Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Udah pada nungguin ya :p

Sekedar info, next update bakal ane update hari minggu, penulisan sejauh ini belum berjalan lancar cuma ane pastiin hari minggu update last di chapter 3, dan setelah itu bakal lanjut ke last chapter yaitu chapter 4, semoga setia menunggu :semangat:
 
Udah pada nungguin ya :p

Sekedar info, next update bakal ane update hari minggu, penulisan sejauh ini belum berjalan lancar cuma ane pastiin hari minggu update last di chapter 3, dan setelah itu bakal lanjut ke last chapter yaitu chapter 4, semoga setia menunggu :semangat:

Ashiiaappp suhu :semangat:
 
Udah pada nungguin ya :p

Sekedar info, next update bakal ane update hari minggu, penulisan sejauh ini belum berjalan lancar cuma ane pastiin hari minggu update last di chapter 3, dan setelah itu bakal lanjut ke last chapter yaitu chapter 4, semoga setia menunggu :semangat:
Tambahin lagi suhu chapter nya, ga pengen cepet² berakhir wkwk
 
Udah pada nungguin ya :p

Sekedar info, next update bakal ane update hari minggu, penulisan sejauh ini belum berjalan lancar cuma ane pastiin hari minggu update last di chapter 3, dan setelah itu bakal lanjut ke last chapter yaitu chapter 4, semoga setia menunggu :semangat:
Setia menunggu huu
 
Udah pada nungguin ya :p

Sekedar info, next update bakal ane update hari minggu, penulisan sejauh ini belum berjalan lancar cuma ane pastiin hari minggu update last di chapter 3, dan setelah itu bakal lanjut ke last chapter yaitu chapter 4, semoga setia menunggu :semangat:
Thanks infonya Suhu.
 
-Beyond the Boundaries-

Bella



Mamah



=====

"Fyuhh.. Akhirnya selesai juga ngemas barangnya" ucapku lega setelah selesai mengemas barang-barangku.

"Lagiann kakak punya barang di kamar banyak banget, ngeribetin aja" balas Bella kesal karena aku tidak kuat jika aku harus membereskan semua ini sendiri, jadi aku meminta tolong Bella.

"Ya maaf sih, dek. Nanti malah lebih lama loh berangkatnya" jawabku sambil mengelus-elus kepalanya.

--

Hari ini adalah hari dimana kami akan berpindah tempat tinggal dari kota Planet Luar menuju kota Benteng. Jujur aku masih merasa tidak enak dan berat jika kami harus pindah dari rumah ini, namun aku juga tidak bisa berbuat apa-apa karena Ayah sudah mengambil keputusan. Lagipula semenjak Bella diberitahu kalau kami akan pindah, Bella mulai kembali menjadi dirinya yang riang dan ceria lagi, jadi ini juga merupakan tindakan yang benar dari Ayah.

Meski sempat mengalami kendala, Mamah juga akhirnya pindah ke rumah sakit yang tidak terlalu jauh dari rumah baru kami berkat koneksi dari Ayah. Dengan ini, Mamah tidak perlu bepergian jauh-jauh ke tempat kerjanya yang lama dan bisa pulang kerumah lebih cepat. Yah meski aku dan Bella hanya akan berada di rumah ini selama sebulan karena kami akan berangkat kuliah, kurasa dalam waktu sebulan cukup untuk beradaptasi dengan lingkungan baru.

--

"Permisi mas Bayu, yang ini barang-barangnya udah bisa diangkut?" tanya salah satu bawahan Ayah yang diminta Ayah untuk membantu memindahkan barang-barang.

"Oh udah mas, udah semua ini" balasku.

"Oke mas kalo gitu, mas Bayu sama dek Bella nya juga kalo bisa keluar dulu ya, soalnya kita mau ngangkut kasur, meja, sama lemari juga" kembali ucap orang itu dan aku dan Bella beranjak keluar dari kamarku dan kami pindah ke taman kecil yang ada di bagian belakang rumah kami.

Selama kami berdua duduk disini, aku terus memerhatikan sekeliling rumah dan mengingat semua memori yang ada di rumah ini. Ahhh, aku jadi ingat dulu aku dan Bella sering bermain bola di taman ini dan aku juga ingat kami pasti akan selalu berlari ke taman ini jika sedang hujan dan bermain. Aku memerhatikan ruang makan dan aku menjadi teringat saat Bunda mengajariku membaca dan menghitung di meja itu dan Bella sedang menggambar di depanku. Mengingat ini semua rasanya aku menjadi semakin berat untuk meninggalkan rumah ini, namun dalam hidup kita juga harus bisa untuk melangkah kedepan atau kita akan terus berada di posisi yang sama seumur hidup kita.

Bella sepertinya menyadari lamunanku dan dia langsung menyandarkan kepalanya di pundakku.

"Kak, kakak masih kepikiran, ya?"

"Hah? Nggak kok, kakak lagi nge-rewind aja"

"Nggak papa kali kak kalo kakak masih kepikiran, nanti juga lama-lama kita juga terbiasa kokk pasti, okeh? Ccupphh..." ucap Bella yang dilanjut dengan kecupan di pipiku.

Aku tidak menjawab perkataan Bella, namun aku hanya mengelus-elus kepala Bella yang sudah tertutup oleh jilbabnya. Semenjak aku dan Bella berciuman kala itu, Bella menjadi tidak menahan diri untuk tiba-tiba mencium pipiku atau kadang bibirku, dan aku yang tadinya merasa aneh karena transisi Bella yang makin manja denganku kini sudah mulai terbiasa dengan tindakannya. Kami terus berada di posisi ini sampai akhirnya karena belum selesai juga kami berdua tertidur sejenak hingga Mamah membangunkanku.

"Kak, bangun hey, kok kalian berdua malah tidur lagi, sih?" tanya Mamah membangunkanku dan Bella.

"Hmm? Ya gimana nggak tidur, Mah? Sekarang aja masih jam 7an, kita nungguin pindahin barang-barangnya juga ngantuk kali" balasku.

"Hahahaha, yaudah ayo kita berangkat, barang-barang udah dikemas semua" jawab Mamah dan kami langsung beranjak menuju mobil yang sudah dipanaskan oleh karyawan Ayah.

Bella pun langsung beranjak keluar dari rumah, dan disusul dengan Mamah. Sebelum aku keluar dari rumah ini, aku kembali melihat-lihat rumahku dan kini sangat perbedaannya ketika rumahku masih dipenuhi dengan perabotan dan berbagai pajangan yang ada dengan kondisi rumahku yang sekarang sudah kosong. It really pains me to see this but it's time to go. Even though we won't be here anymore, the memories will be in our heart forever.

"Bunda aku pergi dulu ya" ucapku pelan kepada rumah ini seolah rumah ini adalah Bunda.

Aku langsung beranjak menuju mobil Mamah dimana ada Bella yang sudah menunggu. Kami berdua akan mengendarai mobil Mamah berdua sedangkan Ayah dan Mamah berada di mobil Ayah beserta beberapa karyawan Ayah yang tidak berada di mobil pengangkut barang.

"Kakak kok lama?" tanya Bella saat aku memasuki mobil.

"Abis liat-liat rumah lagi tadi" jawabku.

Bella tidak menjawab perkataanku, dia hanya mengelus-elus pahaku dan menatapku dengan tatapannya yang seolah mengatakan "Semuanya bakal baik-baik aja kok, kak".

Aku membalas tatapannya, dan aku mulai menggenggam tangannya yang sedang berada di pahaku. Aku dan Bella mulai menggerakkan kepala kami hingga makin berdekatan, dan akhirnya kami kembali berciuman.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Kami berciuman tidak lama karena kami takut terlihat oleh orang diluar. Aku melepas ciumanku dan ketika aku melihat kedepan, mobil Ayah sudah tidak terlihat yang menandakan mobil Ayah sudah jalan.

"Pokoknya kalo nanti kita ketinggalan jauh salah kamu, ya" ucapku meledek Bella.

"Dih kok jadi salah aku, sih? Kakak juga tadi deketin kepala kakak ke kepala aku" balas Bella sambil memukul tanganku, kami berdua tertawa dan setelah itu kami langsung berangkat menuju rumah baru kami.

--

Kami sudah sampai di rumah baru kami, dan hal pertama yang terbesit di pikiranku adalah: benar kata Ayah, rumahnya jauh lebih besar dari rumah kami yang lama. Meski tidak semegah dan sebesar rumah Hani, rumah ini juga bisa dibilang sangat besar. Tanpa berpikir panjang, aku dan Bella langsung menuju kedalam rumah baru kami, dan kulihat bagian dalam rumah ini yang juga jauh lebih megah dari rumah kami yang lama.

"Ihh kakk bagus bangettt" ucap Bella kegirangan sambil menggandeng tanganku.

"Iya, iya, bagus banget ya. Terus ini kamar aku sama Bella di sebelah mana, Yah?" tanyaku ke Ayah.

"Kamar kalian berdua ada diatas, kak. Kamar yang dibawah ada dua buat kamar Ayah sama Mamah, satunya buat pembantu nanti" balas Ayah yang sedang membantu memindahkan barang-barang.

"Kakk liat kamar kita yukk" ajak Bella sambil menarik tanganku membawaku ke tangga.

"Iyaa iyaa, kamu ngga sabaran banget sih" jawabku yang kewalahan dengan kesenangan Bella.

"Jangan lama-lama liat-liatnya, bantuin turun-turunin barang buat kamar kalian juga" ucap Ayah saat kami menaiki tangga, namun tidak kami jawab.

Kami langsung berjalan ke lantai atas, dan di lantai ini sepertinya terdapat kamar lain selain kamarku dan Bella karena aku melihat ada beberapa pintu lagi. Kuasumsikan kalau itu akan dijadikan kamar tamu atau akan dijadikan tempat Ayah bekerja. Aku dan Bella mengelilingi seluruh ruangan yang ada di lantai ini sampai akhirnya kini tinggal kamar kami berdua yang belum kita lihat. Aku dan Bella tidak kebingungan untuk mencari yang mana kamar kami karena ternyata Ayah sudah menandakan kamar kami dengan tulisan di pintu.

"Ih kak kamar kita sebelahan" ucap Bella yang masih kegirangan.

"Iya, Bel. Kamu jadi nggak perlu naik tangga lagi kalo minta dikelonin hahaha" ledekku yang membuat Bella cemberut, dan setelah itu kami langsung memasuki kamar kami masing-masing.

Ternyata Ayah menyuruh orang untuk mengecat kamarku kembali, karena tembok kamarku berwarna Claret di dua sisi, dan Biru di dua sisi lainnya, kedua warna ini merupakan warna dari West Ham United. Jadi ternyata Ayah juga sudah menyiapkan ini dari jauh-jauh hari.

"Dasar Ayah" ucapku dalam hati sambil menepuk jidatku.

Aku juga melihat ada satu pintu lagi di kamarku, sepertinya ini adalah kamar mandi. Akupun langsung beranjak masuk ke ruangan itu, dan aku kaget ternyata Bella juga sedang ada di dalam kamar mandi ini.

"Loh, Bella?!" teriakku yang kebingungan meski tidak terlalu kencang.

"Kamar mandi kita nyambung kak, hahaha" balas Bella yang tertawa.

Kami tidak melakukan banyak hal di lantai atas karena Ayah sudah meneriaki kami berdua untuk turun dan membantu memindahkan barang.

--

Tak terasa kami sudah selesai memasukkan barang-barang kedalam rumah kami, dan kini kamarku sudah sudah terisi penuh dan tidak kosong. Aku tidak dibantu oleh karyawan Ayah saat aku menata kamarku, jadi aku merasa sangat puas dengan usahaku sendiri. Sebagian besar ruangan di rumah ini juga sudah diisi dengan furniture-furniture yang kami bawa dari rumah kami. Pekerjaan ini berjalan dengan cepat berkat Ayah yang membawa kurang lebih 6-7 bawahannya untuk membantu mengisi rumah ini, dan kini mereka semua sudah berangkat pulang.

Sekarang sudah jam 2 siang, karena kelelahan menata kamarku, aku berniat untuk tidur siang. Namun tiba-tiba Mamah memanggilku untuk turun kebawah.

"Kakk! Turun kebawah sinii!" teriak Mamah dari lantai bawah.

"Kenapa Mahh??" tanyaku sambil teriak.

"Udahh turun kebawah dulu sinii" kembali suruh Mamah, dan dengan rasa malas aku berjalan ke lantai bawah.

Saat aku turun kebawah, kulihat Mamah sedang mengobrol dengan lelaki yang sepertinya seumuran denganku. Mamah pun langsung menyuruhku untuk segera berkenalan dengan mereka.

"Kak, kenalin ini tetangga baru kamu" ucap Mamah.

"Bayu" ucapku memperkenalkan diri.

"Ikhsan" jawabnya, dan setelah kami berdua berkenalan, Mamah meninggalkan kami berdua untuk berbincang.

Dari obrolan ini, aku mengetahui kalau umur mas Ikhsan berbeda 2 tahun denganku, dan dia masih menjadi mahasiswa di kampus yang bisa dibilang salah satu yang terbaik di Indonesia di Bumi Pasundan. Di jalan ini juga ternyata masih ada beberapa anak muda lagi yang seumuran dengan kami berdua juga. Selain itu, ternyata tak jauh dari sini ada lapangan Bola dan penduduk komplek ini sering mengadakan ajang main bareng tiap minggu sore. Mas Ikhsan pun mengajakku untuk ikut bermain sore nanti.

"Mau ikut nggak, Bay? Lu bisa main bola kan?" tanya mas Ikhsan.

"Bisa kok, mas. Tapi nanti samper gua lagi aja ya, takutnya gua ketiduran" balasku, dan setelah mas Ikhsan mengiyakan, dia langsung beranjak keluar dari rumahku dan aku langsung kembali ke kamarku.

--

Singkat cerita, kini kami sudah berada di lapangan. Disini, mas Ikhsan juga memperkenalkanku ke bapak-bapak komplek yang ikut bermain, dan mas Ikhsan juga memperkenalkanku dengan tiga teman baruku: Rafly, mas Riza, dan Alif. Kami berlima mengobrol sejenak dan mereka menanyakan hal-hal umum kepadaku. Benar saja, mereka tidak percaya kalau aku adalah pendukung West Ham United, namun mereka tahu kalau salah satu influence yang membuatku mencintai West Ham adalah film Green Street.

Kami kini sudah memulai permainan. Pertandingan ini tidak seberat seperti saat aku bertanding pada kompetisi tahunan di kampus yang kini telah dimenangkan oleh kampusku dua tahun berturut-turut, jadi kini aku bermain lebih santai. Tentu saja aku bermain sebagai Regista seperti biasanya, sehingga aku tidak perlu banyak berlari mengejar bola dan lebih mengandalkan passing, dribbling, serta kemampuanku membaca permainan. Peranku sebagai Regista pun terbayar karena kami menang dengan skor 5-0, dan aku berkontribusi dalam dalam dua gol lewat tendangan bebas dan tiga assist dari umpan jauhku hingga orang-orang di timku sering memanggilku Pirlo.

"Eh Pirlo oper sini!"

"Pirlo awas ke press!"

"Pirlo angkat kedepan bolanya!"

Kini kami sudah menyelesaikan pertandingan, dan kami beristirahat dibawah pohon yang rindang. Kami mengobrol ria dan terkadang para bapak-bapak RW kami memujiku atas gaya mainku.

"Kalo ada Pirlo mah bisa menang liga mingguan terus ini kita ya hahahah" ucap salah seorang.

"Iya, ya. Kamu telat datengnya sih, Bay. Tadi pagi kita udah kalah di semifinal" lanjut orang lainnya.

"Iya pak saya tadi pagi masih sibuk mindah-mindahin barang soalnya, saya gatau juga kalo ada liga-ligaan disini" balasku dengan sopan dan setelah itu kami lanjut mengobrol ria.

Disaat kami mengobrol, kulihat mas Riza sedang memperhatikan sesuatu, dan Alif pun langsung menanyakan apa yang sedang dia perhatikan.

"Buset dah lu udah kayak kesambet, lagi liatin apaan lu?" tanya Alif ke mas Riza.

"Itu tuh, gila tuh cewe cakep banget" jawab mas Riza sambil menunjuk kearah perempuan, dan ternyata perempuan itu adalah Bella.

"Oooh Bella?" tanyaku.

"Hah lu kenal, Bay?" tanya mas Riza kepadaku.

"Gimana nggak kenal, dia adek gua mas" jawabku yang membuat Alif, Rafly, mas Ikhsan dan mas Riza kaget.

"Hah serius lu?" tanya mereka berempat bersamaan.

"Iyee"

"Wah gila menang banyak dong lu Bay, udah nyokap cakep adek cakep juga hahaha" ucap mas Ikhsan yang membuat kami berlima tertawa.

"Hahaha, ya gitu deh mas, yaudah gua cabut duluan ya, udah gelap ini" ucapku pamit.

"Loh buru-buru banget, Bay. Yaudah tiati ya, inget besok selasa main lagi ya" balas mas Ikhsan dan setelah itu aku langsung mendatangi Bella.

"Kamu udah lama?" tanyaku.

"Iya, tadi Mamah cerita kakak main bola terus aku nonton" balas Bella.

"Oooh gitu, yaudah ayok pulang, udah jam segini" ajakku dan kami berdua langsung jalan pulang.

--

Aku langsung menghempaskan tubuhku di kasurku, dan aku hanya bengong melihat langit-langit kamarku sambil merenung. You know what? This is not that bad at all. Mungkin aku akan cukup lama beradaptasi disini, tapi sepertinya lingkungannya juga cukup baik dan orang-orangnya juga ramah. Yah setidaknya kami akan mendapatkan ketenangan di daerah yang tidak seramai daerah rumahku yang lama. Selain itu, lokasi yang tidak jauh dari lapangan bola ini sepertinya akan membuatku cepat betah disini.

Setelah aku merasakan keringatku sudah kering, aku memutuskan untuk ke kamar mandi. Namun saat aku memasuki kamar mandi, kulihat Bella kini sedang berada di bilik shower sedang membilas tubuhnya yang sudah bugil meski tidak terlihat sepenuhnya karena kacanya yang berembun.

"Kakakkk kok nggak ngetok duluu??" tanya Bella yang kulihat sedang menutupi payudaranya dengan tangannya.

"Ya gimana, dek? Kita udah harus mulai terbiasa begini juga, lagian salah ini Ayah naro kita di kamar yang kamar mandinya nyambung. Udah buruan kamu selesain mandinya, nggak keliatan kok dari sini" jawabku dan kemudian aku beranjak ke wastafel untuk melakukan apa yang kubisa dulu sambil menunggu Bella mandi.

Aku memutuskan untuk menyikat gigiku dan mencuci wajah terlebih dahulu, dan setelah aku selesai, Bella masih belum selesai mandi. Tiba-tiba, muncul ide isengku untuk ikut masuk ke dalam bilik shower. Entah apa yang kupikirkan saat ini, tapi aku tetap melakukannya. Aku membuka handukku dan langsung memasuki bilik shower dan Bella terkejut karena kini dia melihatku bugil dan aku juga melihat hal yang sama.

"Ihhh kak Bayuu ngapain sihhh?!" ucap Bella yang terkejut.

"Kamu mandi lama banget ngapain, sih? Sambil nyari dragonball?" jawabku yang ikut kesal, dan Bella yang tadinya menutupi kedua payudaranya kini melepaskan tutupannya.

"Abis seger banget abis keringetan mandi, malah jadi PW aku hehehe" balas Bella tertawa.

"Hih kamu tuh, yaudah buruan selesain mandinya, udah mau maghrib. Kamu hadep sana kakak hadep kesini" ucapku mengingatkan Bella dan menyuruh Bella berbalik membelakangiku.


Aku langsung menyabuni seluruh tubuhku, dan selama aku menyabuni tubuhku, kuperhatikan tubuh Bella yang bugil ini dari refleksi kaca yang menghadap kearah tubuh Bella. Ternyata adik kecilku kini sudah bertumbuh menjadi wanita yang cantik, manis, dan memiliki tubuh yang indah. Payudaranya yang mulus namun tidak terlalu besar itu sangat menggoda, dan selangkangannya yang bersih dari bulu itu terlihat sangat imut. Aku terus memerhatikan tubuh indah Bella, namun aku mulai sadar dan aku langsung berbalik melihat kearah tembok saat aku membilas sabun dari tubuhku.

Disaat aku membilas tubuhku, tiba-tiba Bella malah memelukku dari belakang. Aku yang tadinya kaget langsung kembali berusaha untuk tetap tenang dan aku memegang kedua tangan Bella yang sedang melingkari perutku dan mengelus-elusnya.

"Kak"

"Iya?"

"Kakak betah kan disini?" tanya Bella.

"Selama kamu juga betah disini, kakak nggak bakal komplain kok, kamu betah nggak?"

"Betah kok, kayaknya lingkungannya ramah juga" jawab Bella yang tak kujawab, dan Bella makin mempererat pelukannya dan payudaranya makin tertekan di punggungku.

"Aku sayang kakak" ucap Bella yang makin menempelkan kepalanya di punggungku.

"Hati-hati jangan ngomong kayak gitu mulu, nanti kakak bosen loh dengernya" balasku dan aku membalikkan badanku kemudian aku mulai memeluk Bella dibawah guyuran air shower ini.

"Nyaman banget, kak"

"Hahahaha, terserah kamu aja lah, dek"

Kadang saat kami berpelukan, aku menggoyang-goyangkan tubuhnya seolah kami sedang menari, dan kadang juga aku meremas pantatnya yang cukup besar hingga Bella menjerit kecil. Aku melepas pelukanku dan kini tanganku kupindahkan untuk mengelus-elus kepalanya, dan kini kami berdua mulai bertatapan. Aku mengelus-elus wajah manisnya hingga Bella tersipu malu, dan entah karena dorongan siapa aku langsung menyosor bibir Bella dan kami mulai berciuman.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Tanganku kini kupindahkan ke pantatnya dan aku mulai meremas-remas pantatnya hingga Bella sedikit menggelinjang.

"Ccupphh... Ahh kakk...."

Bella terus memeluk tubuhku. Setelah aku puas meremas-remas pantatnya, kutampar-tampar kecil yang membuat Bella menjerit kecil.

"Plakk..."

"Ccupphh... Ummhh.... Ccupphh..."

Tanpa ba bi bu, aku langsung mengangkat tubuh Bella dan kemudian aku langsung menyandarkan tubuh Bella di kaca bilik shower ini. Bella pun juga sudah menyilangkan kakinya di punggungku dan menaruh tangannya di pundakku.

Setelah puas berciuman di posisi ini, aku yang masih menggendong Bella beranjak keluar dari bilik shower dan memindahkan Bella menuju kabinet wastafel di depan kaca. Aku menaruh Bella dan tanpa melepas ciuman kami, aku mulai merogoh payudaranya dan kuremas-remas pelan.

"Ccupphh... Ahhh kakakk...."

Aku melepas ciumanku, dan aku langsung mengarahkan ciumanku ke kedua payudara Bella. Aku tidak langsung mengenyot putingnya, namun aku menjilati seluruh bagian payudaranya dulu. Setelah aku memastikan payudara Bella sudah terjilati tanpa ada titik yang tertinggal, baru aku menghisap-hisap putingnya.

"Ahhh... Kakk... Ummhhh.... Enakkk... Ahhhh...." desah Bella.

Aku menghisap-hisap putingnya bergantian, dan puting yang tidak kuhisap kupilin-pilin.

"Ahh... Kakk pentill akuu jangan ditarik-tarikk... Uhhh..."

Setelah aku puas bermain dengan payudaranya, aku langsung memindahkan tanganku dan meraba memeknya, dan ternyata memeknya sudah cukup becek. Berhubung waktu juga sudah mepet dengan maghrib, aku berniat untuk mulai memasukkan kontolku ke memeknya. Entah apa yang akan kulakukan, tapi yang ada di pikiranku saat ini hanya ingin memuaskan hasratku yang sudah tidak tersalurkan semenjak ngentot dengan Hani saat Ayah pulang.

Aku mulai mengarahkan kontolku kearah memek Bella yang mungil, namun Bella yang tiba-tiba membuka matanya langsung menahan tubuhku ketika aku ingin mulai memasukkan.

"Kakkk jangannn" ucap Bella lirih yang membuatku langsung sadar, what have I done?

"Kenapa, dek?" tanyaku yang mulai merasa tidak tenang.

"Aku takut" balasnya.

"Takut kenapa, sayang?"

"Takut sakit, kak, titit kakak jauh lebih gede dari punya Derrick" jawab Bella yang membuatku kaget namun lega.

"Loh, harusnya makin gede makin enak tau" balasku dengan nada bercanda supaya Bella tidak tegang.

"Ihh masa, sih? Kemaren aja Derrick yang tititnya nggak segede kakak malah sakit rasanya" jawabnya yang membuatku ingin tertawa karena kepolosan Bella.

"Nggak, kok, dek. Kemaren kamu sakit karena Derrick yang mainnya kasar, bukan karena ukurannya yang bikin sakit" ucapku sambil mengelus-elus pipinya.

"Masa, sih?"

"Kamu mau nyoba?" tanyaku memancing.

"Ummmm, tapii... Janji nggak sakit ya, kak" ucap Bella.

"Iyaa" balasku, dan setelah mendapat persetujuan dari Bella, aku langsung menggesek-gesekkan kontolku di bibir memeknya.

"Ummhh... Mmmhh... Ummhh..." desah pelan Bella yang mulai merasa keenakan.

"Gimana? Enak, nggak?" tanyaku yang diacuhkan oleh Bella.

Setelah memeknya sudah sangat basah, barulah aku mulai memasukkan kepala kontolku ke dalam memeknya. Gila, baru kepalanya saja yang masuk, rasanya sesak banget. Kurasa sepertinya ini memek tersempit kedua yang akan kucoba setelah memek Hani.

"Ummmhhh... Kakakkk...." desah Bella yang mulai merasa keenakan.

Sambil berusaha untuk memasukkan lebih dalam, aku menggoyang-goyangkan kontolku supaya memeknya terbiasa dengan ukuran kontolku. Kini kontolku sudah masuk setengahnya, dan rasanya kontolku sangat terjepit dengan memek Bella yang sempit ini.

"Dek, kakak hentakkin semuanya, ya? Tahan sedikit, kayaknya yang ini bakal sakit" ucapku mengingatkan Bella, dan setelah Bella mengangguk, aku langsung menghentakkan kontolku dalam-dalam.

"AHHH..." lenguh Bella yang cukup kencang ketika aku memasukkan kontolku sepenuhnya.

Aku mendiamkan kontolku sebentar di memeknya sambil aku menciumi bibir dan memainkan payudara Bella. Setelah memek Bella mulai terbiasa dengan ukuran kontolku, baru aku menggoyang memeknya pelan dengan tempo yang konstan.

"Ahhh... Kakakk... Ummhhh..." desah Bella keenakan.

"Hhh... Hhhh... Gimana, dekk?? Masih sakit nggak??" tanyaku saat aku menggenjot memeknya.

"Ummhh... Nggakk kakk... Ahhh... Enakkk.... Mmmhh... Titiitt kakakk enakkk..." jawab Bella yang sudah tidak menahan perkataannya lagi.

"Bisa lebih enakk tauu" balasku yang membuat Bella kebingungan, dan ketika Bella baru mau bicara, aku langsung mempercepat genjotanku hingga Bella makin menggelinjang.

"AHHH... KAKKK... ENAKKK... TITITT KAKAKK ENAKKK BANGETTT... AHHH... ENNAKKK..." jerit Bella yang tidak begitu kencang, dan Bella kini membenamkan wajahnya ke pundakku.

"Hhhh... Hhhh... Iyaaa dekkk... Memekk kamuu jugaa enakkk..." balasku yang juga merasa sangat keenakan.

"Ummhh kakk... Berenttii duluu... Akuu mauu pipisss... Ahhh..." desah Bella yang akan mencapai orgasme pertamanya.

Aku menghiraukannya, dan aku makin mempercepat genjotanku secepat yang kubisa hingga Bella makin menggelinjang seperti cacing kepanasan.

"Ahhh kakk... Akuu.... Akuu pipisss... UMMHHH..." desah Bella yang mencapai orgasme pertamanya (mungkin pertama kali di hidupnya) dan cairan orgasmenya mengguyur kontolku.

Setelah orgasmenya mereda, Bella yang tadinya menaruh kepalanya di pundakku langsung merebahkan tubuhnya hingga bersandar pada kaca.

"Hhhh... Hhhh... Cape banget kakk" ucap Bella terengah-engah.

"Udah selesai belom istirahatnya?" tanyaku yang ingin memasukkan kontolku lagi.

"Loh belom selesai?" balik tanya Bella.

"Kakak belom keluar, dek" balasku singkat.

Bella kemudian mengangguk, dan aku kembali memasukkan kontolku ke memeknya. Kali ini tidak sesusah pertama kali karena memeknya sudah mulai terbiasa meski masih sangat sempit.

"Ahhh...." lenguh Bella ketika kontolku kembali masuk ke memeknya.

Aku tidak berpikir panjang dan langsung menggenjot memeknya dengan cepat supaya aku bisa cepat mencapai ejakulasi, dan Bella kembali menggelinjang keenakan.

"Ahhh kakkk... Cepetinn kayakk yang tadii... Yang tadii enakk bangettt...." ucap Bella sambil mendesah memintaku untuk mempercepat goyanganku.

Aku hanya mengangguk, dan aku menarik tubuh Bella supaya tubuhnya lebih dekat kepadaku, setelah itu aku langsung mempercepat genjotanku secepat yang kubisa.

"Ahhh... Iyaa kakkk... Kayakk ginii... Enakk bangettt... Ummmhh..." desah Bella kenikmatan.

"Hhhh... Hhhh... Mau pindah ke kamar, nggak??" tanyaku tanpa menghentikan genjotan.

"Ummmhh.. Kamarr akuu ajaaa... Udahh akuu kuncii..." jawab Bella, dan tanpa melepas kontolku, aku mengangkat tubuh Bella dan membawanya ke kamarnya.

Aku langsung menghempaskan tubuh Bella ke kasur, dan aku langsung menggenjot memeknya.

"AHHH KAKK... TERUSSS... AHHHH..." jerit Bella, namun langsung kutahan.

"Ssttt.. Jangan berisikk, nanti kedengeran orang dirumahh" ucapku mengingatkan.

"Ummhh... Nggakk ada orang kakk... Mamah sammaa Ayahh lagii keluarr ketemu kliennn... Ummhhh..."

Aku yang mulai merasa lega kembali menggenjot memeknya dengan cepat, dan kedua tanganku kini kugunakan untuk memainkan payudara Bella.

"Ummhhh... Kakakk bandell... Adekknyaa sendirii diajak sekss... Anhhh..." canda Bella yang diselingi dengan desahan nikmatnya.

"Hhh... Hhhh... Adekk kakakk juga bandelll... Mauu ajaa dientott kakaknyaaa..." balasku yang membuat Bella malu dan menutup wajahnya dengan bantal.

"Mmmhh... Kakk.... Terusss... Akuu mauu pipiss lagiii... Ummmhh..." ucap Bella yang tertahan bantal.

Aku terus menggenjot memeknya hingga Bella makin melemas karena tak kuat menahan kenikmatannya, dan aku juga mulai merasa kalau sebentar lagi aku akan keluar.

"Hhhh... Dekk... Kakakk udahh mauu keluarrr..."

"Ummhh... Iyaaa kakkk... Ahhh... Jangann didalemm yaaa... Akuu nggakk mauu hamilll... Mmmhhh..."

Aku mempercepat genjotanku menuju kecepatan maksimum, dan Bella sudah mencapai orgasme keduanya.

"AHHH KAKK... AKUU PIPISS LAGIII.... AHHHH..." jerit Bella dan Bella sudah mencapai orgasme keduanya.

Aku langsung mencabut kontolku dari memeknya yang membuat cairan orgasmenya membasahi selimut Bella yang berada diatas kami, dan aku langsung mengocok-kocok kontolku dengan tanganku sambil memainkan payudara Bella.

"Ummhh... Kakakk keluarr dekk... Ahhhh..." lenguhku saat aku ejakulasi.

Berhubung sudah cukup lama pejuku tidak kukeluarkan, kontolku memuntahkan peju yang sangat banyak hingga membanjiri perut Bella, bahkan ada yang menyentuh payudaranya. Bella yang baru pertama kali mengalami hal ini pun langsung langsung mengambil tisu yang berada di meja di samping kasurnya karena jijik.

"Ihhh kakakk kok dikeluarinn di perut akuu sihh??? Jijikk tauuu!!" teriak Bella protes kepadaku dengan tatapan kejijikannya ketika melihat pejuku yang melimpah.

"Biasa aja kali, kak Hani aja malah sering nampung sperma kakak di mulut dia" jawabku keceplosan dan aku yang langsung menyadarinya pun langsung menutup mulut.

"Yahh ketauan dehh hahahah, kakak sering ya sama kak Hani?" ledek Bella.

"Sering, sih. Apalagi kalo lagi masa-masa kuliah" balasku yang sudah merasa bodoamat dan dibalas dengan tawa Bella.

Setelah pejuku dibersihkan sepenuhnya oleh Bella, aku langsung menindih tubuhnya dan aku ikut berbaring. Bella pun langsung mendorong tubuhku dan kini kami berdua berbaring berhadapan sambil aku mengelus-elus wajah Bella.

"Kak"

"Iya"

"Kakak jangan kepikiran, yah. Nggak usah merasa bersalah lagi kakak udah ngajakin aku seks" ucap Bella yang malah membuatku kepikiran.

"Kamu ngomong begitu kakak malah kepikiran, Bel"

"Ihhh, nggak perluu, aku nggak merasa dirugiin kokk, nggak kayak pas kejadian kemaren" jawab Bella menenangkanku.

"Tapi tetep aja, dekkk.." jawabku yang kemudian langsung dipotong oleh Bella.

"Nggak, kak, nggak papa kokk, nggak usah dipikirinn, mungkin kalo bukan karena kakak aku bakal selalu berpikir kalo seks itu sakit, jadi kakak nggak usah kepikiran lagi, yah? Ccupphh..." potong Bella dan Bella langsung mencium pipiku.

"Nggak gituu, dekk..." kembali jawabku yang kembali diinterupsi oleh Bella.

"Udah, udah, pokoknya kalo kakak masih kepikiran aku bilangin ke Ayah sama Mamah kalo kakak merkosa aku, gimana?" ancam Bella yang membuatku tertawa.

"Hahahaha ampun, deh. Iya udah iya, sebisa mungkin nggak kepikiran lagi, okey?" balasku yang membuat Bella tersenyum, dan tiba-tiba terdengar suara azan yang kami langsung beranjak ke kamar mandi untuk mandi sekaligus mandi wajib, namun kali ini aku menggunakan kamar mandi yang berada di luar kamar.

Malamnya, Ayah dan Mamah menyuruhku dan Bella untuk menyusul mereka berdua di Mall yang tidak terlalu jauh dari rumah baruku, dan kami memutuskan untuk makan malam disana sambil mencari-cari barang-barang yang kami inginkan. Setelah itu kami langsung pulang, dan sesampainya dirumah, aku dan Bella langsung berjalan menuju kamar kami masing-masing. Namun ketika kami berada di depan pintu kamarku, Bella menahan tanganku.

"Kenapa, dek?" tanyaku.

Bella tidak menjawab perkataanku, namun Bella langsung menarik tanganku dan mencium pipiku.

"Ccupphh, good night, kak" ucapnya yang dilanjut dengan senyuman manisnya.

"Good night, dek, udah sana tidur, udah malem" balasku dan Bella langsung beranjak masuk ke kamarnya.

Sesampainya di kamarku, aku langsung membuka celana jins ku hingga kini aku hanya mengenakan boxer dan kaus, dan setelah aku menyalakan AC, aku langsung menghempaskan tubuhku di kasur dan tak lama kemudian aku tertidur pulas.

Rumah baru, suasana baru, and I just went beyond another boundaries.

-To be Continued-

Gimana Bay perasaan lo, gak ingat apa klo Bella itu adek lo ??
 
Bimabet
-We're Living in Such a Small World-

Mamah


Hani


=====

Aku terbangun jam 5 pagi seperti biasa. Meski kelelahan setelah melakukan 'banyak hal' kemarin, tapi aku masih bisa bangun tepat waktu. Namun ada sesuatu yang aneh. Saat aku bangun, kulihat ada perempuan yang sedang tertidur disampingku. Aku sempat berpikir kalau perempuan ini adalah Bella, namun ketika aku perhatikan, perempuan ini mengenakan kerudung dan daster berlengan panjang, sedangkan Bella tidak menyukai menggunakan daster saat tidur, jadi sepertinya ini Mamah.

"Mah" ucapku membangunkan Mamah sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

"Hmm? Akhirnya kakak bangun juga, Mamah tadi udah bangunin kamu" jawab Mamah tetap tertidur menyamping.

"Jam berapa?"

"Jam setengah 5, tadi sekalian mau nyuruh kamu sekalian sholat, tapi Mamah malah jadi ngantuk masuk kamar kamu, jadinya Mamah tidur disini" balas Mamah menjelaskan, dan aku hanya mengangguk.

"Sholat dulu sana, kak" ucap Mamah menyuruhku bangun, dan aku langsung beranjak dari kasurku untuk mengambil wudhu dan sholat.

Selesai sholat, aku langsung kembali menuju kasurku untuk tidur. Mamah sepertinya juga akan tidur disini dalam waktu yang lama. Aku yang mulai iseng pun mengumel-ngumelkan tubuhku ke Mamah yang sedang tertidur yang membuat Mamah menjadi kurang nyaman.

"Kakk ngapain sih?" ucap Mamah yang agak kesal.

"Gapapa, pengen ngumel-ngumel aja"

Mamah pun kini membiarkanku, membuatku makin leluasa untuk bermanjaan dengan Mamah. Entah kenapa, tiba-tiba terbesit di pikiranku untuk meraba perut Mamah, dan akupun langsung menggerakkan tanganku pelan-pelan hingga akhirnya tanganku hinggap di perutnya. Aku pikir Mamah akan mulai risih atau bahkan marah, namun malah sebaliknya. Mamah kini menggenggam tanganku yang masih berada di perutnya.

"Perut Mamah udah nggak rata ya, kak?" tanya Mamah.

"Yang penting nggak sebuncit Ayah, Mah" jawabku yang membuat Mamah tertawa kecil.

Mamah tiba-tiba membalikkan tubuhnya, dan Mamah langsung memeluk tubuhku hingga kini aku dikeloni Mamah. Sebenarnya rasanya sangat nyaman berada didalam pelukan Mamah hingga aku bisa langsung tertidur, namun yang membuatku menjadi tidak bisa tidur adalah kini wajahku berhadapan dengan kedua payudara besarnya. Alih-alih mengantuk, aku malah menjadi makin segar. Kedua telapak tanganku memisahkan wajahku dengan payudara Mamah, dan jika aku membalikkan tanganku, tanganku pasti langsung menyentuh payudaranya. Hal yang seharusnya tidak dilakukan, but I did it anyway.

Mamah sepertinya juga menyadari kalau aku menyentuh payudaranya, namun Mamah sepertinya juga membiarkanku. Melihat kondisi yang seperti memberiku lampu hijau, aku mulai meremas-remas payudara Mamah pelan, dan kurasakan napas Mamah mulai memberat.

Aku terus meremas-remas payudara Mamah, dan tidak terasa ada perlawanan sama sekali. Kini aku menghentikan remasanku, dan aku langsung membenamkan wajahku di payudara Mamah dan mengeleng-gelengkan kepalaku, such a nice motorboat. Aku melakukan motorboat ini tidak begitu lama karena tiba-tiba Mamah menahan kepalaku.

"Kakakk bandel bangett ihhh" ucap Mamah, namun tidak terlihat seperti Mamah kesal ataupun marah.

"Hehehe, gemes banget abis liat tetek Mamah" jawabku seadanya.

"Hih kamu ada-ada aja, sih" balas Mamah, namun setelah Mamah mengatakan itu aku kembali meremas-remas payudara Mamah.

Untuk memecahkan keheningan, aku mengajak Mamah mengobrol, namun aku tetap meremas-remas payudara Mamah.

"Mamah hari ini ke Rumah Sakit jam berapa?" tanyaku basa-basi.

"Ummhh... Soree kakk... Ummhhhh...." jawab Mamah yang diselingi dengan desahannya, ternyata Mamah sudah mulai menikmatinya.

"Mmmhh.... Harii inii kakakk mauu kemana??... Ummhh...." lanjut Mamah bertanya kepadaku.

"Nggak tau deh, Mah. Tapi sekarang aku lagi pengennya mainin tetek Mamah dulu hehehe" balasku sejujur-jujurnya dan Mamah malah tertawa.

"Hahahaha, yaudah lah terserah kakak aja... Mmmhhh...." jawab Mamah dan dilanjut dengan desahannya, Mamah benar-benar menikmati remasanku sepertinya.

"Mamah"

"Mmmhh... Iyaa kakk??"

"Boleh dikeluarin nggak teteknya?" tanyaku yang sangat beresiko, fingers crossed.

"Ummhh... Bolehh... Tapii sebisaa mungkinnn jangann netekk lagii yaaa... Mmmhhh...." balas Mamah dengan senyum keibuannya, damn we've gotten too carried away.

Akupun melepas remasanku di dua semangka Mamah, dan Mamah langsung membuka seluruh kancing yang ada di dasternya. Setelah dasternya terbuka, Mamah langsung mengeluarkan kedua lengannya melewati dasternya yang membuat payudara besarnya yang tidak menggunakan BH kini terekspos. Aku menelan ludah, akhirnya payudara besar ini keluar dari sarangnya.

"Nih, requestnya udah Mamah turutin yaa" ucap Mamah dan tanpa memberitahu Mamah, aku langsung menarik tubuh Mamah hingga Mamah menjadi terlentang, dan aku langsung menindih tubuh Mamah.

"Kakkk, ngapainnn??" tanya Mamah yang kaget terhadap perlakuanku.

"Pengen begini aja mainin teteknya, gapapa kan Mah?" balasku kembali bertanya.

"Terserah kakak aja dehh" jawab Mamah tersenyum, dan aku memulai pekerjaanku.

Aku mulai kembali meremas-remas payudara Mamah, dan kali ini aku juga menyelingi remasanku dengan pilinan di putingnya hingga Mamah menjerit kecil.

"Ummmhh... Kakkk..."

"Kenapa, Mahh???"

"Kakakk bukkaa celanaa yaaa??" tanya Mamah.

Oh iya, aku lupa aku hanya mengenakan boxer saat tidur. Kontolku kini berada diantara perutku dan perut Mamah. Akupun menjelaskannya ke Mamah.

"Nggak, Mah. Aku pake boxer doang pas tidur tadi" balasku dan kulihat Mamah tersenyum.

"Ummhh.... Burungg kamuu nggakk kalahh gedee samaa punyaaa ayahhh kakk... Mmmhhh..." ucap Mamah sambil mendesah.

Melihat Mamah yang sudah terlalu terbawa suasana ini, aku langsung mengarahkan mulutku menuju salah satu putingnya. Mamah yang tadinya memejamkan matanya pun langsung membuka matanya karena kaget.

"Ummhh... Kakakkk... Kokk netekk lagiii???.... Ahhh..." desah Mamah yang terkejut.

Aku tidak menjawab perkataan Mamah, namun aku terus melanjuti jilatanku di putingnya, dan memilin salah satu puting yang tidak kuhisap. Mamah yang tadinya seperti ingin menyudahi malah mengelus-elus rambutku dan menggelinjang keenakan.

"Mmmhh... Kakakk... Ahhhh...."

Aku menyudahi kulumanku di puting Mamah, dan aku langsung menjilati seluruh permukaan payudara Mamah. Sambil menjilati payudara Mamah, aku mulai menaikkan daster Mamah hingga tersingkap sampai celana dalamnya terekspos. Kini selangkangan kami bersentuhan, dan aku mulai menggesek-gesekkan kontolku di memek Mamah yang masih tertutupi celana dalamnya.

"Ahhh... Kakkk.... Udhahh... Jangann lebihh jauhh darii iniii.... Ummhhh..." desah Mamah yang kuhiraukan.

Aku terus menjilati payudara Mamah dan aku kembali mengulum puting Mamah yang tadi belum kukulum. Sambil mengulum puting Mamah, aku menurunkan boxerku supaya kontolku bisa benar-benar menggesek celana dalam Mamah.

" Ummhh... Kakakkk... Udahhh... " ucap Mamah mengingatkanku.

Aku yang menghiraukan perkataan Mamah pun kini mulai menarik celana dalam Mamah, namun tiba-tiba Mamah menahan tanganku.

"Ummhh... Kakk... Nggak bolehh..." ucap Mamah sambil menahan tanganku, dan tangan Mamah yang satunya mengangkat kepalaku.

"Nggak boleh yaa, kakk. Yang dibawah cuma boleh buat Ayah kamuu..." kembali ucap Mamah mengingatkanku supaya tidak lebih jauh dari ini.

"Iya, Mah. Maaf ya aku udah lancang" balasku yang mulai menyadari tentang apa yang kulakukan.

"Iyaa, sayang. Ngga papa kok, tapi lain kali jangan lancang lagi yaaa" jawab Mamah tersenyum kepadaku sambil mengelus-elus kepalaku dan menyuruhku untuk berdiri.

Saat aku mengangkat tubuhku, Mamah langsung melihat kearah selangkanganku dan Mamah seperti terkejut melihat ukuran kontolku.

"Pantess berani bandell, burungnya segede terongg" ucap Mamah gemas sambil mencubit-cubit pipiku.

"Ehehehee, nurun dari Ayah nggak nih, Mah?" tanyaku namun Mamah hanya tersenyum dan tidak menjawab pertanyaanku.

Aku kembali merapikan boxerku, dan Mamah juga kembali mengenakan dasternya. Setelah itu, Mamah langsung berjalan keluar kamar, namun sebelum Mamah membuka pintu, aku bertanya ke Mamah.

"Mamah"

"Kenapa, kak?"

"Kalo nggak boleh lancang, berarti boleh dong kalo izin dulu?" tanyaku yang niatnya hanya bercanda, namun Mamah tidak menjawab, hanya mengedipkan satu matanya.

"Maksudnya apa tuh, Mah?" tanyaku, namun Mamah tidak menjawab, hanya tersenyum.

"Mamah mau bikin sarapan dulu, ya" ucap Mamah dan kemudian Mamah keluar dari kamarku.

What was that?

-----
(siangnya)

Siang ini, hanya ada aku dan Mamah berdua di rumah. Ayah dan Bella sedang pergi ke kota lamaku karena Ayah ingin mengambil beberapa barang yang sempat dititipkan di kantor Ayah, dan Bella yang ingin mengambil ijazah juga ikut dengan Ayah. Sepertinya juga Ayah dan Bella akan pulang malam karena Ayah ingin mengajak Bella main disana dulu.

Saat ini aku sedang membuat makan siang untukku dan Mamah. Tak lama setelah aku selesai masak, Mamah keluar dari kamarnya sudah berpakaian rapi, kemeja yang ditutupi dengan jas dokter, rok syar'i dan jilbab panjang. Mamah pun langsung menghampiriku.

"Ihh co cwit bangett Mamah dimasakinn" ucap Mamah saat hendak duduk di kursi meja makan.

"Sekalian aja, daripada Mamah nanti makannya diluar" balasku dan aku langsung duduk berhadapan dengan Mamah di meja makan.

Saat kami makan, aku memerhatikan Mamah yang sudah berpakaian rapi ini. Semenjak aku kecil dulu, aku memang tau kalau Mamah cantik, namun di umurku yang sekarang inilah aku baru menyadari betapa cantiknya Mamah. Ayah beruntung banget bisa ketemu sama perempuan cantik begini. Mamah pun juga sepertinya menyadari kalau aku memerhatikan Mamah.

"Kenapa ngeliatin Mamah ampe begitu banget sih, kak?" tanya Mamah.

"Sekarang aku paham kenapa banyak pasien Mamah yang cowok" ucapku.

"Kenapa emang?"

"Mamah cantik banget" jawabku yang membuat Mamah tertawa.

"Hahahaha, nggak lah, lagian juga sekalinya cowok juga pasti udah punya istri sama anak kali, kak" balas Mamah.

"Lah nggak nutup kemungkinan ya, kali aja pasien Mamah nya juga idung belang, apalagi yang waktu itu sampe ngajakin Mamah ketemuan mulu, hayoo" ucapku meledek Mamah.

"Hahaha, nggak kok, dia juga udah nggak pernah ganggu Mamah lagi soalnya nomernya udah Mamah blokir" ucap Mamah yang membuatku lega.

"Lagian juga idung belangan mana sama kamu? Netek sama Mamah" ledek Mamah yang membuatku tersedak.

"Uhuk, uhuk, ampe keselek aku. Tapi namanya anak muda juga wajar kali Mah gampang terangsang begitu hehehe" balasku bercanda.

"Hahaha, iya Mamah paham, kok. Tapi kamu juga harus punya batasan dong kak, nggak semua perempuan bisa kamu ajak begitu" ucap Mamah dengan nada keibuannya yang seperti memukul kepalaku.

"Umm... Tapi Mamah nggak marah kan sama kelakuan aku yang kayak gitu?" tanyaku gugup.

"Nggak, kok, kak. Tapi Mamah nggak suka aja kalo kamu caranya tiba-tiba begitu" jawab Mamah tersenyum.

"Berartii..."

"Iya, kak. Kamu pasti paham kok sama perkataan Mamah, tapi jangan sering-sering yah. Yaa meski Mamah juga keenakan digituin, tapi nggak baik kalo sering-sering" ucap Mamah dengan tatapan meledek.

"Horee" balasku bercanda.

"Tapi inget ya, kak. Kamu harus paham sama batasan, okey?" tanya Mamah sambil mengacungkan jari kelingking, aku tidak menjawab perkataan Mamah, hanya membalas jari kelingkingnya yang membuat Mamah tersenyum.

"Eh udah jam segini, Mamah berangkat ya kak" ucap Mamah yang kemudian menjulurkan tangannya menyuruhku salim.

"Iyaa, Mah. Hati-hati di jalan yaa" jawabku dan setelah aku menyalimi Mamah, Mamah langsung bergegas keluar.

Setelah Mamah beranjak pergi, aku langsung mencuci piring dan beberapa alat masak yang kugunakan tadi. Sembari aku mencuci, aku kembali memikirkan perkataan Mamah tentang 'batasan' tadi. Tiba-tiba aku menjadi kepikiran, apakah aku sudah terlalu kelewatan mengentoti Bella? Atau apakah Mamah mengetahui tentang persetubuhan kami berdua sehingga Mamah berkata seperti itu? Aku terus memikirkan perkataan Mamah itu, namun hasilnya aku malah menjadi uring-uringan. Tapi sepertinya Mamah benar. Aku sudah terlalu melewati batas saat aku mengentoti Bella, dan meski akan susah untuk membangun kembali batasan yang sudah kuhancurkan, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk membangun 'batasan' ku, at least jangan sampai aku menjadi sering mengentoti Bella. After all, she's my Sister.

Setelah aku selesai mencuci, aku langsung menuju ke ruang tamu dan aku langsung menelepon Hani hanya untuk sekedar mengobrol dan bercerita tentang rumah baruku. Hani juga bercerita tentang bagaimana hari dia berlalu kemarin karena kemarin aku benar-benar tidak sempat mengabari Hani tentang bagaimana hariku berjalan. Selain itu, Hani juga mengabariku kalau Ummi ingin Bella tinggal bersama Hani di apartemennya, dan aku langsung meng-chat Mamah dan Ayah menceritakan hal tersebut.

Saat aku dan Hani teleponan, kudengar ada orang yang mengetuk pintu rumahku, dan setelah aku mengabari Hani, aku langsung membukakan pintu.

"Loh, mas Ikhsan? Kenapa mas?" tanyaku.

"Kita main lawan RW lain sekarang, Bay. Lu bisa nggak?" tanya mas Ikhsan.

"Lah bukannya kemaren baru main?"

"Kemaren mah main se RW kita doang, Bay. Lu bisa main nggak sekarang?" jawab mas Ikhsan yang kemudian bertanya.

"Bisa, sih. Yaudah nanti gua nyusul ke lapangan ya" balasku dan mas Ikhsan mengiyakan, dan sebelum mas Ikhsan pergi, dia bertanya kepadaku nomer berapa yang kuinginkan di jersey tim RW ku, dan tentu saja aku memilih nomer 41. Tribute to Sum 41 band favoritku.

Mas Ikhsan langsung pergi ke lapangan, dan aku kembali menuju hapeku untuk bicara dengan Hani.

"Sayang, aku diajak main Bola lagii sama anak-anak" ucapku.

"Ihhh aku pengen nontonnn" balas Hani dengan nada sebal dan sedih.

"Makanyaa main kesinii"

"Iyaa dehh, minggu depan aku main kesana yaaa" ucap Hani.

"Okayy, yaudahh aku jalan dulu yaaa, dadahh" jawabku pamit.

"Iyaaa, semangatt yaaa, dadahh" balasnya dan Hani langsung mematikan teleponnya.

Aku langsung mengemas barang-barangku, dan aku langsung berangkat ke lapangan. Sesampainya di lapangan, ternyata para pemain sudah melakukan pemanasan dan permainan akan segera dimulai.

"Pirlo! Buruan pemanasan, udah mau mulai!" teriak pelatihku menyuruhku untuk langsung bersiap-siap.

--

Pertandingan kali ini tidak berjalan semudah seperti pertandingan kemarin, namun kami tetap bisa memenangkan pertandingan ini. Di babak pertama, mereka bisa mencetak 3 gol berkat pemain bertahan di timku yang sering lengah. Namun setelah mas Ikhsan masuk ke dalam lapangan, pertahanan tim kami berubah menjadi lebih solid. Saat babak pertama kami tidak bermain dengan nyaman karena aku sebagai Regista tidak diberi ruang untuk bermain dengan nyaman. Namun pada babak kedua tim lawan tidak memberi pressure separah babak pertama jadi aku bisa mengeluarkan sisi Pirlo di dalam diriku.

Selain itu, aku dengan Alif kini sudah menemukan chemistry, hingga kami bisa memutar balik skor hingga kami menang 4-3, dan 4 gol tersebut dicetak oleh Alif dan akulah yang menciptakan semua assist dari gol tersebut.

Setelah selesai permainan, aku langsung duduk dibawah pohon rindang yang sering kami gunakan untuk istirahat, dan tiba-tiba ada yang menyodorkanku minuman.

"Nih, kamu haus kan?" ucap orang tersebut sambil memberiku minuman ber-ion, dan aku langsung menoleh kearah orang tersebut, tak kusangka orang tersebut ternyata adalah....

"Loh kak Liya?!?" tanyaku yang sangat terkejut, dan kak Liya hanya tertawa kecil.

--
Kak Liya


=====

"Et dahh si Liya ya, ada anak baru ganteng dikit langsung dipepet" ucap salah seorang bapak-bapak yang berada di tim ku.

"Hahaha, nggak kok, Pah. Ini adek tingkat aku di kampus" jawab kak Liya menjawab perkataan orang yang ternyata adalah ayahnya, dan setelah itu kak Liya duduk di sampingku.

"Pas ayah aku cerita ada anak baru pindah disini namanya Bayu jago main bola, tiba-tiba aku kepikiran apa jangan-jangan itu kamu, ternyata bener toh" ucap kak Liya sambil menepuk pahaku.

"Kakak bukannya tinggalnya di ibukota ya? Kakak satu sekolah sama Hani kan?" tanyaku.

"Nggak, kok. Hani yang sekolahnya di daerah barat, makanya kita bisa satu sekolah" jawab kak Liya menjelaskan.

"Buset, sempit banget dunia ya" balasku yang membuat kak Liya tertawa.

Kami mengobrol cukup lama, dan kak Liya juga menjelaskan kenapa kak Liya jarang terlihat di kampus semester kemarin, ternyata kak Liya mengambil PKL di tempat yang tidak jauh dari sini, sehingga kak Liya selama 3 bulan tinggal di rumahnya. Rumah kak Liya juga ternyata berada di gang sebelah gang rumahku, jadi rumah kami juga cukup dekat.

Berhubung langit sudah mulai menggelap, aku memutuskan untuk pulang. Akupun langsung berpamitan dengan orang yang berada di lapangan, dan setelah itu aku pamit dengan kak Liya.

"Kak aku balik, ya" ucapku.

"Iyaa, eh Bay, nanti malem mau makan keluar nggak?" tanya kak Liya mengajakku makan keluar malam ini.

"PEPET TEROSSS!!" ledek mas Ikhsan dan mas Riza bersamaan.

"Ih berisik lo pada ye, bilang aja iri" jawab kak Liya balik meledek.

"Hahaha, yaudah deh kak, nanti kabarin aja ya" jawabku dan aku langsung beranjak pulang.

--

Malamnya, aku dan kak Liya janjian untuk bertemu di depan gang. Kak Liya malam ini mengenakan pakaian yang meliputi jilbab instan, kaus yang ditutupi dengan bomber berwarna hitam, dan celana piyama.

"Mau makan dimana, kak?" tanyaku.

"Ada ayam bakar enak di deket sini, kamu mau?" balik tanya kak Liya.

"Boleh deh" jawabku, dan menggunakan motorku, kami langsung berangkat.

Sesampainya di tempat makan tersebut, aku dan kak Liya langsung memesan makanan dan setelah itu kami berdua dudk di pojok.

"Kak Liya udah nggak pernah dapet kabar dari mas Rizky lagi, kak?" tanyaku membuka pembicaraan.

"Nggak, Bay. Semenjak kita putus juga aku nggak pernah tertarik nyari kabar dia lagi" jawabnya.

"Berarti kakak fokus sama mas Surya aja sekarang?"

"Iya, ayah aku juga seneng banget ngeliat aku sama mas Surya hubungannya ke jalan yang lebih serius ketimbang sama Rizky" balas kak Liya.

Tak lama kemudian, makanan kami sampai dan kami langsung melahap makanan kami. Disaat kami makan, kak Liya bertanta kepadaku.

"Kamu udah ada rencana mau PKL dimana, Bay?"

"Belom sih kak, tapi kayaknya mau nyari yang nggak jauh-jauh aja" jawabku.

"Di tempat aku ajaa kalo gitu, aku sama pak Jarwo di rekomen disitu soalnya, lumayan dikasih uang pegangan juga sama pak Jarwo kalo mau PKL disitu" suruh kak Liya.

"Yehh dia ngasih pegangan karena kak Liya cewek kali hahaha" jawabku bercanda.

"Hahahaah nggak kok, Bay. Aku malah kalah dikasihnya sama temen aku yang cowok, asli kamu disitu aja, Bay" kembali ucap kak Liya meyakinkanku.

"Iya kak, iyaa, nanti aku pikirin lagi. Tapi kakak nggak tertarik PKL di kota sana?"

"Nggak, sih. Mas Surya juga udah nyuruh aku PKL disana aja, tapi aku nggak mau" jawab kak Liya.

"Lah kenapa?"

"Mas Surya sih ngomongnya biar gampang ketemu sama dia, berhubung dia orang sana juga, tapi aku pengennya yang deket rumah aja" balasnya.

"Berarti 3 bulan mas Surya nggak dikasih jatah dong?" tanyaku bercanda yang membuat kak Liya tertawa.

"Hahahaha, apaan sih? Mas Surya mah orangnya nggak mau sering-sering tau, kadang juga aku yang mancing pengen main" jawab kak Liya tertawa.

"Waduhh hahaha, terus kalo kakak lagi pengen pas lagi PKL gimana?" tanyaku memancing.

"Ya gimana lagi?"

"Ya gimana, kak?"

Kak Liya sempat tertawa sebentar, dan kak Liya menjawab pertanyaanku sambil menutup mulutnya seperti ingin membisik supaya tidak terlihat oleh orang yang duduk di depan kami.

"Colmek" bisik kak Liya yang tiba-tiba membuatku ngaceng.

"Berarti kakak kangen ama yang kayak gini dong?" ucapku sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng dan kak Liya juga langsung melihat kearah kontolku.

"Yaampun, udah gede ajaa..." bisik kak Liya.

"Kakak tingkatnya bandel soalnya hahaha" jawabku dan kak Liya tertawa sambil memukul tanganku.

--

Selesai makan, kak Liya mengajakku untuk langsung pulang. Namun aku ingin pergi ke minimarket terdekat dulu karena ada beberapa perlengkapan mandi yang ingin kubeli.

"Ke alf* dulu ya kak" ucapku dan kak Liya mengangguk.

Ternyata lokasi minimarket masih berada di dekat jalan besar, jadi sepertinya akan melelahkan jika jalan kaki. Setelah aku membeli apa yang kubutuhkan, aku dan kak Liya langsung beranjak pulang. Sepanjang perjalanan, kak Liya selalu menyandarkan kepalanya di bahuku, dan kak Liya terkadang memeluk tubuhku. Aku melihat wajah kak Liya melewati spion, kulihat kak Liya tersenyum seperti merasa nyaman dengan posisi kami saat ini.

Singkat cerita, kini kami sudah sampai dirumahku, dan benar saja ternyata belum ada yang pulang. Aku tadinya ingin mengantar kak Liya pulang kerumahnya, namun kak Liya ingin mengetahui sebelah mana rumahku.

"Kak Liya mau langsung pulang aja?" ucapku setelah menunjukkan rumahku.

"Kamu nggak papa sendirian? Mau aku temenin dulu, nggak?" tanya kak Liya.

"Nggak enak, kak. Udah jam segini juga kan"

"Nggak papa udah aku temenin dulu ya" balas kak Liya dan dia mengedipkan salah satu matanya.

Kami bertatapan sebentar, dan setelah aku paham dengan apa yang kak Liya maksud, kami langsung tertawa dan setelah itu kami beranjak masuk ke rumahku.

Aku langsung menduduki sofa yang berada di ruang tamu ini, dan kak Liya mengunci pintu serta gorden sebelum duduk disampingku.

"Di ruang tamu banget, nih?" tanya kak Liya yang tak kujawab saat dia duduk disampingku.

Tanpa ada yang mengomando, kami berdua langsung mulai berciuman liar. Aku langsung memegang kepala kak Liya dan kak Liya memeluk tubuhku.

"Ccupphh... Ccupphh... Ccupphh..."

Kak Liya langsung menarik tubuhku, dan kini kak Liya berbaring dan aku menindih tubuhnya dari atas. Tanganku yang tadinya berada di kepalanya langsung kupindahkan menuju payudaranya yang masih tertutup kaus, dan aku langsung meremas-remas payudaranya.

"Ccupphh... Ccupphh... Bayuuu... Sebentarrr...." ucap kak Liya melepaskan ciuman kami, dan dia langsung kembali duduk.

Saat kak Liya duduk, aku langsung menurunkan celanaku beserta celana dalamnya, dan kak Liya hanya melepaskan BH nya. Kak Liya langsung menaruh BH nya di meja kecil dan setelah itu kami lanjut berciuman.

"Ccupphh... Bayy... Remesinnn tetekk akuu lagiii..." pinta kak Liya yang kuturuti.

Aku memindahkan tanganku yang sedang berada di perut kak Liya, dan melewati kausnya, aku mulai meremas-remas payudara kak Liya yang mulus ini.

"Ccupphh... Ummhh... Ccupphh..."

Kak Liya kini mulai mengocok-kocok kontolku yang sudah bebas, dan sambil mengocok kontolku, kak Liya juga menurunkan celana beserta celana dalamnya yang langsung dia lempar entah kemana.

"Ccupphh... Ccupphh... Langsung masukkin aja ya kakk..." ucapku pelan, dan kak Liya mengangguk.

Kak Liya langsung menidurkan badannya di sofa, dan membuka kakinya lebar-lebar, mengekspos memeknya dengan jembut yang jauh lebih lebat dari saat aku pernah ngentot dengannya saat olimpiade. Aku langsung memindahkan tubuhku menuju antara kedua pahanya dan mulai mengelus-elus bulu-bulu ini.

"Terakhir aku liat ininya masih belom kayak hutan" candaku sambil mengelus-elus jembutnya.

"Hahahaha, yang penting kan yang isi ininya" jawab kak Liya sambil membuka bibir memeknya.

Sebelum aku memasukkan kontolku, kak Liya memainkan memeknya dulu dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya dia gunakan untuk mengocok kontolku. Kak Liya meludahkan tangan kanannya, dan dia menggunakan ludah itu sebagai pelumas untuk mengocok kontolku.

"Uhhh... Gedee bangett sihhh..." ucap kak Liya lirih.

Kak Liya menyudahi kocokannya, dan kak Liya menaruh tangannya ke samping kepalanya. Kak Liya sudah siap untuk dipenetrasi.

"Ayoo... Masukkin Bayy... Keburuu orang di rumah kamuu pulangg..." pinta kak Liya.

"Apanya yang dimasukkin?" ledekku.

"Kontol kamuuu... Masukkinn ke memekk akuuu... Buruann... " jawab kak Liya merengek, sepertinya dia sudah sangat sange.

"Kasiann, udah lama banget nggak dikasih jatah, ya?" kembali ledekku yang membuat kak Liya sebal namun tersenyum.

Aku mulai memposisikan kontolku ke depan memeknya, dan ketika ujung kontolku sudah berada di depan gerbang kenikmatan ini, aku menggesek-gesekkan kontolku di permukaan memeknya terlebih dahulu.

"Ummhh... Bayy... Buruann masukkinnn..." rengek kak Liya.

Mengingat kondisi yang sangat mepet ini, aku mulai memasukkan kontolku ke dalam memeknya. Baru kepalanya saja yang masuk, kak Liya sudah melenguh.

"Ahhh...."

Aku makin memperdalam kontolku ke memeknya, dan ketika kontolku masuk setengahnya, aku langsung menghentakkan kontolku sepenuhnya hingga kak Liya menjerit.

"AHHHH.... BAYUU TIBA-TIBAA BANGETTT..." jerit kak Liya ketika kontolku sudah masuk sepenuhnya.

Aku memulai genjotanku dengan tempo pelan, dan kak Liya langsung menaikkan kausnya hingga mengekspos payudaranya yang sudah tidak tertutup BH.

"Ummhhh... Ahhhh..." desah kak Liya.

"Hhhh... Hhhh... Akhirnyaa memek kakak ngerasainn dimasukkin kontoll lagii yaa kakk" ledekku sambil menggenjot memeknya.

"Ummhh... Iyaa... Mmmhh... Kontolnyaa gedee lagiii... Uhhh cepetinn Bayy..." jawab kak Liya memintaku untuk mempercepat hujamanku.

Aku langsung meng-grip kedua payudaranya, dan aku mempercepat genjotanku hingga kak Liya menggelinjang dan kak Liya menyilangkan kakinya di belakang punggungku.

"UMMMHH... IYAA TERUSS BEGITUUU BAYY... AHHH KONTOLL KAMUU ENAKK BANGETTT.... ENNAKKK DIENTOTT KONTOLL GEDEEE..." jerit kak Liya cukup kencang namun sepertinya tidak akan terdengar sampai keluar rumah.

"Hhhh... Hhh... Iyaa kakk... Enakk jugaa ngentotinn kakak tingkattt..." balasku yang juga mulai merasa keenakan.

"Ummhhh... Iyaaa... Puass-puasinnn... Nantii pas kuliahh memekk akuu udahh punyaa mas Suryaaa... Ahhhh... Akuu dikitt lagiii keluarrr..." desah kak Liya.

Aku mempercepat entotanku di memek kak Liya, dan kak Liya yang sudah akan mencapai orgasme pertamanya langsung menciumi leherku sambil mendesah.

"Ccupphh... Ccupphh... Ahhh Bayy... Akuu keluarrr... AHHH..." lenguh kak Liya ketika dia mencapai orgasmenya.

Kak Liya langsung menjatuhkan tubuhnya ke sofa lagi, dan cairan orgasmenya membasahi kontolku. Akupun mencabut kontolku untuk membiarkan kak Liya beristirahat.

"Hhhh.... Hhhh... Akhirnyaa akuu udah nggak ngerasa ada yang kurang..." ucap kak Liya terengah-engah yang membuatku tertawa.

Setelah kak Liya selesai beristirahat, kak Liya mengajakku untuk melanjuti persetubuhan kami.

"Hhhh... Hhhh... Lanjut, nggak?" tanya kak Liya.

"Lanjut, lahh. Nungging kak, aku pengen masukkin dari belakang" jawabku dan kak Liya langsung memindahkan posisinya menjadi menungging.

Aku mulai menggesek-gesekkan kontolku di memeknya, dan terkadang aku menggesek-gesek lubang analnya juga. Muncul ide isengku untuk menekan-nekan anusnya, namun kak Liya langsung menyuruhku berhenti.

"Bayu kalo kamu berani nganalin aku, aku bakal teriak yang kenceng biar warga kesini" ucap kak Liya tegas yang membuatku tertawa.

"Ih galak banget, iya deh aku nurut" balasku, dan aku langsung memasukkan kontolku ke memeknya.

"Ummhh... Masukk laggiii..." lenguh kak Liya.

Aku langsung menggenjot memek kak Liya dengan kecepatan sedang, dan kak Liya menaikkan kepalanya keatas yang kuduga ingin mencium bibirku. Akupun mendekatkan kepalaku ke kepala kak Liya yang masih tertutup jilbab dan kami kembali berciuman.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Setelah kak Liya sudah puas menciumi bibirku, kak Liya kembali menungging menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan. Akupun mempercepat genjotanku di memek sempitnya ini hingga kak Liya yang tadinya menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan melepas tumpuannya dan menjatuhkan kepalanya ke sofa.

"Uhhh... Iyaaa begituu... Cepetinn lagiii.... Ummhhhh.... Akuu lemess bangett.... Ahhh...." desah kak Liya.

Aku mempercepat genjotanku menjadi secepat yang kubisa, dan kak Liya yang makin keenakan langsung membenamkan wajahnya ke bantal yang berada di dekatnya. Bahkan sepertinya kulihat kak Liya menggigit bantal tersebut.

"URGGHHH... AHHH ENAKK BANGETTT... TERUSSINNN BAYY..." jerit kak Liya yang tertahan bantal.

Melihat pantat mulusnya yang cukup besar ini bergoyang-goyang seiring aku menggenjot memeknya, aku menjadi gemas untuk menampar-nampar pantatnya.

*Plakk!...*

"UMMHH... Tampar lagiii..." ucap kak Liya.

*Plakk!!... *

"UMMHH... Lagiii..."

*PLAKK!!... PLAKK!!.... PLAKK!!... * tamparanku di pantat kak Liya tiga kali beruntun yang lebih keras dari sebelumnya, dan setelah itu aku mengentoti memeknya secepat dan sedalam mungkin hingga kak Liya menjerit-jerit.

"AHHH... YESS.. YESS.. YESS.. YESS.. YESS.. AHHHH AKUU KELUARR LAGIII..." jerit kak Liya yang tertahan bantal setelah dia mencapai orgasme keduanya.

Aku menghiraukan kak Liya yang sedang orgasme, dan aku terus menghujam memek kak Liya hingga bahkan karena saking lemasnya, kedua lutut kak Liya sudah tidak kuat untuk menumpu tubuhnya.

"Ummhh... Hhhh... Hhhh... Gaadaa capenyaa inii anakkk..." ucap lirih kak Liya yang kulihat tersenyum memejamkan matanya.

"Hhhh... Hhhh... Kann katanyaa suruhh puas-puasinnn..." jawabku dengan suara pelan, dan kak Liya tidak menjawab perkataanku, mungkin sudah terlalu lemas.

Sudah 10 menit aku terus mengentoti memek kak Liya, kurasakan kalau akhirnya pejuku akan segera keluar. Akupun langsung mengabari kak Liya.

"Hhhh... Kakk... Akuu udahh mauu keluarrr..." ucapku terengah-engah.

"Ummmhh... Iyahhh... Jangann keluarinn di dalemm yaaa... Uhhh akhirnyaa capee jugaaa..." jawab kak Liya.

Aku mempercepat genjotanku, dan tak lama kemudian pejuku akan segera keluar. Aku langsung mencabut kontolku dan mengocoknya. Tak butuh waktu lama bagiku untuk segera ejakulasi, dan aku membuang pejuku diatas bomber hitam yang masih kak Liya kenakan.

"Ahhh aku keluarrr..." lenguhku.

Setelah aku ejakulasi, kak Liya langsung membalikkan badannya dan merebahkan dirinya diatas bantal yang tersandar di ujung sofa, dan aku langsung berdiri berjalan menuju kak Liya meminta kak Liya untuk menjilati kontolku. Kak Liya pun langsung paham dengan apa maksudku dan dia mulai menjilati dari ujung kontolku yang masih terdapat sedikit peju.

"Slrrpp... Slrrpp..."

Kak Liya yang tadinya hanya ingin membersihkan kontolku dari peju malah akhirnya menjilati seluruh bagian kontolku hingga tidak ada spot yang tertinggal. Setelah kak Liya puas menjilati kontolku, aku kembali duduk di sofa dan kak Liya memainkan memeknya menggunakan tangannya.

"Hhhh... Hhhh... Dunia sempit banget ya, Bay" ucap kak Liya kepadaku.

"Iya, kayak memek kakak" jawabku dan kami berdua tertawa-tawa.

Aku kembali mengenakan celanaku, dan setelah itu aku beranjak mengambilkan celana kak Liya yang sudah selesai memainkan memeknya.

"Kakak kayaknya puas banget abis main tadi, ya?" tanyaku yang kemudian duduk menyandarkan tubuhku sambil melihat ke langit-langit.

"Ya gitu deh, Bay. Asli kakak kayak ada yang janggal aja rasanya berapa bulan nggak dikasih jatah, apalagi pas kakak balik dari PKL pas mau bikin laporan mas Suryanya juga nggak bisa sering ketemu" jawab kak Liya sambil mengenakan celananya, sekarang aku paham bagaimana perasaan kak Liya setelah berapa bulan dianggurkan.

Setelah kak Liya mengenakan celananya, kami langsung membereskan kekacauan yang kami hasilkan dari persetubuhan kami. Setelah itu, kak Liya ingin segera pulang, namun kak Liya memintaku untuk mengantarkannya pulang.

"Bay, anterin aku pulang dong, asli aku masih lemes banget" pinta kak Liya, dan setelah itu kami beranjak keluar dan aku mengantar kak Liya sampai ke rumahnya.

"Ahhh, akhirnya di rumah juga. Makasih ya Bay" ucap kak Liya saat dia turun dari motorku, dan setelah itu kak Liya langsung beranjak masuk kedalam rumahnya, namun sebelum kak Liya membuka pagar rumahnya, aku memanggil kak Liya.

"Kak"

"Kenapa, Bay?"

"Makasih ya udah dikasih jatah" ucapku tersenyum, dan ucapanku juga membuat dirinya tersenyum.

"Aku yang makasih, Bay. Udah kamu balik sana" jawab kak Liya menyuruhku pulang.

-

Sesampainya di rumah, kulihat dari kejauhan mobil Mamah sedang menuju kearah sini, dan aku langsung membukakan pagar. Setelah Mamah keluar dari mobilnya, Mamah langsung berjalan menuju kepadaku.

"Kamu abis dari luar, kak?" tanya Mamah.

"Iya, Mah. Tadi aku abis makan sama kak Liya" jawabku.

"Kak Liya siapa?"

"Dia kating aku, ternyata rumah dia ada di gang sebelah" jawabku menjelaskan.

"Oalah, padahal Mamah udah beliin kamu burger nih" balas Mamah menyodorkanku plastik berisikan burger, kentang, dan minuman.

"Halah Mamah kayak nggak tau aku aja, pasti aku makan kok, makasih ya Mah" ucapku yang membuat Mamah tertawa, dan setelah itu Mamah langsung beranjak masuk ke dalam rumah melewati pintu yang berada di garasi.

Aku memasuki rumah melewati ruang tamu, dan setelah aku berjalan melewati sofa, aku baru menyadari kalau ternyata kak Liya meninggalkan BH nya di meja. Aku yang panik pun langsung melihat sekitar dan dengan cepat aku mengambil BH itu, kemudian aku berjalan cepat menuju ke kamarku.

Setelah memasuki kamarku, aku langsung membuka HP untuk mengabari kak Liya kalau BH nya ketinggalan. Aku memotret BH itu dan setelah itu langsung kukirim ke kak Liya.

"Kak ini gimana BH nya ketinggalan" ucapku melalui L*ne.

Tak lama kemudian, kak Liya pun langsung membalas chat.

"Yaampun wkwkwk lupaa aku" isi dari balasan kak Liya.

Aku hanya mengirimkan stiker tertawa untuk membalas perkataannya, dan tak lama kemudian, muncul notifikasi di HP ku bahwa kak Liya mengirimkan foto. Aku langsung membukanya, dan ternyata isi foto tersebut benar-benar membuatku terkejut.

Kulihat di foto itu kak Liya masih mengenakan seluruh pakaian yang dia kenakan tadi, hanya saja dia menaikkan kausnya hingga payudaranya terekspos.

"Pantes kayak ada yang kurang" isi pesan dibawah foto yang kak Liya kirim.

Tentu saja foto itu kusimpan, dan langsung kukirim ke hidden files-ku. Setelah itu, Kami chatting singkat, dan kak Liya menyuruhku untuk menyimpan BH itu terlebih dahulu sampai besok.

Setelah selesai chatting dengan kak Liya, aku langsung menelepon Hani untuk sekedar ngobrol, namun kulihat Hani kembali mengganti cover foto akun L*ne nya menjadi foto saat aku bermain sore tadi. Tak lama kemudian, Hani langsung mengangkat teleponku.

"Haloo sayangg, kenapa kok nelpon??" sapa Hani dari telepon.

"Haloo, nggak papaa pengen ngobrol aja. Aku mau nanyaa, ini kamu dapet foto aku pas main sore tadi dari siapa??" sapaku dan dilanjut dengan bertanya.

"Dari kak Liyaa hehehe. Kok kamu nggak cerita sihh kalian tetanggaan??" tanya Hani.

"Aku juga baru tau tadii sumpahh" jawabku dan setelah itu kami lanjut mengobrol kurang lebih dua jam hingga kami berdua sudah merasa ngantuk.

"Hoamm aku udah ngantukk, tidur yuk Bayy" ajak Hani.

"Hayukk, mau aku kelonin nggak tidurnya??" candaku.

"Mauuu, kangen banget dikelonin kamuu" jawab Hani dengan tipikal suara manjanya.

"Hahahaha, iyaa nanti kalo kamu nginep disini aku kelonin lagi sampe pagi"

"Ihhh jadi gasabar deh hahaha, yaudah aku tidur duluan yaaa, good night sayangg, muachh" ucap Hani 'mencium' ku lewat telepon.

"Good nighttt, muachh" balasku 'mencium' Hani lewat telepon, dan kudengar Hani tertawa sebelum akhirnya Hani mematikan teleponnya.

Setelah Hani mematikan teleponnya, aku langsung beranjak ke kamar mandi untuk mandi sekaligus mandi wajib, dan setelah itu aku kembali ke kamarku. Aku kembali mengambil hapeku, dan kulihat ada notifikasi Hani mengirimkan foto dan sebuah pesan. Aku langsung membukanya dan aku sekali lagi terkejut melihat apa yang Hani kirim.

Hani mengirimkan foto selfie dia dengan senyuman manisnya, dan kulihat Hani mengenakan piyama, namun Hani membuka semua kancing piyamanya dan terlihatlah payudaranya yang tidak menggunakan BH. Dibawahnya, terlihat pesan dari Hani yang bertuliskan 'Nanti pas aku dikelonin outfitnya kayak gini yaa hehe'.

Aku kemudian membalas chat Hani dengan pesan yang bertuliskan 'Gamau telanjang aja pas aku kelonin?', dan ternyata Hani langsung membaca chat-ku. Hani tidak membalas chat-ku cukup lama, dan tak lama kemudian Hani kembali mengirimkan aku foto selfie dengan pose yang sama seperti tadi, namun kali ini Hani sudah melepas atasan piyamanya dan kini Hani sudah topless.

"Begini?" pesan Hani tak lama setelah dia mengirimkan foto.

"Ihhh kok pacar aku jadi nakal ginii" jawabku melalui pesan singkat.

"Lagi kangennn soalnyaaa, ehehe, yaudah aku tidur yaaa sayang, good nighttt"

"Good nighttt sayang, mimpi indah yaa" balasku, dan Hani kemudian mengirimkan stiker love.

Tak lama setelah itu, aku menaruh hapeku di meja kecil disamping kasurku, dan aku langsung beranjak tidur.

Damn, what a wonderful day today is.

-To be Continued-

Bayu sungguh mujur banget ya hidupnya dikelilingin banyak wanita cantik dan seksy.... aaahh... ahhh....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd