Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kisah Tiga Wanita : Vina, Inge dan Memey

Status
Please reply by conversation.
Coba resep baru ah

Tablet penambah stamina dan bakar singkong

Mudah2an si otong sekeras dan sebesar singkong mukibat yang baru dipanen
 
Coba resep baru ah

Tablet penambah stamina dan bakar singkong

Mudah2an si otong sekeras dan sebesar singkong mukibat yang baru dipanen

Wkwkwk... jgn lupa kasih khabar gan kl ntar resep itu manjur....
 
Update kali ini masih menuntaskan yang tersisa dengan Vina....
Yang menunggu Memey harap msh bersabar dulu. Mungkin 2x update lagi sudah muncul....

Aku mengambil posisi di belakang kemudi dan mulai menjalankan mobil perlahan-lahan. Beberapa petani nampak sudah mulai berjalan ke arah ladang dan sawah masing-masing.
"Tuh kan, hampir saja kita kesiangan. Kalau ketangkap lagi indehoy di atas gubuk bahaya," kataku sambil mencolek paha Vina.
"Iya, mungkin tidak akan diapa-apakan, tapi malunya itu," sahutnya.
"Eh rupanya hanya kabel lepas saja. Tapi akibatnya kita harus bermalam di dalam dangau di tengah ladang sunyi," katanya lagi.
"Tapi senang khan..," sahutku.
"Senang juga sih dapat pengalaman baru meski awalnya sempat takut juga. Eh itu adik kecilmu sampai pagi kok nggak mengecil juga, emang masih sanggup melawan?"
"Seandainya saja kondisinya memungkinkan aku yakin masih bisa untuk membuatmu terkapar sekali atau dua kali lagi. Atau sekarang mau coba?" tanyaku.
"Ihhh.. jorok kamu. Udahan nanti kamu kecapean engak bisa nyetir dengan baik lagi!" katanya.
Aku pikir benar juga kata-katanya tadi. Kalau kami berdua sudah lemas kecapean siapa yang akan menyetir.

Menjelang tengah hari kami sampai di sebuah kota kecil, kira-kira dua jam perjalanan dari ibukota propinsi. Kulihat sebuah rumah makan yang tidak terlalu besar, tapi cukup bersih. Aku membelokkan mobil ke sana untuk sarapan. Pagi tadi kami tidak sempat sarapan, hanya makan kue yang kami beli di perjalanan. Kami makan dengan perlahan. Rasanya nikmat sekali makan siang lesehan di rumah-rumahan kecil yang terpisah dengan lauk ikan dan ayam bakar ditambah lalapan segar dan ditemani dengan Vina yang tidak kalah menyegarkan. Ketika buang air kecil di toilet aku menyadari bahwa penisku masih juga setengah kaku, belum kembali ke keadaan normal.

Sambil bersandar di dinding setelah makan aku menguap. Rasanya ngantuk sekali setelah tadi malam menguras tenaga dan menyetir mobil dari pagi sampai tengah hari.
"Ngantuk To?" tanya Vina
"He-eh," jawabku singkat.
"Udah gantian aku saja yang nyetir sampai rumah!" katanya lagi.

Vina ganti menyetir. Lima belas menit kemudian kami sudah kembali melanjutan perjalanan. Sekitar sepuluh menit lepas dari kota itu ada sebuah motel di tepi jalan besar. Mobil langsung berbelok tanpa ke dalamnya. Aku langsung bertanya.
"Kemana kita Vin. Kok masuk ke sini?"
"Istirahat dulu, masih ngantuk," jawabnya.
"Lho, kan tinggal dua jam lagi sudah sampai. Kita bisa istirahat dulu di .......," kataku terputus.
"Di mana? Di rumahmu? Kalau kamu sendiri tentu istirahat di rumahmu, kalau sama aku khan nggak bisa. Di rumahku hari ini jelas tidak bisa. Tenang saja, toh dari sini nanti hanya dua jam sudah sampai ke rumah. Kita pulang agak malam kan tidak apa-apa".
"Tapi......"
"Sudahlah. Aku masih ingin bersamamu. Anggap saja sudah di rumah".

Kami masuk ke dalam sebuah kamar. Aku langsung membaringkan tubuhku di ranjang. Rasanya aku memang perlu istirahat sejam dua jam sebelum melanjutkan perjalanan.
Vina berbaring di sebelahku.
"Sebenarnya apa sih maumu Vin?"
"Mauku sekarang banyak".
"Apa itu?"
"Pertama bercinta, kedua bercinta, ketiga dan selanjutnya bercinta lagi denganmu".
"Gila kamu. Aku mau saja, tapi apa kamu tidak lelah. Semalam tiga kali dalam waktu yang singkat. Sekarang sudah mau lagi".
"Hitung-hitung rapel jatah sebulan diambil sekali".
"Ach.. kamu ini ada-ada saja..".
"Mau nggak nih..?"

Aku hanya menjawab dengan gelengan kepala dan sambil tersenyum terus menggodanya. Aku kemudian berdiri dan menarik tangannya sehingga ia ikut berdiri. Aku mulai mendekapnya, mencium bibirnya yang tipis, dan berkilat oleh lipstick yang menghiasi bibirnya. Sambil berbaring aku mendekap erat tubuh Vina. Aku kembali mencium bibirnya.
"Uhhmmm..." dia bergumam dan balas memeluk dengan erat. Vina membalas ciuman saya dengan bergairah. Saya kembali balas ciumannya yang sangat bergairah dengan permainan lidah saya. Lidah kami sudah menari-nari. Kedua tanganku sudah mencari sasaran-sasaran yang sensitif. Bukit kembarnya yang masih padat dan terlihat seksi menjadi sasaran kedua tangan saya. Kami berciuman agak lama. Nafas Vina semakin memburu. Ciuman kualihkan dari bibirnya turun ke lehernya. Dia menengadahkan wajahnya sambil memejamkan matanya. Menikmati rangsangan kenikmatan yang sudah mulai timbul.
"Uchmmm... mmmm..." mulutnya selalu bergumam, tandanya dia menikmatinya.

Kedua tanganku kudekapkan ke pantatnya yang bulat dan seksi. Sehingga tubuhnya semakin merapat ke tubuh saya. Dekapan kedua tangannya ke leher saya semakin diperkuat, seiring dengan lenguhan yang semakin panjang.
"Oouhhhh....Uuucchmmm... mmm."
Batang penisku yang setengah tegang sejak tadi, kini ditekan dengan kencang oleh tubuh Vina yang bergoyang-goyang. Rasa nikmat menjalar dari batang penisku mengalir naik ke ubun-ubun. Kubuka t-shirt yang dikenakannya.

Bibirku terus turun setelah beberapa lama singgah di lehernya, menuruni celah bukit kembarnya. Kedua BH-nya yang berwarna merah muda, serasi dengan kulitnya yang langsat, semakin menambah indah payudara Vina. Aku agak sedikit merendahkan kepala agar mampu mencium kedua payudaranya yang sudah mengeras. Kedua tanganku menahan punggungnya yang mulai melengkung akibat sensasi permainan lidahku di payudaranya. Deru nafas Vina semakin memburu. Gesekan tubuhnya ke batang keperkasaanku semakin kuat dan sering.
Akhirnya, "Udach acch Anto... jangan disini, ayo kita lanjutkan...".

Ia melepaskan tubuhnya dari dekapanku.
"Sebentar Vin..!" jawabku dengan mulut tidak bergeser dari susunya.
"Anto, kita lanjutkan saja di ranjang, sayang..." suranya terputus-putus karena tersengal oleh nafasnya yang memburu. Aku melepaskan pelukanku. Vina tersenyum, tapi tangannya beralih untuk meremas penisku yang tegang perlu penyaluran.

Tangan Vina sudah mulai membuka ritsluiting celana dan mengeluarkan penisku. Ia kemudian menarik ikat pinggangku dan melepaskan celana panjang sekaligus celana dalamku. Aku duduk di tepi ranjang, agar Vina dapat leluasa mempermainkan penisku. Dirabanya rudal itu dan diciuminya, akhirnya bibirnya yang indah mulai mengulum dan menjilatinya. Terasa aliran listrik yang menggetarkan ketika lidah Vina menjilati kepala penisku. Dan penisku semakin menegang ketika mulutnya mengulum batang penisku.

Dua perasaan nikmat yang penuh sensasi aku rasakan. Antara getaran karena jilatan lidah dan hangatnya kuluman saling berganti. Tubuhku menegang, dan pantatku tidak terasa terangkat dan maju karena sensasi yang ditimbulkan oleh kuluman bibir Vina yang ternyata sangat ahli. Vina mengulum penisku dengan gairah. Aku hanya membiarkannya. Tubuhku agak miring ke belakang bertumpu pada tanganku. Tangannya bergerak mengusap bulu dadaku dan memainkan putingku. Lengkap sudah kenikmatan yang kudapatkan. Kepalanya terlihat turun naik-turun naik yang terkadang cepat, terkadang lambat. Mulutnya terus bergumam, sebagai tanda bahwa dia juga menikmatinya. Kupegang kepalanya dengan kedua tanganku, sementara pinggulku bergerak-gerak mengikuti gerakan kepala Vina. Tubuhku semakin kejang akibat rasa sensasi yang luar biasa. Untuk mengimbangi permainannya kususupkan tangan kananku di balik cup BH-nya dan meremas payudaranyadengan tangan kiri, sementara tangan kiriku masih membelai rambutnya.

Kuangkat tubuhya hingga kini ia berdiri di depanku yang masih duduk di tepi ranjang. Aku membuka ritsluiting celana jeansnya, terlihat CD-nya yang juga berwarna merah muda. Kutarik celana jeansnya ke bawah sehingga lepas dari kakinya. Aku memasukkan tangan kiriku ke dalam CD-nya dan meremas dengan gemas pantatnya yang padat berisi. Tangan kananku bergerak turun menelusuri paha, dan sekarang menuju liang vaginanya. Vaginanya terasa sudah mulai basah dan hangat. Aku belai bibir luar vaginanya dan akhirnya kutekan klitorisnya. Merasa klitorisnya tersentuh oleh jariku, pantatnya didorong ke depan.

Ia membuka BH-nya dan kemudian menyorongkan payudaranya ke mulutku. Kukulum dan kujilati putingnya sampai ia memekik dan menekan kepalaku semakin rapat ke dadanya. Tangan kiriku meremas-remas payudaranya bergantian dengan mulutku. Puting payudaranya yang merah kecoklatan semakin keras dan tegak. Perpaduan antara belaian pada klitoris, remasan dan jilatan pada, membuat Vina jadi semakin meracau.

Vina mendorong tubuhku terlentang di atas ranjang. Vina dengan tergesa-gesa melepaskan sendiri CD-nya, seakan tidak sabar dan tidak ingin ada waktu luang yang terputus. Akupun melepaskan kemejaku. Ia menindihku dalam posisi terbalik. Ia menginginkan posisi 69. Kedua kakinya sudah ditelentangkan di atas kepalaku, kemaluannya yang merah dengan bulu-bulu halus dan terawat sudah kelihatan merekah di atas mukaku. Aku mendekatkan mulutku ke celah pahanya dan menjilati kedua selangkangannya terlebih dahulu. Dia meremas-remas pantatku. Kedua kakinya mengejang-ngejang dan bergerak-gerak tidak terkontrol. Pantatnya digerak-gerakkan naik turun. Ini artinya Vina sudah sangat penasaran dan sangat gemas agar kemaluannya ingin dijilati. Dia kelihatan penasaran sekali.

Aku mulai menjilati bibir vaginanya. Bau yang khas dari kemaluan Vina semakin merangsangku. Remasan-remasan di pantatku semakin kuat. Akhirnya aku membuka bibir kemaluannya, dan menjilati klitorisnya. Ketika lidah saya menyentuh klitorisnya, nafas lega dan erangan kenikmatan keluar dari mulutnya.
"Uuuhhh... uhhh... uughhh..!" terus menerus keluar dari mulutnya. Kepalanya selalu bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba aku tersentak ketika lidahnya mulai menjilati kepala penisku, sedangkan tangan kanannya meremas-remas dan mengocok penisku. Tangan yang lembut dengan kocokan dan remasan yang halus, memijat-mijat batang kejantanan saya, memberikan sensasi tersendiri pada penisku.

Lidahku berputar-putar di klitorisnya, jilatan permukaan lidahku yang kasar di dinding vaginanya, terkadang aku selingi dengan isapan dan gigitan halus di klitorisnya, membuat dia semakin meronta. Ia melepaskan kuluman mulutnya di penisku dan melenguh.
"Uuugghhh... nikmat banggeeettt..... Uufff..."

Vina kembali mengulum batang penisku saya. Bibir yang manis kembali memempermaikan penisku. Lidahnya dengan lembut menyapu kepala kemaluan saya. Sensasi yang tadi sempat terputus, kembali dapat saya rasakan. Aku masih terus menjilati seluruh isi vaginanya. Kaki kami terasa menegang, pantatku terangkat, tanganku meremas-remas kedua pantatnya. Erangan kenikmatan silih bernati keluar dari mulut kami. Aliran listrik menjalar mulai dari kepala kejantananku, naik ke ubun-ubun dan sekujur tubuh. Aliran tersebut kembali lagi bersama-sama mengarah ke ujung penisku.

"Vin sudah Vin.....," desahku.
Agaknya Vina juga sudah puas bermain dalam posisi 69.
Kurebahkan tubuh Vina dan langsung kutindih. Kucium bibirnya dan kuremas payudaranya. Tangan halus Vina memegang batang penisku dan meremas-remasnya.
"Auw.. Nikmat Vin.."
"Hmm......" katanya sambil mengurut batang penisku.
Rasanya geli-geli nikmat bercampur ngilu sedikit. Sepertinya hanya diremas-remas saja tetapi ternyata ujung-ujung jarinya mengurut urat-urat yang ada dibatang penis untuk memperlancar aliran darah sehingga bisa lebih tegang dan besar.

Aku tidak terlalu terburu-buru menerobos liang vaginanya. Aku angkat kedua kaki Vina dan aku letakkan di kedua bahuku sambil mencoba menerobos liang vaginanya dengan batang penisku yang sudah keras dan kencang. Dengan satu dorongan tiba-tiba.. sleb - sleb - blesss! Batang penisku perlahan masuk ke dalam liang vagina Vina.
"Aughh .. augh ..hgh..ogh..pelan-pelan, Anto .." kata Vina ditengah-tengah deru nafasnya yang sudah mulai tidak teratur.
"Iya, Bu Vina..sayang..egh.. aku sudah pelan-pelan kok.." kataku sambil perlahan-lahan memaju mundurkan pantatku hingga penisku masuk semua ke liang vaginanya yang indah dan berwarna kemerah anitu.
"Ohhh ..ohhh..iya..sshh..pelan-pelan aja yah, sayang.." kata Vina supaya aku tidak terlalu terburu-buru.

Aku mulai meliukkan pinggulku sambil naik turun dan pinggul Vina membalas dengan berputar-putar.
"Ough.., .. Nikmat..banget.. Vin ! " kataku yang merasakan nikmatnya batang penisku diputar oleh pinggulnya dan vaginanya yang menjepit ketat batang penisku.
"Ooogh....egh..sshh..hmh....sshhtt....oughh.. Aku juga merasa nikmat sekali," Vina terus merintih dan mendesah sambil matanya terpejam menikmati kenikmatan.

Sekitar 15 menit dia ingin aku berganti posisi di atas tubuhku. "Sayang..kamu capek..yah..?" tanya Vina
"Gak.." jawabku singkat.
"Mo keluar yah..hi..hi..hi..?" godanya sambil mencubit pahaku
"Gak..ih..aku gak bakalan keluar duluan deh.." kataku sesumbar
"Awas..yah..kalo keluar duluan.." goda Vina sambil meremas-remas buah pantatku.
"Enggak..deh..kamu yang bakalan kalah sama aku.." kataku sombong sambil balas mencubit buah dadanya.
"Auw..hi..hi..hi..pelan-pelan dong sayang" Vina memekik kecil sambil tertawa kecil yang membuatku semakin bergairah.

Dengan berguling ke samping kini Vina sudah berada di atas tubuhku. Sambil menyesuaikan posisi sebentar ia lalu duduk di atas pinggulku. Aku bisa melihat keindahan tubuhnya perutnya yang rata dan ramping. Tak ada seonggok lemakpun yang menumpuk diperutnya. Buah dadanya juga masih kencang dengan puting susu yang mengacung ke atas menantangku. Aku duduk dan meraih puting susu itu lalu kujilat dan kukulum. Vina mendorongku dan menyuruhku tetap berbaring seolah-olah kali ini ia yang pegang kendali. Vina kembali meliuk-liukkan pinggulnya memutar-mutar seperti.
"Gila, Vin..nikmat banget..!" kataku sambil terus menikmati permainan yang diberikan Vina.

Pinggulnya memainkan batang penisku yang berada didalam liang vaginanya. Tanganku meremas buah dadanya yang besar padat. Tanganku yang satunya lagi meremas buah pantatnya. Batang penisku yang kencang dan keras terasa lebih keras dan kencang lagi. Mungkin ini juga berkat pijatan dari Vina tadi itu. "Sshtt.. emh.. enakkgh.. egh.. sshhtt.. ough.. iyaahh.... enakkk.. ough.."
Liukan pinggul Vina yang tadinya teratur kini berubah semakin liar naik turun maju mundur tak karuan.
"Ough..iiiyyaahh..egghhhh....ough..aku udah mau nyampe.." kata Vina.

Aku mengimbangi gerakan pinggul Vina agar aku juga bisa sampai puncak kenikmatan bersamanya.
"Vin..aku juga sudah mau..egh.." kataku sambil ikut menggoyang naik turun pinggulku.
"Egh.. iyah ....sayangg.. ough....sshtt..ough.."
Vina merespons gerakanku untuk membantunya orgasme. Aku mempercepat goyanganku karena seperti ada yang mendesak di batang penisku untuk keluar.
"Aaaughh..ough..ough..ough ..iya..teruss" Vina telah sampai pada orgasmenya. Tubuhnya merapat pada tubuhku. Aku mengusap punggungnya sambil menekan pinggulnya akar semakin kuat menekanku. Aku merasa seperti ada cairan hangat lengket membasahi batang penisku. Vina menggelepar dan diakhiri dengan menggelinjang liar dengan erangan yang panjang dan nafasnya yang tersengal-sengal seperti orang yang kelelahan. Vina telah berhenti melakukan liukan pinggulnya. Hanya denyutan-denyutan kencang didalam liang vaginanya. Aku merasakan denyutan-denyutan itu seperti menyedot-nyedot batang penisku.
"Vinhhhh... Vinaahhh....," aku mengerang dan mengangkat pantatku.

Crot..crott..crottt..!
Menyemburlah air maniku di liang vagina Vina. Vina semakin menekan pinggulnya, sementara aku juga mengangkat pantatku naik. Aku memberikan isyarat supaya ia menggigit dadaku. Ia melakukannya dan menahan gigitannya sampai penisku berhenti berdenyut.
"Oh..kamu..hebat banget To, penis kamu besar sekali. Aku puas bermain dengan kamu," kata Vina sambil membelai-belai rambutku sementara aku memainkan puting susunya.
"Vina, thanks ya. Kamu masih mau making love denganku siang ini".
"Ih..bisa aja..kamu..kita istirahat dulu" sahut Vina sambil mencubit pinggulku dan turun dari tubuhku. Vina masih di atas tubuhku dengan kelamin yang masih bertaut ketika HP-nya di atas meja berbunyi. Vina meraih HP dan ternyata dari Pak Ivan yang menanyakan kami sudah sampai di mana. Tanpa menggeser tubuhnya, Vina menjawab kalau kami baru sampai di puncak bukit yang paling tinggi sambil mengedipkan mata kepadaku. Kubalas dengan mengencangkan penisku sehingga ia menarik nafas tertahan. Setelah telepon ditutup Vina kembali berbaring di atas tubuhku. Sampai beberapa menit penisku masih keras sehingga tubuh Vina juga masih menindihku. Akhirnya kemudian setelah mulai mengecil penisku terlepas dengan sendirinya dari vaginanya. Vina menggelosor di samping tubuhku sambil menarik nafas panjang penuh kenikmatan.

Setelah membersihkan diri dengan tubuh telanjang aku segera merebahkan diri bertelungkup di atas tempat tidur. Vina hanya memakai sehelai baju tidur nylon yang tipis tanpa pakaian dalam. Tidak lama aku segera tertidur pulas. Kurang lebih satu jam aku terbangun. Vina kulihat masih tertidur di sebelahku. Aku merasa gairahku mulai timbul lagi, tetapi penisku tidak sekeras tadi. Agaknya pengaruh tablet suplemen tadi sudah mulai habis. Aku akan mencobanya sekali lagi sekaligus untuk menghabiskan efeknya.

Kupeluk Vina menyamping. Ia hanya menggeliat saja. Sementara itu bibirku mulai menyusur leher dan belakang telinganya. Vina membuka matanya dan menggumam pelan. Ia menarikku ke dalam pelukannya, tanganku dibawanya ke dadanya dan langsung mendekap payudaranya yang sebelah kanan, sedangkan tangannya yang satu mengelus-elus punggungku sambil mulutnya melumat bibirku dengan gemas. Tanganku yang berada di payudaranya menyusup pada leher daster yang terbuka dan mulai memelintir halus ujung putingnya yang mulai mengeras.

Aku mendorongnya perlahan-lahan sehingga ia berbaring terlentang di ranjang. Jemariku terus meremas-remas payudaranya dan memilin-milin putingnya. Dalam waktu mungkin kurang dari lima menit ia mulai mengeluarkan suara mendesis yang tak bisa ditahannya. Kulihat dia tersenyum. Aku menghentikan aktivitasku.

Lampu di kamar yang remang-remang memperlihatkan bayangan lekuk tubuh Vina yang padat. Vina tidur telentang dengan mengenakan daster tipis yang semakin menampakkan lekuk tubuhnya. Tubuh Vina yang padat berisi, terlihat tampak sempurna dibalut daster tersebut. Dengan tidak sabar aku mendekap tubuh Vina yang sedang telentang. Vina hanya tersenyum sambil berbisik, "Sudah nggak sabar ya..?"
Aku menciumi belakang telinganya, kemudian bergeser ke pipinya dan akhirnya ke bibirnya yang ranum. Kedua tangan Vina mendekap erat leherku. Tangan kiriku kuletakkan di bawah kepala Vina untuk merangkulnya. Sedangkan tangan kanan kugunakan untuk membelai dan melingkari wilayah sekitar payudaranya. Dan dengan perlahan dan lembut, telapak tangan saya gunakan untuk meremas-remas lingkaran luar payudaranya. Erangan-erangan lembut Vina mulai keluar dari bibirnya, sedangkan kedua kakinya bergerak-gerak menandakan birahinya mulai timbul. Remasan-remasan tanganku di seputar payudaranya menghasilkan reaksi putingnya yang semakin mengeras. Tangan kananku bergeser ke bawah, sebentar mengusap perutnya, beralih ke pusarnya, dan akhirnya mengusap kewanitaannya. Kemaluannya yang menonjol, serta kelembutan rambut kemaluannya dapat kurasakan dari luar dasternya. Kedua kakinya semakin melebar, memberikan kesempatan seluas-luasnya tangan saya untuk membelai-belai kewanitaannya. Bibirku beberapa saat mendarat di bibirnya, kemudian turun ke lehernya, ke belakang telinganya, dan akhirnya turun ke bawah, melewati celah di bukit kembarnya. Saya ciumi lingkaran luar bukit kembarnya, sebelum akhirnya menciumi puting susunya yang sudah mengeras. Ketika lidah saya mencium putingnya, nafas Vina kelihatan tertahan.

"Uuucccghhh... Antoo..!"Tali daster yang menggantung di pundaknya, kupelorotkan sehingga menyembullah kedua bukit kembarnya yang kenyal, dengan kedua putingnya yang sudah tegang. Sekali lagi aku menciumi kedua bukit kembarnya, dan kujilati putingnya dengan lidahku. Sementara kedua jari dari tangan kananku secara bersamaan membelai selangkangannya, yang terkadang diselingi dengan usapan kemaluan luarnya dengan telapak tangan kananku. Jari tengah kugunakan untuk membelai-belai bibir luar kemaluannya yang sudah basah. Kuusap klitorisnya dengan lembut dan pelan dengan menggunakan ujung jari, membuat Vina semakin menikmati belaian lembut klitorisnya. Bibir kewanitaannya semakin merekah dan semakin basah. Lidahku masih menari-nari di kedua putingnya yang semakin keras, jilatan lidahku memberikan sensasi yang kuat bagi Vina. Vina semakin erat meremas rambutku dengan deru nafas semakin memburu dan lenguhannya semakin kencang.
"Uuucccggghhh... Aanto... uuuggghhh... eeennnaaagggkkk..."

Kujilati kedua putingnya kanan dan kiri bergantian, sambil meremas lembut dengan sedikit tekanan telapak tangan pada kedua bukit payudaranya. Setelah puas menciumi payudaranya, bibirku bergeser ke arah perutnya dan menjilati pusarnya. Vina sedikit menggelinjang karena kegelian. Bibirku terus bergeser ke bawah, ke arah pahanya, turun ke betisnya, terus naik lagi ke pahanya, kemudian bibirku mendarat di rambut kemaluannya yang lebat. Mendapat ciuman di rambut kemaluannya, kembali Vina menggelinjang-gelinjang. Kubuka bibir kemaluannya yang merekah dengan dua jari, kemudian aku mencium dan menjilati seputar bibir kewanitaannya. Lidahku kuusapkan ke klitorisnya, dan bergantian kugigit kecil atau kuhisap klitorisnya. Setiap sentuhan lidahku pada klitorisnya, maka tangan Vina menjambak rambutku. Kepalanya menggeleng-geleng, dengan dada yang dibusungkan, kedua kakinya mendekap erat leherku, dan kicaunya semakin tidak karuan, "Uuuccgghh.. Aaanntoo.. uughhh... nikmat... uuufff.. nikmat... seekkaaalliii..."

Cairan yang keluar dari kemaluannya semakin banyak membuat bau khas liang senggamanya semakin kuat menyengat. Rintihan, lenguhan yang keluar dari mulut Vina semakin kacau. Gerakan-gerakan tubuh, kaki dan gelengan-gelengan kepala Vina semakin kencang. Dadanya tiba-tiba dibusungkan, kedua kakinya tegang dan menjepit kepala saya. Untuk lebih memberikan tambahan sensasi kepada Vina, maka kedua putingnya kuusap-usap dengan kedua jari tangan, dengan mulut tetap menyedot dan menghisap klitorisnya.

Dengan nafas masih terengah-engah, Vina bangun dan duduk.
"Ayo Anto.., gantian kamu tidur aja telentang..!" kata Vina sambil menidurkan saya telentang. Gantian Vina telungkup di samping saya. Tangannya yang lembut sudah mulai mengelus-elus batang kemaluanku yang sudah sangat tegang. Mulutnya yang mungil mencium bibir, terus turun ke puting. Saya merasa sedikit kegelian ketika ia mencium putingku. Mulutnya terus turun mencium pusar, dan akhirnya saya rasakan ada rasa hangat, basah dan sedikit sedotan sudah menjalar di penisku. Ternyata Vina sudah mulai mengocok dan mengulum kejantananku. Vina mengulumnya dengan penuh nafsu. Matanya terpejam tetapi kepalanya turun naik untuk mengocok rudal saya. Kepala penisku dijilatinya dengan lidah. Tekstur lidah yang lembut tapi sedikit kasar, membuat seakan ada getaran listrik yang menjalar di kepala penis ke seluruh ujung tubuh. Jilatan lidah di kepala penisku memang sangat nikmat. Aliran listrik terus menerus menjalar di sekujur tubuhku. Kepala Vina yang naik turun mengocok penisku. Aku memegangi kepalanya dengan kedua tanganku mengatur ritme kocokan mulutnya. Kocokannya semakin lama semakin kuat, dan hisapan mulutnya seakan meremas-remas seluruh batang penisku. Seluruh pori-pori tubuhku seakan bergetar dan bergolak. Getaran-getaran yang menjalar ke ujung kaki dan ujung rambut kepala, seakan mengalir kembali dan bersatu menuju satu titik, yaitu ke arah kepala penisku. Getaran-getaran tersebut makin hebat, akhirnya kemaluan saya menjadi seolah tanggul yang menahan air gejolak.

Aku tidak mau pertahananku jebol. Maka kuangkat kepalanya, "Vin... sudah Vinnn..!" aku mengerang.
Mendengar aku mengerang, mulut Vina justru tidak mau melepaskan batang kejantananku, tetapi malah kulumannya dipererat. Mulut Vina menjilati cairan bening yang keluar dari lubang penisku. Batang kemaluanku dihisap-hisapnya seakan menghisap es lilin. Sensasinya sungguh sangat dahsyat. Ternyata Vina sangat ahli dalam permainan oral. Nafasku semakin tersengal, seakan-akan semua cairan yang ada di tubuh, mulai dari ujung kaki sampai dengan kepala, terkumpul di satu titik. Ketika gerakanku semkin liar, maka Vina melepaskan kulumannya.
Ia tersenyum puas sambil menggoda, "Gimana rasanya..?"
"Waduh.., Vin luar biasa..." jawabku sambil masih terengah-engah.
"Nggak kalah dengan Inge khan..?" kata Vina dengan bangga.

Tangannya kembali mulai bergerak-gerak di perut, di paha dan di selangkanganku, membuat rasa geli di sekujur tubuh. Tangannya kembali meremas-remas batang penisku. Sambil tetap mengocok penisku, kami saling berciuman. Bibir Vina yang indah memang sangat merangsangku. Ciuman yang lembut dengan usapan-usapan tangan saya ke arah putingnya, membuat birahi Vina juga cepat naik kembali. Putingnya seakan-akan menjadi tombol birahi. Begitu putingnya kusentuh, lenguhan nafasnya langsung mengencang, kedua kakinya bergerak-gerak, pertanda birahinya menggebu-gebu. Aku mengusap liang vaginanya dengan jariku, ternyata liang kenikmatan Vina sudah sangat basah.

Kini aku berusaha membuka baju tidurnya dengan menariknya melalui kepalanya. Ia mengangkat punggungnya untuk mempermudah melepas bajunya. Hawa dingin AC yang terasa di kulit kami menandakan seluruh kain penutup tubuh kami telah terlepas. Kami benar-benar dalam keadaan bertelanjang bulat tanpa ada lagi sehelai benang pun yang menutupi tubuh. Vina memejamkan mata dan pasrah saja menahan gejolak. Aku menatap dengan penuh gairah tubuhnya yang telah polos bugil dengan sepuas-puasnya.

Vina mendorong tubuhku agar berbaring. Dalam keadaan terangsang Vina mengusap-usap kemaluanku yang telah tegang dan mengeras. Tangannya kemudian memegang dan meremas kemaluanku. Sebagai seorang lelaki normal keadaan ini akhirnya membuatku mulai terbenam juga dalam suatu arus birahi yang hebat. Jilatan dan ciuman Vina di bagian tubuhku membuatku bergelinjang dengan dahsyat menahan arus birahi yang kurasakan.

Batang penisku yang menegang dikelilingi oleh urat-urat yang melingkar dan ujung kepalanya yang besar menegang semakin keras ketika Vina mengusapkan tangannya di sana. Secara reflek aku mengencangkan otot kemaluanku ketika tangannya yang lembut mulai meremas dn mengocok penisku. Ia memegang dan mengocok perlahan, terasa ada sedikit kedutan terutama di bagian kepalanya.

Dengan lembut diraihnya penisku ke dalam mulutnya dan menjilati seluruh permukaannya dengan lidahnya kemudian dikulum dan dihisap kuat-kuat. Kuluman dan hisapan Vina itu membuat penisku kembali menegang mendekati ukuran maksimalnya. Vina semakin bertambah gemas dan semakin menjadi-jadi menghisap penisku lebih hebat lagi secara bertubi-tubi. Kuluman dan hisapannya yang bertubi-tubi itu membuat aku tidak tahan lagi. Vina menghentikan aksinya dan ia kembali berbaring terlentang di atas tempat tidur. Vina segera membuka kedua belah pahanya lebar-lebar.
"To....." desahnya.

Sambil berlutut kudekatkan tubuhku di antara pahaku.
Vina menarik-narik punggungku, seakan-akan memberi kode agar penisku segera menuntaskan gairahnya. Penisku sudah semakin tegang, dan sudah tidak sabar untuk merasakan nikmatnya vagina Vina. Aku sapukan perlahan-lahan kepala penisku di bibir kewanitaannya. Kelihatan sekali kalau Vina menahan nafas, mencoba mengatur gairahnya.
"Kamu diam dan, nikmati saja!" bisikku sambil menatap matanya. Kedua tanganku membuka pahanya sehingga selangkangannya terkuak tepat di bawah pinggulku. Aku belum menyelipkan penisku di bibir vaginanya, tetapi masih kugesek-gesekkan di seluruh permukaan bibirnya, membuat bibir-bibir kemaluannya kesana kemari mengikuti arah gerakan kepala kemaluanku. Agaknya gerakanku membawa mengakibatkan rasa nikmat yang bergerak di sekujur tubuhnya dimulai dari titik gesekan itu. Ia berdesah dan menggerakkan pinggulnya naik menyambut penisku agar segera masuk ke dalam liang kenikmatannya.

Beberapa saat aku masih menggesekkan kepala penisku di bibir vaginanya. Vina sudah tidak sabar lagi, tangannya meraih tanganku dan pahanya terangkat menjepit pinggulku. Aku menanti agar Vina merintih memintaku masuk dalam puncak permainan. Aku menghentikan aktivitasku itu dan menempelkan kepala penisku tepat di antara bibir vaginanya tepat di ambang lubang vaginanya. Aku menghentikan gerakanku menunggu reaksi Vina.
"Oh..Anto ... please, masukkan sayang!"
Vina ingin cepat merasakan bagaimana penisku segera melakukan penetrasi.
"Ooouugghhh," kelihatan Vina tak sabar lagi menunggu.

Tiba-tiba aku merasakan jemarinya memegang penisku dan pahanya membuka ke kiri dan ke kanan. Kepala penisku yang tumpul mulai mendesak di tengah-tengah bentangan bibir vaginanya. Aku tersenyum dan membiarkan tangannya menarik batang penisku sehingga kepala penisku mulai menerobos masuk ke dalam vaginanya. Perlahan-lahan sekali aku mulai memasukkan penisku ke vaginanya. Vina berusaha membantu dengan membuka pahanya lebar-lebar. Kurengkuh pinggulnya sambil menariknya ke atas, sehingga pantatnya agak terangkat dari tempat tidur.

Pada saat aku mulai menekan penisku, Vina menjerit tertahan, "Anto..., pelan-pelan... sayang."
Aku menghentikan kegiatanku sebentar untuk memberinya kesempatan mengambil nafas, kemudian melanjutkan kembali usahaku untuk memasukkan penisku. Sementara itu batang penisku mulai mendesak masuk dengan mantap. Sedikit demi sedikit aku merasakan ruangan dalam liang kemaluannya terisi, dindingnya bergesekan dengan kulit penisku. Aku benar-benar tergetar ketika merasakan kepala penisku mulai melalui liang vaginanya, diikuti oleh gesekan dari urat-urat batangnya. Vina hanya mengangkang merasakan desakan pinggulku sambil membuka pahanya lebih lebar lagi.

Sedikit suara lenguhan keluar dari mulutku ketika seluruh batang penisku masuk ke dalam vaginanya. Vina mengunci pinggangku dengan betisnya sehingga aku susah untuk menggerakkan pinggulku. Agaknya ia ingin berlama-lama menikmati saat penetrasi. Ketika belitan betisnya agak longgar, aku mulai menggerakkan pinggulku naii turun dan seluruh batang pensiku keluar masuk di dalam gua kenikmatannya. Sedikit demi sedikit aku mulai merasa nikmat dan nyaman untuk bergerak.

Saat itu seluruh batang penisku telah amblas masuk seluruhnya di dalam liang vaginanya. Vina mengejang seperti menahan kencing sehingga akibatnya dinding vaginanya berdenyut seperti meremas batang penisku. Ia agak terlonjak sejenak ketika merasakan penisku menerobos ke dalam liang vaginanya dan menyentuh leher rahimnya.

Secara refleks Vina mengangkat kedua belah pahanya tinggi-tinggi dan menjepit pinggangku erat-erat untuk selanjutnya ia mulai mengoyang-goyangkan pinggulnya mengikuti alunan gerakan tubuhku. Tangannya memegangi lenganku yang memeluk pinggulnya. Aku menarik kemaluanku dan belum sampai tiga perempat panjangnya kemudian menghunjamkannya lagi dengan kuat. Vina nyaris menjerit menahan lonjakan rasa nikmat yang datang secara tiba-tiba itu.

Begitulah beberapa kali aku melakukan hunjaman-hunjaman ke dalam liang vaginanya. Setiap kali aku melakukan hunjaman ia seperti terhenyak menikmati rasa nikmat yang luar biasa. Aku begitu terangsang dan semakin terangsang seiring dengan semakin seringnya gesekan-gesekan dari urat-urat batang kemaluanku yang seperti akar-akar yang menjalar-jalar dengan dinding vaginanya. Aku melakukannya dengan irama gerakan yang konstan tidak cepat dan tidak lambat. Aku semakin bisa merasakan setiap milimeter gesekan dinding vaginanya. Sampai pada tahap ini, seperti sebuah tahapan persiapan menuju ke sebuah ledakan yang hebat. Aku merasakan pahaku mulai seperti mati rasa seiring dengan semakin memuncaknya rasa nikmat di area selangkanganku. Tubuh kami sebentar menyatu kemudian sebentar lagi merenggang diiringi desah nafas kami yang semakin lama semakin cepat.

Vina tiba-tiba mendorong tubuhku ke samping dan berputar memunggungiku. Aku memeluknya dari belakang sambil memagut serta menciumi lehernya bertubi-tubi. Selanjutnya dia membungkukkan tubuhnya di atas ranjang dalam posisi menungging. Aku mengambil posisi di belakangnya. Tangannya terjulur ke belakang, langsung menangkap dan mengarahkan penisku untuk segera masuk kembali ke dalam liang kenikmatannya. Dalam posisi yang sedemikian aku menyetubuhi dirinya dari belakang perlahan tetapi dengan tusukan yang dalam sampai pengkal penisku beradu dengan bibir vaginanya. Kurasakan liang kenikmatannya berdenyut dalam suatu gerakan liar yang sangat sukar sekali kulukiskan. Aku sudah mulai merasakan kelelahan.
"Vin, aku lelah sekali. Gantian kamu di atas," kataku.
"Hmmh .... he-eh.., aku juga capek. Kita istirahat sebentar," sahutnya sambil melakukan pijatan vagina pada penisku.
Vina menarik pantatnya maju sampai penisku terlepas kemudian kami berbaring bersebelahan.

Aku hanya tergolek dengan nafas terengah-engah dan tubuh bersimbah peluh. Penisku mulai sedikit melemah. Vina mengerti keadaanku. Kami hanya saling berdiam bersebelahan sambil meremas jemari tangan. Setelah beberapa lama kami tergolek melepaskan lelah, Vina mulai bangkit dan menciumi wajahku dengan lembut yang segera kusambut dengan mengangakan mulutku. Kami melakukan ciuman yang lembut mesra penuh perasaan. Tanganku dengan halus membelai-belai rambutnya, sementara tangannya mempermainkan bulu dadaku.

Setelah beberapa saat kemudian dalam suasana romantis, akhirnya gairah kami muncul kembali. Kurasakan penisku mulai kembali menegang tegak sehingga secara serta merta Vina segera membuka kedua belah pahanya lebar-lebar. Kami masih berbaring di ranjang sambil berdekapan dalam keadaan tubuh bertelanjang bulat bagaikan sepasang pengantin baru yang sedang berbulan madu. Sambil mendekap dirinya kami terus-menerus berciuman sehingga kami kembali merasakan suatu rangsangan birahi yang hebat.

Tidak berapa lama kemudian aku membalikkan tubuhnya sehingga kini Vina berada dalam posisi di atas. Selanjutnya dengan spontan ia meraih kejantananku dan memandunya ke arah liang senggamanya. Kemudian ia menekan tubuhnya agak kuat ke tubuhku dan mulai mengayunkan tubuhku turun-naik di atas tubuhnya. Dan tidak lama kemudian tubuh kami kami pun udah bersatu kembali dalam suatu permainan persetubuhan yang lembut dan menghanyutkan. Kami bercinta dalam suatu gerakan yang pelan dalam suasana yang romantis dan penuh perasaan. Kami menikmati sepenuhnya sentuhan-sentuhan tubuh telanjang masing-masing dalam suasana kelembutan yang mesra.

Gerakan Vina secara perlahan-lahan meningkat semakin cepat dan kuat sambil berdesah-desah kecil. Sementara itu aku dengan tenang telentang menikmati seluruh permainannya. Dengan semakin cepat ia menggerakkan tubuhnya turun-naik di atas tubuhku sehingga nafasnyapun semakin memburu berpacu dengan hebat menggali seluruh kenikmatan bersama-sama denganku yang berada di bawahnya.

Tidak berapa lama kemudian ketika ia terpekik kecil dengan tubuh terkulai menelungkup di atas tubuhku. Dengan suatu gerakan yang cepat aku kemudian menelentangkan tubuhnya di atas tempat tidur dan mengangkat tinggi-tinggi kedua belah pahanya ke atas sehingga liang kenikmatannya yang telah basah kuyup tersebut menjadi terlihat jelas menganga dengan lebar. Selanjutnya aku mengarahkan kejantananku yang masih berdiri dengan tegang itu ke arah liang kewanitaannya dan menghunjamkan kembali dengan ganas. Vina menjadi terhentak bergelinjang kembali ketika kejantananku mulai menerobos dengan kerasnya ke dalam vaginanya dan membuat gerakan mundur-maju.

Vina semakin hebat menggoyang-goyangkan pinggulku mengikuti alunan gerakan turun-naiknya pinggulku. Aku merasakan betapa liang vaginanya berusaha menghisap dan melahap kejantananku sedalam-dalamnya serta menjepit dan meremas seluruh otot-ototnya yang kekar dengan rakusnya. Selama permainan beberapa kali ia terpekik agak keras karena penisku yang tegar dan perkasa itu menghujam lubang vaginanya dengan sentakan keras.

Dan tiba-tiba kedua tangannya mencakar punggungku, kedua kakinya menegang, dadanya membusung naik diikuti dengan getaran tubuh yang hebat sambil mengerang, "Uuuggghhhfff Aaantoo.., uufff aku mmmauu kkeellluuua... aaarrr...".
Nafasnya tersengal dan memburu, tandanya dia sudah hampir sampai di puncak kenikmatan seorang wanita. Dinding vaginanya berdenyut semakin kuat, kakinya mengejang membelit betisku. Dengan satu sentakan keras ke dalam vaginanya akhirnya aku tiba juga pada puncak kenikmatanku. Dengan geraman keras aku melepaskan puncak orgasmeku dan penisku berdenyut bergantian dengan denyutan pada dinding vaginanya. Aku tetap membenamkan penisku sedalam-dalamnya di liang kewanitaannya sehingga seluruh cairan birahiku yang tidak terlalu banyak lagi terhisap dalam vaginanya sampai titik penghabisan. Selanjutnya kami terhempas kelelahan ke ranjang dengan tubuh yang tetap menyatu.

*****
 
sorry double post...
 
Terakhir diubah:
wow full ss yah ceritanya :konak: .....*** ada konfliknya nich suhu.....tpi cerita menarik kok suhu.....msih nunggu kedatangan memey.... :semangat: suhu
 
wow full ss yah ceritanya :konak: .....*** ada konfliknya nich suhu.....tpi cerita menarik kok suhu.....msih nunggu kedatangan memey.... :semangat: suhu

Dulu pernah nulis cerita ala Nick Carter gitu, tp filenya rusak ga punya back up...hiks

Suhu, jika berkenaan, boleh dong minta index di post #1.
:ampun:

Hehehe...iya bro, tar dibikinkan indexnya, lg searching cara bikin indeks nya
 
Ayo suhu diupdate, sudah saya kirim dawet buat menyegarkan....
 
Teaser untuk kemunculan Memey

Aku harus melakukan perjalanan dinas ke Jakarta untuk satu urusan kantor secara mendadak. Lewat jam istirahat siang aku baru diberitahu kalau harus berangkat hari ini juga karena ada pertemuan besok pagi. Aku pulang lebih cepat karena harus menyiapkan pakaian terlebih dahulu. Vina seharian tidak berada di kantor sehingga aku tidak bisa berpamitan dengannya. Kucoba menghubungi HP-nya tetapi tidak aktif.

Aku berangkat dengan pesawat terakhir ke Jakarta. Pukul lima sore aku berangkat menuju ke Jakarta. Perjalanan ke Jakarta hanya memakan waktu sejam lebih sedikit. Aku duduk di deretan kursi dekat gang. Di sebelahku seorang wanita sedang memasukkan tasnya ke dalam bagasi. Sekilas kuperhatikan lumayan cantik juga. Dari kulitnya aku menebak kalau ia keturunan China. Umurnya mungkin sedikit di atasku. Ia tersenyum dan permisi untuk masuk ke kursinya. Aku berdiri dan mempersilakan untuk duduk di kursi deretan tengah.

Tidak lama pesawatpun lepas landas. Aku mencoba untuk berbasa-basi dengan wanita itu, tetapi kelihatannya ia tidak begitu ramah menjawabnya. Karena kursi di dekat jendela kosong ia menggeser duduknya ke dekat jendela. Akhirnya aku berdiam diri, mungkin ia sedang tidak mood untuk ngobrol. Ketika pramugari membagikan snack dan air mineral aku mengangsurkan kepadanya. Ia hanya mengucapkan terima kasih dengan ekspresi datar.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd