Sedikit - demi sedikit alasan mengapa saya merindukan Soekarno mulai terjawab.
Namun memang zaman skrg tidak bisa dibandingkan dgn zamaa dahulu.
Keberanian seorang pemimpin di zaman seperti ini pastinya akan ada konsekuensinya, misal beragam sabotase dan embargo.
Tapi kalau pemimpin2 kita sudah di setir dari awal2 ya semua tinggal tunggu waktu. Nasionalisme kita masing - masing yang akan di uji nantinya.
Amerika Serikat boleh gigit jari kepada Jokowi, karena Capres nomor 2 ini menambatkan hatinya pada poros China dan Rusia. Segala upaya yang dilakukan AS untuk merebut keberpihakan Jokowi sejak 2007 tak membuat Jokowi berpaling dari kedekatannya dengan China. Saya tak berbicara soal Cina (dalam artian etnis) disini, tapi berbicara soal China (negara China). Sejak awal saya tak pernah percaya kalau Jokowi adalah etnis Cina seperti yang sering orang bahas. Kalau kita sedikit mundur ke belakang, beberapa waktu lalu kita lihat ada kampanye RIP Jokowi dan ke-Cina-an Jokowi. Ternyata, kampanye RIP Jokowi dilakukan oleh timses Jokowi sendiri. Seperti saya ulas pada tulisan berikut ini : Kalau Jokowi Dilukai, Bukan Berarti Prabowo Pelakunya********/1nxUMWx Ketika merebak kampanye Jokowi RIP (Jokowi Wafat) yang dikesankan juga kalau Jokowi punya nama Tionghoa. Bermula dari akun Facebook milik Nophie Frinsta dan Tatang Badru Tamam, lalu ramai di pemberitaan. Kampanye Jokowi RIP. Sumber : Internet Tentu saja, kampanye Jokowi RIP ini dapat digolongkan sebagai Kampanye Hitam (Black Campaign) karena tidak berlandaskan fakta. Jokowi dan PDIP pun langsung memberikan pernyataan yang intinya mengatakan kampanye hitam terhadap Jokowi sudah keterlaluan. Kalau kita lihat lebih jauh, pesan dari kampanye Jokowi RIP adalah memberitakan Jokowi wafat dan soal stigma Cina. Sebetulnya tidak ada dampak yang terlalu merugikan bagi Jokowi dari kampanye Jokowi RIP ini. Karena, cukup dibantah saja maka logika masyarakat akan merujuk pada 2 kesimpulan : Pertama, ada kampanye hitam kepada Jokowi oleh kompetitornya. Kedua, Stigma Jokowi Cina adalah sebuah bentuk Kampanye Hitam. Bagi yang tidak mendalami bagaimana pesan, dampak dan alur sebaran kampanye Jokowi RIP ini, tentu mudah menuduh pelakunya adalah kompetitor. Namun setelah dilakukan penelusuran, rupanya terbukti bahwa pelakunya adalah tim kampanye Jokowi sendiri.*
Jokowi memang banyak melakukan kampanye melukai diri sendiri dengan memanfaatkan konflik vertikal yang mereka ciptakan. Jokowi selalu melabelkan dirinya Koalisi Rakyat, sedangkan mereka melabeli Prabowo Hatta sebagai Koalisi Elit. Dengan menciptakan konflik vertikal, Rakyat versus Elit, maka timses Jokowi mudah menggunakan taktik melukai diri sendiri. Asumsi bahwa rakyat bisa ditindas elit dimainkan oleh timses Jokowi. Taktik melukai diri sendiri hanya bisa dilakukan oleh Jokowi, tidak mungkin dilakukan oleh Prabowo. Lantas, kenapa Jokowi harus melakukan kampanye melukai diri sendiri terkait isu rasial China? Sederhana, untuk menutupi keberpihakan Jokowi pada Poros China Rusia dalam peta politik internasional. Jokowi menyerang dirinya sendiri terkait isu rasial Cina, untuk menutupi kedekatannya dengan negara China. Memangnya, sejauh mana hubungan Jokowi dengan China dan Rusia? Seorang teman memberikan foto kunjungan Jokowi ke Lijiang, Yunan, China pada tahun 2006 :
Lalu ia memberi foto kunjungan Jokowi ke Rusia pada 2009, tepatnya ke kuburan Boris Yeltsin (meninggal 2007) setelah Jokowi berkunjung ke Kazan.
Jokowi mengunjungi kota Lijiang, China (2006) dan kota Kazan, Rusia (2009). Ketika mengunjungi Lijiang dan Kazan, Jokowi masih menjabat Walikota Solo periode I (2005 2010). Teman itu mengatakan, tujuan kunjungan Jokowi ke Lijiang, China dan Kazan, Rusia adalah studi banding ke 2 kota tersebut. Dan bukan kebetulan, Jokowi pun sempat menyatakan akan menjadikan Lijiang, China dan Kazan, Rusia sebagai percontohan tata kota.
Rupanya, kunjungan Jokowi ke China (2006) dan Rusia (2009) menimbulkan kekhawatiran dari AS. Pendekatan poros China Rusia kepada Walikota Solo dinilai AS sangat berbahaya dan harus diambil tindakan. Perlu diingat, Solo merupakan basis massa pergerakan teroris Asia Tenggara sebagaimana dinyatakan PM Singapura Lee Kuan Yeuw. Pada 28 Februari 2002, Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew mengeluarkan pernyataan bahwa Indonesia terlibat terorisme dengan sarangnya di kota Solo. Lihat tulisan saya berikut ini : Percumbuan Jokowi dan AS, Bermula dari Abu Bakar Ba'asyir********/1mL2Vd7 AS sangat berkepentingan menjaga Solo dari potensi kebangkitan terorisme Solo. Ketika Jokowi menjabat Walikota Solo tahun 2005, gerakan terorisme Solo sudah ditumpas melalui penangkapan Abu Bakar Baasyir. Pemenangan Jokowi FX Rudyatmo sebagai Walikota Solo pada 28 Juli 2005 juga ada peran dari Menlu AS Condoleezza Rice. Solo sebagai bekas markas Abu Bakar Baasyir, dalam kacamata AS harus dikawal. Tidak boleh tokoh muslim konservatif yang memimpin kota Solo. Sosok muslim sekular seperti Jokowi didampingi Katolik konservatif FX Rudyatmo diharapkan AS dapat meredam sisa-sisa pergerakan Baasyir di Solo. Melihat gelagat AS bermain di Solo, Indonesia, rupanya China ikut bergerak. Pada tahun 2006,
China mengajak Jokowi melihat kota Lijiang untuk menjadi basis percontohan. Pada tahun 2009, China meminta Rusia mengajak Jokowi melihat kota Kazan, Rusia. Seperti diketahui, China Rusia memang tengah membangun poros baru untuk menandingi poros AS Eropa. Salah satu sasaran yang tengah diincar Poros AS Eropa maupun poros China Rusia adalah Asia Tenggara, khususnya Indonesia. Persaingan AS versus China merebut Jokowi ketika menjabat Walikota Solo juga berkaitan dengan kompetisi Poros AS Eropa dan Poros China Rusia di Asia Tenggara. Itulah kenapa Dubes AS untuk Indonesia Cameron R Hume, yang diangkat Menlu AS Rice pada 30 Mei 2007, begitu menyoroti Jokowi. Selama masa Menlu AS Condoleezza Rice (2005 2009), tidak terlihat adanya terorisme Solo bergerak. Namun situasi berubah ketika Obama menunjuk Hillary Clinton sebagai Menlu AS pada 21 Januari 2009. Mendadak, aksi terorisme Solo kembali muncul secara berkala. Lalu dimulailah serangkaian aksi serangan terorisme dan penyergapan terorisme di Solo. Pada 17 September 2009, Densus 88 yang didanai AS, menyergap Noordin M Top Group di Kepuhsari, Solo. Pada 13 Mei 2010, Densus 88 menyergap markas teroris di Dusun Gondang, Solo. Pada 14 Mei 2011, Densus 88 menyergap Sigit Qurdhowi Group di Cemani, Solo. Pada 25 September 2011, terjadi serangan di Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Solo. Pada 17 Agustus 2012, terjadi serangan dari Farhan Group di Pasar Kliwon, Solo. Pada 19 Agustus 2012, Farhan Group menyerang Bunderan Gladag, Solo. Pada 30 Agustus 2012, Farhan Group menyerang Plasa Singosaren, Solo. Pada 31 Agustus 2012, Densus 88 menyergap Farhan Group di Solo. Pada 22 September 2012, Densus 88 menyergap Thoriq Group di Solo. Tentu menjadi pertanyaan, kenapa pada masa Menlu AS Condoleezza Rice (2005 2009) tidak ada satu pun aksi terorisme Solo. Namun pada masa Menlu AS Hillary Clinton (2009 2013), mendadak muncul serangkaian aksi teroris dan penyergapan teroris di Solo. Kedekatan Jokowi pada Poros China Rusia adalah jawabannya. AS perlu menyibukkan Jokowi dengan urusan Terorisme Solo agar menjauh dari upaya China mendekati Jokowi. Bahkan AS melalui Vatikan, sebagaimana diakui Megawati sendiri, sempat menawarkan jabatan Sekjen PBB kepada Megawati. Tujuannya jelas, AS dan Vatikan ingin Megawati menjaga Jokowi agar tetap pro AS, bukan pro China dengan imbalan Sekjen PBB. Namun Megawati menolak tawaran Sekjen PBB dari AS dan Vatikan. Lihat tulisan ini : Vatikan Usulkan Megawati Jadi Sekjen PBB********/1iplZKL Secara tersirat, penolakan Megawati terhadap tawaran AS dan Vatikan soal Sekjen PBB menunjukkan Jokowi punya pilihan lain, ialah China. Indikasi kuat keberpihakan Jokowi pada Poros China dan Rusia juga terlihat pada berbagai aspek. Pembelian Busway Gandeng dari China merupakan sinyal bahwa akan ada kerjasama ekonomi dengan China jika Jokowi memimpin. Pada Debat Capres 3, Jokowi juga mengkritisi pembelian Tank Leopard dari Jerman. Jokowi mengatakan, Tank Leopard memiliki tekanan 60 ton yang akan merusak jalanan di Indonesia. Faktanya, tekanan Tank Leopard hanya 8,9 ton yang tidak merusak jalan. Tentu saja, kritik Jokowi terhadap pembelian Tank Leopard dari Jerman, merupakan sinyal akan ada kerjasama pembelian senjata dari China dan Rusia. Kemudian pada Debat Capres 3, Jokowi juga memasang sikap tak ambil pusing soal konflik Laut China Selatan. Padahal di sisi lain, Jokowi mengatakan akan melanjutkan asas Politik Bebas Aktif ala Indonesia. Bagaimana bisa Jokowi tak ambil pusing soal konflik Laut China Selatan sementara ia pro asa Politik Bebas Aktif? Perlu diketahui, Poros China Rusia sedang dalam potensi perang dengan Poros AS Eropa. Lihat tulisan berikut ini : Siapa Pantas Pimpin Indonesia Di Perang Dunia?********/T4O6oU*
Ada 5 titik perang yang akan terjadi : 1.Perang Teluk Persia (Perang Teluk IV)* : Israel, NATO, Turki versus Iran, China, Rusia. 2.Perang Laut Kuning : Korea Selatan, Jepang, AS versus Korea Utara, China, Rusia. 3.Perang Laut Andaman : Australia, PBB, Myanmar, India, Vietnam versus Thailand, Kamboja, Laos, China. 4.Perang Laut China Selatan : Australia, Filipina, AS, Vietnam, Malaysia versus China. 5.Perang Laut Hitam : Turki, NATO, PBB versus Ukraina, Rusia, Belarusia. Dari 5 titik yang berpotensi menimbulkan perang, pertahanan China masih sangat lemah pada area Laut China Selatan. Vietnam sedang didekati AS melalui kerjasama pembersihan senjata bekas Perang AS Vietnam. Filipina dan Malaysia sudah menjadi aliansi AS sejak lama. Bahkan Filipina juga menjadi pangkalan militer AS untuk wilayah Asia Tenggara. Di sisi lain, Laut China Selatan adalah pintu masuk menyerang Hong Kong, salah satu basis ekonomi terkuat China. Pertahanan China di Laut China Selatan kosong melompong, tak ada aliansi. Paling banter, China hanya bisa mengajak Taiwan yang memang tengah ditawari China kembali jadi Provinsi China. Namun Taiwan masih belum memutuskan. Dan AS melobi Taiwan dengan pemberian kredit pembelian senjata AS senilai US$ 51 miliar kepada Taiwan sebagai sweetener beraliansi. Tak ada pertahanan di Laut China Selatan, China pun menciptakan konflik di Asia Tenggara. China mengklaim seluruh perairan Laut China Selatan sebagai miliknya. Klaim China atas perairan Laut China Selatan menimbulkan konflik dengan Vietnam, Kamboja, Filipina, Malaysia, Brunei dan Taiwan. China mengharapkan terjadinya perang di Laut China Selatan agar tak bisa dijadikan pangkalan militer AS untuk menyerang Hong Kong. AS saat ini tengah melobi keras Vietnam, Malaysia dan Filipina agar tak terpancing konflik Laut China Selatan. Jika terjadi perang AS dengan China, AS perlu Laut China Selatan untuk menyerang China dari Selatan (Hong Kong). AS akan kesulitan menyerang China apabila Laut China Selatan dalam konflik atau perang. Jadi, China menghendaki konflik Laut China Selatan karena minim pertahanan disana, AS menginginkan situasi damai di Laut China Selatan. Indonesia yang menganut Politik Bebas Aktif harus concern terhadap persoalan Regional Asia Tenggara. Anehnya, Jokowi di satu sisi pro pada Politik Bebas Aktif, tapi tak mau ambil pusing soal konflik Laut China Selatan. Jokowi mengesankan tak paham konflik Laut China Selatan. Kelihatannya, Jokowi bukannya tidak paham konflik Laut China Selatan, namun Jokowi mendukung kepentingan China dengan membiarkan konflik terus memanas. China menghendaki Laut China Selatan terus memanas, Jokowi pun mendukung itu dengan cara tak ambil pusing. Dari sini dapat kita lihat beberapa aspek yang menguatkan indikasi bahwa Jokowi pro kepentingan China di Indonesia maupun Asia Tenggara : 1.Jokowi menjadikan Lijiang, China dan Kazan, Rusia sebagai kota percontohan tata kota di Indonesia. 2.Jokowi alihkan proyek pengadaan Busway dengan membeli dari China. 3.Penolakan Megawati terhadap tawaran Sekjen PBB dari AS dan Vatikan. 4.Jokowi kritik pembelian Tank Leopard dari Jerman, boleh jadi akan membeli dai China atau Rusia. 5.Jokowi mendukung kepentingan China menciptakan konflik Laut China Selatan dengan tak ambil pusing. Pertanyaannya, apa yang membuat China dan Rusia mendukung Jokowi, sebaliknya Jokowi juga mendukung China dan Rusia? Lihat tulisan ini : Pemerintahan Minyak 2014 - 2019, Siapa Pantas Memimpin?********/1l22OIB Indonesia saat ini memiliki 263 blok minyak bumi dan gas bumi (migas). Jumlah ini akan terus bertambah seiring dengan eksplorasi-eksplorasi baru. Dari 263 blok Migas yang dimiliki Indonesia saat ini, sebanyak 79 Blok Migas sudah produksi. Sedangkan sisanya 184 Blok Migas masih dalam tahap eksplorasi. Dari 79 Blok Migas milik Indonesia yang sudah produksi, sekitar 55 Blok Migas (70%) dikelola oleh perusahaan migas asing berskala global. Sebut saja, Chevron, Total, Inpex, ExxonMobil, Petronas, Petrochina, CNOOC, Santos, British Petroleum, Hess, Stat Oil, Eni dan sebagainya. Sepanjang 2015 2021, ada 28 Blok Migas yang akan habis masa kontraknya. Berdasarkan peraturan, kontrak pengelolaan blok Migas di Indonesia sepanjang 30 tahun. Lalu untuk perpanjangan kontrak pengelolaan Blok Migas diberikan selama 20 tahun. Maksimal, pengelolaan Blok Migas di Indonesia selama 50 tahun. Proses pengajuan perpanjangan kontrak Migas diberikan waktu 10 tahun hingga 2 tahun sebelum habis masa kontrak. Artinya, bagi kontrak Migas yang habis tahun 2021, akan menjadi tanggung jawab pemerintahan 2015 2019. Itulah kenapa saya klasifikasikan 28 Blok Migas yang akan habis masa kontraknya antara 2015 2021. Berikut daftar 28 Blok Migas yang akan habis masa kontraknya antara 2015 2021 : 2015 -Pertamina Costa di Blok Gabang 2017 -Total EP Inpex di Blok Mahakam -Pertamina di Blok Offshore North West Java (ONWJ) -Inpex di Blok Attaka -Medco di Blok Lematang 2018 -Pertamina Petrochina di Blok Tuban -Pertamina Talisman di Blok Ogan Komering -ExxonMobil di Blok North Sumatera Offshore (NSO) B -ExxonMobil di Blok NSO Extension -CNOOC di Blok Sumatera Tenggara -Total EP di Blok Tengah -VICO di Blok Sanga-Sanga -Chevron di Blok Pasir Barat (West Pasir) dan Attaka 2019 -Kalrez Petroleum di Blok Bula -Citic di Blok Seram Non Bula -Pertamina Golden Spike di Blok Pendopo dan Raja -Pertamina Hess di Blok Jambi Merang 2020 -Conoco Phillips di Blok South Jambi B -Kondur Petroleum di Blok Malacca Strait -Lapindo di Blok Brantas -Pertamina Petrochina di Blok Salawati -Petrochina di Blok Kepala Burung Blok A -Energy Equity di Blok Sengkang -Chevron di Blok Makassar Strait Offshore A 2021 -CPI di Blok Rokan -Kalila di Blok Bentu Segat -Petronas di Blok Muriah -Petroselat di Blok Selat Panjang Lihat referensinya disini : Investor Daily : 29 Blok Migas Akan Habis Kontrak Berapa sih nilai kontrak perpanjangan 28 Blok Migas itu? Target produksi migas 2013 di angka 840.000 Bph, tapi realisasinya 827.000 bph, kurang 13.000 bph. Rata-rata produksi 1 Blok Migas sekitar 10.000 Barel per Hari (Bph). Angka itu diperoleh dari realisasi produksi migas (lifting) APBN-P tahun 2013 sebesar 827.000 Bph dibagi 79 Blok Migas Produksi. Dengan produksi 827.000 per hari di 2013, berarti produksi setahun 301.855.000 Barel. Jika kita pakai harga minyak US$ 100/barel, total nilai produksi 28 Blok Migas itu setahun US$ 30.185.500.000. Dalam rupiah, nilai produksi 28 Blok Migas itu sekitar Rp 302 Triliun. Jika 28 Blok Migas itu memperpanjang kontraknya 20 tahun, kira-kira nilai kontraknya Rp 6.040 triliun. Angka Rp 6.040 triliun itu sangat besar, kurang lebih setara dengan angka PDB (Produk Domestik Bruto) Indonesia setahun. Dan pastinya, kontrak 28 Blok Migas senilai Rp 6.040 triliun itu tanggung jawab pemerintahan 2014 2019. Itulah kenapa saya sebut pemerintahan 2014 2019 adalah Pemerintahan Minyak. Para pemain minyak raksasa global sudah pasti akan berpartisipasi aktif dalam memihak kandidat capres di 2014. Pertanyaannya kemudian, kepada para pemain minyak raksasa global ini bertaruh di Pilpres 2014? Lihat gambar pemetaan kepentingan negara-negara asing pada Blok Migas di Indonesia (Mei 2012).*
Peta Penguasaan Migas Indonesia oleh Asing. Sumber : BP Migas tahun 2012 Terlihat jelas, bahwa AS merupakan pihak yang paling berkepentingan dalam industri migas Indonesia. Dari Barat ada AS, Inggris, Italia, Perancis, Norwegia, Australia. Dari Asia ada Malaysia, China, Jepang. Sementara China, yaitu CNOOC dan Petrochina belum memegang banyak pada blok-blok migas di Indonesia. Saya kira, upaya China dan Rusia mendekati Jokowi memiliki motif penguasaan Blok Migas. China dan Rusia tentu mengetahui kalau ada 28 kontrak blok migas yang habis pada pemerintahan 2014 2019. Dukungan China dan Rusia besar-besaran ke Jokowi tentu akan berkaitan erat dengan pemberian kontrak-kontrak migas ke China dan Rusia oleh Jokowi. Dan itulah yang kini membuat AS kesal pada Jokowi. Sikap Jokowi yang pro-China mengindikasikan Jokowi tak akan lanjutkan kontrak blok migas milik AS dan Eropa, tapi diberikan ke China dan Rusia.
Mari kita simak kelanjutan kisahnya.