begawan_cinta
Guru Semprot
- Daftar
- 27 Oct 2023
- Post
- 559
- Like diterima
- 9.605
Hadiah Pernikahan
SABTU sore kostku kedatangan seorang tamu wanita. Tamu itu adalah menantu dari ibu kostku. Ia membawa sebuah laptop padaku. Katanya laptop ini adalah hadiah dari kakaknya sewaktu ia menikah dengan anak laki-laki dari bapak dan ibu kostku 5 bulan yang lalu.
Waktu ia menikah aku belum tinggal di kost ini. Aku tinggal di kost ini baru 3 bulan.
Kenapa ia bisa sampai minta aku mengajarinya mempergunakan laptop barunya ini, bukan anak kost yang lain? Mungkin bapak atau ibu mertuanya yang menyuruh ia datang padaku, karena bapak mertuanya maupun ibu mertuanya kenal baik dengan aku.
Suaminya tidak bisa diharapkan. Suaminya bekerja membawa OJOL. Aku tidak mengatakan bahwa membawa OJOL tidak bisa menghasilkan duit, bukan itu. Banyak orang yang membawa OJOL bisa menghidupi keluarganya. Tetapi kalau membawa sesuka-sukanya, pikirkanlah; mana bisa menghasilkan duit? Disitu masalahnya.
Aku pernah mendengar bapaknya memarahinya dengan kasar. Kenapa ada juga gadis yang mau menikah dengan laki-laki yang semacam ini? Apakah cinta itu memang buta? Aku saja yang ngganteng begini susah dapat pacar, wkwkwk...
Istrinya lumayan cantik. Cuma badannya kurus. Coba tubuhnya sedikit berisi dan payudaranya diperbesar, ia mirip dengan pemain sinetron.... siapa ya, aku lupa....
Sore ini ia datang ke kostku memakai rok panjang semata kaki bermotif bunga-bunga kecil berwarna merah, aku melihat bentuk payudaranya tidak muncul di permukaan rok panjangnya.
Ia mengatakan padaku suaminya pernah mau menjual laptopnya ini, tetapi keburu ia mengetahuinya.
Lumayan kan kalau dijual? Katakanlah setengah harga dari harga toko, ia masih bisa mendapatkan 5 atau 6 juta rupiah untuk ongkang-ongkang kaki dan berfoya-foya selama sebulan nggak usah membawa OJOL. Kalaa..uuu bisa dipakai sebulan, barangkali seminggu juga sudah ludes!
Beruntung aku mempunyai 2 mouse, satu mouse kabel dan satu mouse wireless.
Aku memasangkan ke laptop Mbak Lidya mouse wareless untuk memudahkan Mbak Lidya memakai laptopnya.
Pertama aku mengajari Mbak Lidya cara menyalakan laptopnya. Mbak Lidya duduk di depan meja belajarku. Aku berdiri di sampingnya. Aku mengajarinya juga cara memasang mouse di laptopnya.
Itu mula-mula...
Tetapi sewaktu aku mengajarinya menjalankan mouse di laptopnya posisikupun sudah berubah berada di belakang Mbak Lidya.
Tangan kananku memegang punggung tangan kanan Mbak Lidya yang memegang mouse, sedangkan tangan kiriku sengaja kupakai memegang pundak kiri Mbak Lidya, sehingga aku merasa begitu dekat dengan Mbak Lidya sampai aku bisa mencium bau tubuhnya terutama bau di sekitar lehernya, karena tinggal aku menundukkan kepalaku saja, aku sudah bisa mencium leher Mbak Lidya yang mulus dan putih.
Tetapi ini acara berikutnya setelah ia bisa menggunakan laptopnya. Sekarang jangan dulu, nanti ia kaget. Kita pelihara dulu sampai ia jinak. He.. he..
Sore itu aku mengajari Mbak Lidya hampir 1 jam hingga ia bisa menggunakan mouse sendiri.
Aku menyuruh Mbak Lidya besok datang lagi.
Pelajaran berikutnya aku mengajarinya menyambungkan internet dari hape ke laptopnya supaya ia bisa nonton You***e dari laptopnya atau membuka F*.
...
....
Pelajaran keenam ia sudah berani duduk di tempat tidur ngobrol denganku. "Kok Mbak sudah nikah 5 bulan belum hamil sih, Mbak?" tanyaku.
Boleh dong, bertanya.
Jawabnya, "Belum dikasih kali?"
"Apa kurang mainnya?"
"Emang harus sering main, ya? Temanku hanya main sekali saja sudah jadi." jawab Mbak Lidya.
"Selama Mbak menikah 5 bulan, sudah berapa kali main?"
"Berapa, ya...? Nggak tau deh..."
"Setiap malam...?"
"Hi... hi... nggaklah..."
Pelajaran ke tujuh, aku berani menutup pintu kamar kostku.
Pelajaran ke delapan, di kamar kostku hanya kami berdua dalam keadaan pintu tertutup, aku mengajarinya Off**e.
Kembali ke pelajaran pertama tangan kiriku memegang pundaknya, sedangkan tangan kananku menggenggam punggung tangan kanannya untuk mengajarinya menjalankan kursor dengan mouse.
Ketika Mbak Lidya sudah bisa mengetik sepotong kalimat dengan Off**e Wo*d, akupun berani mencium lehernya.
Mbak Lidya menolehkan mukanya memandangku. Aku tersenyum membalas pandangannya, lalu aku berkata pada Mbak Lidya. "Entah kenapa aku mencintaimu, Mbak."
Kudekatkan perlahan bibirku ke bibirnya. "Sudah bekas suamiku, Zal." ujar Mbak Lidya.
Namaku Rizal, usiaku 21 tahun. Sedangkan Mbak Lidya berumur 24 tahun, suaminya berumur 28 tahun.
"Nggak masalah." jawabku.
Mbak Lidya memegang pipiku kemudian menaikkan bibirnya. Setelah itu kamipun berciuman mesra. Ia membuka mulutnya menyerahkan lidahku masuk ke rongga mulutnya. Kugelitik langit-langit mulutnya dengan ujung lidahku yang runcing, Mbak Lidya menghisap lidahku.
Aku tidak tinggal diam lagi. Masuk sudah tanganku ke balik kaos yang dipakai Mbak Lidya. Mbak Lidya menahan tanganku. "Jangan Zal, aku nggak punya tetek, aku malu. Langsung ke bawah saja..." katanya.
Aku menyeret Mbak Lidya ke kasur. Ia aktif membuka celana pendekku. Ketika penisku yang tegang terpental keluar dari celana dalamku Mbak Lidya tertawa berderai. Lucu, entah kagum atau senang Mbak Lidya dengan penisku.
"Panjang Zal, hmmm..." kata Mbak Lidya mencium penisku.
"Bisa tolong emut dong, Mbak...?" tanyaku.
Mbak Lidya lalu memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Mbak Lidya mengulum penisku panjang-panjang sementara jari jemari lentiknya meremas buah zakarku. Rasanya begitu nikmat. Kuelus-elus rambutnya berharap air maniku tidak cepat keluar dari penisku.
Sejak terhitung Mbak Lidya datang ke kostku, baru sekitar 6 bulan Mbak Lidya menikah, ia sudah berani selingkuh denganku, aku percaya bahwa pernikahannya tidak sangat bahagia, sebab ia masih pengantin baru, tetapi sudah berani selingkuh.
Maka itu tidak sulit bagiku melepaskan celana jeans dan celana dalam Mbak Lidya. Bulu kemaluannya tipis, sedangkan vaginanya masih bagus dan rapi, belum bonyok disodok penis suaminya.
Tanda-tanda vagina yang sudah bonyok disodok penis, biasanya di sekitar bibir vagina warnanya lebih gelap.
Mulutkupun segera mengulum vagina Mbak Lidya. "Hessstt... Zal, aku belum pernah digituin, Zal... tolong jangan buru-buru..." kata Mbak Lidya.
Tadi Mbak Lidya tidak memperbolehkan aku memegang payudaranya, tetapi sekarang ia mengizinkan aku melepaskan kaos dan BH-nya. Mbak Lidya sudah bertelanjang bulat.
Mbak Lidya bukan tidak punya payudara, cuma kecil sekali dan putingnya panjang. Aku pura-pura tidak tau dan tidak ingin menyentuhnya supaya Mbak Lidya tidak rendah diri jadinya, sehingga nantinya permainan seks jadi tidak nikmat dan mengasyikan.
Aku fokus pada vaginanya saja, khususnya pada itielnya. Aku jilat benda sebesar kacang tanah itu. Sebenarnya bau vagina Mbak Lidya tidak sedap di hidung dan belahan vaginanya kotor, banyak dakinya berwarna kekuningan bentuknya seperti keju.
Namun demi sebuah kenikmatan aku rela menjilat saja apa yang ada di vagina kekasih baruku itu. "Aaaahhhh... mmmmhh... oooohhhh.... Zaaa..aalll... oooohhh..." rintih Mbak Lidya.
"Ah... jangan berisik," kataku. "Nikmati saja apa yang aku lakukan padamu."
"Enak sih..." jawabnya manja. “Belum pernah digituin. Aku sekarang benar-benar menjadi seorang wanita, Zal... nggak main seperti dengan suamiku...”
Aku meraihnya dalam pelukkanku, kami berciuman. Memeluk kehangatan dan kemulusan tubuh Mbak Lidya yang telajang aku merasa aku begitu mencintainya. Ia memegang penisku dan ditarohnya di depan lubang vaginanya.
Pelan-pelan aku mengayunkan penisku maju-mundur memasuki lubang vagina Mbak Lidya yang terasa sempit sambil aku memeluknya dan berciuman.
Penisku mulai terjepit pelan-pelan di lubang vagina Mbak Lidya. Rasa nikmat menjalari tubuhku. Akupun mendorongnya sekaligus, jleepp... blleessssss....
"Aaaaahhhhh...."
"Seperti masih perawan tempemu, sayang..." kataku.
Mbak Lidya memeluk aku dengan erat. "Aku mencintaimu, Rizal... jangan tinggalkan aku... jangan panggil aku 'Mbak' lagi... aku sudah bukan milik suamiku..."
"Ohhhhhh... yessss..." desahku mulai menyetubuhi Lidya (tanpa Mbak).
"Ooohhhh... ooohhhh... Zal, ssssttttt... ohhhhh... ohhhhh...."
Lubang vagina Lidya mulai basah karena pergerakan penisku yang maju-mundur. Kulakukan semakin cepat dan intensif. Kini mulai kusantap payudara mungilnya itu. Satu payudara kumasukkan sekaligus ke dalam mulutku dan kusedot.
Air maniku terasa mau keluar. Aku memompa lubang vagina semakin cepat. "Aaahhhh.... aassshhh... aaaaahhh.... plokk... plokkk... plokk... aahhhh... plok... plok..." rengekan Lidya bercampur suara tabrakan kedua kelamin kami membentuk sebuah sebuah paduan suara yang kompak dan merdu.
Pikirku, seandainya kedengaran Bu Jeni, ibu mertua Lidya.
"Ooohhhh... oooohhh... oooohhh.... Zal... Rizal, uuuuuhhhhh....."
Crrooottt... crrooottt.... crrrooottt... crrrooottt...
"Aaaahhhh.... tempemu benar-benar nikmaaaa...atttt, cinta...." racauku.
Crrooott... crrooottt.... crrrooottt... crrooottt...
Aku terkapar dengan tubuh berkeringat basah di atas tubuh telanjang Lidya. Lidya juga, tetapi aku melihat ia sudah mendapatkan kenikmatan birahi yang dicarinya.
Ini ronde pertamaku bersama Lidya, menantu ibu kostku.
Jika kemudian aku melihat Lidya sudah mandi dan ganti pakaian berboncengan sambil berpelukan di atas sepeda motor suaminya, aku ingin tertawa.
♡♡♡♡♡
Tok... tok... tok...