Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT GENGSI DONG !!! (By : FigurX)

Bimabet
"Ehmm.. Ini mungkin terlalu cepat. Tapi aku tak kuasa menahannya lagi... Sejak aku melihatmu di panggung saat itu, tidak tahu kenapa kok sepertinya aku menemukan orang yang selama ini kuimpikan. Sosok yang begitu sabar dan teduh seperti bapakku. Terlebih saat melihatmu kemarin di rumah yang mampu memberikan humor-humor segar pada sahabat-sahabatmu.. Mungkin ini sangat memalukan mas. Tapi aku tak mau sendiri lagi dalam kesepian yang panjang. Sungguh akan riang hari-hariku bersamamu. Mas... Ehmm maaf... Ijinkan aku mencintaimu..", Duerr. Petir yang seharusnya menggelegar bersama hujan di luar sana, saat ini seperti telah menyambar tirai kelambu hati Khusna.

"Jar.. Akuu.. Aku.. Aduh bingung ngomong opo. Aku ga nyongko ae isok koyok ngene. Kudune aku sing ngomong disikan. Yo cepat atau lambat iku relatif Jar. Mungkin awake dewe ancen ditakdirno isok cepet. Aduh pating pecotot ngomongku. Halah weslah.. Pokoke jelas aku yo seneng mbarek awakmu", (Jar.. Akuu.. Aku.. Aduh bingung mo bilang apa. Aku bener-bener ga menyangka bisa mengalami seperti ini. Harusnya aku yang nembak duluan. Ya cepat atau lambat itu relatif Jar. Mungkin kita ditakdirkan cepat. Aduh belibet gini sih kalimatku. Haistt ya sudahlah.. Intinya jelas bahwa aku juga sayang kamu) Khusna gelagapan menjawab. Hatinya sungguh berbunga-bunga hingga kalimat yang terucap menjadi tak terkontrol dengan baik.

"Suwun mas.. Pliss ojo tinggalno aku sing dewean iki..hikss!", (Terimakasih mas.. Tolong jangan tinggalkan aku yang sudah sendiri ini..hikss!) kembali suara tangis Hajar menyeruak menyambut uluran kasih Khusna kepadanya. Bukan tangis sedih seperti sebelumnya. Sebuah tangis kebahagiaan dari dara cantik yang merana.

Terlihat jam digital pada GPS mobil menunjukkan angka 00.05 dini hari. Hujan mulai berubah manjadi gerimis. Begitu juga suasana duka di dalam sel kelambu hati Hajar yang sebelumnya deras, telah berubah menjadi rintik-rintik syahdu di pelataran jiwa.

"Uwiss Hajarr.. Cup cup ojok nangis maneh. Ketok elek iku lho wajahmu. Coba ngoco kono nang spion lak ketok nggilani.. Hehe", (Udah Hajarr.. Cup cup jangan nangis lagi. Keliatan jadi jelek tuh wajahnya. Coba bercermin di spion mobil biar kelihatan jeleknya.. Hehe) Khusna kembali menunduk menenangkan hati Hajar sembari memandang wajah Hajar yang masih saja ada dalam pelukannya.

"Ngilani nggilanii! Enak ae!", (Jelek jelek! Enak aja kalau ngomong!) Hajar merajuk manja. Beberapa detik kemudian suara menjadi senyap. Hanya terdengar tarikan nafas dari dua sejoli yang masih berpandangan dengan posisi Hajar masih dalam pelukan kekasih barunya.

Perlahan tapi pasti wajah mereka saling mendekat. Satu sama lain mengikuti kata hati yang menuntun menuju kemesraan yang lebih dalam. Bibir mereka bertemu, saling mengecup lembut meresapi gelombang cinta yang mengalun begitu indah dan tenang. Kian lama, kecupan lembut itu meningkat menjadi cumbuan bibir yang penuh gejolak. Lidah mereka saling mengejar. Sedotan dan kuluman silih berganti mereka lakukan. Kecipak bunyi perciuman bibir yang basah memenuhi ruang mobil. Mereka bahkan tak menyadari bahwa hujan telah reda.

"Miliki aku mas.. Aku milikmu", suara Hajar terdengar di sela perciuman yang kian lama kian panas. Tangan kanan Khusna tahu-tahu sudah singgah diatas bukit dada Hajar yang masih tertutup cardigan. Namun tangan Khusna hanya bertumpu disana dan belum bergerak untuk meremas. Mata Khusna yang memandang lekat seperti meminta persetujuan Hajar untuk bolehnya tangan Khusna bergerak lebih banyak.

Hajar mengangguk tipis seperti tahu bahwa Khusna sedang menunggu persetujuan. Tangan Khusna segera beraksi dengan meremas pelan buah sekal Hajar. Dan...

Kringg...kringgg..
Handphone Khusna tiba-tiba berbunyi nyaring mengagetkan mereka berdua.

"Jamputtt. Sopo sehhh..!", (Kurang ajar. Siapa sihhh..!) Khusna mengumpat kesal dan kemudian dengan dongkol ia angkat telepon yang masuk.

"Halooo Jooo, nang ndi koen??. Aku wes ngakik ngenteni nang kene sampek lumuten cukkk!", (Halooo Jooo, kamu dimana??. Aku udah bete nungguin dari tadiii!) seseorang di seberang telepon langsung mendamprat Khusna habis-habisan.

"Koen iki nggae Hp e sopo kok nomer ga dikenal??. Iyo sik enteni, iku mau udan ndeng!", (Kamu pakai hp siapa kok nomer tidak dikenal??. Iya bentaran, ini tadi hujan!) jawab Khusna kepada lawan bicaranya ditelepon.

"Nggone konco latihan. Pulsaku entek. Yo wes ndang budal!", (punya teman latihan, pulsaku habis. Ya udah buruan!) telepon sudah ditutup oleh orang tersebut sebelum Khusna menjawab.

"Mwuahh. Sori yo sayang. Iki lho Indro njaluk tulung njemput.. Aku lali lek wes janjian hehe..", (Mwuahh. Maaf ya sayang. Ini si Indro minta tolong jemput.. Aku lupa kalau sudah janjian hehe..) Khusna mengecup mesra pipi Hajar dan kemudian segera mengambil lap kanebo untuk membersihkan kaca depan mobilnya.

"Mas.. Ga usah ke tretes ya.. Perasaanku kok ga enak ! ", Hajar berucap pada Khusna yang saat itu sudah menyalakan mesin dan siap meluncur.

"Lho.. Sopo sing kate nang tretes nduk!?. Digorohi gelem ae. Emang lek mlebu tol jurusan malang trus mesti dianggep kate nang pandaan ngunu ta??. Aku iki kate nang darjo njemput Indro. Areke mari lembur latihan gae persiapan turnamen karate minggu ngarep!" (Lho.. Siapa yang mo ke tretes neng!??. Dibo'ongin mau aja. Emang kalau masuk tol jurusan malang trus otomatis dianggap mo ke pandaan gitu ya?. Aku ini mau ke Sidoarjo jemput Indro. Dia lagi lembur latihan keras buat persiapan turnamen karate minggu depan!) Khusna menahan senyumnya memperhatikan Hajar.

"Owhh kirain...", Hajar tersenyum malu-malu.

"Durung wayahe nduk. Simpen sing rapet gae malam pertama kita hihi", (belum saatnya neng. Simpan rapat-rapat untuk malam pertama kita hihi) Khusna mencium hangat kening Hajar dan kemudian men starter mobilnya.


-------





"Sori cak suwe nyusule. Eh iyo, lungguho mburi yo.. ", (Maaf lama jemputnya. Eh iya, duduk belakang ya bro..) Khusna membuka kaca jendela sopir dimana Indro berdiri mematung di sebelahnya.

"Lho.. Mbak.. Mmm.. Mbak Hajar ta iku?. Sempel Joo koen iki. Kok iso mbak Hajar melok? Kapan akrabnya? Bengi-bengi ngene anake uwong koen culik!", (Lho.. Mbak.. Mmm.. Mbak Hajar kah itu?. Gila kamu Joo. Kok bisa-bisanya mbak Hajar ikut? Kapan akrabnya? Malam larut begini kamu culik anak orang!) Indra melotot kaget saat melongok ke arah mobil dan melihat penumpang yang ada di samping Khusna. Dengan ramah Hajar menyapa Indra yang masih terbengong-bengong tak percaya.

"Wess ndang mlebuo koen ndeng. Kakehan takon koen iki!", (Sudahh buruan masuk. Kepo banget sih!) Indro tersentak kaget dan segera masuk ke kursi penumpang. Di dalam mobil, Hajar mengajak bersalaman Indra.

"Sampean gaa popo kan mbak?, ga lagi diombeni uyuh macan ato lagi di dukuno Paijo?", (Kamu baik-baik saja kan mbak?, ga lagi diminumi alkohol ato didukunkan sama Paijo ini?) pertanyaan Indra bukannya mendapat respon dari Hajar, sebaliknya jitakan keras Khusna mendarat telak di ubun-ubun Indro.


-------


Brio putih Khusna baru saja melewati loket tol Sidoarjo mengarah kembali ke Surabaya. Malam semakin larut. Jam sudah mendekati pukul 1 dini hari. Hujan telah reda seiring dengan redanya tangisan Hajar. Selama perjalanan mereke bertiga bersenda gurau riang demi mengusir kantuk yang mulai menyerang.

"Mbak, sampean ojok katek percoyo karo tumo sithuk iki!, gelem-gelem e sampean dijak kluyuran bengi-bengi ngene! ", (Mbak, kamu jangan percaya sama kutu satu ini, kok mau-maunya kamu diajak kluyuran malam-malam gini sih mbak!) Indro mulai memancing di air keruh. Tak ada niatan apapun, hanya sekedar bahan candaan.

"Halah mas, ga katek mbak barang talah. Celuk Hajar ngunu ae. Yaa.. Yopo yo mas.. Aku sakjane yo emoh mas.. Dipekso trus diseret-seret e iku mau!", (Halah mas, ga usah panggil mbak segala lah. Cukup Hajar saja. Yaa.. Gimana ya mas.. Aku sebenarnya sih ga mau ikut mas.. Tapi dipaksa bahkan diseret itu tadi!) Hajar melirik jahil ke arah Khusna kemudian beralih melirik Indro saling memberi kode dengan kedipan mata.
 
"J*nc*k raimu dhes! Provokator koen!... Iki pisan lapo kok nggae-nggae crito lek aku mekso-mekso..hadohh!", (Dasar kau! Tukang provokator!.. Nih cewek juga ngapain bikin cerita kalau aku maksain..Aduhh) Indra dan Hajar kompak terpingkal-pingkal melihat solah polah Khusna yang seperti sedang kebakaran jenggot.

Tuing tuing.. Tuing tuing..
Tiba-tiba handphone Hajar berbunyi. Muncul nama 'Mbakku' pada layar.





"Haloo.. Ndut, koen nang ndi? Langsung meluncur nang omah bapak yo. Iki bapak lorone kumat!", (Haloo.. Ndut, kamu dimana? Langsung ke rumah bapak ya. Penyakit bapak kambuh!) Najar menghubungi adiknya untuk mengabarkan bahwa bapak mereka sedang kambuh sakitnya.

Memang setahun ini kondisi kesehatan bapak Hajar yang bernama lengkap Ali Syahdan sedang menurun drastis. Kalau sudah kambuh, Pak Ali hanya bisa terbaring lemas tanpa daya. Dadanya sebelah kiri begitu sakit saat sedang kambuh. Menurut dokter, Pak Ali mengalami penurunan kinerja jantung. Hal itu terjadi karena beban pikiran Pak Ali terlalu berat. Semua bermula sejak perceraian kala itu.

"Ehmm iyo iki lagi metu onok perlu.. Ok ok aku langsung rono!", (Ehmm iya ini lagi ada perlu diluar.. Ok ok aku langsung meluncur!) Terlukis jelas sekali kerisauan di wajah Hajar.

"Ati-ati ndut, ojok gedandapan.. Bahaya gawe koen malah!", (Hati-hati ndut, jangan panik.. Bahaya buat kamu!) Najar terbiasa memanggil adiknya dengan panggilan 'Ndut'. Bukan tanpa alasan, dulu Hajar saat masih TK adalah seorang gadis kecil yg gendut dan lucu.

"Mas, minta tolong antar aku ke daerah Manukan, kerumah bapak. Nanti kupandu arahnya saat sudah masuk daerah sana. Pliss ya, bapakku sakit keras", wajah Hajar menghiba. Kesedihan yang beberapa jam sebelumnya telah sirna, kini hadir kembali laksana mendung gelap yang siap memuntahkan airnya.

Demi melihat kondisi Hajar yang cukup panik, Khusna dan Indra hanya mampu menghela nafas. Khusna dengan khikmat dan tanpa banyak tanya langsung mengarahkan mobilnya untuk turun di pintu tol tandes.

"Rumah yang ada gerobak baksonya, sebelah gang itu berhenti mas!", Hajar memberi isyarat agar Khusna merapatkan mobilnya di sebelah kiri jalan.

Mereka bertiga turun dari mobil dan disambut mbak Najar di depan teras. Terotomatis pikiran Khusna dan Indra langsung terkoneksi dengan wanita cantik yang mereka intip di rumah Hajar. Sesaat mereka terlihat kikuk dan salah tingkah khawatir kalau Hajar telah menceritakan aksi nakal mereka. Namun kekhawatiran mereka tak terbukti. Mbak Najar biasa saja tanpa menunjukkan sikap marah ataupun tatapan benci.

Hajar memperkenalkan Khusna dan Indra pada kakaknya. Saat menyalami Khusna terlihat sang kakak tersenyum jahil sembari melirik ke arah adiknya. Hajar yang tahu sedang 'dicurigai' oleh kakaknya hanya mampu memasang wajah malu-malu kucing. Beralih kemudian mbak Najar bersalaman dengan Indra. Ada yang sedikit aneh saat mereka bersalaman. Seperti ada tatapan yang tak sepantasnya terjadi. Tatapan aneh seorang wanita yang telah bersuami terhadap pria lain. Ehm.. Semoga saja mereka tak melakukan tindakan buruk yang melanggar norma-norma yang ada.

Beriring mereka memasuki rumah dimana bapak dari Hajar tinggal. Rumah itu tidak terlalu besar. Bahkan bisa dibilang kecil. Sebuah ruang tamu ukuran 2x3 meter, disambung ruang tengah yang langsung menghubungkan dengan dua pintu kamar tidur yang saling berdampingan. Di ruangan paling belakang ada kamar mandi dan dapur. Overall mirip tipe 36 perumahan namun dengan kondisi yang mulai lapuk dan kusam.

Bapak Hajar hidup sendiri dirumah tersebut. Nenek yang dulunya sempat dirawat Bapak Hajar telah meninggal dunia sekitar 3 tahun yang lalu di usianya yang menginjak 75tahun. Satu-satunya saudara Pak Ali adalah kakak laki-laki yang tinggal bersama istrinya di Jakarta dan bekerja sebagai kepala sekuriti di salah satu perusahaan terkenal di ibukota bernama PT. 3MP milik tiga konglomerat muda Mr. Al, Mr. L, serta Mr. Nos.

"Bapak, pripun keadaane?" (bapak, gimana keadaannya?) Hajar mencium tangan ayah tercintanya.

"Dodoku sesek nduk. Rasane cekot-cekot tembus geger. Alhamdulillah kok pas mbakmu nginep kene.. Uhukk uhuk", (Dadaku sesak nduk. Rasanya senut-senut sakit tembus ke punggung. Alhamdulillah kebetulan kakakmu menginap disini.. Uhukk uhuk) dengan terbatuk-batuk Pak Ali mencoba berbicara dengan anak bungsunya yang baru datang.

"Iyo ndut, mas Dion onok tugas luarkota seminggu. Yo akhire aku nginep kene.. ", (Iya ndut, mas Dion ada tugas luarkota satu minggu. Ya akhirnya aku menginap disini aja..) imbuh Najar melengkapi penjelasan Pak Ali.

"Bapak sampun ngunjuk obat?, kulo beto teng griyosakit nggih!?", (Bapak sudah minum obat?, dibawa ke rumahsakit ya pak!?) lanjut Hajar merasa prihatin terhadap kondisi Bapaknya.

"Ga usah nduk. Iku mau wes ngombe obat. Mengko lak waras. Yoo.. Jenenge wong tuwek yo ngene ki nduk, loro-loroen..", (Tak perlu nduk, Itu tadi sudah minum obat. Nanti juga sembuh. Yaa.. Namanya orang tua renta ya begini ini, sakit-sakitan..) dengan kesusahan Pak Ali tetap berusaha berbicara.

"Lho.. wong parah ngeten kok mboten purun diobataken to?, Nggih sampun pak, istirahat mawon. Tenaganipun di hemat, mboten usah ngendikan kathah-kathah", (Lho.. Parah begini kok tidak mau diajak berobat?, ya sudah pak, istirahat saja dulu. Tenaganya dihemat, jangan banyak berbicara dulu) Najar menimpali ucapan Bapaknya yang sungguh terlihat sangat lemah.

"Nduk.. Iku sopo?, pacarmu ta?", (Nduk.. Itu siapa?, pacarmu ya?) Pak Ali menunjuk ke arah Khusna yang berdiri di samping ranjang.

"Oh.. Saya Khusna Pak, dan ini teman saya, Indra", sapa Khusna pada Pak Ali yang masih saja memperhatikan dengan seksama ke arahnya.

"Cobo rene nyedek kene.. Khus.. koen iku arek apik. Aku kroso iku.. Aku njaluk tulung, jagakno Hajar gae aku. Trus koen Ndra, sakjane aku tertarik karo koen. Koen alus areke. Tapi ga mungkin tak olehno Najar, wong Najar wes duwe bojo. Umpomo aku duwe anak wedok siji maneh, bakal tak olehno koen hehe.. Uhukkk uhuk uhukk", (Coba mendekat sini.. Khus..kamu anak baik. Aku bisa merasakan itu.. Aku minta tolong, jagakan Hajar untukku. Trus kamu Ndra, sebenarnya aku tertarik dengan sifatmu. Kamu anak yang halus dan tenang. Tapi tak mungkin jika kujodohkan dengan Najar, kan dia sudah bersuami. Andai saja aku punya anak perempuan satu lagi, pasti akan kujodohkan denganmu hehe.. Uhukkk uhuk uhukk) Pak Ali masih terlihat sangat lemah, tapi beliau memaksakan diri untuk bisa berbicara dengan teman-teman anaknya. Khusna maupun Indra hanya mampu manggut-manggut mengiyakan perkataan orang tua Hajar yang memuji mereka.

Dengan bantuan obat yang ada, akhirnya Pak Ali bisa terlelap tidur. Begitu juga rasa kantuk yang menggelayut di kelopak mata Najar, dll semakin tak terbendung..


-------

Next.. Bagian 5
Cumming su'un...
 
:mantap: ijo2 menyusul. Tapi masih kurang brada kurang panjang updatenya. Haha
 
Gak sido nang tretes :pandaketawa:


Btw ada yang kurang enak dibaca tadi om. Tapi di sebelah mana aku lupa. Kayaknya di sekitaran najar ketemu indra...



Aah, ketemu. Yang ini om.
Tatapan aneh seorang wanita yang telah bersuami terhadap pria lain. Ehm.. Semoga saja mereka tak melakukan tindakan buruk yang melanggar norma-norma yang ada.

Gak ada yang salah sih dengan cerita, tata bahasa, dll. Cuman yang aku tanyakan, masa sih dalang gak bisa nentukan nasib wayangnya?
 
:mantap: ijo2 menyusul. Tapi masih kurang brada kurang panjang updatenya. Haha

kalo baca sambil lihat igo Indonesia om.. dijamin bakalan puanjuang.. :ngiler:
 
Gak sido nang tretes :pandaketawa:


Btw ada yang kurang enak dibaca tadi om. Tapi di sebelah mana aku lupa. Kayaknya di sekitaran najar ketemu indra...



Aah, ketemu. Yang ini om.


Gak ada yang salah sih dengan cerita, tata bahasa, dll. Cuman yang aku tanyakan, masa sih dalang gak bisa nentukan nasib wayangnya?

masa sih dalang ga bs tentukan nasib wayangnya?

jawaban ya sudah jelas to..

biar penonton mumet dulu

bisa jadi akan terjadi pergumulan sedarah.. misal Najar ama Bapaknya ato Najar ama Papanya..

biar dalang yang tentukan Najar bakal 'tidur puas' ama siape.. ($ama dion kan ga puas tuh)
btw, ente emang super jeli om..
kamsia :ampun: penelitiannya..

ga salah ane pasang :jempol: sbg penasehat kerajaan.. =)
 
Terakhir diubah:
Rajin amat nangkring nih masta di atas ane...


Wanita Bersuami
Hmm, jdi ingat kata2 salah satu sobat ane di group WA.


:mindik:



Masta figurx...
Ane ijin :baca: doloe lanjutannya yah.





Beuhhhhh...

Kayak kenal nih tiga nama di atas.

:pandaketawa:

iya.. hasil rekomendasi Pak Ali jaman masih punya perusahaan dulu.

kan Perusahaan Pak ali dan 3mp cukup dekat tuh..
 
Duuuhh malah disimpen buat malam pertama

Trus ini cerita kapan crotnyaaaaah?

Hahahaha
Tapi mantap kok hu.. Sumangaaaatt
 
Duuuhh malah disimpen buat malam pertama

Trus ini cerita kapan crotnyaaaaah?

Hahahaha
Tapi mantap kok hu.. Sumangaaaatt

giliran dibawa ke tretes pada teriak kok buru2. giliran ditunda eh pada nyari crotnyah..
bener2 dah para penonton disini pinter2 :jempol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd