Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Ibu, kok hamil?

Lanjutt.....

*kembali ke masa sekarang*

"Jadi gitu buk ceritanya, maafin haikal ya"

"Yakin sayang ceritanya sampe situ aja? Terus ini kok perut ibu bisa bengkak besar banget gini? Kamu yakin habis itu gak aneh-aneh lagi waktu liat tubuh telanjang ibumu ini?" Tanya Kartika dengan nada lembut. Tapi justru nada lembut ini yang membuat anaknya kalang kabut makin ketakutan.

"I-iya beneran kok buk", Haikal berusaha meyakinkan ibunya bahwa hanya hal itu saja yang terjadi di malam itu. Dia tidak dapat membayangkan bagaimana konsekuensinya jika ibunya sampai mendengar cerita lengkap apa yang terjadi.

"Oohh gituu, yaudah ibu percaya kok. Eh kamu mau denger cerita lucu gak?" Tanya Kartika dengan senyuman menggoda.

"Cerita lucu apa buk?"

"Hihihi, jadi tuh dari waktu kamu ngabarin mau UAS sebelum pulang, sampe satu bulan habis kamu balik kuliah, ibu sama ayah gak pernah ngapa-ngapain di kamar lho. Tapi kok tiap malem badan ibu pegel-pegel ya. Apalagi waktu ayahmu pergi ke luar kota. Hihihi lucu banget kan." Kartika menyelesaikan ceritanya dengan kekehan.

" Aduh mampus", batin Haikal.

Dia sekarang benar-benar dilema apakah lebih baik meneruskan kebohongan ini atau cerita dengan jujur tentang apa yang terjadi secara lengkap. Dia takut jika dia meneruskan kebohongan dan ternyata ibunya sudah tau kebenarannya maka nasibnya akan jauh lebih buruk. Tapi dia yakin pasti dia sudah merencanakan semua dengan aman, lalu darimana ibunya tau. "Ah masa bodo lah, udah tanggung juga ceritanya"

"Buk, Haikal mau cerita lagi......"

*flashback lagi*
Huahh, malam memang masih panjang. Kesempatan emas seperti ini tidak boleh disia-siakan. Setelah selesai mengatur nafas aku pun keluar kamar menuju dapur untuk mengambil air minum. Kurasakan teman kecilku sudah mulai pulih dari kerja berat yang baru saja dilalui. Aku menikmati segelas susu coklat dengan ditemani roti panggang dengan isian 3 buah telur dadar. Semoga dengan ini staminaku segera terisi kembali. Sambil makan aku merenungkan kembali dari mana semua dosa ini berasal. Dosa yang tidak bisa ditarik lagi dan aku pun tidak ada niat untuk keluar dari kesesatan ini.

Nafsu terlarangku terhadap ibuku sendiri muncul ketika aku masih berada di usia sekolah. Ya, sudah lama sekali. Semua bermula ketika aku melihat temanku menonton situs dewasa di lab komputer sekolah. Aku yang penasaran lalu mencatat diam-diam alamat situs yang jadi tontonan temanku tadi. Hingga suatu hari ketika aku pergi ke warnet, rasa penasaranku tak bisa terbendung lagi. Aku ketikkan alamat terlarang yang waktu itu dapat diakses tanpa perlu menggunakan vpn. Aku selami video demi video yang muncul disana hingga tanpa sengaja aku menemukan sebuah video yang bercerita tentang seorang ibu yang memborgol anaknya yang sedang tidur agar tidak melawan waktu disetubuhi ibunya. Darahku berdesir menontonnya dan haikal kecil tegang maksimal. Sejak saat itu, aku punya genre baru (dan juga pertama) yang aku cari setiap pergi ke warnet.

Awalnya aku kira itu hanya obsesi tidak masuk akal yang muncul karena rasa penasaran semata. Hingga akhirnya beberapa tahun setelah itu aku tanpa sengaja melihat sebuah pemandangan yang tidak akan ku lupakan. Sebuah pemandangan yang menetapkan hidupku sebagai seorang pendosa besar di kemudian hari. Jadi waktu itu pulang sekolah lebih awal karena guru-guru ada rapat mendadak. Mendengar tidak ada jawaban dari salam yang kuberikan, aku lalu masuk begitu saja dan duduk di depan tv. Beruntungnya masih ada beberapa tayangan yang menarik perhatianku. Dalam posisi masih mengenakan seragam lengkap, aku larut dalam tayangan yang ada. Hingga aku mendengar suara pintu kamar mandi dibuka, tapi aku biarkan saja karena sekarang sedang seru-serunya. Rupanya ibuku selesai mandi dan tidak membawa handuk, sepertinya dia tidak sadar anaknya sudah kembali ke rumah karena dengan santainya dia berjalan telanjang keluar kamar mandi menuju kamarnya. Otomatis ibuku harus melewati ruang keluarga tempatku sedang menonton tv. Di saat aku sedang terpaku dengan layar kaca di hadapanku, aku melihat sosok ibuku berjalan tanpa sehelai benangpun. Gunung kembarnya naik turun seiring dia melangka dan kemaluannya yang dipenuhi hutan rimbun sontak membuat nafsuku melonjak. Kami sama-sama terkejut dan ibuku berteriak "HAIKAL MEREM!! Sana kamu ganti baju cuci kaki." Tapi terlambat, aku terlanjur menyimpan erat pemandangan indah itu di otakku. Dan sejak itu pula aku percaya tidak akan ada wanita lain yang menarik nafsuku sehebat ini. Aku buru-buru pergi ke kamarku dan menuntaskan nafsu yang bergelora. Siapa sangka hari ini aku dapat merasakan semua yang selama ini hanya jadi obsesiku waktu kecil.

Ku tutup 'makan malam' dengan meneguk segelas air. Total sudah 2 jam berlalu sejak aku memberikan ramuan jahat tadi hingga kini aku selesai mengisi energiku. Meskipun performaku ternyata sedikit lebih baik dari yang ku harapkan, tapi jujur aku agak menyesal tidak sekalian minta obat kuat dari temanku. Tapi tak apalah, toh yang aku cari saat ini adalah kenikmatan waktu maniku keluar di tubuh wanita yang melahirkanku.

Aku berjalan kembali ke kamar ibuku. Kulihat ia masih dengan posisi yang sama seperti ketika aku tinggal tadi. Hanya saja sekarang dasternya turun hingga menutupi perutnya. Aku tak ambil pusing karena pergerakan orang waktu tidur memang tidak dapat diperkirakan. Melihat kemaluan ibuku yang mulus sontak membuat kemaluanku tegang lagi. Aku mainkan jariku di sekitar lubang peranakannya, hingga terdengar rintihan pelan ibuku. Lalu sekarang giliran mulutku yang bergerilya, tak butuh waktu lama hingga aku yakin bahwa sekarang waktu yang tepat untuk menyelesaikan rasa penasaranku. "Oke, sekarang atau tidak sama sekali."

Perlahan kudekatkan kontolku ke lubang ibuku. Aku gesek gesekkan kontolku dengan kemaluan ibuku. Rasanya sungguh nikmat bila dibandingkan dengan cekikan kedua tanganku yang selama ini kurasakan. Gesekan ini juga memberikan sensasi berbeda dari waktu kemaluanku menyodok-nyodok tenggorakan ibuku. Aku jadi penasaran bagaimana rasanya bila kontolku dijepit kedua gunung kembar yang menjadi sumber makananku waktu bayi dulu. Aku lalu naik ke atas kasur, tak lupa aku angkat kembali daster ibuku ke atas dadanya. Tampak kembali kedua bongkah montok yang begitu kenyal itu. Aku cubit gemas perut tembem ibuku lalu aku mulai beraksi. Sekarang posisiku berada di atas ibuku dengan posisi duduk di antara dua sujud. Aku membungkuk ke depan agar kontolku bisa berada di posisi yang optimal. Dengan bantuan kedua tanganku di sisi kiri dan kanan, aku jepitkan susu montok yang tidak berisi asi itu ke kontolku. Rasanya sungguh nikmat hingga aku bingung menjelaskannya. Kugerakkan pinggulku naik turun hingga menyodok rahang ibuku. Rasanya seperti aku melayang. Nafasku makin lama makin berat tak karuan hingga aku memutuskan sudah waktunya ganti ke menu utama. Aku beranjak dari kasur dan kembali mengatur nafasku. Kucumbu lagi bibir ibuku sambil meremas susunya selama beberapa menit.

Sekarang aku sudah kembali ke posisi awal. Aku yakin pasti tubuh ibuku sekarang sudah terangsang. Sekarang waktunya Beberapa kali percobaan untuk memasukkan gagal hingga akhirnya aku bantu dengan tanganku. Baru masuk ujung kontolku saja aku hampir menjerit saking nikmatnya. Lubang yang dulu melahirkanku sekarang ku nodai dengan sodokan kontolku. Pelan pelan kugerakkan pinggulku maju mundur. Kuremas bongkahan pantatnya yang selalu menyembul dibalik baju lebar yang selalu dikenakan ibuku. Remasan dan tamparan kuberikan secara bergantian. Sayup ku dengar rintihan ibuku berganti menjadi desahan pelan seiring porsi kontolku yang semakin masuk ke dalam liang peranakannya tersebut.

"Ahhh. Terus yank. Enggghhh." Aku sontak kaget mendengar suara ibuku. Tapi sepertinya ibuku hanya sedang bermimpi bersetubuh dengan ayahku. Tempo gerakanku makin ku percepat seiring desahan ibuku yang juga semakin keras. Ketika aku berhenti sejenak untuk menghisap susunya, aku seakan merasa pinggul ibuku bergerak sendiri menjemput kenikmatan yang baru dirasakannya. Perlahan tempoku kembali stabil, kali ini dengan kepalaku silih berganti menghisap dan meremas kedua bongkah kenyalnya. Bila perbuatan ini memang dosa, aku berani bersumpah kenikmatan yang kudapatkan membuatku akan terus mengulanginya lagi. "Aduhh yank, jangan digigit", terdengar suara protes ibuku saat aku gigit pentilnya. Ku lihat matanya masih terpejam, tapi ekspresi wajahnya penuh emosi antara nikmat dan juga sakit. Saat aku merasa mendekati batasku, aku mengurangi kecepatanku menyodok memeknya, sebagai gantinya aku fokuskan tenagaku untuk mendorong kontolku hingga mentok menyentuh rahimnya. "Ahhh iya yank terus yankk. Ahh aku mau sampe." Sepertinya ibuku juga sebentar lagi akan meraih orgasmenya. Lalu aku merasakan kedutan di memeknya disertai lolongan nikmat ibuku.

Waktu kurasa aku juga akan segera keluar, buru-buru aku berusaha menarik kontolku dari lubang kenikmatan ibuku. Tetapi terjadi hal yang di luar perkiraanku. Tiba-tiba kedua kaki ibuku disilangkan pada kakiku yang membuat posisiku tertahan. Jantungku nyaris copot karena aku mengira ibuku telah bangun dari tidurnya. Waktu kulihat wajahnya yang masih terpejam aku percaya bahwa ibuku pasti sedang mimpi. "Ahhh terima ini buk. Terima pejuh haikal. Semoga ibu hamil anak Haikal, salah sendiri ibu tahan-tahan. Dasar ibu lonte." Aku berteriak kencang saat aku keluar, tak lupa kucubit kencang kedua pentil ibuku. Tubuhku lalu ambruk dan memeluk tubuh indah ibuku. Ku kecup pipinya dan aku berbisik perlahan, "Makasih ya buk. Ibu emang yang paling hebat."

*kembali ke masa sekarang*

"Tuh kan anak ibu emang bandel banget"
"Buk maafin Haikal buk, Haikal khilaf." Dia benar-benar takut menanggung konsekuensi atas perbuatannya. Dia takut masuk penjara, tapi dia lebih takut dihajar oleh ayahnya bila tahu tentang kejadian ini.

"Yakin sayang kamu cuma sekali itu?" Tanya Kartika memastikan, masih dengan nada lembut dan senyuman di bibir.

"Iya buk yakin"

"Tapi kamu tau gak malem itu bukan masa subur ibu? Terus juga kok waktu kamu liburan di rumah rasanya pantat ibu sering sakit ya pas bangun, hihihhi." Kartika benar-benar membuat anaknya kalang kabut dengan semua ucapan yang dia lontarkan.

*glek* "A-anuu bukk, i-itu a-anuu...."
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd