Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Hanya Cerita

Bimabet
Part 11.


Kawan..

Sedikit nasehat untukmu, ingatlah bahwa tujuan akhir dari langkah hidupmu tergantung dari seberapa panjang jalan yang diberikan oleh Tuhan untukmu. Namun jika langkahmu terhenti, itu bisa jadi bukan karena tak ada jalan lagi di depanmu melainkan karena kau takut dan ragu untuk melangkah...

Sekarang,
Ingatkah kau kepada makhluk kuntilanak yang selalu menyebut sebuah nama kepadaku? Mengapa dia selalu datang dan seolah olah ingin memberitahu kepadaku bahwa ada sesuatu tentang nama itu?

Ah.. kau ingat? Baguslah.. sekarang pertanyaan selanjutnya,
Ketika kau butuh jawaban, kemana kau akan pergi?

Hmm?? kau mengatakan 'tanyakan pada hati nuranimu sendiri?'

Betul.. begitupun juga denganku kawan, begitu juga denganku..
Akan kuteruskan ceritaku disaat aku memandangi punggung makhluk kuntilanak dari bawah pohon jamblang. . .

Makhluk itu terbang terlentang mengelilingi pohon jamblang sebanyak beberapa kali, pada putaran terakhir dia kembali tertawa mengikik dan kembali menyebut nama Nandi.

"Kiiiiikikikikikikikkk... Nandiiiii..."

Sekarang dia terbang ke arah Barat namun dengan cara terbang yang berbeda. Dia melayang mundur dengan posisi berdiri menghadap ke arahku dan seperti memintaku untuk menghampirinya dengan melambai lambaikan tangannya yang tertutup oleh pakaian panjang berwarna putih lusuh. Aku seperti dipanggil oleh makhluk ini.
Kuikuti kemana kuntilanak itu melayang dan berharap tak kehilangannya. Aku sudah yakin bahwa pasti ada yang mau disampaikan oleh makhluk ini kepadaku, sekarang tinggal bagaimana caraku saja untuk mengetahui apa maksud dari makhluk itu.

Makhluk itu terus melayang mundur sambil melambai lambaikan tangannya kepadaku diatas sana, kuikuti terus kemana dia melayang. Sampai akhirnya aku berhenti di bawah sebuah pohon besar dimana aku kehilangan dia. Ku cari cari dimana makhluk itu sekarang, dia hilang.. aku kehilangan jejaknya.

Karena lelah, kusandarkan tanganku ke pohon besar itu. Tiba tiba saja terdengar lagi suara kikikkan dari kuntilanak itu di dalam kepalaku,

"Kiiiikikikikk.. ngihihi.. ngiiiiiikikikikkkkkk... ngiiiikikikikikkk.. ibumuuuu.. ngiiikikikikikkk..."


Kawan, pernahkah kau merasa terusik karena mendengar suara suara di dalam kepalamu? Pernahkan kau merasa jengkel atau marah karena suara suara yang muncul dalam kepalamu itu terus terusan mengganggumu?

Seperti itulah posisiku saat ini kawan. Makhluk itu terus menyerangku dengan ringkikkan tawanya yang menyeramkan dan dia terus terusan menyebut 'ibumuuu'.

Aku benar benar jengkel dibuatnya, saking jengkelnya aku sampai sampai harus berteriak dalam hatiku,

"DIAAMM.. DIAAAMMMM !!!"

Selesai kuteriakkan kata kata itu, barulah kemudian kurasakan keadaan di sekelilingku kembali sunyi.

Sunyi sesunyi sunyinya..

Saking sunyinya, aku penasaran ada dimana aku saat ini. Kuperhatikan sekelilingku dan aku terkejut, aku terkejut karena ternyata saat ini aku ada di depan rumah orang tuaku sendiri.
Aku menyadari itu karena pohon besar yang kujadikan sandaran tanganku ini adalah pohon jengkol, dimana tak ada satupun orang orang dikampungku yang memiliki pohon ini kecuali orang tuaku.

Makhluk itu ternyata membawaku ke rumah orang tuaku.

Setelah menenangkan diri, kuperhatikan rumah tempat aku dibesarkan ini.

Sepertinya sepi..

Kuberanikan diri untuk mendekat ke arah jendela depan dan mengintip ruang tamu rumah orang tuaku ini.

Ada ibuku disitu..

Ada ibuku yang sepertinya sedang menonton sinetron kesukaannya dan akhirnya tertidur di sofa malas kesayangannya.

Hatiku gemetar, hatiku gemetar melihat wajah tidur beliau. Hatiku gemetar melihat kerutan wajah beliau yang semakin terlihat jelas termakan oleh waktu sementara aku belum lagi mampu membahagiakan beliau. Hatiku gemetar melihat telapak tangan kanan beliau yang sedang menggenggam remote tv, dimana telapak tangan itu sudah semakin menua sementara aku tak pernah mencium telapak tangan itu lagi semenjak kepergian ku selama lima tahun belakangan ini. Hatiku gemetar mengingat bagaimana Tuhan dengan mudahnya membuatku LUPA dengan orang tuaku selama aku tinggal di tempat Abah dan bagaimana Tuhan dengan mudahnya menempatkan aku disini, kembali kesini karena tawa makhluk menyeramkan yang berjenis kuntilanak. Hatiku gemetar mengingat Tuhan sedang menegurku bahwa apapun yang aku lakukan, apapun yang aku cita citakan, apapun ambisi yang menjadikan aku seorang Kemal saat ini, semua itu kalah oleh sesuatu yang ada di bawah telapak kakinya. Semua yang aku lakukan akan percuma pada akhirnya jika aku melupakan SYURGA DI BAWAH TELAPAK KAKINYA.

Aku terisak kawan.. aku duduk terisak di bawah jendela depan rumah. Aku terisak melihat ibuku tertidur, aku benar benar terisak melihat wajah beliau yang mulai menua. Anak macam apa aku ini yang tega meninggalkan wanita yang melahirkanku selama lima tahun tanpa kabar sama sekali? Anak macam apa aku ini sampai bisa bisanya melupakan kasih sayang beliau dari semenjak aku lahir sampai aku sebesar ini? Anak macam apa aku ini yang melupakan kata BAKTI untuk orang tuaku? Anak macam apa aku?!!

Maafkan aku kawan, maafkan aku karena menjadi begitu emosional..

Aku berdiri untuk melihat kembali sosok ibuku dari jendela, terlihat damai tidurnya. Aku diam sejenak menimbang sesuatu, aku tak ingin merusak napak tilasku dengan menemui ibuku saat ini, namun hatiku terus mengajakku untuk memohon maaf kepada beliau. Akhirnya kuputuskan untuk menemuinya diam diam tanpa membangunkan tidurnya dan bersimpuh memohon ampunan dari beliau untukku.

Kuperhatikan seisi rumah dan kupastikan tak ada orang lain saat ini di dalam rumah. Mungkin bapak sedang keluar, dan mungkin Satya juga belum pulang kerja atau mungkin juga dia dirumahku saat ini sedang mencumbu Qia istriku.

Entahlah.. kubuang jauh jauh fikiran terakhir ku tadi.

Sedangkan Eca sudah pasti tak ada disini,karena dia sudah tinggal di tempat lain bersama anak dan suaminya.

Aku mengendap endap masuk seraya membawa satu wadah berisi air putih, begitu tiba di hadapan beliau yang sedang tertidur duduk, hatiku teriris, teriris mendengar dengkur halusnya yang begitu merdu. Sebisa mungkin kucoba untuk tak bersuara atau menimbulkan suara lain, kemudian aku duduk bersimpuh di depan kaki beliau, kubasuh pelan pelan kaki beliau yang terlihat kecil dengan kulit yang menua. Kubasuh pelan pelan dan berusaha tak membuat beliau bangun. Kucuci kedua telapak kaki yang sarat akan perjuangan hidup ini dengan lembut, kucium telapak kaki ibuku dengan hati yang hancur oleh rasa bersalah dan isak tangis yang tertahan. Kuucapkan permintaan maafku dengan berbisik dihadapan beliau,

"Maafin Kemal bu, maafin Kemal udah buat ibu susah, Maafin Kemal udah....hiks.." Sekuat tenaga ku tahan suara tangisan ku sendiri.

"Maafin Kemal udah lari dari tanggung jawab Kemal sebagai anak ibu dan sebagai suaminya Qia.. maafin Kemal karena ga bisa nyenengin ibu sama bapak, maafin Kemal buat semuanya bu.. Kemal minta ampunan sama Ibu juga sama bapak.. hiks.."

Kemudian ku raih tangan kanan beliau pelan pelan tanpa membuat remote TV yang sedang digenggamnya itu jatuh dan mencium tangan beliau dengan lembut.

Kawan, hampir saja aku melarikan diri melihat nafas dan dada ibuku naik turun seperti orang yang tersedu. Namun ketika kulihat matanya yang terpejam, aku yakin kalau beliau masih dalam kondisi tertidur. Ketika hendak kucium pipi beliau kudengar suara khas motor Astrea Grand milik bapak dan suara motor lain.
Aku panik dan langsung menuju dapur, aku keluar melalui pintu belakang dan membuang wadah berisi air tadi. Aku kembali mengendap endap menuju jendela depan. Kulihat ada bapak, Eca beserta anak dan suaminya. Hatiku hangat karena rasa rindu yang begitu besar kepada mereka. Kulihat Eca menggoyang goyang bahu ibu dengan lembut untuk membangunkannya, begitu ibu bangun beliau seperti kaget dan menatap Eca sebentar. Tak kusangka bahwa ibu kemudian menangis, ibu menangis tersedu sedu. Hal itu jelas membuat Eca dan suaminya menjadi kaget, bahkan bapak yang barusan masuk ke kamar untuk mengganti pakaian pun ikut kaget dan langsung keluar.

"Kenapa bu? Ibu kenapaa?" Kata Eca mulai terisak sambil memeluk ibu.

"Kenapa ibuu dibangunin Ecaa.. kenapa ibu malah dibanguniiinn?? Ibu ngimpiin abang Kemaaall Caa... ibu ngimpi bang Kemal nyuci kaki ibu Caaa.. ya Allah Kemaaalll anak ibuu..." .
Kata ibu seperti tak terima karena dibangunkan oleh adikku.

Aku terkejut mendengar kata kata ibu, sebegitu kuatnyakah ikatan bathin antara seorang anak dan ibunya sampai sampai yang kulakukan barusan ikut masuk kedalam mimpi beliau. Air mataku menetes menyaksikan pemandangan di dalam rumah.

"Paaak.. Kemal dateng paakk.. Kemal minta maap sama Ibuu.. Kemal minta maap juga sama bapaak.." Kata ibu terus menangis.

Kulihat bapak hanya diam dan menunduk, kemudian beliau mengusap matanya menandakan beliaupun ikut menangis saat ini. Bapak yang dahulu terlihat kuat dimataku, bapak yang dulu begitu kerasnya memukulku dengan batang gagang sapu setiap aku membuat ulah yang memalukan keluarga, bapak yang selalu mencariku setiap kali ada tawuran antara kampungku dan kampung sebelah, bapak yang begitu tegas memarahiku setiap aku berbuat salah. Bapak yang begitu marahnya sampai aku dipukuli habis habisan dan disabet oleh gesper sabuk berkepala elang besi disaat aku mabuk parah dan mengobrak abrik papan karambol yang tengah dimainkan oleh tetanggaku sendiri.
Namun berkat didikkannya yang keras itulah aku menjadi seorang yang gigih dalam menggapai sesuatu.

Dadaku kembali hangat dirubungi haru.

"Udah buu.. udaahh.. bang Kemal ga bakalan balik lagi. Ibu sabar yaaa.." Kata Eca berusaha menenangkan ibu yang masih tersedu sedu.

Kamu salah Ca, abang udah kembali, cuma aja abang belom bisa nemuin ibu, bapa, Eca, Kakak ipar kamu Qia dan adik kita Satya, sabar ya sebentar lagi. Abang pasti pulang ke rumah ini lagi.. Kuucapkan pelan pelan kata itu untuk diriku sendiri.

Tiba tiba ku dengar suara sepeda motor Revo milikku dulu, Satya datang. Ya.. motor itu sudah kuberikan pada Satya disaat motor Scorpio baruku tiba dulu sebelum adikku ini berani berselingkuh dengan istriku sendiri saat itu.

Aku sedikit jongkok dan berharap Satya tak melihatku ketika dia masuk ke ruang tamu. Ketika dia sudah masuk, kembali kuintip kedalam. Terlihat Satya langsung panik ketika melihat ibu menangis dan sedang di tenangkan oleh Eca.

"Ibuuu... kenapa buu? Teh, ibu kenapa teh?" Tanya Satya panik kepada Eca yang dia panggil dengan sebutan teteh.

"Gapapa, ibu cuma ngimpi.." Kata Eca pada Satya.

"Ngimpi? Ngimpi apa bu?" Satya bersimpuh di lutut ibu dan menggenggam kedua tangan ibu.

Tangisan Ibuku malah semakin keras melihat Satya duduk bersimpuh seperti itu. Disela sela tangisannya ibu kemudian berkata,

"Ibu ngimpi abang Kemal Satyaaaa.. abang kamu duduknya persiiiiiss kaya kamu nih.. persis banget duduknya. Kaki ibu di cuciin sama abang.. Abang kamu minta ampun sama ibu minta ampun sama bapa, ibu jawab iyaaa naakk, ibu udah ampunin semuanya, ibu yakin bapa juga udah maapin Kemal.. ibu elus elus kepala abang kamu Satyaaa, huhuhuuuu.. Kemaaaalll anak ibuuuu..."

Ibu begitu sedihnya ketika mempraktekan caranya mengelus elus kepalaku dalam mimpinya. Dia mengelus kepala Satya ketika menceritakan perihal mimpi itu.
Satya terdiam mendengar cerita ibu, mungkin hatinya merasa bersalah.

Entahlah.. entahlah kawan, masih adakah air mata ku saat ini atau sudah habis ketika aku memohon ampun kepada ibuku tadi. Yang jelas hatiku hangat, hatiku hangat oleh rasa rindu dan rasa haru yang bercampur jadi satu.
Aku duduk beringsut dan bersandar pada dinding. Kutahan semua rasa di dada, kutahan sekuat tenaga godaan godaan yang seolah mengatakan, 'sudahlah.. lupakan tapak tilasmu. Masuklah ke dalam dan temui keluargamu.'
Semakin kutekan godaan itu, semakin kuat rasa ingin berhenti dan mulai menemui mereka.

Kawan, tahukah kau? Aku merasa kalah...

Selesai sudah.. selesai sudah tapak tilasku. Akan kuakhiri sekarang dan akan ku temui mereka. Fikiranku buntu, fikiranku kalah oleh hatiku yang meminta untuk STOP saja tapak tilasku dan masuk menemui kekuargaku saat ini juga. Tapi ketika hendak kuputuskan bahwa aku harus masuk ke dalam, kembali ku dengar suara kuntilanak tadi dalam kepalaku. Dia berkata seolah olah mengingatkan tujuan awalku kembali kesini.

"Ngiiihihihii... sabaarrhhh.. masih ada Nandiiihh.. ngiiikikikikik..."

Aku tertegun mendengar suara dalam kepalaku.
Benar, urusanku belumlah selesai. Aku belum lagi tahu apa dan siapa sosok yang selalu disebutkan oleh makhluk itu.

Kawan.. kutarik dadaku sebagaimana kalian menarik nafas panjang dan kembali berdiri. Kuintip kembali keluargaku melalui jendela dan kutatap satu persatu wajah mereka dengan senyum rindu di bibirku. Ketika tatapanku beralih ke wajah Eca, pandangan kami bertemu, Eca melihatku dan tampak kaget sekali, begitu juga aku, tak kusangka Eca akan melihat ke arah jendela tempatku berdiri saat ini.

Eca seperti gelagapan dan langsung berdiri seraya menarik tangan suaminya menuju pintu depan yang aku yakin sekali tindakan itu bermaksud untuk memastikan bahwa yang dia lihat itu adalah aku abangnya. Aku yang panik langsung kabur dan berlari menjauh dari rumah orang tuaku ini. Setelah kuyakin jarak kaburku cukup aman, kulihat adikku Eca bersama suaminya tengah memeriksa area sekitar jendela. Sayup sayup kudengar suara Suaminya yang bertanya ada apa kepada Eca dan dijawab oleh Eca,

"Aku kayak liat bang Kemal tadi disini.."

Mendengar jawaban Eca untuk suaminya, membuatku kembali menjauh dan meninggalkan rumahku.
Nanti akan tiba waktunya aku kembali menemui kalian semua kataku dalam hati.

Kulangkahkan kakiku menuju masjid tempatku bermalam sebelumnya, ketika sampai di masjid kulihat ada satu orang yang masih duduk didalam dan sepertinya sedang membaca kitab suci. Terdengar suara lantunan lantunan ayat yang begitu merdunya di telingaku, timbul niatku untuk masuk ke dalam dan duduk bersila dalam diam seraya mendengarkan lantunan ayat yang dibacanya. Kubersihkan diriku di tempat wudhu, kusucikan dahulu diriku disini, ku buka keran dan keluarlah air mengalir dari sana. Suara kucuran air itu terdengar sangat kencang di suasana yang hening seperti saat ini. Mungkin hal itu pula yang membuat orang tadi menghentikan sejenak lantunan ayatnya. Kufikir dia merasa terganggu oleh suara air yang keluar dari keran. Setelah selesai membersihkan diri, kumatikan keran air dan melangkah ke arah pintu masuk. Orang itu seperti melihat ke arahku dengan wajah datar dan kembali melanjutkan bacaan bacaan ayat suci dengan nada nada yang indah.

Kusebut nama Tuhanku dan kulangkahkan kakiku ke dalam ruangan masjid. Aku tak lagi memperhatikan orang yang sedang membaca kitab suci itu, yang kuperhatikan adalah lantunan lantunan indahnya. Aku duduk bersila tak jauh darinya dan sejenak menunduk menikmati keindahan suaranya. Saat hatiku mulai tenang, kutengok ke arah orang yang membaca Kitab Suci tadi.

Kawan.. aku berani bersumpah dihadapanmu saat ini dengan sumpah apapun yang kalian tahu. Begitu kutengok ke arah orang tadi, ternyata tak ada siapapun disitu. Tak ada siapapun.. Aku yakin sekali bahwa aku lihat ada seseorang didalam masjid sedang melantunkan ayat ayat suci, namun kini tak ada siapapun kecuali suara suara lantunannya yang tetap terdengar mengisi ruang luas masjid ini. Kupastikan sekali lagi dengan menatap mengitari seluruh ruangan dalam masjid, namun tetap tak ada satu orangpun di dalam sini kecuali hanya suara suara lantunan ayat suci yang terus mengalir merdu.

Menyadari hal ini aku kembali menutup mata dan menunduk. Kubaca sederet doa yang dibekali dari Abah untukku. Hatiku kembali tenang dan terasa seperti mengalir indah, seindah lantunan suara ngaji tak berwujud yang terus menggema di dalam masjid. Dan aku terlarut dalam lantunan itu. . .



Kawan.. istirahatlah sejenak..
Dapat kulihat wajahmu yang lelah, dapat kulihat hatimu juga lelah.
Istirahatlah sejenak kawan.
Tenanglah..

Karena ceritaku belumlah usai...

___________________________
Kawan.. istirahatlah sejenak..
Dapat kulihat wajahmu yang lelah, dapat kulihat hatimu juga lelah.
Istirahatlah sejenak kawan.
Tenanglah..

Karena ceritaku belumlah usai...


JUJUR saya suka quote ini.terima kasih suhuu...
 
Kawan.. istirahatlah sejenak..
Dapat kulihat wajahmu yang lelah, dapat kulihat hatimu juga lelah.
Istirahatlah sejenak kawan.
Tenanglah..

Karena ceritaku belumlah usai...


JUJUR saya suka quote ini.terima kasih suhuu...
Terima kasih kembali buat suhu @hariwang ..

Senang rasanya ketika mengetahui ada suatu hal dalam cerita ini yang membuat para pembacanya merasa senang. :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd