Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Part 45


Ketika aku sedang asyik - asyiknya mengentot Bunda, wajah Bu Anjani berkelebatan terus di dalam terawanganku. Padahal kurang bagaimana lagi Bunda ini. Ya cantik ya seksi dan kelihatannya sudah sangat menyayangiku. Meski baru beberapa jam Ayah mempertemukanku dengan Bunda, tapi aku merasa seolah sudah bertahun - tahun mengenal wanita yang sedang kuentot ini. Ya, tiada yang kurang pada diri Bunda. Lalu kenapa ketika aku sedang menyetubuhinya ini wajah cantik STW yang pernah jadi kepala sekolahku itu berkelebatan terus di pelupuk khayalanku ?

Dan gilanya, ketika aku membayangkan seolah tengah menyetubuhi Bu Anjani, persetubuhanku dengan Bunda ini jadi semakin nikmat rasanya.

Bunda pun mulai “berkicau”, mungkin di luar kesadarannya, “Aseeep ... ooooooooh .... Seeeep ... kenapa ya ... dientot sama Asep ini luar biasa enaknya .... kenapa beda dengan Ayah yaaaa ... ooooooh .... Seeeep ... entot terus Seeeep ... “

Aku tidak peduli lagi dengan Ira yang belum muncul juga dari kamar mandi. Mungkin Ira sedang mandi. Dan biasanya kalau perempuan sedang mandi, banyak yang suka berlama - lama di kamar mandi.

Biarlah Ira mandi sebersih dan sepuas mungkin. Aku akan fokus pada Bunda saja, yang sedang kuentot segencar mungkin. Mulut dan tanganku pun ikut beraksi. Tanganku meremas toket kanan Bunda, sementara lidahku menjilati lehernya, telinganya dan bahkan juga ketiaknya yang tercium harum deodorant.

Bunda pun semakin bergeliang geliut, laksana seekor belut baru ditangkap orang.

Namun istimewanya, bokong Bunda tetap bergoyang karawang. Maju mundur, mendongak dan menukik, memutar - mutar dan meliuk - liuk dengan erotisnya. Membuat kontolku dibesot - besot terus oleh dinding liang memeknya.

Tapi ketika aku sedang gencar - gencarnya mengentot lian g memek Bunda, tiba - tiba istri muda Ayah itu berkelojotan. Lalu mengejang seperti orang terserang penyakit epilepsi.

Pada saat itulah Bunda mencengkram sepasang bahuku dan meremasnya kuat - kuat. Pada saat yang sama Ira pun muncul dari kamar mandi dan menyaksikan Bunda yang tengah mengejang sambil melepaskan lendir libidonya, disertai dengan mengedut - ngedutnya si liang memek.

Aku memberi isyarat agar kimono yang dikenakan oleh Ira dilepaskan. Karena aku akan menyetubuhinya.

Ira megerti isyaratku. Lalu kimono putih yang pasti diambilnya dari kamar mandi itu dilepaskannya. Sehingga tubuh outih mulusnya langsung telanjang bulat, karena ia tidak mengenakan apa - apa lagi di balik kimono putih itu.

Ira memang sedikit lebih putih daripada Bunda. Posturnya serba sedang. Tinggi langsing tapi tidak kurus. Toketnya agak gede tapi tidak segede toket Bunda. Bokongnya pun semok, tapi tidak sesemok bokong Bunda. Namun tubuhnya lebih tinggi daripada Bunda.

Setelah aku mencabut kontolku dari liang memek Bunda, Ira pun menghampiriku dengan senyum manis di bibirnya.

“Kenapa lama banget di kamar mandi ? Mandi dulu tadi ?” tanyaku sambil bersila dan menarik Ira agar duduk di atas kedua pahaku.

“Nggak mandi. Cuma bersih - bersih. Tadi udah selesai sebentar juga. Tapi waktu mau keluar dari kamar mandi wah ... ternyata lagi pada begituan. Makanya aku masuk lagi ke kamar mandi, sambil menunggu kalian selesai. “

“Harusnya tadi langsung gabung di sini, biar seru. Eee ... malah ngumpet, “ ucapku sambil memainkan pentil toket Ira.

“Ira belum banyak pengalaman Sep. Makanya aku ajak gabung sama kita, biar jam terbangnya nambah, “ kata Bunda sambil turun dari bed. Lalu melangkah menuju kamar mandi.

Setelah Bunda masuk ke kamar mandi, Ira berkata setengah berbiisk, “Aku ingin fokus menikmatinya. Bisa bawa aku ke kamar lain ? Biar kakakku gak usah menyaksikan kita begituan. ”

Aku menatap wajah cantik seperti wajah tanpa dosa itu. “Bisa di ruang tamuku. Tapi gak ada tempat tidur di situ. “

“Biarin, “ sahutnya, “ Di lantai juga mau, asalkan jangan dilihat sama Teh Sari. Malu. “

“Oke, “ sahutku sambil mengajak Ira menuju ruang kerjaku. Lalu menyuruhnya duduk dulu di ruang tamu owner hotel.

Setelah Ira duduk, aku kembali lagi ke kamar pribadiku. Dan langsung membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci.

Bunda sedang mandi. Kutepuk pantatnya sambil berkata, “Ira minta di kamar lain. Malu sama Bunda katanya. Nanti setelah selesai mandi, Bunda istirahat aja dulu ya. “

“Hihihiiii ... Ira memang pemalu Sep. Ya ikuti aja kemauannya. Tapi sisakan tenaga untuk bunda. Pengen ngerasain Asep ngecrot di dalam memek Bunda, “ sahutnya.

Aku mengangguk. Lalu kukecup bibir ibu tiriku yang jelita dan seksi itu.

Kutinggalkan kamar mandi dan masuk ke ruang kerjaku. Pintu yang menghubungkan ruang kerja dengan kamar pribadiku pun kututup dan kukunci. Kemudian menghampiri Ira yang sedang memeluk kimononya.

“Sudah aman. Aku barusan bilang dulu sama Bunda, supaya dia gak kebingungan nyari kita nanti, “ kataku sambil duduk di samping Ira.

“Nanti dia takkan ke sini ?” tanyanya.

“Gak bisa. Kan pintu ruang kerjaku sudah kukunci barusan. “

“Hihihiiii ... kasian dia terkurung sendiri di kamar ya. “

“Tau gak ? Aku sudah dua kali ngentot Bunda. Tapi aku berusaha menahan agar jangan ngecrot dulu. Karena aku ingin ngecrot di dalam memekmu, “ kataku sambil duduk di atas karpet lantai, sambil merenggangkan kedua belah paha Ira yang duduk di sofa.

“Aku sih hamil juga mau kalau Asep yang menghamiliku. “

“Jangan hamil dulu. Aku ingin menikmati memekmu sepuasnya dulu. Makanya nanti akan kukasih pil kontrasepsi. “

“Katanya mau menjadikanku simpanan Asep. “

“Iya. Tapi jangan hamil dulu. Usia Ira juga masih sangat muda kan ? Nanti hamil sih setelah usia kita duapuluhlimaan. “

“Iya deh. Aku mau ikut kemauan Asep aja. “

Lalu Ira tak bicara lagi, karena aku sudah mulai menjilati memeknya yang berjembut pendek ini.

Sesekali kungangakan bibir luar kemaluannya, sehingga bagian dalamnya yang berwarna pink itu terlihat jelas. Dan aku menyaksikan sesuatu yang membuatku bertanya - tanya di dalam benakku, kenapa arah menuju liang memeknya masih terkatup rapat seperti perawan ?

Tapi aku tidak memasalahkannya, karena aku sedang asyik menjilati memek Ira yang terasa serba fresh menurut penilaianku.

Sambil menjilati memeknya, aku pun mengelus - elus kelentit Ira yang mulai membesar dan menegang, yang tadinya sebesar biji kacang hijau jadi sebesar biji kacang kedelai (Menurut hasil penelitian para ahli, clitoris / kelentit itu bisa membesar 3 kali lipat pada waktu perempuannya sedang dilanda nafsu birahi, juga menjadi tegang seperti penis pria)

Karena melihat bentuk liang memek Ira yang masih serba terkatup rapat, aku pun habis - habisan menjilati memeknya. Bahkan ketika Ira terkejang - kejang, yang aku yakin sedang orgasme, aku tetap menjilati memeknya dengan “rajin”. Ini untuk menjaga segala kemungkinan dan agar kontolku bisa masuk dengan lancar.

Ternyata dugaanku benar. Ketika aku berusaha membenamkan kontolku ke liang memek Ira yang sudah basah kuyup oleh air liurku itu, ternyata sulit sekali.

Sampai akhirnya Ira kusuruh menelentang di atas meja tulis di ruang kerjaku. Ira menurut saja. Naik ke atas meja tulis yang sudah kupindahkan berkas - berkas yang menumpuk ke tempat lain. Lalu kakinya kujuntaikan ke bawah, sementara memeknya sejajar dengan pinggiran meja tulisku.

Kuperiksa keadaan mulut memek Ira sambil berkata, “Kamu kayak masih perawan Ra. “

Di luar dugaanku Ira menjawab, “Memang aku belum pernah disetubuhi oleh mantan suamiku. “

“Haaa ?! Kok bisa ? ” aku kaget juga mendengar pengakuan Ira itu.

“Habisnya, malam pertama aja aku kena tampar sampai biru pipiku berhari - hari. Pengantin lain dimanjakan oleh suaminya di malam pertama. Aku malah ditampar, gara - gara ngobrol dengan mantan pacarku yang datang di resepsi pernikahanku. Makanya di malam pertama aku malah kabur ke rumah ibuku. “

“Terus pada hari - hari selanjutnya gimana ?”

“Dia tetap pencemburu dan kasar. Makanya aku lebih banyak tidur di rumah ibuku. Baru pulang ke rumah suami kalau sedang haid. Biar dia gak bisa ngapa - ngapain. Begitulah ceritanya. Sampai akhirnya kami bercerai. Statusku memang janda. Tapi sebenarnya aku masih perawan, sampai detik ini. Makanya aku ngajak di kamar lain mainnya, karena Teh Sari pun tidak mengetahui kenyataan yang sebenarnya ini. “

Aku mengerti pada kisah singkat itu. Dan aku jadi berkewajiban untuk menyayangi Ira nantinya, karena ternyata dia masih perawan, meski pun statusnya janda.

Kini aku harus berjuang untuk menerobos keperawanannya. Dan memang tidak mudah. Sehingga aku harus dibantu oleh lotion, untuk melicinkan liang memek Ira yang masih virgin itu.

Dengan segala cara kuperjuangkan agar kontolku bisa masuk ke dalam liang memek yang super sempit ini. Dan akhirnya perjuanganku berbuah kemenangan. Sedikit demi sedikit kontol ngacengku mulai memasuki liang memek Ira yang luar biasa sempitnya ini.

Pada saat itu aku masih berdiri, sementara Ira celentang di atas meja kerjaku, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai. Dalam posisi ini, ketika aku mulai mengentotnya perlahan - lahan dulu, aku sudah bisa melihat saksi bisu itu. Bahwa kontolku mulai diselaputi oleh lapisan darah ... darah perawan Ira ... !

Kenyataan ini membuatku bahagia. Karena ternyata cewek yang tadinya kusangka sudah “amburadul”, ternyata masih suci. Bahkan akulah yang mengambil kesuciannya.

Ketika kontolku mulai agak lancar mengentot liang memek Ira, tiba - tiba aku teringat bahwa di ruang tamu owner hotel ada sofa tanpa sandaran yang besarnya kira - kira sama dengan single bed.

Maka pada suatu saat, kuangkat badan Ira yang sudah kusuruh untuk memeluk leherku. Lalu kubawa Ira ke sofa tanpa sandaran itu, sementara kontolku masih berada di dalam jepitan liang memek Ira.

Waktu merebahkan Ira di sofa pun aku melakukannya dengan hati - hati, karena aku tak mau kontolku terlepas dari memeknya meski cuma untuk 1-2 detik.

Dan ketika Ira sudah terlentang di bawah himpitanku, terasa ada yang lain dari biasanya. Sehingga aku sempat juga menanyakannya, “Tinggimu berapa Ra ?”

“Seratusdelapanpuluh sentimeter, “ sahutnya.

“Gila ... aku baru sadar kalau kamu lebih tinggi dariku.Tinggiku cuma seratustujuhpuluhlima sentimeter, “ ucapku.

“Cuma beda lima senti. Gak masalah, “ kata Ira.

Ya masalah lah. Masa tubuh cowok lebih pendek daripada tubuh cewek ? Tapi biarlah. Yang penting, kontolku panjang. Dan kini mulai asyik mengentot liang memek Ira yang super sempit ini.

Namun kali ini aku tak ingin gagah - gagahan, karena diam - diam aku mulai merasa sayang kepada Ira ini. Maka ketika Ira terkejang - kejang sambil menahan nafasnya, aku pun buru - buru menancapkan kontolku sedalam mungkin. Karena ingin menikmati “bucat bareng” bersama Ira tersayang.

“Ooooo ... ooooooo .... oooooooooooooooohhhhhh ... “ Ira menghembuskan nafasnya yang barusan tertahan 2-3 detik.

Lalu terasa liang memeknya berkedut - kedut samar, dibalas dengan mengejut - ngejutnya kontolku yang sedang memuntahkan lendir maniku.

Crooottt ... crettttt ... croooooooooooooooooootttt ... cretttcrettt ... crooooooooooooottttttt ... croooooooooooooooootttttttttttttttttttt ... !

Ini adalah persetubuhanku yang tersenyap selama ini. Karena Ira tidak mendesah mau pun merintih. Hanya terkadang ia mendesah perlahan. Itu Saja.

“Tadi terasa sakit gak ?” tanyaku setelah melepaskan kontolku dari dalam liang memek Ira.

“Nggak. Pada waktu baru dimasukin, memang agak sakit. Tapi gak sesakit digampar oleh mantan suamiku, “ sahutnya sambil mengepalkan tinjunya.

“Terus setelah bersamaku, bagaimana perasaan Ira sekarang ?”

Dengan manja Ira merapatkan pipinya ke dadaku sambil menjawab perlahan, “AKu merasa nyaman bersama Asep ... merasa dilindungi dan disayangi ... “

Kuusap - usap rambut Ira dengan lembut. “Aku memang sudah merasa sayang padamu Ra, “ kataku.

Setelah memberikan pil kontrasepsi, yang langsung ditelannya oleh Ira dengan bantuan air mineral, aku mengajaknya bergabung dengan Bunda kembali.

Bunda tersenyum - senyum kepada adiknya sambil berkata, “Iraaa ... Iraaa ... pake malu - malu segala sama kakak kandung juga ... “

“Dia sama sekali belum pernah merasakan bersetubuh Bunda, “ kataku ingin membela Ira.

“Maksud Asep ?” Bunda menoleh padaku.

“Karena merasa trauma ditempeleng oleh mantan suaminya di malam pertama, Ira sama sekali gak mau diusetubuhi oleh mantan suaminya. “

“Jadi ?” Bunda tampak bingung.

“Tadi aku sudah membuktikannya, “ sahutku, “ Sebelum kusetubuhi, Ira masih perawan Bunda. “

“Betul Ra ?” Bunda menoleh pada adiknya.

“Betul, “ sahut Ira.

“Kok sama keluarga kamu gak pernah ngomongin masalah ini ?” tanya Bunda.

“Kalau berterus terang, pasti keluarga nyalahin aku semua. Karena aku dianggap gak mau meladeni suami. Tapi siapa mau meladeni suami yang pencemburu dan berangasan gitu ?! ”

Bunda menepuk - nepuk pipi Ira sambil berkata, “Gak nyangka, begitu kejadian yang sebenarnya ya. Tapi malah untung Asep dong, seperti sengaja disuguhin perawan sama bunda. “

“Aku akan bertanggungjawab Bunda, “ sahutku, “Ira akan kutempatkan di sebuah rumah yang layak, yang jaraknya tidak jauh dari hotel ini. Untuk keperluan sehari - harinya, aku yang akan menanggungnya. Pokoknya Ira juga berhak untuk menikmati kebahagiaan di dunia ini. Bukan sekadar jadi tempat pelampiasan kegeraman seperti yang telah dilakukan oleh mantan suaminya. “

“Iya, terimakasih atas perhatian Asep pada adik kesayangan bunda ini. Terus ... Asep belum ngecrot juga ?” tanya Bunda sambil mencubit lenganku.

“Udah, barusan di memek Ira, ya Ra ?”

“Iya, “ Ira mengangguk, “Sampai membludak ke luar saking banyaknya. “

“Waduuuh ... sama bunda sampai dua kali wikwik gak mau ngecrot. Malah di dalam memek Ira ngecrotnya ya, “ ucap Bunda sambil menonjokkan telunjuknya ke perutku.

“Nanti ada gilirannya ngecrot di dalam memek Bunda. Bunda dan Ira kan bakal tujuh hari tujuh malam tinggal di sini. Tiap hari pasti ada kegiatan ena-ena, “ kataku.



Memang begitulah kenyataannya. Meski tidak habis - habisan, tiap hari ada kegiatan sex di kamar pribadiku ini. Dan makin lama aku makin sayang saja rasanya kepada Ira itu.

Kebetulan Bunda tidak cemburu, bahkan tampak senang melihatku memanjakan Ira dengan caraku sendiri.

Keesokan harinya kutepati janjiku. Untuk membawa mereka ke FO terdekat dengan hotel. Tentu aku tak berani membawa mereka ke FOku sendiri. Karena kalau Bunda dibawa ke sana, bisa perang sama Mama Lanny nanti.

Mereka sangat puas nkelihatannya. Karena aku membebaskan mereka untuk membeli apa pun dik FO itu. Bahkan sepulangnya dari FO itu, kubawa mereka ke toko sepatu paling terkenal di kotaku. Dan kupersilakan mereka memilih sepatu yang mereka sukai.



3 hari kemudian, ketika aku sedang memantau bursa saham di ruang kerjaku, tiba - tiba ada WA masuk dari nomor tidak kukenal. Ternyata dari Bu Anjani. Tentu saja nomornya tidak kukenal, karena aku belum menyimpan nomor Bu Anjani di hapeku, sementara Bu Anjani sudah mendapatkan nomorku dari kartu nama yang kuberikan padanya.

Isi WA dari Bu Anjani itu singkat tapi mendebarkan : -Apa kabar Sep ? Sehat kan ? Ibu kok ingat Asep terus. Kenapa ya ?-


Aku tersenyum sendiri. Lalu kubalas : - Sehat Bu. Mungkin ada getaran batin dariku, karena aku pun ingat Ibu terus. Tapi aku masih ngurus bisnisku Bu. Mungkin 3-4 hari lagi baru selesai. Jadi 3-4 hari lagi kita bisa berjumpa ya Bu -

Bu Anjani : -Jadi Asep juga ingat ibu terus ? Lantas kalau ibu datang ke hotel Asep, ibu ini mau diapain ?-

Aku : - Memangnya Ibu udah siap untuk diapa - apain olehku ?-

Bu Anjani : -Malah maunya malam ini diapa - apain sama Asep -

Aku : -Kan akunya juga lagi sibuk Bu -

Bu Anjani : -Demi ibu, gak bisa nyuri - nyuri waktu bangsa tiga atau empat jam ?-

Aku : -Hotel lagi penuh tamu. Bagaimana seandainya kujemput Ibu untuk ke villaku malam ini ?-

Bu Anjani : -Ngapain susah - susah ke villa segala ? Asep ke rumah ibu aja sekarang. Nanti apa pun yang Asep mau, akan ibu kasih -

Aku : -Tapi kalau di rumah Ibu, takkan menggemparkan seisi rumah Ibu ?-

Bu Anjani : - Seisi rumah siapa ? Ibu kan tinggal sendirian sekarang Sep -

Aku : -Anak - anak Ibu ke mana ? -

Bu Anjani : -Anak - anak siapa ? Ibu gak punya anak seorang pun Sep-

Aku : -Haaa ?! Dulu suka lihat anak - anak bermain di halaman rumah Ibu itu siapa ?-

Bu Anjani : - Paling juga keponakan ibu yang lagi main sama anak tetangga-

Aku : -Begini Bu... Demi Ibu aku akan ke situ sekarang. Tapi nanti kalau sudah dekat, aku mau call Ibu, supaya pintu garasinya dibukain. Jadi begitu aku datang, langsung masukin mobil ke garasi Ibu. Supaya gak ada orang tahu kalau aku sedang berada di rumah Ibu-

Bu Anjani : -Iya. Ibu tunggu ya-

Aku : -Oke. Emwuaaaaaach....-

Bu Anjani : -Emwuaaaach ... I love you ... emwuaaaach-

Aku : -I Love you too -

Kemudian aku masuk ke kamar pribadiku. Kulihat Bunda sedang tidur nyenyak. Maka aku menghampiri Ira yang sedang nonton tv. “Ira cantik, aku mau nungguin barang yang baru datang di pabrik garmentku. Mungkin sampai besok siang baru selesai bongkar muatannya, “ kataku perlahan, agar tidak membangunkan Bunda.

“Iya. Pulangnya besok siang ?” tanya Ira.

“Mungkin besok siang, mungkin juga besok malam. Karena aku belum tau sebanyak apa barang yang baru datang itu. Kalau mau makan tinggal minta aja ke kitchen atau ke rumah makan di depan ya. “

Ira mengangguk. Lalu aku mengenakan baju yang cocok untuk malam hari. Celana hitam dan baju kaus hitam ditutup lagi oleh jaket kulit berwarna hitam pula.

Ira tampak seperti kagum melihatku sudah berdandan. Bahkan ia memeluk dan mencium bibirku, diikuti dengan bisikan, “Hati - hati di jalan Sayang. Aku cinta kamu. “



Hari sudah jam 10 malam ketika aku mengeluarkan mobilku dari tempat parkiran mobilku. Namun kalau sudah malam begini, lalu lintas mulai lengang, sehingga aku bisa memacu mobilku dalam kecepatan tinggi.

Tak sampai sejam kemudian mobilku sudah mendekati kampungku. Setelah tiba di pertigaan, di mana kalau menuju rumah Ayah harus belok ke kiri dulu, sementara untuk menuju rumah Bu Anjani lurus terus, aku pun memijat nomor hape Bu Anjani.

“Udah di depan toko pupuk Bu, “ kataku setelah call-ku dibuka oleh Bu Anjani.

“Oke, “ sahutnya sambil menutup lagi sambungan seluler kami.

Mobilku merayap perlahan sampai di depan rumah Bu Anjani yang terletak di sebelah kanan jalan, kubelokkan mobilku menuju pintu garasinya yang sudah dibuka. Kumasukkan langsung mobilku ke dalam garasi. Lalu Bu Anjani menutupkan kembali pintu garasi. Dan menghampiriku dalam keremangan malam karena tiada sebuah lampu pun menyala di dalam garasi ini.

Bu Anjani menyambutku yang baru keluar dari mobil, dengan pelukan erat dan ciuman lahap. Lahap sekali. Seolah seorang wanita yang sudah lama berpisah dengan kekasihnya.

“Entah kenapa aku ingat kamu terus, sampai yang kena pelet. Emang Asep punya ilmu pelet gak ? “ tanya Bu Anjani sambil menuntunku ke pintu belakang garasi yang menghubungkan langsung ke dalam rumahnya.

“Hari gini masa masih percaya yang gituan Bu. Lagian kata orang, kalau pakai ilmu pelet itu takkan bertahan lama. Nantinya rasa cinta pun bisa berubah jadi rasa benci, “

sahutku.

Lalu Bu Anjani mengajakku duduk di ruang keluarga, di atas sofa model jadul. Sofa yang terbuat dari besi vernekelan seperti perak. Joknya menggunakan per (pegas), tidak menggunakan busa seperti sofa zaman sekarang.

“Mau disuguhin apa sekarang ?” tanya Bu Anjani setelah duduk berdampingan di sebelah kiriku.

Aku menjawabnya dengan bisikan, “Yang di bawah perut Ibu aja. “

“Hkhkhkkk ... “ Bu Anjani menahan tawanya, “Itu sih pasti dikasihkan. Bahkan sekujur tubuh ibu boleh Asep miliki, kalau Asep mau. Mau nggak ?”

“Sangat mau Bu Anjani Sayaaaang ... “ sahutku sambil merapatkan pipiku ke pipinya.

“Iya Sayaaang. Ibu akan kasih semuanya Sayaaang ... “ ucap Bu Anjani sambil mencubit pipiku, “Sekarang mau minum apa ? Mau kopi, capucino, teh manis aatau apa ?”

“Kalau ada sih kopi pahit aja Bu, “ kataku.

“Gak pake gula sama sekali ?” tanyanya.

“Iya. Kata para ahli, kopi itu bermanfaat buat kesehatan, tapi jangan pakai gula. “

“Ogitu ya. Ntar ... ibu bikinin dulu kopinya buat sang Pangeran Asep, “ kata Bu Anjani sambil mengusap - usap rambutku. Lalu berdiri dan melangkah ke dapur.

Entah kenapa, aku merasa nyaman sekali berdekatan dengan mangtan kepala sekolahku itu. Bu Anjani bukan sekadar membangkitkan kejantananku, tapi juga seolah mengucurkan kesejukan bagi jiwaku.

Tak lama kemudian Bu Anjani muncul lagi. Semakin jelas betapa cantiknya wanita STW di balik kimono hitamnya itu. Tampak kontras dengan kulitnya yang putih bersih.

Lalu ia meletakkan secangkir kopi di depanku. Dan duduk di samping kiriku sambil memijat - mijat lututku. “Apakah Asep ke sini, bisnisnya gak terganggu ?”

“Nggak. Kan aku punya wakil. Jadi wakil itulah yang kusuruh mengawasi. “

“Sekali ini aja ibu manggil Asep ke sini. Berikutnya ibu akan datang sendiri ke tempat Asep. “

“Iya. Kapan - kapan Ibu akan kubawa juga ke villaku. Tapi letaknya agak jauh. “

“Iya, “ sahut Bu Anjani sambil menarik tanganku dan menyelinapkannya ke balik kimono bagian atas. Dan meletakkan telapak tangannya di atas bukit kembar yang sebelah kiri. Dalam masalah perempuan jam terbangku sudah tinggi. Karena itu kuremas toket kiri Bu Anjani dengan lembut. Toket yang berukuran sedang. Tidak kecil tapi juga tidak gede.

“Masih bagus toketnya Bu ... masih enak buat diremas ... “ ucapku sambil menatap wajah cantik mantan kepala sekolahku itu.

Sebagai jawaban, Bu Anjani memagut bibirku ke dalam ciuman hangatnya. Aku pun melingkarkan lengan kiriku di lehernya. Sementara tangan kananku mulai asyik meremas toket kirinya.

Pada saat yang sama wanita berperawakan tinggi langsing namun tidak kurus itu, diam - diam menurunkan kancing zipper celana hitamku. Lalu menyelinapkan tangannya ke balik celana dalamku. Dan berhasil menggenggam kontolku yang sudah sangat tegang ini. “Panjang sekali Sep, “ ucapnya dengan suara bergetar. Dan dengan tangan gemetar juga meremas kontolku. Namun tak lama kemudian tangan kananku pun sudah berada di permukaan perutnya, lalu kuturunkan sampai menyentuh kemaluannya yang ternyata tak bercelana dalam ini. Kemaluan yang berjembut jarang, tumbuhnya pun hanya di atas memeknya. Sementara memeknya sendiri bersih dari “ilalang”.

“Sejak suami ibu meninggal, ibu belum pernah merasakan hubungan sex. Jadi mungkin kali ini untuk pertama kalinya ibu akan merasakannya lagi, “ ucap Bu Anjani sambil memejamkan matanya. Mungkin sedang menikmati elusan jemariku di kelentitnya yang sudah kutemukan.

Sampai pada suatu saat Bu Anjani berkata setengah berbisik, “Di kamar aja yuk ... biar leluasa ... “

Aku mengangguk sambil mengeluarkan jari tengahku yang sudah basah dari celah memek Bu Anjani. Lalu mengikuti langkah wanita itu ke dalam kamarnya. Kamar yang tertata rapi dengan perabotan serba jadul tapi antik. Dan pasti mahal - mahal juga harganya.

Di dalam kamar yang tertata rapi itulah Bu Anjani melepaskan kimono hitamnya. Sehingga tubuh seksinya jadi telanjang bulat. Aku pun melepaskan jaket kulitku. Disusul oleh baju kaus dan celana panjang serba hitamku. Begitu pula celana dalam kulepaskan. Sehingga aku jadi telanjang juga seperti mantan kepala sekolahku yang cantik rupawan itu.

Lalu aku naik ke atas bed yang kerangkanya terbuat dari pipa besi divernekel, kasurnya pun terasa sangat empuk. Mendekat ke Bu Anjani yang sudah menelentang sambil mengusap - usap memeknya, dengan senyum di bibir sensualnya.

“Tubuh Ibu mulus sekali, “ aku duduk di sampingnya sambil mengusap - usap perut Bu Anjani yang kempis tanpa kerutan. Dan memang aku tidak melihat kerutan di bagian mana pun.

“Tubuh ibu elastis Sep, “ sahutnya, “ Coba liat yaaa ... “

Tiba - tiba Bu Anjani memperlihatkan kebolehannya. Dalam keadaan menelentang itu, kedua kakinya diangkat ke atas, sampai ke bawah kepalanya... !

“Wooow ... amazing ... !” seruku.

Memang luar biasa Bu Anjani itu. Baru sekali ini aku menyaksikan kelebihannya itu. Bahwa kedua kakinya dipertemukan di bawah kepalanya. Sementara memeknya itu ... hihihiii ... aku akan memanfaatkan detik - detik luar biasa ini untuk menjilati memek Bu Anjani.

Namun ketika aku membungkuk untuk menyerudukkan mulutku ke memek Bu Anjani yang berjembut tapi hanya tumbuh di atas kelentitnya itu ... kedua kaki Bu Anjani diturunkan, tapi sangat mengangkang, sehingga aku sangat leluasa untuk menelungkup sambil menciumi memek wanita STW yang jelita itu.

Kemudian ujung lidahku mulai menyapu - nyapu mulut memek yang bersih dari bulu ini, karena jembutnya hanya tumbuh di atas kelentitnya. Namun tentu saja aku tak sekadar menjilati mulut memek yang harum ini. Seperti biasa, jemari tangan kiriku pun beraksi, mengelus - elus kelentitnya, dengan tekanan agak kuat. Sehingga Bu Anjani mulai menggeliat - geliat dan mendesah - desah. “Aaaaaa .... aaaaaaaahhhh ... Seeeep ... Aseeeeeep ... aaaaaaaa .... aaaaaaaaaahhhhhh .... Seeeeep .. ooooooooooohhhhhhhh .... Seeeeeeeeppppp .... oooooooooo .... oooooooooooooooohhhhhhh .... Aseeeeeeeep ... Aseeeeeeep ... ooooooooooooohhhhh ... Seeeeeeeeep ... ooooooohhhhhhhhhh ... “

Aku memang sedang mempelajari sejauh mana ketangguhan Bu Anjani itu. Maka pada suatu saat kujilati kelentitnya, tidak menggunakan jari jemariku lagi. Sementara telunjuk dan jari tengah kananku diselundupkan ke dalam celah memeknya, sambil menekan ke bawah.

Aku tak sekadar menjilati kelentitnya yang sudah tegang itu, tapi juga menyedot - nyedotnya. Sehingga Bu Anjani terkadang menggeliat, terkadang menjengking sambil menahan napasnya.

Terlebih setelah telunjuk dan jari tengahku digeser - geserkan, maju mundur di dalam liang memeknya. Tak ubahnya kontol waktu sedang mengentot.

Bu Anjani pun semakin klepek - klepek dibuatnya.

Bahkan pada suatu saat ia merengek histeris, “Aseeeep .... ooooh... Seeeeep ... ibu mau keluaaaaar ... Seeeeep .... ooooooooooooooo .... “

Lalu sekujur tubuh Bu Anjani mengejang tegang. Tapi aku justru semakin menggencarkan jilatan dan sodokan - sodokan dua jariku di dalam liang memek Bu Anjani.

Dan ... akhirnya Bu Anjani melepaskan nafasnya yang barusan tertahan 2-3 detik.

“Aaaaaaaaaaaaaaahhhhh ... Asep nakal ... ibu jadi orgasme nihhhh ... padahal belum diapa - apain sama kontol Asep, “ ucap Bu Anjani lirih.

Tanpa bicara ba bi bu lagi kuletakkan kontolku di ambang mulut Bu Anjani. Lalu dengan sekali dorong saja kontolku membenam amblas sampai ke dasarnya, karena liang memek mantan kepala sekolahku itu sudah basah sekali.

“Adududuuuuuhhhh ... sampai mentok di dasar liang memek ibu Seeeep ... kok bisa ya punyamu sepanjang ini ya. Sampai gak bisa masuk semuanya, “ ucap Bu Anjani dengan suara bergetar dan agak parau.

Aku tidak menjawabnya. Karena aku baru mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek Bu Anjani yang sudah basah sekali, namun masih terasa menjepit kontolku.

Ketika entotanku mulai gencar, Bu Anjani pun memamerkan kebolehannya dalam menggoyang pinggul. Bisa disebut goyang pinggul, goyang pantat atgau pun goyang bokong. Tapi bagiku, inki adalah goyangan memek. Karena yang langsung terasa olehku adalah liang memek Bu Anjani itu. Meliuk - liuk dan menghempas - hempas. Terkadang memeknya mendongak, lalu menukik ... sehingga kelentitnya bisa bergesekan dengan badan kontolku. Ini memang luar biasa enaknya.

Dan aku semakin percaya bahwa wanita yang usianya di atas 40 tahun itu sangat atraktif. Sambil berusaha keras untuk memberikan kepuasan pada pasangan seksualnya.

Maka aku pun harus berusaha keras untuk memberikan kepuasan kepada Bu Anjani yang cantik dan anggun itu.

Ketika aku masih gencar mengayun kontolku, tangan dan mulutku pun ikut beraksi. Dan mulai menjilati lehernya sambil meremas - remas toket kanannya. Bu Anjani tampak enjoy dengan aksiku ini. Maka goyang pantatnya semakin menjadi - jadi. Membuat kontolku terasa ditarik - tarik dan dibesot - besot ke sana ke mari.

Senjata pamungkasku adalah menjilati ketiaknya. Karena menurut pengalamanku, perempuan paling gak tahan kalau ketiaknya sudah dijilati dan disedot - sedot.

Memang benar. Ketika tubuhku sudah bersimbah keringat, demikian pula Bu Anjani, kujilati terus ketiaknya disertai sedotan kuat dan gigitan - gigitan kecil ... tiba - tiba Bu Anjani merengek histeris, “Aseeep ... ibu sudah mau orgasme lagi ... kalau bisa barengin sama Asep ... supaya mengesankan ... ooooh .... Seeeeep .... ooooooh ... ibu mau lepas lagi Seeeeep .... “

Maka kugencarkan entotanku secepat mungkin, agar aku bisa memenuhi keinginan Bu Anjani untuk “bucat bareng” alias meletus bersama.

Aku memang tak mau terlalu habis - habisan. Karena di hotelku ada Bunda dan Ira yang harus kusetubuhi tiap hari, agar waktu mereka pulang nanti akan membawa kenangan indah di batin medreka.

Akhirnya Bu Anjani mengejang, liang memeknya berkedut - kedut berbarengan dengan kontolku yang tengah mengejut - ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku.

Crooooooooooooooootttttt ... cretttttttt ... crooooooooootttttt ... crooooooooooooooottttttt ... crettttcrettt ... croooooooooooooooooooooooottttttt ... !
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd