Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Update Ch 04​

*Kreeekkk suara pintu Mazda Biante terbuka. “Ayok turun.” Ucap seorang wanita dengan pakaian kemeja blose putih berpita hitam, memegang sebuah rantai anjing yang melilit seorang wanita berpakaian latex, kuping anjing dan dildo ekor anjing di lubang pantatnya. “Sally hari ini kita jalan-jalan ke taman yuk.” Ucap Sabrina memegang rantai dan Mariana dengan pakaian latexnya merangkak di belakang Sabrina, tentu Bobby dan Rony ikut sambil merekam. Tak hanya latex yang tebal pada bagian tangan dan kaki, Sabrina juga memakaikan perlindung pada lutut Mariana, Sabrina tidak ingin pelacur berharganya lecet saat sedang bertugas.


Waktu sudah menujukkan pukul 12:19 malam, Suasana hening, Lampu yang cukup untuk meneragi jalan di taman, tak ada orang di taman kota yang cukup luas. “Ini pertama kalinya aku membawa anjing ku sendiri jalan-jalan, ternyata menyenangkan juga, aku baru tau perasaan senang majikan yang membawa peliharaannya jalan-jalan.” Ucap Sabrina tersenyum melihat ke Mariana yang merangkak.


Setelah berjalan cukup jauh, “AAaaaahh.. aaahh.. teruss... aahh..” desahan wanita terdengar samar-samar terdengar oleh Sabrina. Dengan senyum khas Sabrina “Sepertinya ada yang sedang berpesta.” Ucap Sabrina berjalan menghampiri asal suara tersebut dan sesuai dugaan Sabrina. Terdapat 2 orang pria dengan menggunakan baju polisi dan 1 wanita pelacur yang sedang menikmati kontol di memeknya dan lubang pantatnya bersamaan.


“Boleh kami ikut ?” Tanya Sabrina seketika membuat ketiga orang itu kaget dan langsung bergegas mengambil pakaian untuk menutupi tubuh mereka, takut terekam oleh Bobby dan Rony. “Bapak-bapak, bagaimana kalau kalian tinggalkan saja itu wanita pelacur murahan, dan sebagai gantinya aku pinjamkan pelacur yang lebih lebih baik ?” Tanya Sabrina sambil melempar rantai yang dia pegang kepada ke dua polisi yang langsung melihat dan membandingkan dengan pelacur yang mereka sewa. “Ah.. tentu di rekam, aku tidak bisa mentolerin yang satu ini.” Lanjut Sabrina yang sepertinya sangat ingin mendokumentasikan Mariana di ngentot oleh 2 pria tak di kenal tersebut.


Kedua polisi tersebut saling liat-liatan untuk waktu yang tak lama. “Boleh.” Ucap salah satu pria tersebut. “Kenapa begitu ?” Bentak pelacur tidak terima pekerjaan di rebut oleh Mariana. “Sudah, kau pulang saja, sekarang kami punya pengganti yang lebih cantik.” Ucap polisi yang lainnya sambil mereka berjalan mendekati Mariana. “Cantik siapa namanya ?” Tanya salah satu polisi sambil jalan mendekati Mariana. “Sally pak.” Jawab Mariana. “jangan panggil bapak, aku Viktor, dan dia Tristan kami masih umur 24 kok.” Ucap Viktor memperkenalkan diri. Kedua polisi ini memang tampak masih muda, terlihat dari tubuh mereka yang terbentuk seperti habis pelatihan.

Baju Latex dengan dildo ekor anjing.jpg

Tanpa di perintah Mariana mulai menjilat kedua kontol 15 cm yang bergantung di depannya. *Srruuppplll Srruuppl.. tanpa peduli cairan dari memek dan lubang pantat pelacur itu masih di kontol itu. “Woow, sudah cantik, jago nyepong lagi.” Ucap Tristan memuji Mariana tapi pujian tersebut semakin membuat pelacur kesal dan bersujud di samping Mariana, mengembang kontol Viktor. “Jeny kau pulang lah, kami sudah tidak membutuhkan kau lagi.” Ucap Viktor tapi pelacur yang bernama Jeny bersih kukuh tidak ingin pulang sebelum menerima bayaran.


“Ck.. pelacur satu ini tidak mengerti bahasa manusia.” Viktor yang mulai kesal menarik Mariana dan memposisikan Mariana menungging bersanar di pohon. Dengan cepat Viktor menurunkan resleting pada baju latex Mariana. “Memek ini bahkan terlihat lebih cantik dari memek seribu umat mu itu.” Ucap Viktor yang langsung memasukkan kontolnya ke memek Mariana. “Aaaaahhh... aahhh.. aahhh..” Desahan Mariana keluar dari mulutnya tanpa peduli keadaan sekitar.


“Sini kau, gara-gara kau jadi dia duluan yang menikmatinya.” Ucap Tristan menarik Jeny berdiri dan mengangkat kaki kirinya. “Masukin.” Mendengar perintah itu, Jeny langsung mengarahkan kontol Tristan ke memeknya. “Aaahh... ahhh...” Desahan Jeny dan Mariana berpadu seperti paduan suara. “Sial, Memeknya beda sekali dengan memek longar pelacur satu itu, sepertinya aku sudah mau keluar.” Ucap Viktor sambil memejamkan matanya. “Woi, jangan tembak di dalam, aku belum merasakan memeknya.” Ucap Tristan. “Ya.. ya... “ Viktor langsung melepas kontolnya dan memalikkan Mariana. “buka mulut mu.” perintah Viktor sambil mengocok kontolnya sendiri di depan muka Mariana. “Uggghh.. terima ini.” Lanjut Viktor menembangkan spermanya ke mulut Mariana hingga ada sebagaian mengenai muka Mariana.


“Aaahhh... ini yang terbaik.” Ucap Viktor sambil duduk di kursi taman. Tristan yang melihat Viktor yang sudah selesai dengan Mariana langsung melepas kontolnya dari memek Jeny dan berjalan menghampiri Mariana yang duduk bersandar di pohon. Berlahan Tristan memasukkan kontolnya yang masih tegang ke memek Mariana. “Aaaaahhh.. ya.. terus... ngentot aku terus..” Mariana mendesah sambil melihat Tristan. “Kau cantik sekali, baru pertama kali aku melihat pelacur secantik kau.” Ucap Tristan mengangkat Mariana berdiri. Mariana yang merasa melayang sambil kontol di dalam memeknya membuatnya semakin terangsang. “Aaaha... aaahh... ahhh..” Dari desahan, terdengar Mariana sangat menikmati dirinya di angkat seperti anak-anak sambil menikmati kontol Tristan.


Jeny yang masih kesal, berjalan mendekati Tristan dan Mariana. “Dasar pelacur perebut perkerjaan orang.” Ucap Jeny dengan nada sesal, menjilat pundak Mariana dan kedua tangannya menarik puting Mariana dari belakang. “Aagggghhhh... aaaahhhh terus.. lebih kuat.. Aaahhh..” Sabrina mengeleng kepalanya melihat Mariana semakin terangsang karena perlakuan Jeny. “Kau sudah tidak ada bedanya lagi dengan pelacur murahan itu.”


Melihat Jeny yang memainkan puting Mariana di depannya, Tristan menjadi semakin bernafsu mengentot Mariana. “Aaaaahhh.. haaa.. terus... Aaahhh... lebih kuat..” Mendengar desahan Mariana semakin membuat Jeny kesal, “Gimana kalau ini.” Jeny memasukkan jari telunjuknya ke dalam lubang pantat Mariana. “Aaaaahhh.. aku di sana.. aaahhh.. ya.. aaahh..” Mariana semakin menikmati perlakuan Jeny padanya. “Wah.. apa yang kau lakukan ? memeknya menjadi semakin ketat. Uggghh.. aku sudah mau keluar.” Ucap Tristan.


Jeny yang mendengar Tristan sudah mau klimaks langsung berjongkong, menjilat memek dan kontol Tristan dari bawah. “Aaaahhh.. aku juga... AAaahhh.. aku kalurrr..” Mariana duluan keluar dan Tristan mencabut kontolnya karena takut Mariana akan hamil. Dengan sigap Jeny langsung memasukkan kontol Tristan ke dalam mulutnya, menerima semua sperma Tristan. “Aaaaahhh... lega sekali.” Ucap Tristan sambil menurunkan Mariana ke atas rumput karena kakinya sudah lemas.


“Mmm...” Mariana di kagetkan dengan ciuman Jeny yang tiba-tiba dan ada cairan yang masukkan dari mulut Jeny. “Aku membagikan spermanya ke kau.” Ucap Jeny sambil kembali mencium Mairana dan memainkan lidah mereka berdua, memutar-mutar sperma Tristan di dalam mulut mereka dan menelanya. “Ternyata dia lebih rendah dari pelacur itu.” Ucap Sabrina yang kembali mengelengkan kepalanya.


Merasa sudah selesai dengan perkerjaannya, Jeny menghampiri Viktor yang masih terduduk lemas di kursi taman, “Mana bayaran ku ?” Tanya Jeny sambil menjulurkan tangannya di depan Viktor. “Hah ? Sudah gila ya ? Betina satu itu yang memuaskan kami.” Bentak Viktor sambil menujuk ke arah Mariana yang bersandar lemas di pohon. “Tapi kalian yang memanggil aku dan aku juga berkerja.” Ucap Jeny yang berusaha mendapatkan uangnya. “Kau ~” Viktor dengan ekpresi marah, berdiri dan ingin menampar Jeny, tapi tangannya segera di tahan oleh Bobby. “Cukup !” Dengan nada tegas, Sabrina melangkah mendekati Jeny, “Ini kartu namaku, pergilah ke alamat di sana, maka kau akan mendapatkan perkerjaan dengan gaji tetap setiap bulannya. Dan ini uang muka terlebih dahulu.” Lanjut Sabrina sambil memberikan beberapa lembar uang ke Jeny. Mata Jeny terbuka lebar karena kaget, dirinya tidak hanya mendapatkan uang, tetapi juga perkerjaan dengan gaji tetap. “Terima kasih.. terima kasih banyak.” Ucap Jeny sambil membungkukan badannya memberi hormat dan melangkah pergi sambil melihat sinis ke Viktor dan Tristan.


Sabrina berjalan mendekati Mariana yang masih bersandar lemas di pohon. “Sally dimana barang pemberian Pak Prahmono ?” Tanya Sabrina sambil jongkok dan dengan suara kecil. “Ada di rumah.” jawab Mariana pelan. “Bagus, mulai hari ini, apa terus kalung itu.” Ucap Sabrina yang membuat Mariana binggung dengan apa yang di rencakana oleh Sabrina ke depannya. “Kalian bersihkan yang ada di sini, aku akan tunggu di mobil.” Ucap Sabrina berjalan meninggalkan semuanya.


2 Minggu kemudian, Selama 2 minggu, Mariana melewati hari-harinya dengan rutinitas di rumah sebagai seorang ibu dan istri yang mengurus rumah, di perusahaan sebagai model yang foto dengan pakaian seksi, olah raga menjaga tubuh dan tak jarak Prahmono dan Dirwanto datang untuk mengentot Mariana setelah ia selesai olah raga.


Di kantor Hermanto, “Ah.. Maaf kantornya kecil, hehe.” Ucap Hermanto sambil menyodorkan secangkir teh ke arah Sabrina yang duduk di depannya. “Apa yang kau katakan ? tidak penting besar atau kecil, tapi siapa yang menjalankannya.” Ucap Sabrina sambil melihat Hermanto, sekilas matanya memancarkan rasa sayang yang dulu ia rasakan. “Sebenarnya aku ingin ke perusahaan mu memberikan tiket konser yang sedang di urus oleh perusahaanku.” Ucap Hermanto sambil menyerahkan 5 lembar tiket konser. “Tak apa, aku datang ke sini juga karena aku ada urusan di sekitas sini kok.” Ucap Sabrian sambil tersenyum manis ke Hermanto dan membaca tulisan di tiket pemberian Hermanto.


“Konser music ya ? Risky mungkin mau datang, tapi Suamiku sepertinya tidak bakalan datang.” Ucap Sabrina sambil mengembalikan 1 lembar tiket ke Hermanto. “Ah.. tak apa.. kau bisa memberikannya ke kenalan mu yang lain.” Ucap Hermanto. “Apa Liandra mau datang ke tempat beginian ?” Pikir Sabrina sambil memasukkan tiket itu ke dalam tasnya. “Bagaimana dengan Aditya ? Apa kau akan tinggalkan dia ?” Tanya Sabrina. “Tidak, dia akan ikut, acaranya hari sabtu dan di sana tamu khusus di tempatkan di ruangan terpisah, jadi akan aman.” Ucap Hermanto menjelaskan. “Dan mungkin nanti aku akan merepotkan kau lagi, hehehe.” Lanjut Hermanto sambil sedikit menurunkan kepalanya. “Aku mungkin harus duluan pergi, jadi nanti tolong temanin Mariana dan Aditya.” Lanjut Hermanto. “Tak masalah, memang itu juga yang ku pikirkan, kau tenang saja.” Ucapan Sabrina seketika membuat Wajah Hermanto kembali cerah dan Sabrina juga ikut senang, perasaannya seperti kembali ke masa-masa dimana ia bisa mengobrol santai dengan pria yang ia cintai dulu. “Kalau begitu aku pergi dulu, ada urusan yang harus aku urus.” Ucap Sabrina sambil berdiri. “Mari, biar aku antar.” Ucap Hermanto mempersilakan Sabrina.


Di mobil Sabrina tampak sedikit kesal, karena ia harus di tampar dengan kenyataan Hermanto telah menjadi suami sahabatnya sendiri.


Hari sabtu pagi, “Maaf ya, aku tidak bisa pergi besama karean ada kerjaa, tapi nanti Sabrina akan datang menjemput” Ucap Hermanto setelah menyelesaikan sarapan pagi yang di buat istrinya. “Ia, tak apa kok.” Ucap Mariana sambil tersenyum menenagkan hati suaminya. “Kalau begitu aku pergi dulu.” *Muaachh.. Ucap Hermanto mencium kening Mariana. “Hati-hati di jalan.” Balas Mariana.


Sore hari di rumah Mariana, *Ting tong.. “Yaaa..” Mariana berteriak saat mendengar bel rumahnya bunyi. “Adit, itu pasti tante Sabrina, pergi buka pintu.” Perintah Mariana ke anaknya yang terlihat hanya duduk dan bermain game. “Baiklah.” Ucap Aditya pergi membuka pintu. “Sayang.” Ucap Sabrina sambil memeluk Adtiya dengan senang. “Mama mana ?” Tanya Sabrina. “Ada di dalam kok tante, masuk yuk.” Jawab Aditya sambil mempersilakan Sabrina masuk dengan sopan.


“Ambil ini, dan segera ganti pakaian.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan 3 tas jinjing yang berisikan 1 set baju formal. “Wah.. terima kasih tante.” Ucap Aditya meninggalkan Sabrina, menuju ke kamarnya untuk berganti pakaian, sedangkan Sabrina berjalan menuju ke ruang tamu untuk menemui Mariana. “Sabrina, akhirnya datang juga.” Ucap Mariana menyambut Sabrina. “Ini, aku bawakan baju, tadi aku juga sudah memberikan Aditya baju baru.” Ucap Sabrina sambil menyerahkan 4 tas jinjing. “Yah ampun, kau tak perlu, lagiana di lemari ku masih banyak baju yang kemarin itu kau belikan.” Ucap Mariana berusaha menolak. “Sudah, tak apa yang ini special.” karena Mariana tidak berani untuk lebih lanjut menolak pemberian Sabrina, akhirnya pun ia menerimanya. “Terima kasih ya.” Ucap Mariana sambil tersenyum dan menerima pemberian Sabrina.


“Kalau begitu aku ganti dulu.” Ucap Mariana berjalan ke kamarnya dan Sabrina ikut berjalan ke kamarnya. Rasa ingin melarangnya sempat terbesit di pikirannya, tetapi Mariana pun tak berani untuk melarang Sabrina. Di dalam ruang penganti Mariana dan Hermanto, Mariana membuka bajunya dan berganti dengan pakaian yang di berikan oleh Sabrina, seakan tidak ada Sabrina di ruangan tersebut. Sedangkan Sabrina berjalan santai keliling ruangan tersebut seperti orang yang melihat lukisan di pameran.


“Bagimana ?” Tanya Mariana kepada Sabrina setelah selesai menggunakan dress putih panjang sebetis dengan potongan sambil yang ketat hingga mencetat toket dan pantatnya. Untungnya bulu ketiak Mariana bukanlah tipe yang lebat panjang sehingga jika ia tidak mengangkat tanganya, bulu ketiaknya bisa ia sembuyikan. “Cantik kok.” Ucap Sabrina yang juga menggunakan dress model yang sama, hanya saja miliknya lebih panjang hingga ke kaki. “Jangan lupa gunakan kalung pemberian pak Prahmono itu.” Ucap Sabrina mengigatkan. Walau sebenaranya Mariana enggan untuk menggunakannya, karena setiap Mariana melihat kalung tersebut, ia teringat dengan dirinya saat memohon untuk kontol Prahmono dan itu membuat memeknya menjadi basah. “Kau terlihat cantik menggunakan kalung tersebut.” Puji Sabrina sambil membelai baju Mariana turun hingga ia membelai memek Mariana. “Kenapa basah ? apa kau teringat dengan kejadian kemarin itu ?” Tanya Sabrina sambil tersenyum, sedangkan Mariana hanya diam menahan malu. “Kalau begitu pakai ini saja.” Ucap Sabrina mengeluarkan dildo bercabang 2 dan memasukkan memek dan lubang pantat Mariana. “Aaahh.. jangan.. nanti di sana banyak orang.” Ucap Mariana memegang tangan Sabrina. “Sudah diam saja !” Bentak Sabrina.

007.jpg

“Ayok, Risky dan Liandra sudah tunggu dari tadi di mobil.” Ucap Sabrina setelah Mariana dan dirinya selesai memeriksa Aditya yang kesulitan menggunakan dasi pita. Risky kembali terpana melihat kecantikan Mariana, jantungnya berdetak cepat, bayangan dirinya di ikat dan Mariana di ngentot di depannya terlintas di otaknya, sehingga membuat kontolnya sesak di balik celananya. “Hey sayang, kau sangat tampan hari ini.” Ucap Mariana ke Risky berharap Risky melupakan apa yang terjadi saat di sekolahnya dulu. “Ah.. Umm.. mm.. “ Ucap Risky grogi. Sabrina hanya tersenyum melihat kelakuan Risky yang masih menyukai temannya walau ia sudah melihat Mariana berekpresi seperti lonte saat di ngentot temannya.


Sepanjang perjalanan dari rumah Mariana hingga tempat konser, Risky hanya diam sambil sesekali masuk dalam pembicaraan Liandra dengan Aditya, sedangkan Mariana berusaha tetap tenang walau ada yang menganjal memek dan lubang pantatnya, dan mengobrol dengan Sabrina tentang diri mereka dulu saat datang ke acara konser. Di tempat konser, Hermanto telah menunggu kedatangan Mariana dan Sabrina di tempat parkir. “Ah, untung kalian datang lebih cepat, karena kebijkakan pemerintah, parkiran konser hanya boleh di pakai pengurus, sebentar lagi mobil bus pengunjung akan datang bersamaan.” Ucap Hermanto yang sesekali melihat jam di tangannya. “Ayok aku antar.” Lanjut Hermanto berjalan memandu Mariana dan yang lainnya, tentu di kawal oleh Bobby dan Rony dengan tas ransel di belakangnya.


Di belakang suaminya sendiri Mariana merasa sangat terangsang setiap kali kakinya melangkah, mengesek dinding memek dan lubang pantatnya. *Clek.. Hermanto membuka pintu. “Nah, di sini tempat tamu khusus, dari sini kalian bisa langsung menghadap ke panggung. dan di sini lebih nyaman.” Ucap Hermanto mempersilakan Sabrina dan yang lainnya masuk ke ruangan tampak megah, ada deretan kursi sofa, ruang berAC yang sejuk, dan kaca yang tebal sebagai keamanan.


“Maaf aku harus pergi mengurus pekerjaanku.” Ucap Hermanto menutup pintu dan pergi meninggalkan Sabrina dan yang lainnya. “Hermanto tidak berubah ya, selalu saja berusahan dengan keras.” Ucap Sabrina sambil jalan duduk di sofa yang di sediakan di ikuti Mariana, Liandra, Risky dan Aditya yang senang papanya di puji.


Berlahan Sabrina meningkatkan getaran dildo pada memek dan lubang pantat Mariana. *BBzzzz bbbzzzzz.. “Mmmhh..” Mariana menahan mulutnya agar tidak mendesah karena Aditya berada di sebelahnya. “Mama kenapa ?” Tanya Aditya. “Ti.. tidak apa, mama ke kamar kecil dulu.” Ucap Mariana. “Tunggu Mar.” Ucap Sabrina sambil memegang tangan Mariana. “Bobby, Rony, kalian ikut Mariana.” Perintah Sabrina ke Bobby dan Rony dengan tegas. “Tak apa, di sini aman kok, Aditya akan jaga aku, ia kan sayang ?” Ucap Sabrina sambil memanjakan Aditya.


Mariana pun berjalan meninggalakn ruangan sambil di temanin Bobby dan Rony. Risky yang sadar ada yang aneh dengan Mariana, hanya bisa menunggu kesempatan saat semua orang fokus pada panggung dan ia bisa keluar mencari Mariana. Di sisi lain, Mariana bersama Bobby dan Rony yang terjebak krumunan saat mencari toilet. “Pantat montokmu benar-benar membuat ku tak tahan.” Ucap Rony dengan suara kecil dan meremas pantat Mariana. “Mmmm..” mata Mariana melotot merasakan pantatnya di remas dengan sengaja. “Apa yang kau lakukan ?” Tanya Maraina. “hehehee.. tenang saja cantik, sebelum ke rumah mu kami sudah meminta izin ke madam Sabrina, dan khusus hari ini ia mengizinkannya, jadi hari ini kau adalah milik kami.” Ucap Bobby sambil senyum dan ikut meremas pantat Mariana.


Mariana yang merasa risih menepis kedua tangan tersebut “Sabar ya, Bagaimana kalau kita mencari tempat sepi dulu.” Ucap Mariana sambil tersenyum sambil mengedipkan matanya karena tidak berani membuat Bobby dan Rony marah. Melihat senyum Mariana, Bobby dan Rony pun bersabar hingga ke toilet umum yang jaraknya agak jauh dari tempat mereka.


Di toilet umum pria tempat konser. Begitu sampai Bobby langsung memeluk Mariana dari belakang dan tangannya meremas toketnya. “Aaahh.. kau sangat wangi.” Bobby menghirup aroma dari leher Mariana. Mariana yang sadar akan situasi dirinya, hanya bisa memedam rasa jijiknya dan pasrah. Rony mengeluarkan tas jinjing dari dalam tas ranselnya dan menyerahkan ke Mariana. “Pakai ini, jika kau tak ingin baju mu kotor.” Mariana segera menerima tas jinjing tersebut dan mengeluarkan isinya.


“Apa ini ?” Mariana heran melihat isinya tampak seperti kuping. “Sudah pakai saja, atau kau mau kami yang mengantikanya ?” Tanya Rony sambil memasang kamera seadaanya. “Baiklah.” Ucap Mariana sembari berjalan ke sebuah bilik, “Mau kemana ? ganti di sini.” Ucap Bobby. Mariana yang mendengar tersebut hanya bisa pasrah, ini bukan pertama kalinya mereka melihat tubuh terlanjang Mariana, tetapi hari itu Mariana tak ingin sampai ketahuan di acara yang di susun oleh suaminya.


Berlahan Mariana menurunkan dress putih yang ia kenakan dengan perasaan deg-degan. “Kami sudah lama ingin mencicipi tubuhmu, hingga kontol ini mau beledak rasanya.” Ucap Rony yang bersemangat melihat tubuh Mariana yang hanya menggunakan bra putih dan celana dalam berwarna putih juga dengan benjolan dildo. “Jadi apa kau menikmati kontol palsu ini ?” Ucap Bobby berjongkok di depan Mariana dan mencabut dildo tersebut dengan pelan. “Aaaahh...” Mariana mendesah merasakan dildo tersebut mengesek dinding memeknya dan pantatnya. “Cairannya banyak sekali.” Ucap Bobby langsung menjilat dildo bekas memek Mairana, Sedangkan Mariana lanjut membuka bra dan menggunakan pemberian Bobby dan Rony.


Kini tampak Mariana yang heran dengan pakaian yang membuatnya merasa seperti seekor kelinci, stoking jaring-jaring berwarna merah. 1 set bikini berwarna merah dan kuping kelinci. “Woowwww warna merah memang cocok dengan kulit putih mu” Ucap Rony dan Bobby yang kagum dengan tubuh Mariana. “Kau tau setiap aku mengambil foto mu, aku selalu membayagin diriku mengentot mu, dan pakaian yang kau pake adalah pakaian yang akan kau pake untuk sesi foto selanjutnya.” Lanjut Rony mulai membuka semua pakaiannya di ikuti Bobby.


Bertapa kagetnya Mariana melihat kedua kontol di depannya yang memiliki panjang sekitar 18 cm, ukuran yang sama dengan Prahmono, hanya saja tampak lebih hitam dari milik Prahmono. “Tenang saja, kami akan pelan kok.” Ucap Bobby sambil menjilat pipi Mariana. “Karena hari ini dia milik kita, apa yang sangat ingin kita lakukan padanya ?” Tanya Rony ke Bobby yang merasa sangkin banyaknya yang ingin ia lakukan, ia menjadi bingung sendiri.


“Bagaimana kalau kita mulai dari teknik mulutnya.” Ucap Bobby menekan kepala Mariana agar bersujud sejajar dengan kontol mereka. “Aku juga penasaran, Bagaimana teknik mulut kelinci kita.” Ucap Rony sambil menampar muka Mariana dengan kontolnya. Mariana yang kesal mukanya di tampar dengan kontol, langsung mengemgamnya kedua kontol tersebut dan menjilat ujung kontolnya bersamaan. “Hmm.. awal yang lumayan.” Ucap Bobby memangkukan pinggangnya. Mariana yang sudah sering menghisap kontol banyak pria, sehingga ia tau dimana titik-titik yang membuat pria kenikmatan dengan jilatannya.


“Hanya segini saja ? ini teknik yang membuat polisi kemarin itu ketagihan dengan mulut mu ?” Tanya Bobby dengan nada kecewa. “Kalau hanya segini, pelacur di luar sana pun bisa melakukannya.” Lanjut Bobby sambil menggelengkan kepalanya. Mendengar perkataan Bobby, Maraian menjadi semakin kesal pun langsung menggunakan tanganya meremas buah jakar Bobby dan Rony. “Ugghh.. OOhhhhhh.. i.. ini..” Bobby dan Rony merem melek merasakan buah zakarnya di remes dan di plinterin jari-jari Mariana, serta mulutnya menghisap kontol Bobby dan Rony dengan kuat.


“Uggghh.. isapan dan jari-jarinya membuat aku ingin keluar.” Ucap Rony memejamkan matanya berusaha menahan ledakan kontolnya. “Kalau bagitu keluarkan lah, hari masih panjang.” Ucap Bobby dan Rony bersama-sama mengarahkan kontolnya ke mulut Mariana yang sudah terbuka lebar siap menerima sperma mereka. “Coba kasih tau rasa sprema kami.” Ucap Rony menembakkan spremanya ke lidah Mariana bersamaan dengan Bobby. *Crottt.. croottt..


Mariana memasukkan lidahnya dan mencoba merasakan sperma Bobby dan Rony. “Rasanya asin, seperti keringat.” Jawab Mariana seketika membuat membuat Bobby dan Rony ketawa tanpa takut ada yang kedengaran di luar sana. “Tapi gurihkan ? dari pada sperma polisi-polisi itu.” Ucap Bobby merasa menang dan memang di karenakan Bobby dan Rony yang rajin olah raga dan tidak merokok yang membuat rasa sperma mereka tidak pahit.


Mariana yang mendengar perkataan Bobby hanya bisa tertunduk malu, Marian sadar dirinya sempat merasakan marah saat di bandingkan dengan pelacur, “Apa diri ku sudah menerima bahwa aku adalah pelacur ?” Pertanyaan tersebut sempat terlintas dalam benak Mariana.


Mariana berdiri setelah melihat kontol Bobby dan Rony masih berdiri dengan keras, sangat berbeda dengan polisi kemarin, dan duduk di atas kloset sambil mengangkat kedua pahanya, memperlihatkan memeknya yang sudah sangat basah. “Tolong masukkan kontol kalian ke dalam lubang memek ku, aku sudah tidak sabar ingin merasakan kontol.” Ucap Mariana sambil menatap genit ke Bobby dan Rony.


Seperti besi yang di tarik magnet, Bobby dan Rony melangkah bersamaan. “Aku dulu.” Ucap Bobby dengan nada sangat percaya diri, “Tidak aku dulu.” Balas Rony yang tidak mau kalah. Bobby yang tak ingin berlangsung lama-lama membisikkan sesuatu kepada Rony dan Rony hanya menganggukkan kepalanya. Mariana sudah termakan oleh nafsu, tidak peduli apa yang mereka rencanakan, ia hanya menggunakan tangannya membuka pahanya, menunggu salah satu kontol tersebut masuk ke dalam lubang memeknya.


Entah apa yang sedang di rencanakan tetapi kini Bobby melangkah mendekati Mariana dan memukul kontolnya ke memek Mariana. “Aaaahh.. cepat.. Aaahhh.. masukkan kontol mu, jangan mempermainkan aku..” Ucap Mariana dengan tatapan memelas. “Dasar maniac seks.” Ucap Bobby yang langsung menekan kontolnya ke dalam memek Mariana dengan kuat. “AAaaaaaaahhhhh” Desahan Mariana meraskaan memeknya di belah kontol Bobby yang besar. “Aaahhh.. aaahhh.. aku merasakannya.. Aaahh.. kontolmu mencium rahimku.” Ucap Mariana di saat Bobby mulai mengerakan pinggulnya.


“Ini belum seberapa.” Ucap Bobby yang memeluk Mariana dan mengakatnya. Mariana yang merasa seperti anak kecil yang di angkat, membuatnya semakin bernafsu. “Permisi.” Ucap Rony yang duduk di atas kloset dan memegang kontolnya yang tegang ke atas seperti jarum yang siap masuk ke lubang pantat Mariana. Dengan perlahan Bobby menurunkan Mariana agar bisa menerima kontol Rony. “Aaaahh.. perrih..Aaahhh teruss..” Ucap Mariana yang meraskaan memeknya mulai sesak saat kontol Rony mulai masuk ke lubang pantatnya. “Ugghh.. ini.. sempit sekali” Ucap Rony yang merasakan sempitnya lubang pantat Mariana karena belum pernah di masukkan benda sebesar kontol Rony.


Bobby dan Rony mulai mengerakkan kontolnya keluar masuk lubang Mariana. “Aaaah.. Aaaahh.. memek ku.. Ahaaa penuh.. “ Desahan Mariana semakin kencang merasakan memek dan lubang pantatnya penuh dengan 2 kontol besar sekaligus. “Aku penasaran kenapa Pak Prahmono suka sekali ketiak nih lacur.” Ucap Rony mengangkat ketiak Mariana dan menghirupnya dalam-dalam. “Hmmm.. wangi sekali ketiaknya.” Ucap Rony dan menjilat ketiak Mariana *Srruuppp Aaahh.. “Dasar manusia aneh.” Ucap Bobby sambil menggelengkan kepalanya, tak ada niatan sedikitpun di dalam dirinya untuk mencoba ketiak Mariana. “Sally apa kau masih rutin minum pil anti hamil itu ?” Tanya Bobby sambil mempercepat mengobok memek Mariana dengan kontolnya.


“Aaaahh.. masih.. teruss.. Aaahh... acak-acak memek Sally.. Aaahh..” Ucap Mariana yang sudah tenggelam dalam nafsunya sendiri dan membuat Bobby dan Rony tersenyum puas. “AAA... APA YANG KALIAN LAKUKAN ?” Tampak seorang pria tua yang tinggi hanya 147 cm dengan baju biru tua yang lesuh, terduduk kaget di lantai, dari pakaian yang di kenakkan bisa di simpulakan kalau pak tua ini adalah petugas yang membersihkan kamar mandi tersebut.


Maraina yang merasa sudah berkali-kali terlanjang di depan orang asing, merasa tidak peduli lagi. Sambil tersenyum ke arah petugas tersebut, Bobby terus mengentot Mariana. “Oi pak tua, bagaimana ? kelinci ku cantikkan ?” Tanya Bobby. “Apa mau mencobanya ? Gratis.” Lanjut Bobby sambil memainkan alisnya naik turun. Pak penjaga yang melihat adegan seks depan matanya di tambah tubuh Mariana yang sangat sexy, membuatnya menelan ludahnya sendiri. Rony yang tidak tinggal diam, sambil menjilat ketiak Mariana, kedua tangannya memainkan toket Mariana, seperti memamerkan tubuh Mariana kepada pak tua yang kaget teresebut. “AA.. A..Apa benar Gratis ?” Tanya pak tua tersebut dengan bibir yang gemetar. “Tentu saja.” jawab Bobby sambil mengigit pelan puting Mariana.


Merasa situasi sudah terkendali Bobby semakin mempercepat genjotannya, Rony yang belum ingin keluar terpaksa mengikuti ritme Bobby. “Uggghh.. Bobby.. karena kau.. aku jadi ingin keluar.” Ucap Rony. “AAAahh.. Sally juga.. Aaahh.. keluarkan di dalam Sally...” Ucap Mariana yang sepertinya juga sudah di ujung klimaksnya. “Kalau begitu terima ini.” Bobby langsung mengeluarkan sperema yang ia tahan-tahan bersama dengan Rony dan Mariana yang mencapai klimaks. “AAAAAaaahhhhh..” Mariana diam menikmati klimaksnya, membiarkan kedua kontol tersebut keluarkan sisa-sisa sperma ke dalam dirinya.


Pak tua masih terduduk, semakin kaget melihat adegan di depannya, seorang wanita cantik, menerima sperma di lubang pantat dan memeknya. “Yakin mau berbagi ? cuma hari ini loh kita bisa merasakan dia.” Tanya Rony yang binggung dengan tindakan Bobby. “Tak apa, aku bukan orang yang pelit, jika bisa berbagi, marilah kita saling berbagi.” Jawab Bobby sambil mencabut kontolnya, memamerkan kepada pak tua spermanya yang mengalir dari memek Mariana.


Rony yang melihat pak tua mematung, membisikan Mariana agar ia yang mulai mengambil inisiatif maju lebih dahulu. “AAAaaahhh..” Desahan Mariana saat bangkit melepas kontol Rony yang setengah tegang dari lubang pantatnya dan merangkak menuju pak tua yang terduduk di lantai, membiarkan memek dan lubang pantatnya menumpahkan sperma di lantai. “Santai saja.” Mariana menurunkan celana olah raga pak tua dan melihat kontolnya sudah berdiri tegang. Sambil tersenyum ke pak tua, Mariana mencium kepala kontol pak tua tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya.


Seperti sengatan listrik, pak tua merasakan kontolnya di hisap dengan sangat kuat sambil di jilat di dalam mulut Mariana. “Uggh.. kita belum kenalan, adik cantik siapa nama ? aku parto.” Ucap Parto sambil mengelus kepala Mariana dengan lembut seperti istrinya sendiri. “Sally pak.” Jawab Mariana sambil melanjutkan menjilat kontol Parto dari bawah hingga ke atas. “Adik cantik bagini, kenapa mau jadi lonte mereka ? ikut bapak saja yuk.” Ucap Parto sambil cengegesan.


Bobby yang mendengar ucapan Parto merasa sangat marah, ia sudah berbaik hati membagi Mariana kepadanya, tetapi ia berusaha ingin memiliki. Mariana yang sadar Bobby yang marah, tanpa mengucap sepata kata, Mariana menggelengka kepalanya agar Bobby tidak memukul Parto. Sambil tersenyum tak menjawab pertanyaan Parto, Mariana menjepitkan kontol Parto di belahan toketnya dengan kuat hingga kontolnya yang hanya sepanjang 13 cm tersebut tenggelam sepenuhnya dalam belahan toket Mariana.


“Aaaaahh.. nikmat sekali sayang.” Ucap Parto yang merasa Mariana menerima dirinya. Sambil mengelus-elus kepala Mariana. “Pak Parto, apa kau tau ? dia sudah punya suami, dan teman-teman suaminya sangat senang ketika kontolnya di jepit di toketnya.” Ucap Bobby sambil bersantai mengumpulkan tenanga. Parto yang kesal mengangkat tangannya hendak memukul Mariana. “Dasar..” Tapi tanggannya langsung di tahan oleh Rony. “Lecet dia, Kami akan membunuh mu duluan, sebelum kami di bunuh boss kami.” Ucap Rony melotot melihat Parto.


Dalam kesalnya karena hendak di pukul, Mariana tersenyum melihat Parto dan memainkan toketnya dengan sangat cepat, agar Parto cepat keluar dan pergi. “Ugggh.. tunggu.. tunggu..” Ucap Parto ingin menarik kontolnya, tapi Mariana semakin kuat menjepit kontol Parto. “AAaaahhh...” *Crottt.. Croottt Parto mengeluarkan spermannya di belahan toket Mariana.


*Srruuppp suara Mariana menggunakan tangannya menampung sperma Parto dan menjilatnya. “Bagaimana rasa sperma dia ?” Tanya Rony. “Pahit, tidak enak.” Ucap Mariana tersenyum berjalan ke pelukan Rony. “Sekarang sudah puaskan ? pergi sana.” Usir Bobby sambil menendang pelan ke paha Parto. “Tunggu.. aku akan memanggil temanku.” Ucap Parto berlari sambil memasukkan kontolnya dan merapikan celananya. “Dasar manusia tidak tau terima kasih.” Ucap Rony mengelengkan kepalanya.


Di sisi lain, *Cleck suara pintu di buka, “Papa.” Aditya memanggil papanya sambil melambaikan tangannya. “Bagaimana ? acaranay serukan ?” Tanya Hermanto kepada anak semata wayangnya. “Seru pa.” Jawab Aditya. “Sabrina, Mariana dan Anak mu mana ?” Tanya Hermanto yang tak melihat istrinya dan anak temannya. “Tadi Mariana izin ke toilet, kalau Rizky dia tadi izin beli minum.” Jawab Sabrina. “Ahhhh...” Tampak raut kecewa pada wajah Hermanto. “Teanng saja, Mariana sudah besar, dan aku sudah menyuruh 2 penjaga ku untuk menjaga dia.” Ucap Sabrina tersenyum sambil melihat pujaan hatinya. “Dan juga, aku ingin mencoba sesekali ngobrol dengan anak mu, kau sudah menjaga anak ku, setidaknya aku juga harus ngobrol dengan anak mu.” Ucap Hermanto tersenyum melihat ke Sabrina yang tidak sadar kalau Sabrina menyimpan rasa cinta padanya. “Sudah, tak usah terlalu di pikirkan.” Ucap Sabrina memeluk lengan Sabrina seperti sepasang kekasih dan Hermanto diam-diam menikmatinya.


Di kamar mandi umum tempat konser. Rony yang sadar Mariana hanya saat itu saja bisa ia nikmati, tidak membuang waktu sedetikpun, setelah Parto keluar, ia langsung menungginkan pantat Mariana dan langsung memasukkan kontolnya ke lubang memek Mariana. Sedangkan Bobby memegang kepala Mariana dan memasukkan kontolnya ke mulut Mariana hingga ke tenggorokannya. “Mmmhhh.. mmm..” Mariana sulit bernapas di tambah hantaman kontol Rony pada memeknya membuat ia semakin sulit mengambil napas.


*Plak.. Plak.. Mariana berulang kali memukul paha Bobby memberi tanda ia kesulitan mengambil napas, tetapi Bobby yang tidak peduli, memegang kepala Mariana dengan erat terus menyodokkan kontolnya ke mulutnya. “Oi.. oi.. dia bisa pingsan loh. kalau dia pingsan kita juga yang susah.” Ucap Rony yang merasa mulai kasihan dengan Mariana. “Dikit lagi, sedikit lagi.” Mata Bobby melotot berbinar-binar melihat muka Mariana yang memerah, kesusahan bernapas karena kontol miliknya. “Dasar psykopat.” Ucap Rony yang mempercepat kontolnya keluar masuk memek Mariana, mengikuti permainan Bobby. “MMMMmhhhhhhhhhh” Mariana mencapai klimaks dan seketika Bobby langsung mencabut kontolnya.


*Ohok.. Ohok... Mariana tergeletak di atas kramik kamar mandi yang sangat dingin dengan muka yang sangat merah, berusaha memasukkan napas ke dalam dirinya, tetapi batuk mempersulitnya. “Liat apa yang kau perbuat. Kalau sampai ada apa-apa. aku tak ikut campur.” Ucap Rony berusaha membuang badan, tak ingin dirinya terlibat dengan ide gile Bobby. “Tenang saja, ingat pas malam di hotel itu ? teman-teman suaminya memasukkan banyak whiskey ke memeknya, tetapi madam sandai saja. Selama dia tidak mati, kita pasti aman.” Ucap Bobby dengan santainya.


Berlahan muka Mariana mulai kembali normal, ia sempat merasa hilang kesadaran bersamaan dengan klimaks yang ia rasakan terasa lebih nikmat berkali-kali lipat dari baisanya. Bobby yang merasa belum puas mengarahkan kontolnya ke lubang pantat Mariana, tidak peduli kondisi Mariana yang masih lemas. “AAaahh.. tunggu.. kasih waktu aku istirahat.. AAAhhh..” Mariana memohon dengan suara yang pelan karena lemas. “Waktu terus berjalan, tidak bisa berhenti menunggu.” Ucap Bobby mengangkat tubuh Mariana dengan keadaan Kontolnya masih di dalam lubang pantat Mariana.

ngentot dengan bobby dan rony.jpg

Sakali lagi Mariana di ngentot dengan keadaan kakinya tidak menginjak bumi. “Kali ini aku bagian memek.” Ucap Rony memasukkan 2 jarinya mengobok-obok lubang memek Mariana. “Aaaahh.. sebenar.. memek ku masih sensitive.. Aaaaahhhh..” Desahan Mariana membuat Rony semakin semangat dan ia langsung memasukkan kontolnya ke lubang memek Mariana. “Terima ini lacur.” Ucap Ron mendorong kontolnya berlahan hingga mentok habis dalam memek Mariana.


Saat ada bibir Mariana yang seksi di depan mata, Rony tetap memilih menjilat ketiak Mariana. “Aaahh.. ini ketiak bikin ketagihan, apa ketiak kau memproduksi candu di sini ? hahahhaha.. “ Ketawa Rony di ikutin dengan Bobby yang terhibur dengan lawakan Rony. Sambil terus mengenjot Mariana, Bobby bertanya “Di antara semua cowok yang mengentot kau selain suami cupu mu itu, mana yang paling nikmat ?" Mariana yang mendengar pertanyaan itu diam sejenak, “Prahmono. Aaahh... aaahhh.. ” Jawab Mariana sambil menikmati kedua kontol tersebut.


Bobby yang merasa dirinya kalah dari Prahmono mempercepat mengentot Mariana. “Oi.. santai saja.. ada apa dengan kau dari tadi ?” Rony merasa hari ini emosi dan perasaan Bobby tidak stabil. Bukan karena kontol Bobby dan Rony yang kalah dengan Prahmono, hanya saja Prahomon masih memikirkan kenikmatan Mariana, sedangkan Bobby dan Rony hanya mementingkan kenikmatan diri sendiri. “Dia bilang punya ku salah dengan Prahmono itu.” bentak Bobby sambil menghentak-hentakkan kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Aaahh.. terus... Aaahh.. lebih kuat.. AaaAAaahhh.. kacaukan aku.” Ucap Mariana sambil memainkan rambutnya dengan sangat bergairah. “Jika kau merasa tidak kalah, maka santai saja, justru karena kau marah menunjukkan kau mengakui kekalahaan mu.” Ucap Rony yang berusaha menenagkan Bobby agar ia biar lebih lama menikmati tubuh Mariana.


Bobby yang merasa perkaan Rony ada benarnya, langsung menurunkan ritmenya. “DI SINI !!” terdengar suara yang tak asing dan beberapa langkah kaki. “Liat aku benarkan.” Ucap Parto yang datang bersama dengan 2 teman lainnya. “Wah..” Kedua teman Parto terkaget melihat wanita secantik Mariana sedang menerima kontol di kedua lubangnya sekaligus. “Dia benar-benar membawa teman-temannya.” Ucap Rony yang sedikit ketawa melihat tingkat kedua teman Parto.


Parto yang merasa sudah lebih dulu dalam situasi tersebut, mulai membuka semua pakaiannya dan di ikutin kedua temannya. “Bob, kau masih mau kasih mereka mencicipi lonte ini lagi ?” Tanya Rony. “Lihatlah mereka, apa kau tega tak memberikannya ?” Tanya Bobby membalas. Merasa mendapat persetujuan ketiga pak tua tersebut mulai mengocok kontol mereke sendiri sambil memperhatikan Mariana.


“Ron, jangan berbalik, dari tadi tuan muda Risky melihatin kita dari tadi dari belakang.” Bobby membisikkan ke telinga Rony. Dan memang benar saja, Rony sedari tadi meraskan ada tatapan yang melihata dia, tetapi dia pikir itu hanya orang asing yang mengintip, ia tak menyangka Risky adalah orang yang mengintip tersebut. Sambil terus mengentot Mariana “Aaaaaahh.. ini memek nikmat sekali, toketnya juga besar sungguh mengiurkan.” Rony berusaha memanas-manasin Risky yang sedang mengintip. Mariana yang mendengar kalau Risky mengintip dirinya sedari tadi, semakin membuatnya terangsang “AAaaahh.. teruss... isap.. toket Sally..AAaaahh.. Sally sudah mau keluar.” Ucap Mariana yang terus memainkan rambutnya.


Waktu sangat cepat berlalu di saat seseorang menikmati apa yang sedang ia lakukan, itu juga berlaku kepada Bobby dan Rony. “Kontol ku sudah panas kali, aku sudah mau keluar.” Ucap Rony. “Aku juga, lubang pantatnya menjepit kontol ku dari tadi.” Ucap Bobby yang terus mempercepat kontolnya. “Aaaaahh.. keluarkan.. keluarkan di dalam.. AAAAAAHHHH Aku keluarr..” Mariana mencapai klimaksnya di barengin dengan Bobby dan Rony.


Berlahan Mariana di baringkan di lantai, dengan sengaja Rony membuka paha Mariana, memperlihatkan memek dan lubang pantat Mariana dengan lelehan sperma kepada semua orang yang di sana termasuk Risky. “Halo nona, nama ku Saipuloh.” Ucap salah satu teman Parto yang langsung memasukkan kontolnya ke memek Mariana dengan mudahnya, karena ada sperma Rony yang membantu. “Aku Bahar.” sedangkan satu lagi teman Parto memasukkan kontolnya ke mulut Mariana.


Parto yang merasa tidak memiliki tempat, berjalan mendekati Mariana, ngambil rambut Mairana dan di lilitkannya ke kontolnya. “Tak ada yang tersisa, rambut pun jadi dia.” Rony dan Bobby ketawa melihat tingkah laku Parto yang aneh di mata mereka. “Kenapa tidak kau balikkan dia, jadi bisa menikmati lubang satunya lagi ?” Bobby mencoba memberikan saran kepada Parto. “Benar juga.” Jawab Parto, “Geser kalian.” Bentak Parto merasa seakan dirinyalah penguasa di antara kedau temannya.


Parto pun mengangkat Mariana dan membalikkanya, sehingga posisinya kini Mariana di atas Saipuloh. “Ini lubang pantat sudah megap-megap saja, minta kontol kayaknya.” Ucap Parto memasukkan kontolnya ke lubang pantat Mariana. “Hambar” itu adalah perasaan yang Mariana rasakan saat kedua kontol 13 cm tersebut masuk ke memek dan lubang pantatnya, tetapi ia pun tak mau mengecewakan kedua prai tua tersebut dan berpura-pura mendesah mengikuti permainan mereka. “Aaaaah.. yaaa.. terusss... Aaaaahhhh.. acak-acak memek sally..” sambil berharap ini semua cepat berakhir.


Bahar yang melihat Parto sudah mendapatkan posisinya kembali mengarahkan kontolnya ke mulut Mariana. Tanpa di suruh Mariana langsung memasukkan ke dalam mulutnya, setidaknya itu membuatnya tak perlu berpura-pura mendesah. “Uggghh... Mulutnya lihai sekali. kontolku berasa di sedot sama dia.” Bahar merasakan sedotan dan permainan lidah Mariana berusaha menahan spermanya.


Parto dan Saipuloh yang tidak biasa menikmati wanita secantik Mariana membuat mereka sulit untuk menahan klimaks mereka. “Uggghh.. To aku sudah tak tahan lagi, aku sudah mau keluar.” Ucap Saipuloh ke Parto “Aku juga. kami boleh keluar di dalam dia ?” tanya Parto ke Bobby dan Rony. Bobby dan Rony saling tatap-tatapan dan tersenyum. “Tunggu, bagaimana kalau kalian keluarkan di dalamnya memeknya bersamaan, siapa tau kelinci manis ini akan mengandung salah satu anak dari kalian ?.” Bobby memberikan ide yang cukup gila pada mereka, karena mereka tidak tau kalau Mariana masih rutin meminum pil anti hamilnya.


Parto dan kedua temannya saling liat-liatan dan tersenyum. “kami setuju.” Dengan cepat mereka melapas kontol mereka. Bobby segera memposisikan Mariana berbalik dengan memeknya di atas dan kepalanya di bawah. “Pegang paha mu dan tahan posisi ini.” Perintah Bobby. Rony, Bobby, Parto dan kedua temannya mengarahkan kontol-kontol mereka di depan memek Mariana dan mengocoknya. “Aaahhhh.. masukin.. masukin ke memek Sally.” Ekpresi memohon Mariana semakin membuat ke 5 pria tersebut terangsang. “Uggghh.. Dasar kelinci betina lonte.” Ucap Parto yang langsung membenamkan kontolnya di depan bibir memek Mariana dan mengeluarkan spermanya di dalam memek Mariana di ikutin dengan kedua temannya yang lain. “AAaaahhh.. Aku bisa meraksana sperma panas kalian..” Sangkin banyaknya hingga memek Mariana terasa penuh akan sperma mereka.


“Semoga kau puas dengan anak dari kami.” Ucap Parto dan kedua temannya pun langsung berjalan pergi meninggalakan Bobby dan Rony, seperti orang yang tidak tau terima kasih. “Itu manusia yang kau bagi berika kenikmatan tetapi dia pergi tanpa mengucap terima kasih atau apapun.” Ucap Rony meledek keputusan dan hanya di balas hembusan napas berat oleh Bobby sambil mengelengkan kepalanya.


“Aku sudah tak semangat.” Ucap Rony yang langsugn mengambil dildo sebelumnya dan menyumbat kedua lubang Mariana. Sperema yang awalnya tertampung di memek Mariana, terhempas saat Rony memasukkan dildo dengan paksa. “Biarkan tetap begini, dan ganti pakaianmu.” Perintah Bobby ke Mariana sambil memberikan dress Mariana yang ia pakai pertama kali.


Sementara Bobby dan Rony juga beres-beres kamera dan sisa-sisa sperma di lantai, Mariana membersihkan dirinya berlahan dan teliti, karena ia tak mau suaminya merasakan sesuatu yang aneh padanya. “Sudah..” Ucap Mariana yang telah selesai berbenah. Selama perjalan Bobby dan Rony sesekali meraba pantat Mariana yang tercetak bulat, tetapi Mariana tidak memperdulikannya sama sekali.


Risky sedari tadi mengintip, segera pergi dan langsung pulang ke rumah, dengan hanya meninggalakn sebuah pesan ke pada mamanya. *Clek.. Mariana membuka pintu ruangan tamu khusus. “Mama..” Teriak Aditya yang senang melihat mamanya kembali. Seketika Mariana merasakan sakit hati kepada Hermanto saat ia melihat Sabrina memeluk lengan Hermanto seperti sepasang kekasih, tetapi ia juga tak bisa mengekpresikannya karena tadi di waktu yang bersamaan ia sedang melayani beberapa kontol asing dengan kostom kelinci seperti pelacur haus kontol.


“Sayang, kamu habis dari mana saja ?” Tanya Hermanto mendekati Mariana. “Aku tadi tersesat cari kamar kecil dan saat balik rame banget aku sampai tersesat lagi.” Ucap Mariana memberi penjelasan. “Yah sudah kalau bagitu.” Ucap Hermanto sambil tersenyum “Hari ini kau sangat cantik memakai pakaian tersebut.” Lanjut Hermanto hendak mencium Mariana, tetapi Mariana menolak karena takut ada jejak sperma yang tak terlihat olehnya. “Jangan sekarang, nanti saja ya.” Ucap Mariana dengan pelan menolak Hermanto. “Tadi kau tidak melihat Risky ?” Tanya Hermanto sambil melihat ke belakang Mariana mencari Risky. “Oh.. dia sudah pulang, baru saja dia kabarin.” Ucap Sabrina sambil memperlihatkan bukti pesan yang di kirim Risky.


“Ah.. sayang sekali, padahal aku ingin sekali ngobrol dengan dia.” Ucap Hermanto yang kecewa dengan keadaan. “Tak apa, masih ada hari kok.” Jelas Sabrina sambil tersenyum ke Hermanto. Mariana yang sedari tadi berdiri, mulai merasakan sedikit lelehan sperma meluncur dari celah celana dalamnya. Sambil menyembunyikan muka paniknya ia berpikir bagaimana cara untuk mengusir Hermanto. “Ah sayang apa kau tak apa berlama-lama di sini ? bukannya perkerjaan mu masih banyak ?” Ucap Mariana sambil berusaha tersenyum walau keringat dingin mulai bercucuran di lehernya.


“Bener juga, kalau gitu aku pergi dulu ya.” Ucap Hermanto sambil berjalan keluar. Rony yang melihat lelehan di paha Mariana pun tersenyum dan melangkah mendekat. “Bocor ya?” Ucap Rony berbisik dari belakang Mariana dan menggunakan tangannya mengambil sperma tersebut. “Jilat.” Ucap Rony mengarahkan jarinya yang ada sperma campuran Parto dan 2 temannya ke mulut Mariana.


Mariana melihat ke arah Aditya yang untungnya sedang bersemangat melihat ke arah panggung, dengan cepat Mariana menjilat dan memasukkan jari Rony ke mulutnya. “Pinter.” Ucap Rony sambil mengelus kepala Mariana. Rasa pahit dan aroma dari sperma Parto dan kedua temannya bisa Mariana rasa dengan jelas, membuatnya mukanya memerah.


Bobby dan Rony yang merasa waktu mereka telah habis hanya bisa berdiri di pintu, melihat Mariana kembali ke tempat duduknya. Sofa yang empuk membantu pantat Mariana yang risih karena keberadaan dildo tersebut.


Di halaman rumah Mariana, Sabrina, Liandra, Aditya dan Mariana turun dari mobil setelah pulang dari konser dan di karenakan masalah perkerjaan Hermanto yang harus pulang terpisah. “Aditya sayang, kau masuklah ke dalam duluan, bersih-bersih dan tidur, tante mau ngobrol sebentar dengan mama mu.” Ucap Sabrina mengelus kepala Aditya yang mengantuk. Aditya yang hanya menganguk masuk ke dalam rumah di temanin oleh Liandra.


“Bobby, Rony.” Panggil Sabrina. Bobby dan Rony yang di panggil oleh boss, dengan cepat langsung keluar dari mobil dan berdiri di belakang Sabrina. Sambil tersenyum Sabrina yang sedari tadi tidak memainkan dildo di memek dan lubang pantat Mariana, langsung menaikkan kecepatannya hingga penuh. “Aaaahhh.. tu.. Aaaahhh.. Tunggguuu..” Mariana mencapai klimaks hingga ia terjongkok. Cairan sperma Parto dan kedua temannya berhamburan bersamaan dengan dildo Mariana yang terpental karena dorongan klimaksnya.


“Jadi apa saja yang sudah kalian lakukan tadi ?” Tanya Sabrina melihat keadaan Mariana, tapi belum sempat Bobby dan Rony menjawab. “Coba lakukan lagi sekarang, di sini.” Perintah tegas Sabrina. Bobby dan Rony tanpa berani bertanya apa pun langsung membuka celana dan baju mereka, berjalan mendekat ke Mariana. Bobby yang langsung membenamkan kontolnya ke lubang pantat Maraian tanpa aba-aba atau pun bertanya. “Seperti ini madam.” Bobby dengan tangan kekarnya mengangkat Mariana. Rony yang sudah mengerti langsung ikutan memasukkan kontolnya ke lubang Mariana


“AaAaaahh.. mmmmm..” Mariana langsung menahan desahaanya karena ia sadar dirinya sekarang berada di halaman rumahnya, tetangga bisa saja keluar rumah untuk mencari asal suara, jika ia mendesah dengan keras. “Kerja bagus.” Ucap Sabrina sambil tersenyum melihat tingkat Mariana. “Kenapa kaian diam saja ? apa hanya ini yang kalian lakukan dari tadi ?” Tanya Sabriana sambil melotot melihat Bobby dan Rony yang hanya diam. Alasan Bobby dan Rony diam karena mereka ragu dengan apa yang mereka lakukan, Bagaimana jika tetangga melihat ? bagaimana jika Aditya keluar ?


Tanpa di suruh untuk kedua kalinya Bobby dan Rony langsung mengentot Mariana dengan kecepatan penuh, sisa-sisa sperma pada memek dan lubang pantat Mariana membantu laju kontol mereka. “Mmmmhhhh... mmmmmmmhhhh..” Muka Mariana memerah menahan desahaannya yang semakin menjadi-jadi karena Bobby dan Rony mengobok-obok kedua lubangnya dengan tidak berperasaan. “Uggghh.. aku sudah mau keluar.” Angin malam yang menerpa kaki Rony membuatnya sulit untuk menahan spermanya.. “Aku keluar duluan.” *Crrooottt Crrooottttt Rony langsung mencabut kontolnya sehingga sisa tembakkan spermanya ada yang mengenai perut Mariana. “Dasar lemah.” Ucap Bobby yang tatapan meremehkan melihat Rony. “hehehee.. maaf, aku tidak tahan dengan angin malamnya.” Ucap Rony sambil mengenakan kembali pakaiannya.


Merasa kita Mariana telah sepenuhnya di kendali ia sendiri, Bobby langsung mempercepat keluar masuk kontolnya memerobos lubang pantat Mariana. “Mmmmmmhhhh.. mmmmhhh...” Mariana ingin sekali rasanya melepas desahannya, tetapi ia tak berani membayangkan konsekuensi yang akan ia hadapi. “Tahan terus.. tahan terus.. aku mau liat sampai kapan kau bisa menahannya.” Ucap Bobby yang semakin tidak berperasaan. *Crroott.. Crorrttt Mariana mencapai klimaksnya terlebih dahulu. Matanya melihat ke atas tanda ia hampir kehilangan kesadarannya. Bobby yang merasa belum puas menposisikan Mariana terduduk bersandar.


Dengan kasar ia memasukkan kontolnya bekas dari lubang pantat Mariana ke mulut Mariana. “Isap nih.” Mariana yang sudah lemas, sudah tidak peduli lagi apa yang di lakukan oleh Bobby pada dirinya. Dengan sanggat cepatnya Bobby mengobok-obok mulut Mariana dengan kontolnya. “UGGGHh.. makan nih..” Ucap Bobby yang langsung menembak spermanya dalam mulut Mariana dan mencabutnya hingga sisa tembakan spermanya ada yang mengenai muka dan rambut Mariana.


Sabrina dengan senyum melangkah mendekati Mariana dan jongkok di depan Mariana. “jika kau tak ingin Hermanto melihat mu seperti ini, sebaiknya kau langsung berbersih sekarang.” Ucap Sabrina terus berdiri dan melangkah ke arah mobil. “Ayok pulang.” Perintah Sabrina. Bobby yang masih berpakaian, dengan buru-buru langsung masuk ke mobil dan pergi meninggalkan Mariana yang melihat ke langit malam dengan tatapan kosong.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd