Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karma.Masa Lalu

omigot,....omigottttt,... Jalu+marni aja dah bisa dibilang incest krn berasal dr 1 benih ayah (gobang) ini jadi karma nya berulang lagi ke wulan+Satria?? (berasal dr 1 benih Jalu),.....my,...my,... bener2 twisted klo mereka tau wuiiiii
 
Lanjut suhu......pantesan dicari ga ketemu, sempat ilang ya suhu
 
Chapter 18

Terussssss A, Desy kelllluar...!" Desy mengerang menyambut orgasme pertamanya. Orgasme dahzyat yang tidak pernah didapatkan dari suaminya yang perltu. Itu sebabnya Desy tidak pernah mampu untuk berpalimg dari Jalu.

Jalu tersenyum senang, kemampuannya memuaskan nafsu pasangannya tidak pernah berkurang bahkan cenderung meningkat. Awalnya Jalu keberatan saat Lilis menyarankannya untuk melakukan vasektomi, Jalu khawatir kemampuannya menaklukan wanita akan berkurang. Ternyata tidak terbukti, bahkan kemampuannya semakin meningkat. Jalu seperti tidak pernah puas untuk menuntaskan hasratnya.

"A, Desy pengen WOT..!" Desy menggulingkan tubuh Jalu ke samping dengan mudahnya. Kemampuan seorang pemegang dan IV karate.

"Kamu semakin tangguh saja." puji Jalu jujur. Tangannya meremas payudara mungil Desy yang bergoyang liar di atas tubuhnya. Posisi yang mengingatkannya saat pertama kali mendapatkan keperawanan Desy di rumah Wina. Gadis binal dan tetap menjadi binal hingga kini.

"Remes tetek Desy yang kenceng, A... Kontol A Ujang benar benar dahsyat.!" Desy memejamkan matanya, berkonsentrasi penuh pada gesekan kontol Jalu di lobang memeknya yang berkedut meremas seperti bernyawa.

"Memek kamu ennak banget, bisa empot ayam..!" Jalu memegang pinggang ramping Desy dan ikut membantu meringankan beban pekerjaan Desy yang sedang mengocok kontolnya.

"Desssss kelllluarrr..!" Desy mengerang saat badai orgasme kembali menghempaskannya. Tangannya meremas sprei.

Sekarang Jalu yang menggulingkan tubu Desy ke samping dan tanpa memberinya ampun Jalu mengocok memek Desy dengan agak kasar berusaha mencapai orgasmenya yang belum juga menunjukkan tanda tandanya.

"Des, akuuu mau kellluar...!"/Jalu mengerang, pertahanannya jebol juga. Kontolnya menembakkan pejuh beberapa kali.

"Dessss juga kelllluar...!" saat yang hampir bersamaan Desy juga mendapatkan orgasmenya, orgasme terdahsyat karena mendapatkannya secara bersamaan.

Setelah semua kandungan pejuhnya terkuras habis, Jalu mencium binir Desy dengan mesra, mereka saling berciuman menikmati sisa orgasme yang telah mereka nikmati bersama selama berpuluh tahun. Sebuah perjanjian yang tidak tertulis telah mempersatukan mereka dalam sebuah ikatan hitam. Bukan hanya saling bantu dalam mendapatkan kenikmatan, tapi dalam segala aspek kehidupan. Mereka ada team leader yang kompak dan sudah mengerti satu sama lain.

"Kamu dapat info dari mana Japra sudah tewas? Apa kamu mengirim orang untuk mengawasinya atau kamu sendiri yang membunuhnya?" tanya Jalu curiga sambil merebahkan tubuhnya di samping Desy yang langsung memeluknya sekan tidak rela kenikmatan yang baru saja dirasakannya berlalu dengan cepat secepat puncak orgasme yang telah mereka raih.

"Aku tidak pernah berniat membunuhnya. Aku mencari dalang yang membuat kedua orang terbunuh. Baru aku akan membunuh Japra." kata Desy sambil pipi Jalu dengan mesra.

"Aku merasakan bahaya yang sedang mengancam kita. Seseorang yang sedang mengancam juwa kita..!" kata Jalu gelisah. Kematian Japra hanyalah sebuah awal dari masalah yang mereka hadapi. Mereka hidup di dunia yang menghalkan segala macam cara, di mana yang kuat dialah yang menang. Sebuah dunia bawah yang yang tidak mengenal hukum. Bahkan menjadikan para penegak hukum sebagai boneka yang bisa mereka gerakkan sesuka hati.

"Itulah sebabnya kita harus bergerak sebelum mereka mendahului kita, tapi persoalannya siapa mereka? Kita seperti sedang berhadapan dengan bayang bayang yang asalnya tidak kita ketahui berada di mana." kata Desy, tangannya membelai kontol Jalu yang kembali terusik.

"Aku ingin melihat lokasi ditemukannya mayat, Japra..!" kata Jalu berusaha mengabaikan rangsangan yang kembali mengusik birahinya yang tidak pernah memberinya kepuasan.

"Itu tidak mungkin, akan menimbulkan kecurigaan pihak kepolisian apa lagi tempat itu masih menjadi pusat perhatian masyarakat." kata Desy terus berusaha memaksimalkan kekerasan kontol Jalu. Kontol yang selalu membuatnya merasa puas.

"Kamu tahu tentang Iptu Heny Sukowati yang dulu pernah menyelidiki bisnis almarhum Pak Budi?" tanya Jalu mengalihkan perhatiannya. Tiba tiba intuisinya mengatakan Heny terlibat dalam semua ini.

"Maksud A Ujang, Kompol Heny Sukowati ? Setahuku dia sekarang bertugas sebagai kanit serse di wilayah jawa tengah. Desy gak tahu di mana tepatnya dan menurut Desy semuanya tidak ada hubungannya dengan orang itu. Desy sudah menyelidiki semua kemungkinan penyebab kematian ayah dan mama." jawab Desy, keasikannya membelai kontol Jalu tidak terusik sama sekali.

"Anaknya Heny Ipda Eko Prakoso J datang menemui aku." kata Jalu sambil lalu. Tangannya tergoda untuk ikut membelai memek Desy yang ternyata sudah kembali basah.

"Ipda Eko Prakkso J, dia.adalah lulusun Akpol yang masuk dalam 10 besar lulusan terbaik dan dia menjadi bawahanku." Desy menghentikan aktifitasnya membelai kontol Jalu, pikirannya kini tertuju pada nama yang baru saja diucapkannya.

"Dia jadi bawahanmu?" tanya Jalu heran. Kenapa bisa terjadi sebuah kebetulan.

"Ya, harusnya sebagai 10 besar lulusan terbaik dia di tempatkan di Mabes Polri sebelum mendapat mutasi. Kenapa justru ditempatkan me daerah, bukan di pusat.Kecuali itu atas permintaannya sendiri." kata Desy serius. Wajah cantiknya terlihat tegang.


******

"Dari tadi kamu ngeliatin Wulan, mulu. Ada apa sich?" tanya Wulan mencium bibir Satria yang rabah di atas ranjang kuno yang terbuat dari kayu jati dengan 4 tiang di setiap sudutnya.

"Heran, kok wanita secantik Wulan dan kaya mau nikah sama cowok miskin sama aku..!" kata Satria jujur. Hidupnya seperti sebuah mimpi. Bahkan sampai sekarangpun Satria masih merasa sedang bermimpi.

"Karena Wulan mencintai kamu..!" kata Wulan sambil membelai dada bidang Satria yang berotot.

"Gak masuk akal..!" gumam Satria bermaca pada dirinya. Orang selalu mengejeknya swbagai anak haram, bahkan dia tidak tahu siapa ayahnya. Ibunya hanya mengatakan sebuah nama, Ujang. Bahkan dia tidak mempunyai akte kelahiran yang menunjukan siapa nama ayahnya.

"Kok kamu ngomong, gitu!" Wulan merajuk. Tangannya membuka kancing Satria. Wulan mulai menjilati puting dada Satria yang sensitif.

"Kamu gak tahu masa laluku..!" guman Satria ragu untuk menceritakan siapa dirinya. Apa mungkin Wulan akan tetap menerimanya setelah tahu siapa dirimya yang anak haram. Walau Satria merasa belum mencintai Wulan, tapi Satria tidak mau kehilangan Wulan. Apa yang membuatnya tidak mau kehilangan, entahlah.

"Masa lalu yang seperti apa? Kamu pernah masuk penjara karena secara tidak sengaja membunuh? Atau karana kamu anak haram?" tanya Wulan tenang.

"Ka....kamu tahu?" tanya Satria kaget karena Wulan mengetahui masa lalunya yang kelam. Masa lalu yang membuatnya menjadi agresif menyerang siapa saja yang dianggap melecehkannya.

"Tentu saja tahu, kamu kan kerja di tempatku jadi aku harus tahu latar belakang orang yang bemerja padaku untuk berjaga." kata Wulan tersenyum bahagia. Kembali Wulan melakukan aksinya menjilati puting dada Satria.tangannya

"Wulan masih pengen, ya?" goda Satria, tangannya meremas payudara Wulan yang tersembunyi di balik bajunya. Baju yang terlijat seperti kekecilan. Mungkin karena ukuran payudaranya yang jumbo membuat bajunya terlihat kekecilan.

Wulan tidak menjawab, hanya sebuah anggukan kecil mewakili keinginannya, merengguk sari cinta dengan orang yang sangat dicintainya. Tidak ada yang lebih indah selain menuntaskan hasratnya dengan orang yang kita cintai. Karena mayoritas wanita hanya bisa menikmati bersetubuh dengan orang yang dicuntainya.

Baru saja Wulan mau membuka celana Satria suara ketukan dipintu mengurungkan niatnya. Kenapa selalu saja keasikannya terganggu pada saat dia ingin kembali bercinta dengan pujaan hatinya.

"Siapa?" tanya Wulan agak jengkel. Siapa lagi yang mengetuk pintu tanpa memanggil namanya kalau bukan si rese mbaknya.

"Kalian dipanggil, Mbah. Jangan ngentot mulu di kamar. Gak bosen apa?" jawab Ratih dengan nada cemburu. Cemburu dengan keberuntungan Wulan yang mendapatkan suami kuda jantan yang perkasa. Sedangkan dia hanya bersuamikan seorang peltu.

Wulan menggerutu dalam hati, dengan malas turun dari ranjang yang menyimpan sejarah panjang yang tidak diketahui olehnya. Sejarah kelam yang berusaha dikubur rapat rapat oleh Neneknya yang semakin renta. Setelah membantu Satria merapikan pakaiannya. Wulan menggandeng tangan Satria keluar kamar pengantin mereka. Di pintu mereka berpapasan dengan Ratih yang berdiri memandang mereka. Pandangannya terasa aneh.

"Ada apa, Mbah?" tanya Wulan sambil duduk di samping Mbahnya sambil memeluknya dengan manja.

"Kapan kamu pulang?" tanya Mbah sambil mengusap rambut cucu kesayangannya yang panjang dan halus. Warnanya yang hitam legam akan membuat setiap wanita iri

"Kok Mbah nyuruh aku buru buru pulang? Emang Mbah udah gak kangen lagi?" tanya Wulan merajuk.

"Bukan begitu, Toko kamu kalau kelamaan tutup nanti para pelangganmu kabur. Kamu juga harus mempersiapkan pernikahan ulang yang tercatat di KUA." kata Si Mbah menerangkan maksudnya.

"Mbah ikut tinggal di rumahku, ya!" ajak Wulan seperti tidak rela meninggalkan Mbahnya.

"Mbah kan gak sendiri di sini. Ada Bu Yem dan Pak No yang nemenin kalau kalian pulang. Besok Mbakmu pulang. Kenapa kalian gak pulang bareng?" tanya Mbah.

"Ya udah besok Wulan pupang bareng Mbak Ratih." kata Wulan mengalah walau rasanya berat harus meninggalkan Mbahnya seorang diri. Tapi Wulan mempunyai kehidupa sendiri begitu juga dengan Ratih. Sudah berulang kali Wulan memaksa Mbahnya untuk tinggal dengannya dan selalu ditolak.

"Ya sudah, Mbah mau istirahat dulu." kata si Mbah dengan langkah yang masih tegap berjalan meninggalkan ke dua cucunya dan Satria yang tidak ikut bicara.

"Lan, pinjem Satria donk, satu ronde aja..!" kata Ratih berbisik setelah Mbah masuk kamarnya.

*******

"Ada apa lagi, A?" tanya Lastri melihat Jalu berdiri menghadangnya tidak jauh dari pintu gerbang konveksi tempatnya bekerja.

"Lastri, punya pacar ganteng gak dikenalin. Hihihi..".celoteh teman temannya sambil meninggalkan Lastri.

"Aku mau bicara tentang, Satria." kata Jalu tenantg matanya menatap Lastri dengan lembut, selembut hatinya yang luluh melihat keteguhan Lastri yang rela menderita demi membesarkan anaknya.

"Ada apa dengan Satria? Dia sudah dewasa dan dia tidak membutuhkan seorang ayah." kata Lastri menunduk tidak berani menatap pria yang berdiri di hadapannya. Lastri tidak mau hatinya goyah dan menyesali keputusannya menolak pinangan pria yang sangat dicintainya.

"Bukan, tapi tentang.pernikahannya dengan Wulan keponakanku." kata Jalu menerangkan. Setidaknya untuk sementara dia harus mengendalikan egonya untuk memaksa Lastri mau menjadi istrinya untuk menembus penderitaannya karena membesarkan anak lelakinya seorang diri.

"Wulan adalah keponakanmu?" tanga Lastri terkejut mendapati kengataan bahwa anaknya menikah dengan keponakan Jalu.. Untuk pertama kalinya sejak mereka bertemu kembali Lastri menatap Jalu untuk memastikan bahwa Jalu tidak sedang berdusta. Tatapan mereka beradu menyebabkan detak jantung Lastri semakin kencang dan tidak beraturan. Lastri sadar, tatapan mata Jalu kembali menggoyahkan hatinya. Lastri kembali menunduk gelisah.

Iya, wulan keponkanku." kata Jalu menjadi gelisah setelah sempat bertatapan mata dengan Lastri, entah kenapa jantungnya tiba tiba berdebar kencang.

"Tapi menurut Satria Wulan adalah cucunya Pak Tris, anaknya Mbak Marni almarhumah." kata Lastri mencium adanya kejanggalan. Jangan jangan Wulan adalah..? Lastri berusaha membuang pikiran itu. Bisa saja itu terjadi karwna setahu Lastri Marni bukanlah anak Ujang.

"Iya, Wulan anaknya Marni." kata Jalu setelah berhasil mengendalikan dirinya.

"Ap....pa Wulan adalah anak kamu?" tanya Lastri pucat.

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd