Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

Chapter 37

"Syifa, ada yang ngetuk pintu...!" kata Satria menjadi tegang, apa lagi setelah melihat Dina dan Eko yang berada di penginapan yang sama. Berarti dia belum aman. Bisa saja Dina kembali atau melaporkannya ke Wupan karena Satria yakin Wupan tau nomer motornya.

"Bukan, itu kamar sebelah." jawab Syifa tidak memperdulikan seruan Satria. Dia kembali mengemut kontol Satria dengan nalurinya karena selama ini dia hampir tidak pernah menonton film porno apa lagi pas bagian oral karena Syifa menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat menjijikkan dan tidak pantas dilakukan.

Satria melenguh menikmati jilatan dan hisapan Syifa walau tidak bisa menghilangkan kegelisahannya. Ketukan di pintu me.eang benar dari kamar sebelah. Tapi bukan berarti mereka sudah amat melakukan perbuatan mesum

"Syifa...!" seru Satria. Kontolnya dihisap dengan keras. Gadis ini, sejak kapan dia belajar menghisap kontol, padahal baru beberapa yang lalu dia kehilangan perawannya.

Satria menatap heran dan sekaligus takjub melihat kepala Syifa bergerak maju mundur mengocok kontolnya dengan cepat. Menggantikan fungsi memeknya yang tentu saja jauh lebih nikmat.

"Udah, Syifa. Nanti aku keburu keluar....!" Satria menahan wajah syfa, tidak rela pejuhnya harus muncrat di mulut indah gadis itu.

Syifa tersenyum menata wajah Satria. Senyum senang karena telah memberikan kenikmatan maksimal kepada pemuda yang dicintainya sengan sepenuh hati.

"Enak, Say...?" tanya Syifa sambil berdiri dan merangkul leher Satria dengan senyum terindah yang dia punya.

"Kenapa kamu melakukan ini?" tanya Satria heran dengan pengorbanan yang terlalu besar untuk gadis seanggun Syifa.

"Karena aku mencintaimu...!". Jawab Syifa meraih kontol Satria dan diarahkan ke memeknya. Tentu saja sulit, karena tingginya hanya sampai hidung Satria. Syifa mengangkat satu kakinya ke atas kursi yang kebetulan berada di sampingnya.

"Say, masukin..!" seru Syifa. Memeknya mulai berdenyut menginginkan kehadiran kontol Satria di dalam memeknya.

Satria agak menekuk dengkulnya untuk mempermudah kontolnya mencapai lobang memek Syifa. Syifa menuntun kontol Satria agar tepat berada di lobang memeknya.

"Ochhhhh nikmat, Satttttt....!" rintih Syifa merasakan hujaman kontol Satria menerobis memeknya yang menjadi lebih swmpit.karena posisinya.

Satria memeluk pinggang Syifa sementara Syifa memeluk lehernya agar tidak terjatuh. Ternya posisi seperti ini hanya enak buat jadi tontonan ari pada di praktekan. Kosentrasi mereka terpecah antara menjaga keseimbangan tubuh dan meraih kenikmatan yang rasanya berkurang jauh.

"Pegel, Sat...!" bisik Syifa setelah beberapa menit.

"Ganti posisi ya!" bisik Satria sambil menciumi leher jenjang Syifa. Bau keringan Syifa yang lembut dan harum memenuhi rongga dadanya. Tanpa menunggu jawaban, Satria memeluk pantat Syifa yang bulat berisi menggendongnya dengan posisi kontolnya masih di dalam memek Syifa yang lembut dan hangat.

"Hihihi...!" Syifa tertawa geli saat Satria menggendongnya dengan memeknya tertancap kontol Satria yang bergerak di dalam memeknya. Antara nikmat dan geli yang membuatnya terlempar ke badai orgasme dahsyat.

"Satriaaaaaaa, akkkku kelllluar...!" Syifa memeluk Satria saat badai orgasme membuat sekujur tubuhnya mengejang nikmat.

Satria yang berniat menaruh Syifa di atas ranjang mengurungkan niatnya. Satria menahan tubu Syifa dalam gendingannya membiarkan gadis itu mencapai orgasmenya lebih dahulu. Selah dirasa badai orgasme Syifa sudah mereda, Satria meletakkan Syifa di pinggir ranjang dan kembali memompa memek Syifa dengan lebih cepat dan semakin cepat.

"Nikmat....!" Syifa merintih menahan hantaman kontol Satria di lobang memeknya yang semakin basah oleh cairan. Rasa nikmat itu bertambah saat payudaranya yang sekal dihisap dengan keras.

"Memek kamu ennnnak banget...!" kata Satria. Rasa was wasnya setelah melihat Dina sudah berhasil dilupakannya. Satria lebih berkonsentrasi menggenjot memek Syifa. Memek yang telah diperawaninya.

"Satria, akkkkj kelllluar lagi...!" jerit Syifa kembali meraih orgasme dahsyat. Orgasme yang membuat seluruh persendian di tubuhnya seperti lepas dan tidak terkontrol olehnya.

Satria mencabut kontolnya setelah Syifa selesai meraih orgasme. Dibalikkannya tubuh Syifa agar menungging di pinggir ranjang dan Syifa menuruti keinginanya menungging di pinggir ranjang sehingga pantatnya yang putih mulus terlihat begitu menggoda.

Satria membenamkan wajahnya ke memek Syifa tanpa merasa jijik hidungnya tepat berada di lobang anus Syifa. Lidahnya terjulur menjilati memek Syifa yang berlendir, lendir yang lengket dan terasa nikmat saat menyentuh lidahnya.

"Satria, jangan.... Memek Syifa bau....!" Syifa berusaha mencegah Satria, tapi percuma. Satria begitu asik menjilati memeknya dengan bernafsu.

"Ampunnnn Sat, entot sekarang....!" jerit Syifa tidak mampu bertahan dari rasa nikmat yng kembali membuatnya orgasme. Orgasne ke tiga padahal Satria belum mengeluarkan pejuhnya. Pejuha yang sangat diharapkan Syifa membuahi rahimnya.

Satria segera bangun dan mengarahkan kontolnya menerobos memek Syifa yang menungging kelelahan. Tanpa memberi kesempatan Syifa beristirahat, Satria menggenjot memek Syifa dengan cepat secepat yang dia bisa sehingga tubuh Syifa bergoyang mengikuti hentakan kontolnya.

"Terussss Sat, hamili Syifa...!" rintihan Syifa berpadu dengan bunyi kocokan di memekny hingga ahirnya Satria tidak mampu bertahan lagi.

"Akkkku kelllluar...!" Satria menghentakkan kontol diiringi kedutan benerapa kali menyemburkan pejuhnya.

"Syifa jugaaaaa..!" Syifa kembali meraih orgasmenya saat memeknya kena semburan pejuh Satria, semoga pejuh Satria yang akan membuahi rahimnya, bukan pejuh si brengsek dan pria yang sudah membayarnya mahal.

Satria terjatuh menindih tubuh Syifa, rasanya belum rela melepaskan kontol dari jepitan memek Syifa, Satria memeluk Syiya yang tengkurap sambil menciumi lehernya yang jenjang.

"Berat, Sat..?" kata Syifa setelah beberapa saat.

******

"Kenapa kamu menjuap gadis itu?" tanya Jalu.

"Gadis itu sudah bermain api denganku, dia berusaha merebut Satria dariku..!" kata Wulan berusaha menghindari tatapan Jalu yang tidak seperti biasanya.

"Belum tentu juga itu kesalahan gadis itu." jawab Jalu tenang. Satria anaknya. Walau dia baru melihatnya setelah besar. Tetap saja Satria mewaris DNAnya. Bahkan mungkin syifatnya. Banyak kemiripan yang mereka miliki. Anak itu seorang petarung alami tanpa ada seorangpun yang mengajari, anak itu punya pesona yang sama dengannya. Pesona yang membuat wanita tergipa gila dan yang satu ini yang paling tidak disukai Jalu. Anak injpun seorang kepala preman walau hanya sebuah daerah kecil dibandingkan dengan dawrah yang dikuasainya.

"Kenapa Pakdhe membela gadis, itu?" tanya Wulan heran dan berusaha menentang pandangan mata Jalu yang tajam.

"Kenapa kamu membiarkan Satria melakukan ritual dengan Mbakmu Ratih?" tanya Jalu mengalihkan pertanyaan Wulan.

"Karena aku mau menolong Mbak Ratih agar niatnya terkabul. Lagi pula Mbak Ratih gak akan merebut Satria dari tangan Wulan, berbeda dengan wanita itu yang bisa merebut Satria dari tangan Wulan." jawab Wulan, emosinya mulai terpancing.

"Kamu yang merebut Satria dari tangan gadis itu padahal kamu tahu, selama ini Satria mengejar gadis itu." kata Jalu tersenyum melihat kemarahan di wajah Wulan.

Selama dua tahun ini Wulan sangat dekat dengan Lilis dibandingkan dengan Ratna. Padahal Wulan dan Dina bukan hanya sepupu, tapi sahabat karib. Persahabatan yang terjalin sejak mereka kecil. Dari situ Wulan belajar membuka toko dengan bimbingan Lilis yang begitu telaten. Maka Jalu tidak merasa heran Wulan mulai terpengaruh dengan sifat dan cara berpikir Lilis, tenang, menghanyutkan dan bisa berubah sangat licik apa bila merasa terancam.

"Maksud Pakdhe apa? Kenapa Pakdhe lebih membela orang yang tidak jelas dibandingkan keponakan sendiri?" tanya Wulan dengan suara meninggi.

Jalu menarik nafas panjang, tidak mungkin dia mengatakan hal yang sebenarnya kalau dia sudah berhutang budi kepada ibu Syifa. Ya, Rani Maharani salah satu saksi, orang yang mengetahui siapa pembunuh Mang Karta sebenarnya. Satu satunya saksi yang masih hidup. Jalu yakin, Rani tidak akan pernah membocorkan rahasia ini selama keselamatannya dan anaknya terjamin.

Kematian Mang Karta membuat Jalu sangat terpukul. Perlu waktu bertahun tahun untuk menerima kematian Mang Karta. Pria yang selalu berusaha ditirunya. Pria yang menjadi panutannya. Pria yang menjadi figur ayah buatnya. Jalu menarik nafas sepanjang yang dia bisa.

"Seorang pria boleh punya istri lebih dari satu..!" jawab Jalu. Pikirannya terbagi dua, antara menyelamatkan gadis itu untuk menjamin rahasianya tersimpan rapat atau membela Wulan.

"Seperti Pakdhe, maksudnya? Satria hanya milikku dan tidak akan ada wanita lain yang boleh memilikinya." kata Wulan. Jalu mengurungkan niatnya bicara saat mendengar suara kaki di tangga. Tidak lama kemudian Lastri muncul dengan membawa kantong plastik hitam.

"Wulan, ini Ibu beliin rujak asinan..!" kata Lastri. Wajahnya seperti kaget melihat kehadiran Jalu.

"Ibu, makasih Bu..!" jawab Wulan berdiri menghampiri Lastri yang berdiri mematung melihat kehadiran Jalu. Dipeluk dan ciumnya pipi Lastri sebagai ucapan terima kasih. Rujak asiman satu satunya makanan yang diinginkannya saat ini.

"Kok cuma beli satu? Buat ibu mana?" tanya Wulan heran.

"Kan yang lagi ngidam kamu, ibu gak begitu suka rujak asinan. Lambung ibu sudah gak kuat. Ibu ambil piring dulu, ya..!" kata Lastri, langkahnya tertahan oleh pegangan Wulan yang melarangnya.

"Wulan aja, Bu. Ibu duduk aja." Wulan mendahului Lastri ke dapur dengan membawa rujak asinan.

Mau tidak mau Lastri duduk berhadapan dengan Jalu. Padahal Lastri ingin menhindari Jalu.

"Harusnya kamu tinggal di sini biar ada yang merawatmu. Kecuali kamu sudah mempunyai suami." kata Jalu tersenyum menatap Lastri. Wanita yang keras kepala, padahal dia sudah berupang kali mengajaknya menikah.

"Aku punya rumah sendiri...!" jawab Lastri yang menjadi malu karena uang yang digunakannya untuk membeli rumaha adalah uang Jalu.

"Kamu bisa kontrakan rumah itu. Wulan membutuhkan kamu di sini." jawab Jalu sambil menghisap rokoknya dalam dalam untuk menghilangkan kejengkelannya karena sikap keras kepala Lastri.

Jalu membuka hpnya melihat sebuah pesan singkat dari anak buahnya.

"Misi sudah berhasil, orang ini sudah kami lenyapkan.! Semua video sudah kami hapus" Jalu membacanya tanpa espresi. Dihapusnya pesan singkat itu.

"Hati hati dengan Pakdhe ,Bu. Pakdhe gak boleh wanita cantik pasti dikejar. !" tiba tiba wulan muncul dengan membawa rujak asinan has bogir yang sudah berpindah ke mangkok.

"Kamu ini, Ibu sudah tua, sudah gak cantik lagi, mana mungkin pakdhemu naksir Ibu.." jawab Lastri tersipu malu. Matanya melirik Jalu yang sedang melihat ke arahnya.

"Pakdhemu sudah beberapa kali ditolak Bu Lastri, Lan.!" kata Jalu jujur dan membuat Lastri tersipu malu.

"Benar Bu?" tanya Wulan antusias melihat wajah Jalu yang begitu serius.

"Pakdhemu becanda...!" jawab Lastri berusaha menghindari tagapan mata Wulan.

"Aku serius, Las...?" jawab Jalu menohok hati Lastri yang mulai bimbang dengan keputusannya.

******

"Kenapa sich kamu ngelarang aku ngaduin Satria ke Wulan?" tanya Dina jengkel saat mereka sedang duduk di sebuah cafe setelah keluar dari kantor polisi.

"Belum tentu juga itu motor Satria.." jawab Eko tenang.

"Nopolnya aku ingat, F xxxxx ZA, itu motor Satria." kata Dina ngotot. Dia sangat hafat nomer motor Satria.

"Kok kamu bisa hafal nomer motor Satria, apa jangan jangan kamu naksir Satria? Cinta bertolak sebelah tangan." tanya Eko. Tebakan yang tepat.

"Dulu, tapi sekarang enggak." jawab Dina ketus karena isi hatinya tertebak dengan jitu.

"Hahahaha, kamu ini mau laporan ke Wulan itu karena kamu cemburu?" tanya Eko. Analisanya sebagai seorang perwira polisi sangatlah tepat.

"Aku kasian sama Wulan, dia lagi hamil muda." kata Dina berdalih menghindari tatapan Eko yang penuh selidik.

"Justru seharusnya kamu tidak melaporkan Satria, karena Wulan sedang hamil muda. Apa kamu gak hawatir rumah tangga mereka yang baru seumur jagung berantakan padahal sepupu kamu sedang hamil muda. Dan bla bla bla..!" kata Eko nyerocos.

Dina tidak begitu mendengar perkataan Eko, matanya tertuju ke arah wanita berjilbab yang berjalan ke arah mereka dengan langkah gemulai seperti sedang meluncur. Wanita paruh baya yang sangat cantik. Apa benar kata Bi Desy yang dilihatnya adalah hantu Bu Lilis?

"Kamu kenapa?" tanya Eko heran melihat ekspresi Dina.

"Aku ingin bicara dengan kalian, ikuti aku." kata wanita yang sudah berdiri di samping meja mereka. Swnyumnya semakin mempercantik wajahnya.

Eko menoleh ke arah wanita itu, wanita yang diikutinya tadi. Wanita yang berhasil mengecoh mereka. Kenapa dia tiba tiba muncul seperti menyerahkan dirinya untuk ditangkap. Sungguh aneh.

"Bu Lilis masih hidup?" tanya Dina dengan wajah pucat. Ternyata wanita yang dilihatnya benar Lilis.

"Iya sayang, Bu Lilis masih hidup..!" jawab Lilis tersenyum sambil memeluk Dina yang beridiri karena terkejut dengan kedatangannya yang begitu tiba tiba.

*******

"Pulang yuk ...!" ajak Satria ke Syifa yang merebahkan kepalanya di dada Satria.

"Aku masih ingin bersamamu." jawab Syifa yang merasa nyaman memeluk Satria. Dia ingin menikmati momen ini lebih lama lagi dengan pria yang sangat dicintainya. Momen yang membuatnya bisa melupakan kejadian yang paling menyakitkan dalam hidupnya.

"Aku harus menemui Dewo dan memaksanya menghapus rekaman video itu." jawab Satria yang teringat dengan rekaman video Syifa.

Mendengar hal it Syifa langsung bangun. Apa yang barusan dikatakan olwh Satria itu benar. Rekaman itu harus segera dihapus sebelum tersebar lebih luas. Bisa dibayangkan aib seperti apa yang akan diterimanya.

"Iya, kamu benar. " kata Syifa segera mengambil pakaian dalamnya dang mengenakannya dengan tergesa gesa.

"Kamu gak cebok dulu?" tanya Satria heran.

"Gak usah, aku masih mau menikmati sisa sisa pejuh kamu di memekku." jawab Syifa tersenyum. Tidak ada keinginan untuk mencuci pejuh Satria karena Syifa berharap pejuh Satria bisa membuahi rahimnya.

"Aku cantik gak?" tanya Syifa setelah berpangkaian lengkap dengan jilbabnya. Wajahnya hanya memakai bedak tipis yang selalu dibawanya di dalam tas.

"Kamu cantik sekali.." guman Satria terpesona oleh kecantikan Syifa yang alami. Diciumnya bibir Syifa dengan penuh perasaan.

"Makasih..!" jawab Syifa tersenyum senang. Semoga dia bisa memiliki Satria seutuhnya walau sebagai istri muda. Syifa rela dipoligami.

"Yuk, kita nyari Dewo setelah itu aku antar kamu, pupang." ajak Satria menggandeng tangan Syifa yang balas menggenggam tangan Satria dengan erat. Tidak akan dibiarkannya tangan Satria terlepas.

Satria segera menjalankan motornya setelah Syifa naik ke atas boncengannya. Tujuannya mencari Deqo dulu sebelum mengantar Syifa pulang. Baru beberapa ratus meter meninggalkan penginapan Satria sadar, dia tidak tahu harus mwncari Dewo ke mana.

"Kamu tahu tempat kerja Dewo gak?" tanya Satria pada Syifa yang duduk sambil merangkul pimggangnya.

"Setahuku Dewo gak kerja. Cuma bjsnis bisnis begitu." jawab Syifa. Dia bukan orang yang senang ngrumpi dan ngurusin urusan orang. Syifa pribadi yang tertutup dan lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah dan mengikuti kegiatan pengajian di musholah dan juga ajtif di ikatan remaja masjid di kampungnya.

"Kata Dewo pacarnya kerja di garmen xxxx, teman kerja ibuku." tanya Satria lagu.

"Setahuku Dewo sudah punya istri dan istrinya kerja di mall. Setiap hari dia antar jemput istrinya kerja.

Satria heran. Sepertinya ada yang aneh, Dewo seperti sengaja menemuinya di tempat kerja ibunya hanya untuk menyerahkan video rekaman Syifa. Lalu siapa orang yang menyuruh Dewo? Apa ai bajingan Irfan yang sudah mati hanya untuk memisahkan hubungannya dengan Syifa? Sepertinya begitu.

" kalau gitu kita cari Dewo di mall tempat kerja istrinya." kata Satria, semangatnya kembali muncul.

"Biasany Dewo ngejemput istrinya nanti jam delapan." kata Syifa menerangkan. Karena kebetulan istri Dewo teman sekolahnya yang menikah karena hamil lebih dahulu.

"Kalau begitu aku antar kamu pulang dulu." kata Satria membelokkan arah motornya ke rumah Syifa.

Dalam waktu setengah jam mereka sampai ke gang depan rumah Syifa. Belum juga Syifa turn dari boncengan, ibunya sudah berteriak memanggilnya.

"Syifa, ayahmu...!" jerut ibunya yang terlihat pucat dan menangis.

Bersambung


Yang mau tahu penyebab kematian Mang Karta klik aja di bawah :

https://v1.semprot.com/threads/ritual-sex-di-gunung-kemukus.1252088/page-259#post-1898106501
 
Wow .. surprised ..
.
Ternyata Wulan yg ngasih peluang Jalu buat kimpoi bareng Syifa ..
.
Ko bisa ..? Iya dia tau kalo pamannya punya Banyak Bini .. tapi nawarin paman sendiri buat kimpoi dengan seorang gadis yg seusia dengan dirinya ... Hmm levelnya sdh beda ..
.
Apa Wulan pernah maen juga sama Jalu sebagaimana Dulu ibunya ..?
Atau ini bukanlah yg pertama bagi Wulan untuk menawarkan seorang gadis muda kepada Jalu ..?
.
Apakah yg disingkirkan oleh anak buah Jalu melalui pesan singkat itu Adalah dewo juka bokapnya Syifa .. moga saja .. biar Syifa kimpoi nya tanpa bayangan keterpaksaan ..
.
Anjaaay Makin penasaran .. hahaha
.
Lanjooooot Bray
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd