Update update update. Maaf ada sedikit kesalahan. Malah posting di thread sebelah dengan judul yang sama. Kuakui memang diriku pelupa.
Chapter 8 part 3
Sedikit mengingat chapter sebelumnya.
Aku dipijat mbakku karena aku mengeluh sakit di sekujur tubuhku. Tentu saja, karena paginya aku jatuh dari lantai tiga ke lantai dua. Oh iya di postingan kemarin bilang di lantai dua kan? Itu salah pemahaman aja, males buat revisi. Direvisi sini aja ya. Sekolahku emang dua lantai, tapi lantai tiganya ada seluas kira-kira seperti lapangan basket lah. Itu maksudnya. Kembali ke topik. Kebayang kan jatuh dari tangga gimana rasanya? Jangan ditiru deh. Yakin ndak enak.
Terus habis itu aku ke UKS, eh malah dibuat mesum juga. Yaudah aku ke gudang belakang sekolah aja, tempatnya enak buat ngaso. Dan sialnya atau untung nya, disana juga jadi wahana mesum juga. Sekolah elit isinya mesum juga. Ampun deh. Aku dapat rejeki nomplok bisa rasain siswi berjilbab nih. Ndak cuma satu, tapi dua. Syifa dan Putri nama mereka. Kalau Syifa sih cuma grepe sama sepong doang. Tapi sama si Putri aku dapet jepit paha dia. Katanya boleh sih jepit memek. Cuma aku nya yang belum mau. Maklum perjaka bego. Itu sedikit mengenai awal mula konflik ku dengan mbak Fara. Aku mendadak horni karena belaian dan pijatan mbakku. Terlebih godaannya terlalu over acting untukku. Dan aku hampir saja jadi predator untuknya malam ini.
Kulihat dikamar nya mbakku hanya memakai CD aja. Eh ternyata itu cuma khayalan ku aja. Dia memakai selimut untuk menutupi tubuh moleknya. Aduh Den, sejak kapan sih kamu jorok gini otaknya? Aku terlalu takut untuk masuk kamarnya, tapi dengan penyesalan yang besar kuberanikan masuk juga. Kubelai rambut mbakku, kubisikkan kata-kata maaf dengan bergetar. Aku menyesal,aku kecewa pada diriku sendiri. Aku merasa tak enak untuk menemuinya sekarang. Mbakku masih saja diam, tapi air mata nya masih saja mengalir deras.
"Mbak, maafin Deni ya. Tadi aku khilaf." Bisikku disampingnya telinganya. Mbakku masih saja membisu. Matanya masih sembab oleh air mata. Dasar cewek aneh. Tadi mancing gitu, sekarang nangis. Atau aku yang kelewatan ya?
Kupeluk dia dengan erat. Tiada penolakan. Aku benar-benar menyesali kebablasan ku tadi. Akhirnya mbakku mulai merespon ku.
"Maafin Deni ya mbak. Plisss, aku tadi benar-benar khilaf." Aku bergetar mengucapkan nya.
"Hmm. Keluar sana. Mbak mau tidur. Ganggu aja." Mbakku masih dengan ekspresi datar dan suara yg lugas. Berbeda dengan mbakku yang biasanya. Ampun deh.
"Ehh... Plis mbak, maafin aku. Aki beneran menyesal." Ucapku panik.
"Berisik.... Cepetan keluar. Mbak lagi bad mood." Teriak mbakku. Dengan gontai aku keluar kamarnya. Aku tidal bisa tenang. Malam ini aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Yang berlalu biarlah berlalu. Aku kembali pada prinsip ku, bodo amat lah. Besok ya dipikir besok.
Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi. Aku bergegas mandi seperti biasanya, melupakan sejenak masalah semalam. Saat aku berpapasan dengan mbakku di dapur, kukira dia mau berangkat kuliah. Mbakku masih saja datar padaku. Membuat aku teringat masalah ku. Galau tingkat dewa melanda hatiku ini. Entah kedepannya gimana hubungan ku dengan mbak Fara akan berlanjut.
"Ahhh... Segar sekali." Gumamku. Dingin-dingin segar lah.
"Mbakkkk... Mau berangkat?" Teriakku ketika selesai mandi. Ah aku lupa. Ndak bakalan aku digubris nya. Duh gak enak bener deh berada pada situasi semacam ini. Kudengar pintu depan ditutup dengan agak keras. Deggg... Masih semarah itukah mbak Fara padaku? Di meja makan pun tidak kutemukan sarapan. Hanya beberapa kue kering.
"Aduh bakalan makan diluar deh." Gumamku. Untung duit yang mbak Fara kasih masih sisa banyak. Buat jaga-jaga aja kalau bakalan lama masalah ini selesai. Sering-sering makan diluar ini aku. Tenyata mbakku hari ini bawa mobilnya. Langsung saja aku Aku sambar kunci motor yang ada di buffet. Aku pun bergegas ngebut menuju sekolah, walau badan masih sakit semua. Tujuan pertama jelas sekali adalah KANTIN.
Sekolah masih agak lengang. Tapi kantin sudah ramai dengan anak-anak. Duh, ini sekolah elit anak-anak nya malah rajin nongkrong di kantin, bukan malah di perpus. Wtf nih?
"Buuu... Nasi soto satu, kuah sama nasinya banyakin." Teriakku. Banyak anak-anak yang lain lihat ke arahku. Bodo amat lah.
"Gak usah teriak-teriak juga mas Den, Ibuk belum budeg." Protes Bu Nur.
"Ya maaf Bu, udah laper nih." Ucapku.
"Tumben sarapan sini? Mbaknya ndak masak po?" Tanya Bu Nur sambil menyiapkan pesanan ku.
"Iya Bu, lagi PMS kali. Jadi males masak." Jawabku asal. Mana mungkin aku ngomong jujur.
"Oh iya mas, minum nya apa? Kopi kayak biasanya atau apa?" Tanya Bu Nur lagi.
"Air putih aja Bu. Ndak berani kopi. Udah over seminggu ini." Jawabku.
"Sebentar ya mas, sabar." Ucap Bu Nur yang kubalas dengan anggukan. HP ku berdering, ada SMS masuk. Aku biarkan aja. Ganggu orang mau sarapan aja. Sungutku dalam hati. Ku nyalakan mode silent HP ku. Tenang...
Akhirnya datang juga pesananku. Nasi soto Bu Nur memang tiada duanya di sekolah ini. Iyalah, orang warung sebelah jualan bakso. Oh iya, selain nasi soto Bu Nur juga ada menu seperti nasi rames, ada juga macam-macam jajanan pasar. Beberapa nostalgia masa kecil ketika nenekku yang aku panggil Mbah Uti mengajakku ke pasar dan dibelikannya jajanan yang ada di pasar. Bagiku jajanan pasar adalah makanan terbaik yang pernah ku makan. Lebay dikit deh.
"Aduhhh. Wuuuu... Sialan." Umpatku.
"Kenapa mas Den?" Tanya Bu Nur keheranan. Begitu pula siswa dan siswi lain nampak menoleh ke arah ku. Aku jadi malu sendiri.
"A anu.. gapapa kok Bu." Jawabku agak gugup. Ternyata aku melamun tapi lupa kalau sotonya masih panas. Betapa bodohnya aku ini. Hampir aja aku jadi pelawak di kantin pagi ini. Aku pun lekas menghabiskan menu lezat di hadapanku. Lapar mengalahkan rasa malu ku. Skip skip skip... Aku membayar pesananku dan aku membungkus teh hangat untuk diminum nanti kalau aku haus. Masak iya diminum saat ngantuk. Tau ah gak nyambung. Seperti biasa, bodo amat.
Aku melangkahkan kakiku ke kelas. Masih sepi sekali. Kulihat jam di hp menunjukkan pukul 06.20. Whatttt???? Masih sepagi ini? Pantes aja sepi. Aku juga baru sekali ini datang pagi-pagi. Soalnya biasanya nyampe sekolah jam setengah tujuh lebih dikit lah. Sekolah mulai jam tujuh. Aku hanya duduk-duduk bengong dikelas sambil baca-baca buku (baca komik).
"Eh kamu Den, tumben gasik (datang pagi dalam bahasa Jawa)." Sapa seorang cewek. Oh ternyata si Vika.
basa basi. Aku kurang bersosialisasi dengan teman dikelas kecuali sama si bedebah busuk satu itu. Siapa lagi kalau bukan si Joni. Bahkan teman sekelas ku ndak banyak tahu soal aku. Yah lebih baik begitu lah. Karena aku ndak ingin mereka tahu aku anak siapa. Mungkin hanya Selly dan beberapa guru yang tahu, bahkan si bedebah kawanku itu tidak tahu. Karena kudengar dari mbakku, ayah dan ibu tiri ku merupakan orang yang berpengaruh dikota ini. Bodo amat deh, aku ndak ngurus masalah kayak begitu. Wah kk ngelantur kemana-mana sih?
"Lagi baca apa sih Den?" Tanya Vika kepo.
"Eh... Kamu tanya aku Vik?" Tanyaku bingung. Baru satu cewek yang tanya.
"Iyaaa Deni, siapa lagi selain kita berdua?" Jawab Vika cemberut.
"Yah kan katanya kalau cewek dan cowok berduaan yang ketiga setan. Siapa tahu aja kamu ngobrol sama setan nya. Khekhekhe." Ucapku ngawur.
"Ihhh Deni bisa aja. Ternyata dibalik sikap cuekmu ada seberkas humor." Ujar Vika entah memuji ku atau bukan. Aku memang tak terlalu paham soal wanita.
"Oh iya to? Nih katanya nanya, aku lagi baca Detective Conan. Lagi asik pas bagian pemecahan kasus eh kamu dateng." Ucapku. Kubuat cemberut wajahku. Aku memang selalu bawa komik Conan di tas ku. Pihak sekolah oke oke aja pas razia tas. Soalnya aku terma siswa yang menonjol di banyak mapel. Sombong dikit lah...
"Wah beneran nih lagi baca Conan? Volume beberapa? Pinjem dong, boleh ya? Boleh ya? Pliss" Ujar Vika seperti anak kecil memohon dibelikan es krim.
"Paan sih? Ganggu orang baca aja. Nih baca aja sono. Tapi jangan dirusakin, ntar mbakku marah. Punya dia itu." Ucapku bohong, padahal itu punyaku. Tapi tetep aja mbakku marah kalau sampai rusak atau hilang. Dia seorang Conanians sejati soalnya.
"Wah makasih ya Den, ntar pas pulang aku kembali deh." Ucap Vika bahagia. Dasar cewek.
Setelah agak siang siswa siswi mulai berdatangan. Tapi aku heran si bedebah kok belum nongol batang hidung nya? Apa dia sakit? Ndak mungkin ah. Dia tahan banting kok. Sampai jam tujuh kurang lima menit dia belum nongol juga. Kemana ni anak? Apa dia kena razia orang-orang buruk rupa sehingga dia absen? Aku mulai menerka-nerka apa gerangan yang membuat si bedebah busuk itu terlambat. Biasanya kalau dia sakit atau kenapa-kenapa pasti ngabarin aku. Eh wait, kubuka HP ku. Kulihat banyak sekali SMS, WA, sampai panggilan tak terjawab. Semuanya dari Joni. Kubuka SMS dan WA ku satu persatu. Ku baca pesannya. Maafkan aku ya sobat. Aku benar-benar minta maaf ndak baca semua pesan mu.
Guru mapel pertama sudah terlihat akan memasuki ruangan kelasku. Si Joni kayaknya terlambat. Semoga dia baik-baik aja deh. Saat guru mapel pertama bahasa Indonesia Bu Sulis memasuki kelasku dan akan mengucapkan salam, datanglah si bedebah busuk kawanku itu dengan berlari dan nafas yang terengah-engah.
"Selamat pagi. Maaf Bu, saya terlambat." Ucap Joni panik.
"Oh kamu belum terlambat. Saya baru saja tiba. Silakan duduk ke kursi mu." Balas Bu Sulis ramah. Joni pun menghampiri ku sambil memasang tampang marah. Maaf deh sob.
Sampai akhir mapel dia tetap saja mendiamkan ku. Sudah dirumah dicueki mbak Fara, disini juga dicueki si bedebah ini. Aduh tulung biyung.
"Maaf deh Jon, aku ndak tahu kamu kirim pesan sebanyak itu. HPku kebetulan di silent." Ucapku menjelaskan.
"Temen apaan kamu, nih aku hampir dihajar anak berandalan." Ucapnya kesal padaku.
"Ya maaf, aku pagi ini berangkat kepagian. Mungkin kalau aku berangkat kayak biasanya aku bisa bantu kamu. Maaf yah sob." Ujarku meminta maaf.
"HP diambil pula. Mana uang saku ku juga. habis Diambil semua. Ntar traktir ya." Ujarnya. Dasar, ujung-ujungnya juga mau minta di jajanin. Tapi keterlaluan juga mereka malak anak miskin macam Joni ini. Aku jadi emosi sendiri.
"Beres sob. Btw kamu tadi dicegat dimana?" Tanyaku penasaran.
"Itu di deket pangkalan angkot. Ada tiga orang Den. Kalau satu atau dua aku masih sanggup melawan." Ucapnya sombong. Dasar bedebah busuk.
"Lain kali naik lah bus trans. Ngapain pemerintah bikin sarana kalau warganya ndak menikmati?" Ucapku.
"Ah males. Bus trans yang naik ibu ibu atau bapak bapak. Kalau angkot kan bisa dewekan sama anak-anak SMK yg cewek-cewek itu." Ujarnya cengengesan.
"Ah kami bodo dipiara. Pikirannya mesum aja. Lagian siapa bilang bus Trans yang naik ibu-ibu? Banyak tuh mbak-mbak mahasiswi yang naik. Malah bisa dewekan beneran." Ucapku. Woyyy saran macam apakah ini?
Saat istirahat si bedebah ini rakus nya minta ampun. Masak nasi soto habis dua mangkuk, gorengan habis 6, minumnya juga minta susu. Beneran bikin tekor deh. Tapi berhubung aku baik hati, jadi no problem lah. Hadehhhhh... Sedangkan aku hanya makan jajanan dan minum teh saja.
"Den, komiknya aku pinjem boleh ndak? Belum kelar nih bacanya." Ucap Vika saat jam pulang.
"Gimana ya? Punya mbakku itu. Tapi bolehlah, asal dirawat." Ucapku.
"Thanks ya Den. Paling besok udah tak balikin. Tenang aja." Ujar Vika.
Aku sebenarnya malas untuk pulang mengingat mbakku masih marah padaku. Tapi kalau ndak pulang mau kemana? Apa main ke tempatnya Joni aja ya? Sekalian antar dia.
"Den, anterin pulang ya, hehehehe." Ujar Joni saat setelah Vika cabut tadi. Seperti dugaan ku.
"Emmm okelah. Sekali sekali main kerumah mu." Ucapku.
Ketika melewati kelasnya Selly dia memanggil ku.
"Dennn... Anterin pulang. Aku ndak dijemput." Ucapnya hampir menangis. Aduh ni cewek. Biasanya juga berani pulang sendiri.
"Lha motormu kemana neng?" Tanyaku.
"Lagi diservis. Plis ya anterin aku." Rajuknya.
"Tapi aku mau anterin si Joni pulang tu. Gimana nih Jon?" Tanyaku.
"Sini bro, bentar ya Selly cantik." Ucap Joni yang dibalas dengan juluran lidah Selly.
"Kamu anterin aja yayang Selly. Aku pulang sendiri aja. Tapi ongkosin ya." mohon Joni padaku. Ah dasar, biar ndak ketahuan Selly nih.
"Nih aku ada uang Rp. 10,000 pake aja dulu." Ucapku.
"Wah kok mepet gini Den?" Protesnya. Dasar ini anak, udah bagus aku kasih makan tadi, udah bagus juga aku ongkosin, masih saja ngelunjak.
"Udah jangan berisik. Ntar Selly denger repot kamu." Ujarku.
"Woyyy.... Pada ngapain tuh? Lama amat." Selly mulai kesal.
"Tenang cantik, udah beres kok." Ucap Joni.
"Yaudah yuk Den, udah siang nih." Ujar Selly mulai tak sabar.
"Oke deh. Eh kamu jangan mampir kemana-mana ya. Takutnya emakmu nyariin." Ledekku pada si bedebah.
"Emang aku anak kucing emaknya nyariin melulu. Udah sana berangkat. Jangan dempel sama Deni ya Sel, kalau sama aku boleh." Su bedebah mulai lagi deh godain Selly.
"Bodo amat." Ucap Selly dengan diiringi juluran lidah.
"Kamu sama si Joni ngapain tadi? Kayak ngasih duit gitu?" Tanya Selly penuh selidik. Aduh jangan sampai ketahuan deh.
"O enggak, aku kemaren hutang sama dia. Ah udah deh ndak perlu curiga gitu." Jawabku sambil menuntun motor dari parkiran sekolah. Disekolah ku masuk lingkungan sekolah mesin motor wajib mati, biar ndak ganggu ketenangan belajar gitu.
"Wah iya, lupa. Kamu ndak bawa helm Sel, gimana coba?" Aku agak bingung juga. Lagi marak operasi polisi nih.
"Udah gapapa, bisa kan lewat gang tikus."jawab Selly.
"Ah kamu menggampangkan deh. Bantu dorong motor ya. Masih sakit nih jatuh kemaren." Ujarku.
"Lho kamu jatuh dimana emang? Kan kita kemarin naik mobil. Ndak mungkin lah jatuh." Tanya Selly. Wah keceplosan deh. Padahal kemarin. Udah aku sembunyikan, tau nya dia aku sakit biasa kayak masuk angin atau apalah.
"Aku jatuh pokoknya. Lha aku kemarin di UKS kan karena jatuh itu. Udah ah, ngomong nya ntar aja. Udah siang, panas lagi." Semoga dia ndak banyak bertanya macam-macam.
Aku beneran lewat gang tikus. Padahal aku belum benar-benar hafal jalan kota ini. Tapi bermodal nekat dan sedikit keberuntungan aku menggeber motor kesayangan ku. Tapi beneran keberuntungan nya benar-benar sedikit. Karena kami beberapa kali ketemu sama yang namanya gang buntu, jalan yang berlubang, sampai Selly cerewet kayak orang kalah lotere. Tonjolan dua bukit surgawi nya terus saja mendempet punggungku. Wihhh... Empuk-empuk gimana gitu. Eh... Sadar Den, jangan mikir jorok terus, heran deh akhir-akhir ini jadi ngeres ni otak. Sampai juga aku di suatu gang yang membuat ku agak was-was. Disitu ada gerombolan anak-anak nongkrong. Kalau ku amati mereka anak jalanan atau apalah. Jangan dibayangkan anak jalanan yang bawa motor sport atau berdandan necis. Terlihat dari tampang mereka yang serem-serem.
"Woy, ada cewek cakep bro. Godain sana."
"Kayaknya anak SMA dia, sikat aja."
"Neng, main yuk sini sama Abang, ndak usah malu-malu."
"Iya ndak usah malu. Biasanya sama pacarnya juga ndak tahu malu."
"Yang cemen depan itu pasti pacarnya, atau cuma tukang ojek nya aja ya? Hahahaha."
Itulah beberapa olokan mereka yang ditujukan untuk kami. Panas juga kupingku dengernya. Kalau saja Selly tidak merapatkan pelukannya udah aku ladenin omongan mereka. Ndak sopan banget kalau ngomong. Tapi didepan beberapa diantara mereka menghadang motor ku. Wah bisa jadi berabe nih urusan nya.