Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
-All Downhill from Here-

"Ummhhh... Kakkk... "

"Hhhh... Hhhh..."

"Ummhh... Kakkk... Jangan lama-lama yaaa... Akuu nantiii masiiih harusss kelass..." Ucapnya yang diselingi desahan.

"Hhhh... Hhh... Lohh kann kamuu yang minttaaa tadiii..." Ucapku kepadanya sambil terus menggoyang memeknya di posisi missionary ini.

=====

Satu bulan sudah berlalu, dan aku, Adi, dan Rama memutuskan untuk keluar dari kosan kami dan mengontrak sebuah rumah bersama Andre, Faisal dan Fabio. Rumah ini terdiri dari 4 kamar, 2 kamar mandi, ruang tamu yang kami jadikan parkiran motor sementara mobil kami parkirkan di luar gang, ruang TV, serta dapur dan ruang makan. Aku mengambil kamar dengan kamar mandi, Andre mengambil kamar di dekat dapur, dan Adi dan Rama serta Fabio dan Faisal mengambil kamar yang lebih besar karena mereka tidur sekamar berdua.

Rumahnya juga bukan rumah yang mewah dan megah, namun kami merasakan kenyamanan di rumah ini yang sebenarnya agak jauh dari kampus. Hani pun sering menginap disini, dan dia akan tidur di kamarku. Tentu saja kami sudah melakukan hubungan seks di kamar ini namun kami melakukannya di tengah malam karena takut terdengar oleh yang lain.

Urusan mas Farhan dan mas Rizky? Mas Rizky sampai saat ini masih mengetahui kalau aku adalah mas Surya pacar kak Liya, dan jadi lebih baik tetap seperti itu untuk tidak melibatkan mas Surya dan masalah akan menjadi lebih panjang. Untuk masalah mas Farhan juga aku tidak terlalu memikirkannya. Yaa meski aku juga sangat cemas namun aku tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan hal itu berhubung tugas kuliahku yang menumpuk dan tanggungjawabku sebagai asisten praktikum. Lagipula juga Hani masih sangat menempel kepadaku, jadi aku masih sedikit tenang karena juga aku menyuruh Andre untuk tetap menjaga Hani disana.

=====

Saat ini, Bella sedang berada di kontrakanku. Bella tadinya hanya ingin mengumpulkan laporan kelompoknya, namun melihat aku hanya sendirian di kontrakan membuat Bella menagih janjiku saat itu. Tentu saja aku menolak, namun melihat Bella yang memohon karena dia yang sedang mengalami stres membuatku pasrah menuruti permintaannya.

-----

"Ummhh... Kakk... Berentii duluu.... Sebentarr...." Pinta Bella menyuruhku berhenti.

Aku menghentikan genjotanku, dan Bella langsung mencabut kontolku dari memeknya. Kemudian, Bella melepas semua atribut kuliah yang dia gunakan seperti rok hitam, kemeja putih serta jilbab hitam. Serta Bella mencopot BH nya serta celana dalamnya karena aku tidak membuka semua pakaian Bella.

"Kok kamu buka?" Tanyaku.

"Ngeri basahh, kak. Kan nanti aku masih kelas jam 1" Jawabnya, dan Bella kembali membuka pahanya lebar-lebar.

"Ayo dilanjut, kak" Pintanya, dan aku kembali mengarahkan kontolku ke memeknya dan langsung menghentakkan kontolku dalam-dalam di memeknya.

"UMMMHH..." jerit Bella, dan aku kembali mempercepat genjotanku hingga Bella mendesah-desah keenakan dan melingkarkan kakinya di punggungku.

"Ummhh... Kakkk... Terusss... Ahhh... Enakkk..." Desahnya.

"Hhhh... Hhhh... Gimanaa?? Masihh pusingg nggaa??" Tanyaku sambil memompa memeknya.

"Ahhh... Udahh nggakk kakk... Udahh enakkk... Ummhhh... Ennakkk kakk..."

Aku mempercepat genjotanku, dan tanganku kini kutumpukan ke payudara Bella sambil kuremas-remas.

"UMMHH... KAKK... ENNNAKKK BANGGETTT.... AHHH UDAHH NGGA PUSINGGG AKUU... UMMHHH... KAKKK... AKUU... AKUU MAU PIPISS...." jerit Bella yang sudah sangat terbuai dengan kenikmatan dan akan mencapai orgasmenya.

"Hhhh... Ehh dekk tahann dull-" Ucapku menyuruh Bella menahannya sambil mempelankan genjotanku, namun langsung terpotong oleh jeritan Bella.

"UMMHH KAKK... AKUU PIPISSS... AHHH!!!" Jerit Bella yang mencapai orgasmenya, dan cairan orgasmenya membasahi spreiku.

Kubiarkan Bella mengambil napas sebentar, dan setelah Bella selesai beristirahat, barulah aku mengajak Bella berbicara.

"Dek liat nih sprei kakak basah gara-gara kamu nggak mau nahan tadi" ucapku menunjukkan Bella spot yang sudah dia basahi.

"Ihhh yaampunn, maaf kakk, abis tadi enak bangett aku nggak tahann hehehe" Ucap Bella.

"Hhhh yaudah lah, udah terlanjur, yaudah lanjut lagi ya?" jawabku.

"Tadi aja pas aku minta kakak nggak mau" Ledeknya.

"Ya masa kamu yang enak sendiri, enak aja" Jawabku, dan aku langsung membalikkan tubuh Bella dan mengubah posisinya menjadi menungging.

"Ummhh... Kakakk mau ngapainn??"

"Ya begini posisi ngentotnya, dek" Jawabku dan aku langsung memasukkan kontolku ke memeknya dalam-dalam.

"AHHH..."

Aku memulai genjotan dengan kecepatan yang pelan, dan tanganku kugunakan untuk menggenggam kedua payudara Bella.

"Ummhh... Kakk... Kakakkk.... Ummhhh..."

"Hhhh... Hhhh... Kenapaa dekk??"

"Ahhh... Enakkk kakk... Ennakkkk.... Ummhhh..." ucapnya diselingi dengan desahan imutnya.

Ketika Bella mengatakan 'enak', aku langsung mempercepat genjotanku hingga paha kami beradu kencang dan menghasilkan suara yang sangat menggema di kamarku.

*PLOKK... PLOKK... PLOKK...*

Tanganku yang berada di payudara Bella kini kupindahkan ke kedua pantat Bella yang sudah mulai jadi dan montok, dan kuremas-remas pantatnya. Kadan juga kutampar-tampar pantatnya kencang.

"UMMHH... Kakakkk... Jangan kenceng-kenceng namparnya ahhh.... Gasukaaa..." Ucapnya protes ketika kutampar pantatnya, rupanya dia sama saja seperti Hani, atau mungkin masih trauma dengan kejadian saat dia dikasari oleh Derrick kala itu.

Aku kembali menggrip kedua pantat Bella, dan aku mempercepat genjotanku dan kuhentak-hentakkan kontolku ke memek Bella dalam-dalam.

"UMMHH... KAKK... SAMPEE KEE UBUNN-UBUNNN... AHHH... KAKKK...." Jeritnya kencang.

"Hhhh... Hhhh... Ssstt dekk... Nanti kedengerann tetanggaa" Ucapku menyuruh Bella menjerit lebih pelan.

"Ahhh... Biarinn... Nanntii tetanggaa kakakk... Ummhh... Datengg kesinii liatinnn... Ahhh... Kakakk lagii merkosaa akuuu... Ummhhh... Ennakk kakk..." jawabnya bercanda meledekku.

"Lah apa-apaann?? Kamu yang mintaa jugaa" Jawabku sewot dan Bella hanya tersenyum dan lanjut menikmati entotan di memeknya.

Cukup lama aku mengentoti Bella di posisi ini, dan Bella akhirnya akan mencapai orgasme keduanya.

"Ummhh... Kakakk... Akuu mauu pipiss lagiii...."

"Hhhh... Hhmm?? Ookeee..." Jawabku dan aku langsung mencabut kontolku, kemudian aku membalikkan tubuh Bella supaya kembali ke posisi missionary.

"Hhhh... Hhhh... Nggak takut basah lagi sprei nya, kak?" Tanya Bella dengan nada meledek.

"Hih daritadi harusnya kamu ngomong begitu" Jawabku, dan aku langsung memasukkan kontolku sepenuhnya kedalam memek Bella hingga membuat ucapan Bella terpotong.

"Ihh ketus bang-ETTHHH.... UMMHHH..." Ucapnya yang terpotong, dan aku langsung mengentoti memek Bella dengan cepat.

"UMMHH... KAKKK... SEBENTARR LAGIII... SEBENTARR LAGIII AKUU... AKUU PIPISSS...."

Melihat Bella yang sedikit lagi sampai puncaknya, aku mempercepat genjotanku menjadi kecepatan maksimal supaya aku bisa segera sampai juga.

"Ummhh... Iyyaa dekkk... Kakakk jugaa udahh mauu keluarrr..." Jawabku, dan aku terus memainkan kedua payudara Bella untuk menambah rangsangan.

"Ummhh kakk... Akuu pipisss.... AHHHH...." Jerit Bella dan aku langsung mencabut kontolku.

Cairan orgasme Bella muncrat membasahi spreiku, dan aku langsung memindahkan tubuhku hingga Bella bisa menjilati kontolku.

"Dek, kocokin sambil jilatin yaa" Perintahku, dan Bella tersenyum sambil mulai menjilati kontolku dan mengocoknya dengan cepat.

*Slrpp... Slrpp...*

"Nahh iyaa gituu dekk.... Pinterr adekk kakakk langsungg ngertii diajarinn sekalii doangg..." Ucapku sambil mengelus-elus kepalanya dan kulihat Bella tersenyum malu mendengarnya.

Bella terus mengocok kontolku dengan cepat, dan akhirnya akupun tak tahan hingga aku menyemprotkan pejuku di wajahnya yang putih mulus.

"Ummhh dekk... Kakakk keluarr... Ahhh..." Lenguhku ketika mencapai orgasme, dan pejuku langsung menyemprot wajahnya membuat Bella kaget dan jijik.

"Kakakkk kok dikeluarin di muka akuu?!?!" Marah Bella, dan aku hanya tertawa kecil mendengar amarahnya.

"Katanya penasaran kalo kak Hani mainnya gimana, ya begini kak Hani sama kakak kalo lagi main, dek" Jawabku sambil mendekatkan kontolku kembali ke mulutnya.

"Kak Hani nggak jiji emang, kak? *Slrrpp...*" Tanya Bella sambil menjilati kontolku.

"Ya awalnya jiji, sih" Jawabku, dan Bella sudah selesai menjilati kontolku.

Aku langsung membaringkan tubuhku disamping Bella, dan kami beristirahat sebentar sampai akhirnya aku menyuruh Bella mandi. Bella pun langsung mandi sementara aku membereskan semua kekacauan yang telah kami buat dan mandi di kamar mandi luar.

Selama aku mandi, aku terus memikirkan sampai kapan Bella akan terus minta jatah kepadaku? Don't get me wrong, aku juga menikmati, tapi bagaimanapun juga Bella kan adikku. Bahkan ketika aku dan Bella berciuman saja itu sudah sangat aneh, let alone berhubungan seks. Tapi ketika melihat Bella yang memohon untuk aku membantunya memperdalam wawasan seks, aku malah menjadi luluh dan akhirnya malah seperti ini. Entah solusi apa bagiku untuk bisa keluar dari masalah ini, namun ujung-ujungnya malah aku kembali ke kondisi ini lagi. Sudah cukup aku kokoh membuat boundaries-ku, dan hari ini aku telah kembali meruntuhkannya.

Tak terasa sudah cukup lama aku mandi sekaligus mandi wajib, dan aku menyudahi mandiku karena aku masih harus mencuci sprei yang basah oleh orgasme Bella. Selesai aku mencuci, akupun langsung beranjak ke kamarku dan melihat kondisi Bella saat ini. Aku membuka pintu kamarku, dan kulihat Bella sudah berada di dalam selimut tertidur pulas dan kulihat dia menggunakan kausku. Akupun mendekati Bella yang sedang tertidur dan duduk disampingnya sambil mengelus-elus kepalanya.

Melihat wajahnya yang sedang tertidur pulas, aku menjadi kasihan dengannya yang sudah melewati banyak hal di hidupnya, dan aku selalu merasa bersalah karena akulah salah satu penyebab hingga Bella mengalami kejadian terburuk di hidupnya, dan tidak ada yang bisa kulakukan selain meminta maaf kepadanya dan membantunya untuk pulih seperti saat ini.

"Maafin kakak ya, sayang. Ccupphh..." Ucapku dan aku mengecup keningnya, dan setelah itu aku membaringkan tubuhku di samping Bella.

Akupun ikut memejamkan mata, dan tiba-tiba Bella memeluk tanganku, kode darinya untuk minta dikeloni. Akupun langsung merangkul Bella yang tertidur dan kini Bella juga sudah memeluk tubuhku, dan kulihat Bella tersenyum manis sebelum akhirnya kami berdua tertidur pulas.

-----

"Bay, bangun, Bay" Ucap Andre membangunkanku, dan aku langsung melihat Andre sudah berada di depan pintu kamarku.

"Hmm? Jam berapa ini, Ndre?"

"Jam 12 Bay, gua beliin makan nih, makan bareng, nggak?" Jawabnya mengajakku untuk makan bersama, dan akupun mengiyakannya dan meninggalkan Bella yang tertidur pulas.

Kami makan bersama di ruang makan, dan sembari makan, Andre memulai pembicaraan.

"Bay"

"Kenapa, Dre?"

"Kayaknya emang bener deh mas Farhan mau deketin Hani"

"Ya kan emang, gua juga curiganya gitu, makanya gua nyuruh lu jagain Hani disana" Jawabku.

"Tapi susah, Bay. Mas Farhan pasti ada aja celah buat bisa deket sama Hani" Jelasnya.

"Contohnya?"

"Mas Farhan kadang suka nungguin Hani keluar dari kelas kalo lagi mau istirahat, terus nanti mereka makan bareng di kantin, nah disitu biasanya gua terpaksa nimbrungin mereka berdua" Jawab Andre.

"Alhamdulillah kalo gitu, Dre" Ucapku lega.

"Tapi Bay, kadang Hani juga ngusir gua nyuruh gua balik ke anak-anak, kayak nggak mau diganggu berdua gitu" Lanjutnya.

Fuck, apakah Hani mulai memakan umpan dari mas Farhan?

"Dre, gua malah jadi takut kalo Hani udah ngegigit umpannya mas Farhan"

"Bukan itu yang gua takutin, Bay" Ucap Andre yang membuatku kaget.

"Hani sayang sama lu, Bay. Sayang banget. Yang gua lebih takutin itu mas Farhan" lanjutnya.

"Kok?"

"Nih liat" Ucapnya sambil memberikan hapenya kepadaku, dan kulihat isi layarnya adalah chat dia dengan mas Farhan.

-----

"Jauhin Hani" Ucap mas Farhan singkat.

"Lah lu kok tiba-tiba nyuruh gua gitu, mas?" Jawab Andre.

"Lu itu bukan siapa-siapanya Hani, Dre. Jadi gua minta lu ngejauh dari Hani" Kembali ucap mas Farhan.

"Lah bedanya gua sama lu apa, mas? Malah lebih lama gua yang temenan sama Hani, jadi kalo gitu gua juga bisa nyuruh lu ngejauh dari Hani" Jawab Andre.

"Lu nggak mau ngejauh dari Hani, gua bakal bikin lu kesusahan, paham?" Balas mas Farhan.

"Ooooo scaryy 😱" Jawab Andre singkat, dan itu merupakan ujung dari chatnya, dan setelah itu aku mengembalikan hapenya.

-----

"Terus gimana, Dre?"

"Gua dikeluarin dari organisasi sama dia" Jawabnya yang membuatku kaget.

"Mas Farhan orangnya bener-bener gabisa dikendaliin Bay, ketika dia udah pengen ngelakuin sesuatu, gabisa diganggu gugat. Gua cuma takut aja dia makin nganggep lu jadi pengganggu, dan lu paham lah arah pembicaraan gua ini kemana" Ucap Andre, dan aku terdiam memikirkannya sebentar sampai akhirnya aku membuka mulut.

"Apa gua yang ngomong langsung ke mas Farhan, ya?"

"Lu yakin?"

"Kan gamungkin kalo lu yang ngomong, Dre. Minta kontak hapenya nanti, ya" Ucapku dan Andre hanya mengangguk.

Singkat cerita, kami sudah selesai makan. Andre keluar untuk membuang sampah sementara aku duduk di ruang TV, dan tiba-tiba Bella keluar dari kamarku dengan pakaian kuliahnya menghampiriku.

"Udah bangun, dek? Kenapa?" Ucapku.

"Aku mau berangkat ke kampus sekarang aja kayaknya kak, takut telat" Jawabnya sambil menggunakan sepatu.

"Loh sekarang aja masih jam setengah 1"

"Takut kenapa-napa di jalan, kak"

"Oooh yaudah kalo gitu, hati-hati di jalan ya" Ucapku sambil menjulurkan tanganku untuk disalimi, dan Bella langsung menyalimi tanganku.

"Aku jalan dulu ya, kak. Ccupphh..." Ucapnya, dan Bella mencium pipiku sebelum berangkat.

Bella langsung berjalan ke pintu keluar, dan ketika itu Andre dan Bella berpapasan.

"Eh kak Andre, makasihh ya kak waktu itu udah beliin makan" Ucapnya berterimakasih.

"Iyaa Bella, kamu mau ke kampus?"

"Iyaa kak, aku pamit dulu yaa" Ucap Bella dan Bella langsung bergegas keluar sementara Andre beranjak duduk disampingku.

"Kapan, Dre?" Tanyaku perihal Andre membelikan Bella makan.

"Minggu lalu pas dia kesini lu nya nggak ada" Jawabnya, dan tiba-tiba Andre bertanya kepadaku.

"Bay, Bella jomblo, nggak?"

"Hah? Jomblo, kok. Kenapa, Dre? Lu suka sama adek gua?" Tanyaku, dan Andre hanya tersenyum tidak menjawab.

"Cieee lagi pol in lop nih yee" Ledekku dan Andre hanya tertawa kecil tidak menjawab.

"Lu mau pacaran sama adek gua, Dre?" Tanyaku yang kini sudah serius.

"Yaa pengen sih, tapi gua kan perlu izin dari kakaknya dulu" Ledek Andre kepadaku.

Terkadang ketika berada di kondisi ini aku bingung harus melakukan apa. Aku memang tidak keberatan sih, apalagi sekarang adalah Andre yang sudah menjadi temanku yang ingin memacari Bella.

"Yaa ga keberatan sih gua, tapi lu tau kan Bella udah jadi korban 'itu'?" Tanyaku memastikan.

"Santai kali, Bay. Gua juga ga ngincer alat kelaminnya, yang penting mah orangnya dulu hahahah" Balas Andre bercanda, dan setelah Andre mendapat 'persetujuannya', Andre kembali ke kamarnya sementara aku langsung bersiap-siap untuk berangkat ke kampus.

-----

Sesuai dengan rencanaku tadi siang, sore ini aku ingin berbicara dengan mas Farhan perihal hubungannya dengan Hani. Dengan bantuan Andre, aku bisa menghubungi mas Farhan untuk mengajaknya bertemu di sebuah warkop yang tidak jauh dari kampusku, dan tentu saja aku tidak memberitahu Hani dan menyuruh mas Farhan untuk tidak memberitahu Hani pula.

Aku sudah berada di warkop ini sendirian. Aku tadinya ingin mengajak Sindy berhubung sudah selesai kelas, namun sepertinya lebih baik jika aku berbicara empat mata saja dengannya. Singkat cerita, mas Farhan sudah datang dan dia langsung duduk di depanku.

"Halo, Bay. Baik kabar kamu?"

"Alhamdulillah baik, mas. Hani udah pulang kan, mas?" Tanyaku.

"Udah, tadi dia dianterin pulang sama Andre temennya" Jawabnya yang tidak tahu kalau aku dan Andre itu berteman.

"Jadi, kamu mau ngomongin apa, Bay?" Lanjutnya.

"Jadi gini mas, sebenernya aku nggak mau boong kalo aku juga khawatir sama Hani di fakultas mas, mas paham kan maksud saya apa?" Ucapku langsung ke topik utama, dan mas Farhan hanya mengangguk.

"Jadi aku mau minta tolong sama mas, apa mas bisa jagain Hani disana?" Tanyaku seolah aku tidak tahu tujuan mas Farhan, dan kulihat wajah kaget mas Farhan dan disusul dengan tampang leganya.

"Oooh gitu toh hahahah, iya Bay, Hani bakal saya jagain" Ucapnya.

"Jagain Hani nya tapi dengan cara ngejauh dari Hani mas" Lanjutku, dan mas Farhan kembali terkejut.

"Maksud kamu?" Tanyanya.

"Mas, Hani udah punya pacar, mas. Mas lagi ngomong sama pacarnya sekarang. Mas masih mau deketin Hani? Saya minta tolong mas, nggak usah nyape-nyapein diri mas buat ngejar orang yang udah sayang dengan orang lain"

"Jadi, kamu nyuruh saya jauhin Hani karena kamu yakin kalo ujung-ujungnya Hani bakal milih kamu?" Tanyanya, dan tiba-tiba dia tertawa terbahak-bahak tanpa membiarkanku menjawab pertanyaannya.

"HAHAHAHAHAHA, NGELAWAK KAMU?" teriaknya tertawa.

"Aduh bego banget sih kamu, Bay. Nih dengerin saya, ya. Kamu pede banget Hani bakal lebih milih kamu daripada saya. Jelas dia ujung-ujungnya bakal lebih milih orang yang lebih pinter, lebih ganteng, lebih kaya, dan orang yang udah terkenal sering ngisi-ngisi acara rohis kampus, jelas dia bakal lebih milih saya daripada orang yang bisanya cuma nendang bola" Ucapnya menghinaku, dan aku terus menahan amarahku sekuat tenagaku.

"Kamu yang harusnya nyadar diri, Bay. Kamu punya apa buat bikin Hani bakal tetep mau sama kamu? Kenapa nggak kamu bikin situasi jadi lebih gampang dengan putusin Hani sekarang sebelum saya ambil paksa Hani dari kamu?" Tanyanya merendahkanku, dan aku harus tetap kalem dan tenang.

"Yaa jelas kalo kita jabarinnya begitu, mas Farhan lebih baik dari aku, aku mah jujur aja" Jawabku, dan kulihat mas Farhan tersenyum seolah dia sudah menang, namun aku masih belum selesai berbicara.

"Mas ganteng, kaya, pinter lagi. Tapi sayangnya, beda kayak mas Farhan, saya sih punya otak buat nggak ngedeketin cewek yang udah punya pacar, apalagi terang-terangan ngomong ke pacarnya langsung" Lanjutku balik tersenyum merendahkan dia, dan kulihat wajahnya sangat memerah seolah tidak terima dia kurendahkan begitu.

Mas Farhan ternyata sangat kesal ketika aku berkata seperti itu, dan tiba-tiba mas Farhan menyiram tubuhku dengan air putih dinginnya. Aku juga sudah sangat kesal, namun harus kutahan karena jika aku meluapkan emosiku juga, sia-sia aku kesini.

"Bangsat kamu!" Ucapnya dan setelah itu dia menamparku sebelum akhirnya dia memutuskan untuk pergi dari sini, sementara aku hanya terdiam tertawa di dalam hatiku.

"Absolute scenes lmao" Ucapku dalam hati dan aku lanjut menghabiskan mie instan yang kupesan dan setelah habis aku kembali ke kampusku karena aku masih memarkirkan motorku disana.

-----

Aku berjalan melewati jalan yang sepi, dan berhubung sekarang sudah jam 5.30 sore, langit mulai menggelap, dan mulai sedikit orang yang berada diluar. Aku terus berjalan dan entah kenapa aku merasa ada yang mengikutiku. Menyadari hal itu, aku mempercepat langkahku dan dia mengikuti langkah cepatku juga, dan aku memutuskan untuk mulai berlari hingga aku melewati suatu gang kecil dan gelap, dan tiba-tiba ada yang menarikku kedalam gang itu.

"WOY WOY INI SIAPA?!?" Teriakku panik karena sangat tiba-tiba orang itu menarikku, dan aku langsung didorong ke tembok.

Dia mendorong tubuhku kencang, dan kepalaku terbentur dengan tembok yang membuat penglihatanku menjadi sedikit blurry. Setelah itu, orang yang menarikku langsung membalikkan badanku dan menyerangku terus-menerus.

Aku benar-benar tidak diberi celah untuk melawan balik. Orang ini terus memukuliku bahkan aku tidak bisa melihat kearah wajahnya. Aku terus membiarkan orang ini memukuliku sampai akhirnya kulihat bagian pinggangnya terbuka, dan dengan sigap aku langsung memukul kencang bagian pinggangnya.

*BUGG...*

Setelah aku melancarkan pukulan, orang ini pun akhirnya terbuka pertahanannya, dan aku langsung mengambil serangan balik meski aku masih menyerangnya tanpa melihat kearahnya. Dia pun akhirnya mulai melemah, dan kini situasi sudah berbalik dimana aku kini yang mendominasi.

Aku menyudutkan orang ini ke tembok, dan aku lanjut memukuli kepalanya hingga dia mulai melemas, dan aku tidak berhenti menyerangnya hingga dia terjatuh.

*BUGG... BUGG... BUGG...*

Orang ini sudah terjatuh, dan aku lanjut menendangi tubuhnya yang terkapar tersandar di tembok. Setelah aku puas menendangi tubuhnya, penglihatanku sudah menjadi lebih jelas, dan makin terlihat jelas tampang orang ini. Badannya tidak terlalu besar, namun dia cukup tinggi. Dia mengenakan pakaian serba hitam dengan menggunakan topeng wajah berwarna hitam.

Akupun langsung berniat untuk membuka maskernya, dan baru saja aku mau menarik maskernya, tiba-tiba aku dipukul kencang dari belakang.

*BUGG....*

Aku yang terdorong pun langsung berbalik badan, dan kulihat kini di depanku sudah ada dua orang dengan pakaian yang mirip dengan pria yang baru saja kuhajar. Namun penglihatanku tiba-tiba kembali buram dan kepalaku mulai berputar. Melihat kondisiku yang cukup lemah ini, salah satu dari mereka tiba-tiba mengeluarkan sebuah nunchaku dan menyerangku.

*BUGG... BUGG...*

Nunchaku itu mengenai kepalaku, dan aku kembali tersungkur sementara kedua orang tersebut terus menyerangku. Kedua orang itu menyerangku tanpa henti, dan aku hanya bisa terus menghindari serangan. Aku sudah kembali terpojoki dan satu serangan terakhir dari salah satu orang yang menyerangku mengenai tepat di bagian lambungku hingga aku menjadi sangat lemas, dan aku langsung terjatuh.

Setelah aku terjatuh, kedua orang itu langsung pergi kabur, dan dengan sekuat tenaga yang kubisa, aku kembali berdiri dan berusaha mengejar mereka. Namun, tentu saja mereka berlari lebih cepat sementara aku harus berlari sambil menahan rasa sakit di tubuhku. Dan ketika aku sudah keluar dari gang, kedua orang itu sudah lenyap entah kemana.

"Where the fuck are they?" Ucapku dalam hati.

Dengan pincang, akupun memutuskan untuk kembali kedalam gang tersebut untuk melihat kondisi orang yang sudah terkapar tadi. Aku langsung mengecek nadinya, dan nadinya ternyata masih berdenyut yang menandakan kalau dia masih hidup, memang terdengarnya konyol namun aku sangat panik karena aku takut dia mati. Setelah memastikan dia masih sadar, aku kembali berniat untuk kembali membuka topengnya setelah terinterupsi tadi. Aku menggenggam topengnya, dan baru saja ketika ingin kutarik......

"I DON'T WANNA WASTEE MYY TIMEE, BECOME ANOTHER CASUALTY OF SOCIETY...." Kutipan lagu Sum 41 yang berjudul Fat Lip ini tiba-tiba berbunyi dari hapeku, menandakan kalau ada yang meneleponku.

Akupun langsung melepas genggamanku di topeng itu, dan aku langsung mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"Halo sayang, kamu masih dikampus ngga??" Jawabnya, ternyata Hani yang meneleponku.

"Masihh, kenapa emangg?" Tanyaku sambil berjalan kearah kampus.

"Jemputt akuuu" Ucapnya dengan nada manja.

"Loh bukannya kamu pulangnya sama Andre?"

"Nggak jadii, tadi kelompok maba asuhan aku minta asistensi sebentar" Jelasnya, dan aku hanya mengangguk.

"Kamu dikasih tau siapaa aku pulang sama Andre?" Lanjutnya bertanya.

Oh fuck, bagaimana ini? Kan tidak mungkin aku jujur menjawab aku tahu dia pulang bersama Andre dari mas Farhan.

"Oooh tadi Andre yang ngabarin aku, katanya kalian pulangnya bareng" Bohongku dengan spontan.

"Oalahh, yaudahh, jemput aku didepan gedung yaaa, awas jangan ngebut-ngebut"

"Iyaa sayangg, nanti aku telepon kalo udah sampe yaaa, dadahh"

"Iyaaa, dadahh sayangg" Jawabnya dan setelah itu Hani mematikan teleponnya, dan aku langsung pergi menjemput Hani.

But wait a second. Pakaian serba hitam? Topeng? Dan mereka melakukannya bertiga?!? MEREKA KANN....

-To Be Continued-
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd