Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Keperawananku Hilang, Crotnya Di dalam

chinesegirls

Suka Semprot
Daftar
7 May 2014
Post
9
Like diterima
2
Bimabet
Sebenarnya aku malu untuk menceritakan pengalaman yang memilukan ini. Akan tetapi, tidak ada pilihan lain yang dapatku lakukan selain mengungkapkannya lewat beranda erotis ini. Mungkin para pembaca sekalian sudah banyak membaca kisah-kisah sensual di blog-blog lainnya. Bisa saja semua itu hanyalah bualan dan omong kosong belaka. Akan tetapi yang aku kisahkan ini adalah pengalaman pribadi yang sesungguhnya menimpa diriku.

Sebelum kita melangkah lebih jauh, izinkan aku untuk memperkenalkan diri. Sebut saja nama ku Kaila, biasa dipanggil ila (bukan nama sebenarnya). Aku adalah seorang mahasiswi di sebuah perguruan tinggi di Jawa Barat. Perawakanku sangat ideal. Tinggiku 159 cm dan berat badanku 51 kg. Kulitku putih bersih dengan rambut sebahu mayang terurai. Hidungku mancung dan bibirku merah sensual. Buah dadaku cukup besar dengan ukuran 36 B. Ukuran tersebut langsung menempatkan aku di klasmen paling atas dibandingin teman-teman cewekku atau boleh dikatakan aku adalah "miss buah dada" diantara teman-temanku yang lainnya. Aku yakin, setiap kaum adam pasti berhasrat untuk merasakan kemengkalan "twin hill" milikku tersebut. Candra teman sekelasku contohnya, seringkali tangannya mendarat dengan sengaja di gelendotan dadaku ketika aku dan dia bercanda. Begitu juga dengan Adi, kakak seniorku yang sering menyikutkan tangannya ke "area pegununganku" itu ketika aku duduk di dekatnya. Edi, adik juniorku juga tidak mau ketinggalan dalam perburuan menelusuri bukit kenyal tersebut. Berkali-kali bahunya dengan sengaja menampar "gundukan daging ranumku" itu disetiap kali aku dan dia berpapasan. Dan masih banyak lagi "modus cabul" yang dilakukan para pria kepadaku hanya demi merasakan kemengkalan "daging tanpa tulang" milikku tersebut. Oiya, aku juga keturunan chinese.



Selain itu yang cukup membuatku bangga adalah porsi bokongku yang padat berisi dan selalu berayun-ke sana-kemari di saat ku berjalan. Jadi tidak dapat dipungkiri lagi jika kaum adam di kampusku selalu melirik ke arahku di saat aku berjalan.

Langsung saja ke cerita. Saat itu hari sudah menunjukkan pukul 21.00. Setelah menyelesaikan tugas kelompok, aku langsung membereskan buku-bukuku. Satu per satu temanku sudah mulai pergi dari salah satu selasar gedung tempat kami mengerjakan tugas. Sampai pada akhirnya tinggallah aku sendiri di sana. Setelah buku-buku sudah masuk ke dalam tas, aku langsung melangkah ke pintu gerbang kampus. Akan tetapi, apa hendak dikata karena hari mulai gerimis. Sempat terpikir olehku untuk tetap menghadang gerimis tersebut. Namun aku membatalkan niatku itu karena aku takut laptop yang aku jinjing terkena air, sedangkan jika ku masukkan ke dalam tas, tasku sudah tidak muat lagi karena sudah penuh dengan buku. Jadi tidak ada pilihan lain bagiku kecuali menunggu sampai gerimis reda.

Sambil mengutak-atik blackberry-ku, kuperhatikan keadaan di sekeliling kampus yang sudah diselimuti suasana sepi. Tak ada seorang pun yang berlalu lalang di area kampusku tersebut. Mungkin saja karena hari sudah menunjukkan pukul 21.30 dan ditambah lagi suasana gerimis yang membuat setiap orang enggan untuk berlama-lama di sana. Ketika aku sedang asyiknya mengutak-atik blackberry, tiba-tiba aku dikagetkan oleh suara seseorang..

"neng ila kok belum pulang", begitu sapanya.

Ketika aku berbalik, ternyata orang itu adalah mas Pras, satpam kampusku..

"Eh, mas Pras, belum ni mas masih gerimis soalnya", begitu sahutku untuk menanggapi pertanyaannya tadi.

"Mending tunggu di Pos Satpam aja neng, daripada sendirian di sini. Lagian kan di sini gelap banget", begitu tambahnya.

Setelah aku pikir-pikir ada benarnya juga omongan mas Pras tadi. Sebagai pemberitahuan saja buat pembaca kalau mas Pras ini adalah kepala Satpam dikampusku. Dia cukup disegani karena orangnya sangat berwibawa, walaupun demikian dia sangat ramah kepada setiap mahasiswa sehingga hampir semua mahasiswa dekat dengannya, termasuk diriku.

Singkat cerita, aku sudah berada di post Satpam yang terletak di parkiran mobil di belakang kampus. Sambil ngobrol-ngobrol, mas Pras lalu menawarkan segelas kopi hangat padaku..

"ngopi dulu neng, lumayan buat menghangatkan tubuh", tandas mas Pras.

"ah, jangan repot-repot mas", balasku.

"Udah, diminum aja neng, daripada kedinginan", tambahnya.

Tanpa pikir panjang, aku langsung meneguk kopi hangat tersebut.

"Wah, kopinya enak mas Pras", selaku

Mas Pras hanya tersenyum kepadaku. Akan tetapi lama-kelamaan aku menjadi pusing dan tidak sadarkan diri.


Setelah aku tersadar, aku merasakan ada sesuatu yanng berat sedang menindih tubuhku. Ternyata mas Pras yang dengan buasnya sedang minciumi leherku. Hal ini membuatku kaget dan berkata...

"mas Pras, apa-apaan ini....lepasin aku. Mas Jangan kurang ajar ya", begitu bentakku.

Akan tetapi, mas Pras tidak menggubris omonganku barusan. Melainkan dia tetap asyik mencumbui leherku yang putih mulus.

"Mas Pras, lepasin aku...nanti aku laporin ke dekan lho" begitu teriakku sambil berusaha melepaskan dekapannya.

"Silahkan aja neng teriak sepuasnya karena tidak akan ada yang mendengar teriakan neng dalam suasana hujan ini", sahutnya.

"Mas Pras, aku mohon lepasin", teriakku sambil meronta-ronta.



Aku berusaha untuk melawan agar aku bisa lepas dari dekapan lelaki ini, tetapi kekuatan tubuhnya yang kekar atletis membuatku tak berdaya untuk melawannya. Yang bisa kulakukan saat itu hanyalah memasrahkan tubuhku yang sintal digeranyangi oleh lelaki yang selama ini sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri.

Kecupan-demi kecupan mendarat di setiap sentimeter area leherku. Sepertinya mas Pras ini sudah sangat berpengalaman dalam membangkitkan gairah wanita. Buktinya hanya dalam hitungan menit aku sudah terbawa ke dalam arus permainannya. Ringisan ku di awal tadi sontak berubah menjadi desahan nikmat ketika dia mengulum-ngulum telingaku. Sensasi itu kian bertambah ketika tangannya meremas-remas gundukan dadaku.

"Sssshhhh...mas Praaaaaaass....", desahku menikmati permainannya.

Melihat aku sudah malang terangsang, mas Pras langsung menaikkan level permainannya. Yang tadinya Cuma meremas-remas, sekarang dia dengan beraninya melucuti kaus mini yang ku kenakan.

Sehingga saat ini buah dadaku hanya ditutupi oleh bra warna pink. Gundukannya sebagian menyembul keluar karena ketidakberdayaan bra ku untuk menopang porsinya yang "irrasional" tersebut.

"tetek neng ila, gede banget. Mas udah lama pengen ngerasainnya", seru mas Pras seraya membenamkan wajahnya di antara lembah bukit gundulku itu.

"oughhhhh, mas Praaaas....Sssshhhhh....", desisku menanggapi aksi fenomenalnya itu.

"Mas lepasin kutangnya ya neng ya", serunya sambil kedua tangannya masih bergerilya di tandan susuku.

"Mmmmccchhhh......", hanya itu jawabku sambil mendesah halus.

Merasa mendapat lampu hijau dariku, mas Pras langsung melepas pengait bra ku dan....

Betapa kagetnya dia ketika kedua "gundukan maha dahsyatku" itu mencuat keluar seolah-olah ingin bebas dari dekapan bra ku yang memang tidak sepadan dengan porsinya.


Ku lihat Mas Pras tak berkedip sedetikpun melihat pemandangan indah yang terhampar dihadapannya. Beberapa kali dia menelan ludah seakan aku adalah hidangan yang siap dilahap habis. Aku yang sedari tadi sudah terangsang agak merasa sedikit kecewa karena didiamkan begitu saja. Lalu......


"Mas Pras tunggu apalagi, bukankah kedua asetku ini yang mas idamkan selama ini?", tegasku memancing supaya dia kembali ke jalur permainan seperti semula.

"Eeh, iya neng. Mas kaget liat tetek neng ila. Soalnya gede dan putih", jawabnya dengan nada gemetar.

"Emang punya istri mas ga segede ini ya?", lanjutku walaupun sebenarnya pertanyaanku itu sudah jauh melenceng dari zona permainan kami.

"Gede sih, tapi ga seputih dan sekencang punya neng", cetusnya sambil menjilati kedua "daging gantung" kepunyaanku itu.(kalo bangsa babilonia punya taman gantung, sedangkan aku punya daging gantung)

"Ougghhhh.....huuhhhh.....terussssssss masss...mmhhhhhh", suara nafasku tak beraturan sebagai respon dari atraksi liarnya di bukit mengkalku itu sehingga gairahku bangkit kembali.

Kali ini mas Pras benar-benar ingin memperlihatkan kelihaiannya dalam membakar gairah wanita. Buktinya pelintiran dan kuluman tak henti-hentinya di daratkan di puting dadaku yang bewarna pink yang membuatku merasakan sensasi yang luar biasa. Tidak sampai di situ saja karena sambil mulutnya melahap putik gunung kembarku, tangannya juga beroperasi dengan tidak kalahnya di pangkal pahaku. Aku entah berada dimana rasanya ketika dia melakukan aksi ganda itu. Sensasinya membuatku tidak peduli lagi akan harga sebuah kehormatan. Yang ada dalam benakku saat itu adalah rasa nikmat yang tak tertahan dan ingin segera ku tuntaskan malam itu juga.

"Massssssssss...Prraaaaaaaaaaaaas..", bunyi suaraku ketika tangannya sudah beralih ke area selangkanganku.

Dengan keahlian yang dimilikinya, mas Pras mengelus-elus pahaku yang masih tertutup oleh rok miniku. Lama-kelamaan elusannya bergerak menyusuri relung vaginaku yang sedari tadi sudah lembab. Aku merasakan jari tangannya menjalari liang kewanitaaku. Entah apa yang dicarinya di sana. Singkatnya dia melakukan "operasi lima jari" di area sensitifku itu. Akan tetapi akhirnya aku mengetahui bahwa dia sedang berusaha mencari "biji mete" di liang kenikmatanku itu.

"Heesssshhhh....ggggghhhhhh,,masss", kembali nafasku menceracau tak berirama kala jari-jarinya "bercanda" dengan lobang vaginaku.

"Mas,aku sudah ga tahan mas, ougghhhhh......", desahku dengan nada 100 persen terangsang

Tidak tega melihat aku tersiksa dengan kenikmatan yang belum tertuntaskan itu, mas Pras dengan sigap menarik Rok miniku sehingga aku sekarang hanya mengenakan celana dalam. Dari celana dalamku tersebut terlihat oleh mas Pras bercak bening cairan vaginaku yang menandakan bahwa aku memang sudah terangsang dan sudah saatnya rangsangan itu disempurnakan. Tanpa dikomandoi lagi, mas Pras langsung melucuti celana dalam yang merupakan benteng terakhirku. Dari balik celana dalam pink ku tersebut terpampanglah bukit segitiga yang ditumbuhi rerumputan yang masih halus. Hal ini bisa dimaklumi karena umurku baru 20 tahun dan aku sama sekali belum pernah mencukur tembakau-tembakau liar tersebut. Untuk kedua kalinya mas Pras harus berkutat dengan ketertegunannya menyaksikan "kawah sensitifku" itu. Akan tetapi, kali ini mas Pras cepat tanggap karena dia langsung membuka celananya dan mengarahkan batang kelelakiannya ke "goa pribadiku" tersebut. Aku cukup terperanjat melihat ukuran "sosis swiss" nya yang sangat besar itu layaknya bintang porno Amerika (asal pembaca tau aja kalo aku suka koleksi film porno). Ditambah lagi bulu-bulu lebat yang mengitarinya yang membuat torpedonya itu tampak gagah perkasa. Lalu dengan perlahan mas Pras menuntun ujung rudalnya itu ke liang vaginaku, aku meringis minta ampun karena vaginaku tidak kuasa menampung sodokan "daging bertulang rawan" kepunyaannya yang maha akbar tersebut. 3cm.... 5cm... 9cm... begitu seterusnya hingga "batang keperkasaannya" itu amblas tenggelam dalam miss V ku.

"Mcchhhhh....husssshhhhhhh, terus masss..yesss", igauku mengimbangi sodokan-sodokan nikmat tersebut.


Setelah Mr. P nya sudah terasa "serasi" di dalam miss V ku, mas Pras mulai mempercepat tempo genjotannya. Dengan kedua tangan berpegangan di buah dadaku yang mulai mengeras, mas Pras memacu "batang kelelakiannya" keluar masuk "liang kewanitaannku".

"Plaaakkk...plaaakkk....", begitu bunyi yang terdengar ketika paha mas Pras bertubrukan dengan pantatku. Belum lagi bunyi becek Vaginaku yang kian menambah semarak usaha pencapaian kenikmatan kami.

"Terus mas, genjot aku sepuasmu...perlakukan aku sesuka hatimu..sodok aku mas...", ujarku tak karuan.

"aggghhhh,...neng ila...vagina neng rapat sekali..burung mas kewalahan ni...ohhh", rintih mas Pras sambil keringatnya bercucuran.

"Aaaa....mmmmmhhhh...enak mas...iya, terus mas....genjot mas...sedot susuku mas...", erangku sambil kepalaku bergoyang ke kanan-ke kiri untuk mengimbangi aliran kenikmatan yang sedang menjalari tubuh telanjangku itu. Semakin aku menceracau, semakin cepat irama mas Pras menancapkan pentongannya ke dalam lontongku. Belum lagi kedua buah dadaku yang berayun ke sana-kemari mengikuti sodokan-sodokan yang dahsyat tersebut, yang memacu adrenalin mas Pras untuk segera menuntaskan pendakian puncak kenikmatan ini. Akhirnya aku merasakan aliran yang sangat sensasional menjalari seluruh tubuhku dan lama-kelamaan bermuara pada satu titik, yaitu vaginaku.


"Mas..Aaaaaaku... mauuu...keluaaarrr...mas...oughhhh", seruku memberi pertanda kalo sebentar lagi aku akan orgasme.


"Tahan neng ila, mas juga mau keluar ni...sabar neng..kita sama-sama", teriaknya sambil menambah "speed" genjotannya.

"Mas...aaakuu..keee..luuarrrr mas....oughhh", lenguhku sambil mengejang hebat dan saat itu juga muntahlah lahar panas dari "liang senggamaku" itu. Pinggulku naik dan berputar ke sana-sini untuk meresapi setiap inci dari kenikmatan orgasme tersebut. Nafasku tersengal-sengal dan keringatku bercucuran dengan hebatnya. Sedangkan Mas Pras kulihat masih berjuang dengan sisa-sisa tenaganya untuk mendaki puncak kenikmatan yang tak kunjung menghampirinya. Kulihat butir-butir keringat membasahi bidang dadanya yang atletis dan berbulu itu. Pada akhirnya...

"Neng ila...mas maaauuuu...keluarrrrrrr...oughhh..hhsshhhh", teriaknya tersengal-sengal..

"Neng...vagina neng enaaaakkkk...neng", kata-katanya mulai tidak terkontrol.

"Nengg....mass....keeeluuaarrrrrrrr", erangnya

Dan pada akhirnya...........

benar saja "Critt...critt...." air maninya yang hangat tumpah di dalam vaginaku dan kemudian meleleh keluar membasahi pahaku. Entah berapa cc air mani yang disemprotkannya ke dalam vaginaku. Kulihat mas Pras masih tersengal-sengal sambil menikmati sisa-sisa oragasme yang luar biasa itu.

"Huuuhhh, vagina neng ila enak banget neng. Rapat banget neng. Jepitannya membuat burung mas KO", cetusnya sambil mengeluarkan "cerobong elastisnya" itu dari relung vaginaku.

"Muchh....", kecupannya mendarat di vaginaku yang berlumuran air mani.

"Makasih neng ila, neng benar-banar luar biasa", serunya sambil merogoh buah dadaku untuk terakhir kalinya.

Aku hanya terdiam. Tak ada reaksi untuk memarahinya seperti yang kulakukan seperti di awal tadi. Aku hanya larut dengan suasana nikmat yang telah diberikannya. Asal pembaca tau bahwa kejadian malam itu bukanlah kejadian yang terakhir karena sejak saat itu kami malah sering melakukannya, bahkan sampai dua kali atau tiga kali seminggu. Sampai saat ini aku masih sering melakukannya. Entah sampai kapan aku akan mengakhiri perbuatan nista ini. Aku harap para pembaca sekalian tidak mengikuti jalan sesatku ini. Cukup aku sendiri saja yang mengalaminya.

-Original story from chinesegirls-
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd