Perhatian:
Nama, tempat dan waktu adalah fiksi semata. Jika ada kesamaaan, mohon untuk tidak dipermasalahkan.
Maaf saya tidak menyertakan ilustrasi, silahkan berimajinasi sendiri. Saran dan kritik saya terima untuk memperbaiki cerita ini.
Namaku Irma, aku dilahirkan di kota Magetan. Papiku asli Jawa, Mamiku berasal dari Sumatra Selatan. Mami sedikit ada darah Inggris. Menurut cerita mami, kakeknya orang Inggris, dulu pekerja tambang emas perusahaan Inggris di sebuah pedalaman di Pagar Alam. Tambang emas itu mulai beroperasi setelah perang dunia I selesai, dan deposit emasnya habis sekitar tahun 60an. Setelah habis, sebagian orang meninggalkan kampung itu.
Pernah sih kami berkunjung ke Pagar Alam, karna masih ada keluarga mami yang tinggal di sana, dan menyempatkan untuk mengunjungi bekas area tambang emas itu kira-kira 8 tahun lalu. Aku masih melihat gua-gua tambang, sisa-sisa rel lori, bangunan dan peralatan tambang emas tua. Semuanya sudah kosong dan ditinggalkan. Aku juga melihat pekuburan Eropa dan Cina pada masa itu, yang juga sudah tidak terawat. Tapi yang menarik, sebagian besar penduduk di sekitar desa ini putih-putih, tinggi dan kekar. Mami cerita memang mereka sudah merupakan campuran dari Eropa, Cina dan ada juga India. Mereka semua dahulu ikut terlibat dalam pertambangan emas itu.
Suamiku asli Jawa. Ia menilai aku cantik, dengan tinggi 166 cm, bobotku sekarang 68 kg. Di usiaku yang ke 42 tahun, lemak sudah mulai ada di lengan, paha, perut. dll. Ih! sebel sekali rasanya. Sebenarnya aku sudah sangat kontrol makanan, istirahat dan rajin olahraga. Tapi efek faktor usia memang susah untuk dibendung.
Kami sudah 16 tahun berkeluarga, dan dikaruniai 2 orang anak yang masih lucu-lucu. Suamiku 51 tahun dan kira-kira 4 cm lebih tinggi dari aku. Kadang kalau kami berjalan sama-sama, ia kelihatan lebih pendek, karna aku suka menggunakan high heels, ditambah rambutku yang panjang dan lebat. Atau aku yang ke-pedean kali ya, hehe..
Kehidupan sex kami sebenarnya dahsyat, karna memang pada dasarnya aku suka sex. Selama 5 tahun pertama pernikahan kami, rata-rata hampir 4 kali seminggu kami menikmati sex. Kemudian semakin berkurang terus, hingga tahun terakhir ini, kami cuma melakukan itu rata-rata 2 minggu sekali, itupun kadang harus didahului dengan memutar video dewasa. Aku sih masih ingin lebih, tapi kemauan suamiku semakin menurun. Kadang dia bilang stress kerja, atau kelelahan, atau ngantuk. Tapi dia tetap sangat mencintaiku, begitu pun aku. Aku gak mau main curang, cari kenikmatan sendiri di luar. Aku juga tidak pernah curiga kalau dia punya extra marital affair, atau WIL, atau jajan, atau apalah. Tapi kadang memang matanya suka menatap lama perempuan cantik yang masih muda, masih ABG. “Cantik ya pah!”, godaku kalau ia lagi kedapatan melirik. Ia hanya tersenyum lebar.
Andre adalah seorang insinyur mesin muda di sebuah perusahaan kontaktor ME yang merupakan sub kontraktor dari perusahaan tempat aku bekerja. Usia 26 tahun, tinggi dan tampan, karir bagus, tapi belum ada gejala untuk menikah. Aku sudah bekerja hampir 10 tahun di perusahan ini di bagian purchasing. Andre sering sekali datang ke kantorku untuk menagih pembayaran. Sebetulnya ia bisa lakukan itu melalui telepon, atau email, tapi berbagai alasan ia sebut untuk bisa mampir ke kantorku. Kadang ia mengantar kalender, copy tagihan, souvenir, atau ingin mampir saja dengan alasan kebetulan lewat.
Andre suka sekali melihat lenganku, lekukan bentuk buah dada di bajuku, belahan dadaku, atau betisku ketika aku harus beranjak dari meja kerjaku. Padahal aku tidak berpakaian seksi, wajar-wajar aja, selayaknya orang kerja kantoran. Kadang aku sengaja mengambil dokumen di laci lemari atas, dan membiarkan matanya kelayapan ke ketiakku, lalu aku sedikit membungkuk supaya ia puas menatap belahan dadaku. Ah, aku tahulah mata lelaki! Aku selalu mengalihkan pandanganku ke arah lain, kalau ia lagi mengamatiku, kasih kesempatan agar dia puas, dan tidak tertangkap basah dengan tatapanku. Ia juga selalu berusaha untuk bertamu lama di ruanganku, tapi terkadang aku banyak kerjaan, dan Andre kelihatannya memahaminya, tapi aku tidak pernah meninggalkannya sendiri di ruanganku.
“Kapan-kapan boleh saya traktir bu Irma makan siang?” tanya Andre dengan berani kepadaku suatu hari, mungkin karna dia melihat aku terlalu sibuk waktu itu. Aku sih udah bisa menangkap maunya anak muda ini apa. Dia sudah tahu kok kalau pembayaran ke kontraktor selalu telat beberapa bulan. “Ya, bisa. Tapi saya harus atur dulu waktunya ya, pekerjaan saya semakin menumpuk nih” Aku memang biasa keluar kantor untuk masalah banking, atau undangan client, dll. Kadang malah ada usaha gratifikasi supaya urusan bisa cepat selesai, tapi aku selalu menolaknya dengan cara baik.
“Baik bu, saya tunggu kabar baiknya ya,” jawab Andre dengan penuh antusias, selayaknya kontraktor mengharapkan tendernya menang. Bocah ini sudah dalam genggamanku, pikirku.
Nama, tempat dan waktu adalah fiksi semata. Jika ada kesamaaan, mohon untuk tidak dipermasalahkan.
Maaf saya tidak menyertakan ilustrasi, silahkan berimajinasi sendiri. Saran dan kritik saya terima untuk memperbaiki cerita ini.
GAIRAH SWINGER SUAMIKU
PROLOG
PROLOG
Namaku Irma, aku dilahirkan di kota Magetan. Papiku asli Jawa, Mamiku berasal dari Sumatra Selatan. Mami sedikit ada darah Inggris. Menurut cerita mami, kakeknya orang Inggris, dulu pekerja tambang emas perusahaan Inggris di sebuah pedalaman di Pagar Alam. Tambang emas itu mulai beroperasi setelah perang dunia I selesai, dan deposit emasnya habis sekitar tahun 60an. Setelah habis, sebagian orang meninggalkan kampung itu.
Pernah sih kami berkunjung ke Pagar Alam, karna masih ada keluarga mami yang tinggal di sana, dan menyempatkan untuk mengunjungi bekas area tambang emas itu kira-kira 8 tahun lalu. Aku masih melihat gua-gua tambang, sisa-sisa rel lori, bangunan dan peralatan tambang emas tua. Semuanya sudah kosong dan ditinggalkan. Aku juga melihat pekuburan Eropa dan Cina pada masa itu, yang juga sudah tidak terawat. Tapi yang menarik, sebagian besar penduduk di sekitar desa ini putih-putih, tinggi dan kekar. Mami cerita memang mereka sudah merupakan campuran dari Eropa, Cina dan ada juga India. Mereka semua dahulu ikut terlibat dalam pertambangan emas itu.
Suamiku asli Jawa. Ia menilai aku cantik, dengan tinggi 166 cm, bobotku sekarang 68 kg. Di usiaku yang ke 42 tahun, lemak sudah mulai ada di lengan, paha, perut. dll. Ih! sebel sekali rasanya. Sebenarnya aku sudah sangat kontrol makanan, istirahat dan rajin olahraga. Tapi efek faktor usia memang susah untuk dibendung.
Kami sudah 16 tahun berkeluarga, dan dikaruniai 2 orang anak yang masih lucu-lucu. Suamiku 51 tahun dan kira-kira 4 cm lebih tinggi dari aku. Kadang kalau kami berjalan sama-sama, ia kelihatan lebih pendek, karna aku suka menggunakan high heels, ditambah rambutku yang panjang dan lebat. Atau aku yang ke-pedean kali ya, hehe..
Kehidupan sex kami sebenarnya dahsyat, karna memang pada dasarnya aku suka sex. Selama 5 tahun pertama pernikahan kami, rata-rata hampir 4 kali seminggu kami menikmati sex. Kemudian semakin berkurang terus, hingga tahun terakhir ini, kami cuma melakukan itu rata-rata 2 minggu sekali, itupun kadang harus didahului dengan memutar video dewasa. Aku sih masih ingin lebih, tapi kemauan suamiku semakin menurun. Kadang dia bilang stress kerja, atau kelelahan, atau ngantuk. Tapi dia tetap sangat mencintaiku, begitu pun aku. Aku gak mau main curang, cari kenikmatan sendiri di luar. Aku juga tidak pernah curiga kalau dia punya extra marital affair, atau WIL, atau jajan, atau apalah. Tapi kadang memang matanya suka menatap lama perempuan cantik yang masih muda, masih ABG. “Cantik ya pah!”, godaku kalau ia lagi kedapatan melirik. Ia hanya tersenyum lebar.
TARGET
Andre adalah seorang insinyur mesin muda di sebuah perusahaan kontaktor ME yang merupakan sub kontraktor dari perusahaan tempat aku bekerja. Usia 26 tahun, tinggi dan tampan, karir bagus, tapi belum ada gejala untuk menikah. Aku sudah bekerja hampir 10 tahun di perusahan ini di bagian purchasing. Andre sering sekali datang ke kantorku untuk menagih pembayaran. Sebetulnya ia bisa lakukan itu melalui telepon, atau email, tapi berbagai alasan ia sebut untuk bisa mampir ke kantorku. Kadang ia mengantar kalender, copy tagihan, souvenir, atau ingin mampir saja dengan alasan kebetulan lewat.
Andre suka sekali melihat lenganku, lekukan bentuk buah dada di bajuku, belahan dadaku, atau betisku ketika aku harus beranjak dari meja kerjaku. Padahal aku tidak berpakaian seksi, wajar-wajar aja, selayaknya orang kerja kantoran. Kadang aku sengaja mengambil dokumen di laci lemari atas, dan membiarkan matanya kelayapan ke ketiakku, lalu aku sedikit membungkuk supaya ia puas menatap belahan dadaku. Ah, aku tahulah mata lelaki! Aku selalu mengalihkan pandanganku ke arah lain, kalau ia lagi mengamatiku, kasih kesempatan agar dia puas, dan tidak tertangkap basah dengan tatapanku. Ia juga selalu berusaha untuk bertamu lama di ruanganku, tapi terkadang aku banyak kerjaan, dan Andre kelihatannya memahaminya, tapi aku tidak pernah meninggalkannya sendiri di ruanganku.
“Kapan-kapan boleh saya traktir bu Irma makan siang?” tanya Andre dengan berani kepadaku suatu hari, mungkin karna dia melihat aku terlalu sibuk waktu itu. Aku sih udah bisa menangkap maunya anak muda ini apa. Dia sudah tahu kok kalau pembayaran ke kontraktor selalu telat beberapa bulan. “Ya, bisa. Tapi saya harus atur dulu waktunya ya, pekerjaan saya semakin menumpuk nih” Aku memang biasa keluar kantor untuk masalah banking, atau undangan client, dll. Kadang malah ada usaha gratifikasi supaya urusan bisa cepat selesai, tapi aku selalu menolaknya dengan cara baik.
“Baik bu, saya tunggu kabar baiknya ya,” jawab Andre dengan penuh antusias, selayaknya kontraktor mengharapkan tendernya menang. Bocah ini sudah dalam genggamanku, pikirku.