Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Kesepakatan Birahi Keluarga Teja

Status
Please reply by conversation.
:ngakakBIRAHI TEJA:lol:

:adek:

"Astaghfirullah Papa! Suka banget ya kirim chat ke perempuan itu!"
"Mending sholat dulu sana"

Dari dalam kamar, aku mendengar suara mama mengomeli papa. Bukan hal baru dengan sifat cerewet Mama.

"Teja! Kamu ke sini! Ini Papa kamu nih! Teja!"

"Iyaaa Maa! Aku ke sana!"

Aku perhatikan Papa baru pulang kerja duduk sandaran di bangku depan rumah. Mama telah merampas hapenya. Semenjak Papa ketahuan dekat dengan seorang perempuan bernama Yanti. Mama hampir setiap hari memeriksa hape Papa. Semakin tidak sabarnya, Papa pulang bukannya dibawakan minuman justru ditanya macam-macam.

"Ah Mama, baru begitu aja, belum selevel Mama dan Pak Solmed", ucapku bertatap mata dengan Papa.

"Level Mama dan Pak Solmed sudah selevel mana, Ja?"

"Kalian berdua ini, tetangga kita orang baik-baik, dituduh bukan-bukan. Kalau Papa, sudah jelas!", Mama menoyor lengan Papa.

"Papa jelas modusnya, tidak jelasnya mau kemana. Haha"
"Perempuan yang namanya Yanti itu Maa, dideketin muluk sama Papa, tetapi kayaknya dia gak ada kesan apa apa sama papa"

"Dikejar-kejar muluk"

"Beda ya sama Mama yang dikejar-kejar", aku meledek Mama.

"Papa akui, papa kalah dengan Mama"

"Betul!", timpalku

"Hadddduuuuh! Sudah, sudah, sudah,... Kalian ini, mending mandi, sebentar lagi Maghrib, terus sholat"
"Mama mau beli makan malam dulu"

"Kamu temenin Mama, Ja, nanti diikutin lagi sama Pak Solmed, kerepotan deh"

"Aasshhiaaap Paah"

"Sudah enggak usah mikir ke situ terus, Mama enggak usah ditemenin, kalian Mandi sana! Ganti baju! Siap siap sholat magrib"

"Siap Nyonya! Siap!" papa dan aku membalas kompak. Kami lantas membubarkan diri.

Mama masuk ke kamarnya berganti pakaian. Papa tetap bersandar di bangku. Aku berbicara pelan ke papa, "Paah, kita ngetes mama yuk?"

"Heh? Ngetes gimana?"

"Ngetes apakah bener Pak Solmed itu baik-baik aja? Ya sekalian ngejawab tudingan Mama"

"Ooh boleh, tapi mending kamu sekarang ikutin Mama, bisa aja di jalan dicegat sama Pak Solmed kayak kemarin-kemarin"

"Hihihihi, bener banget, Paaah"

Ketika aku ngobrol pelan-pelan dengan Papa, mama keluar dengan hijab pendek pakaian lengan panjang berwarna biru dongker dan celana jegging merah yang menonjolkan bokong bohaynya. Kaos yang dikenakan Mama juga seolah-olah ingin menunjukkan bentuk dan ukuran payudaranya yang masih kencang. pantas sengaja ia tidak memakai hijab panjang untuk menutupinya. Aku tersenyum-senyum dengan Papa.

"Ini kalian mengapa di sini? Sudah, sudah, bubar, bubar, sana, yang mandi, yang sholat!", keluh resah Mama mengakhiri perbincangan aku dan papa.

Selang 10 menit kepergian mama, aku membuntuti Mama diam-diam yang berjalan kaki ke portal perumahan kami tinggal. Aku berjalan pelan-pelan agar Mama tidak merasa diikuti. Sampai depan rumah Pak Solmed, kuperhatikan Mama berhenti. Wah wah, tiba-tiba keluar Pak Solmed menggiring sepeda motor bebeknya. Mereka terlibat pembicaraan yang tak kudengar. Menyedihkannya pula aku tidak bisa lanjut mengikuti Mama karena mereka berdua berboncengan keluar ke arah muka komplek.

"Ini informasi baru nih!"

Ketika sudah di rumah, aku buru-buru ingin mengatakannya ke papa, tetapi papa sedang mandi. Ketika aku masuk ke kamar sambil menunggunya, ponselnya terdengar berdering kencang. Awalnya kubiarkan, lama-lama aku memeriksanya dan ketahuan kalau yang menghubungi papa adalah

Yanti Kekasih Gelapku

Tertulis di kontak seperti itu, apakah Mama tidak tahu? Ah enggak mungkin. Aku sepertinya harus menginterogasi orang tuaku malam ini. Makan malam akan berubah suasana.

Aku menghabiskan waktu tungguku bermain ponsel dan menyalakan komputer. Kehadiran papa dan mama yang sudah beraktivitas biasa tidak kuhiraukan sampai waktu makan malam datang di mana itulah momen yang aku tunggu-tunggu. Papa sudah berpakaian kaos oblong dan celana pendek dan mama yang begitulah adanya penampilannya ketika malam, sudah dasteran. Menggiurkan! Aku berdecak kagum. Terheran-heran kok bisa Papa masih mengagumi dan mengejar wanita lain ya? Postur semok dan montok Mama sudah membosankah baginya. Sebaliknya Mama mengapa mulai berpaling? Sedang Daruratkah rumah tangga keluargaku?

"Ya Allah! Teja! Kamu ternyata daritadi belum mandi juga! Hayuk keluar! Mandi sana! Mandi!", gertak Mama memarahiku. Dengan kecut aku lekas mengambil handuk dan tak memberi berkomentar.

×£×​

Makan malam kami di luar dugaanku justru dihiasi tawa dan candaan, bukan tuduhan mencekam yang menyerang baik Mama atau Papa. Ternyata mereka berdua sedang saling menantang siapa yang paling cemburuan. Selebihnya, siapa yang berhasil menggaet pasangan. Mama dan Papa sengaja menyembunyikannya dariku supaya aku tidak berpikir keliru atas apa yang mereka sedang lakukan.

"Kalau bener kejadian bagaimana tuh?"

"Mama sih enggak apa-apa, tinggal balaskan?", ucap Mama enteng. Ia duduk bersandingan dengan Papa.

"Lagian papa, mama itu apalagi kurangnya sih? Kenapa masih kejar si Yanti itu, lebih merangsang Mama loh Pah?", tanyaku menggugat Papa seraya melirik belahan dada Mama yang menggoda mata.

"Ah kamu kali yang terangsang, Ja?"
"Hahahahaha".

"Papa ngomongnya kok gitu sih ke Teja?"

"Iya Maa, sebab kemarin Teja nanya ke aku, hubungan incest itu sebenernya gimana sih dalam pandangan kita berdua? Dia mau nanya ke kamu sebetulnya, tapi takut dikira macem-macem"

"Ihhh Papa aku gak ada bilang begitu!", bantahku menyela, tidak menyangka Papa tak bisa menjaga rahasia.

"Beneran enggak?", Mama menatapku tajam.

"Beneran! Sumpah deh!"

"Mungkin Teja sudah bosen lihatin kita berhubungan badan, pengennya diajak juga"
"Hahahaha", Papa timpal meledek.

"Eitsss Papa! Aku enggak ada bilang begitu!"

"Emmm, bener Teja apa yang dikatakan Papamu?"?

"Bener! Aku gak ngomong begitu! Papa mengada-ngada, Maa!"

Mama melirik Papa. Mereka berpandangan, membaca pikiran satu sama lain. Kemudian Papa yang sudah mengakhiri makan malamnya berdiri di hadapan Mama. Ia menurunkan celana dan menunjukkan penisnya yang sudah berdiri tegak ke hadapan Mama.

"Iiih aku lagi makan, mama dan papa di kamar aja, jangan di sini"

Mama dan Papa tak menggubris apa yang aku katakan. Yang terjadi adalah malah sebaliknya. Mama yang telah juga menyudahi makan malamnya, menggenggam penis papa. Ia urut maju-mundur sehingga kemaluan Papa semakin keras saja.

"Punya kamu udah sebesar punya Papa belum, Ja?", tanya mama. Aku kaget pura-pura tidak mendengar. Kemudian mama lanjut hendak mengulum penis papa. Bibirnya sesekali menciumi kantong kemih papa, lidahnya melumuri batang penis papa agar basah keseluruhan. Barulah mulutnya melahap kemaluan papa.

"Emmfhhhh, mmmmfhhhh"

"Kamu mau nyobain, Ja? Enak banget sepongan bibir mamamu" kembali aku mengabaikan yang mereka berdua katakan.

"Emmmfffhh, emmmffhhh, plopphh, aahhhh"

"Daritadi kita dicuekin Maa, kita gangguin Teja, yuk"

"Ehh aku gak bermaksud", mama dan papa bergeser mendekat ke arahku. Mama berpindah kursi ke sebelahku dan papa juga berdiri di sebelahnya. Mereka melanjutkan permainan agar aku jelas dan mau menanggapi bukan sekadar melihat. Kalau sudah seperti ini, aku tak percaya sosok mama yang kalau di luar sana tampak alim berubah menjadi perempuan nakal dihadapan papa. Lihat saja, ia kembali melumat penis papa yang semakin keras dan sudah saatnya menerobos vagina Mama. Namun di luar dugaanku,

"Eiiittssss Mama, mau ngapain?", Dalam situasi bercelana utuh, mama menyentuh daerah selangkanganku. Ia meraba daerah penisku yang jelas kalau mereka sudah beraktivitas adegan dewasa, perlahan ikut mengeras juga.

"Punya Teja, enggak lama kayak punya papa juga, nih"

"Aku enggak percaya, kalau Teja belum tunjukkin", aku yang sedang menikmati rabaan mama tak mau menyambut pancingan papa, khawatir ia cuman memberi umpan agar aku menangkapnya, lalu ia meledek aku. Aku diam saja. Rabaan tangan yang berada tepat di penisku membuat birahiku bergejolak. Arghhhh, sialan, gue jadi sange. Gue gak boleh berharap yang enggak-enggak.

"Engghg, ikutan keras punya Teja pah"

"Hehehhe, terusin Maaah", ujar Papa terkekeh.

"Ayo, Ja, perlihatkan kontol kamu ke mama dan papa, kami pengen lihat"

"Sudahlah, Ja, jangan berpura-pura terus, gak cape kamu onani terus? Sekarang biar Mama yang bantu kamu, kan umurmu sudah 18 tahun, kami perlu uji"
"Hahaha"

Aku menahan untuk mengaduh enak. Apalagi ucapan papa barusan sepertinya serius, tetapi apakah benar mama mau mengurut penisku samahalnya yang dilakukan ke papa. Aku ragu. Keraguanku kemudian disambut papa dengan berusahan memeloroti celana pendekku sehingga celanaku terjatuh ke dasar lantai. Terpampang mengacung tegak lah penisku. Aku tak bisa berkomentar karena tangan mama lekas memegang penis yang sudah mengeras.

"Wohoho, beneran bakal kayak papa, Maahh"

"Jelas dong, siapa dulu dong papanya"

"Ayo, sekarang kamu urut penis kita berdua", ucap papa.

Aku menikmati permainan lihai tangan mama. Genggamannya tepat di urat-urat sensitif yang berdampak aku semakin birahi. Kulirik sembunyi kedua tangan mama fokus mengurut penis aku dan papa. Kami berdua berlomba-lomba siapa yang bisa menahan nikmatnya permainan tangan mama.

"Teja! Teja! Ayo lihat mama!"

"Teja, kamu dipanggil mama kamu itu?!", papa menggertakku agar mau menanggapi.

"Iyaaa, Maaah?"

"Mama boleh hisap penis kamu, yaaa?"

"Enghhh..."

"Sudah tenang, Ja, kamu grogi kayak orang baru kenal aja", ujar Papa seraya memberiku peluang, sepertinya tidak main-main.

"Tapi ini beneran boleh kan?", tanyaku menatap papa dan mama. Jawabanku disambut oleh bibir mama yang melompat masuk ke arah kemaluanku.

"Oooooohhhh, anjir enak banget", bibir sensual mama bergesekan dengan urat kelaminku.

"Sekarang kamu fokus sama penis Teja ya"
"Aku gilirannya entot kamu", Mama dituntun menungging oleh papa. Posisi kepalanya dan rambutnya terurai berada di sekitar selangkanganku. Bibir mama naik-turun membikin penisku menyusul birahi yang rasanya tak cukup dituntaskan begini saja. Lalu Tiba-tiba ia menghisap kuat penisku karena penis papa menerobos masuk vaginanya.

"Aarghhh, gak ada yang berubah dengan memek kamu maahh"
"Kalau kamu gimana, Ja? Enak sepongan mama?"

"Emmmfhhh, mmmmfffhhh"

"Ooohhh, enak banget paaah", jawabku pelan sedikit malu-malu. Aku perhatikan papa membuka bajunya sendiri.

Bibir Mama masih terus memanjakan penisku. Aku tak tahu bagaimana ini akan diakhiri. Aku sangat menikmatinya. Lalu tangan mama membimbing salah satu tanganku untuk meremas payudaranya. Aku menurut saja. Ughh, besar susunya Mama. Aku remas pelan. Jariku menyeentuh puting dan aerolanya. Sementara papa sedang keenakan mengaduk vagina mama dengan penisnya.

"Arghh, arghh, mantep Ja!"

"Iyaa, Paaah, mulut mama enak banget"

"Kamu musti juga nyobain memek mama"

"Tapi Paaa?"

"Sesekali boleh lah, iya kan Maaa?"

"Aahhhhh, iyaaah", Mama mengakhiri permainan bibirnya di penisku. Kelihatan penisku kuyup oleh liur mama. "Sehabis papa, kamu gantian ya masukkin"

"Beneran Maah?"

"Iiiyaaaaa, Aaaaaahhhh!!!", Papa menggenjot mama bertubi-tubi. Mama mengubah posisinya dengan bertumpu pada meja makan agar papa lebih leluasa menyodok vaginanya.

"Arghhh, mama kamu kalau sudah begini itu karena vaginanya udah becek banget di dalam"

"Aaahhhhhhhh....", tubuh mama melonjak bersamaan dengan dorongan penis papa.

Aku terduduk dengan penis mengacung berdiri. Mengelusnya senantiasa menjaga siapa tahu kebagian jatah sembari menyaksikan Papa menyetubuhi mama. Makan malam kami ditutup dengan adegan birahi. Manisnya melebihi cokelat yang kumakan. Tanggungnya seperti ini menyamai ketika tak ada makanan saat kenyang belum didapat. Ketika aku menikmati pijatan tanganku sendiri. Kemudian papa berhenti sejenak mendobrak kemaluan mama.

"Addduuh, Papa kenapa dicopot, tanggung banget Mamaa"

"Hehehe, sabar maaa", ucap Papa, penisnya terguyur basah oleh cairan pelumas vagina mama. Papa kemudian menyahut ke mama,"Maa, ada kontol nganggur tuh". Di depan mama dan papa, aku menunjukkan batang kelaminku yang jelas seperti dibikin ngiler saja. Mama menangkap apa yang ada di benakku. Ia bergeser mendekat dan berkata,

"Teja, ayo kamu bantuin Mama"

"Bantu apa Maaah?", tanyaku mengamati mama berupaya menduduki aku. "Perjaka kamu buat mama yah?"

"Iyaa Maaa, aku udah ngaceng banget inih", Mama membuka kedua pahanya di atas pahaku. Aku melihat rambut kemaluannya yang tipis dan lubang kemaluan yang diarahkan ke kepala penisku. Sebagaimana yang pernah diperlihatkan oleh papa, aku menuntun pelan-pelan masuk penis ke liang vagina mama. Terjepitlah penisku di dalam, merasai kebasahan dan kehangatan. Mama menyambut dengan bergoyang lambat, menyesuaikan diri dengan batang kelamin baru.

"Aaahhhh"

"Ughhh, terus maah goyangnya", ucapku memeluk mama.

"Iyaaaah"

Papa kuperhatikan menghilang entah kemana. Apakah yang ia sedang lakukan. Aku tak mau urus itu sekarang. Aku ingin fokus menikmati tubuh mama. Seiring mama bergoyang lambat. Aku mulai mendorong ke atas penisku, mencumbu leher mama sehingga ia bangkit lagi birahinya. Bagian atas dasternya yang sudah tak karuan, aku turunkan ke pinggang. Buah dadanya kupapah dan pilin putingnya.

"Aaaaahhhh"

"Orghhh, bener kata papa, mantep banget memek Mama"
"Terussss, Maaah"

"Aaaahhhhhh"

"Tejaaaa, mama mau keluar"
"Keluar bareng mama yuk, sayang?"

"Orghhhh, tapi maa? Aman gak?"

"Amaaaannn, ayo sayang"
"Ahhhhhh", Mama bergoyang hebat di atas pangkuanku. Aku menjawabnya dengan desakan penis ke atas yang semakin cepat dan licin karena vagina mama sudah sangat basah. Keringat mama berjatuhan, bercampur dengan keringatku karena aku mendekap tubuhnya.

"Ohhhhhh, Mama, ayuk Maaah"

"Iyaaa Tejaa, dikit lagi"
"Dikit lagi, sayang"
"Aaaahhhhhhh"

"Argggh, aku nyemprotin peju aku maahhh"

"Aaaaaaaaaahhhhh mana sayang"
"Mama mau rasain kehangatannya"
"Aahhhh mau keluarr!", tubuh mama bergoncang hebat.

"Orrrrggggggghhhh ini maaah, rasakan!"
Crrootttt croottttt
Crushhhhhhhh.........

Kami lekas berpelukan dalam lenguhan di ruang makan. Tak sadar papa entah kemana kemudian muncul dengan kemaluan yang sudah merunduk. Aku dan mama tak banyak bertanya karena terkulai lemas. Mama dengan sisa tenaganya berdiri dan meneteslah air maniku ke lantai. Mama berjalan ke kamar mandi. Papa pun menyusul. Aku duduk beristirahat.

×£×​

Semenjak peristiwa kemarin malam, pandanganku terhadap mama mutlak berbeda dibandingkan ia berada di luar sana. Ke Papa pun demikian. Aku berniat mengerjai mereka berdua. Kira-kira apa yang harus aku lakukan ya?

🧘Tunggu Kelanjutannya👪
Buat hamil mama sama benih nya teja ya suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd