Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT I LOVE YOU HANDSOME part II : REBELION [by Arczre]

Status
Please reply by conversation.
ceritanya mantap :jempol:.... semoga penulis sehat selalu.
 
Gapapa suhuuuu Cici...

Tandanya cerita suhu luar biasa bagusnya..buat penasaran..

Dan memang menurut saya cerita buatan suhu bener bener TOPBGT..

Saya setia menunggu apdetan cwrita ini suhu..

Salam hormat suhuuuu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Hahahahaaa...om Arczre kesel bgt masih sama para ababil.
Berhubung ane bukan ababil n penggemar tulisan om Arczre so sampe kapan juga ane tunggu updatenya dengan setia dan sabar seperti penggemar yg lg nunggu artis idolanya dateng dengan sabar. Ga kayak para ababil yg lg berkeliaran.
Doa ane semoga om Arczre selalu good mood nya dan sehat selalu serta segala urusan di dunia nyata ga da masalah biar selalu dapet berkarya.

4 Jempol buat suhu...termasuk jempol :jempol: kaki ane.

Buat para ababil,,bae2 sama om Arczre...jangan bikin dia marah, bisa2 Dr. KING n Sarah ada di belakang kalian :takut:
 
Sebenarnya ini nanti mau ane jadikan happy ending, tapi sepertinya nggak. Ane mau bikin lebih gelap dari cerita awal. Karena mood ane lagi nggak bagus.

Moga yang baca nggak bakal bisa tidur gara2 mikirin ceritanya.

So let's see....
 
Sebenarnya ini nanti mau ane jadikan happy ending, tapi sepertinya nggak. Ane mau bikin lebih gelap dari cerita awal. Karena mood ane lagi nggak bagus.

Moga yang baca nggak bakal bisa tidur gara2 mikirin ceritanya.

So let's see....

Waduch....

Kalau gak mood....

Tunggu aja Suhu....

Saya tau kok, buat karya tulis itu susah banged...

Saya cuma berharap....

Cerita² Suhu, selalu jadi masterpiece...

Slalu jadi karya yang gak bosen dibaca....

Semangat Suhu...

Karya Suhu selalu dinantikan....
 
Sebenarnya ini nanti mau ane jadikan happy ending, tapi sepertinya nggak. Ane mau bikin lebih gelap dari cerita awal. Karena mood ane lagi nggak bagus.

Moga yang baca nggak bakal bisa tidur gara2 mikirin ceritanya.

So let's see....

Berarti bakalan ada trilogy nya dong...Jos...ayo kera ngalam...Ojo lali sing nang sebelah yo dilanjut...Mesakno ande2 lumut...wis lumuten...arep dadi watu malahan lumute...
 
Sebenarnya ini nanti mau ane jadikan happy ending, tapi sepertinya nggak. Ane mau bikin lebih gelap dari cerita awal. Karena mood ane lagi nggak bagus.

Moga yang baca nggak bakal bisa tidur gara2 mikirin ceritanya.

So let's see....

Serius suhu. Beneran ??
Hahaaaa.. ane tunggu cerita nya suhu yg katanya bisa bikin para reader sampe gak bisa tidur.
 
Wah kalau gak happy ending..
Ber arti bakalan ada kematian nie..

Dan calon pembuat sad itu keknya kalau gak Alex, Ghea, apa Putri bakal mati nie keknya..

Apa semua nya yaks..

Soalnya kalau tokoh utama si Arci yang di matikan kok sepertinya kurang greget, walau kalau Arci yang mati, bisa membuat awal cerita yang bagus buat anaknya si Alex ntuh buat masuk ke dunia yang namanya "balas dendam"

Hehehe


Tapiiii lets wait sajalah, setia mantau tiap ada tambahan halaman di cerita ini..

Bdw, emank kalau manusia otaknya di ambil sedikit kek Ryujii gtu gak bakalan mokat yaks..??

Bener bener penasaran..

Hehehe
 
BAB DUA PULUH LIMA


TOK! TOK! TOK!

"Dr. King, kami tahu Anda di dalam. Buka! Atau kami akan dobrak," teriak komisaris Basuki.

Arci tampak ikut serta tapi berada jauh dari satuan regu polisi yang kini sudah mengepung rumah Dr. King. Agak sulit menemukan orang yang dijuluki Dr. 50 ini. Kepolisian mempelajari rekaman yang diperdengarkan oleh Arci. Nama Dr. King agaknya tidak begitu asing, mereka mempelajari arsip hingga kemudian mengetahui bahwa Tanaka Yoshida pernah mempunyai sebuah bisnis yang cukup menjanjikan yaitu jual beli organ. Dan itu dilakukan dengan cara yang tidak manusiawi. Ada seseorang yang dijuluki sebagai Dr. 50. Identitasnya samar, namun ketika Ryuji mengatakan Dr. King, maka pihak kepolisian kemudian mencari alamatnya. Sangat sulit. Karena di kartu identitas, ataupun dicatatan rumah sakit, alamat rumahnya palsu. Hingga akhirnya secara tak sengaja salah seorang anggota kepolisian yang telah menerima sketsa wajah Dr. King mengenalinya dan mengikuti hingga sampai ke rumahnya. Polisi bergerak cepat ketika mendapatkan laporan itu. Mereka segera menuju ke lokasi.

Komisaris Basuki menghubungi Arci ketika mendapatkan laporan itu. Sebenarnya soal anak hilang. Ia telah mendapatkan laporan beragam tentang hal itu. Dalam kurun waktu dua bulan ada belasan anak hilang tak tahu rimbanya. Komisaris Basuki berharap kasus ini tidak berkaitan.

King saat itu berdiri di depan pintu. Ia tak pernah menyangka polisi akan datang ke rumahnya. Ia berpikir apakah pernah berbuat kesalahan? Ada sedikit raut kekecewaan pada dirinya. Dia menoleh ke pintu bawah tanah, tempat ia "bekerja". Sebentar lagi ia akan pergi meninggalkan itu semua.

BRAK! pintu didobrak dan Dr. King mengangkat tangannya.

Dr. King diringkus. Ia pun digelandang keluar oleh aparat yang berwajib. Saat digelandang keluar dia menoleh ke sebuah arah. Dia bertemu mata dengan Arci. Ia sedikit terkejut. Perasaannya kini meledak, ia telah bertemu dengan guru psycho-nya. Arci Zenedine.

"Arci Zenedine!" kata Dr. King.

Arci hanya melihat Dr. King dibawa masuk ke dalam mobil polisi. Dr. King tersenyum, tertawa, ia mengekspresikan bagaimana dia sangat gembira bisa bertemu dengan pujaan hatinya. Sang psycho yang telah memporak-porandakan Malang lebih dari satu dekade yang lalu.

Komisaris Basuki masuk ke rumahnya, menggeledah seluruh isi rumah. Ketika mereka memasuki ruang makan. Mereka terkejut setengah mati ketika mendapati Ryuji di sana dengan isi kepalanya sudah bersih. Ryuji duduk di meja tak bergerak. Matanya lepas, ia tak bernyawa lagi dengan otaknya sudah habis. Beberapa polisi tampak merasa jijik melihat pemandangan itu. Komisaris Basuki langsung menutup hidungnya karena bau dari mayat itu cukup menyengat. Dia menilik ke meja makan. Ada potongan otak goreng di sana. Beberapa polisi langsung keluar dari rumah. Mereka muntah.

"Semuanya, pakai sarung tangan!" kata Komisaris Basuki.

Para penyidik pun memakai sarung tangannya. Mereka segera memeriksa semua sudut. Salah seorang polisi ke dapur. Cukup unik dapur dari si dokter gila ini. Semua peralatannya tertata rapi, bersih, dan cukup higienis. Sang polisi ini melihat kulkas. Hanya ada buah-buahan dan beberapa produk instan di dalamnya. Tapi ia sedikit penasaran. Dokter seperti Dr. King yang baru saja ditemukan mayat tanpa otak di rumahnya pasti punya sesuatu yang lebih dari pada itu. Terlebih kini di dapur ada sebuah freezer besar. Polisi ini penasaran kemudian membukanya.

"Oh, Ya Tuhan!" pekiknya.

Mendengar itu, Komisaris Basuki segera menuju ke dapur. Dia melihat apa yang berada di dalam freezer. Dan hal itu lagi-lagi membuat ia mual. Tampak di sana potongan tubuh manusia dan otak. Ada kepala manusia yang entah siapa membeku.

"Brengsek, aku yakin pasti ada yang lain," gumam Komisaris Basuki.

"Ndan, ini ada pintu bawah tanah!" seru salah seorang polisi.

Segera Komisaris Basuki menuju ke sana. Dua anggota polisi tampak berusaha mendobrak sebuah pintu. Pintu itu cukup misterius karena posisinya seperti tersembunyi. Mereka pun akhirnya bisa mendobrak pintu itu. Komisaris Basuki segera masuk ke dalam. Dia mengambil senter dan menyorot seluruh ruangan. Ada anak tangga menurun. Dia dengan perlahan-lahan turun ke bawah. Baunya benar-benar seperti bau anyir darah. Polisi ini kemudian meraih sebuah saklar, lampu pun menyala. Sekarang dia berada di sebuah ruangan yang lebih luas. Ada sebuah altar. Ada darah di mana-mana.

"Apa-apaan ini?" gumamnya.

Dia melihat di sudut ruangan ada banyak kotak-kotak berjeruji, seperti tempat binatan peliharaan. Dan di dalamnya ada anak-anak kecil.

"Ya ampun, apa-apaan ini?!" sekali lagi ia bergumam.

Anak-anak kecil itu ketakutan, meringkuk, terlebih saat Komisaris Basuki mendekati mereka.

"Jangan takut, jangan takut! Kami orang baik, saya polisi, kalian aman sekarang," kata Komisaris Basuki.

Seketika itu anak-anak itu menangis. Belasan anak itu menangis bersamaan.

"Tolong kami! Bebaskan kami! Mamaaaa! Papaaaa!" mereka semua bersahut-sahutan, saling memanggil orang tua mereka. Para polisi yang melihatnya tak tega mereka pun memanggil bantuan.

Total ada dua puluh box, tapi ada empat box yang kosong. Sebuah box yang membuat komisaris Basuki berdebar-debar adalah box yang berada di pojok bawah. Sepotong baju kotak-kotak berwarna biru dengan bersimbah darah ada di sana. Komisaris Basuki melihat anak buahnya banyak yang turun untuk membebaskan anak-anak kecil yang disekap itu. Dia sekarang penasaran dengan pintu-pintu lemari yang ada di tembok. Seperti freezer? Bukan, ini lebih seperti tempat penyimpanan mayat. Dia perlahan-lahan menghampiri pintu-pintu lemari berbentuk persegi itu, kemudian dia tarik. Semuanya dia tarik satu per satu.

"Ya Tuhan, apa ini??!"

Kotak-kotak itu berisi manusia-manusia yang hampir semuanya tidak mempunyai mata, sebagian pula sudah tak bernyawa, sebagian masih bernyawa.

"Dengar! Jangan sampai Arci mengetahui hal ini. Rahasiakan!" perintah Komisaris Basuki.

Tak berapa lama kemudian Komisaris Basuki keluar. Ghea dan Arci melihat raut wajah polisi itu tidak enak. Perasaan mereka pun semakin tak karuan. Dia tak berani menatap mata Arci.

"Komisaris?!" panggil Arci.

Tapi polisi itu bingung ingin menyampaikannya. Tiba-tiba saja Ghea berlari masuk ke dalam rumah. Para polisi ingin menghalanginya tak bisa. Komisaris Basuki dan Arci mengejar Ghea. Begitu masuk Ghea bisa mencium bau darah, perasaannya bercampur aduk sekarang. Di dalam hati ia hanya bisa bicara satu kata, "Alex!"

Ghea yang sudah masuk ke TKP melihat seorang polisi keluar dari pintu ruang bawah tanah, Ghea pun segera masuk ke sana. Sang polisi ingin mencegahnya tapi Ghea terlalu gesit. Wanita ini segera menuruni tangga. Dan dia lemas ketika melihat para polisi melepas satu per satu anak-anak yang disekap di dalam teralis besi.

"Anda tak boleh berada di sini!" kata sang polisi.

"Alex! Alex! Mana Alex! ALEEX!" Ghea memanggil-manggil anaknya dan melihat satu per satu wajah anak-anak kecil itu. Sang polisi memegangi Ghea yang terus meronta untuk bisa melihat anak-anak kecil itu. Komisaris Basuki menyusul Ghea bersama Arci. Arci terkejut melihat apa yang ada di ruangan itu.

Ghea kemudian melihat sesuatu di pojok box tersebut. Baju itu adalah baju yang sangat dikenalnya. Ghea menjerit histeris. Dia segera menarik box itu dan membuka kerangkengnya.

"ALEEEEXXX!" kaki Ghea lemas ketika melihat sebuah baju yang sangat ia kenal. Baju milik Alex, bercak-bercak darah di sana membuat ia histeris. Ia segera menarik baju itu dan menciuminya, dipeluknya baju tersebut. Ghea baru kali ini sangat bersedih, sangat kehilangan. Seorang madam yang beringas bagai singa betina sekarang rapuh. Dia menjerit, menangis dan meraung-raung.

"Arci, bisa kamu bawa istrimu?" tanya Komisaris Basuki.

Arci gemetar, lalu melangkah mendekat kepada Ghea. Tangannya menyentuh pundak Ghea, tapi Ghea malah mengibaskannya. Arci lalu memeluknya, Ghea meronta-ronta. Para polisi tidak bisa menenangkan Ghea, karena mereka tahu singa betina ini tidak mudah untuk ditaklukkan kecuali oleh suaminya sendiri. Ghea makin meronta-ronta dan histeris sambil memeluk baju kotak-kotak berwarna biru itu. Mengejutkan setelah itu, Arci dibanting dan dilempar olehnya. Ghea kemudian berlari keluar rumah. Tujuannya sudah pasti ingin mencabik-cabik Dr. King.

Arci segera bangkit dan mengejarnya. Tapi Ghea terlalu lincah dan cepat. Dia sudah berada di luar dan langsung menuju ke mobil polisi yang di dalamnya ada Dr. King dengan tangan terborgol. Ghea memukul-mukul kaca mobil.

"KELUAR KAU! KELUAR! KEMANA ALEX? KAU APAKAN ALEX?? KAU APAKAN ALEX!?" Ghea berusaha berteriak dan menjerit. Ia mencoba membuka pintu mobil tapi tidak bisa. Mobilnya telah dilock oleh aparat yang saat itu ada di dalam mobil.

Beberapa orang polisi segera memegangi Ghea, tapi oleh Ghea mereka dilempar. Para aparat ini kewalahan sekalipun begitu mereka masih tetap berusaha. Sementara itu Dr. King tersenyum lebar, ia seolah-olah menikmati pemandangan ini. Ghea dengan sisi psikopatnya mulai bangkit, sama seperti yang terjadi kepada Arci beberapa tahun yang lalu. Ghea mengambil batu besar dan menghantam-hantamkannya ke kaca mobil. Kaca mobil itu sulit untuk pecah.

"AKU AKAN MEMBUNUHMU! AKU AKAN MEMBUNUHMU!" Ghea sudah lepas kendali ia tak tahu lagi apa yang dilakukannya. Arci kemudian mencoba menenangkannya.

"Ghe, sudah sudah! Tenang dulu!" bujuk Arci.

DUK!

Tangan Ghea yang membawa batu itu mengenai Arci. Arci terhuyung dan memegangi jidatnya. Ia mengusap kepalanya dan mendapati darah. Mau tak mau Arci bangkit lagi sekalipun sedikit pusing ia kemudian memegang tangan Ghea dan mendekap tubuh istrinya dengan erat. Ghea berteriak-teriak.

"Ghe, tenang! Tenang! Kita tak tahu apakah yang sedang terjadi dengan Alex. Bisa jadi Alex selamat, kita tak tahu!" kata Arci.

"TIDAAAKK! Ini baju Alex! Aku tahu baju ini, aku tahu! Ada bordiran namanya di sini. Ini baju Alex. Dan keparat ini harus mati. Kamu telah membunuh Alex! Aku akan potong-potong tubuhmu! KEMBALIKAN ALEXKU!" Ghea terus histeris.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHA!" Dr. King tertawa. "Teruskan! Teruskan! Aku ingin melihatmu mengeluarkan sisi psikopatmu, aku ingin melihatmu sebagaimana Arci yang lepas kendali waktu itu. Ayo, teruskan! Aku ingin melihatnya!"

Arci mengepalkan tangannya kemudian dia memukulkan ke ulu hati Ghea.

BUAK!

Mata Ghea melotot dan ia pun tak sadarkan diri. Arci menatap tajam ke arah Dr. King. Wajah Dr. King tampak berseri-seri. Dia benar-benar ingin melihat Arci dan Ghea mengamuk. Ini sudah diluar nalar sebagai manusia. Apa yang dilakukan oleh Dr. King benar-benar tidak bisa dimaafkan.

"Apakah kamu telah membunuh Alex?!" tanya Arci.

"Aku tak tahu siapa Alex," jawab Dr. King.

"Jangan bohong, kamu telah menculik Alex, membunuh babysitterku. Ryuji yang menyuruhmu bukan?"

"Ryuji banyak menyuruhku untuk menculik anak, sebagian besar sudah aku bunuh, sebagian otaknya aku makan dan sebagian organnya dijual"

"Kau gila!"

"Hahahahaha, aku gila? Tidak, tidak, tidak. Aku tahu apa perbedaan gila dan tidak. Aku sendiri seorang ilmuwan, seorang dokter dan juga aku bisa menjelaskan apa perbedaan orang gila dan tidak dalam berbagai bahasa. Arci Zenedine, menurutmu apakah aku telah membunuh anakmu?"

Arci tidak menjawab.

"Aku tahu kamu sekarang sedang berpikir apakah aku melakukannya atau tidak. Tetapi, perlu kamu ketahui, aku bukan orang jahat, aku juga bukan orang baik. Aku sangat senang bisa bertemu denganmu sekarang ini. Aku adalah fans beratmu. Jagalah istrimu karena dia butuh bantuanmu sekarang ini."

Mobil polisi itu pun melaju meninggalkan tempat itu ketika Komisaris Basuki menyuruh sang sopir untuk segera membawa Dr. King pergi dari tempat itu. Arci hanya termangu melihat mobil polisi itu pergi meninggalkan tempat di mana mobil itu berada. Komisaris Basuki melihat Ghea yang terkulai lemah dalam dekapan Arci.

"Kamu percaya dengan apa yang dikatakannya?" tanya Komisaris Basuki.

Arci menoleh ke arah polisi yang selama ini berseteru dengannya ini.

"Percaya kepadaku, selama kita tak menemukan tubuh Alex, aku tak akan bilang bahwa Alex telah dibunuh oleh dia. Yakinlah kepadaku!" Komisaris Basuki meremas bahu Arci.

"Tapi ini sudah lebih dari satu minggu, apa tidak terlalu berspekulasi?" tanya Arci. Ia sendiri mulai goyah keyakinannya. "Kau tahu sendiri dia bagaimana, Dr. King benar-benar bukan manusia."

"Kita tetap positif thinking Arci, ingat jangan salah langkah. Dia urusan kami sekarang," kata Komisaris Basuki. "Sebaiknya bawa Ghea pulang. Ia lebih membutuhkanmu sekarang."


oOo


Ghea terbangun dari tidurnya. Dia mendapati Arci ada di sampingnya. Ia sedikit heran kenapa ia ada di kamar. Kemudian ketika ia ingat Alex, ia langsung bangkit dan ingin berlari tapi Arci memeluknya, menahannya.

"Lepaskan aku! Aku ingin menguliti bajingan itu! Aku ingin mencabik-cabik dia!" kata Ghea.

"Itu tak akan mengembalikan Alex!" bentak Arci. Baru kali ini dalam sejarah rumah tangganya Arci membentak Ghea. Tak pernah Arci melakukan hal ini sebelumnya. Ghea tersentak, kemudian lambat laun dari matanya yang indah mengalirlah air mata.

"Aku hanya ingin Alex-ku, aku ingin Alexku!" kata Ghea.

"Aku tahu, aku tahu. Kita tidak tahu apakah Alex baik-baik saja atau tidak. Tidak ada tubuhnya di sana. Siapa tahu ia berhasil lolos bukan? Tenanglah! Singkirkan perasaan dendam itu. Perasaan dendam itu telah membuatku terpuruk, aku tak ingin kamu juga merasakannya. Ghea! Ghea! Lihat aku!" Arci memegang wajah Ghea. Kedua mata mereka bertemu.

"Aku cuma ingin Alex sayangku, aku ingin Alex."

"Kita akan menemukannya. Kita harus yakin Alex tidak kenapa-napa. Aku akan terus mendampingimu, ingat janji kita? Kita akan hidup menyepi setelah ini, jauh dari keramaian, hanya aku, engkau dan Alex?"

Tangis Ghea makin pilu. Dia membenamkan wajahnya di dada suaminya. Arci memeluk Ghea dengan erat. Cukup lama Ghea menangis hingga baju yang dipakai Arci basah oleh air mata. Arci baru kali ini melihat Ghea rapuh seperti ini. Sebenarnya sama saja dengan dirinya. Ia juga rapuh. Merasakan anak satu-satunya pergi tak tahu rimbanya, apalagi setelah diketahui diculik oleh seorang psikopat membuat dia juga rapuh. Kalau sampai diketahui bahwa Alex telah tewas, mungkin akan mengakibatkan salah satu dari pasangan suami istri ini akan menjadi gila. Kalau tidak Arci, pasti Ghea.

Ponsel Arci berbunyi. Dia melihat siapa yang menelponnya malam-malam begini. Biasanya hanya orang yang sedang dalam urusan mendesak saja yang mau menelpon dia malam-malam seperti ini. Dari nomor Panti Asuhan. Arci pun mengangkatnya.

"Ya, Halo?" sapa Arci.

"Arci, Asyifa sudah pulang!" kata suara seorang wanita. Dia Ibu Halimah.

"Benarkah? Lalu bagaimana keadaannya?" tanya Arci.

"Sebaiknya kamu ke sini saja, tubuhnya penuh luka, terutama pada wajahnya. Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bu Halimah.

"Baiklah, aku akan coba ke sana."

Arci menutup teleponnya. Ghea masih memeluk Arci. "Jangan pergi!" katanya.

"Tapi aku harus pergi," kata Arci.

"Kumohon, besok saja kamu pergi menemuinya. Aku ingin kamu menemaniku malam ini. Please!" Ghea merajuk.

"Baiklah, aku akan menemanimu malam ini," kata Arci sambil mengusap rambut Ghea. "Putri!? Putri?!"

Putri awalnya tidak begitu mendengar karena ia berada di kamarnya. Namun teriakan kakaknya sampai masuk ke kamarnya. Ia pun segera pergi ke kamar kakaknya.

"Iya kak? Kenapa?" tanya Putri.

"Kamu pergi ke panti, coba lihat apa yang terjadi dengan Asyifa. Beritahukan kepadaku apa yang terjadi, setelah itu kamu kembali ke sini untuk menjaga Ghea," kata Arci.

"Asyifa? Dia sudah ketemu??"

"Entahlah apa yang terjadi, tapi Bu Halimah menceritakan kalau Asyifa sudah kembali ke Panti. Kamu coba periksa!"

"Oh, baiklah," Putri segera pergi ke kamarnya mengambil jaket dan bergegas untuk pergi ke Panti Asuhan.

"Kalau kamu butuh apa-apa, telepon aku!" kata Arci.

"Siap kaak!" sahut Putri dari jauh.


oOo


Dr. King duduk di tengah ruangan interogasi. Tepat di sebelah kanannya ada kaca besar. Ia tahu polisi ada di dalam sana. Tangan dan kakinya terborgol. Tatapannya sangat tenang seperti tak ada beban. Komisaris Basuki kemudian masuk ke dalam ruangan. Dia menawarkan rokok kepada Dr. King. Dr. King menolak.

"Ah, aku lupa kamu seorang dokter," kata Komisaris Basuki.

Dr. King tersenyum, menampakkan giginya yang putih.

"Dr. King, Anda tahu, sekarang ini Anda didakwa pembunuhan kelas satu. Penculikan, pembunuhan, human traficking. Kena pasal berlapis dan ancamannya hukuman mati. Anda nggak takut?" tanya Komisaris Basuki.

Dr. King tersenyum. "Ketakutan itu hanyalah gangguan dari salah satu saluran saraf komisaris. Aku telah mengatasi gangguan itu sejak lama. Antara lain rasa rindu, cinta, jijik, takut, aku telah mengetahui bagian syaraf mana saja yang bekerja. Aku telah mengetahui semuanya. Aku juga telah menetralisir perasaan itu. Kamu tak perlu bertanya kepadaku tentang takut, aku sudah biasa dengan rasa takut. Justru sekarang aku yakin Anda sekarang sedang ketakutan."

"Oh ya, kenapa bisa begitu?"

"Lihat borgol ini? Ini bukti Anda dan orang-orang Anda ketakutan sekarang."

"Itu adalah prosedur, Dokter."

"Hahahaha, prosedur biasa digunakan polisi untuk berlindung dari rasa takutnya. Aku tak pernah takut komisaris. Sejak pertama kali aku membunuh, aku tak takut."

"Kapan pertama kali kamu membunuh? Kau terlihat sangat profesional."

"Aku sudah lupa, tapi sejatinya aku membunuh teman bermainku pertama kali, bersama dengan kedua orang tuanya."

"Siapa mereka?"

"Aku sudah lupa, tapi aku bisa tunjukkan di mana rumah mereka dan di mana jasad mereka, itu kalau masih berbekas."

"Maksudmu?"

"Aku mengkremasi mereka."

"Kenapa kamu melakukan itu?"

"Pak Komisaris, apakah Anda pernah punya perasaan ingin tahu?"

"Ya, tentu saja. Apa hubungannya dengan itu?"

"Sejak kecil, aku punya perasaan ingin tahu banyak hal. Aku pun mulai tertarik dengan anatomi tubuh, aku pun mulai memakai anjing dan kucing sebagai objekku. Kubedah tubuh mereka, kujadikan eksperimen, aku pun kemudian berlanjut membedah tubuh manusia, temanku yang selalu membullyku adalah orang pertama yang mendapatkan kesempatan itu. Dari situlah aku bisa menjelaskan banyak hal tentang anatomi tubuh manusia, aku mencatat, aku menulis dan aku menggambar bagaimana bentuk organ dalam tubuh manusia sebenarnya. Aku bahkan mempelajari bagaimana manusia itu mati, bagaimana jantung itu bisa berdenyut, dan juga aku mempelajari bagaimana manusia benar-benar mati dengan jantung yang berhenti berdetak. Terkadang ketika jantung mereka aku ambil, masih berdenyut sehingga aku bingung bagaimana sebuah definisi kematian yang selama ini dikatakan bahwa kalau jantung seseorang berhenti maka dia mati. Ah, ternyata itu salah besar."

"Yang benar bagaimana?"

"Otak adalah inti dari saripati kehidupan. Tanpa otak, manusia tidak bisa berpikir, tapi otak yang mana? Apakah otak yang sering kita lihat gambarnya? Tidak ternyata. Ada sebuah bagian titik otak manusia yang mana apabila titik itu hilang, maka manusia akan mati. Dia adalah otak kecil, yang berada di tengah. Kalau aku mencabut, memutuskan jaringannya, maka semua sistem syaraf dan organ dalam tubuh akan berhenti begitu saja. Anda biasa mengatakan dengan mati."

"Tapi, bukankah seseorang bisa mati ketika jantung mereka berhenti?"

"Tentu saja, itu karena jantung itu membuat fungsi otak terhenti. Anda tahu komisaris, otak membutuhkan darah. Maka dari itulah apabila jantung tidak bisa memompa darah lagi, maka otak akan mati karena darah yang masuk ke otak tidak lagi diterima."

"Atas dasar itukah kamu melakukan ini semua?"

"Precisely"

"Kamu memang orang yang sinting. Aku ragu kamu ini waras."

"Komisaris, please. Aku tahu perbedaan antara waras dan tidak waras. Aku bahkan bisa menjelaskannya dalam lima bahasa berbeda, aku juga paham jurnal ilmiah yang membedakan orang gila dan tidak. Komisaris, ketahuilah bagiku kalian semua adalah sebuah objek dari eksperimenku, tidak lebih dari itu. Dan terkadang aku memakan objek dari eksperimenku."

BRAAKK! Komisaris Basuki menggebrak meja.

"Ini kantor polisi, jangan macam-macam kamu King!"

"Aku hanya bicara jujur."

Komisaris Basuki menghirup nafas dalam-dalam menahan emosinya. Kemudian dia sampai kepada pertanyaan inti.

"Apa yang sebenarnya kamu lakukan di dalam sana?" tanya Komisaris Basuki.

Dr. King tersenyum lagi, dia memajukan badannya. "Banyak komisaris, banyak sekali apa yang aku lakukan di dalam sana. Dan aku akan menceritakannya dengan detail. Aku ingin semua orang mengetahui apa yang aku lakukan. Aku ingin menjadi Public Enemy Number One! Aku ingin fotoku bisa sejajar dengan Arci, orang yang selama ini kamu incar."

"You're bloody sick!"

oOo


Malam itu Ghea bermimpi tentang Alex. Ghea ingat ketika pertama kali mengandung Alex. Itu sesuatu yang luar biasa. Ia bisa mengandung, bisa menjadi ibu. Bahkan sampai ketika melahirkan ia selalu memeluk Alex setiap pagi. Memberikan semua waktunya untuk Alex. Hal yang luar biasa. Ghea sangat meyayangi Alex, hasil buah cintanya dan Arci. Dia teringat lagi ketika Alex mencari-cari puting susunya ketika baru lahir. Masih ada air ketuban di tubuh Alex, baunya masih melekat di ingatan Ghea. Melahirkan Alex adalah hal terindah yang pernah dirasakan dia sebagai wanita, hal yang tak akan pernah dia lupakan.

Lengan Arci didekap erat oleh istrinya. Seolah-olah tak ingin dia pergi. Namun pagi itu, ada berita yang mengejutkan.

Arci bangun lebih dulu. Dia bisa bergerak sekarang karena Ghea tidak memegang lengannya lagi. Ia bangun dan langsung menelpon Putri.

"Bagamiana Put?" tanya Arci.

"Wah, parah kak," jawab Putri.

"Terdapat luka di sekeliling wajahnya seperti terkena benda panas gitu, kayak disetrika. Merinding aku melihatnya. Kondisinya sekarang masih pingsan. Ini ada di rumah sakit," ujar Putri.

"Baiklah, aku akan ke rumah sakit. Rumah sakit mana?" tanya Arci.

"Rumah Sakit Lavalette," jawab Putri.

Arci menutup teleponnya. Ia akan pergi, tapi sebuah telepon masuk lagi. Kini dari komisaris Basuki.

"Halo? Ada apa Komisaris?" tanya Arci.

"Dr. King ingin bicara dengan Ghea," jawab Komisaris.

"Bicara dengan Ghea?"

"Ya, dia sudah membuat pengakuan. Tapi ini berhubungan dengan Alex."

Ghea terbangun. Dia mengejap-ejapkan matanya. Arci menoleh ke arah Ghea. Sepertinya ini akan jadi hari yang melelahkan.
 
Terakhir diubah:
WARNING! DISTRUBING PART! KALAU NGGAK SUKA GORE JANGAN BACA BAB INI!

BAB DUA PULUH ENAM


"Kamu yakin akan baik-baik saja?" tanya Arci.

"Aku sangat berharap kamu ada di sini," jawab Ghea.

Arci menggenggam tangan Ghea. Tahu apa yang dirasakan oleh Ghea. Arci juga tahu Ghea akan lepas kendali kalau sampai terjadi sesuatu dengan Alex.

"Kamu harus tenang, aku tak ingin terjadi apa-apa denganmu," ujar Arci.

"Aku tak tahu."

"Aku akan segera ke sini setelah tahu keadaan Asyifa."

Ghea segera keluar dari mobil. Mobil mereka berada di halaman MAPOLRESTA MALANG. Setelah Ghea keluar Arci kemudian melajukan mobilnya meninggalkan Ghea menuju ke rumah sakit. Ghea menarik nafas dalam-dalam, kemudian dia masuk ke dalam. Komisaris Basuki sudah menunggunya begitu dia masuk ke dalam bangunan markas aparat yang berwajib. Mereka kemudian masuk lagi ke dalam ruang interogasi. Dr. King tampak berada di sana, dari keadaannya ia sepertinya tidak tidur di meja tampak banyak sekali cangkir kopi kosong. Total ada empat cangkir.

"Dia bersaksi telah melakukan banyak pembunuhan. Orang tuanya sendiri dibunuhnya. Dia juga mengidap kelainan seksual, pedofilia, homoseksual, psikopat akut, kanibal. Kesaksiannya telah membuat pihak kepolisian menetapkan dia sebagai orang berbahaya nomor satu di negeri ini. Mungkin lebih buruk dari suamimu," kata Komisaris Basuki.

"Apa yang dia inginkan?" tanya Ghea.

"Dia ingin bicara langsung denganmu untuk Alex," jawab sang polisi.

"Alex? Apakah dia sudah bicara dengan Alex?"

"Katanya dia akan berkata sendiri tentang Alex kepadamu"

Ghea melangkah maju untuk masuk ke ruang interogasi. Seruangan dengan sang pembunuh. Hati Ghea berdebar-debar. Ia benar-benar tak kuat kalau misalnya nanti dia mendapati kenyataan pahit tentang Alex. Pintu terbuka, Dr. King melihat Ghea dengan senyumannya yang khas. Sang dokter dengan tangan yang masih terborgol mengangguk seperti mempersilakan Ghea untuk masuk ke dalam ruangannya. Seolah-olah ruangan interogasi ini adalah sebuah rumah baru bagi sang dokter.

"Duduklah Ghea Zenedine! Duduk!" kata Dr. King.

"Di mana Alex?" tanya Ghea.

"Duduklah dan kita bicara sejenak. Karena arah pembicaraan ini akan menyangkut hidup dan matinya Alex."

Ghea mencoba tenang dan dia pun duduk di depan Dr. King.

"Begitu lebih baik. Kamu mau minum apa? Nanti biar para polisi itu yang akan membuatkannya untukmu."

"Aku tak ingin minum apa-apa, aku ingin Alex."

"Baiklah, aku tahu kamu sudah tidak sabar lagi. Sampai pembicaraan ini berakhir aku tak ingin kamu menyela atau pergi atau ada orang lain yang mengganggu. Sampai aku mengatakan pembicaraan ini berakhir maka Alex akan selamat bersama yang lainnya, jika tidak aku tak tahu siapa yang akan selamat nantinya."

Kata-kata Dr. King membuat Komisaris Basuki bingung. Dia bergumam kepada para bawahannya, "Ini aneh, dia tak pernah menyebutkan 'selamat bersama yang lainnya' sebelumnya."

Semua polisi berpandangan. Mereka tahu ada yang aneh dari penjelasan Dr. King. Sebuah misteri lagi sepertinya.

"Baiklah, karena waktu kita tak banyak. Mari kita mulai," kata Dr. King.

Ghea sudah bersiap. Ia tahu akan terjadi sesuatu setelah ini. Siap atau tidak, ia harus siap, karena dia adalah madam.

"Pertama-tama siapakah dari kedua orang ini yang sangat kau cintai, Alex ataukah suamimu?" tanya Dr. King.

"Kenapa kamu tanyakan itu?"

"Sekali lagi ini menyangkut nyawa banyak orang, tidak cukup Alex saja. Tapi juga suamimu."

Komisaris Basuki dan para anak buahnya bingung. Mereka saling mengangkat bahu.

"Aku tak mengerti," kata Ghea.

"Jawab saja," kata Dr. King.

Ghea dengan mantab menjawab, "Alex."

"Baiklah, jadi aku langsung ke persoalan Alex. Kamu berkata bahwa kamu sangat mencintai Alex, wajar seorang ibu bersikap demikian, aku dulu juga pernah punya ibu. Aku tahu bagaimana rasa kasih sayangnya, walaupun begitu aku kemudian menghamilinya. Ya, menghamili ibuku sendiri karena aku mencintai dia."

"Kamu gila!"

"Tidak, tidak, aku tidak gila. Aku melakukannya dalam keadaan sadar. Apa yang aku lakukan mungkin akan terlihat bodoh, terlihat salah dengan orang-orang yang berada di negeri ini, tapi dinegeri lain apa yang aku lakukan tidaklah bodoh. Di Jerman misalnya, berapa banyak orang-orang yang menikahi saudaranya sendiri, sekalipun itu hanya diam-diam dengan memalsukan identitas dan berapa banyak orang-orang di Rusia yang melakukan incest dengan ibu mereka bahkan sampai hamil. Tak terhitung. Sekalipun negara mereka memberikan ancaman bagi para pelaku incest tapi bagi komunitas mereka, hal ini sangatlah wajar. Apakah aku gila karena apa yang aku lakukan sama seperti mereka? Sekarang coba dipikirkan, kenapa para koruptor cepat lolos, kenapa mereka mudah sekali selamat dari jerat hukum? Jawabnya sangat mudah karena kita memakai azas mayoritas.

"Kalau engkau perhatikan banyak orang-orang yang membenci korupsi, tapi kenyataannya untuk membuat SIM mereka menyogok, ditilang mereka menyogok, bahkan untuk bisa masuk PNS, TNI, Polisi mereka menggunakan uang mereka untuk itu. Salahkah kalau salah satu dari orang yang ada di negeri ini melakukannya? Kamu tak akan mungkin berkata tidak. Sama seperti yang kamu lakukan bukan? Kau melakukan tindakan kriminal, engkau melakukan hal yang boleh dibilang melanggar hukum berat, Apakah aku juga melanggar hukum? Ya, aku melanggar hukum di negeri ini, tapi aku bukan orang gila. Aku sadar terhadap apa yang aku lakukan, kalau misalnya aku gila, maka aku tidak akan sadar ketika melakukannya, tapi aku sadar seratus persen. Aku bahkan bisa menjelaskan setiap detail apa yang aku lakukan, bahkan aku yakin para polisi yang berada di balik kaca itu sebagian besar muntah mendengarkan penjelasanku."

"Penjelasan apa?"

"Sebagai contoh, aku terbiasa mencari wanita-wanita penghibur. Sudah berapa banyak aku menyewa mereka. Aku kenal salah satunya bernama Lisya, Ah, nama yang aneh. Aku suka kepadanya. Jujur aku suka."

"Oh tidak lagi," kata komisaris Basuki sambil menutup wajahnya.

"Aku sangat menginginkan wanita ini. Awalnya aku masuk ke situs lendir yang cukup terkenal, sebut saja semprot.com. Untuk membooking Lisya tidaklah sulit. Aku tinggal menghubungi kontaknya dan dia sudah datang langsung ke rumahku. Ah, tentu saja aku menyamar menjadi orang lain.

"Lisya, aku masih ingat ketika berkenalan dengan dia. Aku ajak dia makan malam. Dia bekerja sendiri, tidak terikat dengan mucikari. Tarifnya pun bisa aku pakai semalaman sepuasnya. Makan malam yang nikmat sampai perut kami kenyang. Setelah itu aku bertempur dengannya sampai dia teler. Lisya cukup hebat diranjang, aku sampai orgasme tiga kali. Aku menghitungnya. Sedotannya, kulumannya, bahkan goyangannya tak ada yang bisa menandingi, bahkan dengan wanita-wanita setelahnya tak pernah aku mengalami bercinta seperti itu. Lisya, perempuan yang punya tahi lalat di punggungnya dan sebuah tatto bunga mawar di pinggangnya. Mungkin kalian pernah mengetahuinya. Setelah bercinta hebat, aku meninggalkannya untuk tidur.

"Aku seperti biasa pergi ke ruang bawah tanah mempersiapkan segala sesuatu. Kamu tahu, aku punya altar khusus untuknya. Aku tahu dia kelelahan, bahkan ketika dia aku angkat sampai turun ke ruang bawah tanah ia tak terbangun barang sedetik pun. Ku ikat lengan dan kakinya hingga ia tak bisa berontak. Ghea, mungkin kamu tak tahu kalau selama ini Tuan Tanaka Yoshida memberikanku julukan Dr. 50. Kamu tahu artinya?"

Ghea menggeleng.

"Artinya adalah aku pernah mempreteli organ orang sebanyak lima puluh orang dalam satu malam. Ah, menyangkan sekali waktu itu, ketika aku mencopot mata mereka satu per satu dengan suara jeritan yang memilukan. Dan dalam satu malam aku menjadi milyuner. Lima puluh orang kehilangan mata, ginjal, hati dan jantung mereka. Mereka semua mati ditanganku. Ah, terlalu jelek konotasi mati, lebih tepatnya mereka memberikan sumbangsih besar kepadaku. Karena jasa mereka aku mengambil salah satu tubuh yang sangat baik. Aku potong-potong kemudian bagian tubuh yang tak perlu aku buang, seperti tempurung kepalanya.

"Kamu tahu kalau restoran-restoran ternama di kota ini mendapatkan daging tulang iga dariku? Juga steak? Mereka sangat suka. Sebagian besar mengambil dariku. Ya, kalau kamu tanya apakah itu daging manusia, tepat sekali. Itu daging manusa."

Ghea hampir saja mual. Dia tahu ke mana arah pembicaraan ini.

"Ghea, jangan berpikir terlalu jauh. Kita masih membahas tentang diriku dan Lisya! Lisya pasrah saja saat itu. Ia bahkan tak sadar ketika aku menggorok lehernya dengan pisau bedahku. Ia hanya bisa menjerit sedikit ketika darah mengucur sepanjang dua meter dari luka yang aku buat di pembuluh nadinya. Dia menatapku tapi itu tatapannya terakhir tanpa ia selesai menjerit. Setelah kepalanya aku pisahkan, aku ambil otaknya, kupotongi tubuhnya dengan kapak. Tidak, bukan kapak seperti milik suamimu, gergaji? Aku tak punya. Aku bukan tokoh film Friday the 13th. Aku tidak sesadis itu dengan menggunakan gerjaji mesin. Itu menyakitkan, tapi kukira sama saja sih. Kapakku lebih besar, ya memang kebutuhan untuk mematahkan dan meremukkan tulang sekaligus memotong daging. Apalagi kalau bukan memakai kapak itu?"

"Kamu bukan gila, tapi sakit!" Ghea menggerutu.

"Setidaknya, itulah yang aku lakukan dengan korban-korbanku. Aku memutilasi dan aku ambil organ-organ pentingnya. Fufufufufu."

"Lalu Alex?"

"Alex?! Hmm... inilah persoalannya. Ryuji menyuruhku untuk mengambil seorang anak kecil, sedikit cadel, tinggal di sebuah perumahan yang aku tak tahu kalau itu adalah rumahmu. Kalau saja aku tahu itu rumahmu, tentu aku tak akan melakukannya. Namun ada alasan lain kenapa aku ingin melakukannya."

"Apa? Katakan di mana Alex!?"

"Sabar, sabar, aku sudah bilang kalau kamu bersabar, maka aku akan memberitahu semuanya. Kamu sekarang berada di pilihan memilih Alex selamat atau tidak?!"

Ghea pun diam. Ia tak tahu sampai kapan berada di sini. Dr. King kembali tersenyum.

"Nah, begitu lebih baik. Aku ceritakan dulu tentang anak-anak yang aku culik. Aku sangat menyukai anak-anak. Mereka ajaib bagiku. Mungkin juga bagimu. Aku tahu bagaimana rasanya seseorang mempunyai anak, sangat bahagia. Tapi aku tak punya anak. Aku tak bisa menjelaskannya, tapi aku seperti ikut merasakan tentang bagaimana mereka yaitu para ibu bahagia. Ibu yang mencelakai anaknya, aku tak pernah habis pikir bagaimana mereka bisa hidup dengan itu.

"Sejak kecil aku hidup dibully. Aku kemudian membunuh orang yang aku bully, menyodominya dan mempelajari anatomi tubuhnya. Aku memang selalu di bawah, tapi semenjak menjadi superior aku ingin selalu berada di atas. Semenjak itulah, tak ada yang pernah membullyku. Anjing yang pernah menggigitku aku kuliti tubuhnya, bahkan kucing yang mengganggu ketenanganku aku jadikan remah-remah hidangan nasi goreng kesukaanku. Rasanya tak buruk."

"Hoeek!" seorang polisi mendadak muntah mendengarkan penjelasan Dr. King.

"Aku menculik anak-anak, tidak hanya sekali, tapi dibanyak kesempatan aku melakukannya. Pertama karena aku suka kepada mereka, kedua karena orang tua mereka lalai. Di mall, di pasar, di tempat wisata. Aku pertama kali menculik seorang anak ketika tahun baru. Seorang anak tersesat kemudian aku ambil dia. Ku beri makan, kemudian kutiduri dia."

BRAAK! Ghea tampaknya marah. Dia menggembrak meja. "Hentikan!"

"Kamu harus mendengarkannya semua Ghea. Toh aku tak akan lolos dari jeratan hukum. Aku tetap akan menjalani hukumanku sebagai tersangka yang terhukum mati. Tapi kamu tidak bisa mencegahku untuk bercerita!"

Ghea mengepalkan tangannya. Ia mencoba menahan diri.

"Nah, begitu. Itu lebih baik. Ya, dia seorang anak perempuan yang masih berusia tujuh tahun. Semenjak aku memerawaninya aku sangat ingin memerawani yang lain. Tubuh anak kecil lebih nikmat bagiku. Dia menangis semalaman, aku tak peduli. Setiap aku butuh, aku selalu perkosa dia. Rasanya sangat nikmat ketika dia meronta. It feels soo, delicious!"

"Komandan, kita harus menghentikan ini!" kata salah seorang polisi.

"Tidak, ia akan bicara dimana Alex berada asal dengan syarat ini, kamu harus tahu itu!" kata Komisaris Basuki. "Ketahuilah, aku adalah orang yang sangat ingin menembak kepalanya sekarang."

Dr. King melanjutkan. "Dia kemudian menempati box nomor satu. Dia di sana selama sebulan. Awalnya takut, tapi setelah itu ia terbiasa. Tebiasa melihatku memutilasi manusia-manusia itu. Awalnya cuma perempuan, tapi kemudian aku tertarik kepada bocah laki-laki dan aku melakukannya lagi. Hingga kemudian aku harus membeli box tambahan. Ah tidak, lebih tepatnya aku membuatnya, aku hanya membeli bahan-bahannya."

"Lalu Alex?"

"Ryuji menyuruhku untuk menculik seorang anak. Aku tak tahu itu anak siapa. Untuk masuk rumahmu itu sangat mudah, aku tinggal membuka pagar, tak ada penjaga. Rumah sebesar itu tak ada penjaga. Kemana para penjaga? Rumah seorang big boss! Ah aku kemudian mengerti, saat itu baru saja ada polisi datang. Kukira kamu dibawa olehnya, ternyata tidak. Polisi itu hanya mencaritahu di mana keberadaanmu saat itu. Hahahahaha, precisely. Kamu berada di Panti Asuhan menghadiri pernikahan suamimu. Aku masuk tanpa halangan dan bertemu dengan Alex. Ya, bertemu dengan Alex. Anak kecil bermata biru dengan bicara sedikit cadel. Babysitternya? Aku mengambil vas bunga yang ada di meja kemudian aku pukul perutnya, setelah itu ujung vas bunga yang runcing aku hujamkan ke tenggorokannya. Alex kemudian aku ambil. Semudah itukah? Ya, semudah itu."

Ghea baru menyadari sekarnag, kalau ia saat itu lengah. Ya, dia sangat lengah sehingga tidak memperhatikan keadaan Alex.

"Sekarang, kamu sadar kesalahanmu Ghea?"

Ghea menitikkan air mata, "Lalu di mana Alex? Kamu perlakukan sama seperti korban-korbanmu?"

"Ada kalanya aku kejam, ada kalanya aku bersifat lembut. Aku tidak sekejam itu ketika aku melihat di sebuah foto di dinding rumahmu, wajah Arci dan Ghea. Itu kalian! Aku sangat excited. Aku menculik anak orang yang sangat aku kagumi. Orang yang punya jiwa psikopat seperti aku. Aku sangat senang sekali."

"DIMANA ALEX?!"

"Alex ada di rumahku selama ini. Aku mengurung dia di box, hanya saja terjadi sesuatu malam itu."

Ghea menelan ludah. Apa yang akan dikatakan oleh Dr. King? Ghea sudah tidak sabar lagi.


oOo


"Di mana aku??" Asyifa membuka matanya. Dia lemas. Tubuhnya sulit digerakkan. Ia tak tahu apa yang terjadi. Kenapa ia bisa berada di tempat ini.

Dia sedang berbaring, tidur di atas ranjang, bau alkohol langsung menyeruak hidungnya. Ia berada di sebuah tempat yang sangat misterius. Semua serba putih. Ada sesuatu yang ia rasakan sekarang. Ia tak bisa merasakan sesuatu apapun.

"Dia sudah sadar!" ujar seseorang.

Asyifa menoleh ke arah orang itu. Di sampingnya ada seorang wanita yang sedang berbaring di sana. Wanita itu seperti dipasang sesuatu di wajahnya. Sebuah topeng?? Ya, seperti topeng yang direkatkan di sana. Asyifa tak berdaya, ia pun kemudian menatap ke langit-langit. Ia sudah pasrah, hingga tatkala sebuah cermin diarahkan ke atasnya. Asyifa terbelalak, matanya pun berair. Ia melihat seorang manusia dengan wajah penuh darah, tidak! Lebih tepatnya seseorang tanpa wajah. Dan itu adalah dia.

Asyifa tak bisa menjerit, ia sedang dalam pengaruh obat. Apa yang terjadi, kenapa dengan wajahnya????

"Face-off sudah selesai, Sarah telah sempurna sekarang," ujar seseorang.


oOo


Arci tiba di rumah sakit. Dia segera masuk ke dalam rumah sakit. Putri sudah menunggu di sana. Dia langsung menarik kakaknya itu untuk menuju ke kamar di mana Asyifa berada. Langkah Arci tergesa-gesa, sampai kemudian dia berada di depan kamar lalu masuk. Bu Halimah ada di sana.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Arci.

"Dia masih belum sadar," jawab Putri.

Arci menghela nafas. Ia mendekati Asyifa. Di usapnya rambut Asyifa. Ada guratan kasar bekas seperti terbakar di sepanjang dahi, pipi hingga dagu. Wajah Asyifa seperti dikelilingi besi panas. Arci tak habis pikir apa yang sebenarnya terjadi. Ia benar-benar ingin membunuh Dr. King saat itu juga. Melihat luka-luka di tubuh Asyifa, pasti dia baru saja mendapatkan siksaan yang sangat berat.

"Putri, kamu pulang saja istirahat. Bu Halimah juga. Aku akan menemaninnya sendirian di sini," kata Arci.

"Nggak apa-apa kak?" tanya Putri.

"Tak apa-apa," jawab Arci. "Asyifa lebih membutuhkanku sekarang."

"Baiklah," kata Putri.

"Jaga dia Pak Arci," kata Bu Halimah.

"Sudah pasti Bu, tak perlu khawatir," kata Arci.

Putri dan Bu Halimah pun pergi meninggalkan Arci sendirian di kamar tersebut. Arci kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelah istrinya. Ia genggam erat tangan Asyifa dan menciumnya berkali-kali. Ia bersumpah akan melakukan hal yang serupa kepada Dr. King terhadap apa yang dilakukannya kepada Asyifa.


oOo


"Aku lengah, itulah yang terjadi. Aku mengikat Diva kurang rapat. Akibatnya malam itu ia berhasil melepaskan diri. Dia melihat anak kecil itu, yang kamu namai ia Alex. Diva kemungkinan panik, terkejut dan iba melihat anak-anak kecil itu ada di sana. Melihat Alex ia mungkin ingin membebaskan Alex, saat itulah akhirnya ia membebaskan kerangkeng Alex. Ia hendak bermaksud membawa Alex keluar. Diva adalah wanita yang sangat kuat. Ia pejuang tangguh. Perlu waktu beberapa puluh menit untuk dia bisa lolos dari ikatanku.

"Itulah kebodohanku. Aku harusnya menyuntik dia dengan obat paralisis atau obat bius, sayangnya aku hanya memukulnya saja. Dia pun tersadar kemudian. Begitu ia mengambil Alex, ia ingin membebaskan yang lainnya, tapi saat itu ia berpapasan dengan aku. Aku tahu kalau ia akan cepat sadar maka dari itulah aku turun bermaksud memberi dia obat bius. Sayangnya ia tak bisa lari.

"Diva dan Alex berusaha kabur. Diva hendak bermaksud melawanku, ia mengambil kursi yang ada di ruang bawah tanah. Menyuruh Alex untuk lari, ia berhasil memukulku tapi aku terlalu kuat. Kuambil sebuah pisau bedah yang tergeletak di meja praktekku di ruang bawah tanah, lalu kugorok leher wanita itu. Pemandangan yang mempesona tentu saja. Ia memeluk Alex sambil dari lehernya keluar darah. Darah yang sangat banyak. Tentu saja Alex bersimbah darah, ia mandi darah Diva."

"KAU MEMBUNUH ORANG DI HADAPAN ANAKKU??!" bentak Ghea.

"Hidup ini keras, paling tidak suatu saat nanti kamu akan mengajari anakmu itu juga," kata Dr. King.

Ghea beranjak dari tempat duduknya kemudian mencengkeram leher Dr. King.

"Ghea, ingat....kamu tidak tahu di mana Alex berada! Kamu mau membunuhku sekarang?"

Ghea terus mencekik Dr. King karena amarahnya sudah memuncak. Dua orang polisi masuk ke ruang interogasi dan berusaha melepaskan tangan Ghea dari leher Dr. King. Dr. King hanya tersenyum sambil memejamkan matanya. Ia ingin merasakan kematian.

"Ghea, lepaskan! Kamu ingin Alex selamat atau tidak? Biarkan dia bicara!" bentak Komisaris Basuki.

Cekikan Ghea lalu mengendur. Ia mengatur nafasnya, Dr. King tampaknya kecewa. Ghea lalu duduk kembali ke kursinya. Tapi kali ini ia ditemani oleh dua orang polisi. Dr. King menatap ketiga orang yang ada di hadapannya.

"Aku sudah bersiap untuk mati, tapi kamu tak akan pernah siap anakmu mati, bukan? Maka dari itu, kita lanjutkan pembicaraan ini Ghea Zenedine. karena bagian yang paling penting akan aku sampaikan sebentar lagi."

Ghea benar-benar sudah tak sabar lagi. Tapi ia harus menahan diri. Apa lagi yang akan disampaikan oleh Dr. King setelah ini? Ini sudah keterlaluan. Dr. King benar-benar gila.


(bersambung....)

Nggak usah maksa ane update, kalau ane mood akan ane update. Karena ane nulis cerita disini adalah karena having fun. Nah, jangan merusak "having fun" ane, biar ceritanya lancar update. Sekian. :papi: :mami:
 
Terakhir diubah:
kavling e di urus dishek..:baca:


wareq, rek.... :cool:
akhir kisah Diva tergorok lehernya
tersaji dengan,
saus darah dan kuah air mata...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd