Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Siapa profil perempuan yang anda favoritkan dalam cerita ini hingga Chapter 16 terakhir?

  • 1. Merry

    Votes: 33 19,5%
  • 2. Mirna

    Votes: 66 39,1%
  • 3. Rachma

    Votes: 55 32,5%
  • 4. Winda

    Votes: 15 8,9%

  • Total voters
    169
KISAH INDAH (KLASIK) PERKANTORAN

Oleh:
ReynalWriter

28996880d89985b97490ed3e12f8b8f8fbcadffb.jpg

Ilustrasi Merry (mendekati)

Chapter 10
POV MERRY


Sejak memasuki kamarku bersamanya, barulah setengah jam lebih kemudian kembali aku sadar akan diriku dan suasana kamarku. Itupun setelah perlahan hembusan nafasku mulai mereda dan kekasih gelapku, pak Jacky, yang mantan atasanku, pada akhirnya melepaskan kontolnya dari memekku. Malah kemudian, diapun bergulir ke sampingku. Maka barulah pada saat itu aku sadar akan diriku, sadar akan keadaanku dan sadar berada dimana kami pada saat itu. Satu demi satu kenangan akan apa yang baru saja terjadi mulai terkumpul dan berkembang menjadi satu kisah dan episode. Terlebih karena memang saat itu kami berdua berada di dalam kamar kostku yang kini hening.

Aku takyub mengingatnya.

Karena, aku tidak tahu lagi kapan dan bagaimana caraku menyalakan lampu kamar saat kami masuk. Yang bisa dan masih kuingat dengan sangatlah jelas adalah, tiba-tiba saja pak Jacky telah menyergapku sesaat begitu kami masuk kamarku. Sementara akupun meladeninya dengan sama bergairahnya. Tidak kurang dan tidak lebih. Karena bukan hanya dia, aku sendiripun memang sangat menginginkannya ada saat itu. Dan tidak akan munafik jika kukatakan jika hal itu benar sangat kuinginkan. Meskipun memang benar jikalau baru saja kami sama menyelesaikan suatu persetubuhan liar di dalam mobilnya hanya berapa jam sebelumnya. Di parkiran pula.

Apakah aku ini berubah menjadi sedemikian liarnya ? entahlah. Sama sekali tak kupersoalkan masalah itu.

Yang jelas adalah, untuk selanjutnya, kami tenggelam selama setengah jam lebih didalam sebuah percumbuan dahsyat. Dengan menggunakan tubuh dan tentu khususnya alat kelamin kami berdua. Beradu dalam nafsu, dalam birahi dan mengadu keluar masuk alat kelamin kami. Cukup lama, nyaris setengah jam, atau bahkan lewat setengah jam. Sampai pada akhirnya, kamipun bisa mencapai puncaknya pada saat yang sangat nyaris bersamaan, mungkin beda 5-10 detik belaka. Tentu saja hal itupun kuingat dengan jelas dan malahan sangatlah jelas. Bahkan akan selalu kuingat. Meski yang lainnya tentunya susah kuingat lagi secara detail.

Hal lainnya yang masih bisa kuingat dengan baiknya sambil berusaha terus meredakan nafasku adalah, bagaimana seru dan bagaimana liarnya percintaan kami barusan. Sesungguhnya sempat sedikit malu saat kuingat betapa dia ini sesungguhnya bukanlah pacarku, dan bahkan adalah suami orang. Akan tetapi, begitupun, malahan bercinta dengannya kulakukan jauh lebih total, serta jauh lebih melibatkan rasa dan membuatku benar-benar tergetar. Tergetar hingga ke relung hatiku.

Aku begitu tergetar, dan kuyakini bukan karena getaran rasa gatal akibat gairah bercintaku. Tidak. Sama sekali tidak. Aku melakukannya dengan perasaan dan dengan sepenuh kesadaran diriku. Bahkan, meski melakukan dengan pacarku, masih apa yang kulakukan tadi yang benar-benar secara total kulewati. Sangat kunikmati, kurindukan dan kutanamkan secara sadar dalam catatan hatiku. Ini bukan sekedar mereguk keikmatan, meski kenikmatan seperti tadi jelas bakalan selalu kurindukan. Pak Jacky juga rasanya.

Aku melayaninya dengan sepenuh hati dan tidak ada setitikpun penyesalan saat sesudahnya. Bahkan, aku tidak malu meski aku tadi sampai merengek di dalam anganku saat bercumbu dengannya. Sampai merengek minta dia memasukiku, untuk segera datang padaku dan kemudian menempatkan sang raja birahi alias sang maha penis untuk bisa segera menembus memekku. Menembusku serta membiusku untuk tidak tahu lingkunganku lagi. Dan melambungkan anganku, rasaku, emosiku untuk menemukan kenikmatan, malah bukan sekedar kenikmatan, akan tetapi kepuasan dan kenyamanan yang menenangkan. Sungguh senang dan nyaman rasanya saat ini. Meskipun disela aku menenteramkan diri dan juga nafasku yang tadi tersengal hebat.

Kuingat juga, ketika di puncaknya, aku malahan mengundang dan menariknya untuk memasukiku lebih jauh, lebih dalam serta lebih merasukiku. Jika bisa kami benar menyatu dan aku tak bakalan menyesalinya. Dan semua itu kuterima dan kuresapi dengan amat tenang, sekalian juga senang. Masak disesali ? masakan proses panjang dan lama yang kubayangkan beberapa tahun akan kusesali ketika kudapatkan dan kugenggam di tangan ? ketika kudapatkan, kunikmati dan kumiliki ?

Tidak mungkin.

Aku masih terus merenung, masih terus dengan senyum kepuasan mengingat akan apa yang sudah dan baru saja terjadi. Nafasku sudah mulai normal lagi, dan aku tahu, pak Jacky, resmi kekasihku sekarang, dan bahkan akan berlangsung terus kedepannya. Kecuali jika kami sama-sama menyepakatinya secara berbeda. Dan kurasakan, jika nafasnya juga tadi sama memburu dan sama-sama tersengal setelah melampaui episode yang tak terlupakan bagiku. Rasanya juga bagi dia.

Akan tetapi, manakala nafas kami sama-sama tidak tersnegal lagi dan sudah semakin tenang dan reda, hal selanutnya membuatku menjadi demikian tersentuh. Ini terutama ketika beberapa saat kemudian, dia bangun dan tak sedikitpun malu dalam kebugilannya dan berdiri serta berjalan di depanku. Selanjutnya dan bertanya dengan lembut dan nada penuh kasih,

“Handuknya dimana yang.... “? bisiknya bertanya.

Gila, lembut sekali dia itu. Hal inilah yang membuatku benar-benar tersanjung. Caranya ini, benar-benar tidak membuat kami berjarak, dan seperti di mobilpun, bukannya aku, tetapi dia yang berinisiatif untuk membersihkanku. Dan tadi, di mobil, dia melakukannya dengan lembut. Bahkan sepertinya dia menikmati saat melakukannya. Seakan dia sedang memperbaiki dan menata serta membaguskan kembali tubuhnya sendiri, miliknya. Terus terang saja, ini mengahanguskanku.

Sungguh. Tak pernah kubayangkan jika akan mengalami kejadian seperti ini, dan tak menduga jika pak Jacky akan memperlakukanku saat ini dengan demikian telaten dan penuh rasa. Di luar proses pergumulan kami tadi.

“Di lemari, pintu sebelah kiri yang.... “ desisku lemah, tetapi tidaklah lupa tentu kukirimkan senyum manis, semanis-manisnya kepadanya. Hatiku saat itu, memang sedang semanis madu.

Awalnya kukira dia akan membersihkan dirinya sendiri. Akan tetapi, yang dia lakukan kemudian menyentuhku lebih dalam lagi. Dan yang sukses membuatku bagai terbius serta memujanya dalam sebagian besar episode kehidupanku. Hal yang tidaklah bisa dijelaskan dengan teori piskologi tingkat atas sekalipun. Hal yang terjadi dan hanya bisa dijalani, dirasakan dan dicerna. Karena benarlah kata temanku, ada hal yang jauh lebih baik kita nikmati, rasakan dan biarkan terus mengalir, ketimbang kita menghabiskan waktu untuk membenarkannya secara rasional maupun secara psikologi. Bener banget rasanya itu.

Seperti di mobil, dia tidaklah langsung membersihkan dirinya. Akan tetapi, dia kemudian segera setelah mengambil handuk dari lemari pakaianku, langsung mendatangiku lagi dan kemudian dengan lembut dan mesranya mengeringkan keringatku. Bukan. Tidak hanya keringat di kepala dan badan, bahkan dengan lembut dia membersihkan atau mengelap keringat di dada, perut hingga, ini dia, malahan sampai bersedia membersihkan bagian perkakas utamaku.

Meskipun dia tentu saja tidak melapnya, akan tetapi dia sengaja membantuku untuk mengeringkannya dengan sekedar menempelkan handuk dan tidaklah menggeseknya. Tadinya kusangka, hanya di mobil dia seperti itu, tetapi teryata di kamarku ini, sama saja dengan yang dia lakukan tadi. Kejadian di mobil tadi, diulangnya lagi, dan dilakukannya dengan penuh perasaan. Baru setelah itu, diapun segera berusaha untuk mengeringkan keringat dan tubuhnya.

Tak sadar aku terenyuh. Mau tak mau aku jadi teringat Dodo yang memperawaniku. Akan tetapi usai bercinta dia justru langsung saja sibuk dengan mengeringkan dan membersihkan dirinya sendiri, dan kami masing-masing mengurus dan membersihkan diri masing-masing. Tetapi, sekarang ini aku terenyuh dan tersentuh ketika dia membersihkan dan mengeringkan diriku sehabis bercinta habis-habisan. Bahkan, diapun membantuku mengeringkan daerah vitalku, tentunya akhirnya dengan bantuanku. Karena mengeringkan dan membersihkan bagian pribadi ini, memang butuh treatment khusus.

Bahkan setelah itu, dengan tubuh bugil, dia menata kamarku, mengambil lagi semua pakaian kami yang berserakan. Termasuk BH ku dan juga CD kami yang entah kemana teronggokkan. Sementara aku melanjutkan membersihkan diriku di kamar mandi seadanya yang ada di dalam kamarku. Baru setelah semua bersih dan rapih kembali, diapun bergantian dengan aku memasuki kamar mandi. Baru setelahnya kembali dia datang dan berbaring disampingku dengan tetap tenang dan tidak merasa jikalau dia barusan melakukan sebuah pekerjaan tak biasa. Aku tercenung memikirkan semua itu, tetapi kalimat kawanku tadi, membuatku membiarkannya terjadi. AKan tetapi, tentu saja aku tidak bakalan bisa berpura-pura tidak ada yang menyentuh sanubariku.

Dia tidak sadar dan tidak tahu kalau air mataku menetes atas perbuatannya ini, karena itulah kemudian aku bangun dan memeluknya. Sungguh, aku memeluk dan menyambutnya kembali di ranjangku dengan penuh perasaan, bukannya karena aku telah puas bercinta. Akan tetapi, karena selain nafsuku terpuaskan, aku juga terpuaskan emosi dan psikisku dengan perlakuannya. Secara total dan penuh aku memeluknya dan ikutan mencurahkan perasaan tersanjungku atas bagaimana dia memperlakukanku.

“Mer, aku tak ingin engkau berpikir bahwa aku hanya mengingini tubuhmu saja. Bercinta memang penting, sangat penting. Akan tetapi, tidak mungkin kita bisa melakukan itu itu melulu bukan ? semakin banyak engkau membuatku nyaman, dan semakin banyak aku membuatmu nyaman, maka bakalan semakin langgeng hubungan cinta kita kini dan nanti..... “ bisiknya lembut, dan kukenang selalu karena telak dan langsung menembus relung hatiku.

“Ntar yang, mau ngambil daster... “ desisku lirih dan lemah setelah mengiyakan dan menyatakan persetujuanku dengan uraiannya barusan. Rasanya itu bukan teori, akan tetapi sejumput kedewasaan yang masih harus terus kulewati, tak bisa dipelajari. Hanya bisa diteladani. Benar, ada yang bisa dipelajari di buku-buku petunjuk manner atau tingkah laku dan etika pergaulan, akan tetapi ada yang bertumbuh dan menebal seiring dengan perjalanan hidup kita. Kedewasaan tidak dipelajari, akan tetapi terbentuk seiring dengan perjalanan hidup kita dan sikap kita terhadap diri, orang lain dan lingkungan.

“Gak boleh yang, aku ingin tidur bersamamu dalam aroma asli kita. Kamu tetap harum kok yang, aku menyukai aroma tubuhmu.... “ bisiknya lembut. Dan bisikan yang mengagetkan.

“Gak jijik yang..... “? desisku kaget

“Hmmmm, mengapa mesti jijik ? aku kan menyukai semua bagian tubuhmu ini, termasuk keringatmu. Kecuali jika keringatmu dari dua hari lalu dan masih terus melekat di tubuhmu... “ desisnya kembali membuatku kaget.

Percakapan dan episode ringan ini, tanpa sadar tertancap dan tertanam dalam dan menancap di relung hatiku. Bahkan menjadi benchmark alias ukuran kehidupan bercinta untukku hingga selanjutnya. Dan, saat itu kuyakin bahwa kemungkinan bakalan amat sulit aku bertemu yang seperti ini kelak. Dan firasatku memang benar. Tak pernah kedepannya kutemukan yang seperti dia lagi.

Setelah selesai mengeringkan dirinya, diapun kemudian berbaring disampingku dan kemudian menarik selimut di bawah kami yang sudah awut-awutan. Untuk kemudian dia berbisik,

“Terima kasih untuk yang tadi yang. Aku tak ingin mengatakan dan merayumu dengan mengatakan jika tadi itu yang terbaik dan terhebat. Akan tetapi, memang iya, aku tidak akan bisa bercinta tanpa memiliki perasaan terhadap seseorang. Karena itu, makan benar memang aku menyukai dan menyayangimu Mer..... “ kalimatnya itu dengan perlahan dan tegas diungkapkannya. Tanpa kuminta dan tanpa kupaksa, tapi disampaikannya dengan keyakinan. Aku percaya saja. Dalam keadaan seperti kami saat ini, memangnya tak akan kupercaya kata-kata dan kalimatnya yang amat membius dan membuatku gemetar dalam hati ?

Meskipun memang aku terkejut setengah mati. Ketika bercinta dia mengatakan I Love You, aku tahu dari buku bacaan standar, bahwa itu adalah pengaruh birahi. Orang yang mengatakan "AKU CINTA PADAMU" ketika sedang bercumbu, bercinta dan mengadu memek versus kontol, pasti karena pengaruh nafsu birahi. Siapapun akan dan mungkin melakukannya. Akan tetapi, baru saja kudengar, dia mengatakannya sekali lagi dan membuatku nyaris tidak yakin dengan pendengaran atau indra pendengaranku.

“Yang, kamu sadar...... “? bisikku sama lembutnya sambil kemudian berbaring menyamping dan menghadapnya. Kutatap wajahnya, dan kulihat ketegasan akan perkataannya, persis seperti dia memutuskan sesuatu yang penting saat kami bersama di kantor dulu.

“Tak perlu kuberitahu untuk yang keberapa kukatakan hal ini bukan ? akan tetapi memang benar apa yang baru kukatakan yang.... “ bisiknya kembali, dan hal ini sukses membuatku terenyuh dan tak tahu harus mengatakan apa. Akan tetapi, sudah jelas bahwa aku sangat senang. Tanpa cinta dia mencumbuku, aku akan senang saja. Akan tetapi, dia ?

“Yang, i'm speechless.... “ bisikku sambil kemudian mengecup dan mencium bibirnya lembut. Penuh perasaan. Benar-benar penuh perasaan dan dengan hati semanis madu.

“So I love you too.... “ desisku setelah melepaskan ciumanku dan menatapnya dalam selama beberapa saat.

“And I love you long before you love me.... “ tambahku sebelum dia berkata merespons akan semua yang kukatakan beberapa saat tadi, sebab terenyuh oleh pengakuan cintanya kepadaku.

“Then Im happy to have you in my live.... “ desisnya lembut. Dan kemudian dia menarik tubuhku dan kembali menciumku. Kali ini kami berciuman dengan mesra dan tanpa birahi, murni ciuman curahan perasaan.

Masih beberapa saat kami cercakap-cakap dengan amat mesranya, sampai akhirnya entah siapa lebih dulu, aku tak ingat lagi, kamipun kemudian tertidur. Lelap dan akupun tidak ingat diriku. Yang jelas banyak hal kami percakapkan, terutama hal-hal yang agak pribadi, dan membuat kami sering sama tertawa, sama tersenyum. Tentu saja kami melakukannya dengan sangat mesra, terkadang bahkan kami berciuman hangat hingga akhirnya kami sama-sama lelah.

Aku sendiri baru sadar keesokan paginya, tetapi yang tepat subuhnya, belum jam 5 kuingat waktu itu. Aku ingat betul, jam masih menunjukkan pukul 04.55, menjelang jam 5 pagi atau jam 5 subuh. Karena memang aku selalu memasang reminder pada jam tersebut untuk bangun pagi dan berleha-leha sejenak sebelum kemudian menyiapkan semua kebutuhan untuk ke kantor.

Pada saat itu aku merasa seluruh badanku terasa demikian berat, pegal dan bagaikan baru bekerja keras. Akan tetapi, beberapa saat kemudian, perasaan itu kumaklumi dan akupun tersenyum sendiri setelah berhasil mengembalikan lagi kesadaranku. Dan tersenyum senang mengingat apa yang kulakukan bersama pak Jacky sejak makan malam, nonton, bercumbu di mobil dan bercumbu habis habisan di ranjangku ini.

Dan dia masih berada di atas ranjangku.

Jika digambarkan, sesungguhnya waktu bercumbu itu tidaklah panjang. Paling lama makan waktu satu jam, baik sewaktu di mobil, kemudian dilanjutkan lagi di kamarku. Total waktunya paling satu jam, jikapun lebih pasti tidak akan melebihi total waktu 1 jam 15 menit. Akan tetapi gejolak, hasrat, impian, fantasi dan emosi yang tertumpah saat itu, sungguh menggelegak. Terbukti setelahnya kamipun tumbang dan meski baru mau jelang jam 11 malam, kami sudah terlelap dan tidur dengan tak tahu lingkungan kami.

Akan tetapi, seingatku semalam sebelum tidur aku masih tetap ingat membersihkan tubuhku, terutama organ vitalku. Betapapun juga haruslah dibersihkan dan bukan hanya sekedar dikeringkan dari keringat tadi. Begitu juga dengan pak Jacky yang bergantian denganku menggunakan kamar mandi untuk membersihkan diri semalam. Hanya, urut-urutannya sudah aku lupakan.

Setelah kubersihkan, meskipun sama dengan pak Jacky tidak sampai mandi, akupun baru bergaung ke ranjang. Tetap bugil. Dan kami sama tertidur lelap setelahnya, meskipun belum begitu larut.

Sungguh aku tidak menyesal dengan apa yang terjadi. Meski benar, ada sedikit rasa bersalah kepada Dodo, pacarku dan kepada istri Pak Jacky. Akan tetapi itu semua raib saat kuingat betapa dahsyat setiap detik yang kami lewati itu, begitu nikmat. Akan tetapi yang lebih membuatku tersenyum dan menghilangkan rasa sesal dan bersalah adalah perlakukannya itu. Dia benar-benar gentle, lembut, dan penuh perhatian dan penuh rasa. Ini tepat seperti gambaran dan khayalan kawan-kawanku yang masih staff pak Jacky sekarang. Mereka yang bergunjing tetapi aku yang sudah menikmatinya dan mengalaminya secara langsung.

Sesaat kemudian aku mencoba bangkit untuk duduk, memegang lengannya yang masih setengah memeluk badan telanjangku. Dan juga baru kutahu dan kusadari bahwa kami masih sama-sama bugil. Karena kami berdua memang tidur berbugil ria pasca persetubuhan hebat semalam. Aku tersenyum ketika mengingat semua, dan kembali merasa begitu tersanjung mengingat bagaimana dia memperlakukanku semalam.

Sesaat kemudian aku merasakan hembusan nafas hangat persis di tengkukku, dan ini membuatku menolehkan kepala sedikit. Dan saat itu akupun senang bisa melihat wajah pak Jacky yang masih tertidur dengan begitu lelapnya dan begitu tenang di sampingku. Wajah itu benar-benar begitu tenang dan damai, bahkan bagiku seperti sedang tersenyum senang.

“Hmmm, nampaknya pak Jacky juga menikmati kebersamaan kami semalam. So sweet... “ desisku senang.

Manakala aku mencoba mengangkat dan melepaskan tangan kirinya yang sejak tadi memelukku, tiba-tiba akupun mendengar suara pak Jacky berbisik tepat di belakangku. Karena itu maka sontak akupun jadi menoleh, dan perlahan dia terlihat membuka kedua matanya lalu membentuk sebuah senyum mesra dan lembut di wajahnya.

“Selamat pagi cintaku..... “ bisiknya sambil berusaha memulihkan ingatan serta konsentrasinya sehabis bangun tidur.

“Selamat pagi sayang.... ” bisikku sama mesranya sambil menatapnya penuh rasa sayang dan cinta.

Sesaat setelah dia pada akhirnya sadar sepenuhnya, terlihatlah dia mencoba mengatakan sesuatu dan akhirnya berbisik,

“Sayang, kamu tahu tidak.... “?

“Tidak..... “ aku langsung memotongnya dengan wajah menggoda

“Huh, mulai lagi usilmu itu ya..... “ gumamnya kesal, akan tetapi jelas bahwa dia tidak marah. Karena untuk keusilanku seperti itu, dia sudah amat mengetahuinya dan sangat memahami sejelasnya.

“Hihihihihi, emang ada apa yang...... “? bujukku dengan berlaku seolah-olah berusaha menenangkan seorang anak kecil.

“Batal saja ach..... “ jadi ngambek niy dia ceritanya.

“Iiiiichhhh, umur sudah banyak masih suka ngambek.... “ ledekku tersenyum menatap wajahnya.

“Gak apa, sama kamu memang gak boleh? Habis mau sama siapa lagi kalau tidak.... “? dan sekali lagi, aku gemetar senang. Pak Jacky benar-benar telah menempatkan dan memperlakukanku sebagai “miliknya”. Setidaknya hingga hari ini dan membuatku sangat senang.

Pagi ini kembali aku merasa begitu bahagia, aku merasa tentram, aku puas, aku gembira, dan kalimat lain sejenis. Bukan hanya karena melewati hari luar biasa bersamanya sejak kemarin, akan tetapi lebih karena perlakuannya yang sangat menghargai dan menyanjungku. Aku benar-benar diperlakukan sebagai seorang manusia, seorang perempuan bermartabat dan bukan diperlakukannya sebagai pemuas nafsu ataupun sejenis benda menyenangkan miliknya.

“Iya dech, maaf sayang. Tadi mau ngomong apa, ayo..... “ desisku sok dewasa sekali ini. Dan ini sepertinya membuatnya menjadi lebih tenang. Matanya jelas memancarkan sinar itu

“Sudah lama aku tidak menikmati suasana seperti ini yang..... “ bisiknya lembut dan dengan wajah yang terlihat tentram dan damai. Sekali lihat, aku percaya jika dia mengatakan hal yang sesungguhnya.

Suasana jadi sendu. Pak Jacky memang berbeda banget. Di kantor dia sangat berwibawa, sok cool, sangat dihormati, berbicara sangat effektif dan effisien dan lebih banyak memperlihatkan kinerja. Kata-katanyapun terpilih, argumentasinya terukur dan rasional. Berbeda dengan yang ada didepanku saat ini dan sedang memelukku dalam kondisi tubuhku dan tubuhnya sama-sama bugil.

“Kamu senang kita seperti ini yang.... “? tanyaku bodoh. Benar-benar bodoh, karena wajah, tatap mata dan bahasa tubuhnya terlihat begitu rileks, begitu tenang dan begitu menikmati.

“Apa kamu gak bisa merasakannya ya..... “? dia balik bertanya dan sekaligus menatap wajahku lurus.

“Aku bisa merasakannya yang, karena akupun begitu damai dan bahagia sejak kemaren. Terima kasih atas semuanya.... “ desisku sambil tersenyum manis. Semanis yang aku bisa.

“Yang.... “? tanyanya lembut, sekali lagi.

“Ngggggg...... “ desisku manja.

“Maukah engkau setelah ujianku nanti, kita sehari-hari nantinya akan selalu bersama di dalam kamar seperti ini.... “?

“Maksudnya..... “? kaget aku bukan main.

“Aku ingin menghabiskan banyak waktu bersamamu, berduaan setelah bebanku di kantor yang nyaris menghanguskan itu. Dan setelah ujianku selesai minggu depan nantinya..... “ desisnya menjelaskan maksudnya.

“Kamu ingin liburan nantinya yang... “? tanyaku senang, meskipun belum tentu waktuku akan cocok nantinya. Liburan dengan pak Jacky ? tentu saja ini akan sangat menyenangkan,

“Benar yang, aku ingin mengajakmu berduaan saja selama beberapa satu atau dua hari dan jauh dari semua kesibukan kita..... “ ternyata benar, dia inginkan liburan bersamaku. Tapi waktuku ?

Aku berpikir sejenak, mengingat2 jadwalku. Maklum, bagaimanapun aku barulah berapa bulan bekerja di kantor baruku dan masih belum sepenuhnya beradaptasi dengan lingkunganku itu. Dan tentu, untuk ijin sehari, aku masih belum bisa dan belum berhak. Tapi, boleh jadi ada kalender merah bukan ? ini peluangku untuk bisa bersama dengan pak Jacky liburan.

“Jika tepat week end dan kalender merah, aku pasti akan bisa yang. Dan pasti akal sangat senang menghabiskan waktu dan berlibur denganmu yang... “ aku menjawabnya pada akhirnya dengan sedikit diplomatis.

Wajahnya terlihat senang, dan diapun kemudian terdiam beberapa saat hingga akhirnya dia berkata lagi,

“Tahukah engkau jika itu sudah kuperhitungkan...... “? desisnya tersenyum dan memandangku dengan pandangan jahil.

“Yang benar yang.... “?

“Memang, bulan depan setidaknya akan ada 3 hari berurutan libur, empat jika dihitung dengan hari minggu. Karena itu kan liburan natal dan disusul dengan libur tahun baru. Kita nantinya akan bisa memanfaatkannya..... “ desisnya dengan nada antusias saat memberitahuku.

"Acccccch, liburan Natal atau Tahun Baru, benar baru kuingat yang..... tapi, aku harus menghitung mana yang kukorbankan dengan keluarga yang. Karena, biasanya kami kumpul sekeluarga di moment itu..... "

"Hmmmm, nanti salah satunya kita gunakan yang.... " bisiknya lembut

“Aku pasti mau dan pasti bisa yang.... “ belum selesai dia menjelaskan sudah kesambut dan kuiyakan. Jika libur panjang seperti itu, jelas saja aku bisa dan mau berduaan dengannya. Bukankah sudah cukup lama aku tidak liburan dan memanjakan diri?

Bersamaan dengan selesainya ucapan antusiasku itu, aku merasakan tangan kanannya sudah merayap lembut dan kemudian menggenggam serta mengelus mesra dan lembut buah dadaku. Dan kemudian tangan kirinya digerakkannya ke kepalaku dan kemudian merangkul dan mengelus rambut kepalaku dengan curahan kasih yang bisa kurasakan.

“Yang, kamu gak kenapa, gak dicariin ya.... “? desahku mulai trangsang dengan perlakuannya. Apalagi, suasana jam 5an yang biasanya sangat dingin. Waktu yang tepat untuk lanjut ??

Lebih dari itu, sesungguhnya aku tidak siap dengan serangan di buah dadaku itu dan agak terkejut sehingga tubuhku bergetar halus. Belum pernah aku sepagi ini dicumbu. Akan tetapi, seringkali mimpi erotis, termasuk berfantasi dengan pak Jacky selama dua tahun belakangan. Dan kini, tak perlu berfantasi karena justru pak Jacky ada di ranjangku dan kini mencumbuku.

Mendapatkan serangan fajar seperti ini, merupakan pengalaman baru dan aku belum cukup siap untuk bertahan. Ditambah dengan suasana dan cuaca dingin, membuat nafsuku cepat terpancang dan tersulut. Tanpa sadar aku mengeluh dan mendesah enak,

"Aku lagi dengan kekasihku tersayang..... " desisnya halus sambil kemudian dia malahan mengecup leherku. Gawat.

"Mmh yang, kamu.. mau ngapain pagi-pagi begini.....?" balasku sambil kemudian mencoba untuk mengatasi pergerakan dan serangan fajar Pak Jacky yang makin aktif menelusuri dan meremasi bagian-bagian terlarangku.

Bukannya menjawab, justru kecupannya mulai bergerak dari tengkuk menuju ke area leher dan bahkan terus saja menjalar menuju ke bawah telinga. Bahkanpun kemudian lidahnya menjilati belakang telingaku. Daerah ini, bagi banyak wanita adalah adalah daerah erotis, dan terhitung mudah menaikkan gairah. Termasuk diriku salah satunya.

"Yaaaaang, Merry boleh nanya gak.... ?" tanyaku sambil menikmati jilatannya yang kini menjalar aktif dan memabukkan di bagian dadaku itu.

"Ada apa yang...... ?", balasnya sambil terus menjilat dan bahkan kini dia sudah mulai meremas buah dadaku yang satunya perlahan. Disusul dengan jilatannya di puting buah dada kananku,

“Ouuuughhhhh yang.... sssshhhhhh, enak...... “

“Kamu mau nanya apa..... “? sejenak dilepaskannya jilatan dan hisapan di puting dan bertanya lagi padaku yang mulai tersengal.

"Yang, kenapa, kenapa kamu mau malahan sama Merry. Padahal ada Mirna yang cantik dan sexy, ada Rachma, ada Winda yang juga sangat seksi dan banyak relasi kita yang lain. Kok sama Merry siy yang..... ?" tanyaku penasaran dan kuingin mendengar jawabannya.

“Yang, memangnya kamu mampu mengarah-arahkan hatimu ke orang ya ? si panah asmara itu kan mengarah semaunya saja.... “ desisnya gemas.

Setelah itu dia membalikkan tubuhku sehingga kini aku terlentang dan kemudian diapun setengah menindihku dari samping dan mengecup bibirku lembut. Lalu sambil dia menelusuri leher jenjangku dan telingaku, diapun bercerita,

“Yang, aku suka keceriaan, kepintaranmu dan keluwesanmu. Aku gak tertarik dengan yang kamu katakan sexy, cantik, montok atau semok, akan tetapi itu tadi...... “ desisnya sambil kembali meneruskan aktifitasnya mencumbuku. Dan bahkan semakin memanas saja setelah aku telentang.

“Mirna dan Rachma juga smart loh yang..... “ desisku mengingatkan pak Jacky tentang dia kawanku yang jadi stafnya

“Masa bodoh.... “ desisnya

Saat itu kemudian dengan tenang Pak Jacky mulai kembali meremas dadaku, dan aku akhirnya terdiam dan menikmati menerima apa yang dia lakukan pada tubuhku pagi ini. Benar saja, ketika kami sama diam, diapun mulai mengaktifkan organ tubuh lainnya. Dan kini kedua jari-jari tangannya makin aktif saat meremas kedua buah dada indahku. Akupun mulai merintih dan mendesah, karena gairah dan nafsuku mulai terpancing,

“Ngggggg yangggg, mau apa..... “?

“Mau ngentot yang..... “

Aku merinding dengan mulai joroknya dia. Tetapi, anehnya nafsuku semakin naik dengan ucapan joroknya itu. Jelas dia merasa tidak berjarak lagi denganku dan ini kemajuan besar dalam hubungan kami.

Terlebih saat jari-jarinya itu mulai memilin dan kemudian memelintir kedua puting susuku. Langsung aku melenguh karena kenikmatan itu mulai menyergah datang dan sangat boleh jadi, akan terjadi lagi ronde yang baru,

“Sssshhhhhhh.... yang.... “

Serentak sejuta rasa nikmat yang maha luar biasa bersumber dari buah dada itu segera saja menyebar dan merasuki seluruh pori-pori tubuhku. Dan memanggil bangkit seutuhnya syahwat dan birahiku untuk mengambil alih perintah ke otak agar taat dan menikmati, serta bahkan aktif memanggil bangkit sisa birahi lainn yang belum bangkit sepenuhnya. Kutahu itu tidak akan sulit, bahkan mampu kulakukan secepat mungkin.

(Bersambung)
 
Woww...terhanyut dengan cumbuan dan pergumulan jacky & merry..orgasmeyg sgt hebat,..
 
Kerennya cerita ini. Suka banget dengan pendekatan Jacky. Merasa terhubung dengan Jacky.
Thanks Suhu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd