Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

IBUKU TUNANETRA - TAMAT

Bagaimana pun juga Ibu adalah ibu kandungku. Beliau yang mengandungku selama sembilan setengah bulan, beliau yang melahirkanku setelah bertarung nyawa, beliau yang merawatku sejak bayi sampai besar dengan penuh kasih sayang. Last but not least, aku tidak akan ada di dunia ini kalau tidak ada Ibu.

Dan sekarang Ibu sudah memberikan sesuatu yang paling berharga di badannya, untuk kumiliki dan kunikmati.

Karena itu aku harus memperlakukannya lebih dari biasanya. Ketika Ibu mau bersih - bersih di kamar mandi, aku membopong tubuh telanjangnya ke kamar mandi. Lalu kami mandi bersama. Untuk membuang keringat dari tubuh kami.

Lalu aku menyabuni sekujur tubuh ibu, dari leher sampai ke telapak kakinya.

Namun ketika aku sedang menyabuni kemaluannya yang sudah dua kali orgasme itu, diam - diam penisku ngaceng lagi. Maka kuangkat tubuh Ibu ke bibir bak kamar mandi. Dan kududukkan Ibu di pinggir bak yang bibirnya cukup lebar, yang biasanya digunakan untuk menaruh peralatan mandi. “Mau ngapain mendudukkan ibu di sini Wan ? Pengen ngentot ibu di kamar mandi ya ?” tanya Ibu yang sudah duduk di pinggiran bibir bak dengan kaki terjuntai ke lantai.

“Iya Bu. Aku nafsu lagi nih. Gak apa - apa ya, “ sahutku sambil berdiri menghadap ke arah ibuku, dengan moncong penis diletakkan di mulut vagina Ibu yang masih berlepotan air dan busa sabun.

“Iya gak apa - apa Sayang, “ sahut Ibu sambil memegang sepasang bahuku.

Dan dengan mudahnya aku bisa memasukkan penisku yang sudah ngaceng lagi ini ke dalam liang memek Ibu ... blessssssssskkkkkkk .....

Dan sambil berdiri, mulailah penisku “memompa” liang kemaluan ibuku.

“Oooooohhhhh ... kontolmu memang enak sekali Wan ... nanti istrimu pasti bakal ingin dientot terus sama kontol gede dan panjangmu ini ... ooooohhhhh ... enak sekali Waaaan ... “ erang Ibu sambil memeluk leherku agar tidak terjatuh ke lantai, sekaligus ingin menciumi pipi dan bibirku.

“Me ... memek ibu enak nggak Wan ?” tanya Ibu ketika ayunan penisku masih berjalan lambat.

“Enak sekali Bu ... “ sahutku sambil mendekap pinggang ibu, sementara penisku mulai kugenjot secara berirama.

“Sayangnya kita gak boleh kawin ya Wan. Kalau boleh sih, ibu mau juga dihamili olehmu. “

“Kalau hidupku sudah mapan, tiada salahnya ibu mengandung anakku. “

“Kenapa harus sudah mapan ?”

“Kalau sudah mapan, aku bisa menyembunyikan Ibu di suatu tempat yang jauh dari mulut usil. “

“Iya ... makanya cepatlah sukses ya Sayang. Biar ibu bisa hamil, bisa mengandung benihmu. Oooo ... ooooohhhh ... ini ... makin lama makin enak Waaaan ... tapi jangan terlalu lama kayak tadi yaaaa ... kalau ibu sudah mau lepas, kamu juga harus ngecrot ... biar bareng lagi lepasinnya seperti tadi ... nikmat sekali ... “

“Iya Bu ... lagian ngentot di dalam kamar mandi gini gak boleh lama - lama ya. Takut diganggu hantu air ... “

“Ah ... kata ayahmu sih kata hantu itu hanya plesetan dari kata Tuhan ... jadinya Tuhantuhantuhantuuuu .... bener kan ?”

“Iyaaaa ... dududuuuuuhhhh ... memek Ibu makin lama makin enak Buuuu ... “

“Kontolmu juga makin lama makin enaaaaaak ... ayo cepetin entotannya Waaaan ... biar cepat selesai ... “

“Iya Bu, “ sahutku sambil mempercepat entotanku seperti yang Ibu inginkan.

Bokong Ibu makin lama makin maju. Tapi aku tidak takut beliau jatuh, karena selalu berpegangan ke bahuku atau memeluk leherku erat - erat.

Dan akhirnya Ibu berkata terengah, “Ayo Wan ... barfengin lagi ... ibu udah mau lepas nih Waaaaan ... entooooot teruuuusssss ... lepasin bareng lagiiiii ... “

Aku memang sudah ingin ngecrot secepatnya di kamar mandi ini. Maka setelah mendengar permintaan Ibu, kupergencar entotanku, tanpa mempedulikan apa - apa lagi.

Dan ... oooo ... aku berhasil ... !

Ketika liang memek Ibu mengedut - ngedut kencang, aku pun tengah “menanamkan” penisku di dalam liang surgawi yang sedang berkejuit - kejut erotis itu .... disusul dengan kejutan - kejutan di penisku sendiri ... penis yang moncongnya tengah memuntahkan lahar lendir ini. Crooootttttt ... crotcrottttt ... croooootttttttttt ... crooooottttttttttttt ... crooootttt .. crooot ... croooooooooooooooooottttttttttttttttttttttt .... !

Ibu masih memeluk leherku, tapi kedua lengannya sudah terasa lemas. Maka setelah mencabut batang kemaluanku dari liang memek Ibu, kuturunkan ibuku dengan hati - hati.

“Duuuuhhhh ... ini untuk pertama kalinya ibu disetubuhi di dalam kamar mandi Wan, “ kata Ibu sambil meraba - raba bibir bak, sampai menemukan gayung plastik. Lalu diambilnya air dengan gayung plastik itu untuk menyirami memeknya.

Aku pun mengambil gayung plastik itu dari tangan ibuku. Lalu kusiram air dari atas kepala Ibu, agar beliau mandi sekalian berkeramas.

Setelah Ibu selesai berkeramas dan kubilas dengan air dari gayung plastik, barulah aku sendiri mandi sebersih mungkin, sekalian mandi junub.

Setelah mandi, kami kenakan pakaian masing - masing. Dan bersama - sama rebahan di atas ranjang Ibu.

Ibu mendekapku dengan kehangatan seorang ibu, sekaligus sebagai seorang wanita yang baru berbagi kenikmatan denganku.

Sementara terawanganku mulai melayang - layang lagi. Menerawang segala yang pernah kualami dan kemungkinan - kemungkinan yang akan kualami.



(Bersambung)







“Fighting for peace is like screwing for virginity.”
― George Carlin


"Berjuang untuk perdamaian sama sulitnya dengan memecahkan keperawanan."
― George Carlin
 








Walau pun aku tak pernah pacaran dengan cewek sebayaku, sebenarnya Ibu bukanlah wanita pertama yang kugauli. Ya ... aku akan tetap ingat peristiwa demi peristiwa, khususnya tentang masalah seksual.

Baru seminggu aku bekerja di kantor perusahaan swasta itu, seorang karyawati menghampiriku ketika aku sedang nongkrong di kantin pada jam makan siang. Karyawati itu seorang wanita setengah baya yang menjabat tanganku sambil menyebutkan namanya, “Ninies. “

Aku pun menyebutkan namaku. Kemudian karyawati yang bernama Ninies itu duduk di depanku, dibatasi oleh meja kantin.

“Gimana ? Seneng kerja di sini ?” tanyanya setelah memesan jus guava ke ibu kantin.

“Lumayan ... seneng Mbak. “

“Kamu karyawan termuda di sini. “

“Kok Mbak tau ?”

“Aku kan staf personalia. “

“O gitu ... “

“Kamu punya WA ?”

“Punya. Mau tukaran nomor Mbak ?”

“Iya. “

Lalu aku tukaran nomor hape yang ada WAnya dengan Mbak Ninies, yang usianya kira - kira tigapuluh tahun lebih.

“Nanti malam kita chat ya, “ ucapnya.

“Boleh Mbak. “

“Pacarnya gak marah kalau kamu chat denganku ?”

“Aku gak punya pacar Mbak. “

“Ohya ? Cowok seganteng kamu gak punya pacar ? Masa sih ?!”

“Belum punya Mbak. Cariin dong sama Mbak. Heheheee ... “

Tiba - tiba dia memegang tanganku yang berada di atas meja sambil berkata perlahan, “Aku aja jadiin pacar ya. Hihihiiii ... “

“Memangnya Mbak gak punya suami ?”

“Punya, tapi boleh aja aku suka kamu kan ?”

Aku terhenyak. Masa perempuan yang jauh lebih tua dariku mau jadi pacarku ? Tapi aku lantas teringat sesuatu ... tentang wanita bersuami yang seneng melahap brondong. Apa salahnya kalau aku dijadiin brondongnya ? Bukankah aku ingin tau bagaimana rasanya bersetubuh itu ? (saat itu aku belum pernah menggauli siapa pun).

Aku menengok ke kanan kiriku. Saat itu kantin memang sedang sepi. Hanya aku dan Mbak Nies yang sedang nongkrong di kantin. Maka lalu aku menjawab, “Boleh Mbak. Boleh banget. “

Mbak Nies yang berperawakan tinggi montok berkulit putih mulus itu menghabiskan jus guavanya. Lalu berdiri sambil berkata, “Nanti malam kita chatting ya. “

“Oke, “ sahutku sambil tersenyum.

Dugaanku tidak meleset. Malamnya Mbak Ninies mengirim WA, berawal dengan basa - basi, udah tidur belum ... sekarang lagi ngapain dan sebagainya. Sampai akhirnya melangkah ke chat yang lebih serius :

Aku : Suami Mbak kerja di mana ?

Ninies : Jauh. Di Hongkong

Aku : Jadi TKI ?

Ninies : Iya.

Aku : Mbak sering kesepian dong.

Ninies : Iya. Makanya pengen jadi pacar gelap kamu.

Aku : Kebetulan dong. Aku lagi butuh guru.

Ninies : Guru apa ?

Aku : Guru begituan Mbak.

Ninies : Sex maksudnya ?

Aku : Iya

Ninies : Memangnya kamu belum pernah ?

Aku : Belum Mbak.

Ninies : Bohong ah.

Aku : Disumpah apa juga aku berani. Aku memang belum pernah Mbak

Ninies : Kirim dong foto punyamu. Nanti kelihatan masih perjaka asli atau gaknya

Aku : Foto penisku maksud Mbak ?

Ninies : Iya.

Aku : Nanti bales sama punya Mbak ya.

Ninies : Oke.




Tanpa pikir panjang lebar lagi kufoto penuisku yang kebetulan sedang ngaceng ini, lalu kukirimkan. Dan :



Ninies : Wow ! Punyamu panjang gede gini yah ? Aku jadi horny neh.

Aku : Mana punya Mbak ?

Ninies : Sebentar ya. Kamarku gelap, mau nyalain lampu dulu.




Tak lama kemudian aku menerima kiriman foto kemaluan Mbak Ninies. Maka giliranku untuk berkomentar :



Aku : Waduh Mbak ... memeknya bersih gini. Jadi pengen jilatin deh.

Ninies : Kok udah tau jilat memek segala ? Berarti udah pengalaman dong.

Aku : Pengalaman masih nol besar. Tapi nonton bokep sih sering.

Ninies : Iya ya. Cowok zaman sekarang kan sering nonton bokep.

Aku : Terus kapan aku mau sekolahnya Mbak ?

Ninies : Terserah kamu. Sekarang juga bisa. Asal mau aja kamu yang ke sini.

Aku : Ke rumah Mbak ?

Ninies : Iya. Kalau mau, aku akan kirim alamatnya.

Aku : Di rumah Mbak ada siapa aja ?

Ninies : Hanya aku sendirian.

Aku : Mbak belum punya anak ?

Ninies : Belum. Mau ke sini sekarang nggak ?

Aku : Mau Mbak. Kirim alamatnya deh. Aku pasti meluncur ke rumah Mbak.




Beberapa saat kemudian aku sudah berada di atas motorku yang kularikan menuju alamat rumah Mbak Ninies.

Kepada Ibu aku bilang mau kerja lembur. Terpaksa aku berbohong supaya tidak ada pertanyaan yang susah jawabnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd