*4
Itu pertama kali dan terakhir aku nonton bareng dengan mbak nadia, karena ketika aku ajak lagi dia nonton, dia menolak karena dia merasa aku sudah berlebihan saat memegang tangannya, aku meminta maaf untuk hal itu, namun mbak nadia tak mempermasalahkannya lagi.
Namun pertemanan kami terus berlanjut, namun belakangan aku lihat wajahnya menampakkan kurang senang, dia sering menjawab seadanya dan kurang respon terhadapku.
Sampai suatu malam ketika aku sedang mabar dengan gameku mbak nadia menelponku. Itu sekitar jam 9 malam, tanpa ragu aku langsung menerima panggilannya tanpa memperdulikan gameku.
“halo assalamualaikum” aku dengar seperti suara tangisan
“waalaikumussalam mbak kenapa?”
“den, boleh nggak mbak nginep semalam aja, nanti mbak ceritain masalahnya”
“bo boleh boleh mbak dimana mau aku jemput?”
Mbak nadia mengatakan dia ada disebuah halte, aku langsung tancap gas menjemputnya seperti pahlawan kemalaman. Setelah sampai dikosanku aku melaporkan ke ibu kost kalau ini kakakku yang mau menginap, aku melaporkanya agar tidak ada gosip miring. Ibu kostpun memperbolehkan mbak nadia menginap.
Malam itu keenan juga ikut ke kosanku, memang kostan ini bukan untuk mahasiswa biasanya dihuni orang pekerja jauh, bahkan ada yang sudah berumah tanggapun kost disini, cukup luas untukku, murah dan toilet juga di dalam.
Mbak nadia akhirnya menceritakan padaku akar masalhnya, jadi malam itu suaminya menceritakan kalau dia akan menikah lagi, mbak nadia yang merasa tidak setuju akhirnya menolak dimadu dan mereka bertengkar karena hal itu, mbak nadia yang sudah kalap akhirnya keluar sambil membawa keenan dan tanpa pikir panjang entah kenapa mbak nadia langsung terpikir kalau aku bisa menjadi persinggahannya sementara.
Aku merasa senang kalau aku ada dalam benaknya saat dia dalam masalah, aku berpikir mungkin aku bisa mengambil keuntungan dalam keadaan ini, namun aku mengurungkan niatku.
Saat itu aku kebetulan ada kasur lantai jadi mbak nadia tidur di kasur busaku, namun karena ada mbak nadia aku jadi tidur menggunakan training panjang, aku merasa kurang nyaman, karena biasanya aku tidur tanpa memakai celana, dan malam itu juga aku merasa susah tidur.
Sampai jam 1 malam aku lihat mbak nadia tertidur dengan lelap, tanpa menunggu lama aku langsung menjalankan rencanaku sejak awal, aku memotret posisi mbak nadia yang tidur terlentang, posisinya yang sangat menggiurkan, bahkan malam itu mbak nadia masih menggunakan pakaian lengkapnya, termasuk cadar dan kaos kakinya yang masih menempel.
Sebenarnya aku berencana menyetuh payudaranya, namun aku mengurungkan niatku karena takut ketahuan, akhirnya aku tidur saja. Paginya mbak nadia segera pamit pulang karena suaminya sudah menelponya beberapa kali, akhirnya dia pulang, singkat cerita setelah dia pulang aku langsung membuka galeri hpku dan memandangi pose tidur mbak nadia yang menggairahkan, langsung aku onani, suasana minggu pagi yang hujan seakan meninabobokanku setelah aku muncrat.
Sorenya mbak nadia mengucapkan terima kasih padaku, dia minta maaf juga karena sudah menyusahkanku. Namun aku malah membercandainya kalo mau kabur lagi jangan sungkan kesini.
Singkat cerita mbak nadia menerima pernikahan suaminya. Memang suaminya bekerja di perusahaan cukup terkenal, jadi aku tahu gajinya tidak kecil, aku pun sebenarnya sering bertanya kenapa mbak nadia bekerja, padahal gaji suaminya sudah cukup memenuhi kebutuhan hidupnya.
Istri kedua suaminya juga bercadar, 5 tahun lebih muda dari mbak nadia, namanya kurasa tidak perlu disebutkan, istri keduanya seorang dosen di universitas, usul punya usul ternyata mereka ketemu di jalan ketika mobil perempuan itu mogok, jadilah cinta bersemi, mbak nadiapun menyetujui karena setelah bertemu langsung dengan calonya langsung dia merasa calon adiknya itu sangat sopan dan tidak sombong, dan dia tidak masalah dengan status istri kedua.
Saat itu semua di kantor sangat terkejut dengan kabar mbak nadia yang punya adik istri dari suaminya, namun seiring waktu semuanya mereda, namun aku yang sering memberi ruang nyaman kepada mbak nadia membuat dia sering curhat padaku kalau suaminya sering lebih lama di rumah istri keduanya, dia memaklumi kalau darah muda dan segar istrinya mungkin membuatnya sangat sangat nyaman disana, disaat itulah aku mengambil inisiatif, aku pernah jalan jalan bersama mbak nadia dan keenan seperti pasangan suami istri ketika suaminya ada di rumah istri kedua.
Ini menjadi skandal dan rahasia kami berdua saja, kami sangat berhati hati ketika kami akan jalan bersama.
Sampai suatu hari aku memeluk mbak nadia dari belakang kursi saat kami bekerja, kebetulan saat itu ruangan kami sudah pindah lagi jadi kami leluasa berdua, tanpa perlawanan aku bisa memeluk mbak nadia dengan sedikit hati hati agar tak menyentuh dadanya, aku hanya melingkarkan tanganku ke lehernya.
Dan saat itu, aku sampai nekat...
Mencium kening mbak nadia beberapa kali, lalu kami saling bertatapan, dan cup...
Kami berciuman... walaupun masih terhalang cadarnya, dapat aku rasakan hembusan hangat nafas mbak nadia semakin cepat. Namun ketika aku hendak membuka cadarnya dia menahanku.
“sudah ya anak baiik, kerja lagi ya” dengan suara lembut dia mengusap pipiku agar aku berhenti.
Suara dan elusan tangannya yang lembut membuatku tertegun, bagaimana tidak, saat itu kami sudah berciuman, namun mbak nadia tidak marah, dia hanya memintaku untuk berhenti saja, aku berasumsi aku boleh menciumnya lain kali, aku hanya harus bersabar.
Malamnya, aku kian teringat adegan saat dikantor tadi, masih dapat kurasakan hembusan hangat nafasnya yang menerpa bibirku, walaupun ciuman tadi terhalang cadarnya, tapi bukan itu pointnya, yang aku senang adalah tindakannku tadi tidak membuatnya marah itu yang menjadi point penting sehingga aku bisa melakukan tahap selanjutnya, aku harus bersabar agar mbak nadia tetap nyaman bersamaku.
Kemudian aku mengambil ponselku dan chat dengan mbak nad.
“yang tadi maaf ya mbak”
“apa?”
“itu cium”
“iya”
“lain kali boleh lagi ya?”
“mimpi anda”
“ih pelit, aku rela jadi tukang ojek seumur hidup buat mbak deh”
“udah ah jangan ngawur, ada suamiku ya, bye”
Antar jemput.
Setelah resmi dimadu, mbak nadia dan istri keduanya tidak tinggal serumah, kabarnya suaminya sudah mengredit rumah baru, mbak nadiapun tidak masalah dengan hal itu, toh rumah yang dia tempati pun sudah lunas dan terdaftar atas namanya, jadi rumah itu sudah sepenuhnya milik mbak nadia jika ada sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Rumah mbak nadia itu masuk ke area perumahan luas, aku bahkan sering kesasar kalau mengantarnya pulang. Jadi ceritanya suami mbak nadia tinggal dirumah istri keduanya selama 3 hari dan di mbak nadia 4 hari karena mbak nadia sudah punya keenan, jadi alangkah lebih baik kalau keenan mendapat perhatian lebih, istri keduanyapun tak masalah dengan hal itu, keenan juga sudah biasa dengan kehadiran umi keduanya, mereka sudah saling merasa nyaman.
Selama suaminya tidak dirumah, aku biasa mengantar jemput mbak nadia, tentu tidak sampai depan rumahnya, karena mata tetangga pasti lama kelamaan menjadi curiga kalau aku terus antar jempat mbak nad, biasanya aku hanya antar jemput di depan gapura perumahan, karena disana tidak ada satpam biasanya justru tukang ojek yang ada disana.
Kurang lebih dua bulan setelah itu kami lembur bareng lagi karena diluar hujan deras, tim yang lain juga akhirnya lembur bersama. Kami lembur sambil ngobrol ini itu, dari obrolan jelas sampai obrolan abstrak, mbak nadia sering memanggilku manusia receh karena kadang aku bicara ngawur dengan imajinasi dialuar pemikiran normal, aku sih merasa biasa saja.
Jam 7 malam hujan reda, tim yang lain mulai satu persatu pulang. Aku pun sudah bersiap siap pulang mengantar mbak nadia pulang karena hari itu suaminya sedang tidak dirumah. Hujan memang tak sepenuhnya reda masih sedikit gerimis yang turun, kami pun menerobosnya, aku gas kencang kuda besi beatku, kurang lebih 20 menit kami sudah mau sampai di tempat biasa aku menurunkan mbak nad, namun saat itu suasana perumahan itu gelap sekali, hanya lampu temaram yang terlihat dari rumah rumah.
Mbak nadia memintaku mengantar sampai depan rumah saat itu, karena dia merasa takut karena gelap. Aku pun dengan senang hati mengiyakan, kan siapa tau bisa enak enak. Sebelum pulang kami menjemput keenan di rumah tetangganya yang biasa dititipkan.
Singkat cerita, kami masuk rumah mbak nad. Rumahnya rapi sekali, aku dibuat kagum dengan foto foto kemesraan mereka yang dipajang di lemari, mbak nadia pun memintaku menemaninya sebentar sampai dia merasa berani ditinggal. Keenan yang sudah tidur membuat kami akward, kami duduk di ruang tamu dan menyalakan lilin, aku disuguhi teh manis hangat malam itu.
“mbak, ikut ke toilet ya”
“oiya boleh, ke belakang aja”
Sambil melihat lihat rumah itu aku lalu berlalu ke toilet, mungkin saat di toilet aku dibisiki setan, karena setelah aku pipis aku kembali ke arah ruangan tadi, dapat aku lihat mbak nadia di depanku sedang duduk di kursi bermain ponsel. Aku berniat jail padanya dengan berjalan mengendap ngendap.
“DAR”
“astagfirullah, deni ah ngagetin aja”
“hahaha maaf, balas chat siapa tuh” godaku, lalu mbak nadia fokus ke ponselnya lagi, dan disaat itu entah kenapa aku merasa biasa saja saat tanganku bergerak melingkar ke leher mbak nad, mbak nad pun tak menepis tanganku.
Beberapa detik
Kemudian aku mencium ubun kepalanya yang masih berjilbab itu.
Tidak ada respon
Lalu
Aku cium lagi kepalanya beberapa kali.
Cup cup cup cup cup
Setelah itu mbak nadia berpaling padaku, percaya atau tidak saat itu kami bertatapan cukup lama....
Aku dan dia diam tanpa kata
Dalam gelap itu masih dapat kulihat matanya berbinar
Lalu bibirku mencuri kesempatan lagi dengan mencium bibirnya dari balik cadar, dapat aku lihat matanya terpejam saat itu, dan tangannya menyimpan ponselnya ke semping, kurasa dia ingin fokus dengan ciumanku.
Beberapa kali aku mencium bibirnya dan saat itu sepertinya kami sudah kalap.
Aku akhirnya duduk disamping mbak nadia, aku berusaha menariknya duduk dipangkuanku, dan dia mengikuti mauku, saat itu aku merasa ini sudah saatnya, dia sudah duduk dipangkuangku.
Kami bertatapan, dia diam tanpa kata, yang aku pikirkan saat itu aku harus sabar, jangan sampai terburu buru, aku harus perlahan menyentuh titik nafsunya agar dia semakin tenggelam.
Aku menarik kepalanya ke arah bibirku, aku cium keningnya
Cup cup, dua kali aku cium keningnya yang masih bercadar.
Lalu selanjutnya kami berciuman bibir.
Saat itu perlahan aku mengangkat cadarnya ke atas secukupnya agar aku bisa melihat bibirnya.
Kurang jelas sebenarnya, karena cahaya lilin yang tertutupi badannya.
Setelah itu mbak nad membetulkan duduknya karena adikku yang sudah rewel, aku pikir dia merasa menduduku adikku sehingga bergeser sedit.
Cup ciuman pertamaku dengan perempuan dalam hidupku, seorang teman kerjaku yang bercadar dan dia adalah istri orang lain.
Tapi dasarnya manusia memang orang yang baik.
Setelah ciuman itu aku entah kenapa merasa sangat bersalah, seakan nafsuku hilang semua, spontan aku pikir harus berhenti saat itu.
Namun...
Justru saat itu mbak nad yang melakukan ciuman kedua, dia memulainya.
Cup cup
Aku merasa harus membalasnya
Akhirnya kami beciuman basah.
Itu ciuman bibir pertamaku dalahm hidup.
Masih dapat kuingat basah ludahnya saat kami saling bertukar lidah. Cukup lama.
Tanpa aku duga, mbak nadia ternyata cukup agresif, dia menggoyang goyangkan pinggangnya, seakan memberi stimulus pada adikku. Beberapa momen kemudian aku merasanakan cairan hangat merembes ke adikku, aku senang campur kaget, aku pikir saat itu mbak nadia sudah sangat becek.
Dan
Saat sedang panas itu
Tiba tiba listrik hidup. Saat itu, mbak nadia seakan sadar, dia segera menarik bibirnya dan bilang.
“udah ya anak baik, sana pulang!!”
“gak lanjut nih?” godaku, saat itu aku memegang pantatnya, besar dan empuk sekali, dia menepis.
“udah den, dosa ah”
Akward sekali, akhirnya aku pamit pulang, dan saat di jalan aku menyentuh celanku dan ada lendir licin disana, aku senyum senyum sendiri. Sampai dirumah aku langsung onani sambil melihat foto mbak nad, aku terus teringat pantatnya yang empuk dan besar. Ternyata selama ini ada daging empuk dan memek becek yang bersembunyi dibalik jilbab lebar dan baju gamisnya.
Besoknya dia kantor, aku sangat canggung pada mbak nadia, aku bahkan agak sulit melihat dia, namun sepertinya mbak nad yang merasa biasa saja, dia bahkan mengajakku makan bareng lagi, saat makan mbak nadia seakan paham dengan kecanggunganku.
“udah, jangan diinget inget, jadi akward kan”
“oalah iya mbak maaf”
Setelah itu hubungan kami biasa lagi, aku tak berani menyentuhnya lagi setelah itu, seakan memberi dia ruang.
“mbak, aku mau lihat wajah mbak dong” kalimat itu terucap ketika kami sedang kerja, seakan tak terkontrol olehku, namun memang aku ingin melihat wajahnya.
“hemmmm... boleh. Ntar ya istirahat”
“beneran boleh”
“foto aja tapi”
“okelah”
Setelah istirahat datang, mbak nadia ke toilet dan sepertinya dia foto disana dan mengirimkan fotonya padaku.
->