Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-Breaking News!-

Hani


=====

Selama di perjalanan aku menjemput Hani, pikiranku selalu tertuju kepada ketiga orang tadi. Apakah mungkin? Apakah mereka orang yang memerkosa Hani saat itu? Kalau memang benar itu mereka, akhirnya setelah kurang lebih setengah tahun mereka memunculkan dirinya didepanku lagi. Tapi apakah mereka mengincarku karena aku menggagali pemerkosaan mereka saat itu? Atau selama ini aku adalah target utama mereka, dan Hani hanya mereka gunakan sebagai sarana untuk mereka mendekatiku? Ahhh kepalaku menjadi makin berputar.

Singkat cerita, kini aku sudah sampai di depan gedung fakultas Hani, dan kulihat Hani juga masih mengobrol dengan beberapa adik tingkatnya. Akupun langsung mengklakson supaya Hani sadar aku sudah disini, dan setelah itu kulihat Hani berpamitan dengan adik-adiknya kemudian Hani menghampiriku. Kulihat dari kejauhan Hani tersenyum melihatku, dan ketika Hani mulai mendekat, senyumnya perlahan memudar, hingga raut wajahnya berubah dari gembira, menjadi seperti khawatir.

"Kenapa, Han??" Tanyaku yang ikut khawatir juga.

"Ituu jidat kamu kenapaa sayangg??" Tanyanya panik, dan dia langsung membuka kupluk jaketku, dan ternyata aku baru menyadari kalau serangan nunchaku tadi menggores kepalaku hingga jidatku berdarah meski tidak mengucur deras.

"Hah yang mana??" Tanyaku pura-pura tidak tahu, dan Hani pun menyentuh luka tersebut.

"Yang inii, kamu abis ngapainn sayangg??" Balik tanyanya.

Akupun terpaksa berbohong karena jika aku bercerita kalau aku habis berkelahi, Hani pasti akan sangat marah kepadaku, apalagi kalau dia tahu aku berkelahi setelah bertemu dengan mas Farhan.

"Oooh ini? Kayaknya ini tadi bekas kepentok pas aku praktikum deh" Bohongku, dan Hani pun menjadi sedikit lebih tenang.

"Ihh kok bisa, sihh?? Lain kali hati-hati dongg" Jawabnya, dan setelah itu Hani naik ke motorku dan kami berangkat.

Kami baru saja hendak melewati jalan raya, namun tiba-tiba Hani bertanya kepadaku.

"Sayang, kamu nggak pake helm?"

Ohiya, aku lupa membawa helm saat ingin ke kampus tadi, dan aku harus melewati jalan raya kalau aku ingin mengantar Hani ke apartemennya.

"Ehiyaa lupa, kamu mau ke kontrakan aku dulu aja atau gimana?" Tanyaku.

"Boleh dehh, sekalian beli makan buat nanti malem yaa" Jawabnya, dan akhirnya kami memutar melewati jalan dalam menuju ke kontrakanku.

-----

Setelah kami sampai, aku langsung melihat Andre dan Rama baru saja mau berangkat keluar, dan sepertinya hanya aku dan Hani saja yang akan berada di rumah.

"Kalian berdua mau kemana?" Tanya Hani.

"Futsal, Han. Ikut nggak, Bay?" Tanya Rama kepadaku.

"Nggak dulu, deh. Yang lain pada kemana?" Balasku.

"Adi lagi makan sama Sindy, Faisal sama Fabio lagi ospek, asik deh kalian berdua bisa berduaan hahaha" Jawab Andre meledekku dan Hani.

"Hih ngeledek ya, udah sana futsal, udah gasabar mau berduaan sama Bayu nih, hahahha" Balas Hani tertawa, dan setelah itu Andre dan Rama berangkat, sementara aku dan Hani langsung beranjak masuk ke kamarku.

Hani langsung menaruh kedua tasnya, dan dia juga langsung membuka vest rajutnya, sementara aku langsung membuka kemejaku dan menaruhnya di keranjang baju kotor. Hani pun langsung menyuruhku mandi.

"Mandi, sayang, abis ini aku obatin luka kamu" Perintahnya, dan aku langsung membuka seluruh pakaianku hingga hanya tersisa celana boxerku, dan aku langsung menyadari banyak luka memar yang dihasilkan dari perkelahian tadi, dan aku langsung buru-buru memasuki kamar mandi.

"Sayang, sebentar deh" Ucap Hani, dan tiba-tiba Hani langsung menarik tanganku, dan tentu saja dia terkejut melihat ada luka di sekujur tanganku.

"Sayangg... Ini... Kenapa??" Tanyanya dan kembali kulihat wajahnya seperti sangat khawatir.

"Nggak kenapa-kenapa kok, aku mau mandi dulu yah" Jawabku berusaha menuju ke kamar mandi, namun Hani menarik tanganku, yang membuatku terpaksa harus berhadapan dengannya.

Hani terus memerhatikan sekujur tanganku yang penuh dengan bekas goresan, beberapa luka memar, dan mengecek tanganku yang satunya. Hani terus memerhatikan kedua tanganku, dan tiba-tiba raut wajahnya terlihat seperti dia menyadari sesuatu dan melihat kearahku dengan tampang jauh lebih khawatir.

"Sayang?" Ucapnya.

"Iya?"

"Kamu... Abis berantem, ya?"

"Ummm... Gimana ya" Jawabku bingung karena aku tidak tahu harus berbohong apalagi.

"Ihhh seriuss... Kamu abis berantem, kann??" Tanyanya dengan nada serius.

"Aduh... Iya dehh, iya aku abis berantem" Jawabku pasrah.

Raut wajah Hani pun tiba-tiba berubah menjadi sedih, dan kulihat matanya juga mulai berair.

"Hah... Sama siapa??" Tanyanya.

"Umm... Jadii... Tadi aku kaya diikutin orang, pas aku lari ternyata udah ada yang nungguin aku di gang di depan aku, aku ditarik sama dia terus akhirnya berantem deh" Jelasku, dan Hani makin terlihat sedih.

"Orangnya... Siapa?" Kembali tanyanya.

"Nggak tau, orangnya pake topeng tadi" Jawabku, dan tiba-tiba Hani langsung memelukku sambil menimbunkan wajahnya di dadaku, dan tentu saja aku membalas pelukannya.

Hani sempat terdiam sebentar, dan makin lama terdengar suara tangisan Hani yang makin lama makin kencang.

"Hikss... Hikss..."

"Loh, kamu kenapa nangis??" Tanyaku khawatir, dan Hani mulai mengangkat kepalanya menghadapku, dan kulihat wajah manis Hani dengan mata memerah sementara air matanya masih mengalir di pipinya.

"Hikss... Hikss... Kamuu nggakk papaa kann tapii?? Cumaa lukaa di tangann doangg kann??" Ucapnya pelan, sepertinya Hani memang sangat khawatir.

"Aku belom ngecek lagi, sih. Tapi semoga aja cuma luka di tangan doang" Jawabku singkat, dan Hani makin mempererat pelukannya.

"Kamuu tuhh... Jangann sering-sering ngebahayainn diri kamuu sendirii dongg... Hikss... Hikss..." Ucapnya terisak.

"Iyaaa... Maaf yaa kalo kamu jadi khawatirr" Balasku sambil mengelus-elus kepalanya yang masih tertutupi jilbab.

"Hikss... Hikss... Yaudahh... Kamu mandi dulu yaa... Nanti abis mandi aku obatin..."

"Mau mandi bareng, nggak?"

"Ihh udah mau maghribb, nanti kelamaan kalo kamu minta main dulu" Ledek Hani, dan akhirnya aku melepas pelukan Hani dan aku langsung beranjak mandi.

Selesai mandi, kulihat Hani sudah terlihat lebih segar dan dia kini sudah mengganti pakaiannya dengan pakaianku berupa hoodie, celana training-ku yang sudah kekecilan, dan sepertinya Hani juga mengambil kausku dari lemariku, berarti dia sudah mandi di kamar mandi luar.

"Loh kamu udah mandi, Han?" Tanyaku.

"Iyaa sayang, tadi aku takutnya kamu kelamaan terus aku mandi di kamar mandi luar, ih yang kamar mandi luar berantakan banget, aku beresin sekalian jadinya" Jawabnya menjelaskan.

"Hahahaha namanya juga kamar mandi rame-rame" Balasku, dan setelah itu aku duduk di kasur berhadapan dengan Hani.

Hani yang sudah mengambil kotak P3K pun mulai mengobati lukaku, yang sebenarnya tidak terlalu besar, namun terasa sedikit perih jika disentuh. Hani memulai dengan membersihkan lukaku dengan cairan antiseptik, dan setelah dibersihkan, baru Hani mengobati lukaku menggunakan bet*dine, dan pada saat itulah aku merasakan sedikit perih.

"Aduh Hani ditotol-totolnya jangan kenceng-kenceng, perih soalnya" Ucapku pelan.

"Ehhh ya ampun maaf maaf, sayang" Jawabnya latah, dan tak lama kemudian kedua tanganku selesai diobati, Hani langsung menanyakanku apakah luka di kepalaku mau diobati juga.

"Sayang ini yang dijidat mau diobatin juga, nggak?" Tanyanya, dan aku hanya mengangguk dan kemudian aku memejamkan mataku.

Hani pun kembali memulai pekerjaannya, dan aku tidak melihat apa-apa karena aku memejamkan mataku. Namun tiba-tiba, Hani tidak melanjutkan pekerjaannya dan seperti terdiam sesaat, dan ketika aku membuka mataku karena aku bingung dengan apa yang terjadi, tiba-tiba Hani langsung mencium bibirku.

*Ccupphh... Ccupphh...*

Aku yang tadinya terkejut pun kini mulai membalas ciumannya, dan kini Hani duduk di pangkuanku dan kami berdua kini berciuman mesra.

*Ccupphh... Ccupphh...*

Sambil terus berciuman, aku menarik kupluk hoodie yang sedang Hani gunakan sebagai pengganti jilbab, dan aku langsung menggeraikan rambut panjangnya, dan setelah itu tanganku kutaruh di kedua payudaranya, dan kuraba-raba pelan.

"Ccupphh... Ummhh.... Ccupphh..." desahnya yang tertahan.

Bosan meraba-raba, kini kedua payudaranya kuremas-remas, dan dan Hani mulai menjerit keenakan.

"Ccupphh... Ahhh... Ccupphh..."

Aku yang sudah pegal dengan posisi ini pun mengangkat tubuh Hani, dan aku langsung menidurkan tubuhnya, dan aku melepas ciumanku sekejap. Saat aku melepas ciumanku, aku mengelus-elus wajah manis Hani dan sambil melihat sekitar, aku melihat di mejaku disamping tas yang Hani gunakan tadi, terdapat pakaian-pakaian yang Hani kenakan saat kuliah, beserta dengan BH dan Celana dalamnya. Berarti...

"Kamu nggak make daleman?" Tanyaku singkat, dan Hani hanya menjawab dengan:

"Hehe" Jawabnya.

"Bandel, yah" Ledekku sambil memukul pelan hidungnya menggunakan telunjukku, dan setelah itu kami kembali berciuman.

Pada ciuman kali ini, tangan Hani tidak bisa diam. Terkadang dia memegang pipiku, kadang merangkul pundakku, dan bahkan kadang dia meraba-raba kontolku dari luar celana pendekku.

"Ccupphh... Ccupphh..."

Tanganku pun juga tidak ikut diam. Kini tanganku mulai bermain yang awalnya kutaruh di pipinya juga kini mulai bergerilya. Aku mulai mengelus-elus lehernya dengan lembut sembari berciuman, dan belaian itu perlahan menurun hingga belaianku berhenti di payudaranya yang masih tertutupi hoodieku. Akupun langsung meremasnya dengan lembut.

"Ccupphh... Ummhh... Ccupphh..." Desahnya yang masih tertahan bibirku.

Kami mulai terbawa suasana. Hani langsung sigap membuka kaus yang kukenakan dan langsung melemparnya entah kemana, dan aku juga berhubung Hani tidak menggunakan dalaman, aku langsung mengangkat hoodie Hani dan ternyata Hani tidak menggunakan kaus lagi dibawahnya, pantas rasanya tidak begitu tebal ketika kuremas payudaranya dari luar, dan aku langsung kembali meremas payudaranya.

"Ccupphh... Ahhh sayangg... Ccupphh... Ccupphh... Ummhh..." Desah manja Hani.

Sembari berciuman, aku mulai menurunkan celana training yang Hani kenakan, dan baru saja aku hendak menarik celananya, tiba-tiba terdengar suara azan dari luar, dan kami pun akhirnya terpaksa berhenti.

"Yah kentang" Ucapku kecewa dengan nada bercanda, dan disusul dengan tawa manis Hani.

"Hahahaha iya, nih. Lain kali kita lanjutin yah, yaudahh kamu wudhu sana, berjamaah ya" Jawabnya, dan setelah itu kami beberes dan kemudian kami menjalankan ibadah kami.

-----

Setelah kami sholat, kami memutuskan untuk keluar membeli makan, dan setelah itu aku dan Hani jalan-jalan menikmati suasana kota ini di malam hari. Selain itu kami juga menuju ke supermarket untuk membeli beberapa bahan masakan, dan sekitar jam 9 aku memutuskan untuk mengantar Hani pulang. Namun, baru mau belok kearah apartemen Hani, tiba-tiba Hani menepuk pundakku.

"Sayang, mau kemana?" Tanyanya.

"Kan mau nganter kamu pulang"

"Umm kayaknya aku mau nginep aja, deh?"

"Loh, kamu besok kuliah pagi, kan? Bajunya gimana?" Tanyaku.

"Nanti minta kirimin sama Bella ajaa" Jawabnya, dan setelah mendengar jawaban Hani, aku langsung memutar balik motorku dan langsung mengendarai motorku menuju kearah kontrakan.

Sesampainya di kontrakan, kulihat yang lain sudah pulang karena motornya sudah lengkap. Ketika aku dan Hani memasuki ruang TV, kulihat Andre dan Fabio sedang bermain PS. Akupun memutuskan untuk duduk disamping mereka berdua sementara Hani langsung menuju ke dapur untuk menaruh bahan-bahan makanan tadi.

"Darimana aja kalian berdua?" Tanya Andre.

"Nge date lah, kak. Lu nggak ngajakin Bella nge-date emang?" Ledek Fabio, dan Andre langsung menjitak kepalanya keras.

"Tai lu" Ucapnya ketus.

"Hahahaha bener-bener lu, Fab. Eh yang lain pada kemane? Kok nggak join main?" Tanyaku.

"Rama nugas, Adi tidur, Faisal lagi nggak tau ngapain. Lu mau join main nggak, kak?" Jawab Fabio, dan baru aku mau menjawab, tiba-tiba Hani langsung memotongku.

"Heh heh nggak boleh, kamu besok kelas pagi juga, kan?" Potong Hani, dan aku yang pasrah hanya bisa menurut dan terdengar tawa puas Andre dan Fabio.

"Nah gitu dong nurut, yaudah aku masuk kamar kamu ya" Lanjut Hani.

"Nginep, Han?" Tanya Andre.

"Iya, Dre. Kenapa emang? Mau nemenin Bella di apartemen?" Ledek Hani, dan kini aku dan Fabio langsung mentertawai Andre.

"Ah elah di-bully mulu akutu, syedih" Canda Andre, dan tak lama setelah itu aku juga ikut beranjak ke kamarku, dan kulihat Hani sudah berbaring dikasurku menggunakan selimut.

Akupun langsung menyusulnya, dan aku membuka jaketku terlebih dahulu hingga kini aku menggunakan kaus dan celana jogger, setelah itu baru aku tidur disamping Hani. Kami tidur berhadapan, dan kami yang masih terjaga hanya saling bertatapan sambil Hani mengelus-elus rambutku, dan aku mengelus-elus pipinya. Kami berada di posisi ini cukup lama dan akhirnya Hani mulai merasa gerah karena dia masih menggunakan hoodieku.

"Ummhh... panass..." Ucapnya, dan setelah itu Hani membuka hoodieku dan dia lempar entah kemana.

Aku hanya bisa menganga melihat kondisi Hani saat ini. Payudara Hani langsung terekspos setelah dia membuka hoodienya, berarti...

"Kamu daritadi nggak make apa-apa lagi? Terus tadi sebelum jalan kamu siap-siap ngapain?" Tanyaku.

"Hehehe, tadi aku udah mau make daleman aku lagi, tapi masih bekas keringet jadi nggak nyaman, yaudah aku nggak pake, ini aja celana kamu aku tarik sampe perut biar pantat aku nggak keliatan kalo lagi kesingkap hoodienya" Jelasnya, dan aku hanya bisa mencubit pipinya karena aku gemas dengan kepolosan Hani.

Hani kini mulai berada di dalam rangkulanku, dan muncul ide isengku untuk menyuruhnya membuka celananya juga.

"Kamu kalo gerah nggak sekalian buka celana aja?" Candaku, dan Hani tersenyum dengan tatapan menggoda.

Terasa Hani mulai grasak-grusuk dibalik selimut, dan tiba-tiba Hani memasukkan tangannya kedalam selimut dan menarik sesuatu. Benar saja, Hani membuka celana trainingnya, dan juga dia lempar entah kemana.

"Bandel" Godaku.

"Ih kan kamu yang nyuruh, kamu telanjang juga dong" Suruhnya.

"Nggak mau, ah" Jawabku singkat, dan terlihat raut sebal di wajahnya.

"Ihh pokoknya kamu harus telanjang jugaa, nggak adill" Jawabnya dengan nada kesal dan manjanya.

"Hahahaha, iya dehh nurut aku" Jawabku, dan aku langsung membuka seluruh pakaianku hingga kini kami sama-sama bugil dan Hani kembali berada di dalam pelukanku.

"Bay"

"Iya, Han?"

"Aku sayang kamu"

"Aku juga sayang kamu, Hani" Jawabku, dan Hani tiba-tiba mengecup bibirku.

Ciuman ini tidak terasa seperti akan menjadi pembuka menuju seks, hanya sekedar untuk menyampaikan rasa sayangnya sehingga tidak banyak yang kami lakukan.

"Ccupphh... Ccuupphh..."

Tak lama kami berciuman, dan kami langsung menyudahi ciuman kami. Hani langsung memeluk erat tubuhku, dan aku juga meneluk erat tubuhnya hingga kami tertidur pulas.

-----

Aku terbangun jam 6 pagi, dan kulihat Hani sudah sedang bersiap-siap. Hani mengenakan rok hitam dan kaus putih yang dia tutupi dengan cardigan berwarna merah dan jilbab berwarna hitam, dan kini Hani kulihat sedang merapikan jilbabnya sambil duduk di kursi. Hani yang menyadari kalau aku sudah bangun pun langsung menyuruhku siap-siap juga.

"Akhirnyaa bangun jugaa, selamat pagii sayangg, buruann siap-siap udah jam segini" Suruhnya, dan dengan malas aku langsung menuju ke kamar mandi.

Selesai mandi, aku lihat Hani masih menduduki kursiku dan kini dia sedang memainkan hapenya. Aku yang merasa tidak ada boundaries lagi diantara kita pun langsung membuka handukku dan berdiri disamping Hani dengan kontol mengacung, dan Hani yang tadinya tidak sadar langsung kaget melihat kontolku sudah disamping wajahnya.

"Ihh sayang apaan, sih??" Ucapnya.

"Kamu udah ngucapin selamat pagi ke dia, belom?" Tanyaku dengan nada bercanda sambil menempelkan kontolku ke pipinya.

"Udah, tadi malah udah aku isep-isepin sama jilatin biar kamu bangun, tapi nggak bangun-bangun juga" Jawabnya dengan nada bercanda juga.

"Kok nggak kerasa?" Candaku.

"Ya kan kamu tidurr sayangg" Jawabnya.

"Coba lagi dong, tadi kan nggak kerasa" Godaku, namun Hani menolaknya, tapi aku terus menggesekkan kontolku di pipinya hingga akhirnya dia menyerah.

"Ihh iyaa dehh, tapi nggak lama-lama yaa" Jawabnya menyerah, dan Hani langsung menjilat ujung kontolku.

"Urghh..." Desahku, dan kini Hani mulai menjilati kontolku.

"Slrrpp... Sllrpp... Sambil pake atasannya duluu sayangg.... Sllrpp... Slrrppp..." Ucapnya disela jilatannya, dan akupun langsung memakai kaus lengan panjangku sementara Hani mulai memasukkan kontolku ke mulutnya.

Hani mulai menyepong kontolku dengan kecepatan pelan, dan tanganku juga mulai meremas-remaa payudaranya dari luar kausnya hingga Hani juga ikut keenakan.

"Chlokhh... Chlokhh... Ummhh... Chlokhh..." Desahnya yang tertahan karena masih ada kontolku di mulutnya.

"Ummhh... Cepetin kepalanya sayang..." Perintahku, dan kulihat Hani mengangguk dan Hani langsung mempercepat perlakuannya.

"Ummhh iyaa begituu..." Lenguhku sambil mengelus-elus kepalanya yang tertutup jilbab.

"Chlokhh... Chlokhh... Sambil liatinn jamm sayangg... Takutnya kebawaa suasanaa.... Chlokhh... Chlokhh...." Suruhnya, dan aku langsung mengambil hapeku untuk memastikan kalau masih ada waktu.

Sudah 10 menit Hani bermain dengan kontolku, dan tak terasa kalau aku akan keluar. Hani yang juga sudah menggenggam hapenya pun langsung melihat jam dan kini jam menunjukkan pukul 6:40 pagi. Melihat itu Hani langsung melepas kulumannya.

"Yaampunn udah jam seginii, buruan pake celana sayangg" Ucapnya panik.

"Yah aku belom keluar padahal" Jawabku kecewa.

"Yehh kan kamu kelas sampe sore nantii" Balasnya, dan dengan rasa kecewa aku langsung mengenakan celanaku sementara Hani merapikan keberantakan yang dihasilkan tadi, dan setelah itu kami berangkat.

Sesampainya di fakultas Hani, aku langsung menurunkan Hani di depan gedung.

"Nanti aku jemput, nggak?"

"Umm nggak deh, kayaknya aku nanti mau main sama Oliv dulu ke mall" Jawabnya, dan aku mengiyakannya.

"Yaudahh aku masuk dulu yaa, semangatt kuliahnyaa" Ucap Hani, dan Hani langsung menarik kaca helm ku.

"Iyaaa, kamu ngapain narik kaca helm aku?" Tanyaku, dan Hani hanya menjawab dengan mengecup kaca helm ku.

"Hehehe, yaudahh aku kuliah dulu yaa, dadahh" Lanjutnya dan setelah itu Hani langsung berlari menuju kedalam gedung.

Akupun juga berniat untuk langsung beranjak pergi, namun kulihat orang-orang di sekitarku yang merupakan anak fakultas Hani melihatku dengan tatapan sinis. Tatapan mereka kepadaku begitu tajam hingga bahkan rasanya seperti menembus kepalaku. Karena aku juga mulai panik, aku langsung menancap gas motorku kencang dan jalan menuju ke fakultasku. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini ada hubungannya dengan aku dan Hani?

-----
(Sorenya)

Perkuliahan sudah selesai, dan aku langsung bergegas menuju motorku. Baru saja aku hendak memasuki area parkiran motor, kulihat Hani sedang berdiri dibawah pohon, dan dari gelagatnya sepertinya dia sedang mencariku. Akupun langsung memanggilnya.

"Hani!!" Teriakku dari kejauhan, dan Hani langsung melihat kearahku, namun kulihat raut wajah Hani tidak seperti biasanya.

Akupun langsung menghampirinya, dan raut wajahnya masih terlihat marah dan kesal hingga kini aku sudah berada di depannya.

"Loh kok kamu kayak lagi marah? Kenapa?" Tanyaku.

"Aku mau ngomong sama kamu, ikut aku" Jawabnya ketus, dan Hani langsung menarikku menuju ke salah satu spot yang cukup sepi.

"Hann ada apa sih?" Tanyaku yang mulai panik.

"Udah kamu ikut aku dulu!" Jawabnya dengan nada tinggi dan tangannya makin keras menggenggam tanganku.

Oh no, sepertinya Hani sangat marah.

Kami sudah berada di belakang gedung parkiran, dan Hani melepas genggaman tangannya.

"Kenapa, sih? Kamu kenapa??" Tanyaku.

"Kamu tuh bener-bener ya, kok bisa kelewatan gini sih kamu, Bay??" Balik tanyanya dengan nada emosi.

"Kenapaa?? Kelewatan apaa??" Balik tanyaku, dan Hani langsung membuka hapenya dan dia langsung menunjukkanku sebuah video.

"Coba kamu jelasin ini" Jawab ketus Hani, dan aku mulai menonton videonya.

Di video itu, kulihat itu merupakan rekaman CCTV yang dipasang pada suatu pertigaan. Tidak terjadi apa-apa di beberapa detik pertama, namun setelah itu kulihat ada wajah familiar berjalan menuju kedalam gang itu.

"Loh itu kan mas Farhan" Ucapku yang dihiraukan Hani

Video itu terus berjalan, dan terjadi time-lapse. Setelah time-lapse nya berakhir, tiba-tiba terlihat seseorang berlari dari dalam gang itu keluar gang, dan aku langsung terkejut karena orang itu mirip sekali dengan.......ku.

"Hah? Nggak mungkin" Ucapku, dan Hani langsung mengambil hapenya kembali.

"Kamu liat kan tadi siapa?" Tanya Hani.

"Aku liat itu mas Farhan, tapi aku nggak tau orang yang lari tadi siapa" Jelasku.

"Kamu masih berani boong?!" Teriak Hani.

"Boong apa?!? Aku aja nggak tau ada apaan ini!" Balasku.

"Kamu mau liat kondisi mas Farhan sekarang?" Jawab Hani, dan Hani kembali membuka hapenya dengan agresif dan setelah itu dia menunjukkan foto mas Farhan dengan wajah bonyok dan kepalanya diperban.

Wait, aku sudah mengetahui apa yang terjadi disini. INI KAN VIDEO PERKELAHIANKU DENGAN DIA KEMARIN!!

"Wait, wait, nggak gini kejadian asliny-" Ucapku berusaha untuk menjelaskan, namun langsung dipotong oleh Hani.

"Gausah alesan!! Jadi gitu cara main kamu?! Kamu nyuruh orang ngejauhin aku dan pas dia nggak mau, orangnya kamu pukulin?! Gitu?!?" Tanyanya dengan nada yang makin tinggi.

"Han, sebentar, tenangin diri kamu dulu, biar aku coba jelasin, oke? Bukan begitu kejadian aslinya" Jawabku ingin menjelaskan, namun Hani tidak peduli.

"Nggak!! Bay kamu tuh se begitu 'nggak percaya' nya sama aku ya sampe kamu nyuruh mas Farhan jauhin aku?!?" Ucap Hani.

"Nggak gitu Hanii, please percaya sama aku, aku bakal jelasin semuanya ke kamu" Jawabku, namun Hani malah menjadi makin emosi mendengarnya.

"BUAT APA AKU PERCAYA SAMA KAMU KALO KAMU JUGA NGGAK PERCAYA SAMA AKU?!?" teriaknya.

"AKU BUKAN NGGAK PERCAYA SAMA KAMU!!" balik teriakku, dan Hani yang kaget pun mulai terdiam.

"Han, dengerin aku, aku bukan nggak percaya sama kamu. Aku cuma paranoid karena kamu juga tau sendiri udah berapa kali kejadian nggak enak udah nimpa kita. Dari kejadian sama mas Rizky di stasiun, kejadian kamu diculik, sama kejadian Bella diperkosa Derrick" Ucapku menjelaskan, dan raut wajah Hani kini mulai berubah.

"Aku bukan nggak percaya sama kamu, cuma aku takut kalo ending dari hubungan kamu sama mas Farhan ini bakal jatoh ke lubang yang sama" Lanjutku, dan Hani langsung menjawab perkataanku.

"Bay, mas Farhan itu orangnya baik-baik, nggak neko-neko, nggak mungkin dia bakal begitu. Dia orangnya religius, Bay" Jawabnya, dan tiba-tiba Hani menangis.

"Dan sekarang.... Hikss... Hikss... Kamu udah mukulin dia, Bay... Fisik dia sama kamuu... Hikss... Kann beda Bay.... Kenapaa.... Hikss.... Hikss... Kenapaa orang baik-baik kayak mas Farhan kamu pukulin gitu??" Ucapnya terisak, dan akupun langsung refleks memeluk Hani dan Hani juga mendekapkan kepalanya ke dadaku.

"Maafin aku, Han. Tapi beneran bukan begitu ceritanya... Aku emang bener mukulin mas Farhan, tapi kalo kamu mau tau kejadian aslinya, dia yang narik aku kedalem gang dan dia juga yang nyerang aku duluan, that video is a lie" Jelasku sambil mengelus-elus kepalanya, dan setelah Hani mulai tenang, aku melepas pelukanku.

" Terus... Hiks... Bukti apa yang mau kamu unjukin ke aku kalo ucapan kamu itu bener??" Tanyanya.

"Jadi kamu lebih percaya sama video daripada sama pacar kamu sendiri?" Balik tanyaku, dan Hani langsung menjawab pertanyaanku.

"Please, udah Bay. Nggak usah dipersulit lagi, aku nggak mau terus marah sama kamu, tapi kamu udah kelewat batas" Jawabnya, dan lagi-lagi aku tak diberi kesempatan untuk menjawab.

"Semua orang di fakultas aku sekarang udah jadiin kamu sebagai villain, dan aku yakin kamu tau efeknya ke aku gimana, kan?" Lanjutnya, dan tetap aku tidak diberi kesempatan menjawab.

"Aku mau...."

Wait, don't say it. DON'T YOU SAY IT!!

"Aku mau kita putus"

-To Be Continued-
 
Kira-kira emosi pembaca bakal separah/lebih parah dari yang pas Bella diperkosa ngga nihya??
Pastinya gan, bayangin aja lu udah so sweet gitu terus reaksi ceweknya mudah percaya dan langsung ambil kesimpulan buat putus, belum lagi satu fakultas gitu juga cuman karna si cowok yang dipukulin itu "baik". Asli sih kalo gak karna sayang sama sih Hani mending cus putus aja, sisanya tinggal nyari cara buat buktiin, karena haninya terlalu mudah percaya padahal kenalpun belum lama.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd