Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Himpitan Ekonomi

Kita melompat beberapa waktu ke depan, tepatnya satu setengah tahun sejak bu Yenti memperlihatkan bokong indahnya pada Mr Kim. Di pertengahan tahun 2022 Kini keluarga bu yenti sedang dilanda kebahagiaan, pasalnya tepat hari ini bu yenti melahirkan anak ke 3 nya. Drama sempat terjadi pra melahirkan, di usianya yang sudah kepala 4 lebih bu yenti cukup sulit untuk melahirkan secara normal sehingga pihak rumah sakit menyarankan untuk operasi sesar. Kebingungan dirasakan oleh suami bu yenti karena
biaya operasi yang cukup mahal, namun seperti kata orang tua jaman dulu, anak punya rejekinya sendiri, bahkan untuk bayi yang belum lahir. Secara tak terduga pabrik tempat bu yenti bekerja memberi bantuan berupa mengcover semua biaya rumah sakit dan obat- obatan sampai bu yenti dinyatakan bisa pulang. Jelas suami bu yenti yang awalnya sangat pusing lima keliling menjadi sangat lega. Saking bahagianya mereka bahkan sampai tidak
sadar anak ketiga mereka wajanya cenderung mirip orang indonesia timur dengan kulit yang agak gelap. Padahal baik bu yenti dan suami sama sama asli USA alias urang sunda asli. Kejanggalan itu benar benar tertutupi takala Mr kim secara pribadi memberi uang saku sebesar 1 jt rupiah dengan dalih hadiah untuk sikecil.
Namun dimana ada kelahiran disana ada kematian, disudut lain kampung cikere
beberapa keluarga sedang berduka, beberapa hari yang lalu terdapat insiden kabel listrik tegangan tinggi yang terputus, kabel masuk ke area pesawahan. Mengakibatkan beberapa warga yang sedang bekerja disana tewas tersengat listrik, dan salah satu diantaranya adalah pak safri suami dari ustadzah pipit (42), atau biasa warga kampung memanggilnya
umi pipit. Pak safri berpulang meninggalkan istri yang ketiga anaknya yang masih kecil.
Selama ini keluarga pak safri bergantung pada hasil tani, selain itu pemasukan tambahan di dapat dari hasil umi pipit mengajar ngaji anak anak kampung. Otomastis saat ini umi pipit hanya bisa mengandalkan penghasilanya dari mengajar ngaji yang jelas jauh dari
kata cukup. Beberapa hari berlalu sepeninggal pak safri, hal yang tidak terduga pun dialami umi pipit, beberapa orang mendatangi rumahnya untuk menagih hutang suaminya. Umi pipit sangat kaget karena mendiang suaminya tidak pernah bilang kalau dia punya hutang. Namun umi pipit mengenal orang yang sudah memberi suaminya hutang tersebut ia adalah pak haji darsa juragan kampung sebelah yang merupakan sahabat baik suaminya. Pak haji darsa berpesan ia merasa tidak enak harus menagih
hutang seperti ini namun hutang tetaplah hutang dan harus di bayar apalagi untuk orang yang sudah meninggal wajib dilunasi segala hutang hutangnya. Umi pipit jelas paham betul akan hal itu namun karena belum punya uang umi pipit meminta waktu untuk dapat melunasi hutang hutang tersebut.


Umi pipit

Bak pribahasa sudah jatuh tertimpa genteng, beberapa bulan berlalu sepeninggal suaminya, umi pipit kembali mendapat musibah, rumah peninggalan mendiang suaminya hangus terbakar. Kebakaran terjadi diduga karena ulah beberapa bocil yang main petasan
di dekat rumah umi pipit. Rumah yang sebagian besar terbuat dari kayu dan bambu dengan mudah dilahap si jago merah, Umi pipit dan ketiga anaknya selamat dalam insiden kebakaran tersebut namun semua harta bendanya ludes hanya pakaian dan beberapa surat berharga yang bisa diselamatkan, Pasca insiden tersebut warga desa pun berinisiatif membangun kembali rumah untuk umi pipit, ya berhubung ini kampung cikere
yang kebanyakan warganya adalah orang kere, rumah yang dibangunpun hanya berupa bangunan seadanya, satu ruangan besar tanpa sekat dan sebuah bilik kamar mandi kecil di belakang. Walau demikian umi pipit sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para warga. Kini ia menempati gubuk tersebut bersama ketiga anaknya, Karena kebutuhan anak-anaknya yang makin mendesak, ditambah hutang suaminya yang harus dilunasi umi pipit berupa mencari sumber penghasilan lain, la tau beberpa ibu ibu di kampunya ada yang bekerja di pabrik konveksi, salah satu yang cukup akrab dengannya dalah bu yenti, ia berencana menemuinya sore ini dan berharap bisa di ajak kerja disana. Sore hari pun tiba sekiar jam 5 sore umi pipit pergi ke rumah bu yenti, Bu yenti pun menyambut baik kedatangan umi pipit, mereka memang sudah sangat akrab.
"salamikum" ucap umi pipik
"eh umi pipit... mikumsalam, mari sini masuk umi. Kita ngobrol di dalam aja" ajak bu yenti
"iya bu yenti terima kasih"

Umi pipit pun menceritakan maksud kedatangannya kesana, ia ingin ikut bekerja di konveksi bareng bu yenti. Namun respon bu yenti diluar harapan umi pipit, bu yenti
terkesan enggan mengajaknnya kerja disana. Bu yenti berdalih kerja disana tidak akan cocok untuk umi pipit. Tidak menyerah umi pipit merasa kerja di konveksi bukan hal baru untuknya pasalnya sebelum menikah dengan pak safri, umi pipit pernah bekerja di konveksi di daerah bandung dulu.
"maaf umi bukanya saya tidak ma bantu, tapi percaya sama saya kerja disana tidak akan cocok untuk umi" ujar bu yenti
"gak cocok gimana bu, gini gini dulu saya juga pernah kerja di konveksi waktu di bandung dulu" terang umi pipit
"saya gak bisa cerita disini umi, duh gimana ya jelasinnya"
"saya mohon bu yenti, keperluan anak anak sekolah makin banyak saya butuh penghasilan tambahan" ujar umi pipit memelas
"hmmm ya udah umi, nanti saya coba bicarakan dulu atasan saya" ujar bu yenti ragu ragu
"hmmm, maaf banget ya bu yenti saya agak maksa, saya gak tau lagi mesti kemana"
"iya umi gak papa, saya paham ko situasi umi sekarang"
umi pipit dan bu yenti pun melanjutkan obrolan mereka, menjelang waktu magrib umi pipit pun pamit pulang. Walau harapn tipis umi pipit berharap bisa di ajak kerja di
konveksi bersama bu yenti. Dari kejauhan umi pipit melihat motor terparkir depan rumahnya, umi pipit hawatir itu orang suruhan pak haji darsa yang kembali akan menagih hutang. Namun dugaan umi pipit ternyata salah, ternyata motor itu adalah motor adiknya yang datang bersama suaminya.
"samlekum" ujar umi pipit
"mikumsalam" serempak orang yang ada di dalam rumah menjawab
"eh Hani, tomi, kapan datang ko gak kasih kabar dulu" ujar umi pipit menyapa adik dan
iparnya
"barusan the, ini juga baru aja duduk" jawab hani
"ya udah tunggu bentar teteh siapin minum dulu"

Kedatangan adiknya justru membawa kabar kurang baik, tomi (28) yang merupakan suami hani (25) adik iparnya kini sedang terlilit hutang pinjol yang cukup besar. Kurang lebih sekitar 30jt termasuk bunganya. Angka yang tidak terlalu besar namun bagi tomi yang hanya seorang guru honorer 30jt itu dirasa sangat berat. Sebari terisak hani menceritakan bagaimana suaminya bisa terlilit hutang sebesar itu. Semua bermula dari tomi yang tergiur
kaya cepat dengan iming iming 1000 dolar per hari tomi mencoba peruntungan lewat
aplikasi kuning BINIMU. Awalnya ia coba coba dari 50 ribu tomi bisa menggandakan nya menjadi 500ribu lewat aplikasi Binimu. Dari situ tomi mulai tergiur dan terus ketagihan bermain binimu dengan dalih investasi trading saham. Tanpa sadar ia terus mengalami kerugian, tomi pun mulai kehabisa modal dan mencoba mencari modal dari sumber lain, mula mula ia coba meminjam uang pada rekan nya, perlahan hutang pada rekan dan kawanya nya pun makin menumpuk sehingga tidak ada yang bisa di pinjami lagi.


Hana

Tomi makin gelap mata ia nekat ngambil pinjaman online untuk modal trading di
BINIMU, seperti yang sudah sudah tomi lagi lagi gagal cuan dan semua modalnya kembali habis. Pihak pinjol pun mulai berdatangan ke rumah tomi. Hani pada awalnya sangat marah dan kaget dengan apa yang sudah suaminya lakukan, namun arang sudah jadi abu semua sudah terlanjur. Untuk melunasi hutang hutangnya mereka terpaksa oper kredit perumahan yang baru mereka ambil 3 tahun yang lalu. Itupun tidak cukup untuk melunasi
hutang hutangnya. Hani bahkan tidak tau bahwa suaminya, tomi pernah nekat menjual dirinya kepada teman tomi yang sudah memberinya pinjaman hutang. Tersisa pinjol yang tidak bisa diakali dengan tubuh hani.
maksud kedatangan mereka ke rumah umi pipit adalah untuk sementara menitipkan hani tinggal disana, karena mereka sudah tidak punya tempat tinggal tomi pun berencana untuk mengontrak dulu sebari menghidar dari para penagih hutang sekaligus memikirkan cara melunasi hutang hutangnya. Alasan hani tidak ingin ikut mengontrak bersama tomi adalah untuk menenangkan diri. Ia masih merasa trauma setiap kali selalu didatangi para penagih hutang. Umi pipit yang mendengar penjelasan dari adik dan iparnya tersebut
jelas sangat marah dan kesal. Namun ia berusaha menahan diri dan memahami situasi mereka, ia tidak ingin situasi jadi semakin keruh jika ia memarahi mereka. Walau demikian umi pipit tetap memberi wejangan pada tomi dan hani. Selepas isya tomi pun pamit untuk pulang. la berjanji akan segera menyelesaikan masalahnya dan membawa hani kembali bersamanya.
Malam hari, dalam kesendirianya umi pipik merenungi nasibnya sendiri, bahkan keluarga terdekatnya pun mengalami masaslah yang sama. Himpitan ekonomi. Kini ia hanya bisa berharap bisa di ajak kerja di konveksi bersama bu yenti. Malam makin larut mereka pun beranjak tidur. Dalam gubuk sederhana umi pipit, hani dan ketiga anak umi pipit tidur bersama dalam satu ruangan besar beralaskan kasur lantai.
Beberapa hari berlalu, bu yenti akhirnya memberi kabar pad aumi pipit, bu yenti tidak langsung memberi kabar jika umi pipit bisa bekerja disana, namun bu yenti hanya
mengatakan agar umi pipit menemui atasannya dulu di pabrik. Umi pipit pun merasa sangat senang ia merasa masih ada harapan untuk bekerja disana bermodal pengalaman nya kerja di konveksi dulu, ia optimis bisa meyakin kan calon bosnya untuk menerimanya bekerja. Umi pipik dan bu yenti pun mengatue janji untuk menemui atasan bu yenti.
"besok langsung ke rumah saya aja umi, jam 7 pagi ya, nanti kita berangkat bersama"
"siap bu yenti, terima kasih sebelumnya... oh ya kira kira saya mesti pake baju khusus gak bu?" ujar umi pipit yang kegirangan karena merasa ada harapan besar
"gak perlu umi, pakai baju yang biasa umi kenakan aja"
"oke bu yenti, sampe ketemu besok, salamikum"
"iya umi, mikumsalam" jawab bu yenti dalam percakapan WA nya.
Umi pipit pun merasa senang sekali, saat ini ia benar benar butuh pemasukan tambahan, harapan ia satu satunya hanya bekerja di pabrik konveksi itu. Hani yang melihat kakaknya berseri seri ikut membersi semangat pad kakaknya.

"mudah mudahan keterima the"
"iyah han, teteh benar benar berharap banget"
"nanti kalo udah kerja ajak ajak hani juga the, kan lumayan buat pemasukan. Siapa tau bisa bantu lunasi hutang a tomi"
"yey teteh juga belum kerja, tapi ya mudah mudahan kita bisa kerja disana bareng" ujar
umi pipit
"aamiin" jawab hani
keesokan paginya sesuai janji umi pipit dan bu yenti berangkat bersama ke pabrik
konveksi tempat bu yenti bekerja. Sekitar 10 menit perjalanan mereka akhirnya tiba di
pabrik. Umi pipi terlihat sangat ceria sekaligus gugup. Berbeda dengan bu yenti yang justru merasa cemas. Sebari menunggu mr kim datang, bu yenti pun mengajak umi pipit untuk sarapan pagi dulu di warung sekitar pabrik.
"umi silahkan pesen aja, nanti saya bayarin"
"duh gak usah bu yenti, saya udah sarapan ko"
"gak papa umi, kali kali ini atuh"
"iya bu"
beberapa menit cukup hening tidak ada pembicaraan diantara mereka, bu yenti masih saja terlihat gelisah.
"umi saya mau bilang sesuatu"
"kenapa bu? Bilang aja atuh"
"mmmmh.... Umi janji ya apapun yang umi dengar disana jangan di ceritakan ke siapapun di kampung" ujar bu yenti
"ehhh emangnya
ada apa bu? Ko mesti pake janji segala"
"duh saya gak bisa cerita, pokoknya umi janji ya"
"hmmm ya udah janji" umi pipit mulai merasa aneh pada tingkah bu yenti
"bu yenti temennya yang mau kerja gimana jadi gak?" terderar suara pak rojak menegur
bu yenti
"eh pak rojak, ngagetin aja... ini pak temen saya yang mau ikut kerja, kenalin namanya
pipit, umi kenalin ini pak rojak kepala pabriknya"
"oh ini, kenalin rojak" ujar pak rojak sebari hendak menjabat tangan
"saya pipit pak" jawab umi pipit sebari tanganya memberi tanda salam didepan dada.


yang

Seperti sudah kebiasaan umi pipit enggan bersentuhan dengan laki laki bukan
muhrimnya. Pak rojak pun mengerti maksudnya dan sedikit tengsin, ia menarik kemabli tanganya yang ia ulurkan.
"ya udah bu pipit tunggu dulu aja ya, biasnaya sebentar lagi mister kim datang" ujar pak rojak, ia pun pamit pada mereka berdua dan pergi duluan masuk ke pabrik. Terlihat sedikit senyuman aneh di wajah pak rojak saat meninggalkan bu yenti dan umi pipit.
"yang tadi bukan bosnya bu?"
"itu kepala pabriknya, mandornya lah gitu, kalo bos nya ada lagi, orang korea namanya Mr
kim" jawab bu yenti
"oh iya, jadi nanti saya mesti nemuin mr kim itu bu?"
"kemarin sih pak rojak bilangnya gitu, soalnya yang bisa menentukan tetep mr kim" jam pun menunjukan pukul 8 pagi, para pegawi pabrik pun memulai aktivitasnya, bu yenti lalu meninta umi pipit menunggu dulu di depan lobi, nanti kalo udah waktunya akan di panggil lagi. Umi pipit mulai merasa gugup dan cemas. Walau awalnya ia merasa begitu semangat ia merasa tidak yakin kerja disini. Selang setengah jam saat sedang melamunumi pipit dikagetkan oleh bu yenti yang memanggilnya.
"umi mari saya antar, tadi pak rojak udah manggil
"eh iya bu yenti ayo" ujar umi pipit
umi pipit pun diantar sampai ke depan ruangan mister kim, disana sudah ada pak rojak yang menunggu mereka. Pak rojak lalu mengajak umi pipit masuk kedalam untuk menemui mr kim. Sementara nu yenti diminta kembali meneruskan kerjanya. Didalam kantor umi pipit untuk pertama kalinya bertemu mr kim, ia bingung mesti berbicara pakai bahasa apa, ia merasa tidak pandai berbahas inggris apalagi bahasa korea. Yang ia kuasai selain bahasa sunda dan indonesia cuma bahasa arab. Pak rojak lalu mempersilahkan umi pipit untuk duduk dulu di sofa yang ada di sudut ruangan. Pak rojak lalu terlihat berbisik pada mr kim, selepas itu mr kim dan pak rojak menghampiri umi pipik. Merka berdika
pun duduk di sofa tamu.

"selamat pagi bu, perkenalkan saya Kim, ada keperluan apa ya?" sapa mr kim dengan bahasa indonesianya yang lancar, membuat umi pipit sedikit kaget
"anu pak, sebelumnya kenalkan nama saya pipit, saya kesini bermaskud ingin ikut bekerja di pabrik milik bapak" ujar umi pipit sedikit terbata
"hmmmm, pernah kerja di konveksi sebelumnya?" tanya mr kim
"pernah pak ada, saya pernah bekerja di pabrik konveksi di bandung dulu" jawab umi pipit gugup
"gak usah gugup, santai aja rojak apa kita masih butuh tambahan orang?" tanya mr kim pada pak rojak
pak rojak lalu terlihat sedang berfikir sebari mengusap usap dagunya. la pun lalu
menjawab "sepertinya untuk saat ini belum ada mister, malah produksi kita lagi turun
bulan ini gegara covid" ujar pak rojak
"hmmm gitu ya... baik bu pipit mohon maaf sepertinya kita tidak bisa menerima ibu kerja disini" ujar mr kim
"tolong pak, benar benar lagi butuh pekerjaan, saya siap kerja apa aja" ujar umi pipit memelas
mr kim dan pak rojak bu terlihat melakukan kontak mata, pak rojak terlihat mengangguk
seolah paham kode dari mr kim.
"gini bu pipit, kalo untuk kerjaan di pabrik saya belum bisa ngasih, tapi.... Jika ibu mau
mungkin saya bisa tawarin ibu kerjaan lain" jelas pak rojak
"ma mau pak, tapi kerjaan apa ya?" tanya umi pipit "kalo tadi pas ibu masuk ibu lihat ada pintu masuk lain kan disebelah kiri gedung pabrik ini?" tanya pak rojak
"mmmh iya sepertinya saya lihat tadi pak" ujar umi pipit sebari mengingat ingat
"nah itu sebenarnya cabang usaha kami yang lain, semacam terapi mengobatan gitu" ujar pak rojak
"hah terapi? Tapi saya gak ada pengalaman di bidang kesehatan pak"
"tidak perlu bu, ini terapinya lain"
"lain gimana ya pak?" tanya umi pipit mulai merasa tidak enak
"jadi ibu dengarkan penjelasan saya dulu sampai selesai ya, biar tidak salah paham"
"iya pak baik"

pak rojak pun lalu menjelaskan tempat terapis yang ia maksud, tempat itu membatu mengobati orang orang yang meiliki keluhan seperti mr kim dulu, ataupun orang-orang yang kehilangan gairah seks nya. Di tempat itu para terapis hanya perlu memperlihatkan kemolekan tubuh mereka. Itu juga tidak secara langsung namun melalui kaca satu arah dalam sebuah ruangan. Mirip kaca kamar mandi yang bisa dipake ngintip dari balik kacanya. Para terapis tidak perlu bertelanjang bulat cukup mengangkat rok, melorotkan celana ataupun mengangkat bajunya mirip seperti yang dilakukan bu yenti dulu. Jika mau
para terapis juga boleh bertelanjang bulat tentu bayaran yang ia terima akan lebih besar. Selain itu ada juga bagian bagian lain di tempat terapis itu. (Akan di jelaskan sepanjang cerita berjalan)

"gimana apa ibu tertarik, untuk kerja disana sistimnya bayar harian, para pekerja pabrik
juga banyak yang nyambi kerja disana termasuk bu yenti juga" ujar pak rojak
"maksud bapak saya mesti bertelanjang di depan orang gitu" ujar umi pipit dengan nada sedikit tinggi, ia juga kaget mengetahui bu yenti kerja sambilan disana
"iya tapi tidak secara langsung, ada kaca yang akan menghalangi terapis dan pasien. Para terapis juga di perbolehkan memakai topeng,... kalo ibu keberatan dengan sentuhan langsung ibu bisa pilih jadi terapis cermin, selain bayaran dari kami para terapis juga biasanya dapat tips dari pasiennya bu" ujar pak rojak menjelaskan
umi pipit tampak terdiam, ia tak menyakan akan ditawari pekerjaan seperti itu. Fikiran
rasionalnya jelas berkata tidak namun himpitan ekonomi membuatnya ragu.
"gini bu pipit, jika ibu kerja ditempat terapis kami, ibu mungkin punya kesempatan kerja di pabrik juga" tawar pak rojak
"maksud bapak?"
"ya jika pabrik produksinya meningkat dan butuh orang tambahan, pasti bu pipit yang
akan kami tawarin duluan, kita gak perlu repot repot cari orang kalo sudah ada orang
yang siap kerja, gimana?"
"mh... anu... saya fikir fikir dulu pak" ujar umi pipit "saya paham kebanyakan orang menganggap ini tabu, apa lagi di indonesia, tapi di luar
sana terapi seperti ini sudah banyak bu. Dan sudah banyak orang yang tertolong lewat terapis ini, jadi saya harap ibu bisa melihatnya dari sudut pandang lain dan jangan dulu berfikir negatif" ujar mister kim menambahkan.
Percakapn pun tidak mencapai kata sepakat, umi pipit terlihat keluar ruangan diantar pak rojak. Terlihat wajah umi pipit yang murung, ia merasa bimbang. Tidak lama setelah itu terlihat bu yenti menghampiri umi pipit, bu yenti bu mengatar umi pipit keluar.
Di depan lobi pabriknya
"masa saya mesti kerja di tempat seperti itu bu" ujar umi pipit
"ya saya kan udah bilang umi, kerjaan disini gak akan cocok untuk umi"
"saya mungkin sedang butuh uang, tapi saya tidak mau sampe harus jual diri"
"umi gak perlu sampe jual diri umi, ingat umi ini berbeda"
"beda gimana bu, kita diminta mempertontonkan aurat kita, itu sama aja"
"terserah kalo umi menganggapnya seperti itu, menurut saya itu kembali ke niat kita aja, kita disana kan jadi terapis membantu orang-orang, kalo menurut umi itu tabu, ya umi berhak nolak"
"maaf saya bu yenti, saya tidak bermkasud menyinggung bu yenti"
"tidak apa apa umi, saya juga awalnya berfikiran sama kaya umi, tapi di jaman sekarang ini himpitan ekonomi makin mecekik kebutuhan semakin banyak. Untuk urusan perut mungkin saya masih bisa nahan tapi tidak untuk urusan pendidikan anak saya, saya berharap mereka mendapat pendidikan yang lebih layak agar bisa hidup yang lebih baik. Maka dari itu Jika ada yang bisa saya lakukan untuk mendapat penghasilan lebih pasti saya lakukan selagi itu bukan jual diri seperti PSK psk di luar sana" ujar bu yenti
umi pipik tampak tidak bisa berkata apa apa lagi, ia juga merasakan hal yang sama, yang selalu ia dan rnendiang suaminya utamakan selama ini adalah pendidikan anak anak mereka. Bu yenti pun lalu pamit untuk kembali kedalam melanjutkan pekerjaannya,sementara umi pipik kembali pulang ke rumahnya dengan hati yang bimbang.
Bagaimana keputusan umi pipit, tunggu selanjutnya. next pov umi pipit
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd