Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kisah dokter Muda Agustinus

Asik ada yang baru. Tiker mana tiker. Enaknya sambil ngopi nih.
 
Permintaan Lydia​


Tadi siang dirumah ada sedikit urusan. Setelah mengurusnya, Agus segera bergegas berangkat ke klinik kecil di bawah matahari yang terik. Agus merasa kewirausahaan dia masih berada pada masa pertumbuhan, jadi dia harus bekerja keras.

“Hei, Agus...agus!

Mendengar ada yang memanggilnya, Agus segerak menginjak pedal rem sepeda listriknya. Agus menoleh ke samping, seorang wanita yang berada di bangunan kecil yang berlantai dua menunjukkan kepalanya dari balik pintu.

“Agus, cepat ke sini!”

Wanita itu melambaikan tangannya. Mungkin karena cuacanya benar-benar terlalu panas, wajah wanita itu tampah memerah.

Agus tampak masih ragu. Wanita ini bernama Lydia. Suaminya baru meninggal 1 tahun yang lalu, sejak itu dia tinggal sendirian di sana. Orang-orang berkata, wanita janda itu penuh dengan masalah. Para pria di desa tidak ada yang berani memasuki rumahnya sendirian. Setidaknya tidak berani pada siang hari bolong.

Namun ekspresi Lydia tampak sangat cemas, sepertinya sungguh ada urusan yang serius, ditambah Agus juga memanggilnya Uning, panggilan kakak perempuan khas salah satu provinsi di Sumatera. Berpikir sampai sini, Agus menoleh ke sekeliling, melihat tidak ada orang lain, dia pun mengendarai sepeda listrinya masuk ke rumah wanita itu.

“Uning Lydia, cari aku untuk apa?” dalah hatinya.

setelah mendorong sepedanya ke dalam pagar besi, tatapan Agus terjatuh ke tubuh Lydia. Lydia hanya berusia 26 tahun lebih, Agus memanggilnya dengan sebutan Uning karena dia suaminya berada di generasi yang lebih tinggi darinya.

Di desa Kebang Sari, Lydia termasuk sebagai setangkai bunga cantik. Dia memiliki wajah yang cantik, bentuk tubuhnya sering membuat para pria di desa yang melihatnya terasa pusing dan terpesona. Orang yang bisa menikah wanita berkualitas tinggi seperti ini sangat beruntung.

Suami Lydia bernama Thomas. Tidak tahu thomas tidak diberkahi untuk menikmati kebahagian ini atau kenapa, Thomas meninggal satu tahun yang lalu dalam kecelakaan mobil. Thomas bahkan tidak meninggalkan satu anak pun untuk Lydia.

Hal ini membuat para warga desa menggosip bahwa Lydia membawa sial kepada suaminya. Selain itu, juga ada yang berkata Thomas tidak berguna. Sudah menikah 3 tahun dan dia bahkan tidka membuat Lydia hamil sekalipun. Thomas sudah meninggal dan tidak bisa merasakan apa pun lagi, sementara Lydia yang kasihan tidak hanya harus menjadi janda, dia juga harus menerima gossip para warga desa.

“Kamu,.. ikut aku” Lydia berkata dengan wajah yang memerah bahkan nafasnya juga terdengar sesak.

“Uning Lydia sakit?”

Agus merasa sangat aneh. Karena Lydia berjalan dengan posisi merapatkan kedua kaki yang tampah sangat tidak nyaman.

“Iya… aku merasa sedikit tidak enak. Kamu ikut aku masuk, coba bantu periksa aku sebentar”

Lydia berkata dengan suara lembut. Dahinya sudah dibasahi keringat dan dia menggigit bibirnya dengan erat, seperti sedang berusaha menahan sesuatu. Sebagai seorang dokter, Agus segera menghampiri Lydia untuk membantu dia berjalan. Siapa tahu, tubuh Lydia malah bergetar dan dia berteriak dengan kaget.

Agus terkejut dan segera berkata

“Uning, masalahmu tampak serius. Sepertinya aku antar kamu kerumah sakit saja?”

Meskipun Agus memiliki keterampilan medis dan klinik sendiri, dia belum berani mengobati penyakit yang serius.

“Jangan! Masalahku ini tidak perlu sampai ke rumah sakit. Lagian, bukannya kamu sendiri adalah seorang dokter?”

Lydia memegang tangan Agus dengan erat dan menarknya masuk ke dalam rumah.

“Uning, bagian manamu yang sakit?”

begitu memasuki rumah, Agus pun segera bertanya.

“Aku…” tidak tahu mengapa, wajah Lydia tampak semakin memerah, ekspresinya tampak ragu dan tidak enak.

“Uning, cepat beri tahu aku. Kalau tidak bagaimana aku bisa bantu mengobatinya?”

Agus berkata dengan bingung. Setelah meragu sejenak akhirnya Lydia menekadkan diri. Dia menggigit bibirnya dan berkada dengan suara lembut.

“Agus, kamu harus bantu aku menjaga rahasia ini. Kalau tidak aku tidak ada wajah untuk hidup lagi”

“Apa? Apa yang terjadi? Itu, kamu tenang saja. Aku itu seorang dokter merahasiakan kondisi parsien adalah etika dasar pekerjaanku”

Agus merasa kaget, kondisi Lydia sepertinya benar-benar parah.

“Aku...aku bagian bawahku … ada sesuatu jatuh ke dalam…”

Lydia berkata sambil menundukkan kepalanya. Kemerahan di wajahnya sudah tersebar sampai leher, suara dia juga terdengar semakin kecil.

“Apa… Apa maksudmu Uning?

Agus yang tampah bingun masih belmum mengerti situasinya.

“Aduh kamu ini, benar-benar sangat bodoh”

Lydia sudah cemas sampai mau nangis. Dia sudah berkata sampai begitu terus terang dan anak ini masih tidak mengerti?

“….Uning, atau tidak, aku coba periksa bagian tubuhmu yang sedang tidak enak dulu”

Agus berpikir, wanita ini sedang apa? Kenapa tidak berkata terus terang dimana sakitnya? Kata-katanya sungguh membingungkan. Setelah mendengar kata-kata Agus adalah seorang dokter, Lydia pun memberanikan diri dan mengangkat roknya secara perlahan.

Gerakan Lydia ini membuat Agus panik dan segera mundur ke belakang sambil berkata.

“Uning, sedang apa? Aku itu orang baik-baik!”

“Sialan, kamu si bocah ini sedang pikir apa? Aku… semalam aku itu… waktu itu. …. barangnya tidak sengaja patah dan terjatuh ke dalam. Sekarang aku terasa sangat sakit. Kamu, kamu harus bantu aku keluarkan dia”

Lydia berkata dengan ekspresi yang emosi. Masalah seperti ini benar-benar sangat memalukan. Lydia mencoba untuk mengeluarkannya, tapi malah gagal dan bagian sananya bahkan sudah mulai berdarah. Dia sudah kesakitan sepanjang siang, karena tidak bisa bertahan lagi, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit. Siapa tahun pada waktu itu juga dia bertemu dengan Agus.

Masalah seperti ini benar-benar sangat sulit diceritakan. Lydia berpikir, Agus adalah pemilik klinik, dia juga merupakan warga desa. Ditambah pula Agus berada di generasi bawahnya, anak yang pernah kuliah di kota ini seharusnya memiliki pemikiran yang luas. Sehingga dia seharusnya bisa membantu Lydia menjaga rahasia ini.

Hal-hal inilah yang membuat Lydia memutuskan untuk memanggil Agus kemari.

“apa? Uning, kamu, kamu … kamu jatuhkan apa ke dalam?”

Sudah saat seperti ini, Agus tidak mungkin masih tidak mengerti. Hanya saja, hal ini benar-benar terlalu mengaggetkan.

“Ti...timun. Agus tolong ya” Lydia berkata dengan pipi memerah. Sambil berkata, Lydia tidak lupa terus mengangkat roknya.

“Um…” Agus diam-diam menelan air liurnya. Cuaca yang memang sudah pana, sementara adegan di depannya membuat Agus merasa darah di dalam tubuhnya sudah mau itu terbakar.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd