Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Izinkan Aku Memilih

Karakter Wanita Favorit

  • Winda

    Votes: 248 41,2%
  • Zahra

    Votes: 64 10,6%
  • Hani

    Votes: 34 5,6%
  • Zakiyah

    Votes: 37 6,1%
  • Devi

    Votes: 2 0,3%
  • Mira

    Votes: 20 3,3%
  • Yanti

    Votes: 8 1,3%
  • Kintan

    Votes: 31 5,1%
  • Nayla

    Votes: 58 9,6%
  • Rina

    Votes: 46 7,6%
  • Sandra

    Votes: 15 2,5%
  • Novi

    Votes: 9 1,5%
  • Fatma

    Votes: 14 2,3%
  • Angel

    Votes: 16 2,7%

  • Total voters
    602
  • Poll closed .
PART 9

Kintan:
Putri_Kintan_Pitaloka_2.jpg


Nayla:
Nayla_Putri_Aribah_2.jpg

Malam itu tidak seperti biasanya, angin berhembus sangat kencang. Udara dingin seakan menusuk ke dalam kulitku. Aku yang memang jarang menggunakan jaket saat bepergian dengan motor, sedikit menyesal karena memutuskan untuk tidak menggunakan jaket saat berangkat tadi.

Tak terasa kini diriku sudah berada di depan sebuah rumah yang dirubah oleh pemiliknya menjadi sebuah kos kosan untuk para mahasiswa yang sedang menimba ilmu pengetahuan di salah satu universitas di negara ini. Yang aku tahu bahwa sang pemilik rumah kini tinggal di sebuah kawasan yang cukup jauh dari tempat ini sehingga menyebabkan bebasnya para pemuda dan pemudi keluar masuk kosan.

"mba aku di depan nihh" kutulis sebuah pesan yang kutujukan untuk seseorang.

"waah. Masuk aja zaaa. Aku lagi diluar nihh. Lagi beli jajanan. Pintunya gak dikunci kok. Kamarku di paling ujung yang pintunya ada tulisan 'dont disturb' nya" tulis pesan itu tak lama setelahnya.

"yaampuun mbaa. Gaenak laah main masuk ke kosan cewek"

"iihhh gapapa zaaa. Itu Kintan udah nungguin. Kasian atuhh"

"zzzzzzzzzzz"

Pesan itu tidak dibalas lagi.

Aku memutuskan untuk turun dari motorku dan menguncinya. Kemudian aku masuk ke dalam rumah itu dan aku berpapasan dengan beberapa wanita yang aku tidak kenal dengan wajahnya. Mungkin dari fakultas lain pikirku.

Aku masih mencari-cari pintu dengan ciri-ciri yang sudah disebutkan oleh wanita tadi.

Mungkin dewa keberuntungan sedang menaungiku. Aku melihat seorang wanita dengan annggunnya keluar dari sebuah kamar yang aku yakini adalah kamar yang dimaksud. Perempuan tadi sepertinya tidak melihatku dan langsung melengos ke suatu ruangan yang mungkin saja itu dapur. Aku menuju kamar tersebut.

Aku memutuskan untuk menunggu sang pemilik kamar ini di depan kamarnya, namun cukup lama aku menunggu. Aku memutuskan untuk menyusulnya.

"pantas saja lama" batinku.

Aku melihatnya sedang meratakan bumbu sebuah mie instan. Sesaat kemudian tubuhnya berbalik dan ia kembali ke kamarnya untuk menikmati hidangan yang ia buat itu.

Secara reflek aku kembali juga menuju kamarnya dan aku berakting seolah-olah aku baru saja sampai di rumah itu.

"eeehh Faza yaa? Nyari Nayla?" ujar perempuan itu saat ia melihatku menuju kamarnya.

"eehh iyaa mbaa. Ada ga?" Aku sedikit bingung. Kintan tidak terlihat sedang menungguku.

"emmm. Nayla lagi keluar tadi. Katanya sih sebentar" Ia mendekatiku. "ada apa nyariin Nayla?" Ia sudah duduk di sebuah kursi yang berada di ruang tengah rumah itu.

"tadi Mba Nayla tiba-tiba sms suruh dateng kesini. Ehh pas kesini malah lagi pergi dianya" Aku mulai curiga bahwa Nayla berbohong mengenai Kintan.

"hahaha dasar ya dia. Yaudah deh. Aku temenin kamu nunggu disini. Duduk sini zaa"

Aku menuju ke arahnya dan duduk disebelahnya. Aku lihat ia menjaga jarak denganku karena ia sedikit bergeser saat aku duduk di sebelahnya.

"mau za?" Ia menyodorkan mangkuknya ke arahku.

"gausah mbaa haha. Nanti gendut lagi aku. Dimarahin Winda nanti"

"oohh iyaa kamu pacarnya Winda yaaa" ia menyeruput mie itu.

"mba gak takut gemuk apa? Makan mie malem-malem.

"enggak zaa. Gak tau nih. Aku mau makan sebanyak apapun gak gendut. Palingan juga naik beberapa kilo. Tapi besok besoknya turun lagi cepet" Ia menyeruput mie itu lagi.

"diih enak yaa punya badan kayak gitu"

Ia hanya tersenyum.

30 menit berlalu. Kintan sudah selesai memakan makanannya dan sudah membersihkan mangkuknya juga. Namun Nayla tidak kunjung kembali. Aku mengirimi ia pesan lagi namun tidak ia balas.

"zaa. Mau nunggu di dalem apa?" Ujarnya saat melihat raut wajahku yang kubuat gelisah.

Aku gelisah karena aku perlu penjelasan. Kukira aku hanya tinggal datang, ngentot lalu selesai. Namun nampaknya bukan seperti itu skenarionya.

"boleh mba?"

"ya boleh laah haha. Daripada disini. Nanti dikira maling kamu kalo disini. Motor udah dikunci kan?"

"mana ada maling yang rapi gini mba haha. Udah kok mba" aku bangkit dan berjalan menuju ke kamar mengikutinya.

Aku masuk ke dalam sebuah kamar yang cukup luas yang berisi dua kasur dan beberapa perabot khas wanita lain.

"mba itu simpen dulu sih hahaha" Aku menujuk ke sebuah benda berbentuk segitiga tergeletak di kasur.

"eeeehhhh maaaf zaaa. Dasar Nayla kebiasaan kalo naro barangnya sembarangan" ia memungut benda itu dan langsung memasukannya ke dalam sebuah lemari.

Suasana lengang seketika. Ia kulihat membuka laptopnya dan membuka file file film. Aku mendekatinya karena penasaran.

"film apa itu mba?" ujarku yang kini berada persis di belakangnya yang sedang duduk.

Ia menunjukkan gelagat risih karena posisiku persis di belakangnya. Bahkan jika aku iseng, nafasku bisa berhembus ke arah telinganya yang masih ditutup jilbabnya itu.

"ini zaa. Avenger 2. Belum sempet nonton aku kemarin pas masih di bioskop" kepalanya ia tarik menjauhiku.

Melihat gelagat itu, aku menjauhinya dan duduk di pinggiran kasur.

Cukup lama kami terdiam sibuk dengan urusannya masing-masing. Aku terus terusan mengirimi Nayla pesan namun tak satupun pesan itu dibalas. Sedangkan Kintan kulihat sedang asik sekali menonton film itu. Aku cukup canggung karenanya.

"zaa. Kamu sama Winda udah berapa lama?" Ujarnya saat selesai menonton film itu dan masih di tempatnya.

"eemmm jalan 3 tahun mba"

"waahh. Lama juga ya ternyata"

"engga lah mba. Itu mah masih belum seberapa. Mba sih sama siapa?"

"sama siapa apanya nih? Hahaha"

"yaa masa harus disebut sih mba haha. Kan mba cantik, masa gak punya pacar sih?"

"ahahaha. Enggak laah zaa. Itu termasuk zina juga. Aku takut. Lagipula kan belum tentu juga nanti kita akan bersama dengan pacar kita saat ini. Nanti udah lama lama zina sama orang ini misal, ehh ujung ujungnya sama orang itu. Kan aneh juga za. Dosanya banyak. Takut aku"

"ya iya sih. Cuman kan juga ada kemungkinan kalo yang sekarang bisa jadi selamanya"

"ya emang ada kemungkinan itu. Tapi kecil. Coba kamu perhatiin deh. Orang tuamu misal. Emangnya dulu papah sama mamahmu sempet pacaran? Kalopun sempat, pasti itu juga hanya sebentar. Hanya untuk tahap mengakrabkan diri. Setelahnya langsung menikah. Nah aku penginnya sih yg kayak gitu za. Setelah siap untuk menikah, baru aku akan membuka hatiku ini untuk siapapun pria yang berani datang kerumah"

"siapapun?"

"iya. Siapapun" Ia tersenyum

Cukup berat obrolan kami. Jujur aku memang belum ada pikiran jauh mengenai hubunganku dengan Winda. Aku masih nyaman dengan hubungan ini. Walaupun aku yakin Winda akan menjadi istri yang baik. Namun memang belum ada pemikiran ke arah sana.

Aku hanya terdiam meresapi perkataan Kintan tadi.

"zaa, coba telfon Nayla deeh. Kayaknya dia ngerjain kamu doang deh. Ini udah jam berapa coba"

"kayaknya sih gitu mbaa" aku sekali lagi mengirim pesan ke Nayla.

Saat ku melihat jam dinding memang masih menunjukkan pukul 9 malam. Belum larut kupikir. Namun, raut wajah Kintan seperti cemas.

"mba, sebenernya aku dimintain tolong sama Mba Nayla" Aku mendekati Kintan

"apa?" Raut Wajah Kintan semakin cemas saat kudekati.

"emmm. Gimana ya ngomongnya. Ya gitu deehh" Aku kini sudah berada persis di hadapannya. Kintan melihatku mendongak.

Kami hanya berdiam saling menatap. Raut Wajah Kintan masih cemas, sedangkan aku masih menimbang-nimbang apakah aku harus melakukannya atau tidak.

Aku mendekatkan diri ke telinganya. "kata Mba Nayla aku harus bisa puasin mba malem ini"

Seketika itu juga Kintan mendorong tubuhku dengan niatan menjauhkan diriku terhadap tubuhnya. Namun, tangan lembutnya berhasil aku tangkap. Seketika itu juga kutarik tubuhnya hingga kami berdua terjerambab di sebuah kasur. Posisiku ditindih Kintan.

"fazaaaa, lepasiiinnn" Kintan terus meronta-ronta berusaha melepaskan kekapanku. "aku bakal teriak kalo gak.... emmmhhh" ucapannya tertahan karena kini bibirnya aku sumpal dengan bibirku.

Tangan kiriku memeluk tubuhnya, sedangkan tangan kananku mengenggam kepalanya.

Dengan sekali hentakan, kami bertukar posisi. Kini aku yang menindih tubuh Kintan.

"kata Mba Nayla, mba suka nonton bokep yaa?" Ujarku setelah aku melepaskan ciumanku.

"hahh? Kata siapa? Enggak kokk" Matanya tidak diarahkan ke mataku, namun ke samping melihat benda entah apa.

"jangan bohong deh mba. Kok gugup gitu?" Aku masih terus mendesaknya.

"apaaan sih zaaaa. Udah laaaahhh lepasiiinnnnn" Tangannya kembali berontak.

Dengan cekatan aku menangkap kedua tangannya dan kuletakkan di samping kepalanya. Kini aku bisa dengan bebas melihat dadanya yang naik turun seiring nafasnya.

"yaudah deh mba. Maaf ya mba. Malah kayak gini" Aku berdiri meninggalkan tubuh Kintan.

Aku merapikan pakaianku yang sedikit berantakan karena pergumulan tadi dan langsung menuju pintu kamar. Tanggung sekali rasanya. Penisku sudah meronta ingin sekali dikeluarkan. Namun apaboleh buat, aku tidak mau memperkosa seorang wanita lagi. Cukup tiga orang saja yang merasakannya dan aku menyesalinya.

Aku sudah berada di depan pintu dan hendak meraih gagang pintu untuk membuka pintu tersebut.

"zaaaaaa, tunggu sebentarr" Suara Kintan cukup keras.

Aku membalikkan badan dan melihat Kintan sudah duduk di kasurnya.

"sekali aja gapapa deh" Raut wajahnya tersipu.

Senyum tersungging di bibirku. Aku lalu mengunci pintu kamar tersebut sehingga tidak akan ada yang bisa mengganggu kami.

Aku berjalan mendekatinya dan kulihat ia sedang melepas penutup kepalanya memperlihatkan rambut hitamnya yang panjang hingga pundaknya.

Setelah melepas jilbabnya, Kintan kulihat sedang menutup matanya menggunakan kedua tangannya. Mungkin tidak percaya bahwa ia akan melakukannya lagi malam ini. Bahkan bersama orang yang bukan siapa-siapanya.

Aku dengan cekatan melepas semua pakaianku lalu tubuh Kintan kuterjang hingga kami berdua terjerambab di kasur.

"pelan-pelan zaaa. Sama Winda gak pernah dikasih yaa? Hahaha" Kintan berusaha melepas pakaiannya saat berada di bawah tubuhku.

"dikasih sih mbaa. Cuman jarang. Palingan cuman ciuman yang sering haha" Aku membantunya melepaskan pakaian Kintan.

Pakaian yang digunakan Kintan berlapis-lapis. Aku heran, padahal hanya dikosan tetapi menggunakan pakaian yang berlapis-lapis. Pakaiannya terdiri dari kaos dengan lengan pendek ditutup dengan manset berwarna hitam dan lapisan terakhir ada bra nya yang juga berwarna hitam.

Aku menyingkap bra tersebut dan cukup terkagum-kagum dengan keindahan payudara salah satu primadona kampusku ini. Ukurannya normal, dan lebih kecil bila dibandingkan dengan milik Zahra ataupun Nayla, namun puting berwarna merah muda pucat memberi kesan indah tersendiri terhadap payudaranya dan juga kekenyalannya sungguh mengalahkan keempat wanita yang pernah aku rasakan.

"gitu amat sih za ngeliatinnya? Aneh yaa?" Kintan denga segera menutup payudaranya itu dengan kedua tangannya.

"enggak kok mba. Malah bagus banget. Pink haha"

"ngeledek ya?"

"lah. Kok ngeledek sih" Aku meraih tangannya yang menutup payudaranya.

Terlihat kembali kedua payudara yang indah itu. Aku langsung menggerakan kepalaku menuju salah satu payudaranya.

Lidahku menjilat-jilat puting itu. Ku gerakkan memutar-mutar, mengecup-kecup serta kuselingi dengan gigitan-gigitan kecil.

Tubuh Kintan mulai kelonjotan namun desahannya tertahan karena mulutnya disumpal oleh salah satu tangannya.

"mmmhhh mmhhh zaaaa mhhh. Udaahaaan. Mmmhhh hhhhaaahhh"

Penisku kian tegang mendengar desahan-desahan yang keluar dari mulut Kintan. Aku bergantian men-service payudara Kintan sambil sesekali meremasnya. Hingga kurasakan kedua puting Kintan sudah mengeras.

Tanganku langsung ku gerakkan menuju selangkangannya. Sama sekali tidak kurasakan adanya rambut di selangkangan Kintan.

Aku menghentikan segala aktivitas di payudara Kintan dan beralih ke selangkangannya.

Benar saja, memang tidak ada rambut di sekitar vagina Kintan dan kulihat, vaginanya masih sangat bagus walaupun garis vaginanya sudah sedikit terbuka. Mungkin itu adalah bukti bahwa Kintan sudah tidak lagi perawan. Karena memang jika diperhatikan, Zahra, Hani, Winda, apalagi Nayla, memiliki garis vagina yang sudah tidak rapat lagi.

Aku sekali lagi memaikan lidahku ke arah vaginanya. Aku mencari biji klitorisnya itu denga menggunakan lidahku. Tentu saja, hal itu semakin membuat tubuh Kintan kelonjotan.

"zaaaaa mmmhhhhh. Jangaannnnhhhhhh disituuuhhhh"

Aku semakin semangat memainkan lidahku karena mendengar desahannya.

Cukup lama aku bermain dengan vaginanya. Hingga aku berinisiatif memasukkan salah satu jariku ke dalam lubang vaginanya.

"za zaaa pleasee jangaaaannn hhhhhhmmmmmhhhhhh" Desah Kintan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya saat aku memasukkan jariku ke dalam vaginanya.

Aku kocok vagina tersebut beberapa lama. Kintan makin tidak bisa menahan desahannya dan sempat beberapa kali ia berteriak karena rangsangan yang kuberikan

Akhirnya, jariku merasakan seperti disemprot oleh cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Kintan berteriak cukup keras dan menarik sprei kasur hingga terlepas karena ia sudah mencapai klimaksnya.

"haahhhh haaahhh haahhhh. Zaaaaaa hhhhmmmmhhhhh" Kintan ngos-ngosan dan kulihat perutnya naik turun terkesan mendorong cairan orgasmenya agar terus keluar.

"bener ya mba apa yang dibilang Mba Nayla hahaha" Aku membasuh tanganku yang belepotan cairan orgasmenya ke sprei kasurnya. "gimana mba, mau lanjut?"

"hhhhhh emang apa yang hhhhh Nayla bilang hhhhhh" Kintan masih ngos-ngosan.

"tadi, mba Nayla bilang kalo dia pernah liat mba lagi main sendiri sambil nonton bokep. Mba Nayla kasian liat mba kayak gitu, makanya minta tolong aku buat main sama mba" Aku memposisikan diri berada di atas tubuh Kintan.

Kintan hanya diam saja sambil melihat langit langit kamarnya dan menikmati sisa-sisa orgasmenya.

"mba lanjut yaa? Ini udah meronta ronta pengen keluar juga haha" Aku mengarahkan penisku di depan bibir vagina Kintan.

Kintan mengangguk tanpa melihatku.

Aku dorong penisku masuk ke dalam vaginanya. Sempit sekali rasanya. Aku seperti kesulitan memasukkan penisku hingga tak sadar aku juga mengeluarkan desahan saat penisku sampai ujung vaginanya.

"haahhh haahhh haahhh. Gila mba. Enak bangettt" Aku menutup mataku merasakan penisku seperti dipijat oleh dinding vaginanya.

"mba yang diatas yaa? Belum pernah kan mba? Haha" Aku menarik tubuh Kintan dan aku rebahan.

Posisi Kintan kini berada di atasku. Ia melihatku dengan sayu sambil sesekali mengerang karena ada sebuah benda asing di dalam vaginanya.

Tanganku menggerakan pinggulnya karena aku melihat Kintan belum pernah melakukannya. Penisku keluar masuk vaginanya pelan.

"eemmmhhh aaahhh emmmhhh zaaa" Kintan terus terusan mendesah dan tangannya ia gerakkan untuk meremas payudaranya sendiri.

Aku masih memegangi pinggulnya dan menaik turunkan pinggulnya. Tanganku aku naikkan menuju payudaranya dan meremas remasnya pelan. Hal itu membuat Kintan semakin mendesah.

Aku menarik tubuh Kintan sehingga tubuh Kintan menempel di atas tubuhku.

Aku mempercepat sodokanku ke vagina Kintan sambil aku memeluk tubuh Kintan.

"aaahhhh faazaaaa. Pelaaannn mmmhhhh ahhhhhhh" Kintan mendesah sambil menjambak rambutku.

Kepalaku tenggelam di antara payudaranya. Aku memposisikan mulutku untuk mengulum salah satu putingnya.

Aku terus menyodok vaginanya sambil mulutku mengulum puting Kintan. Kintan terus terusan mendesah tak karuan.

*TOK*TOK*TOK

*DEGG*

Aku menghentikan sejenak aktivitasku. Siapa gerangan yang ada di balik pintu itu.

Kami masih dengan posisi kami namun tidak ada aktivitas apapun. Kulihat wajah Kintan pucat namun aku berusaha menenangkannya dengan cara memeluknya.

"kintaaaannn. Udah selese beluuummm?" Teriak sebuah suara dari luar.

Aku sepertinya kenal dengan suara itu.

*terdengar ringtone HP Kintan*

"itu mau diangkat ga telefonnya?" Aku bertanya masih dengan posisi Kintan menempel di tubuhku.

"kamu bisa gendong aku za?" Kintan berbisik.

Tanpa mengeluarkan kata apapun. Aku segera bangkit berdiri sambil menggendong Kintan dimana penisku masih berada di dalam vaginanya.

Aku berjalan menuju sumber suara dan mengambilkan HP nya saat sudah sampai.

"dari Nayla zaa. Diangkat gak ya?" Kintan masih memelukku

"angkat aja bilang pintu masih dikunci gitu haha"

"hhhhh dasarr"

Sesaat sebelum Kintan ingin mengangkat telefon itu, sambungannya terputus.

"udah ditutup sama Nayla za hahaa"

Terdengar suara ketukan pintu lagi yang kini lebih keras dari sebelumnya.

"kintaaannn buka pintunyaa. Aku takut sendirian diluar sini" suaranya seakan merengek.

"zaa turunin aku haha. Sayang banget yaa belum juga apa apa. Udah ada yang ganggu"

"iyaa mba. Maaf yaa. Baru keluar sekali mba nya" Aku menuju kasur dan menurunkan tubuh Kintan.

Suara tersebut masih terus berteriak teriak di luar. Aku menggunakan pakaianku lagi begitupula dengan Kintan namun tanpa menggunakan jilbabnya.

Aku berjalan menuju pintu dan membuka pintu itu.

"eehh fazaa hehehehe" suara perempuan itu tanpa rasa bersalah.

Aku menghela nafas kesal karena merasa kentang sekali. Penisku masih menegang dibalik celanaku.

Aku duduk lesehan di dekat jendela kamar itu.

Perempuan itu masuk dan nampaknya cukup terkejut melihat Kintan yang tidak menggunakan jilbabnya walaupun ada seorang laki laki di ruangan ini.

"kalian udah sampe mana?" ucap perempuan itu.

"sampe jonggol" Aku kesal.

Kintan hanya cekikikan.

"ooohh kentang ya zaa? Hahahah. Kenapa ga dilanjutin ajaa. Aku gaakan ngapa ngapain kokk" perempuan itu melihat Kintan.

Kintan kulihat hanya menggeleng pelan sambil masih tersenyum.

"lohh kenapa sihh. Malu sama aku?"

Kintan sekali lagi hanya tersenyum.

"maaf ya tan, aku ganggu" Perempuan itu duduk di sebelah Kintan.

"kamu dari mana si nay?"

"ya tadi keluar aja sih. Sekalian ninggalin kamu sama Faza disini hahah. Kirain udah selese makanya aku pulang"

"trus tadi kenapa teriak-teriak gitu dehh?" aku menimpali.

"hahaha. Abisan kan udah malem zaa. Kirain Kintan ketiduran karena kecapean sama kamu"

"hadeuuhhh" Aku menggeleng.

"yaudah sini sini dehh. Aku bantuin kamu za kalo Kintannya gak mau" perempuan itu berdiri dan menghampiriku.

Nayla lalu duduk persis di depanku dan tangannya dengan lihai sudah mulai membuka resleting celanaku.

"mbaa mbaa mau ngapainnn aaaahhhhhh" Nayla sudah memulai mengulum penisku yang masih tegang.

Kintan kulihat hanya diam saja seraya tak percaya bahwa sahabatnya berbuat demikian.

"mbaa aaaahhh mbaaa aahhhhhhh"

Aku berusaha melepaskan kuluman Nayla terhadap penisku namun gagal karena Nayla memegangi penisku dengan cukup kuat.

Lama Nayla mengulum penisku dan membuat tubuhku kelonjotan karena saking ahlinya. Bahkan Nayla juga menjilati buah zakarku dan sesekali memasukkan lidahnya ke lubang penisku.

Sensasi yang sangat luar biasa. Winda belum pernah melakukan itu.

Nafas Kintan kian memburu karena melihat adegan live di depan matanya.

Aku masih mendesah keenakan karena dikulum oleh Nayla. Kocokkan dan kuluman Nayla benar-benar luar biasa.

5 menit berlalu akhirnya tubuhku menegang dan aku mengeluarkan banyak sekali sperma di dalam mulut Nayla. Bahkan ada sedikit yang mengalir keluar mulut Nayla karena saking penuhnya.

"naaah. Udah enak kan zaa? Hahaha" Nayla mengusap mulutnya yang belepotan spermaku dengan lengan pakaiannya itu.

"aaahhh ooohhhh ahhhh. Gila mba. Enak" Aku masih menahan sisa sisa orgasemku.

Nayla hanya tertawa dan kembali berada di samping Kintan. Aku masih lemas duduk di tempatku.

"ini lagi malah sange hahaha. Fazanya udah keluar tuhh. Nunggu setengah jam kali kalo mau nunggu Faza siap lagi. Gimana kalo kita main tan? Siapa tau Faza berdiri lagi hahaha" Nayla mulai membaringkan tubuh Kintan.

Ada sedikit perlawanan dari Kintan, namun Nayla buru buru menciumi leher Kintan membuatnya menjadi lebih terangsang lagi.

Nayla memulai membuka pakaian Kintan sambil terus menciumi leher Kintan hingga kepala Kintan mengadah keatas.

"naaayyy jangaaannnn. Udahaaannn. Ooohhhhhh emmmmhhhh"

Nayla memainkan payudara Kintan setelah melucuti pakaian bagian atas Kintan.

Kini ciuman Nayla berpindah dari leher menuju payudara kanan Kintan.

"naaayy pleasee naayyy ooohhhhh jangaannnnn"

"diem tan. Nikmati aja. Ini permintaan maafku ke kamu karena udah ganggu"

Nayla mulai melepas celana Kintan. tanngannya langsung masuk ke dalam celana dalamnya dan langsung memainkan tangannya keluar masuk vagina Kintan. Mulutnya masih memainkan peran di payudara Kintan.

*PCAKPCAKPCAKPCAK*

Terdengar gesekkan antara jari Nayla dan vagina Kintan. Sepertinya vagina Kintan sudah cukup basah makanya bisa mengeluarkan suara itu.

"aaaaahhh naaayyy eeemmmhhhh aaahhhh oooohhhhhh" Tubuh Kintan mengejang.

Nayla masih terus "nyusu" dan tangannya kulihat berhenti mengocok vagina Kintan. Nampaknya Kintan telah meraih orgasmenya dan ia terengah engah.

Nayla sudah menghentikan segala aktivitasnya terhadap tubuh Kintan dan ia mencarikan pakaian Kintan di lemari.

Nayla lalu memaikaikan pakaian ke Kintan yang masih ngos ngosan paska orgasmenya.

"udaah yaa kalian berdua. Aku minta maaf dehh kalo tadi ganggu. Nanti lain kali kalian lanjutin yaa, hehehe" Nayla lalu beranjak menuju kamar mandi.

Aku berdiri dan menuju tubuh Kintan yang masih tergeletak di kasurnya.

"mbaa aku pamit yaa. Makasih buat malem ini"

"iyaa zaa hehe. Kapan kapan lagi ya za. Tapi yang gabisa diganggu. Belum selese urusan kita haha" Kintan bangkit dan duduk di pinggiran kasurnya.

Aku lalu berjalan mendekatinya dan mendekap kepalanya dan aku mencium bibirnya itu. Lembut sekali bibirnya, seperti milik Winda. Tak ada penolakan dari Kintan.

Setelah selesai berciuman aku sekali lagi pamit.

Aku langsung menuju kosanku dengan motorku. Aku menarik tuas gas dan motorku melaju cukup kencang.

Puas sekali rasanya


Bersambung​
 
Terakhir diubah:
SUDAH UPDATE!!

Updatenya sekarang aja yaa haha soalnya nanti malem ane ada janji sama orang nantinya malah ane lupa update lagi haha.

Semoga updatenya sesuai sama harapan yang ngebet banget sama Kintan dan Nayla. Maaf ane belum bisa bikin mereka 3s karena ada jalan lain untuk melakukannya haha. soo tungguin aja ya wahai penggemar Kintan sama Nayla ahahaha

ENJOYY!!

Coret-coret dibawah yaa buat kritik dan saran hehe. Terimakasih
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantappp...Akhirnya Faza berhasil jg maen ma Kintan...Pake nagih lagi si Kintan...

Lancrootkan suhu...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kirain dah g ada haremnya lgi... Ternyata makin hot.. Walaupun g ada adegan rapenya lgi wkjww.
 
Di tunggu episode kintan 2 hu :jempol:
Apakah nura sama wisti akan andil dalam cerita? :mami:
 
Thx updatenya om
Keknya masih lama bisa dapetin kesempatan enaena sama Kintan lagi, bahkan mungkin gak akan ada kesempatan lagi:sendirian:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd