Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA KEPUTUSANKU ( NO SARA )

Status
Please reply by conversation.
semoga ada kelanjutan cerita suhu dengan Bunda..... penasaran apa suhu berhasil nembus Bunda, atau malah sukses threeway sama k nissa
 
Lanjut yuk....




Monggo.....





MASA LALU KAK NISSA.

Namaku hmm... Panggil saja Nissa. Aku adalah anak pertama dari ayah dan bundaku. Aku juga punya seorang adik laki-laki yang sangat aku sayangi dan cintai bahkan rela ngelakuin apa saja untuk nya walaupun kadang ada pertengkaran tapi itulah yang namanya saudara.

Sepertinya sudah diceritakan oleh adikku soal keluarga dan aku mulai dari mana ya.... Hmmm.... Dari saat masuk aliyah saja ya karena ada tokoh yang berperan penting dikehidupanku dan adikku.

Saat di aliyah aku mengenal seorang teman yang sangat setia dalam pertemanan dan persahabatan. Dia bernama Evi. Aku dan Evi selalu bersaing dalam segala hal hanya saja Evi itu seorang tuna wicara tapi sangat pintar. Bahkan dia hafal al-quran 30 juz dan alfiyah belum lagi kitab-kitab yang lain. Tapi aku dan Evi berbeda pandangan, saat itu aku yang seorang salaf dan dia asy'ari, yang nanti aku juga ikut pindah ke asy'ari setelah ada beberapa hal yang mungkin aku tidak ceritakan dengan detail karena ini cerita sedikit panas. Bukan apa-apa tapi ikut dengan forum nya saja ya.... Hihihi....

Siang itu saat jam istirahat sekolah aku melihat Evi sedang membaca kitab kuning, aku coba untuk bertanya.

" Vi.... Lagi baca kitab apa? ". Tanyaku.

Evi pun langsung melirik kearahku dengan tatapan tajam seperti biasa.

" Masya Allah Evi... Kenapa sih kamu kalau ngelirik orang selalu tajam begitu? ". Tanyaku.

Evi langsung menutup kitab kuning yang sedang dia baca, lalu menyerahkan kepadaku. Aku pun langsung menerimanya dan membacanya

" Fathul Izar???? ". Gumamku.

Lalu aku melirik ke arah Evi tapi Evi hanya tersenyum saja dibalik cadar bandana hitam nya.

Oiya aku dan Evi ini memakai cadar, walaupun Evi bukan orang salaf tapi dia tumbuh dilingkungan salaf makanya dia memakai cadar.

Setelah itu Evi mengambil kitab lagi dari dalam tas ranselnya yang berwarna ungu dengan gambar ikan koi. Lalu menyerahkannya kepadaku, dan aku pun menerimanya dan membaca judul dari kitab itu.

" Qirratul uyun?? ". Gumamku.

Lalu aku menatap kearah Evi yang sedang tersenyum lagi dibalik cadar bandana hitamnya.

" Tunggu... Evi... Kedua kitab ini kan...??? ". Tanyaku.

Evi melihat aku yang sedang dilanda tanda tanya besar karena kedua kitab ini menjelaskan hubungan suami istri.

Lalu aku melihat Evi menuliskan sesuatu dilembar kertas. Saat sudah selesai menulis Evi langsung memperlihatkan kepadaku apa yang dia tulis.

" Baca saja aku pinjemin... Tapi jangan dibayangin terlalu dalam ya nanti malah punya fantasi yang aneh-aneh, hehehe ". Gumamku.

" Astaghfirullah Eviiiiiiiiiiiii......... ". Teriakku.

Aku langsung mengejar Evi yang langsung berlari keluar kelas saat selesai mendengar aku membaca tulisannya.

Itulah keseharianku dengan sahabatku Evi. Selalu saja ada momen yang membuatku merasa bahagia. Walaupun dia itu tuna wicara tapi dia itu gokil dan kocak orangnya. Ada saja ide buat jahilin aku tapi aku senang dengan kekonyolan dia.

Nah kitab itulah yang membuatku sering berfantasi setelah membaca kitab-kitab itu, walaupun aku sudah membaca kitab itu tapi entah kenapa muncul fantasi yang membuatku merinding saat aku membaca tulisan Evi waktu itu, bahkan aku pun juga membeli terjemahannya di toko kitab pamanku yang sudah seperti ayahku sendiri. Abi ikhsan adik dari ayahku. Sebenarnya toko itu milik ayahku yang sudah tiada yang seharusnya adikku Azam yang menggantikkannya tapi karena adikku masih belum mampu makanya dipegang oleh Abi ikhsan.

Selama masa di aliyah aku tinggal bersama Abi Ikhsan dan istrinya Umi Rani. Keduanya menyambutku hangat dan sangat menyayangiku bahkan sepupu-sepupu ku pun tampak senang saat aku tinggal disana. Bahkan mereka tidak membeda bedakan aku.

Saat itu malam sekitar jam 11 malam aku terbangun dari tidurku karena merasa haus. Aku pun langsung keluar dari kamarku dan turun di lantai 1. Karena kamarku di lantai 2. Aku turun dengan hati-hati karena posisinya lumayan gelap soalnya lampunya banyak yang dimatiin.

Begitu aku hendak sampai dapur aku melihat ada 2 orang yang sedang melakukan hubungan intim di dapur. Sebenarnya aku ingin segera meninggalkan tempat itu karena aku tidak ingin mengganggu mereka tapi entah kenapa aku sangat penasaran dengan itu. Maka aku pun mencoba untuk mengintip mereka yang ternyata itu adalah Abi Ikhsan dan Umi Rani. Bahkan suara hasil dari hubungan intim mereka sangat jelas walaupun terdengar pelan karena keadaan rumah yang sepi.

Bahkan lampu dapur pun tidak mereka matikan jadi sangat terlihat dengan jelas.

Pada saat itu aku mengintip mereka dibalik korden berwarna biru yang berfungsi sebagai pintu dapur.

Kulihat Abi Ikhsan yang sedang duduk dikursi sedangkan Umi Rani diatasnya. Mereka membelakangiku sehingga nampak jelas kalau kemaluan mereka saling beradu untuk mencapai puncak kenikmatan.

Kulihat Umi terus menggoyangkan pinggulnya dan Abi terus meremasi pantat Umi. Walaupun mereka tidak telanjang tapi sangat nampak kalau pantat Umi terbuka sedangkan kemaluan mereka saling beradu.

Aku yang baru pertama kali melihat hubungan intim merasa aneh yang terjadi pada tubuhku. Terasa panas, deg-degan, bergetar bahkan nafasku pun memburu seperti sedang sesak nafas padahal aku tidak mempunyai riwayat asma. Kurasakan puting susu ku pun mengeras dan geli serta kencang pada susuku, dan entah kenapa dibawah sana tepatnya pada kemaluanku terasa seperti mengeluarkan cairan seperti pipis tapi tidak bisa ditahan sama hal nya aku yang sedang datang bulan.

Ingin sekali aku segera berlalu lari dari tempatku mengintip tapi kaki ku seperti terkunci ditempat perintipanku.

Beberapa saat berlalu Umi yang menggoyangkan punggulnya yang mungkin terlalu kencang sehingga kemaluan Abi lepas dari sangkarnya dan dengan segera Umi membenahi lagi kemaluan Abi serta menancapkan lagi kemaluan Abi ke sangkarnya.

" Uuhhh... Sshh... Oohhh..... Abi.... Kontol abi enak banget.... ". Erang Umi.

" Aahhh.... Nikmatnya memek umi... ". Erang Abi.

Seketika aku langsung mengambil nafas panjang karena aku baru pertama kali juga melihat kemaluan laki-laki dan sialnya itu kemaluan pamanku sendiri bukan suamiku kelak.

" Ternyata bentuk kelamin laki-laki itu seperti itu ya kalau realnya.... ". Pikirku.

Abi dan Umi terus saja meracau dan mengerang walaupun pelan tapi terdengar jelas ditelingaku karena jaraknya hanya 3 meter dari tempatku mengintip.

" Aahh... Abi... Abi... Memek umi bi..... Aahhhh..... Abi.... Terus bi... Kontolin memek umi bi.... Kontolin betina abi.... Aahhhh enaknya.... ". Erang Umi.

" Aahhh.... Iya mi.... Memek umi selalu ada buat kontol abi.... Ohhhhh pelacurku.... Terus sayang remas kontol tuanmu ini..... Aaahhhh..... ". Erang abi.

Aku sampai merinding mendengar erangan mereka.

Ternyata Umi yang seorang Ustadzah sangat liar bahkan erangan dan kata-katanya sangat binal.

Anehnya kemaluanku terasa semakin gatal karena melihat dan mendengar erangan mereka. Aku pun semakin penasaran akhir dari pergulatan mereka sampai pada beberapa menit kemudian Umi dan Abi sampai pada puncak kenikmatan mereka.

" Ahhh.... Aahhhh.... Abi.... Duhhh... Aahhhh.... Memek umi bi.... Aahhh.... Umi... Umi..... Aaarrgggg...... Ooohhhh.... Ooohhhhh..... Ooohhhh.... Ssshhh.... Lacur abi keluar..... Aaahhhh..... Ssshhhhg..... ". Erang Umi.

" Oohhhh iya mi.... Aahhhh abi juga... Aaarrhhhh.... Ooohhhh..... Sshhhh.... Ooohhhhh..... Ooohhhhh..... Ssshhhh..... ". Erang Abi.

Setelah beberapa detik mereka mencapai puncak kenikmatan itu Umi dan Abi mengatakan sesuatu yang membuatku sangat merinding dan tidak percaya dengan apa yang aku dengar.

" Gimana bi lacur abi hmm.... Enak kah... Puas kah dengan lontemu ini.... Hihihi.... Tau tidak bi kalau umi tadi bayangin Azam loh bi buat ngontolin memek lontenya abi ini... Hihihi.... ". Kata Umi.

" Hehehehe.... Puas dong mi.... Umi kan sudah jadi lontenya abi.... Iya abi tau kalau umi punya fantasi sama Azam... Tapi umi harus tau batasannya ya mi.... ". Kata Abi.

" Hihihi... Iya dong bi... Berarti umi lontenya abi sama Azam dong bi hihihi... Duhh... Tidak kebayang kalau kontolnya Azam yang besar dan panjang itu ngentotin memek umi dan pejuhin umi.... Merinding umi bi.... Hiiii... Hihihihi ". Kata Umi.

" Ehh.... Segitunya banget fantasinya mi... ". Kata Abi.

" Hihihi... Namanya juga fantasi bi.... Boleh dong berfantasi sampe segitunya.... Hehehe.... Oiya bi.... Umi tebak pasti tadi abi berfantasi juga kan... Kalau umi tebak hmm... Pasti guru yang abi temuin di bimbingan tuna wicara itu kan.... Siapa bi namanya.... ". Tanya Umi.

" Hehehehe tau aja umi ini.... Namanya Evi mi... ". Jawab Abi.

Duar.....

Seperti tersambar petir disiang bolong. Entah kenapa hatiku sangat sakit mendengar itu semua. Umi yang Ustadzah yang dikenal sebagai seorang alim dan tawadu ternyata berfantasi dengan Azam adik kandungku sendiri dan keponakannya sendiri. Sedangkan Abi berfantasi dengan sahabatku sendiri.

Tiba-tiba aku merasakan marah dan emosi mendengar pengakuan mereka. Ingin sekali aku melabrak mereka tapi aku urungkan niatku dan melanjutkan mendengarkan obrolan mereka.

" Hihihi... Kok gitu sih bi.... Padahal dia masih belia lho bi masih SMA malahan tapi malah dijadiin fantasi sama abi... ". Kata Umi.

" Hehehe habisnya tatapan matanya sangat tajam mi dan sangat ramah dan sopan serta aaahhhh pokoknya tipe abi lah mi seperti umi muda dulu cuma bedanya mata umi tidak setajam dia heheheh.... Lahh umi juga keponakannya sendiri dijadikan fantasi mentang-mentang sudah pernah melihat kontolnya Azam yang besar dan panjang itu terus dijadikan fantasi sampai sekarang bahkan kontol abi cuma 3/4 punya Azam.... Duhhhh.... ". Jelas Abi.

" Hihihi... Iya ya bi apalagi kan dia bercadar juga jadi tambah tajam bi tapi umi yakin kalau dia itu cantik lho bi.... ". Kata Umi.

" Iya mi abi tau kok tapi yaahhhh biarin aja mi toh juga fantasi jadi sekedar fantasi saja lagipula abi tidak minat mi... ". Kata Abi.

" Hihihi iya bi.... Awas saja kalau abi sampai.... ". Kata Umi terpotong oleh Abi.

" Iya umi ku sayang.... Lonteku.... Lacurku.... Betinaku... ". Kata Abi.

" Hihihihi.... ". Tawa Umi.

" Yasudah tidur yuk mi... Ngantuk nihhh.... ". Ajak Abi.

" Ok sayangku... ". Kata Umi.

Setelah itu aku langsung pelan-pelan mundur. Setelah sekitar 2 meter aku langsung berlari ke lantai 2 kembali ke kamarku dan langsung merebahkan tubuhku ke kasur.

" Semua gila.... Kenapa.... Kenapa harus mereka.... Astaghfirullah..... Astaghfirullah..... ". Kataku dalam tangisku.

Aku langsung meringkuk dan menangis mengetahui fantasi mereka.

" Tidak.... Aku tidak rela.... Aku tidak ridho.... Astaghfirullah.... Azam adikku dia milikku dan evi sahabatku dia juga milikku.... Tidak boleh.... Tidak boleh.... ". Kataku sambil menangis.

" Tapi itu semua hanyalah fantasi mereka saja.... Semoga tidak menjadi kenyataan.... Semoga.... Semoga..... ". Kataku.

Tanpa terasa aku sudah tidak sadar lagi karena tertidur.

Dari situlah aku kalau dengan Azam adikku serasa gimana gitu. Aku juga selalu memperhatikan Azam dan mengawasinya walaupun dari jauh. Kalaupun aku tidak pulang karena sekolahku yang jauh dari kampungku tapi aku selalu bertanya dengan bundaku dirumah melalui telpon.

Begitu juga dengan sahabatku Evi. Aku mulai belajar bahasa isyarat dengan dia terkadang aku juga ikut ke yayasan tuna wicara tempat dia mengajar hanya untuk lebih dekat dengannya dan belajar bahasa isyarat lebih dalam padanya. Tidak jarang juga aku menginap dirumahnya karena aku tau dia dirumah itu sendirian dan kala itu aku belum mengetahui kalau evi adalah anak angkat sekaligus keponakannya Ustadz Pawan.

Semua terjadi begitu cepat, tidak terasa kini aku sudah kelas 3 SMA dan saat itu umurku sudah hampir 19 tahun begitu juga dengan Evi. Karena kedekatanku dengan Evi sampai-sampai kami dijuluki dua cadar pembuka. Entah siapa yang menjuluki itu aku juga tidak tau. Kenapa juga kami dijuluki dengan julukan itu karena saat aku dan Evi kelas 2 SMA ditahun itu kami mendapatkan kemenangan dalam lomba MTQ untukku dan kaligrafi untuk Evi yang ditahun tahun lalu sekolah kami tidak pernah mendapatkan kemenangan. Maka ditahun itu untuk pertama kalinya sekolah kami berhasil memenangkan lomba itu. Bahkan dalam cerdas cermat pun juga berhasil kami raih kemenangannya. Maka guru-guru nampak senang untuk kemenangan itu. Rekor kemenangan talak yang berhasil mendapatkan skor tertinggi dalam lomba-lomba tersebut.

Ada juga yang menyebut kami dengan pasangan lesbi.

( sebenarnya Kak Nissa menceritakan bagian ini ragu-ragu, mungkin merasa ilfil dengan julukan itu ).

Karena aku dan Evi selalu bersama. Dimana ada aku pasti ada Evi dan begitu juga sebaliknya. Bahkan kami pun kalau ijin ke toilet pun barengan. Bukan hanya itu saja bahkan saking dekatnya aku dan Evi itu malah terlihat mesra dan intim. Padahal aku dan Evi biasa-biasa saja malah berfikir wajar karena sangat dekat.

Saat itu hari sabtu yang entah kenapa perasaanku sangat tidak enak dan gelisah bahkan sahabatku Evi menyadari semua yang aku rasakan.

" Nis... Ada apa... Kenapa kamu nampak murung dan gelisah... Apa perasaanmu sedang tidak enak atau lagi tidak enak badan? ". Tanya Evi yang menggunakan bahasa isyarat.

Aku pun langsung menjelaskan apa yang aku rasakan.

" Iya vi... Perasaanku tidak enak... Entah kenapa setelah sholat subuh tadi perasaanku tidak enak dan pikiranku ke adikku terus vi.... Astaghfirullah.... Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya ". Jawabku juga menggunakan bahasa isyarat.

Setelah aku menguasai bahasa isyarat dengan benar dan lancar aku selalu memakai bahasa isyarat kalau sedang berbicara dengan Evi atau orang-orang tuna wicara. Bahkan teman-teman sekelasku pun selain Evi heran denganku karena setiap aku berbicara dengan sahabatku Evi selalu menggunakan bahasa isyarat.

" Masya Allah.... Semoga saja Niss... Apa kamu sudah menghubungi ibumu.... ". Tanya Evi menggunakan bahasa isyarat.

Aku menggelengkan kepalaku.

" Belum vi... Aku takut vi... ". Jawabku menggunakan bahasa isyarat.

" Nissa... Segeralah hubungi ibumu.... Apa salahnya bertanya mengenai adikmu... ". Tegur Evi menggunakan bahasa isyarat.

Aku terdiam memikirkan perkataan sahabatku Evi.

Setelah beberapa saat aku menyetujui saran dari sahabatku Evi.

" Insya Allah vi setelah istirahat pertama aku langsung telpon ibuku... ". Kataku menggunakan bahasa isyarat.

Kulihat Evi hanya mengangguk saja dan tersenyum.

Aku sangat bersyukur mempunyai sahabat yang sangat mengerti semua keadaanku dan perasaanku, begitu juga aku, sangat mengerti perasaan dan keadaan Evi. Setelah itu jam pelajaran pertama pun dimulai dan aku mencoba untuk fokus pada pelajaran akan tetapi sangat susah dengan keadaan yang aku rasakan saat ini. Maka dari itu aku hanya sekedar mengikuti saja alur dari pelajaran pertama itu sampai selesai.

Terasa sangat lama yang aku rasakan untuk menunggu bel istirahat pertama. Seakan jam terhenti dan tidak pernah berdetak atau berputar.

Dengan perasaan yang dilanda kegelisahan dan pikiran kemana mana akhirnya bel istirahat berbunyi maka aku pun langsung menelpon ibuku setelah guru keluar dari kelas.

" Assalamualaikum bunda.... Bunda sehat kan..... Adek sehat juga kan.... ". Salamku kepada ibuku setelah ibuku mengangkat telepon dariku.

" Wa'alaikum salam.... Alhamdulillah nissa bunda sehat.... Adekmu sedang sakit niss... Demam sampai 39 derajat celcius badannya menggigil niss.... Bunda khawatir niss.... ". Jawab ibuku.

Deg....

Seketika tubuhku lemas, jantungku berdetak kencang, bibirku bergetar dan gigiku terkatuk katuk. Bahkan jari-jariku pun seperti buyutan bergetar.

Aku sangat menyayangi adikku Azam. Aku juga sangat mencintainya. Bahkan apapun yang adikku inginkan selalu aku berikan karena saking sayang dan cintanya aku kepada adikku Azam.

" Bu... Bunda... Aa.. Aku... Pulang sekarang.... Assalamualaikum... ". Salamku kepada ibuku.

Aku langsung menutup telponku dan langsung membereskan buku-bukuku yang masih dimeja. Tiba-tiba sahabatku Evi memegang tanganku.

" Niss.... Salam untuk ibumu terutama adikmu ya... ". Kata Evi menggunakan bahasa isyarat.

Maka aku langsung mengangguk dan langsung meninggalkannya setelah aku mengucapkan salam. Aku tidak tau teman-teman sekelasku melihatku yang pasti sangat heran tapi aku tidak menghiraukan mereka. Aku langsung berjalan ke ruang BP untuk ijin untuk kepulanganku dengan alasan adikku sakit keras dan aku harus pulang. Maka aku diberikan ijin untuk pulang.

Langsung aku menuju parkiran untuk mengambil motorku setelah itu langsung gass pulang kerumah ibuku dikampung.

Singkat cerita setelah sampai rumah ibuku langsung menyambutku dan aku pun memeluk ibuku sambil menangis yang air mataku terjatuh pada saat aku diperjalan pulang tadi sampai rumah.

Setelah itu aku langsung masuk rumah dan meletakkan tas ranselku dan langsung ke kamar adikku.

Setelah sampai benar saja aku melihat adikku Azam terbaring menggigil. Aku berjalan kearahnya setelah sampai aku langsung menempelkan telapak tanganku ke keningnya yang langsung membuatku terkejut karena panas tubuhnya.

" Astaghfirullah.... ". Kataku terkejut.

Aku tidak menyadari kalau ibuku dibelakangku saat itu.

" Niss sebaiknya kamu ganti baju dulu dan makan karena kalau tidak bunda takut daya tubuhmu akan melemah dan ikut sakit juga... ". Tegur ibuku.

Aku langsung tersadar saat itu dan mengangguk. Walau bagaimana pun juga perkataan ibuku itu benar dan akupun menurutinya.

Malam harinya aku tidak henti-hentinya khawatir dan berdoa untuk kesembuhan adikku Azam. Bahkan aku tidak keluar dari kamar adikku kecuali sholat, ke kamar mandi, makan.

Saat itu aku dipanggil oleh ibuku.

" Nissa... Kemari sebentar nak.... ". Panggil ibuku.

" Baik bunda ". Jawabku.

Aku pun langsung menemui ibuku didapur dan langsung duduk didepan ibuku.

" Niss... Masih demam kah adikmu... ". Tanya ibuku.

" Masih bunda belum turun juga... Apa kita bawa kerumah sakit saja bunda ". Tanyaku kepada ibuku.

" Tunggu sampai besok pagi niss... Kalau besok pagi masih demam, kita bawa ke rumah sakit ". Jawab ibuku.

" Baik bunda ". Kataku.

Setelah itu kami mengobrol mengenai sekolahku dan juga sekolah adikku Azam. Aku menjelaskan kalau sekolahku baik-baik saja tidak ada masalah yang berarti.

Karena kami mengobrol sampai cukup larut malam yaitu sampai jam 9 malam maka kami memutuskan untuk segera istirahat. Ibuku dan aku berencana tidur di kamar azam malam itu.

Aku terbangun karena suara yang sangat aku kenal.

" Kak.... Bangun sudah subuh ini.... Kenapa juga kakak sama bunda tidur disini.... ". Tanya adikku Azam.

Aku langsung saja terperanjat bangun dan mengecek suhu tubuh adikku Azam dengan telapak tanganku.

" Alhamdulillah dek... Sudah normal tidak demam lagi.... ". Kataku.

Ibuku yang saat itu masih tidur juga terkejut dan langsung bangun.

" Alhamdulillah... ". Kata ibuku.

" Bunda sama kakak ngapain tidur disini...? ". Tanya adikku.

" Astaghfirullah dek.... Kamu ini demam... Panas banget badanmu.... Kakak sama bunda tidur disini itu jagain kamu kalau kenapa-kenapa.... ". Jawabku.

" Oh ". Kata adikku Azam.

" Ohh?? Duh ini anak lama-lama pengen aku jitak .... ". Batinku.

" Yasudah sekarang sholat subuh yukk... Kita dirumah saja sholatnya.... Azam kamu sudah enakkan kan.... Kalau sudah jadi imam yaa? ". Kata ibuku.

" Baik bunda ". Kata Azam.

Setelah itu kami segera melaksanakan sholat subuh berjama dirumah. Dan berlanjut dengan aktifitas seperti biasa dikala aku pulang kerumah. Memasak, mencuci, beres-beres yang biasanya dikerjakan oleh adikku tapi karena adikku kondisinya masih tidak memungkinkan walaupun sudah lebih baik tapi masih lemah.

Saat aku sedang memasak adikku Azam menemuiku didapur.

" Kak.... Kakak kapan pulang? ". Tanya adikku Azam.

Aku yang memasak sayur lodeh saat itu langsung menoleh kebelakang dan melihat Azam sudah duduk dikarpet.

" Kemarin dek.... Sudah baikkan? ". Jawabku.

" Alhamdulillah kak... Oiya kak, bunda mana....? ". Tanya adikku.

" Bunda sedang kerumah Ustadzah Mina dek, katanya ada yang mau dibahas disana ". Jawabku.

" Oh... Hmm.... Kak... Rebusin air dong kak... Aku pengen mandi kak... Lengket tubuhku kak... ". Kata adikku.

" Yasudah kakak rebusin yaa... ". Kataku.

Aku pun langsung merebuskan air satu ceret untuk adikku mandi.

" Kak... Sebentar lagi kakak kan lulus aliyah kan.... Terus kakak gimana maksudku mau lanjut kuliah atau dirumah kak? ". Tanya adikku.

Benar juga aku belum memberitahu adikku soal aku dapat biasiswa untukku kuliah dikota Y.

" Kakak mau kuliah dek... Kakak dapat beasiswa di jawa dek... Dikota Y.... Lumayan kan, kuliah tanpa bayar hehehehehe ". Jawabku.

Kulihat adikku langsung terkejut mendengar itu.

" Ehh... Jauh banget kak... Terus aku sama bunda ditinggal...? ". Tanya adikku.

" Hmm.... Iya dek... Lagipula bunda sudah tau kok dan bunda ridho... Makanya kakak ambil beasiswanya... ". Jawabku.

Adikku entah kenapa diam dan menunduk mendengar penjelasanku soal itu. Aku melihat adikku seperti itu merasa kasihan dengannya.

" Deekkk.... Kakak kuliah cuma 4 tahun kok setelah itu kakak pasti pulang lagi.... Deeekkk..... Sebenarnya kakak ingin disini tapi disisi lain kakak ingin kuliah juga dek.... ". Jelasku.

Aku langsung menghampiri adikku dan memeluknya. Saat itu adikku memakai kaos lengan pendek dan sarung putih polos. Sedangkan aku memakai gamis hitam beserta khimar dan cadar bandana hitam juga.

" Kak... Kalau bunda sudah ridho dengan keputusan kakak aku tidak apa-apa... Lagipula aku tidak mau melarang kakak buat kuliah kakak.... ". Kata adikku.

Mendengar itu aku semakin memeluk erat adikku dan mencium rambut adikku.

" Makasih ya dek... ". Kataku.

Adikku hanya mengangguk pelan.

Setelah itu adikku pun bergegas mandi karena air yang aku rebus sudah mendidih.

Kejadian saat adikku setelah mandi itulah yang membuatku tidak bisa menghilangkan ingatanku.

Saat itu adikku sudah selesai mandi dan keluar dari kamar mandi, adikku langsung berjalan ke kamarnya. Kurasa sudah cukup lama adikku berada ke kamar dan saat itu aku ingin mengajaknya sarapan bersamaku ketika aku menyusul ke kamarnya dan pintu kamar adikku tidak ditutup rapat dan sedikit terbuka. Saat aku ingin masuk ternyata adikku masih mengeringkan tubuhnya menggunakan handuk. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana bentuk tubuh adikku yang telanjang bulat didepanku. Pandanganku langsung tertuju pada kemaluan adikku yang saat itu sedang ereksi. Karena adikku menghadap kearah pintu dan sedang mengeringkan rambutnya jadi pandangannya kebawah dan tidak mengetahui keberadaanku dibalik pintu kamarnya.

" Ternyata benar apa yang diucapkan Umi Rani kalau kemaluan adek itu panjang dan besar ". Batinku.

Aku sedikit takjub dengan kemaluan adikku yang mana tanpa adanya bulu padahal sudah kelas 1 SMK yang seharusnya tumbuh bulu kemaluan. Bentuk yang gemuk, besar, panjang, bersih dan berurat serta nampak kemerahan pada bagian kepala kemaluan adikku. Bentuk dan rupa kemaluan adikku membuatku mematung, karena aku baru pertama kali melihat kemaluan adikku yang sangat jauh berbeda dengan kemaluan milik Abi Ikhsan.

Badanku kaku, merinding, tubuhku serasa langsung panas dingin.

Setelah beberapa detik aku langsung tersadar dan langsung menjauh pelan. Setelah 3 langkah mundur dengan pelan aku langsung berlari kearah dapur dan terduduk teringat kejadian yang aku lihat.

Tubuhku panas dingin, bergetar, nafasku memburu, susuku menjadi kencang dan sedikit nyeri, puting susuku mengeras, bahkan kemaluanku aku merasakan kalau mengeluarkan cairan yang menjadikan basahnya kemaluanku.

" Apa aku bersyahwat melihat kemaluan adikku sendiri? Kenapa aku jadi mudah bersyahwat seperti ini? ". Pikirku.

Aku mencoba mengalihkan pikiranku dan terus beristighfar.

" Loh... Kakak kenapa? Kakak sakitkah? ". Tanya adikku yang sudah berada disampingku.

" Astaghfirullah... Adeeeeekkkk ihh... Ngagetin aja.... ". Jawabku terkejut.

" Dihh... Daritadi aku lihat kakak itu aneh.... Kakak kenapa....? ". Tanya adikku.

" Tidak apa-apa dek.... Kakak sehat-sehat saja kok.... Yasudah kita sarapan yuk... Mumpung masih panas.... ". Jawabku.

" Baik kak ". Kata adikku.

" Ada apa denganku... Kenapa aku jadi seperti ini.... Apa ini rasanya apa yang bunda bilang kalau seorang wanita kalau sedang bersyahwat? Duhhh... Nyiksa banget rasanya.... ". Pikirku.

Setelah itu kami pun sarapan. Kulihat adikku Azam makan dengan lahap karena sayur kesukaannya adalah lodeh. Aku sangat senang kalau adikku makan dengan lahap masakan buatanku. Rasanya ada suatu kebanggaan tersendiri kalau orang yang dicintai atau disayangi makan masakan kita dengan lahap.

Pagi berganti siang lalu menuju kesore lantas ke malam. Tanpa terasa pada hari itu aku lalui dengan cepat.

Disaat malam sekitar jam 11 malam, entah kenapa mataku tidak juga kunjung merem ataupun mengantuk. Hanya klisikan saja saat itu. Lalu aku keluar dari kamar dan melihat lampu kamar adikku sudah padam yang artinya sudah tidur dan begitu juga dengan ibuku.

Bahkan lampu-lampu dirumah kami pun sudah padam semua kecuali teras depan dan belakang. Maka dari itu aku putuskan untuk kembali ke kamarku dan berencana untuk tidur tapi sampai jam 11.30 malam pun aku tidak bisa tidur.

Setelah itu aku mengunci pintu kamarku dan aku menoleh diriku ke cermin besar yang ada di lemari bajuku.

Aku melihat diriku bertutupkan gamis berwarna hitam polos dengan khimar beserta cadar bandana yang aku kenakan.

" Hahhh.... ". Aku menghela nafas.

Setelah lama aku bercermin entah kenapa aku ingin sekali membuka cadarku, maka aku langsung membuka cadarku.

Terlihatlah wajah manisku dengan pipiku yang sedikit chubby yang dihiasi dengan lesung pipi. Alis yang sedikit tebal, mata yang lebar dan berbentuk seperti daun dengan olesan celak yang selalu aku oleskan pada bibir mataku. Hidung yang ramping dan mancung, bibir yang tidak tebal dan tidak tipis yang berwarna kemerah merahan, jika aku tersenyum maka nampaklah gingsul dikedua gigi taringku serta janggut yang lancip.

" Cantik dan manis ". Gumamku.

Setelah itu aku ingin membuka khimarku maka aku langsung membuka khimarku.

Terlihatlah mahkota hitam legam diatas kepalaku yang aku kucir kuda dan nampaklah leher kuning langsatku serta nampak ada bulu-bulu halus yang sampak dikulit leherku.

" Indahnya ". Gumamku.

Kupandangi wajahku tanpa khimar dan cadar itu didepan cermin.

Entah kenapa aku tersenyum saat itu sampai terlihat gigi gingsulku.

Kupandangi tubuhku itu.

" Ternyata walaupun aku pakai gamis yang menurutku longgar seperti ini tetap saja susuku nampak besar dan jelas dan juga pantatku yang nonggeng ". Pikirku.

Entah apa yang aku pikirkan saat itu sampai aku ingin melepas gamisku. Maka akupun langsung melepas gamisku. Maka terlihatlah tanktop berwarna hitam juga dan celana panjangku yang berwarna biru tua.

" Apalagi ini... ". Gumamku.

Aku amati setiap lekuk tubuhku didepan cermin. Nampak sangat menggoda walaupun aku masih memakai pakaian berupa tanktop, celana panjang dan dibalik itu masih ada bra berwarna merah gelap yang menopang susu yang menurutku over size karena tubuhku yang mungil dan juga celana dalam yang serupa warnanya dengan bra yang aku kenakan.

" Apa aku lepas saja ya tanktop dan celanaku ". Pikirku.

Maka tanpa berfikir lama lagi aku segera melepas tanktop dan celanaku.

" Subhanallah.... Ternyata aku sangat sexy... ". Gumamku dalam hati.

Terlihatlah tubuhku yang pasti akan membuat laki-laki langsung bersyahwat jika melihat semua ini.

Tidak puas dengan apa yang tercermin ditubuhku maka aku juga melepas bra dan celana dalam yang aku pakai.

" Beruntungnya suamiku kelak kalau melihat tubuh telanjangku ini... ". Pikirku.

Terlihat jelas dimataku tubuh telanjang dicermin. Kulit kuning langsat tanpa celah atau noda, susuku yang besar kencang bulat seperti balon seolah olah menantang gravitasi, puting susuku yang nampak malu-malu mengintip ditengah besarnya susuku, puting yang berwarna coklat muda yang berpadu dengan merah jambu, perutku yang rata dan nampak sedikit lemak diperutku yang dihiasi dengan pusarku yang nampak perutku berlubang tapi malah menambah indah pada perutku, kemaluanku yang nampak malu-malu yang bersembunyi dibalik selangkanganku yang mulus tanpa adanya bulu kemaluanku karena aku oleskan krim untuk merontokkan bulu kemaluanku sehingga bulu kemaluanku tidak tumbuh bulu lagi dan juga tidak menimbulkan noda hitam yang akan tetap pada warna alami pada kulitku yang berwarna kuning langsat, pahaku yang tidak besar dan tidak kecil sesuai dengan berat badanku 47kg saat itu.

Entah kenapa aku merasa takjub dengan tubuhku sendiri. Tubuh yang dulunya mungil dan kurus sekarang nampak seksi dan menggairahkan, bahkan sabahatku Evi saja memuji badanku padahal dia tidak jauh berbeda denganku.

" Nissa kamu ternyata sangat seksi ". Gumamku pelan.

Aku mencoba meraih susuku dengan jemariku yang merenggang. Mencoba untuk menangkup susuku yang besar tapi bahkan telapak tanganku pun tidak cukup untuk menutupi susu besarku. Lalu aku coba gelitikin kedua susuku dengan jemariku. Rasa geli langsung merambah ke sekujur tubuhku. Seketika tubuhku menjadi panas dingin.

" Ahh.... Aku bersyahwat... ". Gumamku pelan.

Aku langsung teringat dengan kejadian tadi pagi ketika aku melihat kemaluan adikku.

" Uhh dek... ". Gumamku.

Aku mencoba untuk meremas kedua susuku dengan tanganku. Entah kenapa aku ingin merasakan lebih dan lebih.

Terus aku rasakan remasan pelan tanganku pada susuku. Aku pun langsung memejamkan mataku sembari menikmati remasanku pada susuku sendiri. Dalam gelapnya pandangan mataku aku membayangkan kemaluan adikku berada di depanku.

" Uhh... Dekk... Ssshhh... Maafin kakak dek... Kakak berfantasi sama kamu... Aahhhh.... Sshhh.... ". Desahku lirih.

Cukup lama aku melakukan itu. Ketika aku membuka mataku, aku melihat diriku didepan cermin.

" Uhh... Niss... Kamu jalang.... ". Batinku.

Ketika aku membatin itu aku malah tersenyum manis. Kata-kata tabu yang belum pernah terfikir ataupun terbatin olehku kini aku ucapkan walaupun didalam hatiku sendiri aku mengucapkan kata-kata tabu itu.

" Iyaa... Aku memang jalang... ". Gumamku.

Ada perasaan senang pada diriku ini. Aku juga merasakan merinding ketika membatin kata-kata itu.

Setelah itu aku berjalan ke kasurku dan mulai berbaring terlentang. Aku melihat langit-langit kamarku.

" Dek... Maafin kakak... ". Kataku lirih.

Setelah aku mengatakan itu aku meremas kedua susuku kembali. Membayangkan kalau adikku Azam yang meremasi kedua susuku.

" Ohh.... Hmmm... Enak dek.... Uhhh.... ". Desahku lirih.

Aku langsung melebarkan kedua pahaku. Aku sangat pasrah saat itu. Jikalau adikku masuk ke kamarku dan melihatku seperti ini aku pun tidak akan memprotesnya bahkan jika adikku melecehkanku dan memperkosaku aku tidak akan melawan. Aku hanya ingin menikmati semua ini. Ini pengalaman pertamaku yang entah kenapa aku menginginkan sesuatu yang ingin aku kejar yaitu kenikmatan.






Untuk selanjutnya " DALAM BAYANGAN FANTASI KAK NISSA ".

Lanjut kalau senggang lagi ya hu atau mau abis lebaran aja ya wkwkwkwkwk

Ane jujur mau ceritain ini tu perlu mengingat ingat dengan ekstra hu soalnya banyak yang lupa tapi kira2 seperti itulah....

Oiya ane ada pesan ini hu kalau mau ambil cerita ane itu ijin dulu napa jangan asal comot begitu dan gk dikasih dari siapa penulisnya soalnya ane liat di sebelah cerita ane muncul disana dan tidak ada ijin dari ane... Ya itu ane juga salah sih gk ane kasih no quote tapi ijin dulu napa... Sebel ane sebenernya hu.....

Yasudah selamat membaca yaa....


Salam.....
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd