titik terakhir sebelum puncak. Aku menarik nafas panjang. Lega rasanya tapi sekaligus penasaran. Lega karena aku tidak mau menumpahkan spermaku di mulutnya, penasaran untuk menyelesaiakn permainan ini.
"Kita kembali ke kamar To!" ajaknya sambil menarik tanganku.

Kami langsung menghempaskan tubuh di ranjang empuk. Kembali bibir kami saling bertautan. Batang kemaluanku yang agak lemas baru saja keluar dari mulut Memey, perlahan namun pasti ia mulai mengeras. Kami saling menindih dengan posisi berhadapan. Bibir kami masih tetap saling melumat dan lidah kami pun saling dorong mendorong.

Batang kemaluanku yang sudah keras kembali menempel ketat pada gundukan di selangkangan Memey yang hangat dan basah. Kedua payudara Memey yang kenyal menjadi bulan-bulanan tanganku yang sibik meremas kesana-sini. Mendapat perlakuanku yang agak liar, tubuh Memey menggelinjang di bawah tindihan tubuhku. Napasnya mulai memburu. Lalu tangannya mencari-cari dan akhirnya terpeganglah batang penisku yang sudah dalam keadaan tegak sikap sempurna dan siap tempur. Dengan bertumpu pada lutut kuangkat pantatku dan tangannya meraih penisku membantu menuntun menuju bibir vaginanya yang merekah basah. Dibimbingnya batang kemaluanku ke celah-celah di selangkangannya dan digesek-gesekannya di celah hangat dan sempit itu. Ia mengesekkan perlahan kepala penisku ke bibir vaginanya untuk melicinkan kepala penis yang membengkak, menempelkannya pada lubang vagina, membenamkan perlahan dibantu pantatku yang menekan ke dalam, sediki demi sedikit penisku amblas terbenam. Tiba-tiba kedua tangan Memey memegang pantatku dan ditariknya hingga batang kemaluanku masuk menghunjam liang kemaluannya dan bersarang di sana.

Wajah Memey merona, bibirnya digigit melipat disertai erangan tertahan menahan gelora kenikmatan yang menyerang, sementara pantatku terus bergerak menekan bagian atas vagina membuat penis bergeser menyentuh bagian bawah klitorisnya yang memerah. Pantatku kuangkat perlahan seiring penisku yang tertarik menggelitik dinding vagina yang basah oleh cairan dinding vagina, menekan dan menarik kembali, bergerak naik turun semakin cepat. Pantat Memey membalas gerakanku, menggeser ke kiri ke kanan dan memutar. Syaraf-syaraf di sekeliling kepala penisku merespon cepat, memacu darah dan membangkitkan kehangatan disekitar selangkangan. Keringat mulai membasahi sekujur tubuh kami, kuraih tangan Memey, kubuka terlentang, telapak tangannya bersetunhan dengan telapak tanganku, jari jemari mengapit satu sama lain, saling meremas dan membelai lembut.

Hentakan pantat menekan perlahan dan menarik dengan cepat menimbulkan sensasi kenikmatan tersendiri membuat Memey merintih lirih dengan nafas yang ditahan.
"Oouuhh.. Anto.. hhmmff".
Kedua kakinya melebar dan pantatnya diangkat sehingga bibir vagina menengadah menganga lebar membuat penisku semakin leluasa bergerak keluar-masuk. Gairahku semakin menggebu, gerakan tubuh menjadi-jadi, badan kutekuk dan kepala sedikit merendah menggapai payudara dengan puting merah menantang, kutelan, kujilat, kuisap dan kugigit gemas.
"Hmmff.. hmmf.. hngkhh!".

Erangannya tertahan, terdengar desisan memacu gelora birahi yang memuncak. Kenikmatan merambah ke sekujur tubuh kami memberikan reaksi yang semakin menjadi, memacu tubuh bergerak semakin liar. Tangannya secara otomatis meraih pantatku, meremas, menekan keras menambah tekanan penis masuk ke dalam vaginanya yang haus akan kenikmatan yang sudah lama ia dambakan.

Gelora gairah nafsu berpadu menyatu dalam rangkaian kenikmatan yang susul menyusul, hentakan liar dan desahan nafas yang memburu bersahutan.
"Aahh.. aahh..".
"Oohh.. sshh".
Kami saling menatap dalam api gairah, bibirnya semakin membasah terbuka menantang. Aku tak tahan melihat bibir yang indah menggairahkan itu, kulumat dan lidahku menjelajah liar keseluruh ruang mulut, lidahnya menyambut memagut memelintir diselingi lenguhan dari tenggorokan yang tertahan.
"Ngngghh.. ngngghh..".

Kenikmatan birahi semakin membara membuat keringat membasahi sekujur tubuh, aliran darah memacu kencang menelusuri pembuluh darah sampai ke ujung-ujungnya. Memey melepas ciuman, berdesah keras, mengerang, tangannya dirangkulkan ke punggungku dengan jari-jari tertancap dalam, kakinya terangkat dan menjepit pinggulku keras, desahannya menjadi-jadi. Aku mempercepat gerakan, meningkatkan hentakan pinggul dan penisku menghantam vaginanya berulang-ulang. Badanku terangkat tertopang siku tangan yang tertindih punggungnya. Raut wajahku menegang disertai deru nafas memburu.
"Ngngghh.. aahh.. auuhh..", sekujur tubuh Memey menggelinjang hebat kemudian menegang, menjepit keras, dan vaginanya berdenyut-denyut disertai erangan lirih menahan kenikmatan puncak orgasme yang luar biasa indahnya. Jantungku seakan terhenti sesaat, kedutan vaginanya mengurut penis yang berpacu cepat menambah nikmat berlipat ganda, meledakkan cairan kenikmatan yang tertampung membengkak di saluran kencingku, mengalir cepat ke ujung penis dan dimuntahkan di ujung kepala penis berulang-ulang, menyemprot memenuhi vagina Memey. Kakinya masih menjepit keras pinggangku sampai beberapa saat.

Kami terkulai puas dalam pelukan kenikmatan. Matanya terpejam, hembusan nafasnya lemah mereda dengan kepala menindih bahuku sebagai alasnya. Tangannya merangkul pinggang dengan kaki menyelip di dalam lingkaran kakiku, menyatu. Tanganku membelai rambutnya dan mengelus lembut pipinya sesekali. Mataku memperhatikan seluruh sudut wajahnya yang cantik rupawan bersimbah peluh. Mengecup bibirnya perlahan dan memeluknya erat seakan tak ingin ku lepas lagi.

Jam setengah tujuh pagi aku sudah bersiap untuk keluar kamarnya. Memey tampak berat melepaskanku.
"To.....," katanya agak terbata-bata.
"Hmmh, ya Mey," sahutku pelan.
Kalau sudah begini kelemahanku adalah sulit untuk berkata tidak.
"Rasanya aku masih ingin memelukmu dan berbagi denganmu. Nanti sore aku sudah kembali. Pagi sampai siang nanti aku ada urusan. Mudah-mudahan kita masih bisa bertemu lagi. Oh ya berapa nomor teleponmu?" tanyanya
Kusebutkan nomor teleponku dan ia memasukkannya ke dalam hp-nya.
"Aku miscall kamu ya. Ini nomor yang biasa aku pakai untuk keperluan pribadi. Suamiku juga tidak tahu nomor ini," katanya lagi.
Tak lama HP ku berbunyi, kulihat muncul sebuah nomor dan kusimpan.

Sebelum keluar dari kamar ia memegang tanganku dan memeluk leherku erat-erat. Bibirnya mencari bibirku dan menciumnya dengan lembut dan dalam. Kali ini kurasakan ciumannya sebagai ciuman sayang, bukan ciuman yang penuh dengan nafsu birahi. Lama ia menciumku sampai akhirnya ia melepaskan ciuman dan pelukannya. Ia masih memandangku di depan pintu kamarnya sampai aku masuk ke lift kembali ke kamarku.

Aku hanya berganti pakaian dan langsung membawa berkas yang kuperlukan untuk menyelesaikan urusan hari ini. Kalau lancar sebelum tengah hari urusanku sudah selesai. Aku menyempatkan sarapan yang sudah disediakan hotel. Lumayan untuk memulihkan tenaga yang tadi malam kuhabiskan bersama Memey.

Tiba-tiba aku ingat kepada Inge.
 
aaaaaaakk:aduh: ketinggalan beberapa updatetan n Memey nya udah nongol pula..
:((:((:((
einjjjj:bata:...........
seharusnya seneng:haha: kejar dulu aachh( ( (:)ngacir:....... penasaran ngecruuutin Memey:hammer:
...
,.
:D


:kopi::baca:
 
Cerita bersambung yng super panas dan mungkin satu2nya yng ceritanya full ss....

:konak: terus baca cerita ini yang akhirnya :coli:

Suhu balio semangat ya... masih bersambung kah ini cerita
 
Cerita bersambung yng super panas dan mungkin satu2nya yng ceritanya full ss....

:konak: terus baca cerita ini yang akhirnya :coli:

Suhu balio semangat ya... masih bersambung kah ini cerita

Dulu sempat nulis cerita ala nick carter gitu...eh filenya rusak ga punya back up....hiks
Ini cerita emg udah jadi, tinggal update aja kok, cm endingnya blm terpikir spt apa....
Mohon maaf yang ga suka full ss....
 
Tiba-tiba aku ingat kepada Inge.

---------------------------

kembali update dengan full ss....

Aku berjanji untuk menelponnya pagi ini. Kupilih nomornya dari phone book hpku.
"Hallo sayang," terdengar suara Inge manja.
"Hai, sudah kembali ke Jakarta?" tanyaku.
"Masih dalam perjalanan. Sejam lagi sampai di Jakarta. Kamu di mana nih?"
"Ada di kantor," kataku berbohong.
"Eh enggak di ruangan Vina khan. Tumben nelpon aku dari kemaren. Ada apa?"
"Lama enggak ketemu, tiba-tiba inget saja. Kapan ke sini?"
"Belum ada rencana. Kayaknya usaha yang akan kubuka di sana masih ada hambatan. Tadi malam Vina telpon aku tuh".
"Apa katanya?" tanyaku.
"Ia hanya tanya aku sedang apa dan di mana".
Agaknya Vina mengecek apakah aku bertemu dengan Inge di Jakarta.
"Jadi kita enggak bisa ketemu dong," pancingku.
"Ya, kamu ke Jakarta saja. Nanti aku atur tempat untuk menghabiskan waktu dan tenagamu, hi..hi..hik.," katanya genit.
"Oke deh kalau gitu. Entar aku kabari kalau ke Jakarta. Daahh!" kataku menutup pembicaraan.

Urusan hari ini berjalan lancar sesuai dengan yang kuperkirakan. Tidak sampai tengah hari semua sudah selesai. Aku makan siang dijamu oleh relasi bisnis. Kusampaikan kepada Pak Ivan urusan sudah selesai, namun aku minta ijin untuk kembali besok karena memang tiket yang disediakan untuk pulangnya adalah besok sore. Pak Ivan mengiyakan saja dan berpesan agar aku hati-hati di Jakarta. Kayak anak kecil saja, pikirku. Tapi baik juga diingatkan untuk hati-hati, siapa tahu ada wanita yang mengincarku.

Setelah kembali ke hotel kutelepon Inge.
"Di mana Ing?"
"Kenapa, kangen?"
"Ya. Lagi dimana?"
"Ini lagi di Mangga Dua, ada yang dicari".
"Nyari siapa atau nyari apa?" kataku bernafsu.
"Nyariin kamu, cuma enggak ketemu".
"Serius Ing".
"Serius Mas Anto. Aku di Mangga Dua".
"Aku lusa ke Jakarta.".
"Ha! Yang bener nih? Kamu boong kali".
"Entar kutelpon lagi deh".
"Bener kamu mau ke Jakarta?" tanyanya bernafsu.
Kumatikan HP-ku agar ia penasaran.
Tidak lama HP-ku berdering. Ternyata Inge.
"To, bener mau ke Jakarta?"
"Iya, Ibu Inge. Ada urusan kantor".
"Jangan lupa telpon ya kalau sudah sampai".
"Baik Bu Inge yang cantik".
Nah, rasain sekarang kamu yang penasaran menunggu lusa.

Aku keluar dari hotel dan mencegat taksi ke Mangga Dua. Aku akan membalas kejutannya waktu itu. Dua puluh menit kemudian aku sudah tiba di ITC Mangga Dua. Aku langsung masuk dan mulai mencari Inge. Kupikir betapa bodohnya aku mencari Inge di tempat sebesar ini. Aku sempat membeli kapsul makanan suplemen yang dulu kutelan ketika bercinta dengan Vina di dangau di tengah ladang. Kupikir kalau memang ketemu Inge aku tidak akan kuat melawannya semalam penuh. Tadi malam aku sudah menghabiskan energiku memuaskan Memey. Setelah lebih dari sejam berkeliling ke sana kemari akhirnya aku menyerah. Aku keluar untuk mencari taksi, sambil menelpon Inge lagi.

Sampai di luar tiba-tiba sebuah mobil hampir menabrakku. Mungkin karena pikiranku bercabang sehingga aku tidak konsentrasi. Pengemudinya menurunkan kaca dan kelihatannya ia akan memakiku.
"Hey kalau jalan lihat-lihat......"
Aku memalingkan muka ke arah pengemudi mobil itu.
Pengemudi tadi seorang wanita. Ia menurunkan kacamata hitamnya.
".......Anto!"
Terdengar suara memanggilku dari dalam mobil yang hampir menabrakku. Aku kenal itu suara Inge.
"Inge!" teriakku setelah memastikan bahwa pengemudi mobil itu Inge.
"Ngapain lu di sini. Hampir aja gua tabrak. Ayo naik!" katanya penuh kegirangan.

Aku segera naik ke mobilnya. Ia menyambutku dengan kecupan ringan di bibirku.
"Kamu bohong, katanya lusa baru ke Jakarta," katanya
"Tadinya mau kasih kamu surprise, ternyata aku yang surprise".
"Kapan ke Jakarta?"
"Kemarin sore. Ada urusan kantor. Tapi sudah selesai tadi siang".
"Kok kemarin enggak kasih tahu aku?"
"Ya rencanaku kan mau kasih kejutan. Ternyata berantakan".
Ia mengerutu perlahan,"Kalau tadi malam kamu kasih tahu aku, aku bisa pulang malam begitu urusan selesai".

Kami diam sejenak.
"Trus kapan rencana balik?"
"Malam ini, pesawat terakhir," kataku santai.
"Lu gila ya. Sudah besok saja. Kalau perlu besok pagi-pagi kuantar ke Cengkareng. Pakai pesawat paling pagi. Malam ini kamu kusandera, menjadi tawananku semalaman".
"Enggak bisa Ing..,"
"Pokoknya harus bisa. Pantesan kemarin Vina nelepon aku tanya mendetail sedang apa dan di mana. Rupanya pacarnya sedang ke Jakarta, takut kuserobot," katanya sambil tersenyum.

Inge mengemudikan mobil dengan cepat.
"Ngapain kamu di Mangga Dua?"
"Nyari kamu. Tadi kan kutelpon katamu lagi di Mangga Dua, makanya aku ke sana. Mau bikin surprise, kayak waktu kamu datang tiba-tiba dulu".
"Ooo, ceritanya mau ngebales nih".
"Ya gitu deh," kataku malu-malu.
"Kamu nginep di mana?"
"Di hotel ***".
"Udah kamu check out sekarang dan ikut aku. Tidak bisa tidak," katanya tegas.
"Oke deh. Kalau gitu besok pagi antar aku ke Bandara".
"Gampang itu. Tidak masalah".

Inge mengantarku ke hotel dulu untuk mengambil pakaianku dan sekaligus check out. Setelah itu ia kembali memacu mobilnya menuju ke sebuah apartemen.

Kami masuk ke dalam apartemennya. Dia lalu mengunci pintu dari dalam dan membiarkan kunci tetap tertanam di lobangnya. Setelah itu dia menarik tanganku. Tidak banyak perabot di dalamnya. Nampaknya apartemen ini jarang ditinggali. Inge masuk ke dalam kamar. Aku berdiri saja di ruang tamu.
"Di mana kamarku Ing?" tanyaku menggodanya.
"Emangnya kamu bisa tidur malam ini?" kata Inge sambil tersenyum simpul.

Aku duduk di sofa sambil menonton televisi. Inge keluar dari kamar dengan memakai kimono. Ia langsung duduk di sampingku dan menggenggam tanganku. Kehalusan jari-jari tangan Inge terasa dalam genggaman tanganku. Posisi tubuh Inge yang agak membungkuk membuat mataku dapat melihat belahan payudaranya yang mulus itu dengan jelas dari belahan baju kimononya. Ia sudah tidak mengenakan BH. Penisku langsung saja berdiri tanpa diberi aba-aba lagi.

Inge menatap tanganku yang menggenggam jari tangannya. Kemudian tatapan matanya beralih ke wajahku. Sinar matanya sayu seperti meminta. Sinar mata orang yang sedang kehausan. Sinar mata orang yang sedang penuh dengan hasrat birahi .

Tiba-tiba Inge merangkul pundakku. Buah dadanya menekan dadaku dengan hangatnya. Inge mempererat rangkulannya pada bahuku. Karena badannya pendek ia harus berdiri dengan sedikit mengangkat tumitnya. Bibir sensualnya yang merekah merah dengan ganasnya mendarat di bibirku dan melumat bibirku. Nafas kami menjadi jadi terengah-engah tidak beraturan.
"Inge...," kataku tersenggal di saat bibirku sedikit terbebas dari bibirnya.
"Anto... ayo cumbu aku... Sudah lama aku tidak merengkuh kenikmatan bersamamu. Aku merindukan kebersamaan yang penuh gairah.........," pinta Inge.

"Inge...," desahku penuh nafsu. Bibirku pun langsung menggeluti bibirnya. Bibir yang mungil merah menantang itu kulumat dengan ganasnya. Tidak kusisakan sedikitpun bibirnya dari seranganku. Sementara Inge pun tidak kalah ganasnya. Bibirnya pun menyerang bibirku dengan dahsyatnya, seakan tidak sabar menunggu lumatan bibirku.

Kedua tangankupun menyusup diantara lengan tangannya. Tubuh mungil, sexy dan menggairahkan berada dalam dekapanku. Aku mempererat dekapanku, sementara Inge pun mempererat pelukannya pada leherku. Payudaranya yang tidak terlalu besar dibusungkan menekan dadaku. Jari-jari tangan Inge mulai meremas-remas kulit punggungku dari sela-sela lobang leher kemeja yang kupakai.

"Anto... kita lepas pakaian dulu saja...," kata Inge sambil melepas kancing bajuku. Dengan lincah ia melepaskan kancing kemejaku satu persatu. Dengan terburu-buru Inge langsung melepas kemeja yang kupakai. Kini kedua tangan Inge dengan sigap melepaskan ikat pinggang, kaitan dan menarik ritsluiting celanaku kemudian mencopotnya, sehingga aku kini tinggal memakai celana dalam saja.

Inge pun kembali merangkul punggungku. Aku mendekap erat tubuhnya sambil terus melumat bibirnya. Sambil mendekap tubuhnya, tangan kananku bergerak ke samping pinggang Inge dan melepaskan ikatan baju kimono tidurnya. Begitu terbuka kusingkapkan bukaan kimono tadi. Kemudian kedua tanganku menyusup ke dalam kimono dan langsung mendekap erat punggungnya yang berkulit halus. Inge kemudian melepaskan rangkulannya ke tubuhku dan mengayunkan kedua tangannya satu per satu ke belakang agar kimononya terlepas dari tubuhnya. Dan terjatuhlah kimononya ke lantai. Kini dia seperti diriku, hanya mengenakan celana dalam saja.

Dalam keadaan hanya memakai celana dalam saja, kami kembali berpelukan erat dan saling melumat bibir. Sementara tangan kami saling meremas-remas kulit punggung. Kehangatan menyertai tubuh bagian depan kami yang saling menempel. Kini kurasakan payudaranya yang kencang menekan ke dadaku. Putingnya digesekkan ke bulu dadaku. Penisku terasa mengeras di dalam celana dalam. Penisku serasa tidak sabar lagi untuk menikmati keindahan tubuh mulus Inge.

Tangan kiriku pun turun ke arah perbatasan pinggangnya yang ramping dan pinggulnya yang besar, kemudian menekannya kuat-kuat dari belakang ke arah perutku. Masih dibungkus celana dalam, penisku tergencet antara perut bawahku dan perut Inge dengan ketatnya. Bibirku bergeser dari bibir Inge, dan bergerak ke arah lehernya. Leher jenjang yang putih mulus dan berbau harum segar itu pun kuciumi, kutekan dengan dengan hidungku, kugesek dengan kumisku dan kujilati dengan lidahku.

"Ah... Nikmat... Akhh...," desah Inge sambil menengadahkan kepala, agar seluruh leher sampai dagunya terbuka bebas.
Inge pun membusungkan dadanya dan melenturkan pinggangnya ke depan sehingga walaupun wajahku dalam keadaan menggeluti lehernya, tubuh kami dari dada hingga bawah perut tetap dapat menyatu dengan rapatnya. Tangan kananku lalu bergerak ke dadanya yang montok, dan meremas-remas payudara tersebut dengan perasaan gemas.

Setelah puas menggeluti lehernya, wajahku turun ke arah belahan dadanya. Aku berdiri dengan agak menrendahkan kepalaku. Tangan kiriku pun menyusul tangan kanan, yakni bergerak memegangi payudaranya. Wajahku kemudian menggeluti belahan payudara Inge, sementara kedua tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya sambil menekan-nekankannya ke arah wajahku. Segala kemulusan dan kehalusan belahan dada itu kukecupi dengan bibirku. Segala keharuman yang terpancar dari belahan payudara itu kuhirup kuat-kuat dengan hidungku, seolah tidak rela apabila ada keharuman yang tersisa sedikitpun. Kugesek-gesekkan wajahku memutar di belahan payudara itu. Kemudian bibirku bergerak ke atas bukit payudara sebelah kiri. Kuciumi bukit payudara yang membusung dengan gagahnya itu. Dan kumasukkan puting payudara di atasnya ke dalam mulutku. Kini aku menyedot-sedot puting payudara kiri Inge. Kumainkan puting di dalam mulutku itu dengan lidahku. Sedotan kadang kuperbesar ke puncak bukit payudara di sekitar puting yang berwarna coklat.

"Ah... ah... Anto... geli... geli...," mulut indah Inge mendesis-desis.
Ia menggeliat ke kiri-kanan, bagaikan cacing kepanasan. Aku memperkuat sedotanku pada payudaranya. Sementara tanganku meremas kuat payudaranya sebelah kanan yang kenyal. Telapak tanganku menangkup seluruh gundukan payudaranya. Remasan kuperkuat dan kuperkecil menuju puncak bukitnya, dan kuakhiri dengan tekanan-tekanan kecil jari telunjuk dan ibu jariku pada puting di atas puncak bukit payudara kanannya.
"Anto... hhh... geli...... enak......"

Aku semakin gemas. Payudara Inge kumainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan sebelah kanan. Bukit payudara kadang kusedot dengan sekuat-kuatnya, kadang yang kusedot hanya putingnya dan kujepit dengan bibir dan lidah. Belahan lainnya kadang kutangkap sebesar-besarnya dengan remasan sekuat-kuatnya, kadang hanya kupijit-pijit dan kupelintir-pelintir kecil puting yang mencuat di puncaknya.
"Ah... Anto... terus Anto... terus... hzzz......" Inge mendesis-desis keenakan. Matanya kadang terbeliak-beliak. Geliatan tubuhnya ke kanan-kiri semakin sering.

Akhirnya Inge tidak tahan lagi melayani permainan pemanasan. Dia dengan cepat memelorotkan celana dalamku hingga turun ke paha. Aku memaklumi maksudnya, segera kurapatkan lututku sehingga celana dalamku melorot jatuh ke lantai karpet ruang tamu. Jari-jari tangan kanan Inge yang mulus dan lembut kemudian menangkap penisku yang sudah berdiri dengan kerasnya.

"Batang penismu tidak terlalu besar, tapi keras sekali. Hmm rupanya kepala penismu yang lebih besar dari batangnya. Baru kali ini aku perhatikan. Penis pacar-pacarku dulu tidak ada yang sekeras ini....," ucapnya terkagum-kagum. Ia tetap membiarkan mulut, wajah, dan tanganku terus memainkan dan menggeluti kedua belah payudaranya. Jari-jari lentik di tangan kanannya meremas-remas perlahan penisku secara berirama, seolah berusaha mencari kehangatan dan kenikmatan di menara kejantananku. Remasannya itu memberi rasa nyaman dan nikmat pada batang penisku.

"Ing, kita lanjutkan di dalam kamar saja...," ajakku pada Inge. Inge menatapku dengan sinar mata yang sudah dikuasai nafsu birahi. Tangan kirinya mendorong perlahan diriku untuk membebaskan payudaranya dari gelutan wajah dan tanganku. Ia mendorongku dan justru menarikku dan merebahkan tubuhnya ke atas karpet.
"Di sini saja To, di lantai saja. Lebih nikmat rasanya, tanggung sudah terlanjur naik.....

Mulutku menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali ia bergidik penuh kenikmatan kalau kumisku menggesek putingnya. Tanganku turut bekerja pada payudaranya yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua puting itu semakin mengeras. Ia hanya mendesah, mendekap kepalaku ke dadanya dan meremasi rambutku, sementara mulutku masih sibuk mengulum, mengisap dan menjilati payudaranya.

Puas bermain di payudaranya, mulutku perlahan-lahan bergeser turun mencium dan menjilati perutnya yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah Pinggulnya terangkat ketika tanganku menurunkan celana dalamnya. Sambil melepaskan celana dalamnya aku mengusap-usap paha mulusnya. Celana dalamnyapun akhirnya terlepas melalui kaki kanannya yang diangkatnya.

Darahku semakin bergolak oleh lekuk tubuhnya yang erotis itu. Selanjutnya aku mengangkat kedua kakinya ke bahuku, badannya setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas. Ia pasrah saja mengikuti posisi yang kuinginkan, yang penting agaknya ia ingin segera menuntaskan birahinya. Tanpa membuang waktu lagi aku melumat kemaluannya dengan rakus, lidahku menyapu seluruh daerah vaginanya mulai dari bibir luar hingga ke dinding di dalamnya. Lidahku kujulurkan maju mundur pada lubang kemaluannya untuk memberikan sensasi pada syaraf di sekitar vaginanya. Gerakanya mulai tak terkontrol, matanya terpejam dan sesekali terbeliak. Rangsangan yang terjadi mengalir ke seluruh tubuhnya yang membuatnya serasa menggigil seperti orang demam.
"Ah.. Aahh.. Anto.. Nngghh.. Terus!" erangnya panjang

Aku terus menjilati bibir vaginana dan menyedot cairan licin yang keluar dari sana dengan lidahku. Tubuhnya jadi bergetar kuat seperti mau meledak. Kedua belah pahanya semakin erat mengapit kepalaku. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa sepotong daging mentah dan biji kacang tanah yang sama-sama memerah, barulah aku menurunkan kakinya.

Kubiarkan agar Inge sempat beristirahat sebentar. Aku membentangkan kedua pahanya dan mengambil posisi berlutut di antara pahanya. Bibir kemaluannya yang merah merekah terbuka di antara bulu-bulu hitam yang rapi, siap untuk menyambut penisku yang akan memasukinya. Namun aku tidak langsung memasukkannya, melainkan kugesek-gesekkan penisku yang keras itu pada bibir vaginanya untuk memancing birahinya agar semakin naik lagi. Inge sudah tidak sabar ingin segera menikmati penisku. Ia meraih batang penisku, digenggamnya dengan kuat.
"Aaakkhh..!" erangnya kuat sambil meremas sprei saat penisku melesak masuk ke dalam vaginanya.
"Aauuhh..!" ia menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan keras penisku yang tertancap seluruhnya pada lubang vaginanya.

Aku menahan berat tubuhku dengan kedua tangan dan lututku. Dengan gerakan perlahan aku menarik penisku lalu kutekan ke dalam lagi. Aku ingin menikmati gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Ia menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginanya mengimbangi gerakanku. Responnya membuatnya aku semakin mempercepat gerakanku, penisku semakin lama semakin kasar saja keluar masuk di dalam liang vaginanya. Kedua gunung kembar di dadanya ikut terguncang-guncang dengan kencang.
Otot-otot tubuhku mengeras, tubuhku bercucuran keringat. Suara desahannya bercampur baur dengan eranganku. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhnya seperti embun, walaupun ruangan ini ber-AC.
"Uugghh........Ing..... Kamu emang nikmat .... Oohh.. punyamu legit..... dan berdenyut," kataku sambil gemetar menahan arus kenikmatan.

Aku menurunkan tubuhku hingga menindihnya, disambutnya dengan pelukan erat, kedua betisnya dilingkarkan di pinggangku. Aku mendekatkan mulutku ke leher putih mulus dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisku makin kuat mengaduk-aduk vaginanya, diselingi dengan gerakan berputar. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Ia merintih tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan badai ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai. Akupun merasa melayang-layang seakan-akan terbang ke atas awan.

Tiba-tiba Inge menggerinjal menolak tubuhku.
"Aku ingin klimaks di atas To.!" rintihnya.
Ketika sudah dalam posisi di atas tubuhku ia menarik tanganku agar aku dalam posisi duduk. Aku menegakkan punggungku dan mendudukkan dirinya. Dengan posisi ini penisku menancap lebih dalam pada vaginanya, semakin terasa pula otot dan urat penisku yang menggesek dinding kemaluannya. Inge menggoyangkan pinggulnya dengan gerakan maju mundur. Aku mengimbangi gerakannya dengan melawan arah gerakan pinggulnya.
"Ooohh nikmatnya...".
Melihat payudaranya yang berguncang bergerak-gerak seiring pergerakan tubuhnya, tanganku kemudian memegang kedua payudaranya dan meremas-remasnya. Inge setengah terpejam keenakan dengan aksinya. Mulutku sibuk melumat payudaranya kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu kemerahan penuh bekas gigitan dan air liur. Tangan kami terus bergantian saling menjelajahi tubuh, sambil mengelus, meremas dan menekan.

Tak lama kurasakan ia sudah mendekati orgasmenya. Ia mempercepat gerakannya dan mempererat pelukannya. Hingga akhirnya mencapai saat dimana tubuhnya mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur dan nanar lalu disusul dengan erangan panjang serta denyutan keras berkali-kali dari dinding vaginanya. Terasa lobang kemaluannya menjadi hangat dan basah oleh cairan vagina.

Aku menjepit putingnya dengan bibirku cukup keras sehingga ia menggelinjang makin tak karuan oleh rasa nikmat. Ia masih menggoyangkan pinggulnya dan menekan penisku kuat-kuat sampai beberapa saat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyangannya pun makin mereda, tubuhnya rebah ke belakang. Dihentakkan badannya ke atas karpet tebal sambil menengadah ke atas tangannya terbuka lebar dengan mata terpejam. Kelihatannya ia betul betul puas. Penisku tercabut waktu ia merebahkan badannya ke belakang tadi.

Sesaat kemudian aku menindih tubuhnya dan menciumi mukanya dengan lembut.
"Bagaimana Ing, puas..?", tanyaku.
"Wuah.., andaikan kamu dapat merasakan kenikmatan yang aku rasakan sekarang..luar biasa.., fantastis. Kamu masih tetap hebat, bahkan bertambah pintar bermain cinta!" katanya sambil tersenyum.,

Penisku yang masih mengeras mengganjal di antara perutku dan perut Inge.
"Ing, aku belum..," belum selesai aku berkata ia menyahut,"Jangan kuatir sayang, aku tidak akan membiarkanmu menggantung,"
Bibirnya memagut bibirku. Aku memintanya untuk menungging, dan dengan bantuan tangannya kemudian aku mulai memasukkan penisku dari belakang dalam posisi doggy style.
"Ooohh.., Oohh.... Anto aku akan membuat kamu mencapai puncak!"
Aku kembali merasakan kenikmatan berlayar mengarungi samudera percintaan, suara desahan kami berdua kembali mengalun dibarengi dengan suara "ceplok-ceplok.., plok.., plok.., plok.." yang timbul dari hempasan pangkal pahaku di pantatnya.

Aku semakin mempercepat hunjaman penisku ke dalam vaginanya, tempo permainan semakin cepat. Desahanku semakin keras dan Ingepun melenguh keras seperti suara orang menahan sesuatu. Aku tetap menghunjamkan kuat-kuat seluruh penisku ke dalam vaginanya.
"Aaahhgg.., aahhgg.., aahhgg.."
"Ouhh......Uuffghh...uhhhh..."

Kudorong tubuhnya kembali terlentang dan kutindih. Selangkanganku sudah berada dalam jepitan kedua pahanya. Kutinggikan perutku, kemudian penisku kuarahkan ke mulut vaginanya, dan akhirnya kepala penisku menyumbat mulut vaginanya. Kakinya dinaikkan, merangkul pinggangnya. Sementara, mulut kami masih saling bertaut. Aku memainkan kepala penisku di mulut vaginanya dengan mengencangkan otot PC-ku, ia membalas dengan denyutan dari mulut vaginanya.

Anto masih mempermainkan penisku, dan itu membuatnya menggelinjang kegelian bercampur nikmat. Ia melepaskan pagutan bibirnya.
"Anto.., Anto.., langsung aja", katanya dengan nafas yang tidak teratur lagi.
Kemudian tangannya menarik pinggangku untuk menekan lebih dalam dan keras lagi, Begitu pinggulku menekan dengan keras, maka pinggulnya naik terdorong ke atas menyambutnya.
"Ahh.., Anto....", katanya sambil merintih.
Kemudian sedikit demi sedikit, penisku masuk ke dalam liang vaginaku, sampai akhirnya masuk semuanya.
"Bleess.....".
"Ooohhgg",

Kurasakan kenikmatan pada seluruh batang penisku memenuhi liang vaginanya. Aku masih berdiam menikmati sensasi denyutan dari otot penisku yang dibalas dengan remasan dinding vaginanya.
"Ayo ...To..", pintaku.
Aku menggerakan pinggulku naik turun sehingga penisku kembali keluar.. masuk.., keluar..masuk.. dalam vaginanya.
"Ooohhgg.., oohhgg.. sungguh nikmat".
Gerakan pinggulku yang naik turun diimbangi dengan goyangan pinggulnya memutar, sehingga terasa penisku menggesek-gesek dinding vaginanya seperti dipelintir. Vaginanya rasanya menyedot batang penisku.

Kurasakan saat itu bukan hanya tubuh kami yang bergetar, karpet tebal yang menjadi alas kamipun ikut begeser akibat gerakan liar tubuh kami. Dorongan pinggulku yang kuat terus menghunjam-hunjamkan penisku ke dalam liang vaginanya. Desahan-desahan kenikmatan bersahut-sahutan dari mulut kami berdua.
"Aahhgg.., aahhgg.., aahhgg," kadang ia menggigit bibir bawahnya karena rasa nikmat yang timbul dari permainan kami.
Aku merasakan kenikmatan klimaks sudah dekat, aku terus mempercepat gerakanku.
"Aaahh.., aahh.., aahh.. ".
Inge dan aku saling mendesah, hingga akhirnya aku merasakan tubuhku mulai mengejang. Tanganku mencengkeram punggungnya dengan kuat sampai akhirnya aku mencapai orgasme.
"Aaahhgg.., aahghgg.., aahgg", aku mengerang dengan lantang.
Perasaanku melejit jauh ke angkasa.
"Ooohh.., Anto, engkau memang jantan. Kita sama-sama To...!"

Akhirnya ada sesuatu perasaan aliran kenikmatan menjalari tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan panjang. Kami sama-sama mengejang dan mengerang keras. Pelukan yang semakin erat, kaki yang saling mengait, tubuh yang rapat menyatu dan bibir yang saling melumat ganas menyatakan kenikmatan yang kami rasakan. Matanya kemudian terbeliak lebar, bibirnya melepaskan diri dari ciumanku, giginya menggigit dadaku sekuatnya. Rasa sakit dari gigitannya semakin melengkapi puncak kenikmatan yang kuperoleh.
"Ingee...... Oohhhh Ing....".
"To..... aku orgasme.....".
Orgasme yang sangat nikmat, tak ada lagi rasa nikmat melebihi kenikmatan yang kami peroleh saat itu. Dengan tubuh yang masih menyatu kami terhempas terengah-engah dengan lemas di atas karpet. Sesaat kami diam dan sama sama mengatur nafas yang masih memburu cepat dengan jantung berdetak kencang. Badanku lemas seperti tak bertulang.

Setelah membersihkan badan kami terbaring bersebelahan sambil meresapi puncak kenikmatan yang baru kami lalui. Tanpa sepengetahuan Inge kuminum kapsul suplemen yang tadi kubeli. Malam ini sepertinya aku tidak akan sempat tidur lagi sehingga harus menelan suplemen agar tetap dapat menjaga stamina dalam memenangkan pertempuran.

Tiba-tiba HPku berdering. Kulihat ternyata Vina yang menelepon.
 
"Hallo, Bu," sapaku.
"Nggak usah formil gitu. Aku lagi sendiri di ruangan. Kok mendadak kamu ke Jakarta. Kemarin sore malam aku dikasih tahu orang kantor waktu nyariin kamu karena HPmu dihubungi enggak masuk-masuk," katanya.
"Iya. Kemarin siang setelah istirahat dikasih tahu harus berangkat ke Jakarta".
"Aku kemarin seharian sampai tadi siang ada acara di luar kantor. Makanya baru sekarang aku sempat nelepon. Gimana urusannya. Lancar kan?"
"Lancar-lancar saja. Tadi siang juga sudah selesai".
"Terus kapan kamu kembali?"
"Besok sore karena sudah diambilkan tiket dari kantor pp".
"Nggak bisa dimajukan sore ini ya?"
"Aduhh, sudah enggak bisa lagi".
"Lagi di mana ini?" tanyanya lagi.
"Lagi di hotel bengong sendirian," jawabku berbohong.
"Enggak sama Inge kan?"
Nada suaranya agak khawatir bercampur cemburu.
"Enggak. Kutelpon kemarin katanya dia sedang di luar kota".
Inge baru keluar dari kamar mandi dan mendekatiku.
"Siapa To?" tanya Inge.
"Vina," jawabku sambil menjauhkan HP dari mulutku.
Inge diam dan ikut menguping di dekatku.
"Iya, tadi malam aku juga telepon Inge lama. Katanya memang sedang di luar kota sampai beberapa hari".
Inge menutup mulutnya menahan tawa.
"Udah Vin, besok sore aku sudah kembali kok,' kataku menutup pembicaraan.

Inge memukuliku setelah aku menutup telepon.
"Eee, kenapa?" tanyaku.
"Kamu memang tukang bohong. Katanya pulang besok pagi naik pesawat pertama, ternyata sore naik pesawat terakhir ," katanya.
"Sekali-sekali godain kamu dan mau bikin surprise lagi. Yah, sudah ketahuan jadinya tidak ada kejutan lagi. Ya sudah kalau kamu enggak suka aku pulang sore, besok pagi-pagi tolong antar aku ke Bandara. Aku akan langsung beli tiket di sana saja," kataku lagi.
"Huhhh, aku akan antar kamu lusa malam. Biar tahu rasa..".
"Iya deh terserah saja kapan kamu akan antar aku, yang penting kamu kasih tahu ke Vina aja".
"Bener nih. Aku kasih tahu Vina....," katanya sambil mulai menekan tombol HPnya.
"Ja... Jangan Ing," kataku sambil mencoba merebut HPnya.
Tetapi terlambat, sudah ada nada sambung di HPnya.

"Halo Vina yang cantik. Apa kabar?" kata Inge.
Inge menarikku untuk ikut mendengarkannya.
"Hai Ing, masih di luar kota?" sahut Vina.
"Iya nih, mungkin lusa baru pulang. Kamu enggak ngundang aku ke kotamu lagi ".
"Kapan saja kamu bisa ke sini kok, kenapa aku mesti ngundang kamu".
"Bener nih. Entar setelah kembali ke Jakarta aku langsung ke tempatmu".
"Eee..ee boleh saja. Terserah kamu".
"Gimana Anto, Vin?"
"Apanya?" Vina balas bertanya.
"Itunya .... Makin pintar kali ya. Habis kamu yang jadi gurunya".
"Sialan kamu. Sudah..sudah ahh," kata Vina sewot.
"Salam buat Anto ya!"
"Dia sekarang lagi di Jakarta".
"Hah. Kok kamu enggak kasih tahu aku. Takut ya..".
"Yeee. Sudah Ing ..... sudah," kata Vina lalu mematikan teleponnya.

Kami duduk bersebelahan sambil menonton film dari saluran TV kabel. Aku hanya bercelana dalam saja, sementara Inge kembali mengenakan kimononya. Tanpa melihat atau memegangnya aku yakin ia tidak mengenakan apapun di balik kimononya itu. Aku duduk di sofa sementara Inge berbaring, kepalanya beralaskan pahaku. Kadang tangannya nakal mengelus penisku di balik celana dalam. Aku masih menunggu reaksi kapsul yang kutelan tadi. Kurang lebih satu jam penisku mulai bereaksi dan mengeras, apalagi Inge semakin sering mengelus dan mengurut sepanjang batangnya.

"To, kita masuk ke kamar yuk!" Inge mengajakku untuk pindah ke kamar. Aku dan Inge pun berjalan menuju menuju kamar yang ada di sebelah ruang tamu. Kamar itu cukup luas, kelihatan mewah, ada ranjang besar, sebuah lemari kecil, lemari es dan TV 29" beserta perangkat home theatre. Di salah satu dindingnya, sejajar dengan ranjang, dipasang cermin besar sehingga kelihatan jelas bayangan ranjang. Tentunya orang yang tidur di atasnya juga kelihatan bayangannya. Aku terkesan dengan kamar tidur ini.
"Ini kamar khusus. Tidak setiap orang boleh masuk ke sini," kata Inge sambil tersenyum.

Inge berjalan di depanku. Dari belakang, bentuk tubuhnya sungguh terlihat aduhai. Rambutnya yang pendek memperlihatkan lehernya yang putih terlihat jelas. Beberapa helai rambutnya yang basah menempel menghiasi lehernya yang jenjang.

Kulit lehernya kelihatan licin. Tubuh mungil tersebut meramping di bagian pinggangnya. Di bawah pinggang, tampak pinggulnya yang melebar dengan indahnya. Kimono yang dipakainya tidak mampu menyembunyikan keindahan gundukan daging pantatnya yang bulat dan padat. Gundukan belahan pantat itu bergoyang ke kiri kanan bergerak mengimbangi setiap langkah kakinya. Kemudian paha dan betisnya amatlah bagus, berkulit putih mulus tanpa terlihat goresan sedikitpun.

Inge kemudian mengambil bed cover dari lemari, lalu bersama-sama kami memasangnya pada spring bed. Ketika memasang bed cover, tubuhnya sedikit membungkuk sehingga tampak jelas payudaranya menggantung bebas tanpa penutup. Meskipun selama ini dan bahkan baru saja aku sudah menikmati tubuh telanjangnya, namun tak urung pemandangan ini tetap menggugah gairahku. Dari depan payudaranya kelihatan menggantung dengan indahnya, di mana putingnya kelihatan meruncing tajam. Sungguh payudara dan puting yang sangat enak untuk dicium, dijilat, dilahap dan disedot-sedot.

Selesai memasang bed cover Inge mematikan lampu neon dan berjalan membelakangiku untuk menghidupkan lampu kuning yang remang-remang. Masih pada posisi membelakangiku, dia lalu mulai melepaskan kimononya. Kini tubuh yang membelakangiku itu telanjang bulat, tanpa suatu penutup selembar kainpun. Bongkahan daging di pantatnya yang tadi masih ditutupi kimono kini terlihat bulat padat menggunung dengan bagusnya. Di bawah sorot lampu kekuningan, kulit pantat yang putih itu menjadi terlihat kuning licin mulus sekali. Pemandangan yang luar biasa ketika tubuh telanjangnya terkena cahaya lampu remang-remang!

Inge berbalik dan mendekatiku. Aku masih berdiri mematung di dekat ranjang. Buah dadanya yang kecil tetapi kenyal dan padat tampak berdiri tegak di depan dadanya dengan indahnya. Di bawah lampu remang, payudara itu tampak amat mulus dan putih mengkilat. Sementara putingnya yang menyembul di ujungnya berwarna coklat kemerahan dengan lingkaran coklat di sekelilingnya. Ia memasang CD pada player, aku menyangka ia akan memutar film biru. Tak lama kemudian terdengar suara instrumen lagu Mandarin klasik.

Aku tidak dapat berlama-lama memandang tubuh Inge yang sudah telanjang. Segera kurengkuh tubuhnya, kupeluk membelakangiku.
"Kukira tadi kamu akan mutar film biru," bisikku.
"Buat apa. Apa masih perlu atau aku kurang menggairahkan? Rasanya sih tidak perlu lagi. Sebentar lagi kita yang akan menjadi pemerannya. Kamu bisa lihat di cermin itu. Pasti tidak akan kalah dengan filmnya Jenna atau Terra Patrick..," katanya sambil tertawa dan tangannya meremas penisku.

Kukecup daerah antara telinga dan lehernya. Bau harum dan segar yang terpancar dari kulitnya kuhisap dalam-dalam. Kadang daun telinga sebelah bawahnya kukulum dengan mulutku dan kumainkan dengan lidahku. Kadang ciumanku berpindah ke punggung lehernya yang mulus. Kujilati helaian rambut basahnya yang terjatuh di kulit lehernya. Sementara tanganku mendekap dadanya dengan eratnya. Telapak dan jari-jari tanganku meremas-remas kedua belah payudaranya. Sementara di bagian bawah, penisku yang masih tertutup celana dalam kutekankan ke gundukan pantatnya yang amat mulus.

Penisku terasa hangat dan nikmat dihimpit pantat kenyal Inge kulit perutku sendiri. Telunjuk dan ibu jari tangan kananku menggencet dan memelintir perlahan puting payudara kanannya, sementara tangan kiriku meremas kuat bukit payudara kirinya dan bibirku menciumi pangkal lehernya yang harum, penisku kugesek-gesekkan dan kutekan-tekankan ke pantatnya. Tubuh Inge pun menggelepar bagaikan ikan yang kehabisan air.

"Ah... Anto...... terus Anto... terus...... hhh... enak...... enak...," Inge merintih-rintih sambil terus menggeliatkan badannya berirama sejalan dengan permainan tanganku di buah dadanya. Akibatnya pinggulnya bergerak ke kanan kiri. Gerakan pinggul itu membuat penisku yang sedang menggesek-gesek dan menekan-nekan pada kenyalnya bukit pantatnya merasa semakin keenakan. Batang penisku serasa diremas-remas oleh pantat mulus Inge.
"Inge... enak sekali Inge... sssh... luar biasa... enak sekali...," aku pun mendesis-desis keenakan.
"Anto...... aku suka kau mainkan buah dadaku... Ah...remas seluruhnya..." Inge semakin menggelinjang-gelinjang dalam dekapan eratku.
"Inge...... indah sekali payudaramu...".
Aku sempat melihat bayangan tubuh kami pada cermin besar di dinding.

Aku semakin bersemangat menekankan penisku di pantat Inge yang licin dan mulus sekali itu. Gerakan pantatnya berputar-putar akibat goyangan pinggulnya ke kiri-kanan pinggul Inge. Rasa hangat dan enak mengalir semakin hebat di sekujur penisku. Seiring dengan rasa nikmat aku meningkatkan permainan tanganku di payudaranya dan kecupan-kecupan bibirku di leher dan daun telinganya.
"Sssh... Anto.... Nakal sekali tangan, dan mulut kamu. Auw...!" suara rintihan Inge mulai terdengar melayang, seolah berada di antara alam sadar dan alam tak sadar.
"Sudah Anto... aku sudah tidak tahan lagi... Aku ingin masuk permainan yang lebih dalam...".

Tanpa menunggu untuk kedua kalinya, tubuh telanjang Inge yang mulus itu langsung kuangkat ke atas ranjang. Di dalam boponganku, Inge merangkulkan tangannya ke leherku sambil bibirnya menciumi lengan dan dadaku. Walaupun kulitnya putih dan mulus, namun tubuhnya tidaklah lunak dan lembek. Seluruh bagian tubuh yang sudah kunikmati terasa padat dan kenyal.

Tubuh Inge kubaringkan di atas ranjang. Ia tidak mau melepaskan tangannya dari leherku. Bahkan, begitu tubuhnya menyentuh ranjang, tangannya menarik wajahku mendekat ke wajahnya. Tak ayal lagi, bibirnya yang merah merekah itu melumat bibirku dengan ganasnya. Aku pun tidak mau mengalah. Kulumat bibirnya dengan penuh nafsu yang menggelora, sementara tanganku mendekap tubuhnya dengan kuatnya. Kulit punggungnya yang teraih oleh telapak tanganku kuremas-remas dengan gemasnya.

Kemudian aku menindih tubuh Inge. Penisku yang berdiri tegak dan keras terjepit di antara kemulusan pangkal pahanya. Rasa hangat mengalir ke batang penisku. Bibirku kemudian melepaskan bibir sensual Inge, turun mengeecup dagu Inge yang bagus. Kucium leher mulus Inge yang memancarkan bau wangi dan segarnya parfum yang dipakainya. Kuciumi dan kugeluti leher indah itu dengan wajahku, sementara pantatku mulai bergerak aktif sehingga penisku menekan dan menggesek-gesek paha Inge. Gesekan maju-mundur di kulit paha yang licin itu membuat batang penisku bagai dijepit oleh pahanya. Inge bukan melebarkan pahanya, tetapi justru menutup pahanya semakin rapat. Ia belum menginginkan penetrasi, melainkan ia masih ingin menstimulasi penisku. Kepala penisku merasa geli dan enak oleh gesekan paha Inge.

Puas menggeluti leher indah itu, bibirku pun turun ke payudaranya. Dengan gemas dan ganasnya aku membenamkan wajahku ke belahan dadanya, sementara kedua tanganku menangkap kedua belah payudaranya dan menekannya ke arah wajahku. Keharuman payudaranya kuhirup sepuas-puasku. Belum puas dengan membenamkan wajah ke belahan dadanya, wajahku kini menggesek-gesek memutar sehingga kedua gunung payudaranya tertekan-tekan oleh wajahku secara bergantian.

Sungguh sedap sekali rasanya ketika hidungku menyentuh dan menghirup dalam-dalam daging payudara yang kencang dan padat itu. Kemudian bibirku mulai merayap ke puncak bukit payudara kiri Inge. Daerah payudara yang kecoklat-coklatan beserta putingnya yang coklat kemerahan itu pun masuk dalam mulutku. Kulahap ujung payudara dan putingnya itu dengan bernafsunya. Di dalam mulutku, puting itu kukulum-kulum dan kumainkan dengan lidahku.
"Anto... Aiihh... Ouuhh...," kata Inge penuh kenikmatan.
Aku semakin dalam menelan payudaranya sampai seluruh bukit payudaranya dari puting sampai ke pangkalnya masuk ke mulutku. Inge semakin meronta-ronta dalam kenikmatan. Sesekali kami melihat ke arah cermin dan tersenyum agak malu melihat bayangan kami sendiri. Rasanya memang seperti menonton film yang kami perankan sendiri.

Aku tidak mempedulikan Inge yang meronta-ronta dan memukuli punggungku. Aku terus mengulum-kulum puncak bukit payudara Inge. Putingnya terasa menjadi keras di lidahku. Aku terus melahap bukit payudara itu semuanya. Apa yang masuk dalam mulutku kusedot sekuatnya. Sementara payudara sebelah kanannya kuremas dengan tanganku. Hal tersebut kulakukan secara bergantian antara payudara kiri dan payudara kanan Inge. Sementara penisku semakin keras menekan dan menggesek pahanya. Inge semakin menggelinjang-gelinjang dengan hebatnya.

"Anto... Anto... Auw! Sssh......," rintih Inge. Rintihannya itu justru semakin membuat nafsuku membara. Gairahku semakin berkobar-kobar. Semakin ganas aku mengisap-isap dan meremas-remas payudara montoknya. Sementara penisku berdenyut-denyut keenakan merasakan hangat dan kerasnya jepitan paha Inge.

Akhirnya aku tidak sabar lagi. Kulepaskan payudara montok Inge dari gelutan mulut dan tanganku. Bibirku kini berpindah menciumi dagu dan lehernya, sementara tanganku membuka lebar pahanya. Inge mengerti kalau kami akan segera masuk dalam babak akhir permainan ini. Kugesekkan kepala penisku pada rambut halus di selangkanganya. Rambut halus dan rapi itu bagaikan menggelitik kepala penisku.
"Anto... kamu sudah tidak sabar untuk masuk? Hi-hi-hik... Seperti baru pertama kali menggelutiku..., kau tidak kubiarkan terlempar ke langit ketujuh sebelum aku sampai duluan..."

Jari-jari tangan Inge yang lentik meraih batang penisku yang sudah amat tegang. Pahanya yang mulus itu dibukanya lebih lebar.
"Punyamu kepalanya besar dan keras sekali, Anto...," katanya sambil mengarahkan kepala penisku ke lobang vaginanya.
Sesaat kemudian kepala penisku menyentuh bibir vaginanya yang sudah basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil membuat denyutan dengan mengencangkan otot perut, kutekankan penisku masuk ke liang vaginanya. Kini seluruh kepala penisku pun terbenam di dalam vagina. Daging hangat berlendir kini terasa mengulum dan meremas kepala penisku dengan nikmatnya.

Aku menghentikan gerak masuk penisku.
"Anto... teruskan, Anto... Sssh... enak... jangan berhenti...," Inge merintih memintaku untuk masuk lebih dalam, namun aku tidak perduli. Kubiarkan penisku hanya masuk ke lobang vaginanya hanya sebatas kepalanya saja, namun kubuat denyutan-denyutan kecil pada penisku. Bibir dan hidungku dengan ganasnya masih menggeluti lehernya yang jenjang, lengan tangannya yang harum dan mulus, dan ketiaknya yang bersih dari bulu ketiak. Inge menggelinjang-gelinjang dengan tidak karuan.
"Sssh... sssh... enak..., Anto. Geli... Terus masuk, Anto..."

Bibirku menciumi lehernya dengan kuat. Sementara tenaga kupusatkan pada pinggulku. Dan... beberapa saat kemudian penisku kutusukkan sedalam-dalamnya ke dalam vagina Inge dengan sangat cepat dan kuatnya. Plak! Pangkal pahaku beradu dengan pangkal pahanya yang mulus yang sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya. Sementara kulit batang penisku bagaikan diurut oleh bibir dan dinding vaginanya yang sudah basah dengan kuatnya sampai menimbulkan bunyi,"Ssrrrt...Srrrett...Srrrpp!
"Auwww!" pekik Inge.

Aku diam sesaat, membiarkan penisku tertanam seluruhnya di dalam vagina Inge tanpa bergerak sedikit pun.
"Nikmat Anto...... Ayo teruskan anak nakal...," kata Inge sambil tangannya memukuli punggungku dengan keras.
Aku pun mulai menggerakkan penisku keluar-masuk vagina Inge. Aku tidak tahu, apakah saat ini penisku yang menjadi lebih panjang, besar dan besar ataukah lubang vagina Inge yang menjadi lebih rapat. Yang aku rasakan seluruh bagian penisku yang masuk vaginanya serasa dipijit-pijit dinding vaginanya dengan kuatnya. Pijitan dinding vagina itu memberi rasa nikmat luar biasa pada batang penisku.
"Enak Ing?" tanyaku
"Sssh... enak sekali... enak sekali... punyamu rasanya lebih besar dan panjang sekali... sampai-sampai penuh seluruh penjuru lobang vaginaku...," jawab Inge.

Aku terus memberikan kenikmatan pada vagina Inge dengan gerakan perlahan-lahan. Payudara kenyalnya yang menempel di dadaku ikut tertekan oleh dadaku akibat gerakan naik turun pinggulku. Kedua putingnya yang sudah mengeras seakan-akan menggelitik dadaku yang bidang. Ia justru mengesekkan putingnya ke bulu dadaku. Kehangatan payudaranya yang padat itu mulai terasa mengalir ke dadaku. Penisku serasa diremas-remas dengan berirama oleh otot-otot vaginanya sejalan dengan gerakan pinggulku. Terasa hangat dan enak sekali.

Setiap kali menusuk masuk kepala penisku menyentuh suatu tonjolan daging hangat di dekat bibir vaginanya. Sentuhan tersebut serasa menggelitiki kepala penis sehingga aku merasa sedikit kegelian. Ketika kutarik penisku tonjolan itu seperti menahan kepala penisku yang memang lingkarnya lebih besar dari batangnya.

Kuangkat kedua kakinya yang putih mulus. Sambil menjaga agar penisku tidak tercabut dari lobang vaginanya, aku mengambil posisi setengah jongkok. Betis kanan Inge kunaikkan di atas bahuku, sementara betis kirinya kudekatkan ke wajahku. Sambil terus mengocok vaginanya perlahan dengan penisku, betis kirinya itu kuciumi dan kukecupi dengan gemasnya. Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kanannya yang kuciumi dan kugeluti, sementara betis kirinya kutumpangkan ke atas bahuku. Begitu hal tersebut kulakukan beberapa kali secara bergantian, sambil mempertahankan rasa nikmat di penisku dengan mempertahankan gerakan maju mundur di dalam vagina Inge.

Setelah puas dengan cara tersebut, aku meletakkan kedua betisnya di bahuku, sementara kedua telapak tanganku meraup kedua belah payudaranya. Masih dengan kocokan penis perlahan di vaginanya, tanganku meremas-remas payudara montok Inge. Kedua gumpalan daging kenyal itu kuremas secara berirama. Kadang kedua putingnya kutekan dan kupelintir secara perlahan. Puting itu semakin mengeras, dan bukit payudara itu semakin terasa kenyal di telapak tanganku. Inge pun merintih-rintih keenakan. Matanya merem-melek, dan kepalnya bergerak ke kanan ke kiri berirama.
"Ah... Anto,... Sssh... sssh... terus Anto, terus.... Edan... edan... enak .. nikmat sekali......"

Kulepaskan kaki kanannya kembali lurus di atas ranjang, sementara pergelangan kaki kirinya kupegang dengan tangan kananku dalam posisi tegak lurus badannya. Aku berdiri dengan lututku. Aku mulai mempercepat gerakan masuk-keluar penisku di vagina Inge.
"Ah-ah-ah... enak bener, Anto.. yang cepat... Terus Anto, terus... "
Aku bagaikan mendapatkan semangat ganda mendengar rintihan Inge. Tenagaku seakan menjadi berlipat ganda. Kutingkatkan kecepatan keluar-masuk penisku di vagina Inge. Terus dan terus. Seluruh bagian penisku serasa diremas-remas dengan cepatnya oleh dinding hangat yang bergelombang di dalam vagina Inge. Mata Inge menjadi merem-melek dengan cepat. Akupun merem-melek dan mendesis-desis karena nikmat yang luar biasa.
"Sssh... sssh... Inge... enak sekali... enak sekali... enak sekali vaginamu..."
"Ya Anto, aku juga merasakan enak sekali... terusss... terus Anto, terusss..."

Kulepaskan kaki kirinya. Aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Tubuh kami merapat, hanya bagian selangkangan saja yang merenggang dan merapat dengan irama cepat. Aku semakin meningkatkan kecepatan keluar-masuk penisku pada vaginanya. Penisku terasa bagai diremas-remas tidak karuan.
"Anto... Anto... Anto, ... sssh... sssh... Terus... terus... Aku hampir keluar nih Anto... sedikit lagi... kita keluar sama-sama ya Too...," Inge jadi mengoceh tanpa kendali.
Aku mengayunkan terus pantatku. Aku sebenarnya belum merasa mau keluar. Namun aku ingin mencapai keindahan puncak ini bersama-sama. Sementara penisku maju mundur di dalam vagina Inge, maka dinding vaginanya bagaikan berdenyut-denyut dengan hebatnya.

"Anto... Anto... Anto...," rintih Inge.
Tangannya memeluk leherku dan betisnya membelit pinggangku.
"Anto... ah..ah..ah... Anto,... Mau keluar Anto... mau keluar...... sekarang aku....ke-ke-ke..."
Tiba-tiba kurasakan penisku dijepit oleh dinding vagina Inge dengan sangat kuatnya. Di dalam vagina, penisku merasa dijepit dan diremas vagina Inge dengan kuat. Dan telapak tangan Inge mencakar punggungku dengan sangat kuatnya. Mulut sensual Inge pun berteriak tanpa kendali
"...keluarrr...!"

Mata Inge membeliak-beliak. Bayangan tubuh kami semakin membuat gairahku memuncak. Kalau pada permainan tadi dadaku yang digigitnya, kali ini lengan kiriku yang menjadi sasaran giginya untuk menahan ledakan kenikmatan yang sedang melanda seluruh tubuhnya. Sekejap tubuh Inge kurasakan mengejang. Dengan seluruh kekuatanku aku pun menghentakkan pantatku untuk menyelesaikan pendakian kenikmatan pada puncaknya. Penisku yang sudah tegang luar biasa akhirnya menyemburkan cairan kental di dalam vaginanya. Gantian aku yang mengejang dan menekan pinggulku sekuatnya. Sesaat kubiarkan penisku diam tertanam sedalam-dalamnya di vagina Inge. Vaginanya berdenyut seakan memeras cairan di batang penisku sampai tetes terakhir. Kulihat mata Inge kemudian memejam beberapa saat menikmati puncak orgasmenya.

Setelah sekitar satu menit berlangsung, remasan tangannya pada punggungku perlahan-lahan mengendur. Kelopak matanya pun membuka, memandangi wajahku. Sementara denyutan dinding vaginanya pada penisku masih ada dan berangsur-angsur melemah, walaupun penisku masih tegang dan keras. Aku masih menindih tubuh telanjang Inge dengan mempertahankan penisku yang tertanam di dalam vaginanya tidak tercabut.
"Anto... kamu luar biasa... kamu membawaku ke puncak kenikmatan," kata Inge dengan mimik wajah penuh kepuasan.
"Sudah lama sejak terakhir bertemu kamu aku tidak pernah merasakan orgasme begini hebat. Dengan laki-laki lain baru setengah jalan ia sudah keluar. Untuk mencapai orgasme aku harus dalam posisi di atas, namun orgasmeku rasanya tidak lepas rasanya masih ada yang menahan, tetapi denganmu dalam posisi apapun aku selalu puas dan merasakan orgasme dengan nikmatnya. Kalau nafsuku sudah memuncak aku kadang mencari kepuasan dengan masturbasi dibantu dildo sambil menonton blue film di kamar ini. Aku selalu membayangkan bahwa perempuan yang disetubuhi dalam film itu adalah diriku dan aku selalu membayangkan bahwa laki-laki yang menggenjot lawan mainnya di film tersebut adalah kamu."

Aku senang mendengar pengakuan Inge itu. Berarti selama tidak bertemu denganku dan berkencan dengan laki-laki lain ia tidak pernah mendapatkan orgame yang maksimal,
"Anto... kamu selalu seperti yang kubayangkan. Kamu jantan... kamu perkasa... dan kamu berhasil membawaku ke puncak orgasme. Luar biasa nikmatnya...".
Setelah mandi Inge mengajakku untuk makan malam.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd