Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Gian dark side (real story)

Status
Please reply by conversation.
Siap suhu, next update saya perbaiki dan tambahin pake bahasa Indonesia hu. Matur Suwon :)

Udah mantep suhu. Tpi sayang tombol enter di keyboard byk nganggur. Coba klo pke enter. Pasti rapi
 
Suhu suhu sekalian di updatenya besok ya hu sekalian malam mingguan 😃
Hari ini ane fokus sama club bola wkwk
Mudah mudahan updatean yang akan datang bisa lebih rapih, lebih baik, dan lebih mudah dipahami
 
Sore, berhubung kemarin first postingnya masih banyak minus dan lain sebagainya, kini penulis akan coba sedikit demi sedikit memperbaiki, tentu saran dan kritik dari suhu semua masih sangat dibutuhkan oleh hamba yang noob ini.

Sedikit gambaran tentang diriku, tinggi sekitar 171 cm dengan berat badan 55kg nampak terlihat kurus, dengan wajah yang biasa saja, sedikit sipit karena alm ayahku turunan Tionghoa, namun entah apa yang membuat wanita sepertinya dengan mudah bisa selalu aku taklukan termasuk di urusan ranjang (bukan sombong) menurut pergosipan yang beredar di keluargaku, bakat menaklukan wanita itu berasal dari Kakek buyutku. Entahlah ku anggap itu hanya buatan keluarga saja.
Siang itu setelah aku selesai dengan jobdesk ku sendiri dan membantu beberapa tugas rekanku yang belum rampung, aku duduk di spot timbangan sambil menunggu jam istirahat tiba, tidak ada salahnya curi curi pandang ke ibu ibu muda ataupun mahasiswi - mahasiswi yang sedang berlalu lalang mencari barang yang hendak dibeli. Dari kejauhan ku lihat seorang ibu berusia sekitar 29 tahun sedang memilah buah pear. Meski berjilbab namun ibu itu tetap anggun dan stylish, blazer yang cream yang dipadukan dengan rok berwarna soft menambah kesan indah dipandangnya, pinggul yang bergoyang ketika dia berpindah posisi tidak lepas dari pantauan mata elangku. Namun begitu dia berbalik, betapa terkejutnya aku "wuuiihh Bu Aisyah..." bisikku pelan. Ya dia adalah Aisyah Fitri guru favorit di SMA ku dulu. Dia mengajar bahasa Inggris, meski notabene sebagian murid males belajar bahasa Inggris, namun karena kecantikan dan kesintalan body beliaulah maka dia jadi guru favorit bagi kaum Adam tentunya.

"Ehh... Gian? Kamu kerja disini?" Tanya Bu aisyah heran begitu tatapan kita saling bertemu.
"Eehh ibu, iya Bu disini udah sekitar 3 bulan. Belanja Bu?" Tanya ku balik sambil grogi tentunya.
"Iya sekalian lewat, kan pulang ngajar jadi sekalian aja mampir" imbuhnya diiringi senyum manis yang melemahkan hati namun menguatkan birahi.
"Hehehe... iya atuh Bu sering sering belanja kesini da ada Gian" ujarku asal, hal ini kulakukan agar dia makin lama ngobrol denganku. Bu aisyah hanya tersenyum mendengar itu.
"Nih timbang berapa kilo pearnya?" Tanyanya sambil memberikan bungkusan plastik berisi pear yang ia genggam. Ingin rasanya aku mengelus pergelangan tangannya, pasti halus sekali.
"Hmm Gian kurangin dikit ya Bu, biar harganya turun hihi" bisikku pelan agar tak terdengar pembeli lain, apalagi kalau tiba tiba ada staff lewat kan bahaya.
"Waduh makasih ya Gian, besok besok ibu kesini lagi deh belanja kalau dikasih korting sama kamu mah hahaha" terdengar renyah sekali tawa wanita cantik ini.
"Ehh boleh minta pin BBM kamu gi?" Sambungnya lagi.
Sambil gugup ku berikan pin ku lalu beliau menginvitenya.
"Nanti acc ya, awas loh" ujarnya sambil tersenyum indah.
Lagi lagi aku hanya mengangguk dan membalas senyumnya itu, entah seperti apa raut wajahku saat itu, yang kurasa hanya mukaku memanas tapi hatiku meleleh.
"Ibu pamit dulu ya, daah" itulah kalimat akhir yang ia berikan sambil berlalu menuju kasir.
Meski saat ini aku sedang melayani pembeli lain yang hendak menimbang barang belanjaannya seperti telur, buah ataupun sayuran, tapi pikiranku masih tertuju pada wanita tadi. Aisyah Fitri ibu guru dengan tinggi 166cm, berat badan sekitar 55 atau entahlah yang pasti dia akan sangat pas bila dipeluk, dan buah dada berukuran 32B yang akhirnya ku ketahui (nanti ada storynya). Ketika bayangan indah itu masih seliweran dipikiranku, tiba tiba satu tepukan keras dibagi membuyarkan lamunan mesumku.
"Weyyy ngelamun aja" sahut sosok yang tadi menepuk bahuku.
"Njir, ngarereuwas wae Teh". (Njir, ngagetin aja teh). Semprot ku yang sumpah kaget setengah mati.
"Istirahat sana, ngalamun wae bisi kesurupan" (ngelamun aja nanti kemasukan). Ucap wanita semok yang kini mendorongku dari tempat yang ku duduki.
"Okaay Teh osi cantik, nitip ya, istirahat dulu" celotehku sambil ku berikan tempat duduk itu padanya.
 
Dia adalah salah satu pegawai senior di dibisiki, namanya Evania Derossi. Wanita bohay keturunan medan. Tidak terlalu tinggi mungkin hanya 165 tapi pantatnya semok banget, apalagi dengan dibalut celana kerja berwarna merah itu, uuh seger kayanya apabila digenjot dari belakang. Ditambah dengan dada yang membusung, memaksa kancing baju kemeja kerjanya seakan hendak lepas, usianya sekitar 32 punya anak 1. Suaminya kerja diluar kota, dia tinggal sendiri tak jauh dari tempat kerjaku, rumahnya dekat dengan salah satu perguruan tinggi di kota ini yang nanti menjadi tempat perjalananku selanjutnya.

Setelah melakukan scan untuk mengisi slot absensi istirahat, aku berjalan menuju loker pegawai, dimana suasananya cukup gelap, tapi tertata dengan rapi. Loker ini diapit oleh dua buah ruangan. Sebelah kiri adalah gudang untuk stok food dll, sedangkan sebelah kanannya adalah ruangan generator listrik. Banyak cerita yang mengisahkan tentang keangkeran dua ruangan tersebut, tapi untuk apa diceritakan disini jadi di skip saja.
Sesampainya diloker yang telah diberi nomor sesuai dengan kode karyawannya masing masing, ku buka dan kutaruh evron serta name tag ku ke dalam loker bernomor 24 itu, tak lupa sedikit bercermin dan merapihkan rambut sambil bersiul. Suasana hening sedikit membuatku sering celingak-celinguk namun pendengaran ku nampaknya menangkap suara wanita, ya ini jelas suara wanita. Ku ikuti sumver suara itu, awalnya ku kira asalnya dari gudang food karena sering spg ngumpul disana, nun ternyata dugaanku salah, suara itu berasal dari ruang generator. Buseet cewek apa yang mainannya mesin gitu pikirku, pelan ke melangkah suaranya makin jelas, karena walau pintu dan dindingnya dari semacam baja, namun ada celah di setiap sambungannya. Hingga akhirnya ku tempelkan telingaku di celah itu.
"Mmmpphh nanti aja zaam pu...pulangnya aku ke kosan kamuuuuu uuhhh ihh udahaahhh" ujar wanita itu lirih.
Penasaran ku coba intip apa yang terjadi di dalam, dan aku ingin tahu suara siapa itu.
"Buseeet Bu Indri hihihi" aku tak bisa berhenti menatap toket sekalinya yang meloncat keluar dari seragam security yang sebagian kancingnya sudah terbuka, dibawahnya kulihat Multazam seorang security juga tengah menjilat pangkal paha Bu Indri yang sudah tidak tertutup itu. Pikiranku berjalan cepat. "Hmm bisa nih" ujarku dalam hati. Karena tak ingin ada yang memergoki aku sedang mengintip, maka diputuskan untuk pergi meninggalkan ruangan itu. Sayang juga kalau satu jam istirahat ku hanya dipake untuk mengintip orang ena ena. Setelah melakukan check body, aku segera melangkah menuju kostan yang ku sewa, sengaja aku menyewa kostan dibelakang tempat kerja agar tidak terlalu harus buru buru pergi kalau aku shift pagi. Ketika melewati kios bakso yang bahkan penjualnya sendiripun aku sudah sangat akrab. Ku lihat Teh Ita tengah menyedot rokok Sampoerna mildnya. Iseng aja aku Samperin.
"Weeyy lainnya ngabakso ngadon ngudud wae" (heey bukannya beli bakso malah ngerokok aja) sapaku padanya.
"Euuhh bule ngagetin aja, udah tadi ngabakso, ini sebatang dulu biar gak enek" jawabnya sambil menghembuskan kepulan asap putih itu.
"Ka kosan moal? Urang boga cemileun" (mau ke kosan gak. Ada cemilan) tanyaku lagi.
"Ahh boga cemilan naon maneh le?" Kali ini malh si tukang bakso yang ikut nimbrung.
"Eta beh opieun ngeunah" (itu beh cemilan enak pokoknya). Jawabku singkat.
"Ke nyusul le kagok" (nanti nyusul le, tanggung(ngerokok)). Jawab santai Teh Ita
"Okeee" timpalku sambil berlalu meninggalkan kios bakso itu.
Sesampainya diruang kosku, oh iya kostanku berada di sebuah bangunan berlantai 3, 2 lantai digunakan untuk kamar kamar kost, sedangkan lantai 3 difungsikan sebagai jemuran umum bagi penghuni kost. Kamarku berada dilantai 2 paling ujung. Setelah ku buka pintunya terdengar cekikikan wanita dari ruangan sebrang kamarku. Ahh paling Teh Osin lagi nonton pikir hematku. Lalu ku langkahkan kaki masuk dan menutup daun pintu kamarku. Ku lepas jaket dan celana kerja panjangku.
 
Ku lepas jaket dan celana kerja panjangku. Merebahkan diri dikasur sambil mengutak-atik Atik Blackberry style warna hitam yang kumiliki pada jaman itu (wkwk) begitu ku buka fitur BBM ada sebuah notif undangan pertemanan, oh iya ini Bu Aisyah ku acc dan kulihat Foto profilnya hmm mania sekali, jadi terbayang kejadian tadi saat dia belanja. Ku coba untuk chat dia "ping" lalu ku utak Atik lagi hingga pada satu momen ku lihat foto wanita yang menggiurkan, foto Bu Indri. Wanita yang tadi kulihat sedang melakukan hal mesum bersama partner kerjanya. Hanya dengan melihat foto wajahnya yang terpampang di profil BBM-nya saja membuat darahku bergejolak Haha. Ingin segera rasanya aku chat dia tapi pasti dia gakkan bales, orang handphonenya juga pasti ditinggal di loker.
Dalam lamunan ku aku membayangkan sedang menggenjot Bu Indri dari depan, sambil ku remas remas dan plintir toket serta putingnya yang aduhai itu. Hingga penisku menjulang tinggi tak ter tahan, aduuh gila sange gumamku. Tiba tiba pintu terbuka Untung aku sempat menyambar selimut di dekatku untuk menutupi tihang keras yang menjunjung dibalik kolor chelseaku ini.
"Euuhh punten punten heula atuh maen asup wae" (permisi dulu kek, main masuk aja" ujarku sedikit kesal pada wanita yang tiba tiba masuk ini.
"Hehe maaf le ngantuk eung, ikut tiduran bentar ya" jawabnya langsung masuk dan menghamburkan tubuhnya ke kasur.
Kasurku ini tidak begitu besar cukup untuk 3 orang sih, namun dengan posisi yang tidak beraturan seperti ini kami malah jadi sedikit berdempetan. Eh ada yang salah posisi tangan Teh Ita tepat di selangkangan ku, waduh kacau aku lagi ngaceng nih. Semoga dia gak sadar. Harap harap cemas jantungku jadi deg degan gak jelas.
Teh Ita terlihat memejamkan matanya. Aku sedikit lega, berarti dia tidak sadar akan sesuatu keras yang dia sentuh itu. Kini aku kembali memainkan bbku sambil chat pacarku yang sedang kuliah.
"Yang nanti dijemput jam berapa?" Ku kirim pesan itu.
"Tengtong"
Tak berselang lama chat masuk ke bm ku
"Jam 4an aja yang kaya biasa ya" begitulah isi balasan dari cewekku.
Tak lupa dia menyuruhku untuk segera makan, mengingat ini jam istirahat ku dan juga sudah hampir lewat untuk jam makan siang bagi sebagian orang.
Ketika kami sedang asyik berchat ria, kurasakan ada sentuhan sentuhan halus tepat diatas penisku yang sebenarnya mulai sedikit menurun, namun karena sentuhan itu kini si Garuda beranjak berdiri kembali.
"Gede, hayoo le kamu lagi ngebokep ya?" Sergah Teh Ita yang entah kapan matanya sudah terbuka.
"Fitnah aja orang lagi chat nih" jawabku sambil ditunjukkan layar hpku.
"Tapi ini ngaceng hahaha" ucap Teh Ita sambil terus meremas halus penisku yang masih tertutup selimut itu.
Jujur ini enak sekali rasanya, ingin segera ku bangkit dan melumat bibir sexy Teh Ita. Namun aku tersadar pintu kamar belum tertutup.
"Hmmm udah Teh pintu ngebuka nanti ada yang liat" sanggahku walaupun sebenarnya aku ingin terus diperlakukan seperti itu.
"Gak ada orang ini atuh" ucapnya sambil bangkit dari posisi tengkurapnya. Kini dia duduk memandangi dengan mata yang menggodanya, tangannya tetap aktif memijat penisku. Satu tangannya kini ia gunakan untuk menyingkirkan selimut yang menghalangi gerak tangannya. Begitu selimut itu tersingkap dia langsung menatap kearah penisku, namun disana masih ada celanaku yang menghalanginya.
"Boleh?" Tanyanya ambigu
Aku hanya mengangguk saja
Dengan lembut tangannya menurunkan celanaku, aku terbiasa tidak memakai CD kadang kadang, jadi saat itu penisku langsung meluncur keluar.
"Ihh le gede meni resep" (ih le besar, suka banget) ucapnya girang.
Tangannya makin aktif mengocok penisku, aku tak tinggal diam ku dekatkan tanganku merangkul bahunya, ku usap lembut kepalanya, menyusuri rambut yang terurai. Dia kembali menatapku, kali ini ada suatu harapan yang ku tangkap dari sorot matanya. Ku dekati wajahnya, kuangkat dagunya lalu ku kecup lembut bibir merah merona itu. Matanya terpejam sambil dia tetap mengocok penisku yang kini terasa sangat panas.
 
"Teh, itunya panas takut lecet" bisikku padanya
Lalu ia tersenyum dan mundur menjauh dari mukaku. Ia turun kearah penisku, masih dalam genggaman tangannya, penisku ia pandangi lalu memandang ku dan tersenyum. Tiba tiba satu jilatan kecil menyapu Batang penisku. Uhh rasanya sungguh nikmat.
"Teh" ucapku yang dibalas dengan senyumannya.
Lalu
"Ploopp..."
Dia melahap kepala penisku dia oral dan sedikit ada kenyotable disana. Diperlakukan seperti itu aku mendesah cukup kencang.
"Uuhhh Teh..." hanya itu yang ku ucap
Setelah penisku terasa basah, ia lepas dan mulai mengocok nya lagi dengan tangan halusnya.
"Gian, teteh pengen" bisiknya sambil dia sedikit menjilat telingaku.
Ku jawab ungkapan itu dengan usapan di punggungnya, kutarik ia mendekat, ku ciumi kening, pipi, hidung, lalu lehernya. Sengaja ku lewat bibirnya ingin melihat reaksi dia. Terus seperti itu hingga dia memegang dahulu dan melumat bibirku.
"Mmmuuuaallpp hmmmpp" hanya itu suara yang terdengar diantara kami berdua.
Sedikit ku gerakkan tanganku membuka kancing kancing seragamnya kerja berwarna cream dan merah itu. Kulihat dibaliknya ada tanktop hitam kontras dengan kulitnya yang putih. Ku coba remas payudara menantangnya itu.
"Hmmpphhh"
Kembali desahannya tertutupi oleh lumayan bibir kami yang saling berpagutan.
Sambil ku remas dadanya, ku coba menurunkan satu tanganku untuk membuka kait celananya.
"Cleek"
Pengait itu sudah terbuka, sedikit ada senyum menghiasi wajahnya meski kami masih saling berciuman.
Ku usap perlahan tanganku menuju selangkangannya, begitu mendebarkan, dia sedikit kegilian ketika tanganku berseluncur dibawah pusarnya. Ketika kurasakan jemariku menabrak semacam bahan karet, ku coba untuk melewatinya, semakin dalam, walaupun tanganku "kecepet" oleh karet cd-nya namun tetap terus ku masukkan tanganku kebawah. Hingga pada satu titik kurasakan lembab, berbulu pendek dan hangat. Ketika ku usap usap daerah itu, Teh Ita sedikit mengangkat tubuhnya dan seakan hendak menindihku. Dia lepas ciuman kami.
"Gi asli teteh sange bantuin ya, sebelum masuk kerja lagi" rengeknya manja.
Kulihat jam di layar hpku tersisa sekitar 40 menitan lagi. Ku anggukan kepalaku, dan Teh Ita langsung turun dari kasurku, dia begitu terburu buru menanggalkan tanktop, bra, celana, dan celana dalamnya hingga dia full bugil di depanku. Dia tutup pintu kostku dan menguncinya. Dia kembali ke kasur sambil tersenyum.
"Ewe teteh ya gi, puasin teteh please" godanya.
Tak banyak lalu ku cium lagi bibirnya, kami berpagutan sangat panas, ku balas setiap french kiss yang dia berikan. Tanganku bergerilya ditoket padatnya. Pinggulnya tak berhenti menggerakkan bagian selangkangannya untuk bergesekan denganku.
"Mmmuucchh sluuurrpp"
Ku hentikan ciuman kami, lalu ku kecup keningnya, matanya, kemudian lehernya. Lalu ku turun untuk menghisap tiketnya, dia menggelinding tak karuan.
"Aahhh gi, uuhhh ssstttss" hanya desahan yang keluar dari mulutnya.
Ku hisap dan jilat toket kirinya, sedangkan toket kanannya tak Henti ku mainkan dengan satu tanganku. Tangan kiriku kini ku turunkan menuju vaginanya yang nampak mulai basah.
"A..aduuhh... memeknya gi iihhh yaaahh" desahnya ketika tangan kiriku mengelus elus labia memeknya.
Kembali ku cium bibirnya, dia bersemangat sekali.
"Mmmuuaacchhh sluurrpp giihhmmm"
Kini dia merebahkan dirinya, pahanya dia buka lebar. Aku turun menuju ke memeknya. Tanganku masih terus meremas tiketnya sambil sesekali ku plintir dan tarik putingnya itu. Ku sejajarkan mulutku dengan memeknya, dan sluurrpp ku jilat lipatan menggodanya itu, meski ditumbuhi oleh bulu jemputnya namun bulu itu nampak terawat oleh si empunya.
"Ahhhmmmpuun giiihhh giihh iihhhee eenaakk.. ahhh"
Kini ku coba buka lipatan itu dengan satu tanganku, ku gunakan jari manis dan tengah untuk mengungkap ada keindahan apalagi dibalik dua daging ini.
"Ihhh giihhh giii aahh" hanya itu yang terdengar.
Mataku berbinar binar melihat isi dibalik dua buah daging yang telah ku singkap, sebuah lubang kenikmatan berwarna merah
 
sebuah lubang kenikmatan berwarna merah yang mengundang, dilengkapi dengan sedikit cairan lengket yang nampaknya tak bisa terkontrol keluar dari lubang itu. Diatasnya hadir secuil daging seperti kacang tanah berwarna pink yang mengkilap karena basah, ku elus pelas bagian itu.
"Aaahhhhkkkk giiii" Teh Ita sedikit melenting
Ku lepas elusanku, lalu ku jilat perlahan.
"Aah aah aahnnjiing giii ihh" desahnya
Wah gila ngomong kasar juga nih Teh Ita, ku kira dia gakkan ngomong gitu.
Semakin ku jilat daging kecil itu, makin tak karuan Teh Ita bergerak. Kini ku jilat sambil ku pelintir puting yang sudah mencuat keras itu.
"Aahhhggg giihhh teteh keluaarrrhhhaaahh" Teh Ita mendesah hebat sambil menggelinding gelinjang.
Dahulu seperti tersiram sesuatu, namun saat ku pastikan ini bukanlah air kencingnya karena tidak berbau Pesing, saat itu kulihat lubang memeknya masih berdenyut denyut, iseng ku coba tusukkan jari telunjuk ku ke dalamnya.
"Aakhhh giiii ihh bentarrr"
Tak ku gubris Teh Ita, ku tambah 1 jariku kini ku pompa dua jariku di memeknya, hangat dan sempit menjepit.
"Iihhhh ihhh ghiii entotin sekarang, khaaa khasiihhh kontolin teteh ghiii uuhhmmm"
Dilepaskan pompaan jariku, dan ku posisikan penisku yang sudah tegang maksimal didepan lubang memeknya. Ku gesek gesek dulu kepala penisku di memek Teh Ita, hingga tiba tiba dia memegang pantatku sang mendorongnya maju.
"Blesshhhh"
"Akhhh ghii gedeeee enhhh enhaakk ahh jangan dilama lammmaaaaiiinn giiiihhhh entoothhh tetewgllhhh ihhh"
Ku genjot dengan Tempo pelan, lalu sedang, dan kemudian cepat
"Plokkk....plokkk... cekkkkcekkkk"
Seperti irama karya Beethoven, begitu indah moment ini.
"Giihhhh uuuhhh giihhh"
Mendengar Teh Ita memanggilku lirih, ku lumat bibirnya.
Dia membalas lumatanku. Kami terus berpacu dengan birahi kami, hingga kami dikejutkan dengan sebuah ketukan di pintu kamarku.

Sekian dulu updatenya suhu suhu sekalian.
Untuk bahasanya sudah saya coba untuk translate to Indonesia dibeberapa bagian percakapan sundanya.
Jangan ragu untuk memberi saran dan kritik karena itu yang dibutuhkan oleh noob seperti hamba.
Cerita ini dilatar belakangi oleh kisah nyata, hanya nama pemeran saja yang diganti. Apabila ada kesamaan nama,tempat,atau kejadian. Mungkin bisa jadi suhu suhu sekalian akan mengenal saya 😃
 
seeedddddaaaappppp...........lanjut hu.......ikutan ngaceng nih......
 
pakai bahasa indo gaul aja bos....biar ngerti semua readernya...*** semua nya ngerti bahasa sunda
 
Bimabet
Klo bs nih bahasa sunda diartikan Gan supaya kita yg baca ngerti..ditunggu update nya
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd