Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Chapter 41

Desy duduk dengan perasaan gelisah, matanya beberapa kali melihat ke arah pintu masuk kafe, berharap orang yang ditunggunya segera datang. Semua rencana yang disusun matang matang bergantung pada orang yang ditunggunya. Desy menarik nafas lega, orang yang ditunggunya terlihat dari kejauhan.

"Sudah lama kamu menungguku, Komisaris?" tanya wanita yang usianya jauh lebih tua darinya namun kecantikannya belum juga memudar. Seperti wanita berusia 40 tahun padahal usianya sudah kepala lima

"Selamat datang Komisaris, senang melihatmu kembali." jawab Desy berdiri memberi hormat walau wanita yang berdiri di hadapannya, pangkatnya lebih rendah satu tingkat.

"Kamu mengejekku?" tanya AKP Heny tersenyum dingin. Semua masalah masa lalu sudah disingkirkannya jauh jauh, sekarang mereka bertemu hanya untuk satu tujuan, bersatu untuk menghadapi orang itu. Orang itu pula yang membuatnya bisa bertahan setelah pangkatnya turun satu tingkat dan dibuang ke sebuah tempat terpencil. Itu artinya, karirnya yang cemerlang mandek.

"Aku tidak mengejekmu, Komisaris. Aku mengajakmu bekerja sama, kerja sama yang pastinya akan saling menguntungkan, kita." jawab Desy tersenyum, senyum yang tulus. Dia benar benar sangan membutuhkan wanita yang berdiri di hadapannya.

"Katakan, jangan bertele tele.!" kata Heny sambil menaruh pantatnya di kursi yang berhadapan dengan Desy.

"Permisi, Bu. Mau pesan apa?" tanya seorang pelayan wanita yang sudah berdiri di sampingnya.

"Kopi..!" jawab Heny tanpa menoleh ke arah pelayan yang membawa buku menu. Semua perhatiannya tertuju ke arah Desy.

"Anda tidak memesan makanan?" tanya Desy berusaha memamerkan senyum terbaiknya, senyum persabatan, atau lebih tepatnya senyum untuk mengajak Heny bersekutu.

"Tidak perlu basa basi, aku ingin tahu maksudmu yang sebenarnya." jawab Heny berusaha tetap menjaga jarak.

"Hilangkan semua kecurigaanmu, Komisari..!" jawab Desy tenang, ketenangan yang membuat Heny semakin waspada.

******

Di sebuah tempat lain pada waktu yang sama, Satria datang menemui Jony di markas mereka. Pasti urusan setoran uang keamanan yang harus dibayar, bagian Jony. Ya, Jony akan menerima sekian persen dari uang yang didapatkannya. Ini adalah mata rantai yang membuat mereka semakin kuat.

"Ahirnya kamu datang juga, Sat..!" kata Jony, pria yang usianya jauh di atasnya. Taksirannya. jony berusia 50 tahun, entah sampai di mana kemampuan bertarungnya sehingga dia berada pada pisisinya yang sekarang. Terbersit dalam pikirannya untuk mencoba kemampuan, Jony.

"Ini...!" kata Satria mengangsurkan amplop yang sudah disiapkannya sejak dari rumah, berisi sejumlah uang yang menjadi bagian Jony yang menjadi bosnya. Satria tidak pernah mau berbasa basi dengan pria yang berada di hadapannya ini. Satria tidak mau orang ini mengenalnya lebih dalam dan mengetahui kelemahannya, itu artinya posisinya terancam.

"Hm, tidak percuma aku memilihmu." kata Jony memasukkan uang ke dapam amplop kembali setelah selesai menghitungnya. Jumlahnya selalu sama dan tidak pernah kurang seperti saat sebelom Satria yang menguasai daerah ini. Satria bisa dipercaya.

"Aku harus pulang..!" kata Satria berpamitan kepada Jony, pikirannya tertuju ke tempat lain, wajah gadis itu terbayang di pikirannya hampir setiap saat. Wajah gadis yang dicintainya dan saat ini sedang berduka oleh kematian ayahnya yang mendadak. Malam ini dia akan menyempatkan waktu mendatangi gadis itu untuk ikut tahlilan.

"Nanti dulu, ada pekerjaan dengan bayaran besar. Lebih besar dari pada yang kita dapatkan seperti sekarang." cegah Jony menghentikkan langkah Satria yang baru beberapa langkah.

"Aku tidak tertarik..!" jawab Satria ragu. Satria menarik nafas panjang, berusaha mengabaikan tawaran Jony. Uang yang besar, rasanya sulit diabaikan apa lagi dengan kondisinya yang seperti sekarang. Satria tidak mau dianggap menikahi Wulan hanya demi materi, dia ingin menunjukkan bahwa dia bisa mendapatkan materi dengan hasil keringatnya sendiri.

"Ini pekerjaan mudah, hanya mengamankan kiriman paket...!" jawab Jony berusaha meyakinkan Satria yang berdiri membelakanginya.

"Narkoba? Aku tidak mau." jawab Satria tegas, bayangan narkoba memupus hasratnya menerima pekerjaan itu. Satu satunya hal yang tidak mau dilakukannya adalah berurusan dengan benda haram itu. Biasanya yang tertangkap dan mendapat vonis mati adalah para kurir saja. Sedangkan para bos besar hanya ongkang ongkang kaki dan bergelimang harta. Resiko yang tidak sepadan dengan upah yang akan diterimanya.

"Tidak ada hubungannya dengan Narkoba.!" jawab Jony berusaha meyakinkan Satria untuk menerima pekerjaan ini walau dia sendiri tidak tahu, paket apa yang harus diamankan. Yang dia tahu apa bila Satria menerima tawaran ini, dia akan menerima bagian yang sama dengan yang diterima Satria. Bagian yang sama besar.

"Lalu apa?" tanya Satria, tubuhnya berbalik menghadap Jony, dia mulai tertarik dengan tawaran yang diterimanya. Walau pria yang duduk di hadapannya adalah bosnya, tidak ada niat sedikitpun untuk memperlakukannya secara istimewa. Satria tidak mau merendahkan dirinya, tidak akan pernah mau. Pengalamannya yang pahit tidak mengajarkannya untuk merendahkan diri pada orang lain.

"Kamu datang ke alamat ini, orang itu yang akan berbicara langsung denganmu." jawab Jony berjalan menghampiri Satria dan menyerahkan kertas yang terlipat rapi, ditinggalkannya Satria yang berdiri mematung sambil memegang kertas pemberiannya. Tak ada salam perpisahan seperti halnya dua orang yang saling kenal.

Satria membuka lipatan kertas, tertulis sebuah alamat. Paket macam apa yang harus diamankannya sehingga Jony sepertinya tidak mengetahuinya sama sekali. Dia hanya perlu mendatangi alamat yang tertulis di kertas untuk memastikan dan menentukan pilihan untuk menerima atau menolak pekerjaan ini. Satria kembali melipat kertas itu dengan berhati hati dan memasukkannya ke dalam dompet agar tidak rusak. Tidak ada salahnya, besok mendatangi alamat ini untuk mengetahui pekerjaan apa yang harus dilakukannya.

Sebuah chat masuk dari orang yang sangat dikenalnya, berbarengan dengan chat dari Wulan.

"Kutunggu kamu di hotel xx, kamar nomer x." aneh, kenapa harus bertemu di hotel.

*******

Satu jam sebelumnya.

Wulan menarik nafas panjang, hatinya berdesir membayangkan Satria bercumbu dengan wanita lain di hadapannya dan wanita itu adalah Syifa. Gairahnya semakin memuncak membayangkan setiap detil adegan yang terjadi antara Syifa dan Satria, memeknya berdenyut dan mengeluarkan lendir membuat jantungnya berdebar semakin kencang.

Wulan memejamkan mata, memaki dirinya yang begitu terangsang dan tiba tiba begitu terobsesi melihat Satria berhubungan sex dengan Syifa. Kenapa pikiran gila ini semakin mengusik gairahnya, padahal dia sudah berusaha menghancurkan Syifa, menjadikan gadis itu sebagai pelacur. Apa ini hukum karma karena sudah menjerumuskan wanita wanita yang tidak berdosa menjadi pelacur? Andai saja Satria tahu pekerjaannya yang lain, apa Satria masih mau menerimanya?

Atau mungkin juga karena efek dari kehamilannya, dia mengidam sesuatu yang gila. Bukankah wanita yang sedang hamil muda sering mengidamkan sesuatu yang aneh dan tidak wajar. Mungkin juga, Wulan mengusap perutnya perlahan. Matanya terpejam dan bibirnya tersenyum bahagia dengan kehamilannya, mengandung anak pria yang sangat dicintainya.

"Tenang sayang, Mamah akan mengabulkan keinginan kamu..!" bisik Wulan. Gairahnya kembali membuat memeknya berdenyut, cairan yang keluar membasahi celana dalamnya. Wulan mengambil hp yang tersimpan di dalam laci meja riasnya. Hp yang tersembunyi di bagian paling bawah, tertutup kartun yang mengalasi dasar laci. Hp yang tidak diketahui suaminya, Satria.

Wulan membaca semua chat yang masuk tanpa ada yang dibalasnya. Dia mulai mengetik pesan yang langsung dikirimnya. Beres, sekarang waktunya bersiap siap, pikir Wulan.

*******

Satu jam sebelumnya.

Syifa membuka chat yang masuk, dari si kupu kupu. Chat yang masuk bukan pada waktu yang tepat, di saat dirinya sedang berkabung.

"Datang ke hotel xxx satu jam lagi." pesan yang singkat dan Syifa tahu artinya itu. Dia ingin menolaknya, tapi kematian tiga orang dalam waktu yang berurutan membuatnya berpikir ulang. Syifa tidak mau kejadian itu menimpa ibunya. Sekuat tenaga Syifa menahan tangisnya agar tidak memancing perhatian ibunya yang sedang berduka.

"Bu, Syifa ke temat kerja dulu ya, malam ini banyak barang yang harus Syifa catat...!" pamit Syifa ke ibunya yang sedang membantu para tetangga membereskan makanan kecil dan nasi kotak untuk para tetangga yang akan datang tahlilan.

"Loh, emangnya kamu gak minta ijin untuk libur beberapa hari?" tanya ibunya heran. Matanya menatap wajah Syifa, ada sesuatu yang disembunyikan anaknya. Nalurinya sebagai ibu, bisa membaca gelagat itu.

"Sudah, tapi malam ini teman Syifa sedang sakit, jadi terpaksa Syifa yang mengerjakannya." jawab Syifa tidak berani memandang wajah ibunya, takut kebohongannya terbongkar.

"Ya sudah, hati hati di jalan. Kamu mau pergi dengan pakaian itu?" tanya ibunya heran melihatnya masih berpakaian seperti yang biasa dipakainya di rumah.

"Ini mau ganti baju, kalau diijinin Ibu..!" jawab Syifa bergegas masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian. Ya, dia tidak bisa menghindar dari semua nista yang melumuri tubuhnya.

Sesaat Syifa mematung di hadapan cermin yang tergantung di dinding, matanya mulai berlinang menangisi nasibnya yang semakin terpuruk. Mimpi indah yang beberapa hari lalu sempat kembali menghampiri, kini kembali sirna oleh sebuah chat dari si kupu kupu. Entah nama apa yang cocok untuk seseorang yang menjerumuskannya menjadi pelacur, seseorang yang belum pernah dikenalnya.

Tidak ada gunanya menangis, nasi sudah menjadi bubur. Semuanya berawal dari kecerobohannya, sekarang dia harus menanggung semua akibatnya.

Syifa mulai membuka baju yang dipakainya dan menggantinya dengan pakaian yang dikenakannya saat bertemu dengan Satria, agar dia bisa membayangkan orang yang harus ditemui adalah Satria. Ya, dengan membayangkan Satria, setidaknya akan mengurangi rasa sakit dan penderitaannya.

*****

Satria menyalakan mesin motornya, perlahan dia menarik gas untuk memanaskan mesinnya dan memastikan kondisi mesin motornya bagus. Setelah yakin tidak ada masalah dengan motor kesayangannya, Satria memasukkan gigi satu, perlahan motor kesayangannya bergerak maju. Motor yang belum lunas kreditannya, satu hal yang membedakannya setelah menikah dengan Wulan, dia tidak bersusah payah mengumpulkan uang untuk membayar cicilan motornya.

Jalan raya sudah tidak sepadat tadi, titik titik kemacetan sudah berkurang jauh dibandingkan tadi sore, sehingga Satria bisa tiba dengan cepat di tempat yang dimaksud. Sebuah hotel yang mempunyai privasi tinggi, setiap kamar mempunyai tempat parkir mobil dan motor yang tersembunyi, sehingga tidak perlu takut kendaraan yang dinaikinya akan dikenali seseorang.

Hei, bukankah ini adalah penginapan yang didatanginya dengan Syifa sebelum ayahnya meninggal kecelakaan? Di penginapan ini pula dia melihat Dina dan Eko, kenapa dia baru menyadarinya sekarang. Satria tersenyum geli mentertawakan kebodohannya.

Tidak ada waktu untuk berpikir mengingat kejadian kemarin lusa. Dia pasti sudah menunggunya sejak tadi. Entah apa yang diinginkannya mengajak bertemu di tempat ini, seperti pasangan yang sedang selingkuh dan mencuri curi waktu untuk menuntaskan hasrat seksualnya.

Satria mengetuk pintu perlahan di kamar no xx, no kamar yang ada pada chatnya.

"Masuk...!" jawab seorang dengan suara tegas. Suara yang membuat jantungnya serasa mau copot, lututnya bergetar menahan beban tubuhnya yang tiba tiba menjadi sangat berat. Kenapa dia menjadi ketakutan seperti ini?

Satria menarik nafas memenuhi oksigen ke dalam paru parunya. Tangannya terkepal berusaha menghadapi setiap kemungkinan terburuk yang bisa terjadi kapan saja. Sekali lagi Satria menarik nafas panjang, tangannya terkepal semakin erat.

Dengan tangan gemetar, Satria meraih gagang pintu dan belum juga dia menyentuh gagang pintu sudah terbuka menimbulkan bunyi yang terdengar seperti petir siang hari. Reflek Satria mundur, jantungnya berdegup semakin kencang. Pintu terbuka semakin lebar.

Bersambung

Apdet pemanasan setelah lebaran.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd