Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 03

Tante Sharon tersenyum manis. Lalu berkata, “Udah ngaceng lagi Sef. “

Aku cuma mengangguk sambil duduk bersandar, dengan kedua kaki diselonjorkan ke depan. Tante Sharon pun mengangkang sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi ini. Membuatku teringat Lilis. Karena aku pernah menyetubuhi saudara sepupuku itu sampai 6 kali dalam sehari. Dan kini, mungkin Tante Sharon belum puas. Sehingga ia mulai menurunkan bokong indahnya, sementara kontolku jadi melesak masuk ke dalam liang memeknya.

Lalu sekujur kontolku sudah “diselimuti” oleh dinding liang memek Tante Sharon. Dan ia memegang sepasang bahuku sambil berkata, “Aku merasa cocok sekali denganmu. Sehingga aku ingin hamil olehmu. Tapi aku tau, untuk menghamiliku takkan semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin butuh perjuangan selama dua atau tiga bulan. Bahkan mungkin bisa setahun baru bisa hamil. Karena itu aku ingin membookingmu selama tiga bulan, supaya mendapatkan hasil yang memuaskan. Kamu setuju kan kalau aku akan memilikimu selama tiga bulan ?”

“Aku sih mau - mau aja. Tapi mungkin Tante harus minta izin pada Mamih dulu. “

“Yayayaaa ... sebentar Mamih kutelepon. Tolong ambilkan hapeku di belakang kepalamu itu Sef. “

Aku menoleh ke belakang. Memang ada handphone di meja marmer yang jadi pembatas bathtube lebar ini. Lalu kuambil handphone itu dan kuberikan kepada Tante Sharon.

Lalu Tante Sharon benar - benar menelepon Mamih :

“Hallo Mamih ... aku mau to the point aja ya. Apakah Mamih mengijinkan kalau Yosef kukontrak selama tiga bulan ? .... iya Mamih ... iyaaa ... tinggal hitung aja tiga bulan itu sembilanpuluh hari .... iyaaa ... buat Mamih besok juga ditransfer ... iyaaa ... mau ngomong langsung sama Yosef ?... iya, ini dia sedang bersamaku. “

Tante Sharon menyerahkan hapenya sambil berkata, “Mamih mau bicara langsung denganmu. “

Lalu aku yang berbicara dengan Mamih lewat hape :

“Iya Mam ... “ sambutku dengan perasaan rikuh. Karena kontolku masih berada di dalam jepitan liang memek Tante Sharon.

“Yosef ... ikuti aja apa pun yang diinginkan oleh Bu Sharon itu ya. “

“Siap Mam. “

“Kamu beruntung lho. Kalau mau dibooking selama tiga bulan, berarti Bu Sharon merasa nyaman bersamamu. “

“Iya Mam. “

“Pesanku cuma satu, jaga sikapmu agar tetap sopan padanya. Jangan lancang dan kurang ajar. Karena beliau itu pelangganku yang paling tajir dan murah hati. “

“Siap Mam. “

Setelah pengarahan dari Mamih selesai, kuletakkan kembali handphone itu di bibir bathtube yang terbuat dari marmar ini.

“Sudah diijinkan oleh Mamih kan ?” cetus Tante Sharon sambil mencubit pipiku. Lagi - lagi dengan senyum manis di bibirnya.

“Iya Tante. “

“Berarti selama tiga bulan kamu akan menjadi milikku Sef. “

“Jangankan tiga bulan. Mau dijadikan milik Tante seumur hidup juga aku mau. “

“Kenapa begitu ? Memangnya apa yang kamu suka pada diriku ?”

“Aku suka sama senyum Tante. Manis sekali. Dan ... “

“Dan apa ?”

“Memeknya enak sekali ... hehehee ... “

“Kontolmu juga enak sekali Yosef ... “ ucap Tante Sharon sambil mulai mengangkat bokongnya yang sedang menduduki selangkanganku. Sttttttt .... terasa liang memeknya membesot kontolku. Lalu ia menurunkan lagi bokongnya. Leppp ... !

Maka mulailah Tante Sharon mengayun bokongnya, naik turun dan naik turun terus.

Sementara aku memegang dan meremas sepasang toketnya dengan lembut, seperti yang pernah diajarkan oleh Mamih.

Namun hanya belasan menit kami bersetubuh dalam posisi seperti ini. Pada suatu saat Mamih mengajakku keluar dari rendaman air sabun yang hangat itu. Aku setuju saja.

Lalu ia melangkah ke arah sebuah meja marmer yang tidak jauh dari bathtub. Di pinggiran meja marmer itu ia duduk, dengan kedua kaki terjuntai ke lantai.

Aku pun langsung mengerti. Bahwa aku harus mengentotnya sambil berdiri. Maka kupegang kontolku dan kuletakkan moncongnya ke mulut memek Tante Sharon yang tampak ternganga, karena ia jadi duduk mengangkang, dengan kedua telapak kaki menginjak pinggiran meja marmer.

Blessss .... kontolku membenam lagi ke dalam liang memek Tante Sharon. Amblas sampai menyundul dasarnya. Sambil berdiri aku pun mulai mengentotnya.

Spontan aku teringat pada petunjuk dari Mamih. Bahwa dalam posisi seperti ini aku harus menggesek - gesekkan ujung jariku ke kelentit pasangan birahiku.

Itulah yang kulakukan kini. Bahwa ketika aku mengentot liang memek Tante Sharon, aku langsung menemukan kelentitnya. Dan kelentit itu kugesek - gesek dengan jempol tanganku. Hal itu membuat Tante Sharon mulai merintih dan merengek - rengek histeris, “Yoseeeef .... ooooooh .... ini enak sekali Seeeef .... gesek terus itilku Sef ... gesek teruuuusssss .... “

Persetubuhan di dalam kamar mandi ini adalah ronde kedua bagiku. Dan biasanya ronde kedua selalu lebih lama daripada ronde pertama.

Kali ini, ketika aku mengentot sambil berdiri ini, aku hanya ingin agar Tante Sharon cepat orgasme. Karena rasanya aku masih jauh dari ngecrot.

Maka aku pun berusaha agar aksiku menimbulkan kenikmatan bagi Tante Sharon. Ketika aku semakin gencar mengentot liang memeknya, jempol tangan kananku menggesek - gesek kelentitnya, tangan kiriku pun beraksi untuk memainkan pentil toket kanan Tante Sharon.

Upayaku berhasil. Belasan menit kemudian Tante Sharon mulai klepek - klepek, kejang dan memekik lirih, “ Aaaaaaaaaaa ..... aaaaaaaaaaahhhhh ... “

Kubiarkan Tante Sharon menikmati puncak orgasmenya ... lalu terkulai lemas dan berkata lirih, “Kamu memang cowok yang sangat memuaskan Sef ... “

Lalu aku mengikuti langkah Tante Sharon menuju shower. Untuk mebersihkan tubuh kami di bawah pancaran air hangat shower. Mengeringkan tubuh dengan handuk. Kemudian kembali ke kamar tidur dalam keadaan sama - sama telanjang.

“Kamu bisa sabar untuk menahan jangan ejakulasi dulu ? Kayaknya lebih baik kita cari makanan dulu untuk makan malam, “ kata Tante Sharon sambil membuka lemari pakaiannya.

“Aku ikut kemauan Tante aja, “ sahutku sambil mengenakan kembali celana jeansku. Karena Tante Sharon pun sudah mengenakan gaun beludru hitam. Tanpa mengenakan beha mau pun celana dalam.

Tak lama kemudian kami keluar dari villa. Tante Sharon mengetuk jendela depan kanan mobilnya. Pintu depan kanan itu spontan dibuka. Pak sopir pun turun dari limousine itu.

“Ke restoran langgananku itu Pak, “ kata Tante Sharon.

“Siap Bu Boss, “ sahut sopir tua yang kutaksir usianya sudah lebih dari 60 tahun itu. Lalu ia bergegas membukakan pintu belakang sebelah kiri, untuk Tante Sharon. Sementara aku bisa membukanya sendiri pintu belakang sebelah kanan, lalu masuk ke dalam mobil super mewah itu.

Tak lama kemudian limousine itu pun bergerak meninggalkan villa.

Tante Sharon menarik tangan kiriku dan dimasukkan ke balik gaun beludru hitam itu. Tepat ke permukaan memeknya.

“Sengaja aku gak pake celana dalam. Biar kamu tetap bisa menyentuhnya, “ ucapnya.

Meski pun lampu di dalam dinyalakan, kami memang bisa melakukan apa pun. Karena tirai yang menutupi sekeliling bagian belakang limousine ini.

Tangan kananku menggantikan tangan kiri, untuk meraba - raba memek Tante Sharon. “Kalau dengan tangan kiri, kurang peka Tante. Kalau pake tangan kanan, terasa lebih enak menyentuh memek Tante yang sangat sangat enak sekali ini ... “ kataku sambil mencari - cari kelentit Tante Sharon.

“Lakukanlah apa yang kamu suka, “ ucap Tante Sharon pada saat jari tanganku sudah menemukan kelentitnya. Lalu mutar - mutar ujung jariku di permukaan kelentit yang sebesar kacang kedelai itu.

Tante Sharon duduk menyandar dengan kedua kaki direnggangkan. Sementara aku masih belum puas dengan cuma memutar - mutar ujung jariku di kelentit wanita setengah baya itu. Maka tanpa basa basi aku pun duduk di atas karpet, sambil melanjutkan dengan menyerudukkan mulutku ke memek Tante Sharon.

Tante Sharon malah semakin merenggangkan kedua kakinya, sambil mengusap - usap rambutku dengan lembut.

Lalu dengan lahap kujilati memeknya. Pada saat itulah terdengar suara Tante Sharon perlahan di dekat telingaku, “Jangan lebih dari sejam ya. Nanti keburu sampai di restoran langgananku. “

Meski lidahku sedang terbenam di kemaluan Tante Sharon, aku berusaha mengangguk. Lalu bibir dan lidahku memusatkan kegiatan di kelentit Tante Sharon. Sementara telunjuk dan jari tengah kubenamkan ke dalam liang memek Tante Sharon.

Sebenarnya aksi ini merupakan kegilaan pertamaku. Tapi aku jadi asyik sendiri mengentotkan telunjuk dan jari tengahku, sambil menyedot dan menjilati kelentit wanita yang senantiasa harum di setiap lekuk erotisnya.

Sementara nafas Tante Sharon mulai tak beraturan. Kedua kakinya pun terpentang lebar, membentuk garis lurus saking ngangkangnya. Membuatku semakin leluasa menjelajahi kewanitaannya.

Memang cukup lama aku melakukan kegilaan yang indah ini. Sampai akhirnya Tante Sharon tergelepar dan kejang, sambil menjambak rambutku. “Cukup Sayaaaang .... “ rintihnya.

Aku pun menghentikan aksiku.mengambil kertas tissue dari kotaknya, untuk menyeka mulutku yang berlepotan liur dan lendir kewanitaan Tante Sharon. Kemudian duduk kembali di samping kanan wanita itu.

Tante Sharon bahkan merebahkan kepalanya di atas sepasang pahaku, sambil tersenyum manis. Sambil meremas - remas kedua tanganku. Tanpa kata - kata, namun seperti mengirimkan getaran dari batinnya, bahwa ia sangat senang dengan segala yang telah kulakukan barusan.

Limousine itu meluncur terus di tengah kegelapan malam.

Ternyata restoran itu cukup jauh letaknya. Sehingga membutuhkan waktu lebih dari sejam untuk mencapainya.

Setibanya di restoran itu, Tante Sharon mengajakku duduk di lantai dua. Sopir tua itu pun ikut masuk ke dalam restoran, tapi ia tidak berani mengikuti kami ke lantai dua.

Suasana di lantai dua memang hening. Karena hanya ada aku dan Tante Sharon di sini.

Di lantai dua itulah Tante Sharon mulai membuka latar belakang kehidupannya. Bahwa dia sudah 12 tahun menikah dengan seorang pengusaha sukses. Tapi lelaki itu tak pernah sukses menghamilinya.

Setelah diperiksa oleh dokter, ternyata suami Tante Sharon itu yang bermasalah. Sementara Tante Sharon sendiri normal - normal saja.

Setelah bertahun - tahun mereka berumah tangga, akhirnya lelaki itu menyerah pada keadaan dirinya yang bermasalah. Ia mengijinkan Tante Sharon mencari lelaki yang mampu membuahi telurnya. Dengan kata lain, lelaki itu mengijinkan istrinya dihamili oleh lelaki lain. Tapi lelaki yang bisa menghamilinya itu harus sehat dan bisa menutupi rahasia.

Di akhir penuturannya, Tante Sharon berkata, “Jadi, semua yang kita lakukan ini, atas ijin dari suamiku yang sekarang sedang berada di luar negeri. “

Aku berusaha menanggapinya, “Mudah - mudahan aku bisa menghamili Tante. “

“Secara teori, usiaku belum tua - tua benar. Baru tigapuluhdelapan tahun, “ kata Tante Sharon, “Jadi seharusnya aku masih bisa hamil, asalkan spermamu normal. Dan ingat, ini rahasia kita berdua saja ya. “

“Siap Tante, “ sahutku, “Sampai kapan pun aku akan merahasiakannya. “

Tak lama kemudian, dua orang pelayan mengantar dan menghidangkan makanan di meja kami berdua. Kami pun mulai makan.



Sepulangnya kembali ke villa, aku melanjutkan petualangan kontolku yang belum juga ngecrot dalam ronde keduaku.

Untuk kedua kalinya kontolku menyemprotkan lendir pejuh di dalam liang memek Tante Sharon. Setelah bersih - bersih di kamar mandi, Tante Sharon mengajakku tidur bersama.

“Besok bangun sepagi mungkin ya. Aku akan membawamu ke sebuah rumah yang tidak jauh dari kantor perusahaanku. Rumah itu untuk tempat pertemuan kita selanjutnya. Kalau di villa ini, jaraknya terlalu jauh dari kota, “ kata Tante Sharon menjelang tidur.

Aku mengiyakan saja.

“Ini pertama kalinya aku tidur bersama lelaki yang bukan suamiku, “ kata Tante Sharon lagi, “Berarti kamu istimewa bagiku Sef. “

“Terima kasih kalau Tante sudah menganggapku istimewa, “ sahutku.

Lalu kami tertidur dengan nyenyaknya.

Esok paginya aku bangun sepagi mungkin, seperti yang diminta oleh Tante Sharon. Aku malah duluan bangun pada saat Tante Sharon masih tertidur. Lalu aku mandi sebersih mungkin.

Ketika aku keluar dari kamar mandi, ternyata Tante Sharon pun sudah bangun. Ia tampak senang karena aku sudah duluan bangun seperti yang dipesannya tadi malam.

Pada waktu Tante Sharon mandi, aku keluar dari villa lewat pintu belakang. Ternyata di belakang villa itu banyak bukit menghijau, yang menyegarkan pandangan mataku.

Villa itu dikelilingi pagar tembok. Tapi di bagian belakang sekali, tampak sebuah pintu menuju pohon - pohon pinus yang ditanam di bukit - bukit itu.

Aku membuka pintu itu karena sangat tertarik menyaksikan pemandangan yang menyejukkan mataku. Tapi aku hanya berani berdiri di ambang pintu pagar tembok itu. Tidak berani keluar, karena takut kalau Tante Sharon mencariku.

Cukup lama aku berdiri di ambang pintu pagar dinding tembok itu. Sampai akhirnya terdengar suara Tante Sharon di belakangku, “Pemandangannya indah ya ?”

Aku menoleh dan menyahut, “Iya Tante. Indah sekali. “

“Bukit - bukit itu milikku semua. Tadinya mau dibangun pabrik. Tapi setelah dipikir - pikir, sayang kalau pemandangan seindah ini dirusak oleh pembangunan pabrik, Makanya kubiarkan aja jadi hutan pinus begitu, “ kata Tante Sharon sambil memelukku dari belakang.

“Iya Tante. “

“Ayo kita berangkat Sef. Nanti kita sarapan pagi di jalan aja. “

“Siap Tante. “



Beberapa saat kemudian, aku dan Tante Sharon sudah berada di dalam limousine lagi.

Di batas kota, limousine Tante Sharon berhenti di depan sebuah restoran. Untuk makan sarapan pagi.

Setelah sarapan pagi, limousine Tante Sharon meluncur lagi menuju ke dalam kota.

Setengah jam kemudian mobil super mewah itu berhenti. Aku tidak bisa melihat keluar, karena sekelilingku ditutup oleh tirai. “Sudah sampai, “ ucap Tante Sharon yang lalu turun setelah pintu di samping kirinya dibuka oleh sopir tua itu.

Ternyata limousine itu berhenti di pelataran depan sebuah rumah yang cukup megah. Tidak ada garasinya, tapi pelataran yang beralaskan keramik hitam itu cukup luas, bisa dipakai parkir oleh beberapa buah mobil.

Sopir tua itu berjongkok di dekat mobil, sambil menyalakan rokoknya. Sementara aku masuk ke dalam rumah megah itu, mengikuti langkah Tante Sharon.

Rumah megah ini jauh lebih besar daripada rumah Danke. Bahkan kolam renangnya pun lebih luas daripada kolam renang di rumah Danke. Tentang furniture dan perabotannya, jangan tanya. Tentu serba mewah dan mahal.

“Nah ... selama dalam masa kontrak, kamu harus tinggal di rumah ini, “ kata Tante Sharon sambil duduk di sofa ruang belakang. Aku pun duduk di sampingnya.

“Tapi bolehkah aku mengambil pakaian dulu di rumah temanku ?” tanyaku.

“Boleh. Tapi ingat ... kamu jangan macam - macam di sini ya. aku ingin darahmu tetap bersih, agar seandainya aku hamil, bayinya sehat. “

“Iya Tante. “

“Hari ini dan besok aku sibuk di kantor perusahaanku. Mungkin lusa aku baru bisa datang ke sini. “

“Iya Tante. “

“Ohya ... besok akan ada seorang perempuan yang datang ke sini. Dia itu bekas teman se-SMA denganku. Tapi sampai saat ini dia masih perawan. Padahal dia ingin sekali merasakan enaknya bersetubuh. Ingin merasakan kedewasaan yang lengkap. Jadi ... kamu harus bisa memenuhi keinginannya. “

“Ja ... jadi ... aku harus ... harus ... “ aku tidak berani menyelesaikan ucapanku.

“Ya. Kamu harus memecahkan keperawanannya. Tentu saja dia harus membayarmu, sesuai dengan tarifmu. Tapi kamu gak usah lapor sama Mamih dalam masalah ini sih. Lumayan kan, nanti uang dari temanku bisa nambah - nambah uang jajanmu. “

“Iya Tante. Mamih menugaskanku agar selalu mengikuti apa pun yang Tante inginkan. “

“Temanku itu seusia denganku. Sama - sama tigapuluhdelapan tahun. Dia itu seorang guru. Tapi kamu pura - pura tidak tau aja profesinya. Supaya dia bebas bercentil ria denganmu hihihiiii ... “

Aku cuma tersenyum. sambil membayangkan bentuk teman Tante Sharon yang ingin dipecahkan keperawanannya itu. Tapi kalau 38 tahun masih perawan, berarti dia itu jelek. Tiada seorang cowok pun yang berminat menikahinya, sehingga dia tetap melajang di usia yang hampir 40 tahun itu.

“Kalau mau ke rumah temanmu untuk mengambil pakaian, jangan lupa mengunci semua pintu keluar. Di kompleks ini keamanannya terjamin. Tapi tiada salahnya kalau kita tetap waspada. “

“Iya Tante. “

“Ohya, kamu gak usah masak segala di sini. Karena sudah ada perusahaan catering yang akan mengantarkan makanan tiga kali sehari ke sini. Nanti siang akan mulai ada kiriman catering. “

“Iya Tante. “

Tante Sharon mengeluarkan segepok uang merah dari tasnya, “Ini untuk uang jajanmu. Belilah pakaian dan sepatu baru, supaya banyak pakaian untuk ganti. “

“Terima kasih Tante, “ ucapku waktu menerima segepok uang merah itu.

“Ada satu hal lagi yang kamu boleh tau, “ kata Tante Sharon, “Kalau kamu berhasil menghamilimu, maka rumah ini beserta segala isinya akan kuhadiahkan padamu. “

“Wah ... mudah - mudahan aku berhasil menghamili Tante ... !” sahutku dengan penuh harap.

“Feelingku memang begitu. Karena getaran di batinku berkata lain setelah berjumpa denganmu Sef, “ kata Tante Sharon sambil berdiri, “Oke ... aku harus segera ke kantor. Besok perlakukan sahabatku sebaik mungkin ya Sef. “

“Siap Tante, “ sahutku sambil berdiri.

Tante Sharon masih sempat merengkuh leher dan mencium bibirku. Lalu ia melangkah ke luar, diantarkan olehku yang melangkah di belakangnya.

Sepeninggal Tante Sharon, aku menjelajah rumah megah milik Tante Sharon yang akan menjadi tempat tinggalku selama 3 bulan ini. Lalu ... seandainya aku berhasil menghamili Tante Sharon, rumah semegah dan selengkap ini akan menjadi milikku ?

Selain memikirkan semuanya itu, aku pun memikirkan teman Tante Sharon yang tadi lupa kutanyakan namanya itu.

Katanya perawan tua itu memutuskan untuk memberikan keperawanannya padaku. Mungkin dia bersahabat dengan Tante Sharon. Sehingga Tante Sharon merasa iba padanya, karena di usia setua itu (untuk ukuran perawan) masih belum menemukan jodohnya. Lalu apa penyebab yang membuatnya tetap perawan di usia 38 tahun ? Apakah dia sangat jelek, sehingga tak seorang cowok pun mau padanya ?

Tapi ... ah, biarin gak usah dipikirin. Meski pun dia itu jelek, yang penting ada memeknya. Soal rupa, bisa ditutupi sama foto artis. Hahahaaaa .... !

Lalu perhatianku beralih ke segepok uang merah yang berada di dalam genggamanku. Uang 10 juta ini mau diapakan ? Beli sepatu dan baju baru seperti yang dianjurkan oleh Tante Sharon ?

Ya, sebaiknya kuikuti anjuran Tante Sharon, supaya hati wanita itu senang.

Memang sejak aku tinggal di rumah Danke, hampir semua pakaianku adlah pemberian Danke. Dan sekarang aku punya duit, untuk membeli pakaianku sendiri.

Tapi aku ini di perumahan apa dan di mana posisinya ?

Ah, nanti kalau aku keluar dari kompleks perumahan ini, aku bisa melihat tulisan di gerbangnya. Setahuku di setiap gerbang kompleks perumahan, suka ada tulisan nama perumahan itu.

Lalu apakah perumahan ini jauh dari perumahan Danke ? Bukankah aku harus menemui Danke dan melaporkan bahwa aku akan tinggal di rumah Tante Sharon selama 3 bulan ?

Alaaa ... sekarang aku kan punya duit banyak. Nanti setelah melihat nama jalan dan nama perumahan ini, aku bisa naik taksi menuju ke perumahan Danke. Beres.

Katering pun datang, mengantar makan siang untukku. Gila, lauk pauknya banyak banget. Maklum orang tajir yang memesan, sehingga makanan untukku disamakan dengan selera dia.

Tapi kusantap juga makanan itu, meski tak sanggup menghabiskannya.

Setelah makan siang, aku menghubungi Danke lewat hapeku. Lalu :

“Hallo Dank ... lagi di mana ?”

“Di rumah. Baru aja pulang. Tadi malam gue harus meladeni klien semalam suntuk. Bangun kesiangan. Makanya baru pulang ke rumah setelah siang. “

“Loe dibooking semalam suntuk ?” tanyaku.

‘Iya, “ sahut Danke.

“Gue dibooking lebih lama lagi Dank. “

“Berapa malam ?”

“Tiga bulan alias sembilanpuluh hari. “

“Wow ... ! Berarti loe beruntung Sef. Mungkin Bu Sharon tertarik sama tampangmu yang memang paling tampan di antara semua anak buah Mamih. “

“Ah, semuanya ini berkat loe juga Dank. Kalau gak ada loe, gue takkan kenal sama Mamih. Takkan kenal juga sama wanita tajir itu. Makanya gue nelepon juga, sekalian mau ngucapin terima kasih sama loe Dank. “

“Sama - sama. Yang penting loe harus enjoy dengan apa pun yang harus loe lakukan. “

“Tentu aja enjoy. Masa disuruh ngewe gak enjoy ?! Hahahahaaa ... ! “

“Iya. Sedangkan yang kita ewe itu bukan pelacur. Semuanya perempuan bersih dari kuman penyakit kotor. Karena mereka itu istri - istri pengusaha atau pejabat. Makanya kita juga harus bersih dari segala penyakit kotor, termasuk HIV. Itulah sebabnya tiap bulan kita harus dikontrol darah. “

“Oh iya ... kita harus kontrol darah tiap bulan ya ?”

“Iya. Itu wajib. Paling telat dua bulan sekali harus dikontrol. “

“Sip deh. “

Tadinya aku mau mendatangi rumah Danke, sekadar untuk laporan. Tapi niat itu kubatalkan. Kurasa dengan berbicara lewat hape juga sudah cukup.

Jadi setelah selesai menghubungi Danke lewat hape, aku siap - siap untuk membeli pakaian dan sepatu baru. Sesuai dengan anjuran Tante Sharon.

Tanpa kesulitan aku naik taksi menuju sebuah mall. Pulangnya pun pakai taksi lagi. Uang yang kubelanjakan hanya 3 juta. Sisanya kusimpan saja di dalam tas kecilku.

Aku memang sudah dilatih hemat oleh kebiasaan hidup prihatin. Sehingga aku tetap selalu hati - hati dalam menggunakan uang.

Malamnya aku tidur di kamar paling depan. Karena kamar itu kelihatannya paling lengkap.

Di kamar utama ini ada televisi layar lebar segala. Sehingga menjelang tidur aku bisa menyalakan televisi. Tapi akhirnya televisi yang nonton aku tidur. Karena aku sudah ngantuk sekali.

Esok paginya aku bangun sepagi mungkin. Karena teringat bahwa pagi ini akan datang seorang “tamu istimewa”, teman Tante Sharon yang aku belum tahu seperti apa bentuknya itu.

Jam 9 lebih sebuah taksi berhenti di depan rumah. Aku memperhatikan dari ruang tamu, apakah taksi itu ditumpangi oleh teman Tante Sharon ?

Lalu tampak seorang perempuan berperawakan tinggi gede turun dari taksi itu. Memang benar, perempuan yang mengenakan gaun orange polos mengkilap itu melangkah masuk ke dalam pekarangan depan rumah megah ini.

Aku pun membuka pintu depan, untuk menyambut tamu itu.

“Temannya Bu Sharon ?” tanyaku.

“Iya. Adek yang bernama Yosef ?” ia balik bertanya.

“Iya, aku sendiri Yosef, “ ucapku sambil menjabat tangan perempuan tinggi gemuk itu.

“Yola, “ ucapnya pada waktu berjabatan tangan denganku.

“Silakan masuk Bu, “ ucapku sambil membuka pintu lebih lebar lagi.

Jadi mungkin itu masalahnya. Bahwa perempuan Bu Yola itu terlalu gemuk. Sehingga tiada cowok mau padanya. Tapi buatku tidak apa - apa. Karena kulihat sepintas pun tampak bahwa Bu Yola itu cantik. Hanya kegendutannya itu mungkin yang jadi masalah. Namun buatku tak jadi masalah. Yang penting memeknya masih perawan. Pasti enak sekali rasanya.

“Bu Sharon sudah bicara maksud kedatanganku ke sini kan ?” tanyanya setelah duduk di sofa. Sementara aku duduk di sofa yang berhadapan dengannya.

“Sudah. Dan aku siap untuk melakukannya, “ sahutku.

Bu Yola tersenyum. Maaak ... manis sekali senyum itu. “Melakukan apa ?” tanyanya.

“Masa harus dikatakan secara urakan. “

“Gak apa - apa. Kedatanganku ke sini memang bukan untuk berbalas pantun. Di sini dong duduknya, “ ucap Bu Yola sambil menepuk sofa yang sedang didudukinya.

Aku merasa takut roboh sofanya kalau dipakai duduk oleh dua orang. Karena berat badan Bu Yola itu pasti di atas 90 kiligram.

Aku pun berdiri. Tapi bukan untuk pindah ke samping Bu Yola, melainkan untuk membuka pintu kamarku sambil berkata, “Mungkin lebih enak kalau ngobrolnya di dalam kamarku Bu. “

“Ohya ? Mau langsung - langsungan nih ?” ucapnya sambil berusaha berdiri. Tampak agak susah berdiri juga.

Tapi dengan santun kupegang lengan kanannya dan kubimbing masuk ke dalam kamarku. Lalu kupersilakan untuk duduk di sofa kamarku yang kelihatannya lebih kokoh daripada sofa ruang tamu.

“Sebentar ... mau kunci pintu depan dulu ya Bu. Biar aman dan nyaman, “ ucapku setelah ia duduk di sofa.

Ia mengangguk. Aku pun bergegas menuju pintu depan, untuk menguncinya. Lalu kembali ke dalam kamarku. Pintu kamarku juga kukunci, biar dia merasa aman juga.

Lalu aku duduk di sofa, di sebelah kanan Bu Yola.

“Tadinya aku mau bawa mobil sendiri ke sini. Tapi takut mobilku kelihatan sama salah seorang muridku. Takut bikin heboh di sekolah nanti, “ ucapnya.

“Owh, Bu Yola ini guru ya ?”

“Iya. Tapi aku gak mau nyebut di mana aku mengajar. Memangnya Bu Sharon gak bilang kalau aku ini guru ?” tanyanya.

“Nggak, “ sahutku berbohong. Padahal Tante Sharon sudah bilang bahwa temannya ini seorang guru. Tapi Tante Sharon berpesan agar aku pura - pura tidak tahu saja profesi temannya ini.

“Terus di mata Yosef, aku ini gimana ?”

“Ibu ini cantik ... “

“...Tapi ndut ya ?” tukasnya.

“Bagiku, ndut itu justru seksi. Seperti Adelle sebelum nikah, misalnya. “

“Terus ... kenapa aku belum disentuh juga ?” tanyanya sambil tersenyum.

“Dari tadi juga udah gemes, pengen nyentuh. Tapi takut dianggap kurang ajar, “ sahutku.

“Kali ini aku memang ingin dikurang-ajari sama Yosef, “ ucapnya sambil merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku.

Maka dengan sigap lengan kiriku merengkuh leher wanita cantik bertubuh gendut itu. Lalu kucium bibir sensualnya yang menyiarkan aroma harum. Sementara tangan kananku mulai merayapi lututnya, lalu menyelinap ke balik gaun orange yang mengkilap itu. Mulai merayapi pahanya yang aduhai ... gempal sekali.

Tanganku kesulitan mencapai pangkal pahanya, karena kedua pahanya terasa merapat, meski sebenarnya tidak merapat. Tapi Bu Yola merenggangkan kedua belah pahanya, sehingga tanganku bisa mencapai celana dalamnya. Tapi entah di sebelah mana letak memeknya. Mungkin agak jauh tersembunyi entah di mana letaknya.

Tapi biar saja dulu. Aku masih asyik saling lumat bibir dengan wanita XXL ini.

Dan setelah ciumanku terlepas, ia bertanya, “Apakah aku harus telanjang ?”

“Sebaiknya begitu. Karena aku belum hafal seluk beluk tubuh Bu Yola, “ sahutku.

“Kalau udah telanjang, jangan diketawain ya, “ ucapnya.

“Astagaaaa ... jangan punya pikiran begitu Bu. Aku justru suka gedenya badan Ibu, “ sahutku. Memang aku sudah terlatih untuk menyenangkan hati orang lain, dengan membaca buku - buku. Bahkan meski aku ini cuma tamatan SMP, aku pasti bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Karena dahulu aku banyak belajar sendiri di rumah.

Lalu dengan agak susah Bu Yola berdiri sambil berkata, “Tolong lepasin kancing - kancing gaunku yang di punggung, Sef. “

“Iya, “ sahutku sambil mendekatkan tanganku ke punggungnya. Lalu kubuka 5 buah kancing gaun di punggung Bu Yola. Bahkan kubantu juga untuk melepaskan gaun itu lewat kedua kakinya.

Maka Bu Yola tinggal mengenakan beha dan celana dalam. Meski masih berbeha, tapi tampak sepasang toketnya gendut - gendut. Perutnya juga agak buncit. Tapi tidak mengganggu pandanganku.

Tapi biar bagaimana Bu Yola masih sangat menarik bagiku. Karena kulitnya putih mulus. Terlebih kalau mengingat keperawanannya itu. Karena aku belum pernah mendapatkan perawan asli dalam petualanganku.

Aku pun membantu melepaskan kancing kait di beha Bu Yola. Karena ia seperti kesulitan melakukannya sendiri. Bahkan aku juga yang menurunkan celana dalamnya sampai terlepas dari kedua kakinya.

Setelah Bu Yola telanjang bulat, aku berdiri membungkuk di depannya. Sambil menunjuk ke arah memeknya, “Tadi dicari - cari gak ketemu. Ternyata di situ ngumpetnya. “

Ya memang begitulah kenyataannya. Bahwa kalau Bu Yola celentang, memeknya berada di posisi lebih dalam daripada memek perempuan lain pada umumnya.

Supaya Bu Yola nyaman, aku pun menelanjangi diriku sendiri. Dengan demikian Bu Yola takkan malu - malu lagi, karena aku pun sudah telanjang seperti dirinya.

Dalam keadaan masih sama - sama berdiri, kudekati Bu Yola. Setelah berhadapan dan merapat, kupeluk lehernya. Untuk mendaratkan ciuman hangat di bibirnya.

Bu Yola tampak bergairah untuk membalas ciumanku dengan lumatan hangat. Sementara tangannya diam - diam memegang kontolku yang sudah ngaceng sejak melihat ketelanjangan Bu Yola.

“Ini pertama kalinya aku megang penis Sef, “ bisik Bu Yola yang tetap menggenggam kontol ngacengku.

“Sebentar lagi kontolku akan mondar - mandir di dalam memek Ibu, “ sahutku.

“Hihihiii ... memek ... ! Gak apa - apa deh. Bilang heunceut juga boleh. “

“Paling romantis nyebutnya memek aja. Kalau heunceut terlalu kasar Bu. “

“Iya. Sesukamu aja Sef. Aku malah seneng dengarnya, “ ucap Bu Yola sambil meraih pinggangku ke arah bed.

“Tolong ambilin tasku Sef. Maaf ya, bukan nyuruh, “ kata Bu Yola.

Aku mengangguk. Lalu mengambil tas bu Yola yang agak besar. Mungkin berisi pakaian juga di dalamnya.

Kemudian kuberikan tas itu kepada pemiliknya yang sudah duduk bersila di atas bed.

“Ini ada pil anti hamil, “ ucap Bu Yola sambil mengeluarkan se-strip pil. “Dan ini ada lotion yang tidak panas, atas anjuran Bu Sharon. “

“Buat apa lotion itu Bu ?”

“Kata Bu Sharon sih buat disemprotkan ke dalam memekku. Supaya licin pada waktu kontolmu mau dimasukkan. “

“Sepertinya sih gak usah pakai lotion. Nanti kan memek Ibu akan kujilatin dulu sampai orgasme. Dengan air liur juga pasti licin Bu. “

“Ya udah, terserah Yosef aja, “ sahut Bu Yola sambil menyimpan tasnya dekat bantal. Lalu ia celentang pasrah, seperti menungguku agar cepat beraksi.

Untuk pemanasan aku pun merayap ke atas perut Bu Yola. Untuk mencium bibirnya sambil meremas sepasang togenya. Tampaknya Bu Yola memang sudah dikuasai keinginannya. Keinginan merasakan disetubuhi cowok. Ini terbukti dengan suhu tubuhnya yang terasa menghangat. Terlebih lagi ketika aku mencelucupi pentil togenya sambil merayapkan tangan ke memeknya. Mengelus - elus kelentitnya yang lebih gede daripada kelentit Tante Sharon.

Ketika aku melorot turun ke arah memeknya, aku meletakkan 2 buah bantal di bawah bokong gedenya. Agar memeknya agak menengadah ke atas, sehingga mudah menjilatinya.

Bentuk memek Bu Yola memang lain kalau dibandingkan dengan memek Tante Sharon. Memek Bu Yola ini tembem sekali. Mulut memeknya pun terkatup rapat, karena ketembemannya itu.

“Sebelum pergi ke sini tadi, kucukur dulu memekku sampai bersih. Itu juga atas anjuran Bu Sharon, “ ucap Bu Yola ketika aku masih berusaha mengangakan kedua bibir luar memeknya. Hidungku mencium harum dari memek tembem ini.

“Iya, kalau dicukur bersih gini, gampang jilatinnya Bu. Hmmm ... memek Bu Yola imut - imut banget. Cowok mana pun kalau sudah melihat memek Ibu, pasti tergiur, “ kataku sambil menepuk - nepuk memek tembem Bu Yola.

“Gak ... sepanjang aku belum menikah, memekku hanya boleh disentuh oleh Yosef seorang, “ kata Bu Yola.

“Kenapa begitu ?” tanyaku ingin tahu.

“Aku tak mau bikin gempar, “ sahutnya, “ Kalau salah seorang temanku sempat merasakan memekku, pasti sepuluh atau duapuluh teman lain jadi tau. Dan kalau atasanku tau ... aku bisa dipecat dengan tidak hormat. Dan gossip akan menyebar ke mana - mana. Makanya sebelum aku punya suami, memekku hanya untuk Yosef seorang. ”

Aku tidak menjawabnya. Karena aku sudah mengangakan memek Bu Yola yang agak menengadah ini, sementara jempolku mulai menggesek - gesek kelentit gede Bu Yola.

Sambil menjilati dan menggesek - gesek kelentit, aku pun mengalirkan air liur sebanyak mungkin ke dalam mulut memek Bu Yola.

Sepasang paha gempal Bu Yola makin lama makin mengangkang. Terkadang ia menggeliat sambil meremas - remas kain seprai. Tapi sepasang kaki gempalnya tetap terpentang lebar, laksana busur panah bentuk posisinya.

Begitu lahapnya aku menjilati memek Bu Yola yang harum ini. Sehingga dalam tempo singkat memek ibu guru itu mulai kebanjiran air liurku.

Tanpa buang - buang waktu lagi, aku berlutut sambil meletakkan moncong kontolku di mulut heunceut Bu Yola.

“Pahanya tetap direnggangkan selebar mungkin Bu, “ ucapku.

Bu Yola menurut saja. Ia merentangkan sepasang paha sintalnya selebar mungkin.

Aku merasa letak moncong kontolku sudah tepat. Maka dengan sekuat tenaga kudorong kontol ngacengku. Sudah masuk kepalanya saja. Kudesakkan lagi kontolku sekuat mungkin .... masuk lagi sedikit. Kudorong lagi sekuatnya ... waaaah ... memang masih sangat sempit liang memek Bu Yola ini. Maklum masih perawan.

Namun aku tak mau kalah. Kudorong lagi kontol ngacengku sekuat tenaga ... makin dalam ... ya ... masuk makin dalam, bahkan kurasa sudah lebih dari separohnya kontolku membenam ke dalam liang memek yang masih super sempit ini.

Aku pernah membaca buku tentang “Malam Pertama”. Anjuran dari pakar seks itu bilang, kalau menyetubuhi perempuan yang masih perawan, setelah penis masuk separohnya, ayun dulu penisnya sedikit demi sedikit. Sampai nanti akan membenam lebih jauh ke dalam vagina perempuan itu.

Maka itulah yang kulakukan. Aku menarik kontolku pelan - pelan, lalu mendorongnya lagi sekuatnya, menariknya lagi perlahan - lahan, lalu mendorongnya lagi sekuat tenaga. Sehingga makin lama makin jauh jarak entotanku. Bahkan pada suatu saat terasa moncong kontolku sudah mulai menyundul dasar liang memek Bu Yola.

“Ini su ... sudah mu ... mulai ?” tanya Bu Yola terengah.

“Sudah ... “ sahutku sambil menghempaskan dadaku ke sepasang toket gede Bu Yola. “Sakit gak ?” tanyaku sambil mulai mengentot memek tembem perempuan XXXL itu.

“Tadi ada sakit sedikit. Sekarang mah gak. Enak aja yang ada. “
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd