Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kakakku Ternyata... (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Nunggu suhu serigala_hitam dapat ide tuk lanjutkan ceritanya
 
Update update update. Maaf ada sedikit kesalahan. Malah posting di thread sebelah dengan judul yang sama. Kuakui memang diriku pelupa.


Chapter 8 part 3

Sedikit mengingat chapter sebelumnya.
Aku dipijat mbakku karena aku mengeluh sakit di sekujur tubuhku. Tentu saja, karena paginya aku jatuh dari lantai tiga ke lantai dua. Oh iya di postingan kemarin bilang di lantai dua kan? Itu salah pemahaman aja, males buat revisi. Direvisi sini aja ya. Sekolahku emang dua lantai, tapi lantai tiganya ada seluas kira-kira seperti lapangan basket lah. Itu maksudnya. Kembali ke topik. Kebayang kan jatuh dari tangga gimana rasanya? Jangan ditiru deh. Yakin ndak enak.
Terus habis itu aku ke UKS, eh malah dibuat mesum juga. Yaudah aku ke gudang belakang sekolah aja, tempatnya enak buat ngaso. Dan sialnya atau untung nya, disana juga jadi wahana mesum juga. Sekolah elit isinya mesum juga. Ampun deh. Aku dapat rejeki nomplok bisa rasain siswi berjilbab nih. Ndak cuma satu, tapi dua. Syifa dan Putri nama mereka. Kalau Syifa sih cuma grepe sama sepong doang. Tapi sama si Putri aku dapet jepit paha dia. Katanya boleh sih jepit memek. Cuma aku nya yang belum mau. Maklum perjaka bego. Itu sedikit mengenai awal mula konflik ku dengan mbak Fara. Aku mendadak horni karena belaian dan pijatan mbakku. Terlebih godaannya terlalu over acting untukku. Dan aku hampir saja jadi predator untuknya malam ini.



Kulihat dikamar nya mbakku hanya memakai CD aja. Eh ternyata itu cuma khayalan ku aja. Dia memakai selimut untuk menutupi tubuh moleknya. Aduh Den, sejak kapan sih kamu jorok gini otaknya? Aku terlalu takut untuk masuk kamarnya, tapi dengan penyesalan yang besar kuberanikan masuk juga. Kubelai rambut mbakku, kubisikkan kata-kata maaf dengan bergetar. Aku menyesal,aku kecewa pada diriku sendiri. Aku merasa tak enak untuk menemuinya sekarang. Mbakku masih saja diam, tapi air mata nya masih saja mengalir deras.

"Mbak, maafin Deni ya. Tadi aku khilaf." Bisikku disampingnya telinganya. Mbakku masih saja membisu. Matanya masih sembab oleh air mata. Dasar cewek aneh. Tadi mancing gitu, sekarang nangis. Atau aku yang kelewatan ya?
Kupeluk dia dengan erat. Tiada penolakan. Aku benar-benar menyesali kebablasan ku tadi. Akhirnya mbakku mulai merespon ku.

"Maafin Deni ya mbak. Plisss, aku tadi benar-benar khilaf." Aku bergetar mengucapkan nya.
"Hmm. Keluar sana. Mbak mau tidur. Ganggu aja." Mbakku masih dengan ekspresi datar dan suara yg lugas. Berbeda dengan mbakku yang biasanya. Ampun deh.
"Ehh... Plis mbak, maafin aku. Aki beneran menyesal." Ucapku panik.
"Berisik.... Cepetan keluar. Mbak lagi bad mood." Teriak mbakku. Dengan gontai aku keluar kamarnya. Aku tidal bisa tenang. Malam ini aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Yang berlalu biarlah berlalu. Aku kembali pada prinsip ku, bodo amat lah. Besok ya dipikir besok.


Keesokan harinya aku bangun pagi-pagi. Aku bergegas mandi seperti biasanya, melupakan sejenak masalah semalam. Saat aku berpapasan dengan mbakku di dapur, kukira dia mau berangkat kuliah. Mbakku masih saja datar padaku. Membuat aku teringat masalah ku. Galau tingkat dewa melanda hatiku ini. Entah kedepannya gimana hubungan ku dengan mbak Fara akan berlanjut.

"Ahhh... Segar sekali." Gumamku. Dingin-dingin segar lah.
"Mbakkkk... Mau berangkat?" Teriakku ketika selesai mandi. Ah aku lupa. Ndak bakalan aku digubris nya. Duh gak enak bener deh berada pada situasi semacam ini. Kudengar pintu depan ditutup dengan agak keras. Deggg... Masih semarah itukah mbak Fara padaku? Di meja makan pun tidak kutemukan sarapan. Hanya beberapa kue kering.
"Aduh bakalan makan diluar deh." Gumamku. Untung duit yang mbak Fara kasih masih sisa banyak. Buat jaga-jaga aja kalau bakalan lama masalah ini selesai. Sering-sering makan diluar ini aku. Tenyata mbakku hari ini bawa mobilnya. Langsung saja aku Aku sambar kunci motor yang ada di buffet. Aku pun bergegas ngebut menuju sekolah, walau badan masih sakit semua. Tujuan pertama jelas sekali adalah KANTIN.



Sekolah masih agak lengang. Tapi kantin sudah ramai dengan anak-anak. Duh, ini sekolah elit anak-anak nya malah rajin nongkrong di kantin, bukan malah di perpus. Wtf nih?

"Buuu... Nasi soto satu, kuah sama nasinya banyakin." Teriakku. Banyak anak-anak yang lain lihat ke arahku. Bodo amat lah.
"Gak usah teriak-teriak juga mas Den, Ibuk belum budeg." Protes Bu Nur.
"Ya maaf Bu, udah laper nih." Ucapku.
"Tumben sarapan sini? Mbaknya ndak masak po?" Tanya Bu Nur sambil menyiapkan pesanan ku.
"Iya Bu, lagi PMS kali. Jadi males masak." Jawabku asal. Mana mungkin aku ngomong jujur.
"Oh iya mas, minum nya apa? Kopi kayak biasanya atau apa?" Tanya Bu Nur lagi.
"Air putih aja Bu. Ndak berani kopi. Udah over seminggu ini." Jawabku.
"Sebentar ya mas, sabar." Ucap Bu Nur yang kubalas dengan anggukan. HP ku berdering, ada SMS masuk. Aku biarkan aja. Ganggu orang mau sarapan aja. Sungutku dalam hati. Ku nyalakan mode silent HP ku. Tenang...
Akhirnya datang juga pesananku. Nasi soto Bu Nur memang tiada duanya di sekolah ini. Iyalah, orang warung sebelah jualan bakso. Oh iya, selain nasi soto Bu Nur juga ada menu seperti nasi rames, ada juga macam-macam jajanan pasar. Beberapa nostalgia masa kecil ketika nenekku yang aku panggil Mbah Uti mengajakku ke pasar dan dibelikannya jajanan yang ada di pasar. Bagiku jajanan pasar adalah makanan terbaik yang pernah ku makan. Lebay dikit deh.
"Aduhhh. Wuuuu... Sialan." Umpatku.
"Kenapa mas Den?" Tanya Bu Nur keheranan. Begitu pula siswa dan siswi lain nampak menoleh ke arah ku. Aku jadi malu sendiri.
"A anu.. gapapa kok Bu." Jawabku agak gugup. Ternyata aku melamun tapi lupa kalau sotonya masih panas. Betapa bodohnya aku ini. Hampir aja aku jadi pelawak di kantin pagi ini. Aku pun lekas menghabiskan menu lezat di hadapanku. Lapar mengalahkan rasa malu ku. Skip skip skip... Aku membayar pesananku dan aku membungkus teh hangat untuk diminum nanti kalau aku haus. Masak iya diminum saat ngantuk. Tau ah gak nyambung. Seperti biasa, bodo amat.

Aku melangkahkan kakiku ke kelas. Masih sepi sekali. Kulihat jam di hp menunjukkan pukul 06.20. Whatttt???? Masih sepagi ini? Pantes aja sepi. Aku juga baru sekali ini datang pagi-pagi. Soalnya biasanya nyampe sekolah jam setengah tujuh lebih dikit lah. Sekolah mulai jam tujuh. Aku hanya duduk-duduk bengong dikelas sambil baca-baca buku (baca komik).

"Eh kamu Den, tumben gasik (datang pagi dalam bahasa Jawa)." Sapa seorang cewek. Oh ternyata si Vika.
basa basi. Aku kurang bersosialisasi dengan teman dikelas kecuali sama si bedebah busuk satu itu. Siapa lagi kalau bukan si Joni. Bahkan teman sekelas ku ndak banyak tahu soal aku. Yah lebih baik begitu lah. Karena aku ndak ingin mereka tahu aku anak siapa. Mungkin hanya Selly dan beberapa guru yang tahu, bahkan si bedebah kawanku itu tidak tahu. Karena kudengar dari mbakku, ayah dan ibu tiri ku merupakan orang yang berpengaruh dikota ini. Bodo amat deh, aku ndak ngurus masalah kayak begitu. Wah kk ngelantur kemana-mana sih?

"Lagi baca apa sih Den?" Tanya Vika kepo.
"Eh... Kamu tanya aku Vik?" Tanyaku bingung. Baru satu cewek yang tanya.
"Iyaaa Deni, siapa lagi selain kita berdua?" Jawab Vika cemberut.
"Yah kan katanya kalau cewek dan cowok berduaan yang ketiga setan. Siapa tahu aja kamu ngobrol sama setan nya. Khekhekhe." Ucapku ngawur.
"Ihhh Deni bisa aja. Ternyata dibalik sikap cuekmu ada seberkas humor." Ujar Vika entah memuji ku atau bukan. Aku memang tak terlalu paham soal wanita.
"Oh iya to? Nih katanya nanya, aku lagi baca Detective Conan. Lagi asik pas bagian pemecahan kasus eh kamu dateng." Ucapku. Kubuat cemberut wajahku. Aku memang selalu bawa komik Conan di tas ku. Pihak sekolah oke oke aja pas razia tas. Soalnya aku terma siswa yang menonjol di banyak mapel. Sombong dikit lah...
"Wah beneran nih lagi baca Conan? Volume beberapa? Pinjem dong, boleh ya? Boleh ya? Pliss" Ujar Vika seperti anak kecil memohon dibelikan es krim.
"Paan sih? Ganggu orang baca aja. Nih baca aja sono. Tapi jangan dirusakin, ntar mbakku marah. Punya dia itu." Ucapku bohong, padahal itu punyaku. Tapi tetep aja mbakku marah kalau sampai rusak atau hilang. Dia seorang Conanians sejati soalnya.
"Wah makasih ya Den, ntar pas pulang aku kembali deh." Ucap Vika bahagia. Dasar cewek.
Setelah agak siang siswa siswi mulai berdatangan. Tapi aku heran si bedebah kok belum nongol batang hidung nya? Apa dia sakit? Ndak mungkin ah. Dia tahan banting kok. Sampai jam tujuh kurang lima menit dia belum nongol juga. Kemana ni anak? Apa dia kena razia orang-orang buruk rupa sehingga dia absen? Aku mulai menerka-nerka apa gerangan yang membuat si bedebah busuk itu terlambat. Biasanya kalau dia sakit atau kenapa-kenapa pasti ngabarin aku. Eh wait, kubuka HP ku. Kulihat banyak sekali SMS, WA, sampai panggilan tak terjawab. Semuanya dari Joni. Kubuka SMS dan WA ku satu persatu. Ku baca pesannya. Maafkan aku ya sobat. Aku benar-benar minta maaf ndak baca semua pesan mu.
Guru mapel pertama sudah terlihat akan memasuki ruangan kelasku. Si Joni kayaknya terlambat. Semoga dia baik-baik aja deh. Saat guru mapel pertama bahasa Indonesia Bu Sulis memasuki kelasku dan akan mengucapkan salam, datanglah si bedebah busuk kawanku itu dengan berlari dan nafas yang terengah-engah.

"Selamat pagi. Maaf Bu, saya terlambat." Ucap Joni panik.
"Oh kamu belum terlambat. Saya baru saja tiba. Silakan duduk ke kursi mu." Balas Bu Sulis ramah. Joni pun menghampiri ku sambil memasang tampang marah. Maaf deh sob.
Sampai akhir mapel dia tetap saja mendiamkan ku. Sudah dirumah dicueki mbak Fara, disini juga dicueki si bedebah ini. Aduh tulung biyung.

"Maaf deh Jon, aku ndak tahu kamu kirim pesan sebanyak itu. HPku kebetulan di silent." Ucapku menjelaskan.
"Temen apaan kamu, nih aku hampir dihajar anak berandalan." Ucapnya kesal padaku.
"Ya maaf, aku pagi ini berangkat kepagian. Mungkin kalau aku berangkat kayak biasanya aku bisa bantu kamu. Maaf yah sob." Ujarku meminta maaf.
"HP diambil pula. Mana uang saku ku juga. habis Diambil semua. Ntar traktir ya." Ujarnya. Dasar, ujung-ujungnya juga mau minta di jajanin. Tapi keterlaluan juga mereka malak anak miskin macam Joni ini. Aku jadi emosi sendiri.
"Beres sob. Btw kamu tadi dicegat dimana?" Tanyaku penasaran.
"Itu di deket pangkalan angkot. Ada tiga orang Den. Kalau satu atau dua aku masih sanggup melawan." Ucapnya sombong. Dasar bedebah busuk.
"Lain kali naik lah bus trans. Ngapain pemerintah bikin sarana kalau warganya ndak menikmati?" Ucapku.
"Ah males. Bus trans yang naik ibu ibu atau bapak bapak. Kalau angkot kan bisa dewekan sama anak-anak SMK yg cewek-cewek itu." Ujarnya cengengesan.
"Ah kami bodo dipiara. Pikirannya mesum aja. Lagian siapa bilang bus Trans yang naik ibu-ibu? Banyak tuh mbak-mbak mahasiswi yang naik. Malah bisa dewekan beneran." Ucapku. Woyyy saran macam apakah ini?
Saat istirahat si bedebah ini rakus nya minta ampun. Masak nasi soto habis dua mangkuk, gorengan habis 6, minumnya juga minta susu. Beneran bikin tekor deh. Tapi berhubung aku baik hati, jadi no problem lah. Hadehhhhh... Sedangkan aku hanya makan jajanan dan minum teh saja.
"Den, komiknya aku pinjem boleh ndak? Belum kelar nih bacanya." Ucap Vika saat jam pulang.
"Gimana ya? Punya mbakku itu. Tapi bolehlah, asal dirawat." Ucapku.
"Thanks ya Den. Paling besok udah tak balikin. Tenang aja." Ujar Vika.

Aku sebenarnya malas untuk pulang mengingat mbakku masih marah padaku. Tapi kalau ndak pulang mau kemana? Apa main ke tempatnya Joni aja ya? Sekalian antar dia.

"Den, anterin pulang ya, hehehehe." Ujar Joni saat setelah Vika cabut tadi. Seperti dugaan ku.
"Emmm okelah. Sekali sekali main kerumah mu." Ucapku.

Ketika melewati kelasnya Selly dia memanggil ku.
"Dennn... Anterin pulang. Aku ndak dijemput." Ucapnya hampir menangis. Aduh ni cewek. Biasanya juga berani pulang sendiri.
"Lha motormu kemana neng?" Tanyaku.
"Lagi diservis. Plis ya anterin aku." Rajuknya.
"Tapi aku mau anterin si Joni pulang tu. Gimana nih Jon?" Tanyaku.
"Sini bro, bentar ya Selly cantik." Ucap Joni yang dibalas dengan juluran lidah Selly.
"Kamu anterin aja yayang Selly. Aku pulang sendiri aja. Tapi ongkosin ya." mohon Joni padaku. Ah dasar, biar ndak ketahuan Selly nih.
"Nih aku ada uang Rp. 10,000 pake aja dulu." Ucapku.
"Wah kok mepet gini Den?" Protesnya. Dasar ini anak, udah bagus aku kasih makan tadi, udah bagus juga aku ongkosin, masih saja ngelunjak.
"Udah jangan berisik. Ntar Selly denger repot kamu." Ujarku.
"Woyyy.... Pada ngapain tuh? Lama amat." Selly mulai kesal.
"Tenang cantik, udah beres kok." Ucap Joni.
"Yaudah yuk Den, udah siang nih." Ujar Selly mulai tak sabar.
"Oke deh. Eh kamu jangan mampir kemana-mana ya. Takutnya emakmu nyariin." Ledekku pada si bedebah.
"Emang aku anak kucing emaknya nyariin melulu. Udah sana berangkat. Jangan dempel sama Deni ya Sel, kalau sama aku boleh." Su bedebah mulai lagi deh godain Selly.
"Bodo amat." Ucap Selly dengan diiringi juluran lidah.


"Kamu sama si Joni ngapain tadi? Kayak ngasih duit gitu?" Tanya Selly penuh selidik. Aduh jangan sampai ketahuan deh.
"O enggak, aku kemaren hutang sama dia. Ah udah deh ndak perlu curiga gitu." Jawabku sambil menuntun motor dari parkiran sekolah. Disekolah ku masuk lingkungan sekolah mesin motor wajib mati, biar ndak ganggu ketenangan belajar gitu.

"Wah iya, lupa. Kamu ndak bawa helm Sel, gimana coba?" Aku agak bingung juga. Lagi marak operasi polisi nih.
"Udah gapapa, bisa kan lewat gang tikus."jawab Selly.
"Ah kamu menggampangkan deh. Bantu dorong motor ya. Masih sakit nih jatuh kemaren." Ujarku.
"Lho kamu jatuh dimana emang? Kan kita kemarin naik mobil. Ndak mungkin lah jatuh." Tanya Selly. Wah keceplosan deh. Padahal kemarin. Udah aku sembunyikan, tau nya dia aku sakit biasa kayak masuk angin atau apalah.
"Aku jatuh pokoknya. Lha aku kemarin di UKS kan karena jatuh itu. Udah ah, ngomong nya ntar aja. Udah siang, panas lagi." Semoga dia ndak banyak bertanya macam-macam.

Aku beneran lewat gang tikus. Padahal aku belum benar-benar hafal jalan kota ini. Tapi bermodal nekat dan sedikit keberuntungan aku menggeber motor kesayangan ku. Tapi beneran keberuntungan nya benar-benar sedikit. Karena kami beberapa kali ketemu sama yang namanya gang buntu, jalan yang berlubang, sampai Selly cerewet kayak orang kalah lotere. Tonjolan dua bukit surgawi nya terus saja mendempet punggungku. Wihhh... Empuk-empuk gimana gitu. Eh... Sadar Den, jangan mikir jorok terus, heran deh akhir-akhir ini jadi ngeres ni otak. Sampai juga aku di suatu gang yang membuat ku agak was-was. Disitu ada gerombolan anak-anak nongkrong. Kalau ku amati mereka anak jalanan atau apalah. Jangan dibayangkan anak jalanan yang bawa motor sport atau berdandan necis. Terlihat dari tampang mereka yang serem-serem.

"Woy, ada cewek cakep bro. Godain sana."
"Kayaknya anak SMA dia, sikat aja."
"Neng, main yuk sini sama Abang, ndak usah malu-malu."
"Iya ndak usah malu. Biasanya sama pacarnya juga ndak tahu malu."
"Yang cemen depan itu pasti pacarnya, atau cuma tukang ojek nya aja ya? Hahahaha."
Itulah beberapa olokan mereka yang ditujukan untuk kami. Panas juga kupingku dengernya. Kalau saja Selly tidak merapatkan pelukannya udah aku ladenin omongan mereka. Ndak sopan banget kalau ngomong. Tapi didepan beberapa diantara mereka menghadang motor ku. Wah bisa jadi berabe nih urusan nya.
 
"Woyyy anak mana lu? Kalau lewat sini kudu ijin kita-kita tau ndak?" Bentak seorang yang berbadan gemuk dan tinggi. Lihatnya saja udah ngeri. Kayaknya dia salah satu pentolan mereka, mungkin dia siswa yang sering tidak naik kelas dilihat dari postur nya. Aku masih saja membisu.
"Woyyy kampret kalau ditanya tu jawab. ******." Bentak seorang lagi yang berbadan tinggi kurus.
"A anu, saya anak SMA 1 bang. Numpang lewat." Ucapku gugup.
"Yaudah sana lewat. Tapi ceweknya ditinggal disini ya. Hehehehe. Rejeki nomplok Nemu jilbabers siang hari gini" Ucap si badan kurus tadi. Wah mulai kurang ajar dia.
"Maaf bang, dia takut kesasar. Makanya mau saya anterin pulang." Jawabku mulai panik. Wah jangan ngomong yang memancing situasi lebih gawat deh.
"Woy prek, kayaknya mereka satu sekolah sama anak yang kau palak tadi pagi deh." Ucap si badan besar. Wah jadi tambah geram aja aku.
"Oh yang item jelek tadi itu? Lumayan bro, banyak bokepnya. Ternyata cupu begitu doyan bokep." Ucap si kurus. Aku mulai membuat rencana dikepalai ku bagaimana caranya lolos dari sini. Belasan cara yang terlintas di benak ku mental semua. Ndak ada yang cocok. Selly kulihat agak ketakutan. Si kurus menghampiri motorku dan dengan kurang ajarnya dia berniat menyentuh tubuh Selly. Belum sampai tersentuh aku reflek memukulnya tepat di hidung yang membuat saus (baca darah segar) nya keluar dari hidung. Waduh aku menabuh genderang perang ini kayaknya.
"Brengsek kau." Teriak si kurus bangkit dari jatuhnya dan berniat memukul ku. Tapi dengan sigap sebelum dia memukul aku harus pukul dia dulu. Bogemku mengenai pelipis mata kanannya. Mampus kau. Makan tuh. Si besar dan gerombolan lainnya hanya menonton kami. Kayaknya mereka sudah siap-siap untuk mengeroyok ku tapi di tahan oleh si besar.
"Ah kau prek. Malu-maluin aja. Ngomong aja gede, tapi ternyata keok sama anak cupu begini." Ledek beberapa temannya.
"Diam njing. Ini baru mau aku hajar dia." Sewot si kurus. Si badan besar tadi tampak berbisik-bisik pada teman-temannya yang lain. Bodo amat lah, yg penting hadapi yang di depan mata dulu.
"Den, aku takut..." Bisik Selly padaku.
"Kamu tenang aja. Selama aku disini ndak bakalan aku ijinin mereka menyentuh kamu." Ucapku sok gentle. Aku juga udah gemetaran dari tadi.
"Sel, kalau ada apa-apa kamu langsung pergi ya, cari bantuan atau apalah." Ucapku sok gentle lagi. Aduh pokoknya ni cewek ndak rela aku serahkan kepada mereka.
"Tapi kamu gimana? Masak iya aku tinggalin?" Ucap Selly makin ketakutan.
"Udah gapapa. Pokoknya selama kamu aman aku baik-baik aja." Ujarku.

"Eh kau ngobrolin apaan? Sini maju biar aku bikin babak belur kau." Teriak si kurus.
"Sel, lepas aku turun dari motor kamu langsung bawa motor ku ya, cari bantuan atau apalah. Plis." Bisikku. Setelah berdebat agak lama akhirnya Selly mengalah dan bersedia pergi mencari bantuan.
"Iya bang, maaf menunggu lama. Mau saya bikin berdarah mana lagi nih?" Ucapku sombong. Aduh belum tentu juga aku menang. Tadi cuma beruntung aja.
"Anjing kau... Kukirim kerumah sakit lebih cepat kau!!!!!" Kali ini si kurus benar-benar emosi. Aku juga agak keder, sudah moncrot begitu masih sanggup mau berkelahi.
Aku pun turun dari motor dan bersiap duel 1 lawan 1 dengan dia. Ngeri-ngeri sedap deh.
"Sel, cepat lari... Jangan sampai tertangkap!!! Kalau kamu berhasil, aku ikuti permintaan mu selama sehari!!!" Teriakku yang membuat semua gerombolan itu bersiaga. Pokoknya Selly kudu lari. Dengan akselerasi ala Rossi dan Lorenzo Selly ngebut meninggalkan aku yang akan menjadi santapan lezat para gerombolan ini. Jilbabnya berkibar diterpa angin. Semoga Selly ndak kenapa-kenapa. Harusnya aku juga mengkhawatirkan keadaan ku juga.

"Woyyy bangsat, ceweknya mau kabur. Kejar dia." Teriak salah seorang di gerombolan itu.
"Tuh perek berjilbab jangan sampai lolos.." Teriak yang lainnya.
"Kalau ketangkap kita gilir rame-rame. Aku udah lama berkhayal sama jilbabers. Cepet tangkep!!!" Mendengar yang terakhir membuatku antara emosi, was-was dan takut. Aku takut Selly diapa-apain. Mereka mengejar nya dengan tiga motor butut yang diisi masing-masing dua orang berboncengan. Si kurus menghampiri ku dan melayangkan sebuah pukulan telak yang mengenai pipiku. Aku benar-benar tidak siap, sampai aku terjengkang ke belakang.
"Aduuhhh... Sakit." Kali ini setelah Selly pergi aku tak canggung lagi. Penghinaan memanggil mereka dengan sebutan yang sopan. Bangsat-bangsat seperti mereka ndak perlu di kasih hati. Baikknya dikasih bogem mentah biar kapok. Yang lainnya juga masih memperhatikan kami. Meremehkan aku mereka rupanya.

"Nah gitu dong prek. Hajar sampai mampus tu cupu." Ujar beberapa yang lain.
"Yoi bro. Ni bocah cuma menang gertakan aja. Ternyata cuma kerupuk." Ucap si kurus yang dari tadi dipanggil prek atau apalah dengan jumawa.
"Woy, kerupuk gini udah bikin kau moncrot gitu." Ujarku mengejek.
"Woy bangsat, sini tak bikin jadi kerupuk beneran." Si kurus makin emosi dengan pancingan ku. Langkah pertama adalah membuat lawan emosi. Karena dengan emosi kesadaran, logika jadi kabur. Pokoknya fokusnya juga menurun.

Dengan memasang kuda-kuda aku menahan semua pukulan nya. Kuhindari semua pukulan nya. Ndak semua sih, ada beberapa yang mengenai tubuh ku. Setelah melihat celah aku bermanuver kekiri dan melepaskan tendangan keras ke arah perut nya. Sial... Berhasil ditepis nya. Tapi aku tidak menyerah. Berbekal ilmu beladiri yang kupelajari dari kakekku yang aku panggil Mbah Kakung aku tidak menyerah begitu saja. Satu dua pukulan ku mendarat mulus di tubuh si kurus. Luar biasa ketahanan fisiknya. Wajah sudah moncrot tapi gerakan nya masih saja bagus. Sedangkan aku kelimpungan, untuk menghindari pukulan saja sudah setengah mati. Akankah aku kalah disini? Satu tendangan terakhir nya telak mengenai ulu hati ku. Aku pun terkapar hampir pingsan. Sekali lagi aku berfikir, akankah aku habis disini? Si kurus itu masih saja melayangkan tendangan keras ke arahku.

"Ni cemen udah terkapar. Enaknya diapain lagi nih all?" Teriak si kurus disaksikan oleh seluruh gerombolan nya.
"Hajar terus, bikin mokat aja."
"Pukuli sampai mampus."
"Eh yang bener bro? Bisa urusan sama polisi ntar."
"Bodo amat sama polisi. Hajar aja terus. Eneg lihat gayanya yang sok jagoan didepan ceweknya tadi."
"Culun begitu gak pantes sama cewek cakep begitu."
"Mampus kau brengsek. Jangan macam-macam sama kita."

Itulah beberapa teriakan dan makian yang bisa kudengar. Masih banyak makian dan ucapan kotor yang sekedar menghina ku atau melecehkan Selly. Aku benar-benar emosi saat mendengar mereka melecehkan Selly. Aku ingat walau bagaimanapun mereka hanya lah sekelompok anak berandalan yang kurang pendidikan. Baru sadar kalau mereka bukan apa-apa. Bukan sekumpulan ahli beladiri. Mengingat itu semua membuat ku bersemangat. Ingat waktu SD dulu menghajar sekelompok anak nakal yang mengganggu teman cewek ku. Dulu emang aku mainnya sama cewek. Sampai Mbah Uti kelabakan dimintai ganti rugi pengobatan anak-anak nakal itu. Mengingat semua itu aku tersadar kalau aku bukan pecundang. Hanya satu anak saja belum membuatku kalah. Saat si kurus dengan jumawa menendang-nendang tubuhku, aku tangkap kaki kanannya dan aku pukul tepat di tulang kering nya. Lalu aku bangkit dan dengan gerakan secepat kilat ku tindih tubuhnya dan ku pegangi kakinya. Mirip adegan smack down dalam posisi mengunci gerakan kakinya. Si kurus tulung-tulung alias mengerang meminta pertolongan kepada teman-temannya, namun ketika teman-teman nya akan menolong nya dihentikan sama si badan besar. Lanjut saja aku habisi si kurus sampai dia babak belur. Serangan terakhir ku kudaratkan kakiku tepat diwajahnya yang membuat nya entah pingsan atau gimana. Sungguh melelahkan. Dan aku masih harus berhadapan dengan yang lainnya.

"Woy bocah, boleh juga kau bisa menghajar juprek sampai seperti itu." Kali ini si badan besar bangkit. Aku mengira dia lawanku selanjutnya. Benar saja. Dia membuka bajunya dan bertelanjang dada. Beneran kekar badannya. Ndak kayak aku gini. Tapi aku tidak gentar.
"Aku tak akan kalah sama kamu. Pasti aku akan menghajarmu seperti aku menghajar kawanmu ini." Ucapku sombong. Kupasang kuda-kuda ku mengamati setiap pergerakan nya. Sial, tidak ada celah untuk menyerang. Tapi aku nekat saja menerjangnya. Dan seperti yang kuduga, aku kena telak di tulang rusuk ku. Dimana itulah titik fatalku karena efek jatuh kemaren. Apes apes. Akupun limbung dan mundur beberapa langkah. Sial, bisa mati konyol ini kalau begini terus.

Sementara aku memegangi rusuk kananku yang sakit aku berfikir keras. Kugunakan rumus integral, trigonometri, bahkan beberapa ilmu fisika seperti hukum Kirchhoff sampai hukum archimedes untuk memecahkan masalah ku kali ini. Namun hasilnya nihil. Tak kutemukan cara yang tepat untuk mengalahkan si badan besar. Aku ternyata hanya besar omong aja. Bodo amat. Pokoknya terus maju saja. Menang kalah urusan terakhir. Aku melancarkan tiga pukulan tangan kanan kearah perutnya, namun tak satupun yang berhasil. Sebuah high jump kick pun hasilnya nihil. Bahkan aku mendapat sebuah pukulan telak di pelipis kiri ku yang membuat aku benar-benar mati kutu.

"Apakah cuma segini kemampuan kau bocah? Apa kau tak malu dengan ucapan kau yang sombong macam tadi itu?" Ucap si badan besar dengan tatapan kejamnya. Sedikit ciut nyali ku melihat tatapan mata nya.
"Habisin aja bos. Biar nggak pada ngelunjak anak-anak yang lain."
"Iya bos, habis ini kita main-main sama ceweknya itu. Nih konti junior udah gak sabar dibelai sama jilbabers."
"Kayaknya bagus tu cewek buat mainan kita-kita."
Itulah beberapa kata-kata kotor yang keluar dari mulut jamban mereka. Mendengar mereka melecehkan Selly aku menjadi emosi. Gigiku gemeretak, tanganku terkepal tak sabar ingin melayang kan pukulanku ke wajah-wajah buruk rupa mereka.
"Bangsat kau anjinggggg...... Langkahi dulu mayatku." Teriakku sambil berlari sekuat tenaga kearah si badan besar. Pokoknya mereka harus membayar mahal atas penghinaan ini. Satu pukulan, dua pukulan, tiga pukulan, tak satupun yang kena. Si badan besar rupanya bisa menghindari semua serangan ku dengan sempurna. Tapi satu pukulan terakhir ku berhasil mengenai pipinya, yang sukses membuat nya terkejut. Bahkan yang lainnya juga seakan tak percaya.

"Boleh juga kau bocah. Kemari, biar aku kirim kau ke rumah sakit." Ucap si badan besar. Setelah dipikir-pikir aku dari tadi dipanggil bocah melulu. Bedebah busuk nih, kau pikir aku masih anak-anak yang masih suka minum susu?
"Pantang bagiku mundur bang, kau pasti aku bikin babak belur." Ucapku lantang. Waduh, ngomong apa aku ini? Mendadak badanku panas dingin. Dari tadi aku cuma memancing emosi mereka, semoga aku masih diberi umur panjang. Kulihat si badan besar tersenyum, dia seperti singa yang menemukan buruan yang bagus. Nasi sudah menjadi bubur, biarlah indah yang kabur. Waduh ngawur ngawur, semoga guru bahasa Indonesia ku tidak marah peribahasa nya aku pelesetin.
"Menarik, kau masih bisa berdiri dengan kondisi mu yang babak belur begitu. Tiada ampun untuk mu bocah." Teriak si badan besar bersemangat, aku jadi makin gemetaran. Aku mengingat semua pelajaran yang diberikan Mbah Kakung dulu, trik jitu mengalahkan orang lain. Pertama buat emosi lawan. Cara ini sepertinya tidak berhasil pada si badan besar, dia kelihatan penuh perhitungan. Cara kedua incar titik vitalnya, belum sepenuhnya gagal. Hanya saja aku belum bisa menemukan celah. Tapi tetap saja aku berusaha membuka gerendel pertahanan nya. Sekilas aku melihat celah, celah yang sangat sedikit. Dia sesekali menggoyang-goyangkan kepalanya kekanan dan kekiri. Seperti kebiasaan unik. Akhirnya kutemukan juga hal sepele tapi sangat berguna. Aku mulai menyusun ulang strategi dan mulai menata kembali puzzle yang tercecer akibat ketakutan ku tadi. Tidak ada yang perlu ditakutkan ketika menghadapi sesuatu yang belum pasti. Aku belum pasti kalah oleh si badan besar itu.
 
Aku mulai mengatur nafas, memperkuat indera pendengaran dan mempertajam indera penglihatan. Aku maju menerjang si badan besar itu, saat dia akan menyerang ku dengan pukulan keras nya aku menghindar walau cukup kesulitan. Saat kebiasaan uniknya itu dilakukan, aku mengerahkan seluruh kemampuan ku untuk memukul tepat di rahang bawah bagian kanan. Checkmate. Telak, dia terhuyung. Aku berhasil untuk kedua kalinya memukul nya. Tak berhenti sampai disitu, dengan tangan kiri, kutinju dia tepat di bahu sebelah kanan, agak turun dikit. Dia mulai kehilangan keseimbangan. Ketiga aku jegal kakinya yang sukses membuat dia terjengkang ke belakang. Bingo... Aku tak tahu apakah dia sudah tumbang. Tapi yang kurasakan akulah yang sepertinya akan tumbang. Tenaga ku terasa terkuras habis. Sial, padahal itu bukan jurus dari beladiri yang diajarkan Mbah Kakung dulu, tapi cukup membuat ku kehabisan tenaga. Akankah ini benar-benar menjadi akhir hidupku? Hanya dua orang saja yang berhasil aku lawan. Sedangkan mereka masih ada cukup banyak. Bagaimana mana nasib Selly? Aku tidak bisa membayangkan kalau Selly menjadi tawanan mereka, aku sering mendengar maupun melihat berita soal siswi SMA yang diperkosa rame-rame dan akhirnya ditemukan disawah dengan bertelanjang tapi sudah tak bernyawa. Mengingat nya pun aku tak sanggup. Tolong siapapun selamat kan sahabat baikku. Aku belum sekalipun mencicipi kehangatan tubuhnya. Anjayyy...... apa yang kupikirkan disaat seperti ini? Kudengar gerombolan itu berhamburan kearah ku, mungkin bosnya sudah kalah dan mereka akan membalas dendamnya pada ku. Sial...sial...sial....

Saat aku mulai putus asa, kudengar sirine polisi menggema disekitar sini. Suaranya semakin meraung-raung. Gerombolan itu kalang kabut tunggang langgang membubarkan diri. Kedua orang itu, si kurus dan si badan besar mereka tinggal begitu saja. Dasar sampah. Meninggalkan temannya begitu saja demi keselamatan dirinya sendiri. Setelah mereka semua minggat entah kemana kudengar tawa yang menjengkelkan, sudah bisa kutebak kalau itu si bedebah busuk. Aku baru sadar kalau itu cuma akal-akalan dia saja untuk membuat takut gerombolan berandalan ini. Kudengar suara wanita menangis dan menghampiri ku. Tepat sekali. Dia Selly yang benar-benar aku khawatirkan keadaan nya.

"Hiks... hiks... hiks... Maafin aku Den, aku udah ninggalin kamu sendirian disini." Tangis Selly meledak saat dia memeluk ku yang masih terbaring lemah. Ah walau sedang menangis dia tetaplah cantik. Jilbabnya basah oleh air mata nya. Sekali lagi aku bisa melihat jilbabnya tertiup angin. Rasanya aku melihat secuil nikmat surga. (Penulis fetish sama jilbabers).
"Udah ndak usah nangis. Ini aku masih hidup. Walau udah jadi peyek sih." Ucapku mencoba menghibur nya. Tapi tangisannya makin keras. Waduh salah apalagi ini?
"Woy, kayak film India aja kalian." Ujar si Joni melihat kami. Aku hanya tersenyum.
"Wah hebat kamu bro. Dua tumbang. Punya bakat gelut(berkelahi) juga kamu." Ujar Joni lagi. Bakat kok bakat berkelahi sih. Ada ada aja si bedebah busuk bin somplak.
"Siapa bilang tumbang. Aku masih baik-baik saja." Tiba-tiba si badan besar bangkit. Sontak kami terkejut. Aku merasa ketakutan.
"Tenang saja. Aku tak punya dendam pada kalian. Untukmu bocah, kau orang kedua yang berhasil menyerang ku secara bertubi-tubi dan membuat ku terjatuh. Luar biasa." Ucap si badan besar.
"Hati-hati Den, jangan mudah percaya omongan dia." Ucap Joni. Selly makin mempererat pelukannya, alhasil dua gunung surgawi nya tergencet diantara kami berdua. Ah sial, jangan merusak suasana dong.
"Maaf kan aku karena anak buahku yang sampah itu sudah berbuat kurang ajar pada kalian. Ternyata mereka benar-benar rendahan. Kalau boleh tau siapa namamu bocah?" Ucap si badan besar.
"Deni. Deni Rahardian." Ucapku agak lirih.
"Akan kuingat nama itu. Baiklah, aku akan pergi. Selamat tinggal, semoga kita bertemu kembali." Ujar si badan besar. Ia bangkit dan menuju kearah temannya yang terkapar itu. Diluar dugaan, ia membawa pergi temannya dengan cara yang menakutkan, yaitu diseret. Iya, diseret. Si Joni cuma melongo.

"Orang besar, siapa juga namamu?" Ucapku. Dia menoleh.
"Oh iya, hampir lupa. Panggil saja aku Jonet. Bang Jonet. Oh iya item, nih aku kembalikan HP mu. Jorok kali isinya." Ucapnya sambil pergi masih dengan menyeret temannya itu.

Akupun dipapah berdiri oleh si Joni. Dia penyelamat ku, harus kuakui juga itu berkat kemurahan hati si bang Jonet tadi juga. Kalau dia serius aku mungkin sudah di UGD. Tidak, mati mungkin. Selly masih saja terisak. Aku membonceng si Joni entah pakai motor siapa. Sedangkan Selly menggunakan motorku. Aku juga heran dengan tubuh ku. Seharusnya aku sudah tamat. Lagipula kemarin juga aku jatuh, tapi ini kok masih sanggup berdiri. Kalau sakit memang luar biasa saktinya. Sudah lah. Yang penting sudah berakhir.

Awalnya aku akan dibawa ke rumah sakit, tapi aku menolak keras. Akhirnya kami menuju rumah Selly. Katanya cuma ada pembantu nya sama adiknya. Papa dan Mama nya katanya ada urusan. Iya juga, pantesan ndak ada jemput. Aku dipapah menuju sebuah kamar. Cat nya berwarna perpaduan pink dan putih susu. Sejuk sekali. Aku lupa kalau badanku kotor semua.

"Mbok, siapin air hangat ya. Cemilam sama minuman hangat jangan lupa." Teriak Selly.
"Siap non. Secepatnya." Ucap si mbok pembantu Selly. Ia juga tampak panik melihat kondisiku. Tanpa banyak omong si mbok bergegas ke dapur.

"Sel, Den. Aku kayaknya harus pamit deh. Motornya mau dipake bapak." Ucap Joni.
"Thanks ya bro. Aku hutang Budi sama kamu." Ucapku lirih.
"Iya Jon, hati-hati dijalan. Tapi ndak minum dulu? Si mbok udah nyiapin tuh." Ujar Selly.
"Udah nyante aja. Tapi awas kamu Den, jangan ambil kesempatan dalam kesempitan kamu." Ucap Joni mengepalkan tangannya padaku. Aku cuma tersenyum.
"Lho mas, ndak minum dulu? Ini sudah mbok buatin minuman hangat." Ujar si mbok yang berpapasan sama Joni saat ia keluar.
"Lain kali aja mbok. Saya pamit." Ucap Joni.
"Hati-hati dijalan mas." Jawab si mbok yang dijawab Joni dengan anggukan kecil.

"Airnya belum ya mbok?" Tanya Selly.
"Belum non, sebentar lagi mungkin." Ucap si mbok sambil meletakkan minuman dan camilan diatas meja samping ranjang.
"Iya, makasih ya mbok." Ucap Selly ramah.
"Iya sama-sama non. Mbok balik lagi ya, mau tengok airnya." Jawab si mbok.
"Emang airnya sakit? Enak ada yang nengokin." Celetukku. Si mbok cuma terkekeh. Selly juga tertawa sambil mencubit lenganku.
"Sakittt tau neng. Lepas dong." Rengekku manja. Hehehehe hehehehe hehehehe.
"Sakit masih aja ngebanyol. Huuuu." Ucap Selly sambil memanyunkan bibirnya. Ada-ada saja dia. Agak lama kami terdiam sampai si mbok datang dengan air hangat nya.
"Ini non airnya, mas nya ndak sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja?" Tanya si mbok.
"Ndak usah mbok, saya gak parah kok. Maklum masih muda. Lecet-lecet begini wajar. Namanya juga lelaki." Ucapku cengengesan. Gaya absolut ku yaitu banyak cengengesan, ndak pernah berubah.
"Yaudah, mbok pamit kebelakang dulu non, mas." Ujar si mbok memohon diri.
"Iya mbok. Kalau capek silakan istirahat." Ucap Selly ramah. Adem lihat cewek lemah lembut begini.
"Makasih non, tapi mbok masih banyak kerjaan." Ucap si mbok.
"Oh iya mbok, jangan bilang-bilang Papa Mama ya. Nanti aku dimarahi bawa cowok masuk rumah. Nanti aku kasih tau kenapa Deni terluka parah." Pesan Selly.
"Siap non, lagipula non sudah bersikap baik menolong kawannya yang terluka." Ucap si mbok berjalan keluar kamar dan menutup pintu.

Kini kami hanya berdua. Pintu sudah ditutup sama si mbok. Berdua, pintu ditutup, sama Selly. Mendadak aku jadi salting. Selly mengerti kegelisahan ku.
"Udah gak usah malu. Cepet buka baju nya. Mau aku obatin." Perintah Selly galak. Keluar deh galaknya.
"Iya iya. Baju aja ya." Ucapku.
"Celananya juga. Kotor tuh. Aku ndak mau kasurku kotor." Selly semakin galak. Wait... Aku ndak mau kasurku kotor? Berarti ini kamar nya Selly dong? Wah baru sekali masuk kamar cewek. Pengalaman baru nih. Grogi juga.
"Masak celana nya juga? Malu dong cuma pakai kancut." Protes ku.
"Lepas semua. Baju sama celana nya.!!!!" Kali ini Selly makin tegas. Dilepas nya baju ku. Sedangkan saat ia melihat celana ku ia ragu.
"Udah, aku bisa kok kerjain sendiri." Ucapku. Masak iya lepas celana aja dibantuin cewek. Perlahan kubuka celana ku. Masih ada CD sama celana pendek sih. Ah bodo amat lah, kemarin juga Selly pernah lihat junior ku. Dengan telaten ia membasuh luka-lukaku. Perih-perih sedap deh. Mulai dari dadaku sampai perut ku. Pas sampai di tulang rusuk kananku aku merintih.

"Aduhhh Sel, sakit nih disitu. Pelan-pelan dong." Ucapku.
"Ini juga udah pelan-pelan." Jawab Selly singkat. Dengan sapu tangan pink itu jemarinya lincah menyusuri setiap jengkal tubuh bagian atas ku. Tak ketinggalan pelipisku yang sedikit sobek ia basuh dengan air hangat. Tak lupa kakiku juga ia basuh dengan lembut.

"Fyuhhhh nyamannya." Gumamku.
"Makasih ya Den, kamu sampai babak belur begini gara-gara nyelametin aku." Selly mulai terisak lagi.
"Udah, ndak perlu nangis. Aku gapapa kok." Ucapku menenangkan dia. Perlahan ku belai pipi nya, kuhapus air mata nya. Tatapan kami beradu. Oh Tuhan, betapa indah mata nya, betapa indah tatapan sendu nya. Terimakasih sudah menciptakan makhluk seindah dirinya. Entah siapa yang memulai bibir Selly sudah saling beradu dengan bibir ku. Tak ada nafsu birahi, apakah ini yang dinamakan dengan cinta? Lidahku mulai menari mencari celah dibibir nya, Selly mengerti maksud ku. Ia membuka sedikit bibir nya, apakah hanya bibir Selly yang manis? Kusapukan lidahku diantara gigi-gigi putih nan teratur miliknya. Kutautkan kedua lidah kami. Tanganku tak tinggal diam, kuarahkan tangan kiri ku menuju bukit surgawi nya yang kiri(tangan kananku sakit). Tak ada penolakan darinya. Kubelai lembut payudara indah nan kenyal itu. Glupppp...... besar, kenyal, telapak tangan ku rasanya tak muat untuk menggenggam nya. Nafas kami mulai berat. Kubuat acak-acakan dada kirinya. Akal sehat ku kembali. Kulepas pagutanku, kudorong ia agak menjauh.

"Hosh hosh hosh... Maafin aku Sel, maaf banget." Ucapku terengah-engah. Dapat nafas juga deh akhirnya. Terbentuklah seperti tali panjang dari air liur kami berdua saat melepas ciuman.
"Iya gapapa. Hhhhhhhh." Ujar Selly yang nampak nya terengah-engah juga.

Canggung, tak tau harus apa kami berdua ini. Tiba-tiba Selly berkata begini.

"Den, aku mau ganti baju. Tutup mata ya, jangan ngintip." Ujar Selly malu-malu. Wajahnya merah. Duh makin cantik aja.
"Masak dikit ndak boleh? Kesempatan langka melihat bidadari ganti baju." Celetukku. Waduh, keceplosan lagi deh. Selly cuma tersenyum. Dibukanya lemari bajunya. Glupppp.... Apakah akan ada live show? Membayangkan nya membuat mau tak mau junior ku berdiri dibalik himpitan CD dan celana pendek ku. Benar saja, Selly perlahan membuka baju seragam nya, diikuti rok panjangnya. Sedangkan jilbabnya masih ia kenakan. Itu dilakukan seolah-olah slow motion. Walau membelakangi ku, tetap saja punggung mulus dan pantat semok nya membuat aku nasdem, panas adem. Sebelum ia berbalik aku betulkan letak junior ku. Sesekali ia berjongkok mencari di tumpukan bawah lemari nya. Oh pantat semok itu enak sekali kalau aku remas. CD putih itu seakan-akan tak mampu menutupi bongkahan daging seksi itu. Sayang belum ada kesempatan melihat payudaranya. Begini saja sudah rejeki nomplok. Akhirnya setelah agak lama Selly menemukan baju yang akan ia pakai. Atasan kaos berlengan pendek warna pink dan rok pendek diatas lutut warna putih. Ini anak penyuka warna pink sama putih rupanya. Jilbabnya ia tanggalkan juga.

"Maaf ya Den, udah bikin kamu menunggu lama." Ucap dia tersenyum manis. Tak dapat kutebak apa isi dari kepalanya. Hadeh.
"I iya... Ma makasih ju juga su sudah diperlihatkan." Ucapku gugup. What... Ngemeng ape sih?
"Hihihihihi, itu ada yang menonjol." Damn. Ketahuan juga deh. Malu sekali. Selly perlahan berjalan kearah kotak obat, diambilnya beberapa plester dan Betadine. Tak lupa perban juga.

"Agak perih, tahan ya." Ucap Selly. Ia menuangkan Betadine pada luka-lukaku. Perih sekali. Untung ndak ada yang patah tulang atau sejenisnya. Aku masih bersyukur bisa selamat. Diperbannya pelipis ku. Di plester juga luka-luka di sekujur tubuhku yang lain. Tanpa sengaja ia menyenggol junior ku. Wtf, tambah keras aja junior ku. Kulihat Selly nampak salah tingkah. Entah bagaimana awalnya(aku cuma menutup mata karena takut khilaf melihat kecantikan Selly), Selly membelai lembut junior ku dari luar celana. Rasanya tak bisa aku lukiskan. Bibirnya menyambar bibir ku. Aku awalnya gelagapan, tapi aku bisa menguasai keadaan. Inikah surga dunia? Rasanya beda dari apa yang dilakukan Putri maupun Syifa kemarin. Aku masih terpejam menikmati setiap hembusan nafasnya, setiap belaian lembut pada junior ku. Ah nikmat sekali. Kurasakan Selly mulai mencari celah di celana ku untuk membebaskan si junior. Kini aku membuka mata. Selly nampak menikmati apa yang ia lakukan. Rak kusangka, di begitu binal. Setelah bibir kami berhenti berpagutan ia menjilati leherku.
"Akhhhhhhh enak banget Sel." Hanya erangan kami berdua yang terdengar. Semoga si mbok ndak denger ah. Tangannya menyusup di celana ku dan menggenggam erat junior ku. Diremas keras junior ku. Antara sakit dan nikmat. Diturunkan celana ku sebatas lutut, aku membantunya dengan mengangkat pantat ku. Jemari lentiknya tak henti-hentinya memberikan pelayanan terbaik untuk junior ku. Tiba-tiba HP Selly berbunyi. Arghhhh lagi enak-enak nya juga.


...End of chapter 8...
 
Inilah update terpanjang yang pernah ane lakukan. Sumpah bikin kesel aja.
Karena ane nulis lewat HP pakai aplikasi ms word di hp. Lalu ane copy tuh tulisan kesini satu persatu. Kadang juga error.
Kalau ada tulisan yang agak aneh mungkin itu kesalahan saat copy ataupun paste.

Terima sudah senantiasa membaca karya abal-abal ane.
Ane belum pantas disebut suhu. Ane hanyalah pencari hiburan di forum ini.

SH from BS221B
 
Inilah update terpanjang yang pernah ane lakukan. Sumpah bikin kesel aja.
Karena ane nulis lewat HP pakai aplikasi ms word di hp. Lalu ane copy tuh tulisan kesini satu persatu. Kadang juga error.
Kalau ada tulisan yang agak aneh mungkin itu kesalahan saat copy ataupun paste.

Terima sudah senantiasa membaca karya abal-abal ane.
Ane belum pantas disebut suhu. Ane hanyalah pencari hiburan di forum ini.

SH from BS221B
hu, ane msh penasaran sm kejadian waktu selly nginep dirumah deni, sm kejadian sm claudia di uks, kok ga ada ceritanya hu.. Cm di skip aja?
 
Wah ada update ny, ijin baca dulu gan, semoga sampai tamat gan ceritanya..
 
ha:stress:iyaaahhh... baru juga pegang :adek: porseneling disaat perpindahan gigi malah mesin mati..
:groa:


si Deni :D jadi songong sekarang yaa...​
 
Kalau ada yang dirasa absurd atau ndak nyambung ya wajar. Atau tulisan yang banyak typonya.
Ane masih nubie. Paling males koreksi kembali ketikan.
Sorry sorry stroberi kalau lama updatenya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd