Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Update Ch 02 A​


Senin pagi, 2 hari telah berlalu sejak kejadian itu, Mariana sama sekali tidak mendapatkan kabar apa pun dari Sabrina, Sabtu – Minggu yang selalu ia nanti-nanti untuk bersantai dengan keluarga pun ia lewati dengan berusahan tetap tersenyum walau bayang-bayang Sabrina menghantui pikirannya, dia hanya bisa berharap kejadian itu hanyalah mimpi.


Mariana pergi ke kamar anaknya untuk membangunkan Aditya
"Nak.. bangun.. kamu harus sudah mulai biasain bangun pagi loh.. bulan depan sudah mulai sekolah kan ? yuk bangun.."
"Entar lagi deh ma.." jawab Aditya malas "kan tidak tau mau ngapain juga" lanjutnya..


*Tringgggg... *Tringgg... ( Bunyi nada dering hp )
Mariana menjulurkan tangannya ke kantong celana untuk mengambil hpnya.. Di layar hp tersebut bertulisan SABRINA yang seketika membuat Mariana pucat, tetapi ia juga tidak bisa tidak menjawab panggilan tersebut.
"Ha.. Halo ?”
"Mar.. kamu lagi ngapain ? bisa mampir ? sekalian makan siang" Ucap Sabrina dengan semangat.
"ini lagi bangunkan Aditya, sepertinya tidak bisa karena ada sesuatu yang harus ku lakukan" jawab Mariana dengan berusaha senormal mungkin menolak ajakan tersebut di depan anaknya yang masih berusaha tidur.


"Sally !!" ucab Sabrina dengan nada sedikit di tekan.
"Baiklah" jawab Mariana berusaha menutupi ketakutannya.
"Baik lah.. kamu bisa ajak Aditya sekalian, serahkan hp mu ke dia, aku ingin ngobrol sebentar"
dengan ragu-ragu Mariana menyerahkan hp nya ke telinga anaknya
"Nak.. tante Sabrina mau ngobrol.. ayok bangun"
"Sayang.. tante pun permainan keluaran terbaru itu loh.."
Seketika mata Aditya melotot "serius tante"
"ia.. datang lah sama mama mu ke kantor tante, kamu bisa main di sini"
"kalau begitu aku siap-siap dulu tante" kata Aditya langsung menepis selimut yang menyelimutinya lalu menyerahkan hp tersebut ke mamanya kembali. Sabrina senyum karena umpannya temakan.


"Yah halo sab.." Ucap Mariana sambil mengarahkan hpnya kembali ke daun telinganya. “Mar, saat pernikahan kalian, apakah Hermanto membelikan mu gaun ? atau kalian meminjamnya ?” Tanya Sabrina yang seketika membuat Mariana takut akan apa yang di rencanakan temannya itu. “Ti.. Tidak ada, kami meminjamnya.” Kata Mariana. “Huff.. Mar.. kita ud berteman lama, aku tau nada bicara mu kalau lagi bohong.” Kata Sabrina terus diam sejenak berpikir “Hermanto adalah tipe pria yang bakalan membeli baju pengantin sebagai kenang-kenangan dari pada sekedar pinjam. tapi tak apa.” pikir Sabrina sambil tersenyum karena ia sudah mempersiapkan rencana cadangan.


"Yah sudah.. Mar berdandan ya.. ada tamu penting yang harus kamu temui" kata Sabrina yang langsung mematikan palinggan tersebut.
"Siapa ?" balum sempat Mariana tertanya panggilan telah di matikan.
"Nak.. kamu langsung mandi, sarapan, baru kita pergi ya, mama siap-siap dulu" Ucap Mariana berusaha tersenyum walau ia sudah lemas membayagin apa yang akan terjadi. "Oke ma.." semangat Aditya yang langsung mengambil handuk dan menuju kamar mandi.


Sesampainya di kantor Del Corsa, Sabrina berserta seketaris dan 2 pengawalnya menyambut kehadiran Mariana dan Aditya. “Halo sayang, sudah tidak sabar ya ?” ucap Sabrina sambil sedikit membungkukan badannya di depan Aditya yang menganguk karena sudah tidak sabar. "Lia antar tuan muda satu ini ke Ruang bermain." Perintah Sabrina. "Sayang.. Tante ada urusan sama mama mu, nanti di sana ada banyak console game.. kamu bebas mau main yang mana saja.. jika lapar ada manu makanan.. tunjuk saja.. nanti kak Lia akan membawakannya.. tetapi.. kamu di larang keluar dari sana.. nanti menganggun kariawan tante.. ngerti sayang ?" Lanjut Sabrina sambil tersenyum ke pada Aditya.

Liandra.pngLiandra

"Wah.. ngerti tante.." jawab aditya sambil mengguk kepala dan mata berbinar-binar tidak sabar.
"Nak jadi anak baik ya.. jangan ngerepotin kak Lia nya.." Nasehat mariana sebelum melepaskan anaknya seperti ia akan menuju ke medan perang.
“Mari..” Ucap Liandra mengarahkan Aditya menuju ke arah elevator. Di dalam elevator Aditya melambaikan tangannya ke arah Mariana dan di balas oleh Mariana sambil tersenyum yang di paksakan sebelum pintu elevator tertutup.
“Yap, mari kita ke tujuan pertama kita.” ucap Sabrina tersenyum ke arah Mariana. “Kita mau ketemu siapa ?” tanya Mariana. *Tingg bunyi elevator “Sudah nanti juga tau.” balas Sabrina sambil masuk ke dalam elevator di ikuti Mariana dan 2 pengawal lainnya juga. Di dalam elevator yang sunyi tanpa pembahasan apapun naik menuju lantai 18.


*Ting bunyi pertanya elevator telah sampai tujuan dan pintu pun terbuka. Tampak suasana berasa seperti di hotel, di mulai dari alas karpet.. wallpaper.. hingga tata ruangan. “Selamat datang Madam.” tanpa seorang pria dengan gaya rambut dan pakaian yang nyentrik membungkuk menyambut kedatangan Sabrina. “Ini orang yang kita bicarakan tadi, kalian urus persiapannya, jangan sampai ada yang salah.” Perintah Sabrina. “Baik madam.” jawab Pria tersebut dengan nada gemulai. “Mar selanjutnya dia yang akan menuntun mu.” Ucap Sabrina sambil melangkah meninggalkan semua orang termasuk pengawalnya, sedangkan Mariana binggung tidak tau harus ngapain dan menjawab apa hanya mengikuti arahan pria tersebut ke sebuh ruangan.


“Nama ku Branden, Kepala utama bagian tata busana perusahaan Del Corsa ini,” Ucap pria tersebut sambil mempersilakan Mariana duduk di kursi yang sudah di siapkan. “Aku Mariana, Kalau boleh tau ini ada apa ya ?” tanya Mariana. “Cantik kamu tak perlu banyak tanya, binggung, sudah ikutin saja ya.” Ucap Branden dengan nada gemulai dan mulai beraksi dengan peralatan kecantikannya.


Karena pada dasarnya Mariana sudah cantik dan sudah berdandan sebelumnya sehingga tidak butuh banyak usaha untuk membuat Mariana seperti yang di minta Sabrina. “Oke tinggal ganti busana saja.” Ucap Branden sambil berjalan mengambil sebuah koper dan memberikannya ke Mariana. Mariana terus membuka koper tersebut tampak 1 set gaun penganti berserta aksesoris pengantin wanita berwarna putih yang membuat Mariana seketika sadar apa maksud Sabrina tadi.
“Kena bengong saja ?” Tanya Branden. Mariana hanya diam sambil melihat Bobby dan Rony yang sedari tadi berdiri di samping pintu. “Huff.. Dasar pemula.. kalian dua tolong keluar dulu kasih ruang ya.” ucap Branden sambil tersenyum yang di paksakan ke arah Bobby dan Rony.

Wedding Dress.jpeg

Bobby dan Rony yang mengerti segera keluar dan menjaga di pintu luar. “Oke sudahkan ? “ tanya Branden. “Kamu ?” Balas Mariana. “Sudah sama aku tak apa.” Ucap Branden sambil melangka mendekati Mariana membuka baju blousenya. Mariana yang binggung hanya terdiam membiarkan Branden membuka satu persatu kancing pada bajunya. “Wah.. tubuh mu bagus sekali, tak heran madam Sabrina sangat sayang sama kamu.” ucap Branden yang membuat Mariana refleks menutup kedua toketnya. “Walah tak apa, aku sudah punya cowok, santai saja.” Ucap Branden berusaha menenangkan Mariana agar mempermudah pekerjaannya.


Tak butuh waktu lama hingga Mariana telah siap dengan gaun pengantin berserta sarung tangan, stocking, dan kerudung berwarna putih berenda. “Oke.. cantik.. aku tinggal ya.. sisanya sudah bukan urusan aku..” ucap Branden keluar kamar, berganti Bobby dan Rony yang masuk membawa tali yang terbuat dari kulit sintetis. “Ap..Apa yang mau kalian lakukan ?” tanya Mariana merasa was-was tetapi Bobby dan Rony hanya diam melihat kecantikan Mariana berpadu dengan gaun pengantin yang sangat sexy.


Melihat mata 2 pria tersebut, refleks Mariana membalikkan badannya yang seketika membuat Bobby dan Rony tersadar “Sudah diam saja.” Ucap Bobby yang langsung mengikat kedua tangan Mariana ke langit-langit sedangkan Rony mengikat pergelangan lutut kanan Mariana ke langit-langit sehingga Mariana hanya berdiri mengunakan kaki kiri dan memperlihatkan ketiaknya yang mulus, tubuh indah yang di balut baju pengantin sexy dan paha mulus yang terbuka. “Sial kali nasip kita, tubuh seindah ini tidak bisa kita nikmati.” Ucap Rony mengomel. “Huff.. sudahlah tak perlu di ungkit lagi, aku lebih memilih nyawa dari pada kenikmatan sesaat setelah itu penderitaan sebelum kematian.” Balas Bobby sambil menghela napas sambil menyuntukan cairan anti hamil dan perangsang seperti sebelumnya.


Bobby dan Rony melangkah mundur melihat hasil ikatan mereka pada tubuh Mariana yang terpampang sangat sexy, kontol mereka berdua berasa ingin keluar menikmati memek yang terbuka di depan mereka tetapi ketakutan yang tertanam di otak mereka membuat mereka tak berani melangkah maju. “Sudah cukup ayok lapor.” Ajak Bobby yang langsung keluar kamar di ikutin Rony meninggalkan Mariana yang terikat sendirian di ruangan yang sunyi. Samar-samar kedengaran suara langkah kaki mendekati.


*Ceklek suara pintu terbuka, tampak seorang pria berbadan besar, tegak walau perutnya tampak agak berbuncit. Mariana yang mengenali siapa pria tersebut setak kaget. “Pak.. Ku mohon.. tolong selamatkan aku.. “ Ucap Mariana memelas kepada pria yang tak lain adalah mantan presiden sebelumnya, Bapak Prahmono.


“HAHAHAHAHAA...” Ketawa Sabrina pecah yang sedari tadi menahan tawanya di balik dinding. “Sabrina.. Sabrina.. kau emanglah paling ngerti aku.” Ucap Prahmono sambil tangan kirinya merangkul ke pantat Sabrina. “ia doang.. kitakan saling mengisi, sewajarnya aku selalu perhatian sama bapak dong.” Ucap Sabrina merangkul pinggang belakang Prahmono. Melihat kemesrahan orang di depannya seketika membuat Mariana patah harapan seperti cermin yang di lempari sebongkah batu realitas. Jika mantan presiden orang yang punya kuasa berada di pihak Sabrina, siapa lagi di negeri ini yang bisa menolongnya.


“Minggu lalu aku menghadiri pernikahan anakku. Dia menikahi wanita yang sangat cantik, selama acara pernikahan itu aku menerawang tubuhnya dari atas hingga bawah,Tetapi kenapa tidak bilang-bilang sih, kan aku bisa pinjam gaun penganti menantu ku.” Ucap Prahmono sambil melangkah masuk ke ruangan bersama Sabrina, sedangkan Bobby menutup pintu berdiri menjaga di luar bersama Rony dan 2 pengawal Prahmono lainnya. “Kalau kasih tau namanya bukan kejutan lagi dong.” ucap Sabrina sambil mencium bibir Prahmono dan di balas mesrah oleh Prahmono.


“Cantik.. namanya siapa ?” Tanya Prahmono sambil tangan kanannya membelai wajah Mariana yang telah pasrah dengan keadaannya. “Ma.. Sally.. “ Ucap Mariana yang hampir mengucap nama aslinya sendiri. “Ho.. nama itu bakalan lebih sesuai jika rambutnya di kuncirkan” Ucap Prahmono yang tangannya sekarang telah mengelus leher Mariana. “Apa mau kita ubah ?” tanya Sabrina. “Tak usah.. aku sudah tidak sabar ingin mencicipinya.” Ucap Prahmono menjilati leher Mariana *Srupplll “Aaahhh.. kau mirip sekali dengan menantu ku, Setiap malam aku selalu curi-curi kesempatan menerawang tubuhnya dan selalu membayagin bisa mengentotnya, tetapi siapa sangka hari ini aku bisa menikmati tubuh wanita yang mirip dengan dia, HAHAHAHA.. aku bersyukur punya kamu Sabrina.” Ucap Prahmono yang hanya di balas senyum oleh Sabrina.


Tubuh Mariana yang lemas karena tidak ada harapan membuat obat perangsang bereaksi lebih cepat dan kuat, Mariaan memejamkan mata menerima perlakukan Prahmono, Haa.. Haa... hembusan napas yang semakin berat, Sabrina yang sadar Mariana sudah mulai masuk dalma alur permainan mulai berlahan membuka jas, kemeja hingga celana dalam Prahmono tanpa mengganggu yang ternyata memiliki fetish ketiak. “Srrupplll... Bahkan semua pelacur yang sudah pernah ku coba tidak ada yang punya ketiak sewangi ini.. Aaaah... “ Ucap Prahmono yang sudah bugil sambil tangan kirinya mulai memaikan memek Mariana. “Di tambah memeknya yang sanggat sexy dan gampang becek begini, Dimana kamu menemuka barang sebagus ini Sabrina ?” tanya Prahmono dan lagi-lagi Sabrina hanya tersenyum saja.


Mariana yang sudah pasrah dengan keadaan berlahan membuka matanya melihat Prahmono yang sedang menjilati ketiak kirinya dan kaget melihat kontol Prahmono sebesar 18Cm. “Kenapa kaget begitu Sally ? Walau umur Prahmono sudah kepala 7 tetapi kontolnya masih besar begitu pikir mu ?” Ucap Sabrina yang memeluk Prahmono dari belakang. “Bapak Prahmono adalah mantan atlet sepak bola yang menghabiskan masa mudanya dengan olah raga.” Sambung Sabrina. Merasa bangga akan kontolnya di puji-puji oleh wanita, Prahmono mengemgam kontolnya dan mengesekkannya ke belahan memek Mariana. “Wah.. nih memek sudah becek saja, sudah tidak sabar ingin menikmati kontol ini ya?” Ucap Prahmono


Mariana yang merasa takut melihat kontol Prahmono ternyata lebih besar dari milik suaminya dan Dirwanto mulai memberontak dan mengelengkan kepalanya. “Tidak.. jangan.. aku mohon.. itu tidak akan muat.” Ucap Mariana melihat kontol Prahmono. “Itu ? Muat ? HAHAHAHA masih pemula ternyata, tenang saja cantik setelah kau merasakan kontol ini kau pasti akan ketagihan.” Ucap Prahmono yang ketawa di ikuti dengan Sabrina. “Jangan dong, kalau dia ketagihan aku gimana ?” Ucap Sabrina dengan nada merayu. Tak ada yang menyangka bahwa pemilik perusahaan terbesar dengan mantan Presiden memiliki hubungan lebih dari bisnis. “Tenang saja sayang aku masih cukup kuat buat kalian berdua” Balas Prahmono sambil kembali berciuman dengan Sabrina.


Mariana yang melihat adegan mesrah itu semakin membuat tubuhnya panas akan birahi tetapi ia juga takut akan kontol Prahmono. Aaah... Aaaahh.. Napas Mariana yang semakin berat mencoba memasukkan udara lebih banyak ke paru-parunya dari mulutnya sehingga membuat lidahnya menjulur keluar seperti anjing yang kecapekkan. Prahmono yang melihat situasi Mariana langsung melepas ciumannya pada Sabrina dan menghisap lidah Mariana Bluurrttt... Spluut.. Scchuulp... setak mata Mariana melotot kaget. Ngghhh.. mmmhh... “Apa ini ? kenapa rasanya sangat nikmat” pikir Mariana. Sambil menghisap lidah Mariana, Prahmono mengarahkan kontolnya ke belahan memek Mariana sedikit demi sedikit ia mengesekkannya dan memasukkannya. “Ngghhh.. nngggg...” Suara Mariana ketahan. Sedikit demi sedikit Prahmono memasukkan kontolnya. “Ngghhh.. ngghhhhh” semakin kuat suara dari Mariana.


Entah sejak kapan Sabrina sudah berdiri di belakang Mariana sambil mendorong Mariana dengan tubuhnya membantu kontol Prahmono agar masuk semua. “Aaaahhh.. semua yang ada pada mu sangat lezat sayang.” Ucap Prahmono yang langsung dengan satu setakkan memasukkan semua kontolnya membelah memek Mariana. Aaaggggghhhhh mmhhh.. teriak Mariana ketahan tangan kiri Sabrina “BERISIK ! Lihat nih !” Ucap Sabrina menggunakan tangan kananya mengarahkan kepala Mariana kebawah melihat memeknya sendiri di masukkan dengan kontolnya Prahmono. Prahmono yang melihat ekpresi Mariana yang kaget malah membuatnya semakin bernafsu, tanpa memberi waktu Mariana untuk adaptasi dengan ukuran kontolnya ia pun menggunakan kedua tangannya mengangkat kedua kaki Mariana dan memaju mundurkan kontolnya dengan cepat. Mhhhmmm mmhhhmmm air mata Mariana mulai bercucuran.


“Gimana rasanya ? nikmat bukan ? awalnya aku juga takut akan kontolnya tetapi dendam ku pada mu menutupinya.” Bisik Sabrina pada telinga Mariana yang membuat Mariana berpikir apa separah itu akibat dari perbuatannya hingga membuat temannya rela melakukan hal seperti ini demi mencapai tujuannya. Air matanya Mariana kini berjatuhan tetapi sudah bukan karena perih pada memeknya tetapi karena rasa bersalahnya pada Sabrina. “Sudah nikmati saja.” Ucap Sabrina sambil melepaskan tangan kirinya dan mulai meraba kedua buah toket Mariana.


Aaahh... Ahh... Suara eragan Maraina bercampur dengan suara hentakan memeknya dan kontol Prahmono memenuhi seisi ruangan. Sabrina yang sedari tadi pasif, berjalan kembali ke belakang Prahmono membisikkan sesuatu sedangkan Mariana yang binggung di campur perasaan hampa kehilangan kontol Prahmono hanya bisa diam. “Aku suka itu.” Ucap Prahmono sambil tersenyum terus melangkah mendekati Mariana bersamaan dengan Sabrina di sampingnya. Bukannya takut, hal itu malah membuat Mariana semakin nafsu Aaah... Aaaahh..


Prahmono kali ini berdiri di belakang Mariana kembali memasukkan kembali kontolnya ke memeknya Mariana, Uggghhh Aaaahhhh wajah Mariana seperti berkata ini lah yang ku inginkan, sedangkan Sabrina berdiri di depan Mariana menjilati toket kiri Mariana sambil tangan kiri membelai lembut memek dan memaikan klitoris Mariana. “Gimana sally ? apakah nikmat ?” tanya Sabrina dengan nada mengejek tetapi Mariana tidak membalas hanya menatap Sabrina dengan ekpesi nafsu yang sudah di ubun-ubun. Biasanya Sabrina akan merasa kesal saat ada orang yang tidak menjawab pertanyaanya tetapi kali ini ia hanya tersenyum dan menganggukan kepalannya ke arah Prahmono. Prahmono yang mengerti code itu langsung menambah kecepatan pada kontolnya. “Aaaahhh.. Aaaaahhhh... Aaaah.. keluar.. aku mau keluarrr.. “ Ucap Mariana menatap langit-langit kamar tersebut tetapi Prahmono bukannya menambah kecepatan malah mencabut kontolnya dari memek Mariana.


“Aaahh... Aaahh.. kenapa ?” tanya Mariana yang menandakan akal sehatnya telah di kalahkan oleh nafsu sehingga berani untuk bertanya. Sabrina dan Prahmono terus melepaskan seluruh ikatan yang ada pada Mariana. “Ada apa ini ?” Tanya Mariana yang merasa binggung terduduk di lantai karena kaki kirinya kesemutan. “Tenang saja cantik.” Ucap Sabrina yang sudah memegang sebuah suntikan “Ini akan membuat mu merasa nikmat lagi kok.” Lanjutnya Sabrina sambil menyuntikan cairan perangsang pada pembuluh darah Mariana.


Sabrina terus kembali mendorong Prahmono hingga tubuhnya jatuh ke atas kasur yang membuat Prahmono mengerti apa yang Sabrina inginkan dan tersenyum “Dasar anak nakal” Ucap Prahmono kepada wanita yang umurnya hampir berbeda setengah abad darinya. Sabrina menurunkan celana dalam G-Stringnya berjalan menaiki tubuh Prahmono masih menggunakan baju kemeja V-neck buatan luar negeri dan celana rok pendeknya. “Aku mulai ya sayang.” Ucap Sabrina sambil menurunkan memeknya. “Aaaah..... Sudah lama aku tak merasakan kontol ini. “ucap Sabrina sambil menaik turunkan tubuhnya di atas sambil tangannya membuka kancing kemeja dan menurunkan bra memperlihatkan toket berukuran 34B yang walau pun tidak sebesar milik Mariana tetapi masih bisa menarik mata pria-pria.


Mariana terduduk di lantai dengan perasaan tanggung karena nafsunya berada di ujung mulai menggunakan tanggan kanannya memainkan memeknya dan tangan kirinya memainkan putingnya. Sabrina tersenyum melihat tingkah Mariana yang sesuai dengan harapannya. “Sally berdiri” Perintah Sabrina. “Taruk kedua tangan mu di belakang dan buka paha mu” lanjut Sabrina. Raut wajah Mariana yang awalnya senang karena ia pikir bisa mendapatkan kenikmatan klimaks saat di panggil berubah menjadi sedih ketika mendengar perintah tersebut, tetapi ia pun tak bisa membantah perintah tersebut dan hanya menurutinya sambil berharap ia bisa merasakan kontol Prahmono kembali.


Paaappp Pooopppp Paaapp Poopppp Suara kulit Prahmono beradu dengan Sabrina mengisi ruangan. *Plak.. Plak.. Plak.. “Pantat mu masih montok saja seperti anak remaja.” Ucap Prahmono sambil menampak pantat Sabrina berulang kali. “Aauuuuu Oohh... Aaauuuhhh...uggghhhh Lagii.. teruss.. Aaahh.. aahh..” Ucap Sabrina menikmati tamparan pada pantatnya. Mata Mariana terlihat sayu pertanda ia sudah di kuasai nafsunya yang besar. “Sabrina.. aku mohon.. aku juga mau.” Ucap Mariana. “Aaah.. mau ? mau apa ? Aaah.. Aahhh..” Balas Sabrina sambil menggerakan pantatnya naik turun. “It.. Itu.. Ko.. Kon.. Tol..” Ucap Mariana dengan suara pelan. “Tunggu sayang.” Ucap Sabrina memegang dada Prahmono menyuruhnya berhenti. “Apa kamu bilang Sally ? gak kedengaran.” lanjut Sabrina. “KONTOL ! aku mau KONTOL.. aku akan melakukan apa pun, biarkan aku merasakan kontolnya juga.” Ucap Mariana memohon pada Sabrina. Mendengar itu membuat hati Sabrina sangat senang akhirnya ia menaklukkan Mariana, dengan bantuan kedua lututnya Sabrina memutar posisinya menghadap Mariana sambil tetap membiarkan kontol Prahmono di dalam memeknya. “Kalau begitu kembarilah, Jilat memekku” perintah Sabrina. Mendengar perintah itu Mariana mulai melangkahkan kakinya mendekat ke memek Sabrina yang masih ada kontol Prahmononya. Dari arah atas Sabrina dengan senyum merendahkan melihat Mariana yang menjulurkan lidahnya dengan ragu-ragu, ia tidak pernah melakukan hal tersebut sebenyumnya dan hanya pernah melihat sekali di video bokep yang dulu ia tonton, bahkan Hermanto suaminya sekalipun tidak pernah menyuruh itu tetapi semakin ia mendekatkan lidahnya pada memek Sabrina membuat ia penasaran.
atas kasur.jpg

Melihat Mariana yang ragu-ragu tersebut Sabrina menggunakan tangan kanannya menarik ke memeknya. “Lama.” Ucap Sabrina mulai kembali mengerakkan kedua pantatnya naik turun. Ugghh.. mmhhmmm.. Suara Mariana yang berusahan menahan napas dan kaget karena ia belum siap. Plok.. Pllookkk suara hentakan kulit Sabrina dan Prahmono kembali terdengar. “Aaah.. Ah...Ayok jilat.. tunggu apa lagi ?” Perintah Sabrina.


Lidah Mariana mulai bersentuhan dengan klitoris Sabrina “Aaah.. yah.. begitu.. lagi..” Ucap Sabrina menikmati lidah Mariana yang mulai menjalan ke sekeliling memeknya hingga sesekali lidahnya menyentuh kontol Prahmono dan mukanya basah dengan cairan memek Sabrina. “Sabrina aku keluar Ugggh.” Ucap Prahmono mengerakan pinggulnya dengan cepat. “Aahhh.. Aaahh..Ia.. Aah.. aku juga.” Balas Sabrina yang membantu dengan mengerakkan pantatnya naik turun dengan cepat. "Tu.. Tunggu” Ucap Mariana ketahan karena sperma Prahmono muncrah mengenai mukanya.


Haahhh.. haaa.. suara Sabrina dan Prahmono berbaring di atas kasur sehabis klimaks bersamaan sedangkan Mariana terduduk lemas dan terlihat sedih seperti anak kecil permennya di rebut orang. ia berpikir orang tua seperti prahmono masih bisa membuat kontolnya tegang saja sudah luar biasa tidak mungkin bisa berdiri untuk kedua kalinya.


“Jangan berwajah sepert itu.” Ucap Prahmono bangkit dari kasur terus mengambil suntik dari balik jasnya dan menyuntikkannya ke pembuluh darah tangan kirinya. “Aku sudah siapkan yang special untuk kamu sayang.” Lanjut Prahmono sambil berjalan ke arah Mariana. Kontol Prahmono yang mengkilat karena cairan spermanya tadi berlahan mulai bangkit kembali. “Gimana ?” tanya Prahmono menamparkan kontolnya ke wajab takjub Mariana. “Sudah bisa kita mulai kembali ?” Tanya Prahmono yang terus mendorong tubuh Mariana ke lantai dengan pelan hingga tampak memeknya yang masih basah. Prahmono mengemgam kontolnya yang ia bangakan itu di hentakan ke belahan memek Maraian. “Aaahh.. aaah.. masukkan.. tolong masukkan kontol mu ke memek ku” Ucap Mariana membuka pahanya lebar-lebar dan jari tangan kanannya membuka memeknya. Prahmono yang merasa bergairan dengan pose Mariana langsung menghentakkan kontolnya dengan satu kali sentakakn ke memek Mariana. AAaaaaaaahhhhhhh.... Klimaks yang di tunngu Mariana akhirnya datang membuatnya kejang-kejang dan lemas. “Belum juga apa-apa segitu sukanya dengan kontolku ini ?” ucap Prahmono terus mengangkat Mariana ke atas kasur dengan posisi kontolnya masih ia benamkan ke lubang memek Mariana, tanpa menunggu Mariana menikmati klimaksnya Prahmono memaju mundurkan kontolnya di di dalam memek Mariana. “Aaah.. aaaah... terusss.. aaahh... laggii...” Ucap Mariana menerima kontol Prahmono walau memeknya masih sangat sensitive.


Sabrina tersenyum sinis melihat Mariana sangat menikmati kontol Prahmono seperti pelacur berhari-hari tidak merasakan kontol, mulai mengangkat pantatnya untuk memurunkan roknya dan menduduki wajah Mariana menghadap ke Prahmono. “Jilat.” Ucap Sabrina memerintahkan Mariana menjilati memeknya dengan sperma Prahmono yang berlahan memeleleh ke mulut Maraiana. Karena sadar tidak ada pilihan lain ia pun melakukannya *Slurrpp.. luurrpp... Aaaahh.. haaaa sambil sesekali mengambil napas. “Stamina mu masih belum cukup, jangan berpikir menjadi pelacur adalah perkerjaan mudah, jabwal mu akan ku kirim besok.” Ucap Sabrina yang merasa kecewa dengan Mariana yang walaupun ia adalah mantan ketua Cheerleader tetapi setelah bertahun-tahun tidak latihan membuatnya kehilangan stamina.


*Sllurrrppp sluurrpp.. tidak cuma menjilat dan menghisap semua sisa sperma tetapi karena sesama wanita Mariana juga memasukkan lidahnya ke memek Sabrina. “Aaaah.. ya.. seperti itu Aaahh... teruss..” Ucap Sabrina merasakan lidah lembut Mariana di memeknya. “Kedua tokednya sangat besar dan indah naik turun mengikuti iramaku” Ucap Prahmono *Plaakk sambil menampar toked kiri Mariana “Hahahaha.. Terima kasih Sabrina hari ini aku sangat senang sekali.” lanjut Prahmono. “Suatu kehormatan bagi saya” Balas Sabrina *Plak.. Plak.. berulang-ulang kali Prahamono menampar toket Mariana hingga merah. “Aaaah.. aaaah... lagi...” Rasa perih malah berubah menjadi nikmat pada Mariana. “jilat lubang pantat ku” Ucap Sabrina yang tiba-tiba mengereskan lubang pantatnya mengarah ke mulut Mariana, Entah karena di kendalikan nafsu atau Mariaan yang sadar tidak bisa menghindar dari perintah Sabrina, ia pun menjilati lubang pantat Sabrina dan memasukkan lidahnya lubang pantat Sabrina *Srrullppp Srlluupp.. “Aaaahhhh... “ Ucap Sabrina sambil bola matanya ke atas merasakan kenikmatan pada lubang pantatnya.


Haa.. Haaa.. Suara napas Prahmono mulai merasa berat karena usianya yang tidak bisa berbohong “Sabrina.. haa.. Ganti posisi.. haa..” Ucap Prahmono yang langsung mencabut kontolnya dan berbaring di samping Mariana. Tanpa di perintah Mariana mulai bangkit ketika Sabrina bangkit terlebih dahulu dari wajahnya dan memegang kontol Prahmono mengarahkannya ke memeknya “Aggghhhh nikmat sekali saat kontol mu mencium bibir rahimku." Ucap Mariana sambil melihat ke langit-langit. Prahmono kali ini benar-benar seperti raja yang hanya berbaring tanpa harus bergerak sama sekali. Sabrina yang melihat itu mengerti apa maksud dan keinginan pak tua satu itu, ia pun mulai ke berjalan ke belakang Mariana menempelkan dadanya ke belakang bahu Mariana dan memeras kedua toket Mariana dari bawah ketiaknya. “Ayok.. waktunya gerak.” Ucap Sabrina sambil mengembam kedua toket Mariana memaksa Mariana menaik turunkan tubuhnya dengan cepat. *Plok.. plok.. plokk.. plookkkk.. “Aaah.. Aaahh... Aku mau keluar..” Ucap Mariana.. “Aku duluan.. Uggghhh..” Ucap Prahmono yang langsung mengerluarkan spermannya dalam memek Mariana di ikuti Mariana yang juga klimaks saat merasakan sperma panas Prahmono menyentuh rahimnya dan ambruk di sebelah di sebelah Prahmono.


“Yah.. baru juga mau di mulai.” Ucap Sabrina dengan tampang kecewa. “Aku ha.. ha.. sudah tidak.. ha.. muda lagi. ha..” Ucap Prahmono sambil terengah-engah. Merasa permainan telah berakhir Sarina pun memugut semua pakaian dan mulai merapikan diri di ikuti Prahmono yang walau masih merasa capek. “Ini pak.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan selembar keras dan pulpen ke Prahmono. “Oh.. yah.. ya.. hampir lupa.” Ucap Prahmono mengambil pulpen tersebut dan tanda tangan pada kertas tersebut. “Mulai sekarang Sally akan berasa dalam penjagaan ku, jika kedepan terjadi sesuatu ia kan ku lindungi.” Ucap Prahmono “Oya aku juga ada sesuatu untuk mu.” sambung Prahmono berjalan mendekati Mariana sambil mengeluarkan sebuah kalung Ruby. “Aku akan menunggu hari dimana kau ingin menjadi selir ku.” Bisik Prahmono terus mencium toket kiri Mariana dan berjalan ke pintu keluar. Sabrina membungkuk memberikan hormat saat presiden keluar kamar sedangkan Mariana tergeletak lemas di atas kasur.


"Mau sampai kapan aku seperti ini ? hisk.. hiskk.." Dalam keadaan lemas Mariana bertanya sambil menangis. “SAMPAI KAPAN KAU TANYA ? 7 TAHUN HARAPAN KU KAU REBUT, 18 TAHUN PENDERITAAN YANG TERLAH KU LEWATI, APA KAU MENGERTI PENDERITAAN KU ?” Amarah Sabrina meledak melihat Mariana yang bertanya seperti itu sambil menangis seakan dirinyalah korban dalam situasi ini. "sampai aku puas" lanjut Sabrina meninggalkan ruangan. Tersisa Mariana sendiri di dalam kamar berbaring meratapi nasipnya kedepan bakalan seperti apa.


Selesai Mariana bersih-bersih, waktu telah menujutkan jam 4 sore, Mariana keluar kamar yang ternyata telah di tunggu oleh Sabrina dan kedua pengawalnya. “Ini ada sedikit cemilan, pulang makanlah.” Ucap Sabrina sambil memberikan 2 kotak yang berisikan ayam gorang dan sayur-sayuran. “Ia.. terima kasih” Jawab Mariana dengan nada datas. “Bobby bawa dia dan anaknya pulang.” Ucap Sabrina yang terus meninggalkan Mariana di ikuti Rony. *Ting pintu elevator pun terbuka “Mari” Ucap Bobby mempersilakan Mariana melangkah terlebih dahulu. Di dalam elevator Bobby tercium Aroma wangi pada rambut Mariana serta tubuh Mariana yang sexy dari pantulan dinding elevator membuat kontolnya mengeras di balik celananya, tetapi apa daya ia tak punya keberanian untuk menyentuhnya. Mariana sadar kalau Bobby sedang menerawang tubuhnya dan tersenyum manis ke Bobby melalui pantulan pintu elevator yang seketika membuat Bobby salah tingkah.


*Ting pintu elevator terbuka. “Mamaaaaa” Ucap Aditya saat melihat mamanya keluar dari elevator. “Mama kenapa lama sekali sih ?” Tanya Aditya menghampiri Mariana di ikuti Liandra. “Tunggu dulu.. liat mama ada apa ini ?” Ucap Mariana “Ayam goreng special dari tante Sabrina.” Lanjut Mariana sambil tersenyum. “Yeeaaaahhhh ayam goreng.. ayok ma pulang.. papa mentar lagi pasti sampai rumah.” Ajak Aditya. “ia.. ia.. sabar.. Makasih ya Liandra ud temanin Aditya.” Ucap Mariana ke arah Liandra. “Ia makasih yah kak Lia, tadi seru sekali.” Ucap Aditya sambil tersenyum lebar. “Ia.. kakak juga senang kok, datang lagi ya kapan-kapan, Dahhh.. “ Ucap Liandra


Malam hari di meja makan, "wah.. ayam gorengnya enak nih.. beli dimana ?" tanya Hermanto. "di berikan oleh sabrina" jawab Mariana singkat, "ah.. sahabat baik mu tuh.. gimana kabar dia ? walau kita sudah kembali ke kota ini.. aku belom sempat menjumpai dia, mungkin sebaiknya aku sisi kan waktu untuk berterima kasih pada nya nanti." Ucap Hermanto sambil menyantap makanan yang berada di atas meja.

"Dia juga sibuk mengurus perusahaannya itu dan bukannya kamu juga masih tahap pengembangan di sini ?" Ucap Mariana berusaha tidak ingin mempertemukan suami dan sabrina "Perusahan ? dia mendirikan perusahaan ? wahh.. baguslah." Ucap Hermanto
" Del Korsa ? aku juga tidak begitu ingat namanya" Jawab Mariana.
"Del Korsa yang itu ? wah.. itu perusahaan paling besar saat ini.” Ucap Hermanto terkagum.
“Ia pa.. gedung tante sabrina besar sekali di dalamnya lengkap game-gamenya.. mau main ini itu tinggal tunjuk.. mau makan tinggal tunjuk.. enak banget di sana pa" Ucap Aditya tidak kalah menunjukkan ekpresi senangnya selama di sana.


"Wah.. kayaknya aku benar-benar harus menyisihkan waktu untuk berterima kasih" Ucap Hermanto terlihat senang akan kesuksesan Sabrina. "Tak apa kok, nanti biar aku yang sampaikan saja, jangan terlalu di paksain" kata Mariana yang masih terus berusaha tidak ingin mempertemukan suaminya pada Sabrina.


Jam sudah menunjukan pukul 11:47 tetapi Mariana masih belum bisa tidur, melihat ke arah Hermanto yang sudah tertidur pulas, di otaknya kepikiran “Apakah pilihan yang ku ambil saat itu salah ? kira-kira bagaimana jadinya jika aku tidak terima Hermanto saat itu ? yah.. mungkin sekarang yang berada di kasur ini adalah Sabrina, dan aku ? haaa.. mungkin aku bersama cowok lain yang tidak tau apakah lebih baik dari Hermanto atau lebih buruk.” tak terasa pipinya telah basah karena air matanya hisk.. hisk..


“Sekrang situasi sudah seperti ini, Aku sudah tidak sanggup lagi, siapa lagi yang bisa menolong aku jika mantan Presiden sekalipun berdiri di sisi Sabrina.” Hisk.. hisk.. Mariana melangkah keluar menuju dapur dengan pelan agar tidak membagunkan suaminya, dalam langkahnya menujur dapur Mariana sempat berpikir untuk mengakhir hidupnya karena ia yakin kejadian seperti ini pasti akan lebih parah lagi yang tidak bisa ia bayangkan tetapi langkahnya terhenti di depan pintu kamar anaknya. *Clek Mariana membuka pintu anaknya air matanya mengalir semakin desar melihat anaknya yang tertidur polos “Hal tolol apa yang barusan ku pikirkan ? Anak ini ku tarik ke dunia ini tidak salah apa-apa, ini semua salah aku dan Hermanto, setidaknya aku harus bertahan memberikan kasih sayang ku sepenuhnya untuk anakku.” Pikir Mariana terus mecium kening Aditya. Malam itu Mariana tidur di sebelah anaknya sambil menangis.
 
Terakhir diubah:
Lanjut hu, sampai mariana takluk sepenuhnya sama sabrina dan seutuhnya menjadi sally
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd