Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT I LOVE YOU HANDSOME part II : REBELION [by Arczre]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ini si miller bandit tapi oon bener yach. Kena fave to face sama ghea n arci.. bosen idup nich orang...

Waiting battle nya archi n ghea..

Seharus nya di buat film nya nich cerita. Ane yakin bakaln keren film nya...
 
Ini si miller bandit tapi oon bener yach. Kena fave to face sama ghea n arci.. bosen idup nich orang...

Waiting battle nya archi n ghea..

Seharus nya di buat film nya nich cerita. Ane yakin bakaln keren film nya...
Peh yo mantep om nek dibuat film ;)
 
Kereeeeeen bingit gan ceritanya....
walaupun di 3 Update terakhir nggak ada adegan exe nya...
tapi cerita perang nya lumayan menghibur...

di tunggu Update selanjut nya gan
jangal lama2 yee...

heheheh

:mantap: :mantap: :mantap:

:beer: :beer: :beer:
 
Baru kali ini pantengin forum panas tp Ane malah nunggu update next storynya ketimbang nyari adegan exe :D
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Kereeeen.....perang terus, sikaaaat, hajaaaaarrr...ciaaaatttt.
Gila kek nonton film raid redemption aja....coba kalo ada sutradara yang ngelirik...film action terbaik Indonesia

:beer:
 
Baru kali ni baca di cerita panas jadi tegang bukan karna plot SS nya...mantappp
 
kalo inget yg part one arci bunuh y toni di gigit lehernya kaya drakula kalo mustafa di apain y?
 
kalo inget yg part one arci bunuh y toni di gigit lehernya kaya drakula kalo mustafa di apain y?

Mustafa matinya pake "silat bedil" :D

Hari Senin naik. Wait ya gaes, beberapa menit menuju hari senin. :p
 
BAB DUA PULUH TIGA


"John!?" panggil Miller ketika melihat saudaranya tak sadarkan diri. Dia langsung pergi ke rumah sakit ketika mendengar kabar saudaranya mendapatkan tragedi. Dia mendampingi John sampai masuk ke ruang UGD kemudian di hadang oleh dokter.

"Maaf, Anda cukup di sini saja," kata dokter.

Miller pun berhenti. Dia kemudian duduk di kursi tunggu yang disediakan oleh keluarga pasien. Cukup lama dia menunggu sampai kemudian ada seorang perwira SAS datang kepadanya.

"Selamat malam, Miller Bastow?" sapa sang prajurit.

"Ya, saya," Miller berdiri.

"Saya turut menyesal terhadap apa yang terjadi. Kami akan bertanggung jawab atas peristiwa ini," kata perwira itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Miller.

"Maaf sebelumnya, tapi saudara Anda telah melakukan kejahatan. Dia telah memperkosa peserta pelatihan wanita beserta teman-temannya. Kemudian wanita tersebut balas dendam, hingga ini semua terjadi," kata perwira itu.

"Lalu wanita itu? Bukankah pelatihan SAS tak pernah ada peserta wanita sebelumnya?"

"Tindakannya adalah membela diri dan dia dinyatakan tidak bersalah."

"Itu tidak adil!"

"Itu saja yang bisa saya sampaikan. Saya pergi," kata perwira itu. Setelah itu ia berbalik pergi.

"Tunggu dulu! Siapa nama wanita itu? Siapa?" tanya Miller.

"Namanya Ghea Zenedine," jawab sang perwira sambil berlalu.

"Ghea Zenedine, fine. I will kill her by myself," gumam Miller.



oOo


Ghea bergerak maju dengan menyabetkan katananya. Pedangnya berkelit ke sana kemari menyabet para ninja yang menyerangnya dengan katana yang lebih pendek. Terjadi perang pedang yang sangat ganas Ghea dengan para ninja. Ghea dengan kemampuan bertempur yang tak pernah diragukan membuat para ninja kewalahan. Sementara itu Arci juga bertarung dengan sengit. Dengan kedua kapaknya ia sekali lagi mematahkan pedang salah satu ninja. Dia mengunci katana sang ninja dengan kedua bilah kapaknya kemudian dia memutar dan menariknya sehingga katana mereka patah. Arci memulai serangan dengan secara tiba-tiba melempar salah satu kapaknya, seorang ninja tertancap di kepalanya. Arci tiba-tiba sudah berada di dekatnya dan menyerang ninja yang lain, sebelum korban pertamanya jatuh ia sudah memegang gagang kapaknya yang menancap itu lalu mencabutnya.

Arci dengan lincah memainkan kapaknya bahkan katana pun bukan tandingannya, karena powernya yang lebih besar, Arci sanggup menghantam katana para ninja hingga terpental dari genggaman tangan mereka. Kesempatan yang tak disia-siakan, big boss langsung dengan cepat memukulkan kedua kapaknya ke musuhnya yang terdekat. Arci mencacah mereka seperti menggebuk drum. Cepat, berdarah-darah, dua orang menjadi korbannya dan satu orang lagi tiba-tiba dikejutkan dengan tubuh Arci yang berkelit ke bawahnya lalu bagian kapak yang runcing sudah menancap menembus dagu hingga masuk ke mulutnya.

Ghea tak kalah lincah, dia sudah mendarah daging dengan katananya. Dia bergerak lincah seperti kelinci menggunakan tembok sebagai tumpuan kakinya agar mendapatkan tenaga ekstra pendorong sebagai kekuatan untuk menghantam tiga musuh sekaligus. Sang ninja melemparkan shuriken, tapi reflek Ghea cukup gesit, sehingga bisa mementalkan shuriken itu dengan katananya. Sang Madam menyerang dengan cara berputar seperti angin, dalam aliran pedang Kaze no Ryu ini adalah jurus Ryu-Roden. Dia akan terus berputar-putar seperti angin puting beliung dengan pedangnya sampai lawannya tertebas semua. Jurusnya pun mengenai dua lawannya hingga mereka tumbang dengan dada mereka terpotong.

Melihat pasukannya hampir habis, Miller mengambil senjata dari pinggangnya. Sepasang trisula. Arci dan Ghea tinggal menghadapi satu orang lagi. Katana dan kapaknya pun menghajar lawan terakhir. Miller melihat sekeliling tempat dia berdiri. Banyak mayat bergelimpangan.

"This is suck!" katanya.

"Kamu pergilah, aku bisa menghadapinya," ujar Ghea.

"Kamu yakin?" tanya Arci.

"Aku tak akan mati sebelum bertemu dengan Alex."

"Baiklah, hati-hati!" Arci kemudian berbalik dan bergegas menuju tangga ke atas.

Ghea membersihkan darah yang menempel di mata pedangnya dengan lengan bajunya. Miller memainkan kedua trisulanya seolah-olah berkata "aku punya kemampuan dan seharusnya kamu takut". Tapi Ghea sama sekali tak bergeming.

Miller berjalan perlahan mendekat ke arah Ghea. Kedua tangannya dengan lincah memainkan trisula kemudian gerakan berikutnya sudah benar-benar ingin mengincar nyawa Ghea. Satu dua gerakannya berusaha menusuk kepala Ghea, tapi tentu saja Ghea bisa berkelit. Apalagi jangkauan Ghea sangat panjang karena ia memakai katana. Tapi karena Miller mendesaknya dengan jarak dekat membuat Ghea hanya bisa berkelit dan mencari kesempatan kalau-kalau ia bisa menyerang. Miller menyerangnya dengan cepat, seolah-olah ia punya stamina yang tak terbatas. Ghea makin terdesak. Ia benar-benar bertahan sampai kemudian dia pun mendaratkan tendangan ke perut Miller. Miller pun mundur beberapa langkah. Tendangan yang cukup keras.

"Bitch!" umpat Miller.

Ghea melihat bahunya tergores sedikit. Ia meliriknya sejenak.

"Kamu benar-benar tak tahu di mana Alex?" tanya Ghea.

"Aku tak tahu, kalau kamu bertanya siapa yang menculik Alex kamu tanya saja ke Ryuji. Dia yang mempunyai rencana yang berhubungan dengan kamu. Aku hanya berencana untuk membunuhmu, menghancurkan segala bisnismu. Sekalipun aku kejam, mampu membunuh orang, tapi aku bukan orang yang kejam mampu membunuh anak-anak atau menyakiti mereka," jawab Miller.

Ghea menyelidik ke tatapan mata Miller. Tak ada keraguan, Miller tidak berbohong.

"Ryuji yang mengetahuinya?" tanya Ghea.

"Bisa jadi, tapi sejujurnya aku benar-benar tak berminat dengan anak kecil, baik penculikan atau pun membunuh mereka. Bagiku mereka tak berdosa," jawab Miller.

"Termasuk Mustafa?"

"Ya, termasuk dia. Dia seorang habib. Dia bahkan untuk menyakiti wanita saja tidak tega. Makanya dia mengajakku untuk bisa membunuhmu."

"Baiklah, aku sudah cukup mendengarnya. Kamu punya keinginan terakhir?"


oOo


Arci melangkah naik satu per satu anak tangga dengan kapak terhunus. Dia sudah di lantai paling atas. Sebuah lorong terakhir dan dia mendapati seorang berwajah seperti keturunan orang arab dengan kumis dan jenggot ada di sana. Di depan orang ini ada banyak orang yang kedua tangannya terikat dengan posisi berlutut. Wajah mereka ditutup oleh kain. Ada tiga orang yang sudah terkapar dengan kepala berlubang.

"Arci!?" sapa Mustafa.

"Mustafa," jawab Arci.

"Kukira kamu tak akan sanggup sampai di sini."

"Kamu bisa ada di sini, menguasai rumah sakit ini, berarti kamu bukan orang sembarangan."

"Oh ya, tentu saja begitu. Dengan sedikit akal licik aku mampu melakukannya. Kamu tahu, selama puluhan tahun kami keluarga habib tidak pernah sedikit pun terusik, tapi baru-baru ini kami terusik oleh seseorang sepertimu. Itu semua karena yah, kamu tahu sendiri kami besar di sini, dan kami punya sesuatu yang harus kami selamatkan."

"Bilang saja kalau jatah premanmu berkurang."

"Aku lebih menyebutnya sebagai swadaya umat."

"Persetan dengan itu semua. Lagipula, aku meragukanmu kalau kamu ini seorang habib."

"Ngomong-ngomong soal itu, kamu ada benarnya. Aku tak pernah dikenal sebagai seorang habib. Hanya saja, karena salah satu keluargaku adalah seorang habib, kemudian kami semua tiba-tiba menjadi seperti dirinya. Ironis karena dengan titel itu aku bisa mendapatkan keuntungan, kemuliaan, bahkan sesuatu yang tidak pernah engkau bayangkan sebelumnya. Dan karena itu pulalah, kami menguasai kota ini sejak lama. Berbeda denganmu yang menguasai kota ini dengan cara yang tidak halal, kami menguasai kota ini dengan cara yang baik."

"Tidak ada cara yang baik melainkan cara itu adalah cara yang keji. Kamu tahu sendiri bagaimana orang-orang mendapatkan kekuasaan di kota ini, sebagian besar mereka melakukannya dengan cara-cara menyuap, mengancam, menipu dan memanipulasi data. Kamu kira caramu adalah cara yang benar? Aku meragukannya."

"Benar Arci, benar. Boleh dibilang, tidak ada yang suci, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sedikit banyak aku juga ada kelemahan aku juga ada kekurangan, tapi bukan berarti cara yang aku gunakan salah, salah atau benar semuanya adalah penilaian manusia. Bukan kamu saja yang mempunyai ukuran itu."

"Salah atau benar, semuanya bisa dipikirkan dengan rasio dan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sekarang, kita lihat caramu melakukan ini semua, apakah bisa dibenarkan?"

"Untuk agar diriku bisa disebut sebagai boss, aku perlu melakukan sesuatu yang besar Arci, tidakkah kamu sadar? Ketika kamu membuat perang dulu, kamu sangat terkenal, kamu heboh, selama satu bulan namamu disebut-sebut oleh media masa, surat kabar dan elektronik. Apakah kamu tahu seorang yang terkenal di dalam dunia hitam bisa terkenal dan disebut sebagai Big Boss dengan cara seperti itu? Cara yang tidak pernah ditempuh oleh seseorang pun sebelumnya. Kamu menggerakkan para preman, kamu berhasil, kau benar-benar membuat kota ini kacau. Dan untuk menuju ke sana, aku pun tak tinggal diam. Aku ingin sekali merasakan bagaimana aku bisa seperti itu. Dan kini aku telah pada tahap ini."

"Itu artinya kamu sudah siap untuk kalah dan menang? Semua aparat akan mengejarmu."

"Aku siap. Maka dari itu, kalau aku hari ini hidup, maka aku menang dan aku akan menjadi Big Boss, menggantikanmu. Kalau aku kalah, maka kamu tetap menjadi Big Boss. Yah, kamu tahu sendiri. Aku juga gambling melakukan ini semua. Rencanaku sudah matang, mulai dari menghancurkan seluruh usahamu, kemudian menangkap orang-orang yang terlibat dengan bisnis gelapmu, termasuk juga para pejabat. Aku cukup beruntung dibantu oleh kakak iparmu, terlebih kemudian orang kepercayaan Tanaka ikut andil peran dalam hal ini."

"Satu pertanyaan, apakah kamu menculik Alex?"

"Aku tak tahu tentang Alex, kamu bisa tanyakan itu ke Ryuji. Dia mungkin yang tahu."

"Aku bersumpah, kalau sampai terjadi sesuatu dengan Alex, aku tak akan memaafkan siapapun yang terlibat."

"Hahahahaha, begitu ya?"

"Katakan keinginanmu yang sebenarnya Mustafa. Kamu ingin menjadi Big Boss?"

"Ya, tentu saja."

"Baiklah, aku akan berikan kepadamu."

Mustafa terhenyak. "What? Apa maksudnya?"

"Aku tak ada lagi keinginan untuk menjadi Big Boss, aku berniat pensiun."

"Kamu bercanda?"

"Kalau kamu mau, aku akan biarkan kamu di sini dengan segala kegilaanmu. Kalau engkau hanya menginginkan itu aku akan berikan semuanya. Aku hanya ingin anakku kembali."

"Woi woi woi, tidak semudah itu Arci! Kau Raja Preman, kamu tahu apa artinya Big Boss?"

"Aku tahu dan aku tak peduli lagi."

Tiba-tiba ponsel Arci berbunyi. Mustafa mengangkat alisnya, tapi Arci tidak bergeming. "Kamu tidak mengangkatnya dulu? Siapa tahu penting."

Arci merogoh sakunya dan mengambil ponselnya. Panggilan masuk dari Asyifa? Arci menerimanya.

"Ya?" sapa Arci.

"Mas,...a...aku, aku...," Asyifa tergagap.

"Ada apa? Katakanlah!"

"A-aku baru saja .... melihat file di dalam ponsel Diva... aku tahu siapa yang membawa Alex."

"Apa? Kamu tahu?"

"Coba dengarkan!"

Asyifa kemudian memainkan file yang ada di ponsel Diva.

"Mustafa..., mana Miller?!"

"Ah, dia sedang menggarap cewek itu, ada apa Ryuji?"

"Tampaknya kita harus mulai sekarang."

"Aku sudah siap."

"Rio datang dan sepertinya dia sangat benci kepada adik iparnya. Dia sekarang bekerja sama dengan polisi."

"Baguslah, jadi kita tak perlu kerja dua kali."

"Kamu punya rencana untuk berhadapan dengan Arci bukan? Aku punya rencana untuk keluarganya."

"Haruskah seperti itu?"

"Harus benar-benar selesai. Aku tak mau hanya sampai di sini saja kita melakukan ini. Aku sama sekali tak mau. Harus tuntas."

"Aku tak mau ikut-ikut soal itu."

"Kamu tak perlu khawatir. Aku sudah siapkan rencana yang sedikit licik."

"Ah, masa bodoh. Itu urusanmu. Aku mau ke kamar dulu. Rugi aku udah bayar banyak untuk cewek ini."

"Siapa namanya?"

"Diva. Highclass."

"Boleh ikut?"

"In your dreams. Kamu sudah dapat Bianca, masih ngincer ini?"

"Hahahaha, terus terang aku pura-pura tidak kenal dengan dirimu waktu itu sungguh tidak enak."

"Sudahlah, aku pergi dulu. Nikmati segala yang kamu mau di sini."

"Ya, tenang saja. Aku juga ingin kembali."

"Baiklah kalau begitu..."

"...."

"...."

"...."

"Halo? Dr. King? Tanaka Yoshida ingin kamu membayar apa yang dulu kami berikan kepadamu. Aku punya tugas untukmu. Aku tahu kamu sangat suka dengan organ manusia, terutama anak-anak. Aku akan berikan kamu alamat, culik anak itu, bunuh siapapun yang mengganggumu dan...aku ingin agar kamu melakukannya tanpa meninggalkan jejak. Seperti sebelumnya...."

"...."

"Ya, tentu saja. Lakukan tanpa membuat kecurigaan."

"...."

"Aku akan kirimkan foto anak itu."


Asyifa menyudahinya.

"Kamu dengar? Kemungkinan Ryuji yang mengetahui di mana Alex berada!" kata Asyifa. "Mas, mas ada di mana sekarang?"

Arci menutup teleponnya. Dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku. Arci juga kemudian menyimpan kedua kapaknya kembali ke pinggangnya. Mustafa keheranan. Tapi dari raut wajah Arci ia tampak sangat marah.

"Apa yang terjadi?" tanya Mustafa.

"Aku tahu di mana Alex berada. Mustafa, kamu masih ingin menjadi Big Boss? Silakan. Aku akan pergi menemui Alex," jawab Arci.

BRAAK! DIINN! DUAARRR! Arci dan Mustafa melihat ke bawah di halaman rumah sakit. Mereka melihat para preman menyerbu masuk. Itu semua orang-orangnya Arci.

"Anak buahmu mulai masuk, hebat juga mereka," kata Mustafa.

Arci berbalik mulai meninggalkan Mustafa.

"Hei, jangan pergi! Urusan kita belum beres. Kamu ingin mereka semua mati?" tanya Mustafa.

"Di dunia ini, anakku lebih penting daripada nyawa mereka. Kamu mau bunuh mereka atau tetap membiarkan hidup aku tak peduli," jawab Arci.

"Brengsek!" Mustafa kemudian menodongkan pistolnya ke arah Arci. "Kubunuh kau!"

DOR! DOR! DOR!

Arci berkelit, ia mengambil pistol yang dia selipkan di pinggangnya. Pistol jenis Heckler & Koch P30L 9x19mm ini ia ambil, tubuhnya berputar cepat kemudian dengan gerakan seperti pencak silat, dia membalas tembakan Mustafa. Keduanya saling menembak, tapi pelurunya tak mengenai satupun di antara mereka. Keduanya makin dekat, lalu Arci dan Mustafa bertemu dengan saling pukul.

Mustafa mengarahkan senjatanya ke lutut Arci, kemudian menekan pelatuknya. Arci memukul sedikit pergelangan tangan Mustafa, tembakannya meleset mengenai lantai. Arci kemudian menyikut dada Mustafa dengan tangan kirinya, lalu dengan tangan kanan dia menembakkan senjatanya ke tubuh Mustafa, tapi dengan gerak cepat Mustafa bisa menampar pergelangan tangan Arci sehingga tembakan Arci meleset. Kemudian keduanya saling menggenggam tangan. Tangan kiri Mustafa menahan tangan kanan Arci, demikian juga Arci tangan kirinya menahan tangan kanan Mustafa.

"Kamu ternyata belajar juga Silat Bedil?!" kata Mustafa.

"Kamu kira aku tak berkembang selama satu dekade ini?" tanya Arci balik.

"ARRGGHH!" Mustafa mengerang ketika kakinya diinjak oleh Arci. Ia lengah, kesempatan ini dibuat Arci untuk melepaskan genggamannya lalu memukul leher Mustafa. Musuhnya pun terkejut dan memegangi lehernya yang sakit. Sedikit keras lagi maka dia bisa dibunuh dengan cepat. Tapi Arci tak ingin menuntaskan pertarungan ini dengan cara itu, ia lebih ingin peluru di pistolnya yang tinggal satu butir itu ia habiskan.

Arci meletakkan moncong pistolnya tepatdi dagu Mustafa, kemudian pelatuk ditarik.

DOR!

Peluru menembus rahang Mustafa, hidung, mata dan kemudian menembus kepala orang ini. Arci melepaskan magazinenya yang kosong, lalu ia isi lagi. Mustafa limbung, jatuh ke lantai. Arci kemudian meletakkan moncong pistolnya tepat ke kepala Mustafa.

DOR! DOR! DOR! DOR!DOR! DOR! DOR!DOR! DOR! DOR! DOR!DOR!

Ia pun menghabiskan seluruh isi pistolnya kepada Mustafa. Setelah itu ia menyimpan lagi pistolnya. Dengan langkah santai ia pun turun ke bawah. Tujuannya jelas, Ryuji.


oOo


Ghea bersiap dengan kuda-kuda merendah. Tangan kirinya direntangkan ke depan, menunjuk ke arah Miller. Tangan kanannya memegang katana dengan ujung pedang mengarah ke arah Miller. Posisi ini disebut sebagai posisi Hitman. Biasanya digunakan oleh mereka yang ingin benar-benar membunuh lawannya dalam satu kali gerakan. Kuda-kuda yang dikuasai oleh pasukan Shinsen Gumi, terutama oleh Saito Hajime.

"Karena setelah ini, aku akan menghabisimu dalam sekali gerakan!" kata Ghea.

"Hahaha, kamu bermimpi!" ujar Miller. "Kamu tak akan mampu melakukannya."

"Kamu meragukanku?"

"Ghea, aku selama ini berusaha untuk melatih diriku, mengembangkan kemampuanku sebagai seorang pasukan elit. Aku bahkan mempelajari berbagai ilmu beladiri. Untuk menyentuhmu sampai ke Indonesia ini sungguh sulit. Setiap kali menyelidiki keberadaanmu aku selalu terhalang oleh protokol. Tapi ketika aku mulai mencari cara agar bisa bertemu denganmu, aku kenal dengan orang yang sangat ingin berambisi mengambil posisi Arci, maka dari itulah aku bisa kemari. Aku sebenarnya ingin sekali menghabisimu di dalam penjara. Tapi keadaan berubah."

"Baiklah, kuharap kamu tak menyesal. Karena serangan ini benar-benar tak akan membuatmu bernafas lagi," kata Ghea.

"Coba saja!"

Miller memutar-mutar trisulanya dan sekarang perlahan-lahan mulai maju ke arah Ghea. Sang Madam tetap fokus, dia sudah mempersiapkan sesuatu. Sebuah serangan yang akan mengakhiri semuanya. Ghea membuat tumpuan pada kaki kanannya yang dia tekuk sedangkan kaki kirinya direntangkan ke depan. Miller menghujamkan kedua trisulanya karena melihat Ghea tidak bergerak, sekaligus tidak melihat tanda-tanda Ghea mau menyerang, namun saat dia hampir menusuk Ghea tiba-tiba wanita itu menghilang.

Miller terkejut. Seharusnya ia berhasil menusuk Ghea, tapi ke mana Ghea? Miller hampir saja berbalik.

"Tak perlu berbalik, kamu sudah tamat!" kata Ghea.

Miller tetap berbalik, kemudian tubuhnya bagian tengah mengucur sebuah garis vertical. Darah mengucur di sana, tepat membelah jantungnya.

"Ba-bagaimana bisa??....." Miller tak sempat bisa berpikir lagi karena dia sudah tamat.

Arci turun dari anak tangga. Dia melihat Miller sudah tak bernyawa di tangan Ghea. Ghea berjalan menghampiri suaminya.

"Ryuji yang membawa Alex," ujar Arci.

"Ayo, kita segera mencari dia," kata Ghea.

Arci mengangguk. Mereka kemudian turun. Di bawah, Arci menjumpai komisaris Basuki, juga Rio. Mereka pun keluar bersama-sama dari gedung. Melihat Big Boss selamat, para preman kemudian tenang. Mereka bersorak-sorai ketika musuh sudah ditaklukkan. Ironis memang, kali ini para preman malah yang menolong kota ini. Kemudian sisa-sisa kelompok Mustafa dan Ryuji dikejar oleh aparat yang berwajib.

Kota sedikit lebih tenang setelah itu. Berita-berita di surat kabar, media cetak dan elektronik sangat menghebohkan. Malang kembali kacau dan hal ini sempat menjadikan isu nasional. Berita tentang pertempuran yang terjadi di tengah kota pun sampai diberitakan oleh berita luar negeri. Memang semuanya damai setelah itu, hanya saja keadaan makin memburuk bagi Gheas setelah itu. Alex belum ketemu.

o o o bersambung o o o

maunya dobel post, tapi koq ane ngantuk. Ntar agak siangan aja deh. bobo dulu. :p :ngiler:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd