Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Gagahnya Anakku

Antingmama

Semprot Lover
Daftar
14 Jul 2017
Post
249
Like diterima
1.996
Bimabet
Cerita ini terinspirasi dari salah satu situs di media sosial dengan beberapa perubahan.

Perkenalkan namaku Ani, usiaku 42 seorang ibu rumah tangga biasa yang memiliki usaha sampingan butik baju wanita. Suamiku bernama Aris berusia 45 tahun seorang pengusaha konstruksi yang sibuk berbisnis keluar kota. Perawakanku tinggi 165 cm, berat 65 kg, kulit kuning langsat, rambut sebahu lebih sedikit, payudara 36B.

Aku mempunyai tiga orang anak. Dua laki-laki dan satu perempuan. Dafi berumur 19 tahun, baru mulai kuliah. Deri berumur 14, kelas 8 SMP, sedangkan Ani berumur 10 tahun, kelas 4 SD.

Dafi dan Deri anak yang baik. Aku belum pernah mendengar mereka berebut kamar mandi. Tapi pagi itu Deri mau berangkat pagi-pagi ke sekolah, dan Dafi juga mau berangkat pagi-pagi ke kampus. Mereka berebut kamar mandi, masing-masing tidak mau kalah.

“Kalian berdua laki-laki, mandi bareng saja, kenapa?” kataku menengahi mereka daripada mendengar suara mereka berdua ribut pagi-pagi.

Dafi dan Deri menurut. Mereka mandi bareng. Tak lama kemudian Deri sudah berpakaian rapi dan membawa tas sekolahnya ke meja makan untuk sarapan pagi.

“Mana Kakakmu, Dek?” tanyaku.

“Masih di kamar, ngambek kali?” jawab Deri sambil menikmati sarapan pagi.

“Ngambek kenapa?”

“Nggak tau...”

“Kalau gitu, Mami mau melihat Kakakmu. Selesai makan, piring kotor taruh di bak ya, Dek?” kataku pada Deri.

Aku pergi menemui Dafi yang masih berada di dalam kamar. Dafi satu kamar tidur dengan Deri. Aku membuka pintu kamar dan ternyata Dafi belum berpakaian. Ia duduk di tepi tempat tidur masih mengenakan handuk dengan muka cemberut.

“Kamu kenapa belum berpakaian, sayang?” tanyaku.

“Deri bilang kontol aku kecil, Mi!”

Astaga!

Aku bagaikan disambar petir di siang bolong mendengar jawaban dari Dafi, karena seumur-umur baru pagi ini aku mendengar Dafi bilang “kontol”. Tapi aku berusaha tidak menunjukan rasa terkejutku pada Dafi. “Memangnya tadi waktu kalian mandi bareng saling pamer?” tanyaku.

“Nggak sih, Mi. Tadi kami ngocok. Tapi sewaktu kontolku sudah tegang, Deri mentertawakan kontol aku, katanya kecil. Memang sih Mi, kontol Deri lebih panjang dari kontol aku..”

“Seberapa panjang sih punya Deri?” tanyaku.

“Segini, Mi!” Dafi menunjukan 2 jari telunjuknya. Kalau dikira-kira panjang penis Deri sekitar 12 atau 13 senti.

“Punya kamu?”

“Segini...” Dafi membuka handuknya.

“Opp... oppp... oppp...” seruku, tapi sudah terlambat aku mencegah Dafi supaya tidak membuka handuknya.

Penis Dafi sudah berbulu banyak. Menurut aku, penis Dafi memang pendek untuk laki-laki seusia Dafi. Tapi aku sebagai seorang ibu tentu tidak bisa membela salah satu orang anak. “Nggak juga, sayang!” kataku menjulurkan tangan memegang penis Dafi begitu saja. Maksudku untuk menghibur Dafi.

Terdengar Deri berseru di depan pintu kamar. “Mi, Deri berangkat ke sekolah, ya?”

“Iya, hati-hati, sayang.” jawabku sambil memegang penis Dafi.

Suamiku juga sudah berangkat ke kantor sejak tadi, sekalian mengantar Ani ke sekolah. Sekarang tinggal aku dengan Dafi di rumah.

“Mami bohong!” teriak Dafi.

“Kamu anak Mami, Deri juga anak Mami. Mami nggak bohong, sayang! Lagi pula ngapain kamu pengen penis yang panjang?” kataku.

“Deri ngomong, cewek suka kontol yang panjang,”

“Nggak, sayang. Contohnya Mami. Penis Papimu juga nggak panjang. Nih, coba kamu lihat, sudah sebesar begini...” kataku. Penis Dafi menjadi tegang karena elusan tanganku.

“Aku belum puas, Mi. Kalau Deri melihat kontol aku, pasti ia mentertawakan aku lagi,”

Bagaimana aku harus menjelaskannya pada Dafi? Apakah aku perlu mengajarinya bermain seks supaya ia percaya kalau penisnya itu mampu menaklukan perempuan?

Pikiran gila. Nggak mungkin, jangan... jangan... kata hati kecilku. Tapi, kalau aku tidak membuktikannya pasti ia akan memusuhi adiknya. Tentu aku tidak ingin kedua anakku ini bentrok karena hal yang sepele begini, tapi penting bagi masa depannya, dan selain itu agar Dafi bangga pada apa yang ia miliki sebagai seorang laki-laki.

“Sudah, sekarang kamu pergi kuliah dulu, nanti Mami jelaskan lagi pada kamu,” kataku supaya aku punya waktu untuk berpikir atau konsultasi dengan suamiku.

“Nggak! Aku nggak mau kuliah!” seru Dafi.

Aku ingin menangis saat itu. Salahku juga, kenapa tadi aku menyuruh mereka mandi berdua? Aku seperti telur di ujung tanduk. Goyang ke kiri jatuh, goyang ke kanan juga akan jatuh. Aku harus memutuskannya sekarang!

“Kamu baring!” suruhku kemudian.

Dafi menurut.

“Tapi kamu jangan cerita pada siapa pun, ya?” kataku sambil melepaskan celana dalamku dari balik dasterku.

Aku merinding melihat penis Dafi yang berdiri tegak. Bukan panjang, tapi besar. Aku mengangkangi paha Dafi. Aku tidak berani duduk, tapi aku merebahkan tubuhku yang masih berpakaian menindih tubuh Dafi, kemudian aku menyatukan kepala penis Dafi dengan liang vaginaku.

Aku benar-benar menahan napas saat aku menekan penis Dafi supaya masuk ke dalam vaginaku. Tidak mudah meskipun vaginaku sudah pernah melahirkan 3 orang anak, apalagi dalam keadaan yang tidak tenang.

“Bantu Mami, dong!” kataku pada Dafi.

“Iya, Mi!” jawab Dafi dan aku semakin tidak bisa mengendalikan napasku saat Dafi menekan penisnya masuk ke dalam vaginaku.

Aku sampai mendesah,: “Oooogghhh...”

Apalagi kemudian Dafi mengocok penisnya di dalam liang vaginaku. Aku terangsang, sehingga Dafi mau minta apapun dariku, aku berikan padanya. Tubuhku telanjang di depan Dafi. Dafi mengisap puting payudaraku dengan nikmat sembari batang penisnya yang keras menghujam-hujam liang vaginaku.

Beberapa saat kemudian, Dafi membalik tubuhku. Ia berada di atas, aku berada di bawah. Abang sayur memanggil aku, akupun tidak menghiraukannya lagi ketika penis Dafi menggenjot liang vaginaku dengan tenaga penuh.

“Tahan, Dafi. Tahan... jangan bergerak dulu,” kataku.

Aku orgasme. Tapi aku mencoba menyembunyikannya agar tidak diketahui oleh Dafi. Setelah beberapa saat beristirahat, penis Dafi kembali memompa vaginaku. “Oooo.... Mamiii... Mamiii.... “ seru Dafi dengan napas terengah-engah sembari menekan kuat-kuat penisnya di dalam vaginaku. “Ooooo.... aku pengen anak dari Mamiiii...” rintihnya.

Aku kaget, tapi tidak bisa berbuat apa-apa karena spermanya sudah menyembur di rahimku. Dafi bangun dari tubuhku. “Masih berani bilang penismu kecil? Gagah begitu...” kataku.

Dafi tersenyum. “Terima kasih ya, Mi.” ucapnya mengecup bibirku.

Aku tidak pernah menyesali apa yang telah terjadi antara aku dengan Dafi, karena Dafi-lah yang memberikan aku kenikmatan yang sebenarnya. Dan ia juga begitu memperhatikan aku. Ia mengambil tissu membersihkan vaginaku, tidak langsung tidur di sampingku seperti Papi-nya.

Dafi jadi pergi ke kampus, meski agak siang. Aku tidak tahu harus mengerjakan apapun setelah itu. Suamiku menelepon, aku pun menjawabnya dengan tergagap-gagap. Untung ia tidak curiga.

Kemudian aku begitu mengharapkan Dafi cepat pulang dari kampus. Setengah 3, Deri dan Ani pulang dari sekolah. Keduanya makan sebentar, lalu Ani pergi les piano, sedangkan Deri pergi les bahasa Inggris.

Tidak lama setelah kedua adiknya pergi, Dafi pulang. Ia langsung masuk ke kamar. Aku pergi mandi. Dan saat aku sedang duduk nonton televisi, Dafi keluar dari kamar langsung menuju ke kamar mandi. Dafi mandi.

“Kamu mau pergi lagi, Nak?” tanyaku saat Dafi melangkah sampai di ruang tengah, tempat aku sedang menonton televisi.

“Nggak, Mi. Nonton apa sih, Mi?” jawabnya melangkah mendekati aku. “Cabe lagi mahal ya, Mi?”

“Iya, seratus tiga puluh ribu sekilo. Tadi bagaimana, biasa mengikuti kuliah?” tanyaku.

“Bisa dong, Mi.”

“Jadi, sudah tenang kan? Nggak mikirin yang tadi pagi lagi?”

Dafi tersenyum. “Uppp... uppp... upp... jangan!” kataku ketika Dafi mau melepaskan handuknya. Tapi tangannya lebih cepat dari ucapanku.

Ia berdiri telanjang di depan aku, lalu ia mencium keningku. Darahku berdesir. Sungguh, aku tidak bisa memaafkan diriku ketika tanganku sudah memegang penis Dafi. Kucium penis Dafi yang wangi, lalu kukeluarkan lidahku menjilatnya. Penis Dafi menegang keras.

Aku elus pelan-pelan dengan lidahku, lalu kumasukan ke dalam mulutku. Ketika kuisap, pantat Dafi bergerak maju-mundur. “Ooohhhh... ssshhh.... enakkk... Mii...” desah Dafi.

Cairan di vaginaku rasanya mengalir deras. Dafi terus mengocok penisnya di dalam mulutku sambil mendesah dan merintih. Kemudian tangannya menahan kepalaku, sherrrr.... shherrrr.... cairan hangat dari penis Dafi menyembur di dalam mulutku.

“Maafkan aku, Mi.” kata Dafi mengeluarkan penisnya dari mulutku.

Kutelan begitu saja air mani Dafi. Dafi mencium bibirku. Aku yang masih terangsang, tidak bisa menahan diri. Aku melumat bibir Dafi. Dafi membalas dengan memainkan lidahku dengan lidahnya. Payudaraku diremas.

Aku semakin lupa diri. Dafi melepaskan semua pakaianku, dan bertelanjanglah aku di sofa. Dafi berjongkok. Aku mengangkat kedua kakiku ke atas sofa, lalu kubuka kedua pahaku lebar-lebar membiarkan mulut Dafi mengisap lendir vaginaku. Lidahnya terasa menukik dan menusuk liang vaginaku. Sungguh aku tak tahan.

“Teruss... Naakkk... ooohhh... enakkk... “ rintihku tanpa sadar.

Dafi merobohkan aku di sofa. Sebentar kemudian, penisnya yang besar sudah menggenjot liang vaginaku. Tusukan demi tusukan penisnya membuat aku mengerang. “Mami mau orgasme, sayang..” kataku kali ini tidak malu lagi.

Dafi memberikan aku kesempatan orgasme. Setelah itu penisnya menggenjot lagi liang vaginaku yang basah kuyup. Plookk... plookk... pllookkk.... Lendir vaginaku keluar banyak sekali.

“Aku mau anak dari Mamiii...” erang Dafi menyemburkan spermanya di rahimku kemudian.

Dafi terkulai lemas di atas tubuhku. Aku mengelus punggungnya. Dan sejak sore itu, hari-hari berikutnya aku tidak bisa menghentikan Dafi menyetubuhi aku. Dafi memberikan rasa yang berbeda dengan Papi-nya dan harus kuakui hal tersebut.
 
Terakhir diubah:
pada akhirnya dery mengetahui. hubungan mami dan kakaknya lalu minta jatah juga...lama lama 3s deh
 
Ah mantep ini, adk nya jg lah msh kecil tp panjang
 
Aduh mantap ini. kontol adik nya juga boleh nih di coba sama mama nya. saran suhu. diam diaman aja coba adik main sama mama nya juga. pasang tenda dulu hu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd