Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

HIPNOTERAPI SEX

Chapter 2
Beberapa jam setelah pengalaman luar biasa, aku mendapatkan pasien pertamaku.

Pasien pertamaku, pak Agung muncul sekitar sepuluh menit sebelum janji temunya, seperti yang aku duga.Pak Agung sedang berusaha menurunkan berat badan dan kebugaran fisiknya di usianya yang telah melampaui 50 tahun. Berolahraga dan hidup sehat bukanlah hal yang dia sukai dan sekarang dia berusaha agar hal itu tidak mengganggunya di masa tuanya.

Aku memperkuat sugesti untuk menjaga pola makannya, dan rutinitas olahraganya. Aku menyarankan agar dia memikirkan cucu-cucunya setiap kali dia tergoda untuk berthenti. Ini berdampak baik pada pola pikirnya.. Dia adalah pria yang penuh kasih dan perhatian. Ini adalah poin yang bagus untuk membantu memperkuat untuk membantunya mengubah hidupnya.

Kemudian aku memulai trik pemasaranku. Kapan pun ada orang di daerah tersebut yang bertanya kepadanya tentang kesehatannya, atau mengomentari penurunan berat badannya, dia akan merasa perlu untuk berbagi keajaiban perubahan hidup yang dia alami dan merujuk untuk datang padaku.

Aku mengucapkan selamat tinggal padanya, dan Desi masuk, panik, dan segera mengenakan kembali bra-nya.

"Aku minta maaf, tapi aku Baru saja melihat ibuku berhenti di tempat parkir. Sepertinya dia tidak suka aku bekerja di sini." katanya khawatir.

"Yah, kalau dia punya masalah, kita punya banyak waktu dan dia boleh datang dan berbicara denganku." Aku memberitahunya.

"Aduh, Pak Raka gak ngerti!" Desi meratap. “Dia adalah seorang ibu kolot dan sangat mengekangku sejak lama. Masalahnya aku gak bilang kalau sekarang aku sudah pindah rumah.”

“Kamu kan sudah dewasa. Ibumu gak akan bisa menuntut banyak." Aku meyakinkannya.”Tenang saja. Biar kuurus.”

Desi masih gugup, "Terima kasih. Um... Aku kembali ke depan saja.."

Desi kembali ke depan.

Beberapa menit kemudian, pintu depan terbuka.

"Selamat datang di Forest Therapy, ada yang bisa aku bantu?" Desi bertanya, dan aku tahu dia sangat gugup.

"Sepertinya kamu sudah menemukan tempat pembuangan sampah untuk bersembunyi." Terdengar suara wanita dewasa yang ketus.

"Bu, tolong Aku sedang bekerja...." Desi memohon.

"Wanita dewas seharusnya tidak bekerja! Tugasmu adalah mencari suami dan melahirkan anak."

Aku melangkah keluar, "Maaf. Kau menganggu karyawanku. Jika Kau tidak berhenti, aku akan menelepon pihak berwenang."

Ibu Desi adalah wanita yang menarik. Rambut hitamnya yang diputihkan tergerai hampir sampai ke pantatnya. Dia setidaknya memiliki payudara D-cup,. Leher v-nya menunjukkan belahan dada yang sama besarnya dengan putrinya. Dia telah merawat bentuk tubuhnya dan tampak seperti versi putrinya yang lebih dewasa , meskipun dia memiliki pantat yang lebih besar daripada putrinya.

Kulit wajahnya kencang dan bercahaya yang melingkari rahangnya yang tajam. Membentuk ekspresi tegas dari superioritas arogan. Satu-satunya kerutan di wajahnya hanyalah kerutan permanen di dahinya.

"Aku ibunya! Aku bisa melakukan apapun yang kumau!" kata ibu Desi.

"Bukan di properti pribadi. Jika Kau bersikeras menyebabkan keributan, polisi akan dengan senang hati mengusirmu atau bahkan menahanmu.Kalau kau punya urusan, silahkan buat janji temu atau pergi dari sini.”

Dia memelototiku, marah.

"Baiklah, berapa janjinya?" Dia menuntut.

"Murah kok. Cukup 50k. Khusus untuk kerabat karyawan.”

Dia membuat janji temu satu jam, dan kami berjalan kembali ke ruanganku.

Dia duduk di sofa, tempat aku meraba-raba payudara putrinya beberapa jam sebelumnya.

Aku duduk di meja aku dan melihat ke komputerku, tempat Desi mengirimkan informasi klien. Nama ibunya adalah Lita. Usianya 37 tahun, artinya ia melahirkan Desi di usia 19 tahun. Keluhannya dia mengaku ingin dibantu dengan 'susah tidur'.

"Bu lita, apakah Kau mempunyai keluhan?" Aku bertanya dengan tidak mencolok.

Dia memelototiku. "Kau dengar apa yang kukatakan pada putriku.”

"Kau percaya bahwa kemandirian dan bekerja adalah penyimpangan dari kodratnya sebagai wanita?”

"Iya! Peran perempuan di rumah dan melahirkan anak!" Dia menyatakan.

"Lalu siapa yang bilang kalaj seorang perempuan tidak dapat bekerja?” Aku bertanya.

Bu lita merasa sangat tidak nyaman dengan argumenku.

"Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa Kau mencoba mengambil putriku dariku!"

Aku memiringkan kepalaku, "Benarkah? Dari apa yang aku tahu, putrimu ingin keluar dari rumahmu, dan melamar pekerjaan di sini untuk mendapatkan penghasilan dengan cara yang jujur, dan terhormat. Bukankah itu seperti kau membuatnya pergi dari rumah?."

Matanya menyala, "BERANINYA kamu!?" Dia menggeram.

Ya, sikapnya jelas merusak kecantikan wajah dan tubuhnya. Jika aku bisa menghipnotisnya, aku mungkin bisa membalikkan keadaan dan menjadikannya seorang lonte sejati.

Aku mengangkat bahu, “Tenanglah. Ini Cuma sekedar dialog seorang psikiater. Oh ya, omong-omong, bagaimana kamu melacaknya di sini? Apakah dia memberitahumu?"

Lita belum cukup membelinya. "Yah, salah satu tetanggaku memberitahunya. Dia bilang sudah membuntuti anakku selama 3 hari”

“Itu arinya lingkungan tempatnya tinggal telah bersekongkol agar dia tidak bebas. Maksudku, dengan dia memberitahukannya padamu berarti dia sepakat agar anakmu tidak boleh pergi. Apalagi dia sampai membuntuti selama 3 hari. Hmmm, aku jadi makin paham kenapa Desi tak mau balik ke rumah. Siapa yang mau tinggal di tempat dimana semua orang bersekongokol untuk memenjarakan dirinya.”

Lita berpikir sejenak, memutar-mutar rambutnya dengan satu tangan dan menggaruk putingnya dengan tangan lainnya.

"Kalau kau mau, kau bisa datang sehingga Kau dapat melihatnya dan memastikan dia baik-baik saja, tapi biarkan dia memiliki kebebasannya. Hal terbaik yang dapat Kau lakukan adalah mulai membangun kembali hubungan dengan putrimu. Sebagai bonus, aku bisa membantu mengatasi masalahmu." kataku padanya.

“Penipu sepertimu bisa membantuku dengan apa?” Dia mengendus.

"Kamu menyebutkan di formulir pendaftaranmu bahwa kamu kesulitan untuk tidur?" kataku padanya.

"Hmph.... Suamiku mendengkur. Makanya aku kesulitan tidur.” Dia melambaikan tangannya dengan acuh.

Aku menyeringai, "Bagaimana kalau begini, kita akan mencoba hipnotisnya, dan jika Kau tidak melihat peningkatan dalam kualitas tidurmu, jangan kembali untuk hipnosis, tetapi Kau dapat kembali untuk memeriksa putrimu? “

"Ha! Kamu pikir kamu bisa membantuku tidur dengan suamiku yang ngoroknya kayak teronton.” Dia mengejek, "Tapi baiklah. Mari kita lihat seberapa hebat dirimu.”

Dengan itu, Lita menjadi lebih kooperatif dan kami mulai menggali kepribadian dan kebiasaannya untuk mencari tahu apa yang bisa kulakukan. Dia sangat posesif dan protektif. Dia mencintai keluarga dan keyakinannya. Aku memiliki apa yang aku perlukan untuk dikerjakan.

Kepala Lita terkulai dari samping saat tubuhnya benar-benar rileks. Kerutan di keningnya mengendur. Melihat wajahnya membuatkuku ingin meraih kepalanya, memasukkan kontolku dan ngecrot di dalam mulutnya. Tapi untuk sekarang aku harus bersabar.

Pertama, aku harus membangun kepercayaannya padaku. Menyarankan agar dia Ketika bersamaku akan mengingatkan pada suaminya, dan dia akan merasa bisa memercayaiku. Dia akan merasa aman dengan kehadiran aku dan mempercayakan putrinya dalam perawatanku. Dengan penekanan yang cukup, dia tersenyum, dan ketika aku berbicara dengannya, dia mulai menggunakan istilah sayang untuk memanggilku.

Kemudian aku harus berhasil menidurkannya, meski suaminya mendengkur. Ini sebenarnya cukup mudah. Kebisingan tidak menghalangi orang untuk tidur. Begitulah cara orang bisa tertidur saat menonton TV, di tempat umum, dan berbagai lokasi bising lainnya. Jadi aku hanya menyarankan agar dengkuran suaminya itu terdengar menawan, itu tandanya dia merasa nyaman dengannya.

Kepalanya bergerak-gerak ketika aku menyelesaikan saranku, tapi sepertinya tetap melekat. Aku memberikan saran kedua, kalau-kalau saran itu gagal. Itu adalah pemicu sederhana, dan aku akan memberi tahu dia kata kunci yang aku tentukan ke alam bawah sadarnya untuk hanya menerima perintah dariku sendiri.

Setelah selesai, aku berusaha membangun hubungan kami. Aku menginginkannya. Aku ingin meniduri ibu dan anak perempuannya. Aku mulai menekankan kembali bahwa aku sama baiknya dengan suaminya. Itu termasuk hak istimewa dalam perkawinan.

"Bolehkah aku menyentuh payudaramu?" tanyaku pada lita saat sesi hipnotis yang kesekian.

"Tentu saja sayang."

Duduk sedekat itu, membuatku mudah untuk meraih dan mengambil tokednya. Bra-nya segera kulepas lalu Aku bisa langsung merasakan putingnya mengeras di tanganku.

"Kamu suka itu, sayang?" aku bertanya padanya.

"Ya, sayang." Katanya mendesah kenikmatan.

"Kapan terakhir kali kamu berhubungan seks?" aku menekan.

"Sudah satu setengah tahun kami tidak ngentot."

"Wow, kamu pasti kesepian.”

“Ahhhhh…yaaaaa……”

Aku terseyum senang. Sepertinya rencanaku untuk ngentotin ibu dan anak akan berjalan sangat lancer.

"Sayang... apa... kita sudah selesai? Sepertinya tidak butuh waktu lama...." gumamnya sambil berkedip cepat.

“Ya, menurutku kamu akan lebih mudah tidur di samping suamimu. Jika kamu masih kesulitan, aku ingin kamu mengucapkan kata-kata ini pada dirimu sendiri.” Aku menyerahkan kepadanya sebuah kertas dengan tulisan, "Payung Polkadot" tertulis di atasnya.

“Kenapa aku harus melakukan itu?” Dia bertanya.

"Itu seharusnya memicu sugesti pasca-hipnotis untuk membuatmu tertidur." kataku padanya.

"Hanya mengatakan Payung-" Dia memulai

"Eits!" kataku cepat "Aku tidak punya waktu untuk membangunkanmu kembali. Bakalan susah sekali. Gunakan kata itu hanya ketika kau memang ingin tidur."

Dia menatapku dengan ragu, "Baiklah, tapi kayaknya gak bakal berhasil."

Aku tersenyum, "Lihat saja nanti. Kau bisa datang ke sini minggu depan dan buktikan sendiri hasilnya.”

Bu lita berdiri, masih menatapku dengan aneh, lalu berjalan keluar, pinggulnya berayun secara sensual hingga dia berada di sekitar meja.

Aku mendengar dia membuat janji dengan putrinya, dan dia pergi.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd