Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Status
Please reply by conversation.

attackersfreak

Semprot Kecil
Daftar
12 Dec 2012
Post
90
Like diterima
995
Bimabet
Cerita kedua gw suhu2, hehehe...
penulis amatiran kembali.
lepas dari genre silat setelah Naga Merah, lagi pengen nulis drama lah. Sesuai suasana hati yang agak mellow.
Kritik dan saran ditunggu ya suhu2, sementara segini dulu lihat responnya 😁🍺



INDEX
Prolog - Halaman 1
Bagian 1 - Halaman 2
Bagian 2 - Halaman 4

Hati yang Tak Sempurna

Revan memandang teduh wajah istrinya. Tertidur lelap dengan lelehan sperma lelaki lain di pipi dan sebagian bibirnya.

Mungkin wanita ini tidak menyangka bahwa Revan pulang lebih awal dari biasanya.

Dan yang dia lebih tidak tahu, bahwa Revan sebenarnya telah mengetahui perselingkuhan istrinya jauh-jauh hari sebelum ini.

Dan kepulangannya kali ini memang dia sengaja untuk membuktikan persangkaannya selama ini.

Diambilnya sebuah smartphone dari saku bajunya. Beberapa foto diambil dengan objek tubuh telanjang istrinya Vita.

Beberapa kali close up pada bibir Vita dan kemudian Revan kembali menyimpan smartphone miliknya ke dalam saku.

Dengan tenang ia lalu meninggalkan rumah tersebut. Tak ada lagi rasa cemburu di dadanya karena telah ia bunuh rasa itu beberapa tahun lalu, ketika ia memergoki istrinya dengan selingkuhan pertamanya.

"Tiga kali engkau berselingkuh Vita, dan 7 tahun kesetiaanku ternyata tak mampu mengubah sifatmu", gumam Revan sambil menyetir mobilnya.

Honda Jazz berwarna putih itu lalu melaju cepat meninggalkan komplek perumahan.

***

7 Tahun yang lalu

"Gila kamu Revan, kita udah mau nikah", bentak Vita dengan keras

"Ya, aku tahu aku salah Vit. Aku benar-benar khilaf", ujar Revan

"Tinggal 3 hari pernikahan kita dan kamu berselingkuh dengan Claudia, mantan pacarmu saat SMA", cecar Vita

"Vit, jujur emang aku salah, but we're just one night stand, that's all", Revan membela diri

"Tapi tetep aja kamu salah", Vita tak mau kalah

Revan hanya diam. Ia tahu berdebat dengan Vita kali ini hanya akan memperuncing masalah.

"Oke gini, kita sepakat kalau aku memang salah. Aku juga ga pernah mempermasalahkan ketika kamu petting sama teman kantormu dua minggu lalu", ujar Revan.

"Jadi kamu balas dendam padaku", Vita makin berapi-api.

"Bukan, poinnya adalah, kita perbaikin lah. Kalau sampai kamu marah-marah dan masalah ini tersebar, yang malu bukan cuma kita, keluarga juga Vit".

"Lalu, kamu mau aku biarin aja gitu kejadian ini", Vita makin meradang

"Bukan, gini deh, kita jalanin dulu pernikahan yg udah kita arrange lama banget, setelah itu baru kita selesaikan masalah kita, i'll do whatever you want", jawab Revan.

"Oke, inget janjimu", Vita menjawab setelah menimbang-nimbang beberapa lama.

*****
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mulustrasi
b67bfa1250816264.jpg

Vita

6172271250816294.jpg

Bu Neni

Bagian 1
Revan menghempaskan tubuhnya di sofa merah yang menghiasi sudut rumah asri itu.

"Tumben ga weekend kamu mampir kesini Van", sesosok wanita keibuan menyapa Revan dengan lembut.

"Lagi kangen ama ibu aja", Revan meringis mencari alasan.

"Bilang aja istri kamu ga masak terus kamu kabur kesini karena kelaparan", Bu Neni, ibunda Revan tersenyum mengacak rambut Revan.

Wanita itu berumur sekitar setengah abad. Dengan tubuh proporsional, wajah keibuan dan harta peninggalan suaminya membuat Bu Neni menjadi sesosok wanita yang menjadi kejaran para pria.

Namun rupanya Bu Neni lebih memilih setia dengan mendiang suaminya dan tetap bertahan hidup sendiri di rumah itu. Hanya sesekali Revan maupun adiknya Tita yang mengunjungi ibundanya.

"Masak apa Bund?", tanya Revan sambil memeluk Bu Neni dari belakang.

Kedua anak Bu Neni memang sangat manja terhadap ibunya sehingga gesture mesra seringkali mereka tunjukkan satu sama lain.

"Bunda masak sayur sop ama nila goreng. Ga tau kalo kamu mau datang sih, ya seadanya aja", jawab Bu Neni

"Kuanter ke supermarket yuk Bund, lagi pengen sup tulang iga buatan Bunda cantik", Revan mengeratkan pelukannya ke Bu Neni hingga sebagian lengannya menimpa payudara ibundanya.

Bulu kuduk Bu Neni meremang. sentuhan lembut pada payudara miliknya membuatnya menjadi agak kehilangan fokus.

"Neni, itu lengan anakmu sendiri, jangan berfikir macam-macam", ujar Bu Neni dalam hati.

Namun tak dapat dipungkiri, tubuhnya yang telah lama tidak dijamah lelaki, dan hingga berumur setengah abad belum mengalami menopause, rupanya memberi isyarat birahi kepada otaknya.

"Ayoklah, bunda juga mau sekalian belanja bulanan nih", Bu Neni tersenyum

"Sebentar ya, Bunda ganti baju dulu".

Revan mengangguk lalu kembali duduk di sofa merah tersebut.

Bu Neni melangkah memasuki kamarnya. Entah kenapa bulu-bulu halus di tubuhnya masih meremang.

Ia lalu melepaskan seluruh baju yang dipakainya termasuk celana dalam dan penyangga dadanya. Kini ia telanjang bulat di depan cermin. Beberapa keriput terlihat samar di tubuhnya. Namun secara keseluruhan, tubuhnya masih seperti wanita berumur 30 tahunan.

Dielusnya puting payudaranya dengan lembut sambil memejamkan mata. Tangannya yang satu bergerilya menggesek klitorisnya. Tubuhnya lalu bergeser ke ranjang. Direbahkannya tubuh telanjang itu sambil melebarkan kakinya

Masih terus terpejam, Bu Neni menggosok-gosok klitorisnya sambil memilin-milin puting payudaranya.
Mulutnya setengah terbuka.

Namun betapa kaget Bu Neni ketika merasakan sebuah ciuman lembut mendarat di bibirnya.

"Bunda kalau lagi pengen gini tambah cantik", suara Revan mengagetkan Bu Neni.

Namun belum sempat membalas ucapan Revan, kembali sebuah ciuman mendarat di bibirnya. Bu Neni yang awalnya sempat kebingungan, akhirnya membalas ciuman Revan dengan tak kalah ganas.

Tangan Revan menyusuri tubuh Bu Neni. Didera birahi Bu Neni menyambut remasan tangan Revan pada payudaranya.

Kedua tangan mereka saling meremas payudara Bu Neni bergantian sembari cerucup bibir mereka yang semakin liar seolah menjadi irama persetubuhan itu.

Revan kemudian menuntun tangan Bu Neni ke selangkangannya. Dengan patuh Bu Neni menyusuri batang menonjol di celana bahan Revan. Elusan lembut dan sesekali ditimpali oleh remasan hangat membuat Revan diterjang kenikmatan.

"oousshhh....", Bu Neni mendesah panjang ketika jari jemari Revan mulai menguak liang vaginanya.

Dengan penuh kelembutan lidah Revan menyusuri leher Bu Neni mengimbangi kocokan jarinya pada vagina ibunya sendiri.

"Revvaaaann..".
"Iya Bundaku sayang".
"Setubuhi ibumu Nak, masukkan penismu ke laing vagina bunda", ceracau Bu Neni

Revan lalu melepaskan sabuk celananya. Dengan bantuan Bu Neni, akhirnya Revan telah terbebas dari celana panjangnya.

Bu Neni dengan buas melahap penis Revan yang masih tertutup celana dalam ketat. Jilatannya membasahi kain celana dalam hingga penis Revan nampak menggembung besar.

Revan menjambak rambut Bu Neni. Seolah paham, jemari Bu Neni menyusuri batang penis Revan lalu dengan bibirnya, digigitnya celana dalam Revan dan diturunkannya hingga sebatas paha. Sementara tangan Bu Neni sibuk mengocok batang tersebut dengan cepat.

"Kontolmu sungguh besar Revan, bolehkah bunda merasakannya di liang milik Bunda?", ujar Bu Neni

Tanpa banyak berkata-kata, Revan memeluk bundanya kemudian diangkatnya tubuh itu hingga telentang di atas ranjang.

Bu Neni yang paham akan apa yang dilakukan oleh Revan kemudian mengangkangkan kakinya selebar mungkin, mengingat penis Revan yang berukuran diatas rata-rata.

"Bunda, Revan sayang Bunda", ujar Revan lembut di telinga Bu Neni

Sebuah hentakan halus mengawali penetrasi penis Revan ke liang vagina Bu Neni.

"Slebb.. slebb.. sleb..", Revan lalu memompa penisnya dengan irama teratur.

Bu Neni memejamkan mata, merasakan gairah yang berpuluh-puluh tahun terpendam dalam. Hunjaman penis dari lelaki yang paling dicintainya, anaknya sendirian.

Bu Neni nampak menegangkan tubuhnya sementara tangannya menjambak rambut Revan. Sebuah ciuman ganas diluncurkan Revan untuk mengimbangi gerakan bergairah ibundanya.

"Terus Revan... terus ..lebih dalam... ", Bu Neni berteriak penuh gairah

Revan pun mengikuti dengan mempercepat irama pompaannya..

"Aaahhh..... ", tubuh Bu Neni menegang kuat, punggungnya membusur sementara liang vaginanya menyemprotkan cairan bening yang membasahi ranjang saksi persetubuhan mereka.

Perlahan tubuh Bu Neni melemas.. mengiringi kepuasan yang didapatkannya. Bu Neni terkapar di ranjang dengan kelelahan yang luar biasa. Seakan tubuhnya menuntutnya untuk segera beristirahat. Bu Neni lalu memejamkan mata

tak lama kemudian terdengar suara pintu diketuk...

"Bunda... Revan nih... Ada di rumahkah?", suara Revan ada di balik pintu.

Bu Neni terperanjat bangun dari tidurnya.

Ah, ternyata tadi hanya mimpi. Seolah sangat nyata terjadi.

Bu Neni meraba celana dalamnya yang ternyata basah luar biasa. Sungguh betapa malunia membayangkan mimpinya barusan.

"Buundaaa", terdengar kembali suara Revan sembari mengetuk pintu.

Bergegas Bu Neni membukakan pintu bagi Revan.

"Tumben sore gini kesini Van", sambut Bu Neni

"Lagi kangen Bunda aja, hehehe", jawab Revan cengengesan.

"Masak apa Bund?", tanya Revan

Bu Neni merasa de javu dengan kejadian ini.

"Lihat sendiri sana di dapur", ujarnya

Revan melangkah menuju dapur. Namun tiba-tiba Revan berbalik menghadap Bu Neni.

"Bunda, itu dasternya lupa dikancingin, nenennya ngintip", Revan tertawa sambil berlalu ke dapur

Muka Bu Neni merah padam ketika menyadari daster yang ia gunakan tidak menutup dengan sempurna, sementara ia tidak menggunakan bra ketika tidur siang tadi. Walhasil, puting payudaranya seperti meloncat keluar dari daster yang digunakannya.

Setengah berlari Bu Neni masuk ke kamar mandi membetulkan daster yang digunakannya.
****
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd