Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT In Too Deep (NO SARA)

Apakah perlu ditambah bumbu-bumbu incest di cerita ini atau tidak?


  • Total voters
    537
  • Poll closed .
Bimabet
Si Hani nih tipikal anak baik-baik ya, tapi kalo dah dikenalin dikit sama hal tentang seks malah nagih
 
kayaknya kalah duluan sama andre nih dapet prewinya
 
-He's finally scored it!-

Hari ini adalah pengumuman hasil dari ujian mandiri yang diikuti oleh Hani. Ujian mandiri waktu itu mengharuskan Hani untuk kembali ke kampus, aku saat itu ingin menemaninya kesana dan masing-masing orangtua kami sudah menyetujuinya, namun tiba-tiba Abbi memutuskan untuk mengantarkan Hani kesana sekeluarga, dengan alasan sekalian liburan disana selama beberapa hari dan meninggalkan salah satu mobil Abbi di kota sana untuk digunakan oleh Hani selama kuliah disana. Abbi tadinya mengajakku untuk ikut kesana, namun aku menolaknya karena aku tidak ingin mengganggu kenyamanan keluarganya.

--

Pagi ini aku sedang bermain game sepakbola di PlayStation yang kutaruh di kamarku, dan kemudian terdengar dering telepon dari hapeku dan kulihat ternyata Hani yang menelponku dan aku pun langsung mengangkatnya. "Halo, sayang?" sapaku. "Pagii sayangg, kirain masih bobo hehehe" balas Hani, tawa manisnya tidak pernah membuatku bosan. "Ngga dong, aku udah bangun dari subuh, udah olahraga juga, ini sekarang aku lagi olahraga E-Sports, main game, hehehe" ucapku membalas perkataan Hani. "Ihhhh kok pagi-pagi udah main game sihhh, by the way, hari ini main yuk. Sekalian nanti temenin aku ngeliat hasil ujian mandiri nanti, mau yaaa??? Plisss" ucap Hani memohon. "Iyaaa sayang, nanti siangan aja yaaa tapi" balasku dan dilanjut dengan jawaban Hani kegirangan. "Yeyyy! okedehh nanti kabarin aja yah mau jemput aku atau ketemuan di tempat mainnya nanti, dadahh! Sayang Bayu" ucap Hani dan kemudian mematikan teleponnya. Wah sepertinya aku harus segera bersiap-siap karena sekarang sudah jam 9.

Jam 11, aku berpamitan dengan orangtua dan adikku, dan aku memutuskan untuk menjemput Hani kerumahnya dulu. Singkat cerita, aku sudah sampai dirumah Hani, dan Hani sudah menunggu di depan pagar rumahnya. Hani kali ini mengenakan pashmina hitam dengan kaus putih lengan pendek yang ditutupi dengan cardigan berwarna abu-abu, dan menggunakan celana jins serta sneakers, damn I must be so lucky to have this cutie as my girlfriend.

Hani kemudian memasuki mobil dan setelah menutup pintu mobil, dia mencium pipiku dan kemudian menyapaku. "Halo sayang, ih baju kita matching putih-putih liat" ucap Hani sambil menarik kausnya, memang saat itu aku kurang lebih mengenakan warna outfit yang sama dengannya, Kaus putih lengan panjang dan celana jins hitam. "Aduhh terbang aku dateng-dateng langsung dicium, kita mau main kemana nii" balasku sambil mencubit pipi Hani. "Ihh jangan kenceng-kenceng nyubitnya, sakit tau. Mau main ke Mall x ngga??" ucap Hani menyarankan tempat. Akupun mengiyakannya dan kami langsung beranjak kesana.

Di jalan, kami tak berhenti menyanyikan lagu yang ada di radio, Hani mengajakku selfie beberapa kali, dan kami sempat mengobrol sebentar tentang info gosip-gosip yang melanda di negeri ini dan tak terasa kami sudah sampai ke mall yang kami tuju.

"Kamu mau ngapain sekarang?" tanyaku ke Hani. Hani sempat terdiam sebentar sebelum akhirnya memutuskan apa yang ingin dia lakukan. "Aku tau mau ngapain! Aku mau beli sepatu, ayok!" ucap Hani menarikku ke toko sepatu yang terkenal dengan logo ceklisnya. Sesampainya disana, Hani langsung mencari-cari sepatu mana yang akan dia beli dan aku hanya menemaninya karena aku sudah mempunyai terlalu banyak sepatu, dan jika aku membeli satu lagi, Mamah pasti akan membunuhku. Tak membutuhkan waktu lama untuk Hani menemukan sepatu mana yang akan dia beli, dia mengambil sepatu running berwarna kuning. "Bay, liat deh. Lucu nggak?" tanya Hani sambil memberikan sepatunya kepadaku. Aku melihat-lihat sepatu ini dan memang, sepatunya terlihat menarik, namun ketika aku melihat harga di price tag nya, semuanya terlihat menjadi jelek di mataku. Bagaimana tidak? Harganya menyentuh dua minggu uang jajan ku ketika aku sedang ngampus. "Lucu sih, Han. Tapi harganya nggak lucu" ucapku kepada Hani dan Hani tertawa ngakak. "HAHAHAHAHA kamu apaan sihh ngomongnya kayak kamu yang mau bayarin ajaa, atau kamu mau bayarin beneran nih?" ucap Hani. Aku tidak menjawabnya, Hanya menepuk kecil mulutnya dengan telunjukku dan kami beranjak ke kasir. Selama di depan kasir pun kita tak berhenti-henti bercanda, ada saja hal yang bisa kita bercandakan sampai mbak-mbak kasir itu pun ikut tertawa. "Kalian itu couple ngegemesin banget deh" ucap mbak-mbak kasir yang membuat kami tersipu malu dan kami beranjak keluar.

Setelah membeli sepatu, kami beranjak ke toko buku untuk membeli komik. Selama mencari komik pun kami tetap selalu menemukan sesuatu yang bisa dibercandakan sampai-sampai kami ditegur oleh petugas karena terlalu berisik. "Hihh kalian berdua udah gede kelakuannya masih kaya anak kecil" ucap security sambil menggeleng-gelengkan kepala. Kami berdua sudah menemukan komik yang ini kami beli, dan membayarnya di kasir.

Kami sempat bingung memutuskan apa yang ingin kami lakukan setelah membeli komik, namun aku ingat bahwa aku dan Hani tidak pernah foto didalam Photobox, jadi aku mengajaknya ke Arcade. "Han, main ke Arcade yuk. Sekalian photobox" ucapku mengajak Hani. "Ohiyaa aku lupa daritadi mau ngajak photobox, ayoo!" ucap Hani dan aku menggandeng tangannya dan beranjak ke Arcade di mall ini. Kami memutuskan untuk bermain di Arcade ini dulu baru berfoto ria di Photobox setelahnya. "Aduh salah kita, Bay. Harusnya mah tadi foto dulu baru main, keringetan ini kita" ucap Hani yang kulihat wajahnya agak basah karena keringat. "Iya nih jadi berasa adem banget masa dada aku" ucapku bercanda dan Hani memukul kecil punggungku sambil tertawa.

Pada photobox ini, kita diberi kesempatan untuk mengambil enam foto, dan sebelumnya Hani sempat menyuruhku untuk mendiskusikan gaya foto terlebih dahulu. "Bay kan ada enam kali foto nih, enaknya gaya gimana aja?" ucap Hani namun aku langsung menarik tangannya untuk masuk kedalam photobox. "Udahh nanti juga langsung kepikiran gaya nya mau gimana" ucapku sambil menarik Hani kedalam photobox. Dua foto pertama merupakan foto yang normal-normal saja, dengan foto pertama kami bergaya tangan Peace (✌️), dan foto kedua aku merangkul Hani dan Hani menyandarkan kepalanya di pundakku. Giliran foto ketiga, kami kebingungan mencari gaya, dan countdown semakin mendekat, dan akhirnya Hani memutuskan untuk mencium pipiku dan mencapit kepalaku di bagian bawah membuat bibirku menjadi monyong. Foto keempat, aku membalas perlakuannya, namun aku mencium keningnya, bukan pipinya, dan Hani tersenyum malu-malu dan kami bertatapan. Tersisa dua foto lagi, dan tak ada yang mengomando, kami langsung berciuman mesra, cukup lama sehingga dua foto terakhir kami adalah gambar aku dan Hani sedang berciuman. "Ccuppp... Ccuupphh... Ahhh.. Dua foto terakhirnya pasti lucu banget nih" ucapku melepas ciumannya. "Kok aku takut hasilnya nanti diunjukkin diluat ya?" balas Hani namun kami berdua hanya tertawa-tawa setelah itu. Kami sempat mengedit-edit hasil foto kami dan kemudian hasilnya di print, dan biar adil, Hani mengambil foto dia mencium pipiku dan salah satu foto kami yang sedang berciuman, dan foto dengan gaya tangan peace, dan aku mengambil sisanya. Setelah itu kami keluar dari Arcade ini.

Seusai bermain di Arcade, Hani mengajakku ke bioskop untuk menonton film yang sedang ada dan yang menurut kita berdua akan menarik. Kami memutuskan untuk menonton film kartun yang sedia dalam waktu dekat, dan kami memilih untuk duduk dibagian tengah namun agak kepojok. "Kamu mau beli cemilan dulu, nggak?" Tanyaku. "Aduh aku nyisain uang buat nanti makan abis nonton, sayang. Kamu aja kalo mau beli" balas Hani. Aku yang tidak enak kalau hanya membeli minuman dan popcorn untukku sendiri kemudian mengajak Hani ke stand penjual cemilan. "Udah kamu mau beli apa? Aku yang bayarin" tanyaku kepada Hani. Hani yang kebingungan pun bertanya kepadaku. "Ih beneran ini kamu bayarin?" tanya Hani. "Iyaa sayangg, kamu mau yang manaa??" balasku kembali menanyakan Hani. Hani tersenyum manis dan memesan duluan. "Okedehh, kalo gitu aku mau Ice Chocolate sama Popcorn asin yang large ya, mba. Sama mineral satu buat dia soalnya dia gaboleh minum yang aneh-aneh" ucap Hani meledekku karena aku baru saja terkena penyakit lambung. "Hih ngeledek, yaudah gajadi dibayarin nih" ucapku mengancam Hani, namun Hani tidak menghiraukannya. "Ih yaudah nanti aku bilangin ke security nya ada yang nggak mau bayar, hayo pilih mana" balas Hani dan membuatku dan Penjaga kasir tertawa. "Ahh ke counter, iya deh iya" balasku dan memberikan uangnya kepada kasir.

Seusai kami membeli cemilan, kami langsung menuju ke studio kami dan menuju ke tempat duduk kami. Dari jumlah orang yang kulihat di studio ini, sepertinya ini merupakan film yang cukup childish karena kulihat kebanyakan studio ini diisi oleh ayah dan ibu beserta anak-anaknya. Aku yang melihat situasi pun menyampaikan candaan kepada Hani. "Sayang, liat deh. Ini isinya ayah-ibu-anak semua, ini emang kitanya yang terlalu bocah atau filmnya emang film bocah banget deh?" candaku. Hani pun melihat sekitar dan kemudian tertawa. "Ehh iya dongg, kayaknya emang filmnya kaya film keluarga gitu, ya? Berarti kita kalah nih harusnya kita bawa anak juga" balas canda Hani. "Iya nih, kita kecepetan yah hahaha" candaku kembali. "Iyaa, makanya cepetan nikahin aku, nanti pas punya anak kita nonton begini lagi" ucap Hani membalas candaanku.

Film sudah dimulai dan baru mulai sebentar, Hani sudah menyenderkan kepalanya di pundakku, dan aku akhirnya merangkul pundaknya dan menyenderkan kepalaku ke kepala Hani. Di posisi ku yang sedang merangkul ini, muncul ide nakal di otakku untuk menjahili Hani dengan mencolek-colek samping payudaranya. Beberapa kali kucolek, kulihat Hani tidak bereaksi, kemudian muncul ideku untuk meraba dan mengelus-elus payudaranya, dan aku yakin pasti Hani merasakannya karena napasnya mulai menjadi agak berat dan tangannya menggenggam tanganku dan menahannya di posisi tanganku sedang berada diatas payudara. Aku kembali menjahili Hani dan kali ini aku meremas-remas kecil payudaranya membuah Hanj mendesah keenakan. "Ummhhh... Ummhh.. Sayangg..." desah pelan Hani. Akupun melepas remasanku karena takut jika Hani mendesah makin keras. Setelah itu, Hani melihat ke wajahku dan kami kini saling bertatapan. Aku memberanikan diri untuk mencium bibirnya dan memagutnya pelan, dan Hani juga membalas pagutanku hingga kini kami berciuman mesra. Aku tidak tahu pasti berapa lama kami berciuman, namun sepertinya cukup lama. Kemudian Hani melepas ciumanku dan kembali menonton filmnya. "Jangan kebawa nafsu sayang, disini tempatnya nggak enak, apalagi isinya banyak keluarga, but thanks for the kiss, though. I loved it" ucap Hani sambil menatapku dengan senyuman manisnya, dan aku kembali merangkul Hani dan kami menonton filmnya hingga selesai, lumayan juga film ini untuk ukuran kartun anak kecil.

Kini kulihat jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, dan aku dan Hani lekas pergi ke mushola yang disediakan di Mall ini untuk sholat, dan setelah sholat, karena aku dan Hani mulai merasa lapar, sekarang kami menuju ke restoran jepang H*kben untuk makan. Setelah memesan makanan dan duduk, Hani menyuruhku untuk tidak memakannya terlebih dahulu, karena Hani ingin melihat hasil ujian mandirinya. "Jangan makan duluu sayang, sekarang kan udah jam 6, berarti hasilnya udah keluar, kita liat hasilnya dulu baru kita makan, oke?" ucap Hani dan aku mengiyakan. This is it, the moment of truth. Hani membuka hapenya dan langsung menuju ke laman resmi kampus kami untuk melihat hasilnya. Dan hasilnya adalah........



"BAYY AKU LOLOS!!" teriak Hani dan akupun turut berbahagia dan mengucapkan selamat kepada Hani. "Alhamdulillahhh, selamat sayanggg" ucapku sambil mengelus-elus kepalanya yang terhalangi oleh pashminanya. Hani tersipu malu, dan kemudian kami mulai sesi makan kami. Di saat makan ini, perasaanku bercampur aduk. Aku sangat senang karena Hani berhasil masuk ke jurusan yang dia inginkan, namun disisi lain, ketakutanku terhadap aku yang tidak bisa menjaga Hani sepenuhnya, terutama dari Andre, terus menghantui pikiranku. Hani sepertinya menyadari kalau aku sedang memikirkan sesuatu, oleh karena itu dia memberanikan diri untuk bertanya. "Sayang? Kamu kayaknya lagi mikirin sesuatu, lagi mikirin apa?" tanya Hani. Aku yang sedang melamun pun terpecah lamunanku dan menjawab pertanyaan Hani. "Hah? Oooh, nggak kok, nggak kenapa-napa" balasku, Hani hanya mengiyakan, namun sepertinya dia menyadari apa yang sedang kupikirkan, namun Hani membiarkannya dan kami melanjutkan makan kami.

Selesai makan, karena hari sepertinya sudah menuju malam, kami memutuskan untuk pulang. Di perjalanan kami menuju parkiran mobil, aku tidak berhenti menggandeng tangan Hani dan Hani juga mengeratkan genggamannya hingga Kini kami sudah sampai di mobil. Sepanjang perjalanan di mobil pun, tanganku tidak berhenti memegang tangannya dan Hani membawa genggaman kami ke pahanya. Aku benar-benar menggandeng tangannya seperti tidak ingin melepasnya. Di perjalanan ini kami tidak berbicara sama sekali, hanya diselingi dengan mengelus-elus paha Hani atau Hani menyenderkan kepalanya di pundakku, terus begitu hingga kami sampai dirumah Hani, dan karena perjalanan yang macet, kami baru sampai sekitar jam 8 malam. Aku dan Hani tidak berkata apa-apa, namun hanya keluat dari mobil dan mengantarkan Hani sampai kedepan pagar. Sepertinya tidak ada orang juga, karena tidak terlihat ada mobil Abbi dan Ummi.

Hani membukakan pagar, dan aku mengantar Hani hingga kedepan pintu rumahnya. Di depan pintu, tadinya aku ingin langsung pamit, namun Hani menggenggam kedua tanganku seolah ingin aku berada disini terus.
"Sayang, aku tau kok apa yang lagi kamu pikirin" ucap Hani yang kulihat matanya mulai berkaca-kaca. "Kamu tenang aja, okay? Nothings gonna happen, aku yakin kok kamu bisa tetep jaga aku sepenuhnya meski nanti kita udah beda fakultas. Don't be like this, cause it hurts me too, okay?" lanjut Hani yang kemudian memelukku sambil menangis. "Hikss.. Hikss.. Aku.. Aku tau... Kalo kamu... Kamu pasti... Khawatir.... Tentang Andre... Tapi aku.. Aku yakin kok... Kalo kamu bisa ngejagain aku... Meski nanti... Nanti kita bakal kepisah jauh fakultasnya... " lanjut Hani terbata-bata karena sedang menangis. Aku tak mengatakan apa-apa, namun aku mengangkat kepalanya dan menghapus air mata dari wajah manisnya. Kami saling bertatapan, hingga akhirnya kami mulai berciuman cukup liar. "Ccuupphh... Ccuppp... Bawa aku ke kamar aku sayangg..." ucap Hani dan akupun menggendongnya membawanya ke kamarnya dan langsung menghempaskan Hani ke kasurnya yang besar. Sebelum aku kembali melanjutkan ciuman kami, aku membuka kausku terlebih dahulu dan Hani membuka pashmina nya. Setelah itu kami lanjut berciuman diatas kasur ini. Sembari berciuman, aku membuka cardigan dan kaus Hani dan kini aku dan Hani sama-sama telanjang dada namun Hani masih menggunakan BH nya. Ciumanku pun mulai beralih dari mulutnya ke lehernya. "Ccuupphh... Ahhh sayangg..." desah Hani. Sambil menjilati dan menciumi lehernya, tak lupa kulepas kaitan BH nya dan kutarik BH tersebut dan kini terpampang jelas payudara Hani yang indah. Tak butuh waktu lama bagi ku untuk mulai menjilati dua gunung kembar ini, dan sambil 'netek', aku juga membuka celanaku hingga aku bugil dan tak lupa juga kubuka celana Hani dan kini kami sama-sama bugil.

Jilatanku pun kini makin turun dari payudaranya ke perutnya dan akhirnya lidahku hinggap di memeknya. Selain lidahku yang bermain dibawah sana, tak lupa kumainkan itilnya dengan ibu jariku, membuat Hani menjadi makin menggelinjang. "URGHHH.. SAYANGGG... AKU MAU KELUARRR" teriak Hani dan tak lama kemudian, cairan orgasme Hani keluar dari memeknya dan membasahi wajahku. Kemudian, aku mendirikan badanku dan Hani yang sudah paham langsung duduk masih dipinggir kasur dan mulai menjilati kontolku.

Hani menjilati kontolku layaknya sedang menjilati es krim, dan tak ada satupun titik yang tidak terkena oleh jilatannya, dan setelah dia puas menjilatinya, barulah dia mulai memasukkan kontolku ke mulutnya. Hani memulai sepongan ini dengan lamban, namun kecepatannya naik secara konstan dan membuatku makin keenakan. "Ahh... Sayangg... Iyaa benerr gituu.." ucapku keenakan. Namun entah kenapa, setelah aku berbicara seperti itu, Hani malah menurunkan kecepatan maju-mundur kepalanya sampai akhirnya dia melepaskan kulumannya. "Ada Apa, Sayang?" tanyaku. Hani terdiam sebentar sebelum akhirnya dia membuka mulutnya. "Sayang, aku rasa aku udah siap" balas Hani menatap mataku, membuatku kebingungan. "Siap untuk?" tanyaku kembali. "Kamu tau lah, berhubungan seks" ucap Hani.

Aku terdiam sebentar, sebelum akhirnya aku kembali menanyakan keputusannya. "Kamu yakin?" tanyaku. "Aku mohon" ucap Hani, yang sangat tak kusangka, untuk apa Hani memohon? Aku kembali memastikan keputusannya. "Kamu beneran udah mikirin ini mateng-mateng?" tanyaku kembali memastikan. "Iya, sayang. Aku serahin keperawanan aku ke kamu" ucap Hani yang sudah sangat yakin dengan keputusannya. Aku yang melemah akhirnya mengiyakan dan menidurkan badan Hani, dan memposisikan memek Hani sudah melewati ujung kasur sedikit, dengan ini kemungkinan darah perawan Hani tidak tumpah ke sprei dan meninggalkan bekas.

Aku kemudian mulai memposisikan kontolku ke depan lubang kenikmatannya. Sebelum aku berusaha memasukkannya, aku menggesek-gesek kontolku di memek Hani terlebih dahulu, membuat Hani menjadi makin gelinjangan. "Sayanggg... Enakk... Ahhh" desah manja Hani. Setelah puas menggesek-gesekkan kontolku ke memeknya, aku mulai mendorong kontolku kedalam memeknya, agak susah karena ini juga merupakan pertama kali aku akan mengambil keperawanan perempuan. Ujung kontolku baru masuk dan Hani sudah meringis kesakitan. "Uhhh... Sayang..." ucap Hani menahan sakit. "Iyaa sayangg, sebentar yaa, emang sakit pas bagian ininya" ucapku menenangkan. Aku mendorong kontolku makin dalam dan kurasakan kontolku seperti menabrak sesuatu, pasti ini selaput daranya. Sambil menggenjot pelan-pelan, aku juga mengambil sikap untuk merobek selaput daranya. "Sayang, yang ini rasanya bakal sakit, tapi kamu tahan aja yah, satu... Dua... TIGAA" ucapku dan kuhentakkan kontolku dalam-dalam dan merobek selaput daranya yang membuat Hani kesakitan hingga berteriak. "AHHH SAYANGG SAKITTTT" teriak Hani, yang kemudian langsung kututup mulutnya dengan ciumanku dan kulihat kembali keluar air mata Hani karena kesakitan. Untuk meredakan kesakitannya, kusodok-sodok pelan memeknya hingga dia mulai merasa keenakan. Setelah kesakitannya mulai reda, barulah kugenjot memeknya pelan, untuk menyesuaikan terlebih dahulu. "Ummhhh.. Sayangg... Enakkk..." desah Hani manja. Akupun mulai menaikkan rpm genjotanku sedikit demi sedikit hingga akhirnya mencapai kecepatan penuh yang kumampu lakukan. "Ahhhh sayanggg.... Iyaaaa enakkkk.... Aku mau pipisss..." ucap Hani dan aku tetap mencoba menaikkan rpm genjotku hingga akhirnya Hani mencapai orgasme keduanya malam ini.

Setelah puas dengan posisi ini, aku mengubah posisi Hani hingga menungging, dan seperti biasa, sebelum memulai untuk penetrasi, kugesek-gesekkan kontolku di memeknya dan terkadang kuarahkan ke anusnya. "Sayangg... Jangan dimasukkin lewat lubang anus yaa... Ngga sehatt soalnyaaa..." ucap Hani mengingatkanku untuk tidak meng-analnya dan akupun mengiyakannya. Setelah puas menggesek-gesekkan, barulah kumulai penetrasi lagi, yang tidak sesusah saat pertama kali. Kali ini aku langsung menggunakan rpm yang agak cepat, membuat Hani makin keenakan. "Ahhh sayangg... Lebih dalemmm..." ucap Hani dan aku menuruti permintaannya dan menghentak-hentakkan kontolku sedalam-dalamnya membuat Hani menjadi makin menggila. "OOOH.. IYAA SAYANGG... AHHH ENAK BANGETTT" desah Hani kencang dan setelah itu kunormalkan kembali genjotanku.

Pada posisi ini, kulihat payudaranya yang bergelayutan seperti terayun-ayun karena hentakanku, dan karena aku gemas melihatnya aku meremas-remas payudaranya dari belakang. "Ahhh... Sayangg... Akuu keenakannn..." desah Hani keenakan. Aku menampar-nampar pantat Hani tidak terlalu keras membuat Hani menjadi makin menggelinjang keenakan. "AHHHH.. Sayangg.... Akuu berasaa jadii kayakk nakall bangett ditamparr-tamparrr... Ummhhh..." ucap Hani. Sudah kurang lebih 10 menit aku mengentoti memek Hani dalam posisi ini, aku memutuskan untuk menyudahi posisi ini, dan aku beranjak naik ke kasur dan memposisikan badanku menyandar di ujung kasur yang tertahan dengan tembok dan menyuruh Hani untuk menaikki tubuhku. Hani kemudian menaikki tubuhku dan berusaha untuk memasukkan kontolku ke memeknya, namun sepertinya dia kesulitan karena ini merupakan kali pertamanya melakukan ini, akhirnya aku membantu Hani untuk memasukkannya, dan setelah masuk aku mengarahkan Hani untuk menaik-turunkan pantatnya, dan tak butuh waktu lama bagi Hani untuk memahaminya. Aku yang melihat payudara gemasnya pun mulai menghisap-hisap dua gunung kembar ini bergantian, membuat Hani makin liar menaik-turunkan pantatnya. "Ahhh... Iyaaa sinii... Netekk samaa akuu... Ahhh..." ucap Hani dan setelah Hani berbicara seperti itu, aku melepaskan kenyotanku dan mencium bibirnya dan kini kami ngentot sambil berciuman.

Aku telah mengentoti memek Hani dalam posisi ini kurang lebih selama 5 menit dan Hani sudah orgasme selama kurang lebih bertambah 2 kali lagi, dan aku sudah mulai mendekati orgasme ku. "Sayangg.. Aku udah mau keluarr... Hhhhh... Hhhhh.. Aku keluarin dimanaaa... Hhhh.." tanyaku sambil menggenjot memeknya. "Hhhh... Hhhh.. Keluarinn di perruttt akuu ajaaa sayanggg... Hhhh... Hhhh..." balas Hani, dan kemudian aku mengubah posisi seks kami menjadi missionary lagi dan kuentot kembali memeknya. Setelah kurang lebih beberapa menit kemudian, kurasa pejuku sudah berada di ujung tanduk, kucabut penisku dan mulai mengocoknya dengan tangan." Ahhh sayangg... Aku keluarinn yaaa... " ucapku yang sudah akan ejakulasi. "Ahhh... Iyaa sayangg... Uhhh... Keluarinn yang banyakk.. Umhhh..." balas Hani dan tak lama kemudian akhirnya aku ejakulasi. Pejuku keluar membasahi perutnya yang sudah basah karena keringat. Setelah selesai ejakulasi, aku menaikkan kontolku ke mulut Hani dan Hani yang sudah paham mulai menjilati sisa-sisa yang ada di ujung kontolku. Aku kemudian mengambil handuk untuk mengelap peju yang kutumpahkan diatas perutnya.
"Hhhh... Hhhh... Kayak abis maratonn.... Hhhh.." ucap Hani kelelahan. Kemudian setelah itu aku dan Hani beranjak ke kamar mandi untuk bebersih dan berhubung bajuku yang basah waktu itu ditaruh di kamar Hani, aku tidak perlu ke kamar adiknya untuk mengambil baju. Aku berniat untuk pamit pulang, namun Hani menahanku dan menyuruhku untuk menginap disini saja.
"Sayang, please nginep disini malem ini, temenin aku" ucap Hani menahanku, kemudian aku langsung menelepon Mamah untuk izin, Mamah tadinya keberatan, namun aku berbohong ke Mamah dengan bilang kalau aku disuruh Ummi untuk menginap disini, dan akhirnya Mamah memperbolehkanku.

Sesudah aku menelepon Mamah, Hani mengajakku untuk tidur disampingnya. Seperti biasa, Hani tidur menyamping dan aku memeluknya dari belakang hingga Hani membalikkan badannya. Kami bertatapan, Hani mengelus-elus pipiku, dan aku mengelus-elus rambutnya, dan kedua perlakuan ini membuat kami berdua menjadi makin terkantuk dan akhirnya kami tertidur dalam posisi ini. Akhirnya kini Hani menyerahkan mahkotanya kepadaku.

-End of Chapter 1-
 
Apakah hani akan selingkuh dengan andre? Atau mungkin diperkosa? Haduh, jadi gak sabar nih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd