Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA [Incest - No SARA] DIORAMA - Bukan Cerita Cinta

Mohon maaf kalau sekali lagi nubi belum bisa membalas komentar Suhu satu persatu dimari
Nubi mohon, tetep jangan bosen komen nggih suhu



Baiklah, tanpa banyak ita-itu, kita lhas-lhes aja nggih, Dilanjutpun...



SEMUSIM - Part. 1




Cangkir Coffee latte yang biasanya selalu kusuka dan selalu kusisip dengan penuh khidmad itu hanya kupurar-putar pada tatakannya. Bentuk daun rapi yang dibikin oleh barista café ini juga masih melayang diatas kopi yang sama sekali belum kuseruput. Pandanganku melamun, membayangkan kejadian yang menimpaku saat ini. Semester lalu, aku menyelesaikan program Student Exchange dengan memuaskan. Bahkan paper yang kubikin, dimuat dalam jurnal Pendidikan di kampus kami sebagai salah satu rujukan referensi yang dianjurkan kepada calon-calon Student Exchange setelahku. Dengan semangat yang masih berapi-api, aku mendaftar program Double Degree, mengambil jurusan FEB mengambil pilihan Bachelor of Business Administration di Curtin University – Australia

Walaupun harus biaya sendiri, Ayah dengan senang hati membiayainya tapi tentunya setelah itu aku harus bekerja ekstra keras untuk menyelesaikan tuntutan pelajaran dan tantangan yang kupilih, namun, semua proses administrasi, birokrasi pendaftaran dan ujian-ujian bisa dibilang dapat kulalui dengan cukup lancar. Yep, aku memang masih harus bekerja ekstra keras untuk itu setelahnya

Ya, dari awal aku memang berniat untuk bekerja keras, karena aku mempunyai tujuan hidup yang hampir jelas; aku ingin membanggakan dan membahagiakan seseorang yang benar-benar aku sayangi. Namun, kejadian tidak berjalan sesuai harapanku. Karena alasan yang Jelas, Feli, orang yang kusayangi dan ingin kubuat bangga dengan pencapaian-pencapaian-ku itu memutuskanku tadi siang. Ya, aku memang jahat dan bodoh karena membagi waktu serta perhatianku kepada wanita lain. Lebih dari itu, aku bersalah, karena tidak bisa jujur dan percaya kepadanya, seperti kepercayaan antara pasangan Nicholas dan Parnele Flamel yang begitu dia kagumi dalam novel kesukaannya. Bukannya aku berusaha mencari alasan, namun, aku melakukan hal ini juga dengan penuh pertimbangan. Wanita ini, saat itu, memang benar-benar memerlukan seseorang untuk memperhatikan dan mendukungnya, dengan alasan yang menurutku masih harus menjadi rahasia diantara teman-temannya, untuk menjaga mental dan perasaan-nya

Sebuah tangan memegang lenganku dengan ragu-ragu, aku menoleh kearahnya “Maaf…” ucapnya lirih “Aku gak bermaksud membuatmu terlibat masalahku, dan Feli… Aku bisa menjelaskan semuanya kepadanya… aku… aku akan menceritakan semuanya…”

Aku masih menunduk, lalu meliriknya sekilas dan mencoba tersenyum “Feli akan baik-baik saja dan aku juga akan baik-baik saja, kita selesaikan masalahnya satu persatu, dimulai dari masalahmu dulu…”

“Aku bukan tangggung-jawabmu Nton, dan aku tidak pernah menginginkan diriku untuk menjadi tanggung jawabmu” jawabnya gamang, aku meliriknya “Aku akan menjalani kehidupan apapun yang harus kujalani, dan aku juga… akan bisa… baik-baik saja…” desisnya lagi, lirih sambil menahan air mata

Aku tersenyum simpul “Tapi aku tidak akan baik-baik saja, kalau setelah melihat masalah ini lalu berpaling, aku masih punya beberapa bulan sebelum berangkat ke Australi, dan ku kira, waktu yang tersisa ini, bisa kupakai untuk menanimu menyelesaikan masalahmu”

Wanita itu mendengus gelisah “Trus, ngapain kamu harus menyelesaikan masalahku? Kamu itu siapa? Kamu itu siapaku? Aku…” senyumnya getir

“Well, let say… “ Ucapku lagi sambil meregangkan tubuh dan membulatkan tekad “Mungkin sudah takdirku untuk menjadi pahlawan kesiangan” lanjutku sambil mengedipkan sebelah mata kearahnya, lalu beringsut untuk memegang kedua bahunya dengan tanganku “Ella, Nikmatul Laela Anyarfiqoh… kalau kamu megijinkanku untuk menemanimu menyelesaikan masalahmu, kamu mungkin akan merasa berhutang kepadaku seumur hidup, dan untuk itu, aku akan minta imbalan yang sangat besar darimu, yaitu; Kamu… harus berjanji satu hal kepadaku..” lanjutku kembali dengan mantap “Setelah ini semua selesai, kamu harus Hidup dengan baik dan bahagia…” aku nyengir

Wanita itu kelihatan kaget terus sedikit mendongak untuk menatapku, lalu kembali tersenyum getir, setelah usahanya menelan ludah dengan susah payah setengah berhasil, seperti ada transformasi yang tidak wajar dalam emosinya yang aku yakin masih sangat labil dan terguncang, dia mulai menangis terseggal-senggal. Aku menarik kepalanya kedadaku dan memeluknya serta mengusap punggungnya dengan pengertian. Ya, dia harus HIDUP, karena hampir dua minggu yang lalu, aku memergokinya mencoba bunuh diri dikamar kostnya sendiri…



---



“Ini…” ucapnya dengan lirih dan gamang setelah kami sampai kedalam salah satu kamar kost yang aku booking untuknya, setelah pembicaraan di café tadi, dengan banyak sekali bujukan yang alot (yang disertai dengan argumentasi-argumentasi cerdas, beberapa aksioma, enam perumusan masalah yang brilian, empat sanggahan akademis tentang definisi sosial ploretariat, dan tiga pantun jenaka – Iya, se-tidak-tertolak itulah bujukanku, bisa dibilang SSI yang sempurna!) maka akhirnya aku bisa memboyong wanita manis ini ke sebuah Kamar Kost baru. Biaya kost ini lumayan mahal, sesuai dengan fasilitas dan keamanann yang ditawarkannya, tetapi aku sudah membayarnya untuk satu tahun kedepan

“Selama setahun kedepan, kamu akan pindah ke Kost ini, ada satpamnya, jadi kamu akan lumayan aman, sebenarnya aku berencana untuk membawamu kerumahku, tapi kan kamu tau disana ada Yulia, dan aku belum berencana bercerita apapun kepadanya…”

Dia kembali memandangku, masih membisu

“Aku akan ke kost lama kamu, dan mengambil barang-barangmu…” lanjutku sambil nyengir

“Anton…” desisnya kembali galau sambil menarik kemeja yang kukenakan saat aku hampir membalik badan, Ella menunjukkan ekspresi campur aduk yang sukar kupahami

“Hey, kita sudah sepakat kan tadi? Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama, dan kamu sudah berjanji untuk mengikuti rencana-rencana yang akan kita susun dengan baik” Ujarku mencoba menenangkannya lagi, sambil memegang bahunya “Ella boleh nangis lagi nanti kalau aku udah balik kesini, tapi gak boleh cengeng, OKE?” aku nyengir sambil menyentil hidungnya

“Dasar Jelek!” dengusnya gemes sambil menempelkan dahinya ke dadaku. Lalu aku melakukan sebuah kesalahan lagi, aku sepontan (Uhuy!) mengangkat dagunya dan mencium keningnya…

Sial, kenapa juga aku harus mencium keningnya?



---



“Haloh nyet, belum mapus juga lu?” ujar suara cempreng diujung jaringan yang aku telepon. Iyalah, siapa lagi yang bisa kuandalkan buat masalah gini-ginian selain Aan? Masih inget Aan kan? Si pengkhianat yang kemaren seenaknya ngumbar rahasiaku ke Feli?

Ya, karena dialah sobat ku satu-satunya dari orok, dan karena sebenarnya aku sangat menghormatinya, maka aku panggil dia… “Beruk, temuin gue dong di Anak Panah!” pintaku dengan nada memerintah untuk menemuiku di Anak Panah Café, yang ada di daerah Bulusan, soalnya aku males ke apartemennya, parkirnya ribet!

“Ada dana kenakalannya gak masehh?” jawabnya malas-malasan

“SEKARANG!” hardikku kenceng sok memerintah lagi

“TAIK!!” jawabnya tidak kalah kenceng



---



“Lu emang temen gada ahlak Nyet! Dah balik dari Belanda ga bawa oleh-oleh, ketemu-ketemu mo ngutang! Buat apa sih lu duit segitu?” Desahnya ngambek sambil nggelosot di kursinya dengan muka males-malesan ciri khas Beruk tengil satu ini

“Kita kan pulang bareng dari sana Tolol! Elu kan jemput gue kesana, lah gue lu jadiin alesan mulu buat maen! Ada gak lu duitnya?” desak-ku

“Dikate gue Bank apa?” bentaknya merajuk “Buat apa sih nyet duit segitu? Lu maen sabu ya?”

“Maen Saabu Matamu Picek!”

“Ya kali aja lu stress belajar trus butuh doping, otak lu tuh sebenernya kerdil nyet, gasah sok-sok’an pinter napa?” ledeknya

“Anjir lu Ruk, ada ga? Gue serius nih!”

“Iya buat apa Monyet?!! Cepek-Tiau lho! Seratus Juta gila lu! Lu duit segitu ngomongnya kek mo pinjem ceban aja bego!” omelnya. Aku melirik ke pergelangan tangannya

“Itu Omega Railmaster kah? Cepek itu paling ga, lepas! Kasih gue!!” ujarku bengis sambil mencoba membetot tangannya “Lepasin ga?!”

“Anjir, mo ngerampok gue lu? Jam ini hadiah dari om gue tolol!” beruk lahnat itu mencoba melawan dengan menahan betotanku ke pergelangan tangannya, akhirnya kita adu kuat-kuatan. Mungkin kalau ada yang memperhatikan kami, akan mengira kami adalah sepasang homo yang saling berpegangan tangan. Lu tau mereka salah, dan lu tau gue gak peduli!

“Iya besok gue balikin! Pelit amat sih lu ama temen!”

“Iya, gue nanya dulu, Tolol!! Buat apa duit segitu?” Aan masih aja merengek sambil ngotot melawan betotanku

“Buat Ella” jawabku singkat “Cepet deh, kasih aja, jangan banyak omong ah! Beruk!!” lanjutku sambil masih mencoba merebut jam yang ada di pergelangan tangannya. Omega Railmaster, kayaknya asli deh, ga seperti aku, Beruk satu ini jarang pake barang KW

“Bentar kontol! Ella yang mana?” kami masih saling berkutat dengan pergelangan tangan-nya

“Ella temen tongkrongnya Tapir”

“Temen tongkrong yang mana?”

“Yang anak FEB”

“Anak FEB?” tanyanya sambil membuat muka tolol, cocok banget ama kontur wajahnya

“Iya, cepet ah, kasih ni jam, ribet amat sih lu Ruk!”

“Anak FEB yang mana?” dia masih aja ngotot mermmpertahankan diri dari paksaanku

“Yang pake kerudung!” jawabku gemes ama ni anak, kuat sekali tenaganya

“Ella anak FEB yang pake kerudung? Owalah, iya, iya, tau gue!” tanyanya lagi songong

“Iya mangkanya! Cepet ah, lepasin jamnya ga!?!” aku masih mencoba merebut jam itu

“Bentar bangsad! Lepasain gue dulu!!” Beruk sialan itu masih aja ngotot melawan “Urusannya apa anjing?” lanjutnya sambil melotot “Tunggu, tunggu! Jangan bilang elu ngehamilin dia, itukah alesannya lu putus ama Feli? Lu mau nyogok dia buat ngegugurin janin lu? Bangke lu nyet! Kelakuan lu busuk! Lu Hijrah gih! Gada ahlak lu emang!” Dasar Beruk sialan, enak aja maen menghakimi orang tanpa proses penyidikan!

“Taik lu Ruk! Omongan lu kakeane!” akhirnya aku menyerah juga merebut jam sialan itu, lalu ikut-ikutan si Beruk bikin pose ngglosoh ke kursi

“Ya makanya lu cerita bego!”

“Oke, Oke gue cerita…” Aku mendesah, menghela nafas menyerah

“Cepet ngomong kontol, gausah mendramatisir napa? Lu to the point aja, lu ngentot dimana? Kapan? Lu yakin gak itu janin lu? Lu udah nanya dia kapan terakhir M kan? Trus lu itung tuh ama usia kehamilannya…” Tiba-tiba Beruk sialan ni sok semangat, dasar temen gada ahlak, masih aja menghakimi, seneng kali kalau temennya ada masalah

“Ngentot, ngentot, gue ga ngentotin siapapun bego! Lu denger dulu orang mau cerita, Beruk!”

“Iya makanya cepet, penisirin nih gue! Lu kapan ngentotin dia?”

“Taik! Gada ngentot-ngentotan, bangke! Gue ga ngehamilin dia! Bahkan dia juga ga hamil!!” – Emosi Jiwa lama-lama gue ama Beruk tolol satu ini -- “Gini…” Aku melanjutkan cerita setelah sedikit berhasil menahan emosi dengan menyeruput sedikit kopi di cangkir yang ada di depan ku, untung ada coffee latte gratisan yang dibayarin ama dia tadi “Ella tuh kan masuknya sama kek elu, nyogok…” desisku

“Nyogok? Namanaya UM, kontol!”

“Iya sama aja! Gue dong test, murni lulus SBMPTN!”

“UM juga test, Monyettt! Singkatannya aja Ujian Masuk! Taik, lu jadi cerita gak sih?”

“Sampe dimana tadi?” tanyaku

“Serah!”

“Blok!”

“Lagian gue masuk sini juga gegara lu, bego! Nyuruh-nyuruh gue ikutan ambil Sipil, gak taunya hitung-hitungannya banyak banget, rusak otak gue jadinya! Klo gue sampe gila, lu musti tanggung jawab!” omelnya lagi sambil nunjuk-nunjuk gajelas. Aan ini sebenernya anaknya cerdas, ya, terhitung lumayan lah, cuman karena dari kecil dimanja, jadinya ya gini, setengah Tiang. Dan orang tuanya keknya seneng banget deh dia maen-nya sama aku. Ya, lu tau lah, secara gue anak baik-baik, sopan, sholeh, ganteng, rajin menabung, Pancasilais dan ga kebanyakan konsumsi jajanan micin…

“Itu karena gue mikirnya lu musti nerusin usaha kontraktor ama property bokaplu, tolol! Jadi cerita gak nih? Jadi lupa gue ah! Crewet aja jadi orang, tolol lu!”

“Yaudah cerita, taik!” ujarnya malah cengengesan

“Ya gitu, dia masuk lewat jalur kek elu, nah, semester ke-tiga keknya setelah dia masuk kuliah, kan bokapnya meninggal kecelakaan, tapi karena terlanjur masuk kuliah-nya lewat UM kek elu, UKT nya tinggi, sekitar 12-an per semester klo ga salah…”

“Trus masalahnya apa? Gue juga 18an juta per semester, elu aja yang se-semester cuman lima ratus rebu! Lu dosa nyet, ngambil haknya kaum duafa lu! Ahlak lu emang rendahan!” omelnya

“Sat! Gue lanjut ga nih?”

“Serah!”

“Nah, karena mau bantu ngeringanin beban nyokapnya, buat kuliah kan dia terpaksa kerja sambilan, Tapi ga nyampe dong duit segitu dari penghasilannya, makanya dia utang sama pinjol, nah, karena akhirnya numpuk, bunga berbunga, gue ga tau gimana hitungannya, yang dia tunjukin ke gue, tagihannya nyampe sekitar 200jutaan” aku melanjutkan cerita “Trus, mulai tuh ditagih, awalnya ya biasa-biasa aja, dia coba angsur bunganya dulu pake duit gaji kerja sambilannnya, trus terakhir, dia dipaksa open BO sama tu sindikat buat ngelunasin utang, dia depresi Ruk, beberapa hari lalu, gue kebetulan disuruh Tapir buat ngecekin dia ke kosan, soalnya dia beberapa hari ngilang, akhirnya gue ke kost nya, ngedapetin dia mencoba bunuh diri…” terangku lagi

“Astagfirullah, ini beneran nyet?” tanyanya kaget, tiba-tiba mimik mukanya berubah jadi simpatik. Inilah alasan lainnya aku cocok sama ni anak dari orok, diluar omongan dan kelakuannnya yang Bar-Bar dan sering semaunya sendiri, Aan ini orangnya sebenernya baek, ya selain dia orangnya juga asik, ga ngambekan kalau dicengin dan sering nraktir sih…

“Bener bego! Masa gue ngarang sih?”

“Trus elu mo bantu bayarin utangnya gitu?”

“Iya, sama kalau bisa, nyeret bangsad-bangsad yang maksa dia buat open BO ke Polisi…”

“Bego lu! Kalau bayar utang sih oke, tapi kalau cerita ini bener, lu berhadapan ama sindikat, tolol! Gila apa lu?” rajuknya “Trus, kedepannya gimana? Ga mungkin dong elu biayain dia terus ampe lulus?”

“Ya gatau, mungkin bisa diurus ke TU Dekanat, jelasin soal keadaan ekonomi keluarganya saat ini, ga tau juga sih, nah, ini tugas elu buat nyari infonya, sekalian bantuin dia ngurusin!” tunjuk-ku semena-mena. Beruk ini memang suka ahli kalau disuruh ngurusin urusan birokrasi yang ribet kek gini. Kuncinya cuman satu, paksa aja dia! Tambahin sedikit ancaman juga biasanya membantu…

“Sat! Napa tetiba gue jadi keikut ya?” protesnya

“Gasah bacod, lakuin aja!”

“Lu emang temen taik, Nyet!”

“Udah lepas jam-lu! Gue pinjem, ntar gue balikin lah!”

“Ogah! Ini jam hadiah om gue, monyong!”

“Tega lu bangsad!”

“Lah, kan lu crita dua ratus tadi, trus yang Cepek lagi, dari mana?”

“Gue ada seratus”

“Lu emang Taik Nyet! Apa coba keuntungan buat lu ngelakuin hal-hal kek gini? Lu ngeribetin diri sendiri deh!” tanyanya

Aku mengangkat bahu “Jadi lu gak mau bantu nih ceritanya?”

“Gue ada tabungan, kontol! Tapi jadi miskin gue setelah gue kasih ke elu…” desahnya sok nyesel

“Lu emang temen gue yang terbaik, Ruk!”

“Taik lu!”

“Eh, trus, kalau gitu apa keuntungannya buat elu bantuin gue coba?” tanya gue balik sambil nyegir

“Lha kan elu minjem, ntar lu balikin kan duit gue?”

“Ya iyalah, ntar gue cicil make uang saku ama sedikit penghasilan usaha gue yang dipegang mba Fenti Ruk! Di Ausie gue juga akan coba nyari kerja buat cicil utang gue ke elu!” aku mendesah “Makasih ya Ruk, tapi gue masih penasaran, lu kenapa akhirnya mau minjemin gue?”

“Yah, anggep aja udah nasib-nya Taik, punya temen Taik, kita berdua emang Taik, Nyet!”

“Elu adalah Taik terbaik Ruk!” kekehku…

Beruk itu malah ngambek lagi, lah kan udah kupuji sebagai Taik Terbaik, salahku dimana coba? Kurang apa lagi aku sebagai sobat?

Ah, Tapi…

Puji Tuhan… Alhamdullilah…

Satu masalah terpecahkan!

Thanks Ruk!

Lu emang Taik yang bener-bener terbaek…



---



KLUNTING

Aku meraih handphoneku yang kulakukan sambil jalan nyetir ke kost baru Ella, setalah tadi memenangkan negoisasi dengan Satwa-liar, aku langsung menuju ke kost lama Ella, packing baju ganti (Aku ahli dalam hal packing, beberapa bulan ini hidupku kan nomaden, jadi urusan packing baju, lu bisa belajar banyak deh dariku – asal ada kopinya aja, pasti ku ajarin – tapi emang harus kuakui, tadi sempet galau juga pas kudu ngambilin dalemannya Ella) kudu cepetan balik ke wanita itu, akhir-akhir ini suka gawat dia kalau ditinggal kelamaan. Aku melihat ada masuk SMS notifikasi M-Banking ‘Kredit IDR-100.000.000.00 #Rek XXXXXX3858 # Tgl….’ Aku gak baca lanjutannya, tapi aku langsung tersenyum, Beruk jelek itu ternyata beneran punya tabungan. Anjir, napa gak dari dulu aja dia gue rampok yak? Beneran kaya tu anak!

KLUNTING

Kali ini notifikasi WA, aku buka lagi ‘Gue sekarang miskin, gegara elu!’ bunyi teks itu. Dari Beruk lah, sapa lagi jal? Aku buka WA dari Ella, dan mem-forward beberapa foto ke dia “Jangan sampe nyebar” notif ku pendek

“Bajingan!!!” balasnya “Kudu diseret ke Polisi emang anjing2 ini, stdby nunggu perintah, komandan!” lanjutnya di baris berikutnya

“Kita planning dgn hati2” balasku pendek, karena sambil nyupir

“86” balasnya gak kalah singkat

Iya, foto-foto itu, adalah alasan terbesar hal ini jangan nyebar dulu ke anak-anak. Foto Ella yang diikat dan diperkosa rame-rame, juga ada foto dia sedang dipaksa melayani pelanggan yang punya kelainan BDSM, kelihatan di foto itu, Ella sudah setengah telanjang, hanya mengenakan BH dan celana dalam, walau jilbabnya masih terpasang, dia kelihatan sedang diiket di tiang tempat tidur sambil dicambuki pantat serta punggungnya, ekspresinya mengenaskan banget, nangis, takut, bingung dan putus asa. Aku berfikir, kalau kita langsung membuat laporan Polisi, trus apa? Dia bisa -bisa malah dituduh terlibat pembuatan konten pornografi, dan orang-orang yang jahatin dia juga kemungkinan besar masih tidak akan tersentuh

Makanya aku berniat untuk membongkar jaringan sindikat ini sendiri, sambil ngumpulin bukti-bukti yang lebih kuat, sukur-sukur bisa sekalian menyeret mereka ke Polisi. Walau sampai sekarang, aku belum menemukan caranya. Rencana matangnya, rencananya baru akan ku rencanakan dulu sama si Beruk. Aduh, maksud ya, yang ku maksud? Yagitudeh. Nah, Beruk ini kan otaknya kriminil, pasti bisa memahami cara berfikir kriminil dan nemuin cara buat ngejebak kriminil-kriminil ini. Ya, harapanku sih begitu, semoga saja otak si Beruk cukup kriminil… Haiz!

Ah, sekali lagi aku menjadi sangat bergantung pada Taik satu itu. Yah, mau gimana lagi, lagian dia adalah Taik terbaik andalanku!



---



Aku masuk ke kamar kost baru-nya Ella hanya untuk menemukan dia duduk di ujung ranjang, bersender pada headrestnya sambil memeluk lututnya sendiri. Aku menaruh koper kecil yang kupakai untuk mengangkut baju gantinya di sisi ranjang yang lain dan duduk disebelahnya. Kepegang lengannya selembut mungkin, mencoba menenangkan cewek manis ini. Ella, emang sebenarnya manis sih, wajahnya lucu dan polos, pakaiannya selalu rapi dan tertutup. Dan bicaranya juga sopan, aku yakin dia berasal dari keluarga baik-baik, namun saat ini pancaran wajahnya seperti kosong, matanya tidak fokus, ya aku tau sih, masalah yang dia hadapi bener-bener berat. Kasihan Ella, hidup ini seakan berlaku tidak adil dengan segala hal buruk yang menimpanya, seperti rangkaian kejadian unfortunate events yang bertubi-tubi

“Aku…” bicaranya lirih “Awalnya mencoba menyerah pada keadaan ini, pada paksaan mereka, lalu di suatu titik, tiba-tiba aku merasa menjadi sangat kotor, dan akhirnya aku entah kenapa menyerah pada hidupku… aku berharap mati aja…” lanjutnya sambil memandang kusut kepadaku “… dan kamu datang, dan aku makin bingung, aku bener-bener malu, aku…” dia mulai terisak lagi. Hari-hari belakangan ini, aku jarang melihatnya tidak menangis…

Aku kembali mengusap lengannya “Iya, aku gak bisa bilang kalau semua ini baik-baik saja… atau yang kamu alami ini sesuatu yang ringan…” ucapku jujur “Tapi kita bisa melalui ini bersama, percaya sama aku Ella… aku akan berjuang sekuat tenaga untukmu…”

“Kenapa? Kenapa kamu mesti berjuang buatku sih Nton? kamu juga korbanin hubunganmu ama Feli…” tanyanya gajelas

“Ya, mungkin kamu belum tau aja, sebenernya aku ini… anggota Avenger…” desisku ngaco sambil nyengir

“Lu itu jelek, tau gak sih Ton?” rajuknya sambil sedikit tersenyum nanggepin candaan garingku

“Ya begitulah aku dilahirkan…” jawabku pasrah

“Yang mana?”

“Apanya?” tanyaku bingung

“Elu anggota Avenger yang mana?”

“Eh?”

“Ya katanya lu Avenger, yang mana?”

“Oh, Iron Man, mungkin… kek gini!” jawabku asal sambil membuat bentuk wajah yang berusaha kumirip-miripin sama helm-nya iron man

“Hihihi… lu gila! Trus kamu berharap aku Love You Three Thousand gitu?” candanya menimpali guyonanku. Nah, gitu dong ceria dikit napa, cengeng amat jadi anak sih?

“Wuih banyak banget tuh three thousand…” timpalku asal

“Buat elu? Keknya aku yakin bisa kasih lebih deh…” desisnya malu-malu. Napa juga harus malu-malu yak? Kita kan temenan… eh?



---



Huft



Aku mengguyur kepalaku yang setengah migrain di bawah shower pagi itu dirumahku. Malam tadi, setelah berbagai macam bujukkan dan raayuan, akhirnya aku diperbolehkan juga untuk pulang. Bujukan dan rayuan ini melibatkan pengendalian mental dan nafsu tingkat pertapa, sangat sulit, percaya deh sama aku. Karena Ella entah kenapa tiba-tiba berubah jadi mellow banget trus sepanjang waktu gelayutan sok manja di pangkuanku, menolak untuk di tinggal, dengan gigih merayuku untuk menemaninya bobo di kost baru itu. Ditambah lagi aroma shampoo yang barusan dia pakai seduktif banget, dan wangi cewe habis mandi yang entah kenapa selalu beraroma seger to the max. Tapi akhirnya aku lulus ujian itu juga



CKREK



Kudengar pintu kamar mandi dibuka orang, aku melongok keluar shower dari balik tirai. Kamar mandi kami memang mungil memanjang berukuran 2x3,5 meter persegi, dari pintu masuk, kamu akan langsung nemuin sebuah washtafel kecil yang berhimpit dengan kloset duduk, sedangkan di ujung terjauh kamar mandi, dibatasi oleh tirai shower, ada pancuran mandi dan bathtub. Yulia dengan cuek masuk ke kamar mandi, langsung duduk di kloset. Pipis dia, mungkin baru bangun tidur dengan kaos gombrong bermotif pantai dan celana dalam doang. Rambutnya kusut acak-acakan yang kelihatannya gak begitu dia peduliin

“Kuliah pagi lu Nyet?” tanyanya cuek sambil nguap dan mulai pipis, bunyi mancurnya nyaring banget, dah ganti kenalpot brong keknya tu barang

“Lu nyadar gak sih gue ada di shower? Maen buang hajat aja!” jawabku ketus

“Gue kebelet” jawabnya sambil nguap lagi, trus kentut dengan suara menggelegar yang suaranya tambah di amplified oleh kontur cekungan kloset

“Gada ahlak lu Pir!” omelku protes

“Tadi niatan mo pipis doang, gegara denger suara lu jadi sekalian pengen boker gue nyet” jawabnya lagi masih dengan intonasi ngantuk males-malesan

“Tuhan, kenapa masih juga Engkau biarkan mahluk kek ginian tetap hidup?” do’a ku sok khusuk, Yulia malah ngekek

“Mo mandi sekalian lu pir?” tanyaku lagi

“Ogah, males, gue mo tidur lagi seharian”

“Dasar Kuntilanak jorok!” ledekku, yulia malah ngekek

“Eh Nyet, lu ngapain semalem lama banget di Kost Rumi ama Ella? Lu BO dia ya?” tanyanya lagi dengan intonasi cuek

“Hah!”

“Gosah sok kaget, kremi! Bejad juga kelakuan lu Nyet, temen gue lu embat juga…” selorohnya

“Bentar, bentar, dari mana lu tau gue di Rumi sama Ella?” tanyaku mengklarifikasi sambil nongolin kepala dari balik tirai, memandang heran ke Yulia, pas bunyi Plung lagi, keknya Taik nya pas jatoh terlepas dari bool deh… Plung… Nah tuh, lagi kan?

“Ennngggkkk….” Yulia mengejan sebentar, terdengar lagi suara PLUNG, trus dia menoleh memandang ku “lah, jadi bener lu semalem BO Ella di Rumi?”

“Bangke, bukan gitu gue tadi ngomongnya!”

“Tapi lu sama dia di Rumi kan? Lu booking harian atau gimana kamarnya? LT Lu?”

“Bentar dulu, gak gitu tadi kan… Arrghhhh!” aku menarik-narik rambutku sendiri, ada apa sih dengan segala macem tuduhan-tuduhan bejat gak berdasar ini kepadaku? Gak Beruk, gak Tapir, sama aja kelakuan dua binatang ini, suka nuduh orang sembarangan “Gue nanya, dari mana lu tau, gue tadi malem di Rumi sama Ella? Gue gak bicarain BO, gue juga gak macem-macem, gue cuman nanyaaaaaaa…. Vangkeeee…. dari mana lu tau posisi gue???” gemes beneran deh!

“Find my phone lah” jawabnya lugu, enak aja gitu intonasinya, kek ga merasa bersalah gitu

“Eh?

“Lagian lu semalem pergi ga pamit, kan gue khawatir nyet, sapa tau lu diculik trus diperkosa ama emak-emak lagi, makanya gue lacak HP lu” ujarnya lagi, sok melindungi

“Lagi? Diculik trus diperkosa emak-emak lagi? Kapan juga gue pernah diculik…. Aaarrggghh… Gue migrain ngomong sama elu Pir!”

“Jadi Ella yang perkosa elu? Bukan emak-emak?” Yulia malah ngekek dengan guyonan gak mutunya sendiri

“Eh?”

“Gimana, enak gak servisan Ella?”

“What?”

“Gosah salting gitu napa siih nyet? Sante aja lagi, ngomong sama gue ini, kek sama sapa aja”

“Bodoamat!” aku merajuk dan masuk lagi kedalam bilik shower yang dibatasi tirai

Yulia ngikik “Lu tuh kalau salah tingkah gitu lucu deh, Nyet”

“Serah!” tereak gue putus asa dari balik tirai

“Kasihan Ella, dia kepaksa tau gak sih ngelakuin itu, buat bayar kuliah, lu tau kan bokapnya meninggal pas awal-awal kuliah dulu?” desah Yulia yang masih bertengger di atas kloset. Lalu terdengar suara mengejan, dan sekali lagi suara Plung

“Eh, lu tau?” aku kembali nongol diari balik tirai shower

“He’em” jawabnya pendek, mengejan dan suara Plung lagi

“Taik!” aku tetiba gondok

“Woi Taik, lu dipanggil monyet, kalian berdua temenan kah?” godanya sambil nunduk ke arah kloset, ngobrol ama taiknya sendiri. Trus ngikik… aku kembali ke balik tirai, nerusin mengguyur badan, bersihin shampoo yang Sebagian masih nempel di kepala

“Eh, Tapir, lu lacak HP gue, berarti lu tau alamat email ama password gue dong” tanyaku cuek dari bawah shower

“Yakan alamat email elu gue tau nyet, bego gitu sih lu pertanyaannya?” jawabnya wagu, aku denger suara bidet, dah cebok dia

“Trus passwordnya?” tanyaku lagi

“Gue pasang keylogger di laptop lu, jadi gue tau lu ketik apa aja di sana” jawabnya tanpa rasa bersalah sama sekali

“Anjir, lu apa?” aku kaget, kembali nongol dari dalam tirai, kali ini pas Yulia berdiri dari kloset, lagi siap-siap naikin celana dalamnya “Eh, lu cukur jembut, Pir?”

“Iya” - jawabnya spontan (Uhuy!) – “Lagian password lu aneh Nyet” Lanjutnya “Masa nama gue gitu aja lu sambung dijadiin password email, password HP lu tanggal lahir gue, pin ATM ama M-Banking 985421 – bukanya itu bacanya YULIA1 di keypad ATM? Password transaksi juga yuli@lov3, lu keknya terobsesi ama gue deh Nyet, ga sehat otak lu!” cerocosnya bener-bener tanpa rasa bersalah. Dia ini sudah ngacak-ngacak privasi gue gak sih? Kok gada sedikit pun rasa bersalah dalam kalimatnya ya? Dan sebagai catatan buat kamu ya, ga ada satupun data yang dia sebutin itu pernah dengan sengaja kukasih tau ke dia! Njir, gimana pula caranya dia tau? Baru semua bener lagi, memalukan!

“Eh, trus lu tau darimana kalau gue disana sama Ella?”

“Setengah dari penghuni Rumi itu temen gue” jawabnya datar sok gak asik

Aku melongo… Spontan (uhuy!) aku mengarahkan shower yang kupegang ke mukanya. Yulia cuman memejamkan mata dengan ekspresi tenang menyambut semburan air itu. Setelah beberapa waktu, aku mengalihkan semburan shower itu dari wajahnya, sekarang aku guyur seluruh badannya hingga basah kuyup, dari ujung rambut sampe ujung kaki, komplet dengan kaos tak ber-BH dan celana dalem tipis yang nyeplak dibaliknya. Yulia masih berdiri dengan sok tenang, namun badannya bergetar aneh

“Lu kepalanya keknya perlu dicuci deh Pir, Kriminil banget otak lu! Itu data-data pribadi tauk!”

“Lu keknya pengen cepet mati deh nyet!” desisnya dengan pandangan mata sadis

“Eh?” spontan (uhuy!) aku menciut, takut. Ketakutan dengan alasan yang jelas, karena… aku… eh, belum mau mati? “Yu… Yull… So…So… Sorry deh, tadi khilaf, emosi sesaat gitu, Anu… kan… becandaan… kan kamu juga belum mandi, maksudku kan baek, mo… mo bantuin… eh, bantuin kamu man…mandi gitu…Yull… please…. Please… aku minta maaf… Yul…” aku gelagepan, karena pandangan mata membunuh itu, tangan yang terkepal itu… dan Yulia mulai beringsut pelan-pelan kearahku…

“Ampun… Ampunn… Tuan Puteri… please… kumohon…” mohonku dengan kalut, usaha kalang kabutku untuk minta ampun kali ini bahkan aku sampai hampir berlutut…

“Lu mau dikubur dimana Nyet?” tanyanya datar

Ah, kukira tidak usah secara detail kuceritakan kejadian selanjutnya. Gak etis aja kalau sampai cerita semacam itu ditulis dalam memoarku yang elegan ini. Bayangkan saja sebuah kejadian brutal yang melibatkan penganiayaan fisik dan verbal berat serta benturan-benturan benda tumpul di lokasi-lokasi yang tidak senonoh untuk diceritakan, ditambah orasi cabul yang lebih menjijikkan daripada prosa jalanan tercabul sekalipun



---



“Sampe mau bunuh diri? Ih, ngeri juga ya? Kasian bener sih Ella… padahal dia kan kuat banget..” desahnya lirih dengan ekspresi melamun dan nada suara sok prihatin – Ya, ya, ya… kali ini kami berdua udah berdamai. Setelah invasi yang agresif tadi berakhir, kami akhirnya berendem bareng di Bathtub, pake air anget. Namun, tetap kugaris bawahi disini, penyerangan sadis yang dilakukan Yulia tadi benar-benar meninggalkan trauma yang sangat dalam bagi tubuh dan jiwaku. Kami berdua berendam dalam keadaan telanjang bulat, yakan dari awal aku emang udah telanjang, namanya juga mandi gimana sih? Kalau Yulia sih, gatau napa dia ikutan telanjang, bukan masalah gue ini. Lu tanya sendiri ke dia sono gih, trauma gue!

Yep, dan aku juga terpaksa menceritakan semuanya ke Yulia, emang susah sih nyembunyiin sesuatu dari tante-ku ini “Ough, keknya gue gegar otak deh Pir…” jawabku sambil meraba bagian atas kepalaku yang berasa benjol, kulitku pun memar di bagian-bagian yang seharusnya gak bisa ada memar. Kemarahan vampire gila ini memang mengerikan

“Ya gak mungkin lah gegar otak, lu kan gak punya otak” jawabnya ngasal “Trus rencana lu gimana buat bantu dia?” tanyanya lagi

“Gatau gue Pir, kalau langsung lapor Polisi…” gumanku sambil meraba-raba bagian tubuhku sendiri yang lain. Keknya aku dah jadi cacat deh…

“Percuma, paling laporan lu di tanggapi trus udah, gak kelacak juga pelakunya…” jawabnya spontan (uhuy!) meneruskan kalimatku “Trus hutangnya?”

“Sementara rencana gue sih, gue tutup dulu…”Desahku sambil meraba bagian dalam pipiku yang terasa perih, napa bisa sampe sana lukanya ya? Cemana pulak tadi aku dianiaya?

“Ngilang lah pelakunya klo dah lu kasih duit!” selorohnya

“Eh, iya juga ya?” bagian dalam hidungku keknya juga luka…

“Lagian lu dapet duit segitu dari mana? Kalo butuh tambahan dikit-dikit, gue ada tabungan sih, tapi ga banyak juga…”

“Elu boros sih!” hardik ku, sambil meraba telinga kiriku, keknya aku tuli sebelah deh “Gue minjem Cepek dari Beruk” lanjutku sambil meraba pinggang, patah gak ya? Semgoga sih enggak, gilak sakit banget! “Gue ada Cepek, masih sisa dikit buat persiapan operasional di Ausie besok… Semoga cukup sih…” aku kembali mendesah, menyerah untuk melakukan diagnosa lebih lanjut terhadap luka-luka ku yang lain

“Besok gue tambahin uang saku lu, Nyet”

“Ih, lu tumben baik Pir…” lalu aku teringat janji-janji Yulia yang sering meleset realisasinya, dan kembali mendesah “Kalo lu ga demen ingkar janji, lu sebenernya baek orangnya…” lanjutku lirih

“Taik lu!”

“Wadaww!” aku spontan (uhuy!) tereak lagi, karena yulia barusan ngomong sambil nyubit putingku kenceng-kenceng, hilang sudah kesucian putingku…

“Eh, jadi ceritanya si Feli salah paham sampe mutusin elu? Dikiranya lu selingkuh ama Ella…”

“Huft, aku akan ngurus ini nanti, satu persatu…” persewaan deklit jam segini masih buka ga ya? Barangkali aku perlu mengadakan acara pemakamanku sendiri, batinku emang masih kacau akibat trauma penganiayaan barusan…

“Lu ga bakat multitasking sih Nyet! Makannya kalau selingkuh ketahuan”

“Bodoamat!” aku sok merajuk, topik tentang Feli hanya menambah luka yang menusukku semakin dalam, dan aku memang lagi gak pengen bicarain soal itu sekarang. Soalnya kalau sampai topik itu keangkat, otakku pasti langsung beku, gabisa mikir yang lain selain Feli… Oh, Feliku yang malang, kamu pasti juga terluka… Yep, keknya aku kena gangguan mental deh!

“Eh, gimana kalau kita jebak sindikat itu, dengan pura pura mau bayar? Kita minta pembayaran di lakukan di kantornya, dengan dalih mau minta surat pelunasan resmi, trus kalau udah tau kantornya, baru kita serbu?”

“Encer juga otaklu kadang-kadang, Pir!” Tiba-tiba aku ada ide brilian, oke, idenya Tapir sih, tapi dalam otakku udah ku modifikasi dengan lebih elegan, masa harus kujabarkan lagi sih kecerdasan dan variatifnya khayalan jorok-ku? Aku tersenyum penuh kemenangan, membayangkan ideku terlaksana…

“Eh, napa lu ngaceng, Nyet?” tanya Yulia tiba-tiba sambil dengan songong menggenggam penis ku

“Susu-lu nih, nyenggol-nyenggol gue mulu!” alibiku spontan (Uhuy!) karena tengsin, sambil membetot juniorku, mencoba melepasnya dari genggaman tangan Yulia

Yulia malah memutar tubuh, memposisikan dirinya sendiri diatas badanku. Kan kita berdua telanjang yak? Jadinya batang penisku kan langsung menggesek bibir vagina tercukurnya yak? Yulia menindihku sambil memeluk leherku, dua gunung kembar hangat dan putihnya menempel erat didadaku “Gue kangen ama Elu, Nyet…” desisnya persis disamping telingaku sambil mempererat pelukannya di leherku. Kangen? Barusan juga dia nyiksa… Ah… Aku sebenernya juga kangen sih sama dia, setelah kepulanganku dari Belanda, kayaknya waktu yang ku dedikasikan buat Yulia juga gak begitu banyak. Tapi itu salah satunya juga karena kulihat Yulia ini semakin mandiri dan cara hidupnya juga berubah banyak. Bahkan kalau dipikir-pikir gentian dia yang lebih banyak perhatiin aku. Kek nyiapin sarapan, bikinin kopi pas aku nglembur ngetik makalah, bahkan beberapa kali mijitin pundakku sambil nungguin aku ngetik…

Eh, iya juga ya? Tapirku ini… ya Tuhan, kenapa aku bisa begitu tidak mengacuhkannya akhir-akhir ini?

“Gue juga kangen ama elu Yul, maaf akhir-akhir ini gue jarang ada buat-lu…” jawabku lirih

“It’s OKE, peluk gue dong Nyet…” pintanya

Dan aku memeluk pinggangnya “Yul, thanks ya…” desisku lagi

“Buat?”

“Buat IPK lu yang sekarang lebih dari 3…”

“Hmm… lu tau kan, sebesar itulah sayang gue ke elu Nyet…”

“Gue juga sayang banget sama elu, Pir…”

“Hmmm… Ya, gue tau itu… Betewe, barusan gue top up OVO pake M-Banking lu, buat bayar make-up di Toped, pas gue cek, ternyata saldo lu banyak, gue kira lu mendadak kaya… gak taunya duit utangan buat BO Ella…”

“Kapan?”

“Barusan, sebelum masuk ke kamar mandi, gue iseng cek-cek HP lu…”

“Cek HP kok buka-buka M-Banking?”

“Yakan gue butuh bayar Toped, lu gimana sih?” jawabnya bener-bener tanpa ada rasa bersalah

“Berapa?”

“sejuta”

“Lu emang tante jenis Taik, Pir!” desahku… Walau duit segitu emang berarti banget bagiku, tapi buat Yulia, itu kan cuman uang saku dia untuk tiga hari yak? … Mang dasar Tapir!

Dan aku mempererat pelukan ke tubuh telanjang tanteku yang emang beneran ku sayangi banget ini. Air di bathtub itupun berkecipak karena saat ini, kedua tubuh kami sedang saling membelit karena usaha kami untuk saling mempererat pelukan…

Ah....​


Kita potong disini dulu nggih, End of Semusin Part 1...

Lanjut Part 2 di halaman 40an





Ditunggu Kritik, Saran, Cacian dan Makiannya Suhu
:ampun::ampun::ampun:
 
Terakhir diubah:
Mohon maaf kalau sekali lagi nubi belum bisa membalas komentar Suhu satu persatu dimari
Nubi mohon, tetep jangan bosen komen nggih suhu



Baiklah, tanpa banyak ita-itu, kita lhas-lhes aja nggih, Dilanjutpun...



SEMUSIM - Part. 1




Cangkir Coffee latte yang biasanya selalu kusuka dan selalu kusisip dengan penuh khidmad itu hanya kupurar-putar pada tatakannya. Bentuk daun rapi yang dibikin oleh barista café ini juga masih melayang diatas kopi yang sama sekali belum kuseruput. Pandanganku melamun, membayangkan kejadian yang menimpaku saat ini. Semester lalu, aku menyelesaikan program Student Exchange dengan memuaskan. Bahkan paper yang kubikin, dimuat dalam jurnal Pendidikan di kampus kami sebagai salah satu rujukan referensi yang dianjurkan kepada calon-calon Student Exchange setelahku. Dengan semangat yang masih berapi-api, aku mendaftar program Double Degree, mengambil jurusan FEB mengambil pilihan Bachelor of Business Administration di Curtin University – Australia

Walaupun harus biaya sendiri, Ayah dengan senang hati membiayainya tapi tentunya setelah itu aku harus bekerja ekstra keras untuk menyelesaikan tuntutan pelajaran dan tantangan yang kupilih, namun, semua proses administrasi, birokrasi pendaftaran dan ujian-ujian bisa dibilang dapat kulalui dengan cukup lancar. Yep, aku memang masih harus bekerja ekstra keras untuk itu setelahnya

Ya, dari awal aku memang berniat untuk bekerja keras, karena aku mempunyai tujuan hidup yang hampir jelas; aku ingin membanggakan dan membahagiakan seseorang yang benar-benar aku sayangi. Namun, kejadian tidak berjalan sesuai harapanku. Karena alasan yang Jelas, Feli, orang yang kusayangi dan ingin kubuat bangga dengan pencapaian-pencapaian-ku itu memutuskanku tadi siang. Ya, aku memang jahat dan bodoh karena membagi waktu serta perhatianku kepada wanita lain. Lebih dari itu, aku bersalah, karena tidak bisa jujur dan percaya kepadanya, seperti kepercayaan antara pasangan Nicholas dan Parnele Flamel yang begitu dia kagumi dalam novel kesukaannya. Bukannya aku berusaha mencari alasan, namun, aku melakukan hal ini juga dengan penuh pertimbangan. Wanita ini, saat itu, memang benar-benar memerlukan seseorang untuk memperhatikan dan mendukungnya, dengan alasan yang menurutku masih harus menjadi rahasia diantara teman-temannya, untuk menjaga mental dan perasaan-nya

Sebuah tangan memegang lenganku dengan ragu-ragu, aku menoleh kearahnya “Maaf…” ucapnya lirih “Aku gak bermaksud membuatmu terlibat masalahku, dan Feli… Aku bisa menjelaskan semuanya kepadanya… aku… aku akan menceritakan semuanya…”

Aku masih menunduk, lalu meliriknya sekilas dan mencoba tersenyum “Feli akan baik-baik saja dan aku juga akan baik-baik saja, kita selesaikan masalahnya satu persatu, dimulai dari masalahmu dulu…”

“Aku bukan tangggung-jawabmu Nton, dan aku tidak pernah menginginkan diriku untuk menjadi tanggung jawabmu” jawabnya gamang, aku meliriknya “Aku akan menjalani kehidupan apapun yang harus kujalani, dan aku juga… akan bisa… baik-baik saja…” desisnya lagi, lirih sambil menahan air mata

Aku tersenyum simpul “Tapi aku tidak akan baik-baik saja, kalau setelah melihat masalah ini lalu berpaling, aku masih punya beberapa bulan sebelum berangkat ke Australi, dan ku kira, waktu yang tersisa ini, bisa kupakai untuk menanimu menyelesaikan masalahmu”

Wanita itu mendengus gelisah “Trus, ngapain kamu harus menyelesaikan masalahku? Kamu itu siapa? Kamu itu siapaku? Aku…” senyumnya getir

“Well, let say… “ Ucapku lagi sambil meregangkan tubuh dan membulatkan tekad “Mungkin sudah takdirku untuk menjadi pahlawan kesiangan” lanjutku sambil mengedipkan sebelah mata kearahnya, lalu beringsut untuk memegang kedua bahunya dengan tanganku “Ella, Nikmatul Laela Anyarfiqoh… kalau kamu megijinkanku untuk menemanimu menyelesaikan masalahmu, kamu mungkin akan merasa berhutang kepadaku seumur hidup, dan untuk itu, aku akan minta imbalan yang sangat besar darimu, yaitu; Kamu… harus berjanji satu hal kepadaku..” lanjutku kembali dengan mantap “Setelah ini semua selesai, kamu harus Hidup dengan baik dan bahagia…” aku nyengir

Wanita itu kelihatan kaget terus sedikit mendongak untuk menatapku, lalu kembali tersenyum getir, setelah usahanya menelan ludah dengan susah payah setengah berhasil, seperti ada transformasi yang tidak wajar dalam emosinya yang aku yakin masih sangat labil dan terguncang, dia mulai menangis terseggal-senggal. Aku menarik kepalanya kedadaku dan memeluknya serta mengusap punggungnya dengan pengertian. Ya, dia harus HIDUP, karena hampir dua minggu yang lalu, aku memergokinya mencoba bunuh diri dikamar kostnya sendiri…



---



“Ini…” ucapnya dengan lirih dan gamang setelah kami sampai kedalam salah satu kamar kost yang aku booking untuknya, setelah pembicaraan di café tadi, dengan banyak sekali bujukan yang alot (yang disertai dengan argumentasi-argumentasi cerdas, beberapa aksioma, enam perumusan masalah yang brilian, empat sanggahan akademis tentang definisi sosial ploretariat, dan tiga pantun jenaka – Iya, se-tidak-tertolak itulah bujukanku, bisa dibilang SSI yang sempurna!) maka akhirnya aku bisa memboyong wanita manis ini ke sebuah Kamar Kost baru. Biaya kost ini lumayan mahal, sesuai dengan fasilitas dan keamanann yang ditawarkannya, tetapi aku sudah membayarnya untuk satu tahun kedepan

“Selama setahun kedepan, kamu akan pindah ke Kost ini, ada satpamnya, jadi kamu akan lumayan aman, sebenarnya aku berencana untuk membawamu kerumahku, tapi kan kamu tau disana ada Yulia, dan aku belum berencana bercerita apapun kepadanya…”

Dia kembali memandangku, masih membisu

“Aku akan ke kost lama kamu, dan mengambil barang-barangmu…” lanjutku sambil nyengir

“Anton…” desisnya kembali galau sambil menarik kemeja yang kukenakan saat aku hampir membalik badan, Ella menunjukkan ekspresi campur aduk yang sukar kupahami

“Hey, kita sudah sepakat kan tadi? Kita akan menyelesaikan masalah ini bersama, dan kamu sudah berjanji untuk mengikuti rencana-rencana yang akan kita susun dengan baik” Ujarku mencoba menenangkannya lagi, sambil memegang bahunya “Ella boleh nangis lagi nanti kalau aku udah balik kesini, tapi gak boleh cengeng, OKE?” aku nyengir sambil menyentil hidungnya

“Dasar Jelek!” dengusnya gemes sambil menempelkan dahinya ke dadaku. Lalu aku melakukan sebuah kesalahan lagi, aku sepontan (Uhuy!) mengangkat dagunya dan mencium keningnya…

Sial, kenapa juga aku harus mencium keningnya?



---



“Haloh nyet, belum mapus juga lu?” ujar suara cempreng diujung jaringan yang aku telepon. Iyalah, siapa lagi yang bisa kuandalkan buat masalah gini-ginian selain Aan? Masih inget Aan kan? Si pengkhianat yang kemaren seenaknya ngumbar rahasiaku ke Feli?

Ya, karena dialah sobat ku satu-satunya dari orok, dan karena sebenarnya aku sangat menghormatinya, maka aku panggil dia… “Beruk, temuin gue dong di Anak Panah!” pintaku dengan nada memerintah untuk menemuiku di Anak Panah Café, yang ada di daerah Bulusan, soalnya aku males ke apartemennya, parkirnya ribet!

“Ada dana kenakalannya gak masehh?” jawabnya malas-malasan

“SEKARANG!” hardikku kenceng sok memerintah lagi

“TAIK!!” jawabnya tidak kalah kenceng



---



“Lu emang temen gada ahlak Nyet! Dah balik dari Belanda ga bawa oleh-oleh, ketemu-ketemu mo ngutang! Buat apa sih lu duit segitu?” Desahnya ngambek sambil nggelosot di kursinya dengan muka males-malesan ciri khas Beruk tengil satu ini

“Kita kan pulang bareng dari sana Tolol! Elu kan jemput gue kesana, lah gue lu jadiin alesan mulu buat maen! Ada gak lu duitnya?” desak-ku

“Dikate gue Bank apa?” bentaknya merajuk “Buat apa sih nyet duit segitu? Lu maen sabu ya?”

“Maen Saabu Matamu Picek!”

“Ya kali aja lu stress belajar trus butuh doping, otak lu tuh sebenernya kerdil nyet, gasah sok-sok’an pinter napa?” ledeknya

“Anjir lu Ruk, ada ga? Gue serius nih!”

“Iya buat apa Monyet?!! Cepek-Tiau lho! Seratus Juta gila lu! Lu duit segitu ngomongnya kek mo pinjem ceban aja bego!” omelnya. Aku melirik ke pergelangan tangannya

“Itu Omega Railmaster kah? Cepek itu paling ga, lepas! Kasih gue!!” ujarku bengis sambil mencoba membetot tangannya “Lepasin ga?!”

“Anjir, mo ngerampok gue lu? Jam ini hadiah dari om gue tolol!” beruk lahnat itu mencoba melawan dengan menahan betotanku ke pergelangan tangannya, akhirnya kita adu kuat-kuatan. Mungkin kalau ada yang memperhatikan kami, akan mengira kami adalah sepasang homo yang saling berpegangan tangan. Lu tau mereka salah, dan lu tau gue gak peduli!

“Iya besok gue balikin! Pelit amat sih lu ama temen!”

“Iya, gue nanya dulu, Tolol!! Buat apa duit segitu?” Aan masih aja merengek sambil ngotot melawan betotanku

“Buat Ella” jawabku singkat “Cepet deh, kasih aja, jangan banyak omong ah! Beruk!!” lanjutku sambil masih mencoba merebut jam yang ada di pergelangan tangannya. Omega Railmaster, kayaknya asli deh, ga seperti aku, Beruk satu ini jarang pake barang KW

“Bentar kontol! Ella yang mana?” kami masih saling berkutat dengan pergelangan tangan-nya

“Ella temen tongkrongnya Tapir”

“Temen tongkrong yang mana?”

“Yang anak FEB”

“Anak FEB?” tanyanya sambil membuat muka tolol, cocok banget ama kontur wajahnya

“Iya, cepet ah, kasih ni jam, ribet amat sih lu Ruk!”

“Anak FEB yang mana?” dia masih aja ngotot mermmpertahankan diri dari paksaanku

“Yang pake kerudung!” jawabku gemes ama ni anak, kuat sekali tenaganya

“Ella anak FEB yang pake kerudung? Owalah, iya, iya, tau gue!” tanyanya lagi songong

“Iya mangkanya! Cepet ah, lepasin jamnya ga!?!” aku masih mencoba merebut jam itu

“Bentar bangsad! Lepasain gue dulu!!” Beruk sialan itu masih aja ngotot melawan “Urusannya apa anjing?” lanjutnya sambil melotot “Tunggu, tunggu! Jangan bilang elu ngehamilin dia, itukah alesannya lu putus ama Feli? Lu mau nyogok dia buat ngegugurin janin lu? Bangke lu nyet! Kelakuan lu busuk! Lu Hijrah gih! Gada ahlak lu emang!” Dasar Beruk sialan, enak aja maen menghakimi orang tanpa proses penyidikan!

“Taik lu Ruk! Omongan lu kakeane!” akhirnya aku menyerah juga merebut jam sialan itu, lalu ikut-ikutan si Beruk bikin pose ngglosoh ke kursi

“Ya makanya lu cerita bego!”

“Oke, Oke gue cerita…” Aku mendesah, menghela nafas menyerah

“Cepet ngomong kontol, gausah mendramatisir napa? Lu to the point aja, lu ngentot dimana? Kapan? Lu yakin gak itu janin lu? Lu udah nanya dia kapan terakhir M kan? Trus lu itung tuh ama usia kehamilannya…” Tiba-tiba Beruk sialan ni sok semangat, dasar temen gada ahlak, masih aja menghakimi, seneng kali kalau temennya ada masalah

“Ngentot, ngentot, gue ga ngentotin siapapun bego! Lu denger dulu orang mau cerita, Beruk!”

“Iya makanya cepet, penisirin nih gue! Lu kapan ngentotin dia?”

“Taik! Gada ngentot-ngentotan, bangke! Gue ga ngehamilin dia! Bahkan dia juga ga hamil!!” – Emosi Jiwa lama-lama gue ama Beruk tolol satu ini -- “Gini…” Aku melanjutkan cerita setelah sedikit berhasil menahan emosi dengan menyeruput sedikit kopi di cangkir yang ada di depan ku, untung ada coffee latte gratisan yang dibayarin ama dia tadi “Ella tuh kan masuknya sama kek elu, nyogok…” desisku

“Nyogok? Namanaya UM, kontol!”

“Iya sama aja! Gue dong test, murni lulus SBMPTN!”

“UM juga test, Monyettt! Singkatannya aja Ujian Masuk! Taik, lu jadi cerita gak sih?”

“Sampe dimana tadi?” tanyaku

“Serah!”

“Blok!”

“Lagian gue masuk sini juga gegara lu, bego! Nyuruh-nyuruh gue ikutan ambil Sipil, gak taunya hitung-hitungannya banyak banget, rusak otak gue jadinya! Klo gue sampe gila, lu musti tanggung jawab!” omelnya lagi sambil nunjuk-nunjuk gajelas. Aan ini sebenernya anaknya cerdas, ya, terhitung lumayan lah, cuman karena dari kecil dimanja, jadinya ya gini, setengah Tiang. Dan orang tuanya keknya seneng banget deh dia maen-nya sama aku. Ya, lu tau lah, secara gue anak baik-baik, sopan, sholeh, ganteng, rajin menabung, Pancasilais dan ga kebanyakan konsumsi jajanan micin…

“Itu karena gue mikirnya lu musti nerusin usaha kontraktor ama property bokaplu, tolol! Jadi cerita gak nih? Jadi lupa gue ah! Crewet aja jadi orang, tolol lu!”

“Yaudah cerita, taik!” ujarnya malah cengengesan

“Ya gitu, dia masuk lewat jalur kek elu, nah, semester ke-tiga keknya setelah dia masuk kuliah, kan bokapnya meninggal kecelakaan, tapi karena terlanjur masuk kuliah-nya lewat UM kek elu, UKT nya tinggi, sekitar 12-an per semester klo ga salah…”

“Trus masalahnya apa? Gue juga 18an juta per semester, elu aja yang se-semester cuman lima ratus rebu! Lu dosa nyet, ngambil haknya kaum duafa lu! Ahlak lu emang rendahan!” omelnya

“Sat! Gue lanjut ga nih?”

“Serah!”

“Nah, karena mau bantu ngeringanin beban nyokapnya, buat kuliah kan dia terpaksa kerja sambilan, Tapi ga nyampe dong duit segitu dari penghasilannya, makanya dia utang sama pinjol, nah, karena akhirnya numpuk, bunga berbunga, gue ga tau gimana hitungannya, yang dia tunjukin ke gue, tagihannya nyampe sekitar 200jutaan” aku melanjutkan cerita “Trus, mulai tuh ditagih, awalnya ya biasa-biasa aja, dia coba angsur bunganya dulu pake duit gaji kerja sambilannnya, trus terakhir, dia dipaksa open BO sama tu sindikat buat ngelunasin utang, dia depresi Ruk, beberapa hari lalu, gue kebetulan disuruh Tapir buat ngecekin dia ke kosan, soalnya dia beberapa hari ngilang, akhirnya gue ke kost nya, ngedapetin dia mencoba bunuh diri…” terangku lagi

“Astagfirullah, ini beneran nyet?” tanyanya kaget, tiba-tiba mimik mukanya berubah jadi simpatik. Inilah alasan lainnya aku cocok sama ni anak dari orok, diluar omongan dan kelakuannnya yang Bar-Bar dan sering semaunya sendiri, Aan ini orangnya sebenernya baek, ya selain dia orangnya juga asik, ga ngambekan kalau dicengin dan sering nraktir sih…

“Bener bego! Masa gue ngarang sih?”

“Trus elu mo bantu bayarin utangnya gitu?”

“Iya, sama kalau bisa, nyeret bangsad-bangsad yang maksa dia buat open BO ke Polisi…”

“Bego lu! Kalau bayar utang sih oke, tapi kalau cerita ini bener, lu berhadapan ama sindikat, tolol! Gila apa lu?” rajuknya “Trus, kedepannya gimana? Ga mungkin dong elu biayain dia terus ampe lulus?”

“Ya gatau, mungkin bisa diurus ke TU Dekanat, jelasin soal keadaan ekonomi keluarganya saat ini, ga tau juga sih, nah, ini tugas elu buat nyari infonya, sekalian bantuin dia ngurusin!” tunjuk-ku semena-mena. Beruk ini memang suka ahli kalau disuruh ngurusin urusan birokrasi yang ribet kek gini. Kuncinya cuman satu, paksa aja dia! Tambahin sedikit ancaman juga biasanya membantu…

“Sat! Napa tetiba gue jadi keikut ya?” protesnya

“Gasah bacod, lakuin aja!”

“Lu emang temen taik, Nyet!”

“Udah lepas jam-lu! Gue pinjem, ntar gue balikin lah!”

“Ogah! Ini jam hadiah om gue, monyong!”

“Tega lu bangsad!”

“Lah, kan lu crita dua ratus tadi, trus yang Cepek lagi, dari mana?”

“Gue ada seratus”

“Lu emang Taik Nyet! Apa coba keuntungan buat lu ngelakuin hal-hal kek gini? Lu ngeribetin diri sendiri deh!” tanyanya

Aku mengangkat bahu “Jadi lu gak mau bantu nih ceritanya?”

“Gue ada tabungan, kontol! Tapi jadi miskin gue setelah gue kasih ke elu…” desahnya sok nyesel

“Lu emang temen gue yang terbaik, Ruk!”

“Taik lu!”

“Eh, trus, kalau gitu apa keuntungannya buat elu bantuin gue coba?” tanya gue balik sambil nyegir

“Lha kan elu minjem, ntar lu balikin kan duit gue?”

“Ya iyalah, ntar gue cicil make uang saku ama sedikit penghasilan usaha gue yang dipegang mba Fenti Ruk! Di Ausie gue juga akan coba nyari kerja buat cicil utang gue ke elu!” aku mendesah “Makasih ya Ruk, tapi gue masih penasaran, lu kenapa akhirnya mau minjemin gue?”

“Yah, anggep aja udah nasib-nya Taik, punya temen Taik, kita berdua emang Taik, Nyet!”

“Elu adalah Taik terbaik Ruk!” kekehku…

Beruk itu malah ngambek lagi, lah kan udah kupuji sebagai Taik Terbaik, salahku dimana coba? Kurang apa lagi aku sebagai sobat?

Ah, Tapi…

Puji Tuhan… Alhamdullilah…

Satu masalah terpecahkan!

Thanks Ruk!

Lu emang Taik yang bener-bener terbaek…



---



KLUNTING

Aku meraih handphoneku yang kulakukan sambil jalan nyetir ke kost baru Ella, setalah tadi memenangkan negoisasi dengan Satwa-liar, aku langsung menuju ke kost lama Ella, packing baju ganti (Aku ahli dalam hal packing, beberapa bulan ini hidupku kan nomaden, jadi urusan packing baju, lu bisa belajar banyak deh dariku – asal ada kopinya aja, pasti ku ajarin – tapi emang harus kuakui, tadi sempet galau juga pas kudu ngambilin dalemannya Ella) kudu cepetan balik ke wanita itu, akhir-akhir ini suka gawat dia kalau ditinggal kelamaan. Aku melihat ada masuk SMS notifikasi M-Banking ‘Kredit IDR-100.000.000.00 #Rek XXXXXX3858 # Tgl….’ Aku gak baca lanjutannya, tapi aku langsung tersenyum, Beruk jelek itu ternyata beneran punya tabungan. Anjir, napa gak dari dulu aja dia gue rampok yak? Beneran kaya tu anak!

KLUNTING

Kali ini notifikasi WA, aku buka lagi ‘Gue sekarang miskin, gegara elu!’ bunyi teks itu. Dari Beruk lah, sapa lagi jal? Aku buka WA dari Ella, dan mem-forward beberapa foto ke dia “Jangan sampe nyebar” notif ku pendek

“Bajingan!!!” balasnya “Kudu diseret ke Polisi emang anjing2 ini, stdby nunggu perintah, komandan!” lanjutnya di baris berikutnya

“Kita planning dgn hati2” balasku pendek, karena sambil nyupir

“86” balasnya gak kalah singkat

Iya, foto-foto itu, adalah alasan terbesar hal ini jangan nyebar dulu ke anak-anak. Foto Ella yang diikat dan diperkosa rame-rame, juga ada foto dia sedang dipaksa melayani pelanggan yang punya kelainan BDSM, kelihatan di foto itu, Ella sudah setengah telanjang, hanya mengenakan BH dan celana dalam, walau jilbabnya masih terpasang, dia kelihatan sedang diiket di tiang tempat tidur sambil dicambuki pantat serta punggungnya, ekspresinya mengenaskan banget, nangis, takut, bingung dan putus asa. Aku berfikir, kalau kita langsung membuat laporan Polisi, trus apa? Dia bisa -bisa malah dituduh terlibat pembuatan konten pornografi, dan orang-orang yang jahatin dia juga kemungkinan besar masih tidak akan tersentuh

Makanya aku berniat untuk membongkar jaringan sindikat ini sendiri, sambil ngumpulin bukti-bukti yang lebih kuat, sukur-sukur bisa sekalian menyeret mereka ke Polisi. Walau sampai sekarang, aku belum menemukan caranya. Rencana matangnya, rencananya baru akan ku rencanakan dulu sama si Beruk. Aduh, maksud ya, yang ku maksud? Yagitudeh. Nah, Beruk ini kan otaknya kriminil, pasti bisa memahami cara berfikir kriminil dan nemuin cara buat ngejebak kriminil-kriminil ini. Ya, harapanku sih begitu, semoga saja otak si Beruk cukup kriminil… Haiz!

Ah, sekali lagi aku menjadi sangat bergantung pada Taik satu itu. Yah, mau gimana lagi, lagian dia adalah Taik terbaik andalanku!



---



Aku masuk ke kamar kost baru-nya Ella hanya untuk menemukan dia duduk di ujung ranjang, bersender pada headrestnya sambil memeluk lututnya sendiri. Aku menaruh koper kecil yang kupakai untuk mengangkut baju gantinya di sisi ranjang yang lain dan duduk disebelahnya. Kepegang lengannya selembut mungkin, mencoba menenangkan cewek manis ini. Ella, emang sebenarnya manis sih, wajahnya lucu dan polos, pakaiannya selalu rapi dan tertutup. Dan bicaranya juga sopan, aku yakin dia berasal dari keluarga baik-baik, namun saat ini pancaran wajahnya seperti kosong, matanya tidak fokus, ya aku tau sih, masalah yang dia hadapi bener-bener berat. Kasihan Ella, hidup ini seakan berlaku tidak adil dengan segala hal buruk yang menimpanya, seperti rangkaian kejadian unfortunate events yang bertubi-tubi

“Aku…” bicaranya lirih “Awalnya mencoba menyerah pada keadaan ini, pada paksaan mereka, lalu di suatu titik, tiba-tiba aku merasa menjadi sangat kotor, dan akhirnya aku entah kenapa menyerah pada hidupku… aku berharap mati aja…” lanjutnya sambil memandang kusut kepadaku “… dan kamu datang, dan aku makin bingung, aku bener-bener malu, aku…” dia mulai terisak lagi. Hari-hari belakangan ini, aku jarang melihatnya tidak menangis…

Aku kembali mengusap lengannya “Iya, aku gak bisa bilang kalau semua ini baik-baik saja… atau yang kamu alami ini sesuatu yang ringan…” ucapku jujur “Tapi kita bisa melalui ini bersama, percaya sama aku Ella… aku akan berjuang sekuat tenaga untukmu…”

“Kenapa? Kenapa kamu mesti berjuang buatku sih Nton? kamu juga korbanin hubunganmu ama Feli…” tanyanya gajelas

“Ya, mungkin kamu belum tau aja, sebenernya aku ini… anggota Avenger…” desisku ngaco sambil nyengir

“Lu itu jelek, tau gak sih Ton?” rajuknya sambil sedikit tersenyum nanggepin candaan garingku

“Ya begitulah aku dilahirkan…” jawabku pasrah

“Yang mana?”

“Apanya?” tanyaku bingung

“Elu anggota Avenger yang mana?”

“Eh?”

“Ya katanya lu Avenger, yang mana?”

“Oh, Iron Man, mungkin… kek gini!” jawabku asal sambil membuat bentuk wajah yang berusaha kumirip-miripin sama helm-nya iron man

“Hihihi… lu gila! Trus kamu berharap aku Love You Three Thousand gitu?” candanya menimpali guyonanku. Nah, gitu dong ceria dikit napa, cengeng amat jadi anak sih?

“Wuih banyak banget tuh three thousand…” timpalku asal

“Buat elu? Keknya aku yakin bisa kasih lebih deh…” desisnya malu-malu. Napa juga harus malu-malu yak? Kita kan temenan… eh?



---



Huft



Aku mengguyur kepalaku yang setengah migrain di bawah shower pagi itu dirumahku. Malam tadi, setelah berbagai macam bujukkan dan raayuan, akhirnya aku diperbolehkan juga untuk pulang. Bujukan dan rayuan ini melibatkan pengendalian mental dan nafsu tingkat pertapa, sangat sulit, percaya deh sama aku. Karena Ella entah kenapa tiba-tiba berubah jadi mellow banget trus sepanjang waktu gelayutan sok manja di pangkuanku, menolak untuk di tinggal, dengan gigih merayuku untuk menemaninya bobo di kost baru itu. Ditambah lagi aroma shampoo yang barusan dia pakai seduktif banget, dan wangi cewe habis mandi yang entah kenapa selalu beraroma seger to the max. Tapi akhirnya aku lulus ujian itu juga



CKREK



Kudengar pintu kamar mandi dibuka orang, aku melongok keluar shower dari balik tirai. Kamar mandi kami memang mungil memanjang berukuran 2x3,5 meter persegi, dari pintu masuk, kamu akan langsung nemuin sebuah washtafel kecil yang berhimpit dengan kloset duduk, sedangkan di ujung terjauh kamar mandi, dibatasi oleh tirai shower, ada pancuran mandi dan bathtub. Yulia dengan cuek masuk ke kamar mandi, langsung duduk di kloset. Pipis dia, mungkin baru bangun tidur dengan kaos gombrong bermotif pantai dan celana dalam doang. Rambutnya kusut acak-acakan yang kelihatannya gak begitu dia peduliin

“Kuliah pagi lu Nyet?” tanyanya cuek sambil nguap dan mulai pipis, bunyi mancurnya nyaring banget, dah ganti kenalpot brong keknya tu barang

“Lu nyadar gak sih gue ada di shower? Maen buang hajat aja!” jawabku ketus

“Gue kebelet” jawabnya sambil nguap lagi, trus kentut dengan suara menggelegar yang suaranya tambah di amplified oleh kontur cekungan kloset

“Gada ahlak lu Pir!” omelku protes

“Tadi niatan mo pipis doang, gegara denger suara lu jadi sekalian pengen boker gue nyet” jawabnya lagi masih dengan intonasi ngantuk males-malesan

“Tuhan, kenapa masih juga Engkau biarkan mahluk kek ginian tetap hidup?” do’a ku sok khusuk, Yulia malah ngekek

“Mo mandi sekalian lu pir?” tanyaku lagi

“Ogah, males, gue mo tidur lagi seharian”

“Dasar Kuntilanak jorok!” ledekku, yulia malah ngekek

“Eh Nyet, lu ngapain semalem lama banget di Kost Rumi ama Ella? Lu BO dia ya?” tanyanya lagi dengan intonasi cuek

“Hah!”

“Gosah sok kaget, kremi! Bejad juga kelakuan lu Nyet, temen gue lu embat juga…” selorohnya

“Bentar, bentar, dari mana lu tau gue di Rumi sama Ella?” tanyaku mengklarifikasi sambil nongolin kepala dari balik tirai, memandang heran ke Yulia, pas bunyi Plung lagi, keknya Taik nya pas jatoh terlepas dari bool deh… Plung… Nah tuh, lagi kan?

“Ennngggkkk….” Yulia mengejan sebentar, terdengar lagi suara PLUNG, trus dia menoleh memandang ku “lah, jadi bener lu semalem BO Ella di Rumi?”

“Bangke, bukan gitu gue tadi ngomongnya!”

“Tapi lu sama dia di Rumi kan? Lu booking harian atau gimana kamarnya? LT Lu?”

“Bentar dulu, gak gitu tadi kan… Arrghhhh!” aku menarik-narik rambutku sendiri, ada apa sih dengan segala macem tuduhan-tuduhan bejat gak berdasar ini kepadaku? Gak Beruk, gak Tapir, sama aja kelakuan dua binatang ini, suka nuduh orang sembarangan “Gue nanya, dari mana lu tau, gue tadi malem di Rumi sama Ella? Gue gak bicarain BO, gue juga gak macem-macem, gue cuman nanyaaaaaaa…. Vangkeeee…. dari mana lu tau posisi gue???” gemes beneran deh!

“Find my phone lah” jawabnya lugu, enak aja gitu intonasinya, kek ga merasa bersalah gitu

“Eh?

“Lagian lu semalem pergi ga pamit, kan gue khawatir nyet, sapa tau lu diculik trus diperkosa ama emak-emak lagi, makanya gue lacak HP lu” ujarnya lagi, sok melindungi

“Lagi? Diculik trus diperkosa emak-emak lagi? Kapan juga gue pernah diculik…. Aaarrggghh… Gue migrain ngomong sama elu Pir!”

“Jadi Ella yang perkosa elu? Bukan emak-emak?” Yulia malah ngekek dengan guyonan gak mutunya sendiri

“Eh?”

“Gimana, enak gak servisan Ella?”

“What?”

“Gosah salting gitu napa siih nyet? Sante aja lagi, ngomong sama gue ini, kek sama sapa aja”

“Bodoamat!” aku merajuk dan masuk lagi kedalam bilik shower yang dibatasi tirai

Yulia ngikik “Lu tuh kalau salah tingkah gitu lucu deh, Nyet”

“Serah!” tereak gue putus asa dari balik tirai

“Kasihan Ella, dia kepaksa tau gak sih ngelakuin itu, buat bayar kuliah, lu tau kan bokapnya meninggal pas awal-awal kuliah dulu?” desah Yulia yang masih bertengger di atas kloset. Lalu terdengar suara mengejan, dan sekali lagi suara Plung

“Eh, lu tau?” aku kembali nongol diari balik tirai shower

“He’em” jawabnya pendek, mengejan dan suara Plung lagi

“Taik!” aku tetiba gondok

“Woi Taik, lu dipanggil monyet, kalian berdua temenan kah?” godanya sambil nunduk ke arah kloset, ngobrol ama taiknya sendiri. Trus ngikik… aku kembali ke balik tirai, nerusin mengguyur badan, bersihin shampoo yang Sebagian masih nempel di kepala

“Eh, Tapir, lu lacak HP gue, berarti lu tau alamat email ama password gue dong” tanyaku cuek dari bawah shower

“Yakan alamat email elu gue tau nyet, bego gitu sih lu pertanyaannya?” jawabnya wagu, aku denger suara bidet, dah cebok dia

“Trus passwordnya?” tanyaku lagi

“Gue pasang keylogger di laptop lu, jadi gue tau lu ketik apa aja di sana” jawabnya tanpa rasa bersalah sama sekali

“Anjir, lu apa?” aku kaget, kembali nongol dari dalam tirai, kali ini pas Yulia berdiri dari kloset, lagi siap-siap naikin celana dalamnya “Eh, lu cukur jembut, Pir?”

“Iya” - jawabnya spontan (Uhuy!) – “Lagian password lu aneh Nyet” Lanjutnya “Masa nama gue gitu aja lu sambung dijadiin password email, password HP lu tanggal lahir gue, pin ATM ama M-Banking 985421 – bukanya itu bacanya YULIA1 di keypad ATM? Password transaksi juga yuli@lov3, lu keknya terobsesi ama gue deh Nyet, ga sehat otak lu!” cerocosnya bener-bener tanpa rasa bersalah. Dia ini sudah ngacak-ngacak privasi gue gak sih? Kok gada sedikit pun rasa bersalah dalam kalimatnya ya? Dan sebagai catatan buat kamu ya, ga ada satupun data yang dia sebutin itu pernah dengan sengaja kukasih tau ke dia! Njir, gimana pula caranya dia tau? Baru semua bener lagi, memalukan!

“Eh, trus lu tau darimana kalau gue disana sama Ella?”

“Setengah dari penghuni Rumi itu temen gue” jawabnya datar sok gak asik

Aku melongo… Spontan (uhuy!) aku mengarahkan shower yang kupegang ke mukanya. Yulia cuman memejamkan mata dengan ekspresi tenang menyambut semburan air itu. Setelah beberapa waktu, aku mengalihkan semburan shower itu dari wajahnya, sekarang aku guyur seluruh badannya hingga basah kuyup, dari ujung rambut sampe ujung kaki, komplet dengan kaos tak ber-BH dan celana dalem tipis yang nyeplak dibaliknya. Yulia masih berdiri dengan sok tenang, namun badannya bergetar aneh

“Lu kepalanya keknya perlu dicuci deh Pir, Kriminil banget otak lu! Itu data-data pribadi tauk!”

“Lu keknya pengen cepet mati deh nyet!” desisnya dengan pandangan mata sadis

“Eh?” spontan (uhuy!) aku menciut, takut. Ketakutan dengan alasan yang jelas, karena… aku… eh, belum mau mati? “Yu… Yull… So…So… Sorry deh, tadi khilaf, emosi sesaat gitu, Anu… kan… becandaan… kan kamu juga belum mandi, maksudku kan baek, mo… mo bantuin… eh, bantuin kamu man…mandi gitu…Yull… please…. Please… aku minta maaf… Yul…” aku gelagepan, karena pandangan mata membunuh itu, tangan yang terkepal itu… dan Yulia mulai beringsut pelan-pelan kearahku…

“Ampun… Ampunn… Tuan Puteri… please… kumohon…” mohonku dengan kalut, usaha kalang kabutku untuk minta ampun kali ini bahkan aku sampai hampir berlutut…

“Lu mau dikubur dimana Nyet?” tanyanya datar

Ah, kukira tidak usah secara detail kuceritakan kejadian selanjutnya. Gak etis aja kalau sampai cerita semacam itu ditulis dalam memoarku yang elegan ini. Bayangkan saja sebuah kejadian brutal yang melibatkan penganiayaan fisik dan verbal berat serta benturan-benturan benda tumpul di lokasi-lokasi yang tidak senonoh untuk diceritakan, ditambah orasi cabul yang lebih menjijikkan daripada prosa jalanan tercabul sekalipun



---



“Sampe mau bunuh diri? Ih, ngeri juga ya? Kasian bener sih Ella… padahal dia kan kuat banget..” desahnya lirih dengan ekspresi melamun dan nada suara sok prihatin – Ya, ya, ya… kali ini kami berdua udah berdamai. Setelah invasi yang agresif tadi berakhir, kami akhirnya berendem bareng di Bathtub, pake air anget. Namun, tetap kugaris bawahi disini, penyerangan sadis yang dilakukan Yulia tadi benar-benar meninggalkan trauma yang sangat dalam bagi tubuh dan jiwaku. Kami berdua berendam dalam keadaan telanjang bulat, yakan dari awal aku emang udah telanjang, namanya juga mandi gimana sih? Kalau Yulia sih, gatau napa dia ikutan telanjang, bukan masalah gue ini. Lu tanya sendiri ke dia sono gih, trauma gue!

Yep, dan aku juga terpaksa menceritakan semuanya ke Yulia, emang susah sih nyembunyiin sesuatu dari tante-ku ini “Ough, keknya gue gegar otak deh Pir…” jawabku sambil meraba bagian atas kepalaku yang berasa benjol, kulitku pun memar di bagian-bagian yang seharusnya gak bisa ada memar. Kemarahan vampire gila ini memang mengerikan

“Ya gak mungkin lah gegar otak, lu kan gak punya otak” jawabnya ngasal “Trus rencana lu gimana buat bantu dia?” tanyanya lagi

“Gatau gue Pir, kalau langsung lapor Polisi…” gumanku sambil meraba-raba bagian tubuhku sendiri yang lain. Keknya aku dah jadi cacat deh…

“Percuma, paling laporan lu di tanggapi trus udah, gak kelacak juga pelakunya…” jawabnya spontan (uhuy!) meneruskan kalimatku “Trus hutangnya?”

“Sementara rencana gue sih, gue tutup dulu…”Desahku sambil meraba bagian dalam pipiku yang terasa perih, napa bisa sampe sana lukanya ya? Cemana pulak tadi aku dianiaya?

“Ngilang lah pelakunya klo dah lu kasih duit!” selorohnya

“Eh, iya juga ya?” bagian dalam hidungku keknya juga luka…

“Lagian lu dapet duit segitu dari mana? Kalo butuh tambahan dikit-dikit, gue ada tabungan sih, tapi ga banyak juga…”

“Elu boros sih!” hardik ku, sambil meraba telinga kiriku, keknya aku tuli sebelah deh “Gue minjem Cepek dari Beruk” lanjutku sambil meraba pinggang, patah gak ya? Semgoga sih enggak, gilak sakit banget! “Gue ada Cepek, masih sisa dikit buat persiapan operasional di Ausie besok… Semoga cukup sih…” aku kembali mendesah, menyerah untuk melakukan diagnosa lebih lanjut terhadap luka-luka ku yang lain

“Besok gue tambahin uang saku lu, Nyet”

“Ih, lu tumben baik Pir…” lalu aku teringat janji-janji Yulia yang sering meleset realisasinya, dan kembali mendesah “Kalo lu ga demen ingkar janji, lu sebenernya baek orangnya…” lanjutku lirih

“Taik lu!”

“Wadaww!” aku spontan (uhuy!) tereak lagi, karena yulia barusan ngomong sambil nyubit putingku kenceng-kenceng, hilang sudah kesucian putingku…

“Eh, jadi ceritanya si Feli salah paham sampe mutusin elu? Dikiranya lu selingkuh ama Ella…”

“Huft, aku akan ngurus ini nanti, satu persatu…” persewaan deklit jam segini masih buka ga ya? Barangkali aku perlu mengadakan acara pemakamanku sendiri, batinku emang masih kacau akibat trauma penganiayaan barusan…

“Lu ga bakat multitasking sih Nyet! Makannya kalau selingkuh ketahuan”

“Bodoamat!” aku sok merajuk, topik tentang Feli hanya menambah luka yang menusukku semakin dalam, dan aku memang lagi gak pengen bicarain soal itu sekarang. Soalnya kalau sampai topik itu keangkat, otakku pasti langsung beku, gabisa mikir yang lain selain Feli… Oh, Feliku yang malang, kamu pasti juga terluka… Yep, keknya aku kena gangguan mental deh!

“Eh, gimana kalau kita jebak sindikat itu, dengan pura pura mau bayar? Kita minta pembayaran di lakukan di kantornya, dengan dalih mau minta surat pelunasan resmi, trus kalau udah tau kantornya, baru kita serbu?”

“Encer juga otaklu kadang-kadang, Pir!” Tiba-tiba aku ada ide brilian, oke, idenya Tapir sih, tapi dalam otakku udah ku modifikasi dengan lebih elegan, masa harus kujabarkan lagi sih kecerdasan dan variatifnya khayalan jorok-ku? Aku tersenyum penuh kemenangan, membayangkan ideku terlaksana…

“Eh, napa lu ngaceng, Nyet?” tanya Yulia tiba-tiba sambil dengan songong menggenggam penis ku

“Susu-lu nih, nyenggol-nyenggol gue mulu!” alibiku spontan (Uhuy!) karena tengsin, sambil membetot juniorku, mencoba melepasnya dari genggaman tangan Yulia

Yulia malah memutar tubuh, memposisikan dirinya sendiri diatas badanku. Kan kita berdua telanjang yak? Jadinya batang penisku kan langsung menggesek bibir vagina tercukurnya yak? Yulia menindihku sambil memeluk leherku, dua gunung kembar hangat dan putihnya menempel erat didadaku “Gue kangen ama Elu, Nyet…” desisnya persis disamping telingaku sambil mempererat pelukannya di leherku. Kangen? Barusan juga dia nyiksa… Ah… Aku sebenernya juga kangen sih sama dia, setelah kepulanganku dari Belanda, kayaknya waktu yang ku dedikasikan buat Yulia juga gak begitu banyak. Tapi itu salah satunya juga karena kulihat Yulia ini semakin mandiri dan cara hidupnya juga berubah banyak. Bahkan kalau dipikir-pikir gentian dia yang lebih banyak perhatiin aku. Kek nyiapin sarapan, bikinin kopi pas aku nglembur ngetik makalah, bahkan beberapa kali mijitin pundakku sambil nungguin aku ngetik…

Eh, iya juga ya? Tapirku ini… ya Tuhan, kenapa aku bisa begitu tidak mengacuhkannya akhir-akhir ini?

“Gue juga kangen ama elu Yul, maaf akhir-akhir ini gue jarang ada buat-lu…” jawabku lirih

“It’s OKE, peluk gue dong Nyet…” pintanya

Dan aku memeluk pinggangnya “Yul, thanks ya…” desisku lagi

“Buat?”

“Buat IPK lu yang sekarang lebih dari 3…”

“Hmm… lu tau kan, sebesar itulah sayang gue ke elu Nyet…”

“Gue juga sayang banget sama elu, Pir…”

“Hmmm… Ya, gue tau itu… Betewe, barusan gue top up OVO pake M-Banking lu, buat bayar make-up di Toped, pas gue cek, ternyata saldo lu banyak, gue kira lu mendadak kaya… gak taunya duit utangan buat BO Ella…”

“Kapan?”

“Barusan, sebelum masuk ke kamar mandi, gue iseng cek-cek HP lu…”

“Cek HP kok buka-buka M-Banking?”

“Yakan gue butuh bayar Toped, lu gimana sih?” jawabnya bener-bener tanpa ada rasa bersalah

“Berapa?”

“sejuta”

“Lu emang tante jenis Taik, Pir!” desahku… Walau duit segitu emang berarti banget bagiku, tapi buat Yulia, itu kan cuman uang saku dia untuk tiga hari yak? … Mang dasar Tapir!

Dan aku mempererat pelukan ke tubuh telanjang tanteku yang emang beneran ku sayangi banget ini. Air di bathtub itupun berkecipak karena saat ini, kedua tubuh kami sedang saling membelit karena usaha kami untuk saling mempererat pelukan…

Ah....​


Kita potong disini dulu nggih, End of Semusin Part 1...

Lanjut Part 2 di halaman 40an





Ditunggu Kritik, Saran, Cacian dan Makiannya Suhu
:ampun::ampun::ampun:
Ya Tuhan,,mutusnya kentang bgt hu..
Knp kecipak2 di bathtub g dilanjutin dlu..
Betewe,,suwun hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd