Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kebo Ireng dari Cisange

BAB IV
PESONA TEH YANTI

Mereka bertiga mencapai orgasme hampir saling bersamaan. Saat tubuh Diana mengejang dan bergetar, saat itu pula Alvin menembakan benih-benih spermanya ke dalam vagina istrinya itu. Tak ketinggalan Kebo pun menyemprotkan maninya saat tengah mengocok sambil melihat kedua suami istri itu bercinta.​

"Anjrit gue kok berasa binal gini..." pikir Diana dalam hati.

Nafasnya masih tersengal-sengal matanya masih terpejam. Sementara tubuhnya masih terasa panas terbakar birahi. Bagaimana tidak, saat dia tengah menggenjot suaminya, sosok Kebo dengan penis jumbonya itu tengah mengocok beronani di depannya. Sungguh sensasi yang luar biasa. Bagaimana jika kontol besar itu itu yang mengaduk-ngaduk vaginanya. Bagaimana jika kontol besar itu yang digenjotnya. Tak bisa dibayangkan kenikmatan yang luar biaaa akan didapatinya.

"Ssshhh... Oh, Salim.." bisik Diana dalam hatinya.

Ketika Diana membuka matanya sosok Kebo Ireng itu telah tiada. Entah ke mana laki-laki yang tadi mengintipnya dari luar jendela itu pergi. Kini ia hanya melihat sosok suaminya yang tengah tergeletak keleahan dan puas dengan mata yang masih tertutup kain. Diana masih berada di atas tubuh suaminya itu. Lalu dikecupnya bibir suaminya. Alvin pun membalas ciuman itu dengan mesra.

Dilepaskannya kain yang menutup mata Alvin. Tampak senyum manis Diana saat Alvin membuka matanya. Sungguh luar biasa permainan istrinya kali ini. Sore itu sepasang suami istri itu kembali berpelukan, bibir mereka kembali saling berpagutan sebelum akhirnya mereka mandi sore membersihkan diri.

Sementara itu, di kamar mandi halaman belakang.....

Plok.. Plok.. Plok..​
Plok.. Plok.. Plok..
Plok.. Plok.. Plok..

Suara peraduan dua kelamin sepasang suami istri yang lain terdengar mengisi ruangan kamar mandi. Yanti yang dalam posisi nungging sambil tangannya bertumpu di bak kamar mandi itu, tengah digagahi oleh suaminya dalam posisi doggystyle. Bunyi keplokan itu terdengar nyaring tiap kali Tono menyodokan batangnya ke memek istrinya itu dan beradu dengan pantat istrinya yang semok.

Pantat Yanti bergoyang-goyang. Susunya yang tergantung itu pun tak lepas dari jamahan tangan suaminya. Sambil menggenjot dan mencengkram kedua payudara istrinya itu, goyangan Tono mulai tak terarah.

"Hmmmm.... biasa." ujar Yanti dalam hati.

Satu..

Dua..

Tiga..

Horeeeee!!!


Crot. Crot. Crot.

Tono bersandar pada dinding kamar mandi setelah menembakan benih-benihnya ke dalam memek istrinya. Dia tampak kelelahan, nafasanya terengal-sebgal seperti habis lari marathon.

"Udah?" ujar Yanti sambil menoleh ke belakang.

Tono hanya ngangguk-ngangguk sambil mata terpejam dengan nafasnya yang masih terengah-engah.

"Kebiasaan banget Bapake mah, sok mancing-mancing, Bu'e goyang sedikit udah kelar..." gerutu Yanti.

"Ampun Bu'e kontolku ya kayak diremet-remet gitu." jawab Tono yang masih ngosh-ngosan.

Diantara tiga lelaki yang pernah dinikahinya, Tono lah yang paling "lemah". Dengan jam terbang Yanti yang pernah melayani dua suami sebelumnya, jelas Tono belum bisa mengimbangi permainannya. Bahkan dengan Bandot Tua yang merenggut keperawanan Yanti pun, Tono masih kalah jauh. Bandot tua yang dimaksud itu tak lain adalah Juragan Engkos Koswra, suami pertama Yanti.

***
Jamane jamane jaman edan
Wong tuwo rabi perawan
Prawane yen bengi nangis wae
Amargo wedi karo manuke

Manuke manuke cucak rowo
Cucak rowo dowo buntute
Buntute sing akeh wulune
Yen digoyang ser-ser aduh enak'e


Alunan Lagu Cucok Rowo yang terdengar di halaman belakang itu seolah membangkitkan memory Yanti pada almarhum Sang Juragan. Terbayang saat Bandot Tua bernama Engkos Koswara itu mempersuntingnya. Air matanya masih berlinang saat tubuh telanjang Yanti terbaring pasrah di kasur pengantin nan mewah itu. Lidah Sang Juragan yang menari-nari di atas payudara ranum gadis remaja itu masih terbayang dalam memori Yanti. Seperti predator yang tengah memakan mangsanya Sang Juragan menjilati dan mengecap setiap senti bagian tubuhnya.

Tangis Yanti semakin menjadi-jadi saat Cucok Rowo itu memecah selaput daranya. Tangisan derita yang lama-lama menjadi berubah menjadi desahan-desahan nikmat dan saat itulah Yanti mulai kecanduam sex. Bahkan tak segan-segan Yanti yang meminta Si Bandot Tua itu untuk menggagahi dirinya. Menikah dengan lelaki tua yang berpengalaman itu membuat Yanti mahir dalam urusan ranjang. Ketika Yanti sedang datang bulan pun ia tetap bisa memuaskan Bandot Tua itu dengan mulut, tangan, jepitan payudara atau bahkan jepitan paha. Namun kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama.

Tepat pada malam ulang tahun perkawinan mereka, peristiwa naas itu terjadi. Pada malam itu tak henti-hentinya mereka bercinta. Entah berapa ronde mereka beradu kelamin di atas ranjang. Yanti sempat merasa heran dengan vitalitas Bandot Tua yang tiba-tiba mendadak luar biasa. Juragan Engkos masih berada di atas tubuh Yanti dan menggenjotnya. Desahan Yanti kian keras mengisi seisi ruangan kamar sambil dipeluknya tubuh kurus suaminya yang tua nya itu. Kembali Yanti terbang ke awang-awang saat badai orgasme kembali menerpa dirinya. Tubuh Yanti mengejang dan menegang, bola mata hitamnya mendadak hilang menandakan dahsyatnya gelombang itu menerpanya.

"Aaaaahhhhhh.....!!!!!!" pekik Yanti terdengar melengking dan makin erat mendekap tubuh Bandot Tua itu.

Tak lama setelah itu pun batang kontol Bandot Tua itu kembali berkedut di dalam memek Yanti serta menancap dan menghentak lebih dalam. Tak ada kecurigaan kenapa penis suaminya itu tak mengeluarkan lahar panas membasahi vaginanya. Yanti masih terengah-engah setelah sejuta kenikmayan dunia itu melandanya. Tubuh suaminya itu ambruk diatas tubuh Yanti. Namun alangkah kagetnya Yanti ketika mengetahui bahwa bahwa ia telah terbujur kaku. Tubuh kurus itu kini hanya seonggok jasad tanpa ruh di dalamnya. Juragan Engkos Koswara meregang nyawa saat badai orgasme melanda mereka berdua.

Penisnya masih mengacung tegak menancap di dalam vagina Yanti. Bahkan sampai jenazah itu dimandikan batang itu tetap tegak berdiri. Belakangan, Yanti menemukan beberapa bungkus Pil Biru di dalam laci Juragan. Rupanya obat keperkasaan ini yang menyebabkan kematiannya. Jantung Juragan yang sudah tua itu dipaksa memompakan darah ke penisnya untuk mengimbangi hasrat nafsu bercintanya dengan perempian muda ini.

Heru Gumilang, seorang Pejabat Pemprov adalah suami kedua nya. Lain dengan pernikahan pertama, kali ini Yanti hanya menikah secara siri. Dia menjadi salah satu istri simpanan dari sosok lelaki gemuk, berkulit putih dengan kumis melintangnya. Usianya belum setua almarhum suami pertamanya dan bisa mengimbangi permainan cinta Yanti. Dia betul-betul bisa memenuhi hasrat sexual Yanti. Beberapa tahun usia pernikahan siri mereka sampai akhirnya salah satu stasiun TV swasta menayangkan berita operasi tangkap tangan KPK membekuk seorang pejabat Pemprov bernama Heru Gumilang. Ia pun dijatuhi hukuman penjara oleh hakim karena kasus korupsi. Sebuah pesan singkat ke HP Yanti berisi talak dari Pak Heru Gumilang mengakhiri behtera rumah tangga mereka.

Yanti pergi merantau ke Purbalingga karena himpitan ekonomi dan untuk mencicil hutang ke bank. Dia bekerja di Pabrik Bulu Mata dan bertemu dengan sosok pria bertubuh tinggi kurus berkulit hitam manis dan berkumis tipis bernama Suhartono. Mas Tono yang kini menjadi suaminya. Sebagai wanita dewasa yang telah merasakan kenikmatan sexual yang membuatnya kecanduan, pacaran dengan hanya pegangan tangan atau bahkan berciuman tak akan memuaskan baginya. Hotel Melati adalah tujuan mereka jika pergi berkencan.

Di kamar hotel itu bibir mereka saling berpagutan. Mereka berciuman dengan ganas dan liarnya. Lidah mereka saling menari-nari, kadang menghisap satu sama lain. Kumis tipis Mas Tono memberikan sensai nikmat saat mereka berciuman itu, tangan Yanti membelai kepala dan mengacak-acak rambur Mas Tono. Tak mau ketinggalan tangan Mas Tono meremas-remas kedua payudara Yanti dengan liarnya. Dengan terburu-buru oleh nafsu Mas Tono mulai mempreteli kancing kemeja Yanti.

"Ganas juga nih cowok." pikir Yanti.

Dalam sekejap terpampanglah payudara Yanti yang masih terbungkus oleh Bra putih. Makin bernafsu Tono kembali menyerang Yanti, dijilati dan dikecupnya leher putih Yanti. Tangan kananya kembali menggerayangi buah dada Yanti, sementara tangan kirinya memeluk Yanti sambil berusaha mencari pengait branya. Sadar akan apa yang dilakukannya, Yanti menyadari rupanya pejantan liar ini kurang pengalaman. Didorongnya sedikit tubuh Tono sambil berbisik,

"Sabar, Sayang...."

Dengan mata sayu dan gaya sensualnya, Yanti mencabut pengait bra itu. Terpampamglau kedua payudara yang besar dan kenyal itu. Putih mulus tanpa cela, terlihat padat dengan puting susu berukuran kecil di puncak gunung kembar itu.

"Kamu mau ini kan sayang?" ujar Yanti sambil membusungkan dadanya ke arah Tono saat itu.

Setau dia tak ada yamg kuasa menolak pesoja payudaranya. Entah itu kedua mahtan suaminya, Salim sepupunya yang dulu suka 'menyusu" padanya atau lelaki-lelaki lain yang matanya kerap kali jelalatan jika bagian itu terbuka sedikit saja. Kini Tono adalah salah satu lelaki beruntung yang bisa meihatnya secara utuh. Juga mendapat kehormatan untuk segera mencicipinya. Dan tanpa menunggu waktu lagi bibir berkumis tipis itu langsung nyosor mencaplok puting pink kecil menggemaskan di payudara sebelah kiri.

"Sllulululluppptt.. slrrrtpppptt.. sllrrppttt.." suara terdengar ketika Tono sedang mengenyot susu Yanti seperti bayi yang kehausan.

"Ahhh, mantap!" ujar Yanti dalam hati.

Dalam sekekap permainan lidah Tono itu membuat Yanti yang sudah lama tak dijamah melayang dan membangkitkan birahinya. Ingin rasanya Yanti segera menerkam pria ini. Pikiran waras Yanti masih jalan, dengan jam terbang dan pengalamannya ia dapat mengetahui bahsa 'Mas' Tono ini masih anak kemarin sore dalam hal bercinta. Ia biarkan lelaki itu bereksplorasi sendri dan bereksperimen terhadap dirinya. Yanti pasrah sambil mendesah terhadap apa yang Tono perlakukan atas tubuhnya.

"Oh, terus sayangh...." bisik Yanti.

Sontak saja hal itu membuat Tono makin terbakar birahi. Dia pangku tubuh bongsor dan semok itu dan membawanya ke atas kasur. Padahal biasanya ngangkat galon aja Tono gak kuat. Di atas kasur tubuh Yanti yang telanjang dada tergeletak pasrah saat Tono menbuka gespernya dan melucuti celana jeans yang dikenakan Yanti. Tono pun dengan terburu-buru langsubg melepas semua pakaiannya.

Setelah keduanya telanjang, Tono langsung melahap memek Yanti. Tercium harum semerbak aroma melati karena Yanti rajin merawat bagian vitalnya itu. Dengan rakus Tono menciumi dan menjilati memek Yanti seakan sedang memakannya. Yanti kian mendesah dan makin melebarkan kedua pahanya. Tidak terlalu lama, Tono langsung bangkit.

"Cuh... Cuh.." Tono meludahi telapak tangan kirinya lalu mengoleskan ke kepala penisnya yamh sudah menegan sejak tadi.

Ia pegangi batang penisnya yang tegak itu dan mengusap-usapkannya di bibir memek Yanti. Yanti tau apa yang dimaksud, Tono ingin segera mengeksekusinya. Pun Yanti, sudah lama tak ada burung yang bersarang di sangkar miliknya. Yanti kembali melebarkan kangkangannya agar memudahkan Tono memasukinya. Matanya berbinar-binar melihat batang kontol yang akan segera memasukinya itu. Dan ........

Blesssssssss.....

Tanpa penghalang yang berarti, kontol Tono yang berukuran standar itu dengan mudah memasukin memek Yanti yang sudah dua kali menjanda. Batang kontol itu tampak seakan tersedot oleh memek Yanti dan Tono pun langsung memacunya.

Satu.

Dua..

Tiga...

Horee...!!!!


Critt.. critt.. critt..

"Aeh, loh kok..??"

Yanti terheran dalam hati batang kontol itu langsung "bucat' sesaat setelah dipacu. Tono langsung ambruk di atas tubuh Yanti. Tak ada lelehan sperma yang menetes karena Tono mengencrit dengan volume sperma yang sedikit. Bagi Tono itulah pengalaman pertamanya. Di usia itu dia baru melepas perjakanya. Bagi Yanti itulah pengalaman pertama dibuat "kentang". Sensasi rasa yang sebelumnya tak pernah dia dapatkan dari kedua mantan suaminya. Dan kini rasa itu juga yang harus ia rasakan saat bercinta dengan suami ketiga nya.

"Teh keur naon ngalamanun wae?"..

Suara seseorang menyadarkan Yanti dari lamunan akan memorinya.

"Pake baju atuh Teh." ujar Salim Kebo yang melihat Yanti hanya berbalut handuk sedang duduk di depan kamar mandi belakang.

"Kamu juga cuma handukan." balas Yanti.

"Ya kan saya mah mau mandi Teh." jawab Kebo sambil menghampiri Yanti yang sedang duduk di bangku panjang halaman belakang itu.

Handuk itu agak tersingkap saat Kebo duduk di bangku panjang itu. Sontak saja batang kemaluan Kebo yang panjang dan besar itu dapat dilihat oleh Yanti yang duduk di sebelahnya.

"Ini anak kebiasaan.." batin Yanti.

"Teh.."

"Apa?"

"Tadi habis ngewe ya? Hehehehe" tanya Kebo dengan nada bercanda.

"Ih sok sembarangab kamu mah.." jawab Yanti sambil cemberut.

"Segitu kedengeran juga.." ujar Kebo.

"Masa?" jawab Yanti.

Kebo cuma ketawa cengengesan. Tentu yang dimaksid Kebo adalah suara desahan Tono. Bukan suara desahan Yanti. Sodokan Tono masa iya bikin Yanti mendesah. Suasana pun kembali hening. Dan entah ada setan lewat atau apa tiba-tiba mereka yang tadi sedang bercanda itu suasaba mendadak serius. Wajah mereka saling memandang dan mendekat satu sama lain.

Rupanya Kebo mulai terbawa suasana. Sejak tadi dia menonton pergulatan Ci Diana dan istrinya. Dan sekarang ada wanita semok dan sexy di dekatnya yang hanya berbalut handuk. Sementara demikian juga Yanti, rasa kentang yang dideranya karena persetubuhanbersama suaminya di kamar mandi tadi menuntutnya untuk dituntaskan. Batang raksasa Kebo tampaknya bisa jadi solusi yang baik atas rasa gatal yang kini masih mendera memeknya.

Yanti tampak tersenyum manis. Lalu ia sambil memejamkan mata menjulurkan dan memeletkan lidahnya ke arah Kebo. Kebo yang menganggapnya itu sebuah kode langsung melumat dan memagut lidahna. Untuk sesaat dua insan yang masih punya hubungan family ini saling berpagutan. Lidah mereka saling membelit dan saling berada satu sama lain.

"Ahhhh...... Salim." desah Teh Yanti saat ciuman adik sepupunya itu kini mulai menjalar ke lehernya.

Di halaman belakang itu mereka saling bercumbu. Kini tampak tangan Yanti telah meraih batang kejantanan Kebo yang berukuran jumbo itu. Diperlakukan seperti itu Kebo hanya bisa paarah. Sambil membelai kemaluan adik sepupunya itu dengan lembut, bibir Yanti kini tengah menjilati telinga Kebo. Ia gigit-gigit Kecil daun telinga itu lalu mendesah di dekatnya dan berbisik lirih,

"Suami Teteh ada di dalam kamar mandi. Kamu eling ya. Jangan keterusan. Simpen titit kamu buat istri kamu di rumah..."

Kebo tiba-tiba tersadar dan terperanjat. Mereka kembali saling berpandangan lalu Kebo tertunduk malu menyadadi kekhilafannya.

Tangan Yanti kembali membelai pipi Kebo yang chubby dan dipenuhi jambang dan janggut itu. Dipegang dan diangkatmya dagunya agar kembali menatap dirinya.

"Makasih ya sayang. Teteh masuk dulu ya. Takut ada setan lewat." ujar Yanti pada Kebo sambil tersenyum manis dan mengecup bibirnya. Ia pun melenggang pergi ke dalam meninggalkan Kebo.

Saat makan malam, Kebo merasakan suasana yang sangat canggung. Bagaimana tidak, sore itu dia telah melakikan dua dosa besar. Dosa pertama adalah saat dia mengintip Diana yang sedang bersetubuh dengan Alvin. Dosa kedua adalah saat di halaman belakang ia malah bercumbu dengan kakak sepupunya yang kini berstatus istri Mas Tono.

"Kang Kebo kok dikit banget sih makanya?" ujar Diana yang melihat Kebo hanya mengambil satu centong nasi di piringnya.

"Ah iya Ci gak apa-apa." jawab Kebo.

"Kamu sakit Lim? Sini-sini Teteh tambahin nasinya." ujar Yanti sambil mengambilkan nasi ke piring Kebo.

Dan seolah tak mau ketinggalan, Diana pun sibuk menawarkan menyodorkan lauk pauk berupa ayam, ikan dan yang lainya kepada Kebo. Tampak kedua perempuan itu memberikan perhatian kepada Kebo di hadapan suami mereka masing-masing. Sementara kedua suami mereka tak sadar akan apa yang terjadi pada sore tadi. Alvin tak tau saat ia ditutup mata dan digoyang oleh istrinya, Diana begitu bergairah menggoyangnya karena melihat Kebo yang tengah menonton dirinya bercinta sambil beronani. Begitu pun Mas Tono, saat ia masih di dalam kamar mandi tak menyadari bahwa istrinya tengah bercumbu dengan Kebo, walau hanya sesaat.

Setelah makan malam mereka nonton TV beberapa lama sebelum akhirnya ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Yentu saja, kedua pasangan itu kembali bercint malam itu. Seperti biasanya, Alvin dan Diana bercinta dengan penuh gairah. Sementara Mas Tono menggenjot Yanti dengan Satu Dua Tiga Hore..

Pukul setengah lima pagi suara adzan telah berkumandang dan terdengar sayup-sayup dari arah desa. Para penghuni Vila telah terangun menyambut pagi. Di dalam kamarnya terlihat Kebo sedang melakukan sembahyang subuh lalu berdzikir seperti biasa. Dia bangun paling awal dan makan sahur karena hari Senin itu seperti biasanya Kebo akan puasa. Di kamar Diana tampak sudah kosong dan rapi. Sementara di kamarnya Mas Tono masih tertidur. Namun Yanti telah bangun dan siap-siap untuk beres-beres dan mandi.

Alvin terlihat berada di halaman belakang. Dengan hanya mengenakan celana boxer, Alvin melakukan olah raga pagi di halaman belakang. Tubuhnya tampak atletis dengan perutnya yang sixpack, Alvin amat menjaga penampilannya. Ia rutin berolahraga calisthenic setiap pagi dan menjaga pola makannya. Dengan nasi yang sedikit dan sayur paling sedikit satu per tiga porsi tiap kali ia makan. Tiap kali makan cemilan potongam buah pepaya, pear dan apel yang menjadi pilihannya. Dan tiap hari ia makan ikan, gurame dan salmon adalah kesukaannya. Ayam dia masih makan, namun jarang sekali. Itu pun hanya bagian dada. No sayap, no paha, no kulit.

Beristrikan Diana yang cantik dan sexy, mereka tampak sebagai pasangan yang sempurna. Dengan sama-sama berlatar belakang dari keluarga kaya mereka bak seorang pangeran dan putri raja. Tampak sangat serasi seperti Ken dan Barbie.

POV Alvin

“Srek..srek..srek” suara orang sedang menyapu menyapu di halaman belakang saat aku tengah menyelesaikan 100 hitungan push up yang menjadi bagian dalam rutinitas program latihan Calisthenics yang aku lakukan tiap hari.

Rupanya itu adalah Teh Yanti, istri Mas Tono anak buahku. Di jam sepagi ini dia sudah bangun dan menyapu di halaman belakang tempat aku sedang berolahraga. Kulihat penampilan istri anak buahku itu sangat menggairahkan. Ia mengenakan daster tanpa lengan dengan berbelahan dada rendah. Teh Yanti membungkuk ketika menyapu memperlihatkan payudara montoknya yang tidak mengenakan BH itu tergantung sangat indah. Apabila diperhatikan secara seksama maka akan terlihat puting susu istri Mas Tono yang tercetak jelas dibalik daster. Sementara rambutnya dibiarkan terurai.

Pada bagian bawah, dasternya juga cukup pendek. Kuperhatikan ada kurang lebih 15 cm diatas lutut yang membuat pantat istri Mas Tono itu kadang terlihat ketika membungkuk. Aku jadi tidak konsentrasi kembali terangsang melihat wanita berstatus istri orang itu amat berpenampilan seperti ini. Bagaimana jika ada orang yang melihat kemolekan istri Mas Tono itu pagi ini? Tentu saja jika ia pria normal seperti aku pasti kemaluannya akan mengeras. Aku memutuskan untuk segera mengakhiri sesi latihanku dengan push up lebih cepat agar segera mencapai hitungan ke seratus.

Aahh...
Aku merasakan otot-ototku tertarik saat melakukan stretching pedinginan setelah sesi latihan tadi. Cukup menegangkan juga sepagi ini aku latihan ditemani wanita kampung bertubuh putih dan sexy seperti Teh Yanti. Untung saja, saat ini istriku sedang berada di dalam menonton televisi, jadi aku bia sedikit curi-curi pandang melihat kemolekan tubuh istri orang itu.

Sempat beberapa kali pandangan kami bertemu. Teh Yanti hanya tertunduk malu sambil tersenyum dengan pipi yang merah merona. Apakah iya merasakan sesuatu juga ketika melihatku? Penampilanku yang hanya memakai boxer ini aku kira cukup bisa membuatnya merasakan desiran-desiran nafsu di nadinya. Tubuh atletis dan perut six pack ku ini tentu jauh lebih baik daripada tubuh kerempeng suaminya. Apalagi dengan keringat ini dan pantulan sinar matahari yang baru terbit, otot-otot proporsional di tubuhku ini akan terlihat mengkilap. Aku yakin dia merasakan sesuatu. Makin lama memikirkannya aku mulai merasakan apakah aku sekarang mulai jadi eksibisionks seperti istriku? Ah' sudahlah...

Byurrr... Byurrr... Byurrrr...

Suara air terdengar dari dalam kamar mandi saat aku melewatinya hendak menuju dapur. Rupanya Teh Yanti tengah mandi setelah ia menyapu halaman pagi ini. Segelas air putih dingin menuntaskan dahagu setelah aku berolahraga. Dan kulihat secangkir kopi hitam tanpa gula buatan istriku tengah tersaji. Aku mengambil kopi itu dan kembali ke halaman belakang menikmati secangkir kopi.

Krek...

Suara pintu terbuka, kulirik Teh Yanti keluar dari kamar mandi. Tubuh mulus, sexy dsn semok itu terlihat hanya berbalutkan handuk berwarna putih. Ia mengangguk dan terseyum saat pandangan kami bertemu. Dan aku pun tersenyum padanya. Aku kembali menikmati kopi dan Teh Yanti tampak berjalan ke dalam.

"Aaaahhwwww..."

Suara itu mengagetkanku sesaat setelaj kembali menyeruput kopi. Tak salah lagi itu suara Teh Yanti. Dengan sekejap aku langsung bangkit dan menuju sumber suara dari arah dapur.

Aku sempat agak kaget ketika melihat Teh Yanti yang tengah berlari ke arahku dengan tubuh telanjang. Ke mana handuk yang tadi dikenakannya? Aku terkesima melihat tubuh telanjangnya. Dan melihatnya seakan gerakan slow motion. Buah dadanya berguncang naik turun saat ia berlari. Tergantung-gantung tampak indah sekali. Putih mulus dan besar dengan dihiasi puting kecil berwarna pink. Perutnya tampak agak berlemak namun serasi dengan bentuk pinggulnya yang besar dan tampak apik seperti sebuah gitar klasik. Tubuh putih mulus dan montok itu tamak kontras dengan bulu kemaluan berwarba hitam yang menghiasi vaginanya.

Ia makin mendekat dah menubruk tubuhku dan memeluku dengan erat. Tercium aroma shampo dan sabun dari tubuhnya. Tubuh itu tampak belum kering sempurna dan mengkilap terkena sinar matahari terbit. Aku merasakan dekapan buah dadanya yang empuk di tubuhku. Dan itu membuat penisku mengeras di balik celana boxerku. Aku belai kepalanya dan kudekapkan ke dadaku yang bidang. Sementara tangan kananku tepat berada di gundukan pantatnya yang terasa hangat, padat dan empuk.

Kami berpelukan erat di bawah matahari terbit selama beberapa saat. Momen romantis dan singkat ini terasa amat lama pada saat itu. Dan entah aku tak ingin segera mengakhiri momen ini. Memeluk istru orang dengan tubuh telanjang, sementara aku hanya mengenakan celana boxer pendek.

"Maaf Ko. Di dapur ada kecoa. Saya takut." katanya.

Bersambung....


 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd