Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Garis Waktu

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
coba googling aja:D pasti ada daftarnya... Itu cewe2 PeterPorn seleb top produk dalam negeri semua lho...
Selera 'kiwul' banghet tuchh...
:pandaketawa:​
 
Guru Bahasa Indonesiaku


Bu Niken

Hampir tidak ada yang menarik selama masa orientasi siswa. Yang kurasa, aku cuma diperkenalkan oleh kakak senior mengenai seluruh ruangan, sudut demi sudut, fasilitas demi fasilitas, yang ada di sekolah bertingkat 3 ini. Selebihnya, kami dibimbing sekaligus diperkenalkan oleh guru-guru yang akan mengajarkan kami di kelas 10 SMA, dahulu kelas 1 sma. Salah seorang dari mereka pula yang sudah memberi jadwal pelajaran. Maka, tak pelak, suasana dalam kelas baruku ini begitu hambar, sehingga angin diketinggian lantai 3 ini tak lagi dirasa berhembus, kalah oleh niat seluruh siswa dalam kelas yang lebih menginginkan pulang ke rumah ketimbang berlama-lama menjalani masa orientasi ini.

Tidak hanya mereka yang jenuh, begitu juga aku. Apalagi teman baru yang duduk di sebelahku, selalu bicara tentang masalah agama, yang tak terlalu kumengerti. Namanya, Syarifuddin, dipanggil udin. Dia duduk satu meja denganku, di baris kedua, dari meja depan. Andai saja kakek masih hidup, akan kupertemukan kakek dan si udin ini, tampaknya obrolan mereka bakal nyambung.

"Yan, lo tahu gak, yang namanya tahlilan sama maulid itu gak boleh, bid'ah yan. Soalnya, gak ada hadist yang sahih yang ngebahas masalah itu. Kebanyakan hadistnya maudu alias palsu, yan", Udin terus mengutarakan isi otaknya yang nyaris aku tak pahami.

"Hmmm gitu...", aku cuma mendengarkan dengan baik supaya dia tidak tersinggung.

Rezky teman pertamaku, lebih memilih duduk dengan kawan satu sekolahnya. Pikirku, barangkali rezky tidak mau duduk dekat denganku karena mulai sadar akan aibku ini, gigi tonggos. Yang mungkin menurut rezky, gigiku ini bisa membawa sial baginya.

Beruntung, dan sungguh beruntung, di kelas baru ini, Dilla satu kelas denganku. Kini, Ia sedang duduk sembari mengobrol dengan seorang kawan perempuan, yang cantiknya berimbang dengan dilla. Entahlah apa yang mereka obrolkan. Begitu jauh jaraknya denganku. Lagipula telingaku bukan telinga kelelawar.

"Hmm aneh", pola duduk di kelas baru ini, kebanyakan duduk mengelompok, macam tinggal di sebuah perkampungan. Yang ganteng kumpul sama yang ganteng, yang cantik kumpul sama yang cantik, yang yang pinter kumpul sama yang pinter"

"lalu, aku?", aku mungkin tergabung dalam kelompok yang sesat, dibilang jelek juga tidak, dibilang pintar juga tidak. Lihat saja teman sebelahku ini, si udin.

"Yan, lo dengerin gue ngomong gak, sih?", protes udin, mulai menyadari bahwasanya aku pura-pura menyimak apa yang ia katakan.

"Dengerin kok, dengerin...", jawabku ke pria yang berasal dari sekolah menengah pertama Islam Terpadu ini. Ketika aku berkata demikian kepada udin, dari pintu masuk nan keluar kelasku muncul seorang guru wanita, yang auranya berhasil menyita perhatian kebanyakan kaum pria di kelas ini. Bukan batik yang ia kenakan sepertinya yang membuat kami sontak terdiam. Tetapi, wajahnya yang ayu.

"ini kelas 10 b 'kan?", begitulah yang ia tanyakan pada seorang temanku yang duduk di baris depan sembari berjalan terburu-buru menuju meja guru, membawa sebuah buku, sekaligus menebar pesona kecantikannya.

"Ih cantik banget itu guru...sekssiii gilaaakkk......", begitulah sayup-sayup yang terdengar kala guru wanita yang belum memperkenalkan dirinya ini tiba di kelasku. Serentak kaum pria heboh, macam tak pernah lihat pose wanita di majalah dewasa.

"Din, istighfar din. Jaga pandangan...", sentilku kepada udin, sifat lelaki normalnya keluar. Dibuat terbengong-bengong ia yang daritadi bicara agama denganku.

"Siaangg semua,.....", guru wanita tersebut menyapa, selanjutnya mengambil jeda sejenak, masih memgatur pola nafasnya yang belum teratur. Ia memandang kami, siswa baru di sekolah ini.

"Udah pada kenal saya?", ia melempar senyuman manis, seakan memancing kami untuk merayu.

Serentak siswa menyahut, "belumm......"
Ketika berteriak "belum", tampak udin paling bersemangat kulihat.

"Oke, nama saya Niken Ayu. Kalian bisa panggil saya bu niken. Saya di sekolah ini udah setahun mengajar bahasa Indonesia. Kalian nanti saya yang mengajari.... ada yang ingin ditanyakan?", hemat kata sekali guru bahasa Indonesiaku ini, yang rambut hitamnya terurai panjang nan berkilauan bak model iklan shampo, sampai-sampai ia ingin ditanyakan oleh siswanya. Alhasil, keributan pun memyeruak. Kaum pria ramai-ramai menyusun pertanyaan.

"Bu, udah nikah?", sambil cengengesan temanku yang duduk di barisan belakang melempar pertanyaan guyonan, membuat kami yang lain kompak menertawakan.

"Hmmm, belum. Tapi, saya kebetulan seminggu yang lalu baru aja dilamar", sang guru tersenyum. Lekas disambut sorakan, "Yaaahhhhhhh......" Serentak para pria dibuat patah hati massal. Harapan yang baru dibuat, lantas sirna seketika. akan tetapi, sepatutnya mereka tenang. Beberapa kaum hawa bereaksi tersenyum seakan mau bilang, "aku lagi kosong, kok..."

"Ada lagi....?", si ibu niken memancing kami untuk bertanya lagi. Para pria yang masih belum bertanya, mulai tampilkan gelagatnya. "Buu, saya!", suara lantangnya dibarengi dengan acungan jari telunjuk tinggi-tinggi, ia adalah salah seorang pria yang duduk di dekat kawannya yang baru saja bertanya guyon.

"Ukuran.....mmmm", mendadak ia diam, kulihat ia cengengesan bersama teman di sebelahnya. "Gak jadi deh bu...", mendadak batal bertanya dia karena sekilas kudengar dari belakang ia mau bertanya ukuran bra bu niken. Lantas tidak jadinya pertanyaan tersebut disambut sorakan kami, "huuuuuu....".

"Yaudah kita langsung mulai belajar aja, ya?", bu niken lantas duduk sembari membuka buku yang tak aku tahu judulnya. Ajakannya tersebut tentu langsung ditolak oleh kami yang benar-benar masih baru di sekolah ini. Lagipula masih masa orientasi, masih mengenakan seragam putih-biru pula.

"Tenang aja kita belajarnya gak lama kok. Jadinya nyantai aja.. Saya di sini 'kan juga belum kenal kalian satu per satu. Saya juga mau bahas tentang novel. Ada yang tahu apa itu novel?", bu niken mengajukan sebuah pertanyaan sekaligus ingin mengetahui nama kami satu per satu.

"Saya tahunya Novel Fitsa Hatss, bu....", celetuk salah seorang siswa yang tampaknya rajin memyaksikan berita di televisi. Namun, celetukan dirinya diabaikan oleh bu niken.

"Ada yang tahu gak?", bu niken coba perhatikan satu per satu wajah kami. Kiranya ada yang mau menjawab pertanyaannya.

"Saya bu. Nama saya faradilla zuchrina, nama panggilan saya dilla. Kalau menurut saya, novel itu
sebuah cerita yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku dalam cerita", Dilla, gadis yang pujaanku itu menjelaskannya begitu lengkap, seakan ia tahu banyak.

"Saya bu, nama saya Bagas Mahardika, nama panggilan saya bagas. Menurut saya novel itu
cerita fiktif", ucap kawanku yang paling tampan di kelas, bernama bagas, yang jawabannya amat singkat ketimbang jawaban dilla.

Satu demi satu kawanku menyatakan pendapatnya mengenai pengertian novel. Sementara aku malah asyik mendengarkannya. Beginilah nasib yang harus kuterima kala masa smp-ku begitu kelam, macam orang bodoh. Aku cuma bisa menjadi penyaksi saat teman-temanku mengutarakan pendapatnya. "Benar-benar telah sesatlah aku ini..."

....................

"Iya bener, jawaban kalian bener semua. Jadi, novel itu merupakan cerita panjang yang menceritakan atau menggambarkan tentang kehidupan manusia yang berinteraksi dengan lingkungan dan juga sesamanya"
"Di dalam sebuah novel, biasanya pengarang berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan arahan kepada pembaca untuk mengetahui pesan tersembunyi seperti gambaran realita kehidupan melalui sebuah cerita yang terkandung di dalam novel tersebut", sempurna penjelasan bu niken tentang novel sekaligus menutup dan memberikan kesimpulan dari pendapat kami.

"Ada pertanyaan?", setelah menerangkan dengan panjang lebar pengertian novel, lagi bu niken melemparkan pertanyaan kepada kami yang mulai jenuh. Tak heran, saat pertanyaan tersebut diutarakannya, suasana berubah hening.

"Oke, kalian mau cepet selesai apa gak belajarnya?", bu niken melemparkan tawaran menggiurkan bagi siswa-siswa yang mulai diselimuti aura malas, termasuk aku.

"mau bu!", kompak kami semua menjawab.

"yaudah, saya kasih kalian tugas buat minggu depan...", ucapan bu niken barusan langsung menghentakkan kami.

"yaahhhh", lantas disambutlah dengan kecewa kami

"gampang kok tugasnya, siapin sebual novel Indonesia, kalian baca, terus nanti pas kita ketemu lagi, saya tanyain kalian tentang novel yang kalian baca itu, oke ya?"

"temanya bebas 'kan novelnya, bu...?", tanya salah seorang teman wanitaku yang duduk di baris depan.

"Iya bebas. Intinya novel Indonesia....", balas bu niken kepada siswa yang bertanya.

"Jadi, inget ya minggu depan, pas pelajaran bahasa Indonesia, kalian bawa juga aja novel yang kalian baca, nanti ibu tanyain", bu niken coba mengingatkan sekali lagi kepada siswa-siswanya.

Hmm baru menjadi siswa putih abu-abu, aku sudah mendapatkan tugas. Tugas baca novel lagi. Sesuatu yang jarang aku lakukan. Lagipula novel aku tak punya. Merepotkan sekali guru bahasa Indonesiaku ini. Kulirik si udin yang daritadi cenderung diam macam aku yang sedang tersesat ini. Sepertinya dia tenang-tenang saja menyikapi tugas dari bu niken.

"Din, tugas dari bu niken lo bagaimana?", tanyaku kepada udin yang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Ohh itu. gue itu mah udah dapet referensi novelnya", jawab udin tak menoleh ke arahku, lebih penting ke layar ponselnya. Menurutku, udin benar-benar sudah menemukan referensi novel yang akan ia baca.

"Judulnya apaan, din?", tanyaku penasaran dengan novel yang akan udin baca.

"Ayat-Ayat Cinta", jawabnya begitu singkat, seakan sedang tak mau diajak bicara olehku. Lihat saja, lagi dia menjawab tak melihat lawan bicaranya.

Si udin saja sudah punya referensi novel yang akan ia baca, sedangkan aku belum sama sekali. Bagaimana dengan yang lain "Adduhh" Sepertinya aku harus membeli novel demi tugas ini. Kalau tidak, pupus sudah keinginan sungguh-sungguhku untuk berubah, keluar dari belenggu kegelapan ini. Yang ada nanti, aibku ini kembali menjadi bahan hinaan kawan-kawan kepadaku. Kalau kata bapak dan ibu, aku harus isi otakku jikalau tidak mau dihina orang. Lagipula, kalau aku berada di sekolah ini hanya jadi bahan hinaan, tak bedanya dengan di smp dulu. Bakalan musnah pula cintaku yang belum tersampaikan ini kepada Dilla. Apa dilla mau dengan orang bodoh?

Namun, aku teringat akan sesuatu.

"Ohh ya, almarhum kakek 'kan punya lemari buku! Masa gak ada novel di dalamnya..."
"Tapi, setidaknya aku usahan minta dibelikan novel dulu sama ibu".

###​
 
Terakhir diubah:
Dari Ibu yang baik menjadi Mama yang nakal​


Ibu ketika tidak mengenakan hijabnya

Malam minggu yang begitu panas, tak turun hujan. Aku sedang berdua di rumah bersama ibu. Bapak yang seharusnya merayakan weekend-nya bersama kami sedang pergi bersama kawannya entah kemana. Katanya sih, urusan kantor. Masa iya urusan kantor di malam minggu. Apa benar-benar perusahaannya akan segera mengalami pailit hingga malam minggu bersama keluarga dikorbankan. "Hmmm... semoga tidak". Sedangkan aku, di kamar sedang sibuk menonton jav kesukaan di layar komputer milikku. Beginilah nasib seorang perjaka yang belum memiliki pasangan wanita, "Ngenes"

"Ohhhh.. . gila beruntung banget itu orang bisa main sama ibunya"
"Ohhh...sodok teruss itu memek..."
"ayoo terusss, bentar lagi itu memeknya bakal muncraat..."

Baru saja kutonton jav tema cuckold, kala sang suami menyaksikan istrinya disetubuhi oleh lain, kini sudah berpindah giliran menonton genre incest, ketika seorang ibu disetubuhi anak kandungnya sendiri. Awalnya aku pikir, masa iya sih seorang anak tega meniduri ibunya sendiri. Tetapi, kalau dipikir-pikir, jika punya ibu macam bintang jav ini sulit untuk tidak menidurinya. "hehe..." Kalau ibuku? Ibu kalau di luar rumah hampir selalu menggunakan hijabnya. Sebaliknya, kalau di rumah ia bisa lepas hijab yang menutupi kepalanya itu.

Kalau membayangi tubuh ibu yang hanya pernah kulihat sekilas, bersamaan dengan nonton jav ini, bisa-bisa saja aku mempraktekkan incest. Lagipula, penampilan ibu cukup merangsang diriku kalau dia sedang mengenakan daster di rumah. Pernah kulihat buah dada ibu menyembul keluar dari balik dasternya, sepertinya hal tersebut membuatku pernah minat kembali menjadi bayi. Selain itu pernah kulihat ibu menungging saat memotong bahan masak di dapur. Aku yang melihat pinggulnya terpampang jelas, ingin sekali aku telanjangi dia. Entah mengapa makin bertambah umur, aku makin ngeres dan error aja. Apa kebanyakan nonton jav?

"Masa iya sih gue ngentotin ibu sendiri? Tapi kalau di kasih? Sapa juga yang nolak"
"haha...", aku tertawa cekikan sendiri di dalam kamar, pelan-pelan mulai berkhayal bisa menyetubuhi ibu sendiri.

Tapi, ngomong-ngomong tentang ibu, dia sedang apakah? tak aku dengar suaranya di malam minggu ini. Apakah dia sudah tidur ketika bapak tidak sedang di sampingnya malam ini? Menikmati kesepiannya? Maka, kucoba pastikan untuk mengecek keadaan ibu. Singkatnya, kuintip ibu sedang apa di kamarnya, melalui sebuah lubang intip yang sudah lama kubuat, di antara dinding tembok pemisah kamarku dengan kamar ibu dan bapak. Oleh karena itu, aku berhenti dulu sejenak menonton jav untuk melihat ibu.

"hah?! mama?!"
"kok mama sih?!"
"Astagaa ibu!! apa-apaan ini!!"

"Tiaaaannn, entotin mama aja tiannn......!"
"bapak kamu jahat, dia pasti udah mulai selingkuh sama wanita lain...."
"alesan aja dia yang mau keluar sama temennya"
"bapak kamu mintanya tuh udah aneh-aneh sekarang, tian.."
"mama tahu, mama gak punya payudara yang gede kayak artis-artis di tv itu..."
"seharusnya dia mau nerima kekurangan mama apa adanya sekarang..", tak pernah aku lihat ibuku seperti ini, apa aku saja yang baru melihatnya. Dia sedang bermasturbasi seorang diri, menyelinapkan tangan halusnya di antara bagian bawah daster yang tersingkap.

Aku yang baru menikmati tontonan jav incest, dilanjutkan menyaksikan ibu bermasturbasi. Lantas dirayu dan dibisikilah aku oleh setan yang tiada habis berurusan dengan manusia. "Tian, ini peluang, yan..."
"kapan lagi lo bisa entotin cewe..."
"masa iya lo mau onani terus"
"rusak kontol lo!"

Hati nurani tak diam, ia berusaha mencegah. "Inget yaan, itu ibu kandung lo"
"dosa besar lo macam-macam sama dia!"

"Arghhhhhhhhhh bagaimana ini!", batinku kian bergejolak. Malaikat sedang bertengkar dengan iblis dalam otakku. Alhasil, situasi yang terjadi dalam kamar ibu membuatku bingung. Sementara di bawah sana, batang penisku juga ikut bersikeras menuntut, ingin sekali memasuki sarang betina perempuan. Jadi gelisahlah aku. Di tambah, efek mau onani ini. Spermaku terus terdesak ingin keluar. Maka, kupikir jalan terbaiknya. Jalan tengah, mencari aman dulu. Kupikir ini lebih baik sekarang, tetapi tidak untuk lain kali. Aku buka celana pendekku sembari mengintip ibu. Aku akan onani selagi melihat ibu masturbasi.

"Tiann! ini memek mama udah basah....!"
"ayo buruan dientot..."
"biar bapak kamu tahu rasa nanti!", kulihat ibu makin menjadi-jadi. Aku tak mau kalah olehnya. Kukocok penisku sembari berbicara pelan seakan membalas ucapannya.
"Ohhh Ini kontol tian, bu!"
"dia mau masukk... oughhh"

Ibu kulihat makin jalang, daster yang menutupi tubuhnya ia lepaskan. Kini, ia telanjang di atas ranjang. Kulihat ia berbaring di kasur, sesekali meremas payudaranya, makin cepat ia menggesek vaginanya menggunakan tangan. Melihat keadaan demikian, aku coba menyeimbangkan.

"Tiaannn, sini isep nenen mama!"
"katanya bapak kamu udah gak suka lagi, gak gede katanya..."
"ahhh...."

"sinii buuu, nenenya aku isepp sambil aku entot memek ibu.. orghhhh", sambutku.

"Tiiaannn ahhhh!!! mama mau keluar!!"
"ayoo bareng!! biar kamu bisa rasain cairan memek mama...."
"aaahhhhhh tiaaannnn iniiiii!"
"cretttt cretttt, creshhhhhg"
"ohhhhh.......", ibu semakin cepat intensitasnya mengacak-ngacak vaginanya menggunakan tangan. Tidak heran, ia berhasil mencapai orgasme.

"Orghhhh bareng buu....!."
"biar sekalian memek ibu rasain peju tiannn"
"arghhhhh, ini buu peju tian!!!"
"crottt croottt", orgasme yang sudah ibu capai lekas buatku juga ingin mencapai klimaks. Kukocok penisku lebih cepat. Lantas, tersemburlah seluruh spermaku hingga membasahi tangan dan dinding tembok yang ada di hadapanku.

Tidak lagi kulihat keadaan ibu di dalam karena mencoba membersihkan sperma yang tumpah menggunakan tisu. Dalam benakku, apa yang sebenarnya terjadi dengan ibu hingga jadi begini. Apa iya bapak benar-benar selingkuh sesuai apa katanya tadi. "Hmmm....". Aku harus cari tahu dulu sebelum mengambil kesimpulan sendiri. Takut-takut itu cuma pikiran ibu saja. Aku yang belum memakai celanaku tiba-tiba dikejutkan oleh panggilan ibu. Ia mengetuk pintu kamarku.

"yan, tian....!", panggil ibu sembari mengetuk pintu.

"bentar bu! jangan masuk dulu!", kusahut panggilannya seraya mencegah ia masuk ke kamarku karena aku sedang mengenakan celana.
Barulah setelah celana kupakai, kubuka pintu kamarku untuk ibu.

"Ada apa ya bu?", kulihat rambut ibu agak kusut, jenjang indah lehernya terbasuh oleh keringat.

"Gini, masalah novel yang kamu pengen beli. Mending kamu cek lemari buku almarhum kakek kamu yan"
"lagian di sana buku udah lama gak disentuh, kali aja kamu bisa temuin novel di sana"
"setahu ibu, kakek kamu pernah baca novel, tetapi ibu kurang tahu judulnya", ucap ibu, siang tadi kupinta uang padanya untuk membeli novel, demi tugas bahasa Indonesia. Namun, ia belum berikan uang itu kepadaku.

"Oh iya, yan..."
"mulai hari ini, kamu panggil ibu, mama aja ya?"

"hah?! mama?!", spontan aku kaget apa yang ibu barusan bilang.

"iya mama. Soalnya gimana gitu, kayaknya lebih bagusan mama ketimbang ibu. Kalo ibu 'kan kesannya desa banget"
"udah gitu kamu lihat sendiri penampilan mama, lebih pantes dipanggil mama 'kan ketimbang ibu?", ibu memamerkan keindahan lekak lekuk tubuhnya di hadapanku.

"Hmm... gimana ya", aku pikir sejenak, mempertimbangkan sesuatu yang tampaknya amat baru ini dalam kehidupanku.

"yaudah tinggal panggil mama aja susah banget kamu..."
"unccchhh"
"mama tidur duluan ya...", pamit ibu kepadaku saat aku belum memberikan jawaban. Sebelum masuk ke kamarnya, ia sempat mencium kening kepalaku.

"heh?... mama?"
"mama... mama... mama...."
"ada apa sih ini?"
"tapi, bagus juga deh kalo manggilnya Mama", aku yang masih aneh dengan sikap ibu, eh maksudku mama, coba menuruti kemauannya, mulai membiasakan diri memanggil,

"Mama".
 
Warisan Peninggalan Kakek


"Aduh ini berita, daripada lihat isi beritanya, mending lihat orang yang bawain beritanya..."
"tapi... mmm... percuma juga gak bisa lihat dia diapa-apain. Ujungnya cuma bisa bayangin dia telanjang aja tanpa pernah melihat isinya"
"kayaknya memang cut nari dan luni maya aja yang paling heboh, bisa lihat dia bener-bener polos, bisa lihat bener-bener dia dieksekusi"
"Jadi bayanginnya 'kan kalo kata Demian, Sempurnaa!"
"Coba aja juga pamela 'duo rubah' ada video macam cut nari, kala togenya lagi disedot-sedot laki-laki, jleebb banget 'kan"
"tapi, sayangnya gak ada, hmm...."

Minggu siang ini, setelah makan siang, aku sedang menonton televisi. Namun, sesuai perintah ibu semalam, maaf, mama maksudku, aku berencana menggeledah lemari tua peninggalan almarhum kakek untuk mencari sebuah novel Indonesia demi tugas bahasa Indonesiaku. Entahlah, novel tentang apa yang akan kudapat. Semoga ada dan aku tak perlu lagi membeli.

Almarhum kakek yang tinggal bersama keluargaku adalah bapak dari mamaku yang anak tunggal. Ia meninggal kala aku naik ke jenjang SMP. Istrinya atau nenekku sudah lama meninggal ketika aku masih bayi. Seperti yang sebelumnya pernah aku ceritakan, kakek semasa hidup ingin sekali aku, cucunya, jadi orang yang taat beragama. Selebihnya, berguna bagi nusa dan bangsa. Tidak heran, aku selalu digemblengnya mengaji dan diberi pengetahuan sedikit mengenai ilmu agama.

"Yan, kalo sudah besar nanti, jadilah kau orang yang berguna buat negeri ini. Para pahlawan bangsa ini dulu sudah susah payah berjuang. Maka, sekarang, kau dan generasi kaulah yang membangunnya", begitulah pesan kakek seingatku dulu seusai mengaji, menjelang adzan shalat Isya.

Terlepas dari itu semua, menurut mama, kakek seorang yang suka sekali membaca buku. Seingatku dulu, waktu masih sd, hampir setiap pagi ia membaca buku, ditemani secangkir teh hangat. Konon, kakek juga bisa berbahasa Belanda dan Inggris gara-gara hobinya itu. Kutanya apa pekerjaan kakek dulu, mama menjawab dulu kakek sebetulnya ingin jadi sarjana ekonomi, tetapi atas keinginan bapaknya ia jadi guru agama. Selain itu kata mama, kakek hampir kuliah di Belanda, tetapi keinginan bapaknya membuat ia tak jadi berangkat.

"huuuuhhhhhh....waduhhh....."
"debunya banyak banget, jangan-jangan ada rayap juga di dalam..."
"udah berapa lama gak di buka-buka ya nih lemari?", kubuka lemari buku dua pintu peninggalan kakek dengan menggunakan kunci yang diberikan mama, lantas kulihat banyak sekali buku koleksinya. Mungkin, nyaris tak tersentuh seusai kakek meninggal dunia.

"Mulai dari mana ya?", Itulah pertanyaanku. Aku dibuat bingung mulai darimana mencari novel yang kuperlukan, terlebih lemari yang cukup besar ini, macam lemari pakaian, terdiri dari lima rak berlapis-lapis, kiri dan kanan, semua isinya buku. Namun, pandanganku tertarik ke arah selembar kertas macam surat terselip di sebuah buku yang menjuntai di atas tumpukan buku yang tersusun rapi di rak ketiga. Tak aku diamkan, kuambil dan kubaca secarik kertas yang ternyata terdapat tulisan sambung, sepertinya tulisan kakek. Dengan penuh hikmat aku membacanya.

"Buat cucuku yang mudah-mudahan yang membaca tulisan ini...

Buku-buku bertumpuk ini, kakek wariskan kepada kau bukan ibumu yang tak suka membaca itu, moga-moga kaulah yang akan membacanya, supaya kau jadi anak muda yang pandai dan dihormati orang.

Bersama ini, Kakek juga pinta kau baca buku yang bersama surat terselip, karena dalam buku ini terkandung cerita bagus untuk kepribadian kau sebagai anak muda, dan di sana juga kau bakal temukan guratan-guratan harapan kakek pada dirimu cucu kakek satu-satunya.

Semogalah kau rawat buku-buku kepunyaan kakek dan juga membacanya satu demi satu, karena sungguh ilmu lebih berharga dan mulia ketimbang harta".


Setelah aku baca sepucuk surat dari kakek ini, aku terhenyak sejenak. Lalu kuraba dan kuusap dari debu buku yang kakek ingin aku membacanya. Buku itu berjudul 'Bumi Manusia'. Setelah kusapu dari debu, kulihat apa isinya,



"Yeaayyyy, ini novel!!", teriakku kegirangan. Jadinya, aku tak perlu mengeluarkan uang demi membeli novel baru. Kubaca cepat lembar per lembar, belum tahu novel ini bercerita tentang apa, benar kutemukan coretan pena kakek di setiap halaman. Salah satu yang paling menarik dan kubaca ialah di halaman terakhir.

"Sayangnya, rismawati gagal mewujudkan cita-citaku, kuharap cucukulah yang akan mewujudkannya, menjadi Sarjana Ekonomi"

"Sarjana Ekonomi??", aku yang tak mengerti maksud tulisan kakek, coba menutup novel yang akan kubaca nanti. Menarik sepertinya novel ini. Sampai-sampai kakek minta aku membacanya.

Sambil, kuusap-usap rambut ikalku, lemari buku kepunyaan kakek aku tutup kembali dan menguncinya. Sesuai keinginan kakek, aku akan pegang kunci lemari ini. Semoga aku bisa merawat buku warisan dari kakek untukku. Tidak hanya merawat, tetapi juga membacanya. Batinku tenang, tidak lagi direpotkan mencari novel. Tugasku sekarang membaca novel ini, berharap aku bisa lebih bagus ketimbang teman-temanku di awal tahun ajaran baru. Dan, dilla lantas dibuat terkagum-kagum akan keistemawaanku, bukan aibku.

"Baca sekarang aja ahhh..."
"Penasaran isinya..."
 
Lanjutiin Yan, habis baca "Bumi Manusia", lalu "Anak Semua Bangsa", "Jejak Langkah", dan terakhir "Rumah Kaca", saya yakin bukan hanya Dilla yang akan kagum sama kamu, tapi Bu Niken juga :semangat:
 
Anjir bacaannya novel ananta toer,, gw kirain td bakal baca novel nya fredi s. Wkwkwk
 
asikkk...3 updwtan ternyata blm ane baca...
ayo hu...jgn lama2 ya...updetnya...dan ibu...ehh mama...cepetan dilanjutkan ke tahap yg lebih intim...ma tian ya...hehe...
 
Lanjutiin Yan, habis baca "Bumi Manusia", lalu "Anak Semua Bangsa", "Jejak Langkah", dan terakhir "Rumah Kaca", saya yakin bukan hanya Dilla yang akan kagum sama kamu, tapi Bu Niken juga :semangat:

Wah thanks ya udah mampir mau baca :ampun:


Anjir bacaannya novel ananta toer,, gw kirain td bakal baca novel nya fredi s. Wkwkwk

saya g kuat baca karya fredi s justru :pandaketawa:

asikkk...3 updwtan ternyata blm ane baca...
ayo hu...jgn lama2 ya...updetnya...dan ibu...ehh mama...cepetan dilanjutkan ke tahap yg lebih intim...ma tian ya...hehe...

yup doakan lancar... :)
 
eght:takut: emaakk!
koq sangarr jadinya sekarang!??


wuih:hore:hhh dapat warisan dari kakek nichh si Tian... itu modal awak mu lho!

inget tuch, Tian.. pesan kakek kamu! tabungan ilmu dapat menumpuk harta. Dan tumpukan harta dapat membeli wanita:bata: hheeisstt.. maksudnya kamu nanti bisa dengan mudah dapatkan dunia kamu lho, Tian:cool:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd