Sesi pertama dg Vina ane tuntaskan dulu yaaa sebelum libur panjang....
"Naik gunung lagi".
"Sudah kuat nih?"
"Coba saja!"
----------------------
Tangannya menarik ritsluiting celanaku, meremas penisku dan menariknya ke arah kamar yang ada di lantai dua. Tidak ada ranjang di dalam kamar, hanya ada sebuah kasur busa tebal yang diletakkan di atas lantai. Seluruh lantai kamar dilapisi dengan karpet tebal yang empuk.
Kami berciuman sambil berdiri. Tangannya bergerak membuka celana panjangku. Aku hanya tinggal memakai celana dalam yang terlihat menggembung karena desakan penisku yang membesar. Aku masih membiarkan tubuhnya tertutup kaus tanpa lengan dan kain di bagian bawah tubuhnya. Toh hanya dengan sekali tarik bagian bawahnya sudah pasti langsung terbuka bebas, demikian juga dengan bagian atas tubuhnya.
Kami berbaring di atas kasur busa. Tangannya terjulur menangkap kemaluanku dari luar celana dalamku, diusap-usapnya sejenak dan lantas diremasnya. Aku mengerang nikmat dan balas menggerayangi buah dadanya dari balik kausnya. Kupandangi tubuhnya yang indah padat tanpa memakai pakaian dalam. Tubuh yang sudah dua kali menyatu denganku memiliki daya tarik yang kuat, sehingga aku pun masih ingin untuk kembali menikmatinya.
Betapa beruntungnya aku menikmati tubuh wanita China yang menawan dan menjanjikan kenikmatan. Tubuhnya begitu padat, pantatnya bulat besar, payudaranya menonjol ke depan menantang, betapa nikmatnya meremas, mengisap dan berbaring di atas kedua daging kenyal montok itu.
Aku memeluk Vina. Ia tersenyum manis sekali dan langsung merangkulku lembut. Kurasakan getaran birahinya yang menggelegar untuk dipuaskan. Tanpa membuang waktu, segera mulutku mencari bibirnya. Bibir-bibir kami saling mengulum, membangkitkan hasrat birahi kami semakin menyala. Dari bibirnya kurayapi pipi, telinga, dan lehernya Sementara itu tanganku dengan leluasa meremas pantatnya yang besar. Kurasakan tubuhnya mengekspresikan nafsu birahi yang semakin tinggi. Ia menelentang sambil terus mendesah menahan gairah nafsu birahinya. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar, agar mulut dan tanganku leluasa menjarah-rayah seluruh tubuhnya.
Ketika gairah nafsu kami semakin memuncak, tanganku beralih membuka kain yang menutupi tubuhnya. Kulepas lilitan kain yang membalut pinggangnya dan kulepas kausnya. Tubuh menawan itu dengan segera merangsang penisku untuk berdiri tegak. Iapun melepaskan pakaianku. Dengan penis yang tegak sekeras laras meriam aku memandangi tubuhnya terbaring lurus di atas kasur. Kugesekkan penisku yang tegak itu ke pahanya yang putih gempal merangsang. Ia mendesah. Kedua buah dadanya sudah terbuka bebas, laksana dua buah gunung kembar yang mengundang untuk didaki. Tanganku menerkamnya dan dengan halus meremasnya. Ia mendesah-desah nikmat dan terus menggeliat-geliat dengan mata tertutup.
Aku terus melanjutkan aksiku, bahkan sekarang tangan kiriku meremas payudara kanannya dan tangan kananku meremas pantatnya yang besar dan padat, bibirku menghisap bibir atasnya. Air ludah kami sudah bercampur dan lidahku berusaha masuk ke dalam rongga mulutnya. Setelah puas berpagutan dan saling menyedot lidah, aku mulai turun ke lehernya yang jenjang dan terus ke tengah-tengah buah dadanya yang padat berisi. Lidahku kemudian menghisap-hisap puting payudaranya dengan kuat, ia merintih keenakan.
"Oh.. Ohhmm.. Enak sayang..!" desahannya menambah gairahku untuk menghisapnya lebih kuat. Bahkan gumdukan daging payudaranya kujilati dan kukecup dengan kuat, sehingga ia semakin kuat merintih.
"Ahh.. Ahhm ohh.." erangnya.
Aku semakin bernafsu dan menggila, puas dengan payudara yang kiri kuganti dengan yang kanan hingga meninggalkan bekas yang memerah.
Perlahan kususupkan tanganku ke celah di antara kedua pahanya. Ia menjerit kecil dan membiarkan jariku bermain di bibir vaginanya. Matanya terpejam menikmati semua ini dengan mulut sedikit terbuka dan terus mendesah. Tanganku merayapi lekuk-lekuk tubuhnya untuk merasakan kehalusan kulitnya dan kesintalan tubuhnya. Kubuka kedua pahanya dan nampaklah lubang kemaluannya yang telah basah itu. Kedua ibu jariku menekan pinggirnya, sehingga terbukalah mulut kemaluannya menampakkan bagian dalamnya yang berwarna merah muda. Tanpa membuang waktu kudaratkan mulutku ke sana. Kujilat klitorisnya.
"Auu..", jeritnya tertahan dan tersentak bangun.
Vina menarik rambutku agar aku tidak melanjutkan aksiku.
Kembali kuciumi bibir, leher dan payudaranya. Kami beberapa kali berguling berganti posisi si atas dan di bawah. Beberapa menit berlalu, ketika ia berada pada posisi di atas tubuhku, dengan setengah berjongkok Vina memegang penisku yang sudah berdiri tegak, mengangkangkan kakinya lebar-lebar dan mengarahkan kemaluanku ke lubang vaginanya, digosokkan kepala penisku pada klistorisnya.
Ia mendesah nikmat.
"Oohh.. Sayang nikmatt..!"
Aku merapatkan kakiku dan ia menekankan pantatnya secara perlahan. Perlahan sedikit demi sedikit batang penisku masuk ke dalam lubang vaginanya.
"Aahh.. Aoohh.. Terus.. Say..yang.." desahku saat kemaluanku sudah setengahnya masuk ke dalam lubang vaginanya. Aku kemudian sedikit mengangkat pantatku menyambut pantatntya yang menekan ke bawah. ia memekik perlahan.
"Auuwww.. Nikmat sekali sayang.... " katanya.
Ia semakin menekankan pantatku perlahan dan tiga per empat batang penisku sudah amblas di dalam vaginanya. Bibir vaginanya terdorong ke dalam. Aku menyentakkan pantatku ke atas dengan kuat dan ia kembali memekik disertai lolongan panjang.
"Aaauuw.. Ahhwww.." desahnya.
Ia menurun-naikkan pantatnya dengan tempo yang sangat lambat dan membuat gerakan memutar.
"Aahh.. Ehhtt.. Ohmm.." desahan Vina semakin membuatku bernafsu, aku merasakan seluruh batang penisku seperti dipijat sangat kuat oleh otot vaginanya. Nikmat sekali rasanya.
"Vin.. Ennakh.., punyamu.. enak sekaali Vina.. Ohmm.."
Akupun mendesah dengan kuatnya. Ia mulai mempercepat tempo goyangan pinggulku. Penisku keluar masuk dalam lubang vaginanya. Cairan vaginanya membuat penisku yang semakin mengeras bergerak semakin lancar. Gesekan dinding vaginanya dengan kulit penisku, menimbulkan bunyi,
"Crep.. Clebb.. Bleeb.. Clebb.."
Lima belas menit kemudian nafas Vina sudah tersengal-sengal. Ia mendekapku erat. Ia semakin cepat dan kuat menggerakkan pantatnya naik turun. Tanganku meremas kedua payudaranya dengan kuat. Putingnya kutekan dan kupilin dengan kuat. Kusedot kedua puting berwarna coklat kemerahan itu bergantian sehingga desahan menjadi semakin kuat dan sering akibat rangsangan kenikmatan.
Akhirnya beberapa menit kemudian tubuh Vina menegang. Ia memeluk leherku dengan erat sekali dan berteriak.
"To ... Auuww ... Ooohhh... sayang.." sambil terus mempercepat goyangan pinggulnya. Aku menusuknya dari bawah dengan sangat kuat sehingga terasa olehku kepala penisku membentur pangkal rahimnya.
"Akkuu.. Keluuaarr Too.., oohhmm eenaakhh.." pekik Vina dengan keras dan tubuhnya terasa bergetar hebat menandakan ia benar-benar mengalami orgasme yang hebat. Kuangkat betisku sehingga ia bisa mengunci dengan betisnya. Ketika seluruh badannya menegang, maka dengan bertumpu pada punggung dan telapak kaiku kuangkat pantatku semakin tinggi sehingga iapun semakin kuat menekan papntat dan memeluk punggungku. Denyutan dari dinding vaginanya membuat penisku seakan-akan diremas dan diperas. Bibirnya mencari-cari bibirku dan langsung mengulumnya dengan kuat. Setelah denyutan itu berhenti kuturunkan kembali pantatku menempel di atas kasur. Vaginanya terasa basah dipenuhi oleh lendirnya. Ia berbaring di atas tubuhku dan membiarkan kemaluanku tetap berada di dalam vaginanya beberapa saat. Kubiarkan saja bossku yang cantik ini menikmati orgamenya sambil menciumi dadaku. Aku membiarkan kemaluanku yang masih tegak dan belum merasakan akan adanya tanda akan orgasme tetap dalam kehangatan vaginanya.
Dan kemudian Vina yang masih bersimbah peluh berkata, "Anto.. Kamu hebat sekali,.. Sayang..".
Kasihan Vina, aku pikir pastilah ia kurang mendapat kepuasan dari suaminya. Kuraih tubuhnya dan kukecup beberapa kali sebelum akhirnya kami saling mencium dan mengulum bibir. Aku yang sudah terlanjur berada di lereng kenikmatan namun belum mencapai puncak kepuasan sudah dipenuhi dengan birahi dan ingin segera kembali menikmati tubuh Vina. Kurasakan lembut sekali bibirnya menari di bibirku, lidahnya dan lidahku menari-nari saling menjilat dan membelit. Kutelusuri lehernya yang panjang dengan mulutku sementara tanganku memegangi tangannya, meremasnya.
"Anto, biarkan aku istirahat sebentar..sayang," katanya sambil melepaskan pelukanku, berdiri masuk ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.
Vina kembali berbaring di sebelahku. Aku hanya memeluk dan memberikan kecupan-kecupan ringan di bibir serta tubuhnya memberikan kesempatan untuk beristirahat. Tiga puluh menit Vina mulai menyambut cumbuanku. Dia nampak pasrah. Apalagi ketika tanganku mulai merambati pinggang dan menggapai kedua bukitnya. Aku menikmati usapan tangannya di punggungku sementara mulutku menelusuri lehernya dan turun lagi memutari dadanya.
"Aku milikmu hari ini...." kata Vina memecah kesunyian.
Didekapnya pinggangku, diraba dan dielusnya penisku yang berdenyut keras menanti penyelesaian permainan babak ini.
Aku membalikkan tubuhnya dan kucumbui Vina dari belakang. Dalam posisi berbaring miring ke kiri mulutku menelusuri tengkuk, leher, punggung dan pipinya. Kepalanya menoleh ke samping dan tangannya dilingkarkannya di kepalaku. Kulumat bibirnya. Tanganku meremas kedua bukitnya dengan lembut dan membuat puncak bukit itu mengeras. Vina menggeliatkan tubuhnya, melengkung ke depan membusungkan payudaranya. Betapa indah payudara Vina, masih kencang dan besar, putingnya berwarna coklat kemerahan sangat ranum dan membuatku terangsang untuk memetik kedua buah dadanya dan kunikmati dengan mulutku.
Kubiarkan Vina menikmati sensasi-sensasi yang kustimulasikan pada tubuhnya. Vina membiarkan aku meremasi lembut kedua buah dadanya. Kulihat Vina memejam dan menggeliat-geliat melengkung ke depan. Kuraba gundukan di celah kedua pahanya dan Vina bertambah menikmati dengan desah dan geliatnya. Kustimulasi dengan kedua tanganku sesaat dan akhirnya tangan kananku kumasukkan ke celah selangkangannya.
"Sudah basah lagi Vin," kataku.
"Hhmm, aku sudah nggak tahan To. Aku sangat menikmati cumbuanmu, dan aku masih ingin kau puaskan To. Ayo lakukanlah, puaskan aku..," pinta Vina dengan manja padaku.
Gelora birahi di dadaku memuncak dan batang kejantananku sudah tidak tertahankan lagi. Kupeluk Vina erat dan membiarkan kepalanya beralaskan lengan kiriku. Kukecup pipi dan telinganya dan kurasakan Vina sangat menikmati sensasi stimulasi yang kulakukan padanya. Kubalikkan tubuhnya lagi sehingga Vina berhadapan denganku.
Aku mencumbuinya lagi. Dibiarkannya mulutku menelurusi leher dan dadanya. Aku hampir tidak tahan menahan geliat tubuhnya. Apalagi ketika aku sampai di dadanya. Ahh, aku sangat menikmati kedua buah dadanya. Kuputar lembut badannya sehingga ia terlentang pasrah. Vina membusungkan dadanya sehingga aku semakin leluasa. Lenguhan, desahan dan geliatnya makin membuat birahiku meledak-ledak. Kupaguti bergantian kedua buah dadanya. Kukulum kedua puntingnya bergantian dan membuat tubuh Vina makin menggeliat dan akhirnya kami menggelinding turun dari kasur busa, turun ke atas karpet tebal yang lembut.
Sekilas aku memandangi tubuhnya yang indah. Vina membuat gerakan-gerakan yang menandakan letupan birahinya sehingga membuatku sangat terangsang. Apalagi ketika kedua kakinya dibuka dengan melebarkan pahanya. Betapa menggairahkan tubuh wanita ini. Kulihat gundukan daging di puncak selangkangannya. Hari ini dan mungkin saja sampai malam ini, pastilah akan menjadi malam panjang yang berat bagiku. Aku ingin memberinya kepuasan dan sensasi yang belum pernah didapatkannya.
Kudekati tubuh Vina dari samping. Tangannya menarikku sehingga tubuhku menindihnya. Aku mencumbuinya dari atas ke bawah dengan tubuhku berada di atasnya. Mulutku menikmati kedua bukitnya dengan leluasa. Kutelusuri perutnya dengan jemariku dan hingga akhirnya sampai di pahanya, dan selanjutnya tanganku menggapai betisnya naiik lagi menelusuri paha dan permukaan vaginanya, membuat Vina menggeliat mendesah lagi.
Tapi belum sempat aku bertindak lebih lanjut lagi, diraihnya penisku dan diremas-remasnya. Aku mendesis merasakan kenikmatan. Diurutnya penisku dalam genggamanannya dengan gerakan melingkar. Betapa nikmatnya sampai aku hanya bisa berkata "Ooohh Vin.. ahh.." dan pinggulku tergoyang-goyang mengikuti sensasi yang dilakukan Vina pada penisku.
Kucumbui lagi Vina dan memang aku sangat suka menikmati kedua buah dadanya dengan putingnya yang ranum. Hal ini membuat Vina bergelinjang didera kenikmatan. Ketika mulutku memaguti dan mengulumi payudara yang kanan, tangan kananku meremas lembut yang kiri, begitu sebaliknya. Aku seperti bayi yang kehausan menyusu pada ibunya. Kakinya bergerak-gerak, telapak kakinya mengusap betis dan pahaku. Sambil mulutku mengulum buah dadanya, kujulurkan tanganku menggapai liang vaginanya. Vina makin menikmati permainanku ini. Kuelus liang vagina dan sekitarnya, membuat pahanya bergerak membuka lebar, semakin lebar menantiku untuk menyetubuhinya. Kurasakan liang senggamanya yang makin membasah dan akhirnya ketika kedua kakinya makin mengangkang, aku bergerak dan pinggulku berada diantara kedua kakinya. Kunaikkan kaki kirinya, kuusap dan kuciumi pahanya dengan lembut. Kudengar geliat dan desahnya makin menjadi-jadi. Vina memintaku agar aku segera menyelesaikannya.
"Ayo To lakukan.. sekarang...".
Kedua kakinya kuletakkan di pundakku dan batang kejantananku yang sudah menegang kuarahkan memasuki liang vaginanya. Kumasukkan sedikit demi sedikit dan kuputarkan kepala penisku di permukaan vaginanya, menggesek klitoris dan bagian dalam bibir vaginanya. Vina melenguh sejadi-jadinya. Aku mendorong pantatku maju untuk memasukkan penisku lebih dalam lagi dan akhirnya tertanam penuh di dalam vagina Vina. Kupegangi kedua pahanya, aku diam sejenak merasakan sensasi kenikmatan dari remasan otot vaginanya di sekeliling batang penisku. Kulepaskan kakinya sehingga bebas lalu kugoyangkan pinggulku lembut sementara mulutku menikmati kedua puting susunya bergantian. Aku terus menggoyang pinggulku lembut di seputar dinding kemaluannya.
Kuangkat kaki kirinya dengan tanganku dan kuputar melewati kepalaku sehingga aku berada di belakangnya dengan tetap menindih tubuhnya. Buah pantatnya yang besar menyebabkan aku agak kesulitan mempertahankan posisi penisku agar tidak terlepas dari vaginanya ketika mengubah posisi ini. Tetapi akhirnya aku bisa menindih tubuhnya yang tengkurap.
"Ohhh To... puaskan aku. Lakukan sesukamu....!"
Pantatnya bergoyang-goyang mengimbangi gerakanku memompa vaginanya dari belakang. Aku memintanya untuk bertumpu pada lutut dan tangannya.
Perlahan-lahan Vina menaikkan pantatnya dan akupun mengimbangi gerakannya sehingga aku berdiri di atas lututku. Ketika pantatnya sudah naik maksimal menungging aku kembali mengocok Vina dengan penuh gairah, disertai desahan dan pekikan dari Vina, begitu denganku yang berteriak dan mendesah dengan kuat.
"Ahh.. Ohhmm.. Eeakhh.. Terus sayyaangg.." rintih Vina.
Aku merapat ke tubuhnya menjilati punggung, leher dan meremas payudaranya yang mengeras. Pantatku maju mundur dan berputar beraturan. Tubuh Vina mulai mengejang dan agaknya ia akan segera mencapai puncaknya.
"Ohhmm.. Akuu mau sampaii.. Sayaanngg.." desahnya dengan tubuh mengejang kaku.
Aku terus mengocoknya tanpa henti bahkan ruangan itu dipenuhi oleh bunyi pahaku yang beradu dengan pahanya.
"Plok.. Plookk.."
Ditingkah bunyi gesekan dinding vagina Vina yang sedang beradu dengan kulit penisku.
"Cleb.. Bleeb.. Cleeb..".
"Oh sayaangg aku sudah capek nih.. Tooloong berhentii sebbeentarr ya," Vina memohon dengan merintih-rintih.
Aku tahu pasti vaginanya terasa ngilu, geli dan sekaligus nikmat sekali.
Beberapa menit kemudian aku sudah merasakan aku sudah hampir sampai ke puncak. Aku mempercepat goyangan pinggulku dan merubah posisiku dengan cara menidurkan Vina dan mengangkat sebelah kakinya dan memasukkannya dari samping, dan beberapa saat kemudian aku merasakan sesuatu yang sudah terkumpul di ujung penisku akan meledak.
"Aaahh.. Vin Aku mau ssammpaii.." rintihku sampai mendekapnya dengan sangat erat.
"Sayangg.. Aku.. Juugaa mau... sayangg. Kitaa samma samaa.. Ooohhmm.."
Tubuhku merasakan tegang dan kaku, begitupun juga dengan Vina. Tetapi aku masih ingin lebih lama lagi menikmati kehangatan tubuhnya sebelum mencapai puncaknya. Kucabut penisku. Vina sudah akan melakukan protes terhadapku ketika kurebahkan tubuhnya ke atas kasur busa. Sebelum kata-katanya keluar dari mulutnya pahanya kubuka dengan lebar, bibir kemaluannya yang merekah siap menerima diriku. Kurasakan kemaluanku pun sudah tidak sabar ingin segera kembali bersatu dengannya.
Perlahan-lahan kuturunkan pantatku. Di bibir kemaluannya aku berhenti sejenak sekedar mengungkit nafsunya. Ia menggeliat-geliat dan mendesah. Tangannya meraih pinggangku dan mendadak ia menghentakkan pantatnya ke atas, maka meluncurlah kemaluanku ke dalam kemaluannya tanpa tertahan lagi. Aku sepenuhnya sudah bersatu kembali dengannya. Kurasakan ia menjepit kemaluanku lembut namun sangat kuat sehingga aku tidak bisa menggerakkannya. Kenikmatanku adalah kenikmatan sempurna.
Ketika jepitan otot vaginanya pada penisku terlepas, perlahan aku menggerakkan pantatku naik turun. Ia menggeliat-geliat semakin tak beraturan. Paha mulusnya bergerak-gerak diiringi desah suaranya yang bergumam tak jelas. Gerakan pantatku semakin cepat dan keras, menciptakan sensasi yang tak tertanggungkan. Ia pun aktif memutar-mutar pantatnya yang montok memperbesar rasa nikmat yang semakin menggila.
"Aauu..", erangnya.
"Lebih keras! Lebih cepat dan lebih keras lagi!"
Jari-jarinya mencengkeram sprei seakan mencari pegangan. Tubuhnya mengapung seperti kapas kering yang tertiup angin kencang.
Kukencangkan otot perutku dan menaikkan irama gerakan pantatku. Kugenjot kemaluannya dengan gerakan pinggulku yang semakin bertenaga. Melihat geliat tubuhnya dan desah nikmatnya, nafsuku pun semakin membara. Kemaluannya yang lembut basah berlendir itu semakin menantang. Ia sudah tak sanggup lagi menjepit batang kemaluanku. Jari-jariku erat mencengkeram kedua buah dadanya yang semakin mengeras. Payudaranya dengan putingnya yang mengeras kuremas dengan telapak tanganku.
Remasanku semakin kuat dan ia mengaduh-ngaduh dengan nikmatnya.
"Ooouu.." desahnya.
"Teruskan! Teruskan! Achh.. Achh.."
Kutingkatkan kecepatan goyangan pantatku. Bunyi irama keluar masuknya kemaluanku berkecipak karena kemaluannya telah dipenuhi lendir licin. Ia menjerit keras dan meraih tubuhku ke dalam pelukannya. Kujatuhkan diriku dan kurasakan empuk buah dadanya. Aku tahu ia akan segera mengalami orgasme. Aku berbaring tenang di atas tubuhnya, sementara kedua kakinya ketat membelit pinggangku. Kemaluanku masih tetap sekeras laras senapan. Aku melonggarkan sedikit belitan pahanya di pinggangku dan mulai bergerak lagi dengan cepat.
"Ooohh..", jeritnya. "Oh.. teruskan! Lebih keras! Lebih keras! Aaa.."
Gerakanku telah menciptakan sensasi yang belum pernah dirasakannya. Ia betul-betul menikmatinya. Dengan satu gerakan yang pelan tetapi dengan segenap tenagaku, kusentakkan pantatku dan membenamkan kemaluanku dalam-dalam. Ia menggelepar dan meninju-ninju punggungku. Giginya menggigit bahuku sehingga jeritannya tersekat di sana. Pahanya menjepit pinggangku dan betisnya membelit betisku. Pantatnya diangkat menyambut pantatku yang menekan kuat. Otot vaginanya semakin kuat menjepit penisku. Aku merasakan penisku berdenyut kencang sekali. Tinggal sedikit saja sperma yang memancar karena sudah habis terperas dalam permainan terdahulu. Hangat kunikmati geletar tubuhnya yang menahankan kenikmatan yang tak ada duanya. Aku terdiam menikmati sisa kenikmatan orgasmeku, begitu juga Vina, kemudian sambil berpagutan Vina memujiku.
"Sayang, belum pernah aku merasakan orgasme sehebat ini sampai empat kali dalam satu hari, kamu begitu hebat, kamu orang pertama bercinta denganku setelah aku menikah selain suamiku. Ternyata kamu lebih jantan dari dugaanku. Inge pasti menjerit ketika badannya yang mungil kamu genjot sampai habis semalam-malaman," katanya sambil mengecup bibirku.
"Ah, kamu juga luar biasa Vin, aku juga baru sekali bercinta dalam gairah yang begitu bergelora, rasanya nikmat sekali. Vaginamu enak sekali," balasku pada Vina.
Lama kami diam dengan kemaluan yang tetap melekat. Setengah jam lewat tanpa satu kata. Hanya desah napas memburu yang berangsur-angsur tenang memenuhi kamar itu. Aku mengangkat tubuhku. Ia memandangku dan tersenyum manis sambil membelai-belai wajahku. Aku mengecup bibirnya yang merah merekah itu dengan penuh gairah. Kucabut keluar penisku, meneteskan sisa-sisa cairan spermaku yang bercampur dengan lendir kemaluannya ke atas perutnya.
Di luar langit sudah mulai gelap. Kami mandi berendam bersama di dalam bath tub bermain busa sabun dan saling menggosok tubuh. Selesai mandi badanku terasa segar. Kami masak di dapur bersama-sama untuk makan malam. Makan malam terasa nikmat sekali dengan tubuh penat dan perut lapar. Aku hanya mengenakan celana panjang, karena kemejaku yang basah oleh keringat masih dijemur. Vina memakai celana pendek, benar-benar pendek dan ketat, dan mengenakan baju tipis longgar, tanpa mengenakan BH. Puting payudaranya terlihat menonjol di balik bajunya, menantangku untuk sesekali memilin dan memijitnya, hanya sekedar untuk menggodanya. Tenagaku belum pulih lagi, kalaupun kupaksakan untuk bercinta lagi pasti kenimatannya tidak akan maksimal. Remasan-remasan ringan dari Vina pada penisku belum mampu untuk membangkitkan gairahku.
Akhirnya menjelang jam sembilan malam aku berpamitan pulang. Tetapi Vina tidak mengijinkanku pulang. Mobilnya dan sepeda motorku dimasukkannya ke dalam garasi. Pintu rumahnya malahan dikunci dan kemudian kuncinya dimasukkan ke kantong celana pendeknya.
"Ini kuncinya, kalau kamu mau pulang ambil saja sendiri," katanya sambil menunjuk ke kantong celananya.
"Hhmm.. ya sudah. Baiklah aku tidur di sini saja, tapi kalau nanti malam kita digerebek hansip kamu yang tanggung jawab," kataku sambil tiduran di karpet depan TV.
Vina menyusul berbaring di sampingku.
Kami ngobrol berbagai macam topik. Vina akhirnya bercerita kalau gairahnya yang tinggi tidak dapat dipuaskan oleh suaminya. Sebenarnya dengan suaminya iapun dapat mencapai orgasme, tetapi frekuensinya yang kurang. Sudah lama ia memendam keinginannya untuk mendapatkan penyaluran gairahnya tetapi belum menemukan orang yang tepat. Pada saat kami tidur seranjang ketika terjebak oleh tanah longsor sebenarnya ia sudah sangat menginginkanku, tetapi karena aku hanya bersikap pasif maka ia menunggu sampai terjadilah peristiwa hari ini.
"Padahal waktu itu aku sudah sangat kepingin, tapi aku tidak tahu sikapmu dalam urusan begini. Makanya aku hanya memancing dan menunggu reaksimu. Eh kamu malahan diam saja. Sekarang udah keduluan sama Inge".
'Habis gimana Vin. Aku juga tidak berani mendahului karena nanti disangka kurang ajar. Jadi waktu itu sebenarnya kita saling menunggu. Akhirnya hari ini aku mendapatkan kesempatan itu". Malam itu kami tertidur pulas di karpet di depan TV.
Aku terbangun karena suara TV. Kulihat jam menunjukkan pukul tiga dinihari. Vina masih tertidur lelap. Aku bangun pelan-pelan, aku duduk di samping Vina. Aku amati tubuh moleknya, rambut panjang bergelombang, hidung sedang, bibir merah merekah, leher jenjang, payudara indah yang besar dan kencang, perut datar, pinggul dan pantat bulat padat, kaki panjang dengan paha mulus indah. Kupeluk tubuhnya dan kukecup pipinya. Ia menggeliat bangun.
"Jam berapa sekarang," tanyanya sesaat setelah sadar sepenuhnya.
"Jam tiga. Sorry kebangun ya. Masih pagi kok, tidur saja lagi," kataku.
"Hhmm... udah terlanjur bangun. Lagian rugi sekali kalau tidak memanfaatkan waktu ini. Kapan lagi kamu bisa tidur di sini...," katanya sambil menggerayangi penisku. Kurasakan staminaku sudah pulih kembali karena sudah cukup beristirahat.
"Jadi gimana?" pancingku.
"Ya begini," jawabnya sambil langsung menindih tubuhku.
Kulepaskan baju longgar dari tubuh Vina. Dan berikutnya membuat darahku berdesir dan penisku menjadi tegang membesar serta jantung berdetak semakin kencang. Payudaranya yang besar dan padat tampak nyata menggantung di depan mataku, terbuka tanpa tertutup apapun. Tangannya meremas dua gunung kembar indah miliknya sehingga putingnya mencuat ke depan.
Vina sambil meraih kedua tanganku dan meletakkan telapak tanganku di kedua buah dadanya yang montok. Vina semakin merapat ke tubuhku.
"To.. Remas susuku ini sayang. Ehm.. Lakukan sesukamu seperti kemarin. Aku masih ingin menikmati panasnya permainanmu," rajuk Vina sambil menuntun tanganku meremas payudara montoknya.
Dengan penuh semangat gairah yang membara, kuremas-remas payudaranya. Sementara bibirku dan bibirnya saling berpagutan mesra. Vina membuka celanaku dan gantian aku membuka celana pendeknya. Tubuh kami berdua sudah polos tanpa selembar benangpun yang menempel di tubuh. Permainan kami bertahap menjadi semakin panas. Setelah puas memagut bibir Vina, mulutku kemudian menikmati montoknya payudara wanita cantik ini.
"Uuhh.. Aah.." Vina mendesah-desah tatkala lidahku menjilat-jilat ujung puting susunya yang keras.
Aku permainkan puting payudara yang menonjol dan menggiurkan itu dengan bebasnya. Sekali-kali putingnya aku jepit dengan bibirku sementara lidahku tetap menjilatinya sehingga membuat Vina menggelinjang merasakan kenikmatan.
Tangan kananku mulai merayap di pahanya dan menggerayangi vaginanya. Aku usap-usap bibir vaginanya dengan lembut hingga desahan-desahan menggairahkan semakin keras terdengar keluar dari bibirnya.
"Anto.. Nik..maat.. Sekali sa..yaang.. Uuuhh.. Puaskan aku sayang.. aku milikmu malam ini," suara itu keluar dari bibir wanita cantik itu. Aku menanggapi ucapannya dengan asyik mencium, menjilat dan meremas tubuh moleknya.
Aku nikmati tubuh indah Vina dan merasakan kehangatan nafasnya. Aroma tubuh wanita yang baru bangun tidur. Vina hanya pasif dan menunggu inisiatif seranganku, ia membiarkan aku berbuat apa saja menggerayangi lekuk-liku tubuhnya. Aku renggangkan pelukanku dan memandang tubuh Vina yang indah, ia tersipu-sipu malu melihatku memandangnya sedemikian rupa.
"Jangan dilihat gitu ach," katanya sambil merebahkan badannya ke tubuhku.
Aku perkuat pelukanku sehingga payudaranya menekan lembut dadaku.
Tubuhnya mulai bergetar. Ia mengajakku pindah ke dalam kamar depan yang kami pakai kemarin.
"Say .. kita pindah ke kamar depan saja..".
Terlihat kondisi kamar masih berantakan, karena belum sempat dirapikan. Aku rebahkan tubuh montok itu dan aku raba vaginanya. Aku sentuhkan jariku pelan-pelan ke klitorisnya.
Aku berada di atas tubuh mulus Vina. Ketika kucium bibirnya dia biarkan bibirku melumat bibirnyanya. Kemudian ia membalas memagut bibirku dengan ganas, memasukkan lidahnya ke mulutku yang aku sambut dengan lidahku yang kemudian saling menggelitik. Tangan kiriku menyangga tubuhku dan tangan kanan mengelus payudara Vina, meremas-remasnya dan memilin putingnya. Tangan kananku turun mengelus perutnya yang rata, pinggang yang ramping, dan semakin ke bawah lagi. Mulutnya terbuka mengeluarkan erangan erotis. Matanya setengah tertutup. Nafsuku semakin memuncak. Aku menggesekkan jari tengahku pada belahan vaginanya, sedikit naik kemudian kusentuh klitorisnya dan kupermainkan dengan belaian lembut. Vina lebih keras mendesis dan mengerang.
Agaknya Vina sudah tidak tahan lagi.
"Anto.. ayo masukkan sekarang,' katanya.
Matanya sayu memohon kepadaku. Penisku kuarahkan ke vaginanya. Tanpa bantuan tangan, ketika kepala penisku sudah menyelip di antara bibir vaginanya aku tekan sekali dua kali belum masuk. Tangan Vina membantu mengarahkan penisku ke lubang vaginanya.
Akhirnya .... Bleeshhhh.
Kepala penisku menembus kemaluan Vina yang menjepit ketat batang penisku. Aku melakukan tusukan pelan tapi mantap. Sekitar lima menit Vina berbisik
"Biar aku yang di atas".
Vina mengambil alih kendali permainan. Ia menggoyangkan pantatnya tidak terlalu cepat, tapi lebih sering bekerja dengan otot-otot vaginanya yang mencengkeram erat memiji-mijit penisku. Tidak semua perempuan bisa melakukan empot-empot ayam seperti Vina. Aku menjadi lebih rileks menikmati permainan ini tanpa perlu keluar banyak energi, aku naik turunkan pantatku pelan-pelan sehingga penisku pun bergerak keluar masuk perlahan dan dalam-dalam di dalam vagina Vina. Kontraksi otot vaginanya terus mengurut-urut batang penisku sedangkan mulutku menyedot payudara putih besar. Tangan Vina memelukku leherku erat, tangan kananku meremas pantatnya. Vina terus menerus mendesis. Sekitar sepuluh menit kemudian Vina mengerang
"Anto, aku keluar lagi.. Akkhh .".
Aku mencium bibirnya. Gerakan Vina semakin kuat. Kedua tangannya memegang sandaran ranjang. Ia memutar pantatnya lebih keras dan remasan otot vagina Vina lebih sering dan lebih kuat memijat penisku.
"Antoo. aduuh.".
Ia sudah mencapai orgasmenya, tapi pantatnya terus berputar dan gerakan otot vaginanya tidak kunjung berhenti.
Penisku dengan kuat kugerakkan menyambut gerakan pantatnya. Kuarahkan agar kepala penisku menggesek klitorisnya. Aku senang sekali memandang wajah Vina yang merem melek dengan mulut terbuka agak lebar. Aku puaskan gairah Vina dengan tusukan penisku yang kuat bertenaga. Vina menggelinjang mengerang penuh nikmat birahi.
"Aah. aah. aahh.", erangan erotis Vina yang terdengar semakin keras.
"Anto. Antooo. ookhh.," jerit kecil Vina sambil menggigit pundakku.
Sesaat kemudian ia sudah terkapar di sampingku. Kami berdua telanjang berpelukan, buah dadanya menempel dadaku, kaki kiriku ditindih kaki kanannya, kaki kananku menindih kaki kirinya.
"Hmm kamu belum puas ya say... Sebentar aku istirahat, nanti aku akan puaskan kamu.. Hhhhh".
Dengus nafasnya belum lagi teratur ketika aku yang belum terpuaskan mulai merapat ke tubuhnya dan memberikan rangsangan di payudaranya dengan tangan dan mulutku. Ia masih diam tidak memberikan reaksi apapun. Hanya jari tangannya meremas-remas rambutku.
"Hmmm sabar yang...," katanya sambil mendorong tubuhku.
Aku berbaring terlentang. Vina mulai mengarahkan mulutnya ke dadaku. Lidahnya dijulurkan kaku dan menjilati putingku, tangannya terjulur menjangkau penisku yang keras menegang. Sesekali digesekkan pipinya ke bulu dadaku. Ia semakin keras menjilat, menghisap dan bahkan menggigit putingku. Rasa sakit yang timbul dari gigitannya tertutup oleh rasa nikmat yang tiada terkira ketika putingku disedotnya kuat-kuat. Nafsuku sudah di puncak kepala.
Aku sudah tidak sabar lagi. Batang penisku yang sudah sedari tadi tegak berdiri ingin merasakan lagi jepitan vagina wanita cantik nan montok itu. Kutindih tubuhnya dan perlahan kumasukkan batang penisku ke celah-celah vagina. Aku arahkan penisku yang berkepala besar tanpa kupegang, tangan kananku tetap meremas-remas pantat Vina. Dua kali penisku mencoba menusuk lubang vaginanya tetapi tidak bisa. Bibir vaginanya memang kelihatan besar, tetapi ternyata liang vaginanya masih cukup sempit. Vina membantu memegang lembut penisku dan di arahkannya persis menempel liang vaginanya. Sesudah pas pada posisinya, ia melepas tangannya, membiarkan penisku menembus vaginanya. Ia tahu kalau aku memang senang menikmati saat-saat penisku menerobos bibir merah kemaluannya, menguak lubang sempit vaginanya dan menerobos masuk ke dalam lorong yang dindingnya penuh dengan syaraf halus tanpa bantuan apapun. Aku tekan penisku, bibir vagina Vina merekah merah terdorong ke dalam. Bleessh.... penisku menerobos gerbang kenikmatannya.
"Aaucch.," erang Vina kaget.
Penisku yang kepalanya besar menusuknya pelan lembut tetapi bertenaga, mulutnya terbuka tanpa mengeluarkan suara tapi matanya tetap terpejam. Kutekan perlahan dan keluarlah desahan dari mulut nya setelah penisku berhasil masuk seluruhnya ke dalam liang vaginanya.
"Aahhh....".
Kupompa vaginanya dengan gerakan naik turun. Desahan dan erangan yang menggairahkan meluncur keluar dari mulut Vina yang sudah timbul lagi birahinya.
"Aach.. Ach.. Aah.. Terus sayang.. Lebih dalam.. Lagi.. Aah.. Nik..mat..,"
Vina mulai menikmati permainan itu. Aku terus mengayuh penisku sambil mulutku melumat habis kedua buah dadanya yang montok.
Aku menggerakkan pantatku memutar dan naik turun pelan. Aku rasakan kenikmatan dari lubang persetubuhan Vina.. Vina mengangkat pantatnya, menggelinjang dan mengerang penuh kenikmatan akibat ketegangan kejantananku yang aku gerakkan dengan mantap ke dalam vaginanya yang semakin terbuka. Pantat Vina bergerak naik turun mengikuti gerakan pantatku dan tusukan penisku. Ranjang mulai bergetar dan berderit, desisan nafas semakin kencang disertai erangan semakin keras. Vagina Vina erat menangkap setiap gerakan penisku.
Kuangkat kaki kananku dan kaki kirinya menutup menjepit kaki kiriku, kemudian kuangkat lagi kaki kiriku dan kaki kanannya menutup rapat. Kini aku yang menjepit ke dua kakinya. Dengan gerakan perlahan aku mulai menggenjot lagi. Ketika gerakanku berhenti, Vina tidak mau melepaskan pasak kejantananku lepas dari cengkeraman vaginanya. Kembali otot vaginanya dimainkan membuat penisku menerima sensasi rasa yang tidak ada taranya. Aku mencari waktu yang tepat ketika otot vaginanya mulai kendor aku bergerak dan menggenjotnya lagi. Keras kutusukkan penisku dan semakin keras. Aku sodokkan ke kiri kanan memutar, menekan dan kembali memutar. Vina makin menggelinjang, pantatnya bergoyang kencang, badannya bergerak kesana kemari menahan nikmat keperkasaan penisku.
Aku puaskan mengaduk-aduk vagina Vina sampai sekitar 10 menit. Aku berbisik ditelinganya
"Vin, kamu pijit dan peras punyaku, ya".
Ia mengangguk. Vina tahu maksudku, matanya tetap terpejam tapi mimiknya sangat menggairahkan. Kubuka lagi kedua kakinya hingga menjepit pingulku. Mulutnya terbuka mengerang-erang. Ia membetulkan posisi pantatnya. Dan mulailah remasan-remasan vaginanya di batang penisku... empot... empot..... empot otot-otot vaginanya memeras-meras penisku, sementara tanganku kuat-kuat meremas-remas buah dadanya, mulutku melumat-lumat putingnya.
"Aaaucch aauucchh", nafsu Vina memuncak.
"Ghhhrrmmm.....," aku menggeram menahan kenimatan.
Tanganku memeluk erat punggungnya. Tangannya kebelakang memegang kuat sandaran ranjang. Wajahku sedikit menjauh, aku nikmati raut muka penuh nafsu, buah dada beras padat, pantat yang berputar-putar, semua mendatangkan rasa nikmat. Dan tentunya yang paling nikmat adalah rasa empot empot dari kontraksi otot vaginanya. Remasan otot vaginanya yang berdenyut-denyut membuat Vina mulai lelah. Keringat membanjir di permukaan tubuhnya. Agaknya ia mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya untuk memberikan kenikmatan padaku.
Aku kecup bibirnya, dan kukatakan
"Udah yang, kamu sudah capek".
Kuambil bantal dan kuletakkan di bawah pantat besarnya yang membuat gundukan di selangkangannya semakin membukit. Ku buka lebar kakinya sementara penisku tetap menancap di vaginanya.
"Vin, aku agak keras menggenjot", kataku
"Lakukan...lakukan saja To!"
Aku gerakkan pantatku sekeras-kerasnya berulang kali, sodokan-sodokan kencang, adukan-adukan penisku di dalam vagina membuat Vina menjerit.
"Antoo... Ohhh".
Dari pengalaman bercinta dengan berbagai type perempuan membuat aku tahu bagaimana membikin Vina lebih histeris dan lebih liar. Aku hunjamkan penisku lebih cepat dan semakin cepat. Tiga menit aku lakukan menghajar vagina Vina sampai kudengar ratapan Vina
"Anto, udah. To."
Aku cabut penisku sebentar, kulihat lubang vaginanya bulat merah menganga diameternya sebesar jari tangan. Aku masukkan lagi penisku yang keras mengkilat ke dalam gundukan vagina Vina yang memerah terkena hempasan penisku. Spermaku yang sudah terkumpul di kepala penisku menyebabkan penisku menegang keras sekali.
"Vin... Oh... Aku keluar... Vina sayangggg!".
Kutancapkan penisku sedalam-dalamnya dan kusemburkan cairan putih kental dari ujung kepala penisku, menyiram vagina Vina. Ia masih terus meronta-ronta dan kakinya menendang udara, tangannya memukuli punggungku. Bersamaan semprotan hangat cairan kentalku, Vina juga mengalami orgasme.
"Anto, aku juga keluaar.", jeritnya sambil merapatkan pahanya ke pantatku dan kaki-kakinya menendang-nendang.
Vaginanya berdenyut-denyut teratur mengurut penisku yang juga berdenyut kuat. Apermaku ternyata cepat direproduksi kembali setelah mendapatkan istirahat cukup. Agak lama aku masih membenamkan penisku di dalam vagina Vina. Aku merasa sayang melepaskan kenikmatan bercinta dengan Vina, begitu juga Vina masih menjepitkan vaginanya ke penisku dengan merapatkan pahanya. Kami berdua diam, hanya senyum kami yang berbicara banyak. Cairan spermaku ternyata keluar cukup banyak sampai menetes keluar dari celah vaginanya. Vina masih merapatkan otot vaginanya dan membuat denyutan sampai penisku mengecil.
Aku turun dari atas tubuh Vina dan berbaring dengantangan kiriku di bawah lehernya dan tangan kananku di atas dadanya. Bau khas campuran cairan kejantananku dan cairan kewanitaan Vina tercium kuat. Vina bangun menuju kamar mandi dan dia membersihkan penisku dengan handuk basah setelah kembali dari kamar mandi.
Dia bertanya "Mau aku buatkan teh panas?".
Aku jawab"Terima kasih Sayang, enggak usah. Tadi udah puas minum susu", jawab aku sambil memegang buah dadanya yang besar. Penisku diremasnya, sambil beranjak mengambil air mineral dari dalam kulkas, memberikannya padaku dan minum bergantian dari satu botol.
Aku bisikkan di telinganya
"Ibu Vina sayang, trims ya, kamu cantik dan pintar sekali bermain cinta," sambil kutekan vaginanya dengan telapak tanganku.
Vina merangkulku dan berbisik
"Ah, Kamu yang hebat, aku puas sekali".
"Besok-besok apakah kita bisa begini lagi Bu Vin?".
"He..eh, kita lihat keadaan", jawab Vina.
Kami berbaring di atas ranjang empuk yang sudah sepanjang hari kemarin sampai pagi ini mengantar kami melayang bersama melintasi angkasa.
"Terima kasih Anto. Aku sangat puas. Kamu benar-benar perkasa. Kamu nggak nyesal kan tidur denganku?" tanyanya padaku.
Aku tersenyum sambil mencium kening wanita itu dengan penuh sayang.
"Aku sangat senang Vina. Tidak kusangka kamu memberikan kenikmatan ini padaku. Karena sudah lama sekali aku berkhayal untuk bisa menikmati tubuhmu yang montok ini"
Vina tersenyum senang mendengar jawabanku.
"Anto sayang. Mulai saat ini kamu boleh tidur denganku kapan saja, kalau keadaan memungkinkan. Tapi kalau aku menginginkan.. kamu temani aku ya.," kata Vina kemudian.
"Vina, wanita sempurna luar dalam, cantik, montok, pinter, gesit, pakar di ranjang", bisikku pelan dan akhirnya aku tertidur kembali.
Pukul tujuh pagi aku pulang ke rumah dengan perasaan yang bercampur baur.
*****
Sampai ketemu lagi setelah libur panjang....