Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Four out of Five [Update Act 15]

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Kalala bahaya banget nih emang
bener hu, apalagi karena unitnya skrg

alias buat merayakana ultah klllv kita akan update :)

Krntang goreng banget ya
biar ente2 pada menanti hu, kasian kalo shani doang yg menanti :D
Digrebek Biyel
hmmm beneran biyel ga ya? kk domba sih ngarep ;)
ah trisum, ini dia
#siapsiap in two...
Waa akhirnya ada yg canonical sama ceritanya mas jono dari apartemen 2019👌👌👌 ditunggu updatenya terus huuu
wah ane belum tau ini hu, boleh dong di-share judulnya buat keperluan riset :beer:
Waduuuu Biyel jangan bandel kamu, masih dibawah umur

Btw suka banget sama SS-nya, kok terasa alus banget ni otak bayanginnya
tolong dibilangin kk egi supaya adeknya dipagerin hu :)

nuhun feedback-nya hu, mohon bimbingannya biar bisa nulis sebagus Sekat ente :beer:
wah wah wah, mantap hu. smgt terus!!
nuhun hu, kemaren sempet ga semangat karena urusan real life tapi sekarang udah ready buat updet. nunggu approval editor ane :semangat:
lanjuut huu
siap hu, bentar lagi launching :Peace:
 
Maaf menunggu lama suhu2 sekalian. Blom sempet nulis karena kesibukan RL dan kurang motivasi karena klllv kenal skandal. Namun, abis klllv cumback, ane dah menemukan semangat lagi :p
 
Act 13: When Three are One (Part 2)



Suara siapa itu?

Jantungku berdegup kencang mendengar suara perempuan di balik pintu. Pikiranku melayang ke tingkah laku Brielle yang terasa aneh hari ini. Niatnya tampak ingin menyampaikan sesuatu namun terhalang hal lain yang mengganggu pikirannya. Apakah……...?

Tidak boleh! Aku harus tahu diri dan batasan. Tidak mungkin anak kecil sepertinya terlibat dalam hubunganku dan Lala. Aku harus menolak mereka! Aku tidak boleh lemah!

Lala tampak terheran-heran melihatku bergulat dalam khayalan. Ia beranjak dari yoga mat-nya dan berlalu menuju pintu. Untungnya reflekku masih bekerja untuk memakai celanaku melihat Lala yang akan segera menuju pintu untuk menyambut seseorang. Pintu pun dibuka dan memang ada seorang gadis di baliknya.

“Aku ganggu ya?” suara gadis itu terdengar lebih nyaring dari sebelumnya tanpa pintu sebagai pembatas

“Hehehe. Ayo masuk Kak. Udah ditungguin”

Tamu itu pun masuk ke dalam kamar. Setelah mendekat, barulah aku dapat melihat gadis langsing dengan kulit putih cerah. Putih kulitnya melebih Frieska yang sudah kuanggap sangat putih. Mungkin kulit gadis ini hampir sama dengan kulit Teh Melody. Rambut bob-nya seperti Lala dan senyumnya melebar begitu melihatku. Ia mengenakan baju seperti kemeja tanpa lengan berwarna putih dan rok jeans selutut. Pita pink yang digunakan untuk mengikat rambut pendeknya menarik perhatianku.

28876714c63e2f59a8223f2223050c18886aae84.jpg


“Kenalin, Kak. Ini senior aku di Jekeiti, kita sama-sama tim J” Lala memperkenalkan gadis itu kepadaku.

“Halo Kak, aku Feni”

“Halo…Feni”

Aku belum lepas dari pergulatan khayalanku. Ada rasa syukur karena bukan Brielle yang datang. Namun, pertanyaan terbesarnya adalah mengapa ia mengunjungi kami? Bukankah seharusnya hanya ada aku dan Lala malam ini? Mengapa ada orang lain lagi yang muncul? Apakah ia hanya memiliki keperluan saja dengan Lala? Aku berharap Lala atau Feni dapat menjelaskan ini sebelum aku yang harus menanyakannya.

Lala yang menyadari kebingunganku menyunggingkan senyum sambil mengelap keringat di tubuhnya menggunakan handuk. Ia lalu berbalik badan meninggalkan kami menuju kamar mandi.

“Aku bersih-bersih dulu ya. Kalian ngobrol-ngobrol dulu aja” katanya sebelum menutup pintu kamar mandi. Meninggalkan Feni yang duduk di atas kasur sementara aku masih bersimpuh di atas yoga mat. Feni yang pandangannya terfokus pada Lala sekarang mengalihkan pandangannya ke arahku. Senyumannya ternyata belum hilang dari wajah cantiknya.

“Kakak, pacarnya Kak Gaby, kan?”

Darahku langsung mengalir cepat ke kepalaku, kurasakan panas di ubun-ubunku dan napas menderu. Kalau Feni memang member tim J seperti yang disebut Lala, berarti ia setim dengan Gaby, Frieska, Lala, bahkan Brielle. Alasan apa yang harus kuberikan untuk menjawab mengapa pacar Gaby sedang berada di kamar hotel berdua dengan Lala. Aku tidak mampu menemukan jawaban yang memuaskan dalam waktu sesingkat ini.

“Jangan takut gitu, Kak. Aku ga bakal bilang-bilang ke Kak Gaby kok, ke Kak Frieska juga”

Suaranya berubah menjadi lembut tanpa menghilangkan senyum yang dari tadi menghiasi wajahnya. Tampak jelas niatnya untuk menenangkanku yang sudah tidak mampu menyembunyikan kepanikanku.

Aku rasa aku tidak perlu berusaha menutupi apa yang terjadi. Lebih baik aku jujur saja karena berbohong pun sepertinya tidak akan berhasil. Tidak kurasakan niat jahat dari sorot matanya yang seakan melucutiku dari niat untuk berbohong. Aku seperti terhipnotis untuk terbuka dengannya.

“Iya, Fen. Aku jadi ngerasa ga enak jawab gini tapi kamu mergokin aku”

“Hahaha. Tenang aja, Kak. Aku ga suka ikut campur urusan orang kok. Meski mungkin itu buruk buat temen aku sendiri. Aku juga ngerasa ga enak jawab kakak begini hihihi. Aku jadi terkesan jahat, ya?”

Ia berbicara dengan ceria. Namun, dapat kurasakan ketulusan dalam tutur katanya. Hal yang mungkin dianggap tidak baik oleh beberapa orang terasa jujur tanpa maksud buruk bila keluar dari mulutnya.

“Kalo kamu ngomong gitu, aku juga ga bisa nyalahin, hahaha. Kok kamu tau aku pacarnya Gaby? Kamu juga tau ya aku temennya Frieska…”

“Iya, hihi. Mereka berdua itu temen main aku. Jadi kurang lebih aku tau lah, sedikit tentang seluk beluk kehidupan mereka. Dan ternyata ada Kakak di dalamnya. Kaget ga?”

“Kaget sih, tapi aku harus maklum kayaknya kalo sama cewek. Apalagi kalo tentang urusan percintaan. Hehehe”

“Wah Kakak pengertian banget sama cewek. Pasti deh punya banyak temen cewek hihihi” katanya sambil menutup seringainya dengannya tangannya seperti mengejekku. Namun, aku tidak merasa tersinggung.

“Banyak dong. Frieska, Gaby, Lala, Brielle….” Aku tercekat menghentikan omonganku. Muncul penyesalan di benakku karena memiliki pengharapan tak bermoral tentang gadis di bawah umur.

“Ternyata emang banyak. Hati-hati tapi Kak, tapi kalo sama Biyel. Dia adik kesayangan tim J nih, kalo ada yang jahatin dia, yang marah pasti banyak”

Gadis ini seperti mampu membaca pikiranku. Perkataannya menambah rasa sesal dalam diriku.

“Enggalah, kalo Brielle. Dia udah kayak adik aku sama Lala, soalnya kita kalo pergi udah kayak ngemong dia”

“Hahaha. Biyel ih, gangguin orang berduaan aja. Nanti aku bilangin dia, biar ga sering-sering ganggu kalian”

“Gapapa Fen, udah jadi hiburan sendiri buat kita. By the way, kamu kenapa nyamperin Lala ke sini, ada janji sama dia?” Akhirnya kuberanikan diri menanyakan pertanyaan yang sudah menggaruk-garuk permukaan kerongkonganku.

“Iya, aku ada janji sama Lala, hihihi. Tapi, Kakak santai aja. Aku janji kedatanganku ini ga bakal bikin Kakak kesel”

Dua bola mata bulat berlapis contact lens miliknya meyakinkanku untuk mempercayai perkataannya. Aku percaya gadis ini tidak ada niat untuk membohongiku.

Kemudian pintu kamar mandi terbuka dan Lala muncul dari balik pintu coklat tersebut. Penampilannya membuatku terkejut.

Lala telah menanggalkan pakaian gym-nya dan mengganti pembalut tubuhnya dengan satu set lingerie berwarna coklat. Dapat kulihat kedua buah dada dan putingnya yang mencuat di balik set bra lingerie-nya berupa selapis kain transparan yang terhampar di tubuh bagian atasnya. Celana dalamnya pun tampak serupa dengan frame yang lebih tebal dibanding bagian lain yang transparan. Paduan warna kulitnya yang tertutup kain menimbulkan warna coklat yang tampak lebih lezat dibanding sebatang H!@#$%y.

Sesaat setelah tersadar dari lamunanku, aku menoleh kepada Feni yang seharusnya lebih kaget dariku. Namun, perkiraanku salah. Feni yang masih duduk di sampingku justru ikut menanggalkan pakaiannya dan menunjukkan pakaian dalam yang serupa warnanya dengan yang digunakan Lala. Namun, lingerie-nya tidak se-ekstrem milik Lala karena masih menutupi payudaranya yang mungil dan vaginanya. Tubuhnya terlihat lebih putih dari wajah, lengan, dan kakinya.

Apakah aku sedang berada di surga?

“Hari ini aku diajak Lala buat nemenin Kakak. Karena katanya Kakak ulang tahun. Kebetulan hobi aku sama Lala sama hihihi. Sama-sama suka nyenengin diri sendiri”

“Serius, Fen? La, ini beneran? Aku ga di-prank?”

Lala mendekat ke arahku dan memberikan sebuah pil bertuliskan C!@#$s.

“Aku udah siapin semuanya buat muasin kamu malam ini. Minum ini dulu, tadi kita makan 2 jam lalu kan, pas kalo sekarang. Yang kedua, kamu ga perlu pake kondom. Kita berdua lagi ga subur. Kamu hoki banget”

“Ini kan obat kuat. Gamau ah, aku belum pernah minum ginian. Lagian, olahraga aku rajin kok ga perlu minum ini pasti kuat. Sekarang aku udah percaya sama siklus kamu, La hehehe.”

“Kalo aku aja sih iya, tapi Kak Mpen lebih kuat dari aku loh hehehe” kata Lala sambil tersenyum kecil ke arah Feni.

“Ikutin aja apa kata Lala, Kak hihihi”

“Tapi…tapi….Fen..”

“Iya, ini yang tau kita bertiga aja. Kak Gaby sama Kak Frieska ga akan tau. Kakak tenang aja. Birthday boy harus rileks” Feni kembali menenangkanku.

Feni mendekat dan entah sejak kapan ia sudah memegang sekotak susu kemasan di tangannya. Ia menusuk susu kotak tersebut dengan sedotan dan meneguk isinya namun tidak langsung menelannya.

Di sebelahnya Lala membuka kemasan pil obat kuat tersebut dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

288767207676bed80bfa3690da9b7dd58945ac4d.jpg


“La, itu bukannya buat cowok? Kok kamu yang….”

Lala melangkah dengan cepat ke arahku dan melahap bibirku. Dengan perlahan ia masukkan lidahnya untuk membuka mulutku. Lalu ia miringkan kepalanya untuk memasukkan pil dari mulutnya ke dalam mulutku. Setelah pil tersebut berpindah lokasi, ia luruskan kembali kepalanya hingga kepalaku mengikuti iramanya tanpa sempat menelan pil dalam mulutku. Lala pun melepaskan ciuman basah sesaat kami.

Kemudian giliran Feni yang mehampiriku dan melumat bibirku. Terasa usahanya untuknya memasukkan susu coklat yang telah berdiam dalam mulutnya. Kurasakan lidahnya masuk ke dalam mulutku dan memutar pil beserta susu dan liur kami. Putaran lidahnya seperti ingin melelehkan pil tersebut dengan rendaman susu coklat. Apakah pil ini akan larut lebih cepat dengan campuran liurku, Lala, dan Feni? Ciuman kami berakhir ketika ia melepaskan mulut dan lidahnya dari mulutku sambil menjulurkan lidahnya yang masih basah dengan susu coklat.

“Gimana rasanya Kak? Kalau diberikan coklat dengan bibir?” Lala bertanya dengan raut seperti sedang menjadi penguji siding skripsiku.

“Rasanya kayak coklat yang manis bercamput pahit, La. Hahaha”

“Iya dong. Kan yang bikin pahit obat kuatnya tuh, Kak” sahut Feni sembari membersihkan sisa susu coklat di mulutnya dengan telapak tangannya. Kemudian, ia jilat dan hisap sambil menatap nakal ke arahku. Gadis yang sedari tadi menunjukkan pesona positifnya kali ini mengeluarkan sisi dewasanya.

28876719ad75f283d8bc6c9d09a9864d9619d269.jpg


Aku pun menelan obat kuat dalam larutan susu coklat dan liur tiga orang dengan sekali teguk. Bibirku ini siap mencium dan membuat dua gadis ini memperdengarkan suara desahnya.

Ketika aku mencoba meraih Lala yang posisinya paling dekat denganku, ia menolak tanganku seakan tidak ingin mendekatiku.

“Sabar iih. Biar meresap dulu obatnya. Kamu nontonin kita dulu aja”

Lala merengkuh Feni dalam pelukannya. Bibir mereka berdua bertemu dan aku hanya bisa menikmati ciuman yang mengacuhkanku. Dapat kulihat perlahan-lahan mereka meningkatkan intensitas ciuman mereka dengan memasukkan lidah mereka dalam pergumulan penuh birahi itu. Tangan mereka juga tidak tinggal diam. Dua tangan Lala sudah aktif dari awal menggenggam bokong Feni. Bongkahan pantat tak berdaging yang terbalut celana dalam berwarna coklat itu membuatku iri pada Lala yang terlihat sangat antusias menikmati setiap jengkal dari pantat Feni. Feni pun juga tak mau kalah dengan meraba payudara favoritku. Pengalaman Bersama Gaby dan Frieska membuatku tidak perlu kaget lagi melihat member JKT48 terlibat dalam lesbian sex seperti sekarang.

Posisi Feni yang mendorong Lala ke arah tempat tidur membuat Lala kehilangan keseimbangan ketika kakinya menyentuh pinggir kasur. Lututnya seketika tak bertenaga ketika ia mendudukkan badannya dan berbaring di atas tempat tidur. Feni kemudian melepaskan bibirnya dari bibir Lala dan berganti menciumi leher lalu terus terus turun ke payudara Lala. Ia gerakkan lidahnya di tengah buah dada Lala seperti ingin mengukir sesuatu di tengah dada Lala dengan lidah merahnya. Sesekali matanya menengok ke arah Lala yang sudah mabuk oleh libidonya sendiri.

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..sssshhhh”

Suara desahan sudah memenuhi kamar ini. Lala tampak menikmati foreplay Feni di tubuhnya. Kulihat tangan kanannya bergerak menuju vaginanya. Namun, Feni yang menyadari hal itu menghentikan tangan Lala dengan tangannya sendiri seperti merampas keinginan Lala untuk melaju cepat hingga ke puncak kenikmatannya. Feni mengatur tempo permainan mereka. Aku hanya bisa membayangkan bila itu aku yang menerima cumbuan Feni di tubuhku.

Penisku sudah mengeras dan berdiri tegak menemaniku mengamati pergumulan hebat dua gadis cantik di atas tempat tidur. Kami sudah tidak sabar untuk ikut serta. Aku sama sekali tidak menyentuh penisku karena ingin memperpanjang momen keperkasaanku. Waktu pun terasa berlalu begitu lama jika aku hanya menonton saja. Ketika aku mulai berdiri dari sofa tempat ku duduk, Feni yang menyadarinya memberiku kode bahwa belum saatnya aku berpartisipasi di sini.

“Tunggu 15 menit lagi Kak, efek obatnya agak lama. Biasanya kalo udah kerasa Kakak bakal dapet feeling kalo adek Kakak ga bakal lemes hihihi”

Kelengahan Feni dimanfaatkan Lala untuk menyerang balik lawan cumbuannya. Sekarang Lala yang memegang tempo dan berada di atas Feni. Lala menyerang payudara Feni yang masih dibalut dalam bra dan menguji kesabaranku untuk melihat bentuk buah dada mungilnya di balik warna coklat itu. Tangan kiri Lala seperti memijit perut Feni dari atas ke bawah. Feni yang sudah merasakan kenikmatan mengeluarkan desahan yang tidak kalah menggairahkan dari Lala. Desahannya terdengar lebih melengking dari Lala. Lala seperti terganggu dengan lengkingan Feni saat ia masukkan jemari tangan kanannya ke dalam mulut Feni. Feni menghisap jari-jari pendek itu seperti sedang menghisap P!@#$y namun tidak dapat dipatahkan dengan dikunyah.

Menjelang setengah jam, aku merasakan perubahan di libido dan penisku. Jika sebelumnya penisku masih dapat melemas ketika ada jeda dalam permainan mereka, sekarang ia tampak sudah memasuki era keperkasaannya. Aku telah siap memasukin medan perang.

Kudekati mereka yang sama sekali tidak menghiraukan orang sekitar dan tampak bebas melakukan apapun berdua. Mungkin adanya orang yang memperhatikan mereka justru membuat mereka jadi semakin berani.

Posisi mereka masih belum berubah dari sebelumnya di mana Lala berada di atas dan Feni berada di bawah.

“Kita udah boleh ikutan belom? Kasian nih berduaan doang di pojok ga bisa ngapa-ngapain” kataku sedikit merajuk.

“Kacian dari tadi nonton doang. Sini sama kita ya dedek. Kamu abis abang minum obat kok jadi lebih gede dari biasanya” Lala berkata sambil mengangkap penisku dengan tangan kirinya.

Karena posisi kepala mereka sudah berada di ujung tempat tidur, mereka mendapatkan kemudahan untuk meraih penisku dengan leluasa. Lala yang sudah hafal dengan penisku kembali memasukkannya ke dalam mulutnya. Ia melepaskan tumpuannya di kasur dan membiarkan tubuhnya menimpa tubuh kecil Feni. Kedua tangannya kini dipakai untuk mengimbangi oralnya pada penisku. Sesekali ia menghentikan pergerakan mulutnya untuk melakukan deep throat andalannya. Dapat kurasakan permukaan kerongkongannya di ujung penisku.

Apakah yang membedakan pengalaman kali ini dengan sebelumnya? Tentu saja karena ada partisipan baru di aktivitas seksual kami. Feni yang tidur terlentang di bawah mengemut kedua buah zakarku dengan sesekali memberikan pijatan dengan lidahnya. Kadang ia memberikan gigitan untuk menarik kulit penisku dalam variasi cumbuannya. Manfaat pertama dari obat kuat sudah terasa karena aku belum merasa puas dengan perlakuan ini.

“Kalian berdua memeknya udah basah kan? Dan pastinya udah ga sabar karena belum ada yang masuk ke dalemnya dari tadi” kataku sambil mengelus kepala kedua gadis ini. Mereka menatapku dan memberikan tatapan anak anjing yang dijanjikan makanan oleh majikannya.

Ketika Lala melepaskan penis bermandikan liur dari mulutnya, Feni juga melepaskan kulumannya di bawah. Lala berpindah posisi dan menarik tanganku untuk memposisikan tubuhku di atas Feni. Feni melebarkan kakinya dan Lala menarik celana dalam Feni sampai terlepas penuh dari kakinya. Aku pun menekuk kakiku dan menggesekkan penisku di permukaan vagina Feni yang benar sudah basah.

“Kakak?” kata Feni di sela nafasnya yang sudah berat.

“Iya, Fen?”

Please fuck me so hard” katanya dengan tatapan tajam yang baru kali ini kuterima darinya.

28876718e702202b59249d93560cedd56ff0f788.jpg


Kutancapkan penisku masuk ke dalam vaginanya yang tentu sudah tidak memiliki selaput dara lagi. Memang benar katanya kalau hobinya sama dengan Lala. Melihat caranya bermain dengan Lala, ia pasti sudah sangat professional dalam berhubungan seks baik dengan lawan ataupun sesama jenis. Vaginanya terasa lebih lebar dari ukuran normal yang biasa penisku jelajahi. Namun, sensasi jepitannya masih membuat penisku bergelora mengebor menuju dinding rahimnya.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Sssssh. Uuuuh”

Akhirnya suara lengkingan Feni merupakan akibat dari perbuatanku. Hal yang sudah kunantikan sejak tadi ketika aku hanya bisa mendengar tanpa merasakan. Lala duduk sejajar denganku sambil memperhatikan kami. Tampaknya ia memberikanku kesempatan untukku menggenjot Feni sepenuh hati.

“AAAAAAAHHHHH, enak bangetttt sih titit Kakak….Ssssshh….Euuuhh”

“Memek kamu juga enak banget, Fen. Grip-nya itu loh. Haaaah”

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..” eluh Feni sambil melihat ke atas langit-langit kamar.

Kegemasanku pada buah dada Feni kutuntaskan dengan melepaskan bra yang menutupi payudaranya. Sekarang, dapat kulihat sepasang payudara mungil yang sudah mengeras dengan puting yang mencuat. Kutundukkan badanku untuk meremas keduanya lalu melumat bibir Feni. Terus kulanjutkan genjotanku di vaginanya sambil berciuman dan beradu lidah dengannya.

Setelah beberapa lama, kurasakan kedutan dalam vaginanya yang menjepit penisku. Feni langsung memeluk tubuhku dan mencengkeram punggungku dengan kuku panjangnya. Ia akan orgasme sebentar lagi pikirku.

“Errrrrgghhhhhhhhaaaaahhh”

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Kurasakan cairan vaginanya menyemprot penisku yang masih perkasa menggali mencari harta karun kenikmatan.

“Enak banget Kak. Ga nyesel aku nurutin ajakan Lala. Gantian ya, aku istirahat dulu” kata Feni sambil mengecup singkat bibirku.

Kulepaskan penisku dari vaginanya. Memang benar penisku sudah basah dengan cairan ejakulasinya. Lala yang berada di sampingku tidak memberiku waktu istirahat dan langsung membalikkan badanku ke arahnya untuk menciumku. Ia berusaha memasukkan lidahnya dengan paksa ke dalam mulutku. Aku yang telah diatur oleh temponya menuruti gerakan tubuhnya yang membuatku telentang di atas tempat tidur. Tanganku tidak mau diam dan melepaskan tali lingerie atasnya yang lebih mudah dilepaskan dibanding pakaian dalamnya yang lain.

Selepas kubuka bra-nya, Lala merubah posisinya untuk naik ke atasku. Tak lupa ia lepaskan celana dalamnya dan melemparkannya ke wajahku. Kugigit celana dalam yang ia lemparkan dan kuletakkan di samping bantal dengan mulutk. Lala pun memasukkan penisku ke dalam vaginanya dan menggerakkan tubuhnya naik turun dalam posisi Woman on Top.

“Gantian ya sekarang aku yang gerak”

Gerakan naik turunnya dimulai dengan perlahan hingga ia naikkan intensitasnya begitu ia sudah menemukan tempo yang sesuai. Desahannya dan desahanku membuat nada indah yang pastinya membuat pendengar terangsang mendengarnya.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Yeeeeehss…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

28876716a4ad378e44a15cfb7cf814b9d5cda3fb.jpg


My God, ganti memek kayak gini beda rasa nano-nano ya La?” candaku untuk menggoda Lala.

“Iyaaaaah…….kontol kamu jadi beda rasa abis kena cairan Kak Feni.

Lala menghentikan genjotannya dan bangun mengangkat vaginanya dari penisku. Aku yang bingung tidak sempat bertanya karena dalam satu detik berikutnya ia memutar badannya dan kembali memasukkan tititku dalam vaginanya dengan punggungnya yang menjadi pemandanganku.

“Ooooouuh”

POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…”

Lala semakin intens naik turun di penisku. Perubahan sikapnya pasti karena libidonya sudah terlanjur memuncak dalam persenggamaan ini.

“Aku mau keluar Kak…..Oohhhhh………….Kamu bantu dorong please”

“Siap Kak Lala sayangku!!”

Kutegakkan badanku merapat ke tubuhnya dan meremas payudaranya dari belakang. Peganganku pada payudaranya kupakai sebagai tumpuan mendorong pinggulku untuk mengikuri irama gerakan Lala yang juga semakin bertenaga dengan dorongan tanganku.

288767156427c95b35461face1aad063244e18c2.jpg


PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..Gilaaaa….Ya Tuhaaannn. Aku keluar. AAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH”””

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Sesaat sebelum ia mengeluarkan cairan ejakulasinya, ia lepaskan penisku yang menancap di vaginanya dan ia langsung squirt menghadap ke bagian bawah tubuhku. Squirt Lala ternyata deras mengalir dan menyemprot mengenai perut dan penisku. Namun, ada pula sedikit cairan yang sampai ke wajahku.

“Kak Lala mau squirt kok dilepas sih?” tanyaku dengan nada sedikit kesal.

Lala membalikkan tubuhnya telentang di atas kasur. Ia menatapku sembari mengatur napasnya setelah orgasme.

“Kan kamu ulang tahun, sebenernya hadiah beneran dari aku yang barusan hihihihi”

“Hadiah ya?”

Kujilat cairan orgasmenya yang ada diwajahku dengan dibantu oleh tanganku. Sementara cairan di bawah tidak berniat kubersihkan.

Feni kemudian kembali membawa dua buah botol air mineral dan menyerahkannya kepadaku dan Lala.

“Nih, buat kalian”

“Makasih Fen. Kamu udahan? Aku belum selesai nih. Kalian sih nyuruh aku minum obat” rengekku dalam senyuman kecut.

“Jangan sediiiih, tukutukutuk” Feni duduk kembali di tempat tidur dan mengelus kepalaku. “Sini emut dulu biar ga ngambek”

Feni memeluk kepalaku. Dibenamkannya kepalaku di kedua buah dada mungilnya. Mataku yang dicolok oleh dua putingnya langsung kututup. Kugerakkan lidahku di dada Feni dan kugerakkan naik turun menyusuri dada hingga ke perutnya. Lidahku memutar di sekitar pusarnya searah putaran jarum jam selama beberapa kali dan sesekali kumasukkan lidahku dalam pusarnya. Tak lupa kuremas payudaranya untuk menambah rangsangan pada tubuhnya. Payudaranya yang kecil serasa mencuat dalam genggaman tanganku ketika libidonya naik.

Sudah puas dengan perutnya, kuturunkan jilatanku ke vaginanya. Ingin kubasahi lagi vaginanya sebelum lanjut ke permainan selanjutnya. Labia mayoranya yang sudah mengeras kurangsang dengan hisapan-hisapan kecil sebelum kutusuk klitorisnya dengan ujung lidahku. Feni kembali mengeluarkan lengkingan desahannya sambil duduk bertumpu pada kedua tangannya.

“Huuffft…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

Basah yang kurasakan di permukaan vaginanya merupakan sinyal positif kalau ia sudah bisa kujelajahi kembali. Tubuhnya pun berkali-kali menggelinjang menerima rangsangan dariku.

“Ayo Kak, masukin lagi please” rengek Feni.

“Oke, Fen. Embrace your vagina yaaa”

Feni kembali tidur telentang di atas kasur. Karena posisinya kali ini dekat dengan tepi kasur. Kuangkat kedua kakinya dan kuletakkan di atas bahu kiriku dengan topangan dari tanganku. Kutekuk kaki kiriku di atas kasur dan kuletakkan kaki kananku di lantai sebagai tumpuan. Berada dalam posisi nyaman, langsung kugenjot vaginanya dengan dua tumpuan.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Kaakkk……cepetiiiinnnnn….pleaseeeeee…..akuhhh…..oooooooooh……akuuuuuuhhhhh……terussssss……aahhhhhh……OH…..MY…..GOODDDD…………..AAAAHHH….AAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH”

Terus kunaikkan tempo genjotanku di vaginanya karena posisi sekarang memudahkanku untuk mengeluarkan semua tenagaku. Penisku yang sampai sekarang belum kehilangan tajinya terus meronta di dalam vagina Feni mengais-ngais dinding rahimnya. Desahan Feni semakin lama seperti akan memekakkan telingaku.

“Ga seru nih kalo ganti-gantian terus” celetuk Lala yang sudah duduk dari sebelumnya merebahkan badannya.

“Sini La, kasian memek kamu dianggurin”

Lala yang berada berlawanan denganku dan Feni merangkah ke arahku setelah kupanggil.

“Fen, ganti gaya yuk”

“Hayuk atuh, Kakak mau gimana?” ternyata Feni memiliki logat Sunda yang baru sekarang ia keluarkan.

“WOT Fen, hehe. Tapi sekarang kalian berdua yang ada di atas aku. Kamu yang genjot kontolku ya Fen”

“Kakak udah jago banget sih, sering threesome ya Kak?” tanya Feni.

“Engga, aku inget dari film bokep aja hahaha”

Kucabut penisku dari dalam vagina Feni dan kurebahkan tubuhku. Feni pun bangkit dari posisinya dan menancapkan kembali penisku dalam vaginanya. Lalu dilanjutkannya dengan menggoyangkan vaginanya seperti mengebor penisku.

Lala seperti mengerti jalan pikiranku tanpa kuberikan arahan. Ia melangkahi kepalaku dan duduk di atasnya menggunakan kedua dengkulnya sebagai tumpuan. Posisi vaginanya berada tepat di atas kepalaku. Kemudian kujilati vaginanya yang menggantung di atas wajahku, aku tertawa dalamhati karena ini seperti sedang lomba makan kerupuk. Posisi klitorisnya yang sudah kuhafalkan di luar kepala begitu mudah kutemukan dengan lidahku. Kulihat dari bawah Lala menyorongkan tubuhnya ke depan dan mencium Feni. Feni yang fokusnya terbagi antara bergoyang di atas penisku dan mengimbangi ciuman Lala menurunkan intensitas goyangannya. Tidak mau berhenti, giliranku untuk menggerakkan pinggulku dari bawah dan menggenjot vagina Feni dari bawah. Tidak kusangka kami akan threesome berbarengan seperti saat ini.

“Emmmmmphhhmmpphhh”

Suarah desahan mereka terdengar bersahutan dalam lendir ciuman mereka yang terasa basah hanya dari suara. Rangsangan suara yang kuterima memberikan semangat lebih untuk menggenjot Feni.

POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

Setelah beberapa lama, Feni kembali mencapai orgasmenya ketika ia melepaskan ciumannya dari Lala dan mengeluh kencang.

“Errrrrgghhhhhhhhaaaaahhh. Aku mau keluar lagi Kaaaaaakkk” teriak Feni dengan bekas liur yang masih mengalir dari bibirnya.

“Ayo Fen. Kamu cepetin juga dari atas”

Feni pun kembali fokus untuk mengayunkan pinggulnya. Pertemuan gerakan kami menambah intensitas bercinta kami hingga ia kembali melengking dengan keras.

“Yes…..Yess….Yessssss……AAHHHHHHHHH”

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Tubuh Feni menegang dalam posisi tegak dan ia kembali berejakulasi saat penisku masih berada dalam vaginanya. Sesaat setelah ia kehabisan tenaga dan cairan, ia lepaskan vaginanya dan ambruk ke belakang.

“Lanjut ya La” pintaku pada Lala.

Doggy yuk Kak, di sofa”

“Lesgo”

Sekarang kami berada di sofa panjang. Lala naik ke atas sofa tersebut dan memposisikan tubuhnya seperti anjing meletakkan kaki depannya di kursi sofa. Sementara aku berdiri dengan lututku di sofa itu.

“Jangan keras-keras Kak, nanti sofanya rusak”

“Ini sofa mahal La, tenang”

JLEB!!

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..”

Tentunya dengan buah dada Lala yang lebih besar. Tidak mungkin kubiarkan doggy style ini tanpa meremas payudara favoritku. Dadanya memang sudah basah dengan keringat sehingga memudahkanku meraba-raba dan sedikit mencubit putingnya. Ia tidak mengacuhkan cubitanku dan hanya terus meracau dibalik libidonya.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Huuffft…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh. Kakaakkk…masihhhh……kuaaaatttt?” tanya Lala dalam racauan.

“Udah mau keluar juga akunyah nih…..Uuuuuhhh…Ayo La, kita kencengin lagi”

PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!

“Hhhhhhhhhhhhhh..hhhhhhh.hhhhhhhh”

“AAAAAAHHHHHH”

Teriakan Lala menandakan orgasmenya. Jepitan tangannya di sofa senada dengan jepitan vaginanya di penisku.

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Sekarang Lala yang ambruk ke sofa. Menyisakan diriku yang penisku yang belum juga orgasme.

“Kamu masih belum mau keluar?” tanya Lala yang terlihat sangat lelah.

“Dikit lagi sih ini. Ayo dong bantuin” karena sudah sangat tanggung apabila aku harus menyelesaikannya menggunakan tanganku sendiri.

“Aku ikut bantuin Kak” teriak Feni yang sudah bergerak dari atas kasur dan sekarang berlutut di samping sofa. Lala pun turut mengikutinya.

Mengerti akan dibawa kemana penisku, langsung kuarahkan penisku ke wajah mereka. Feni yang sudah mendapatkan kembali sebagian tenaganya langsung melahap penisku. Mulutnya memang terasa lebih kecil dari Lala sehingga ia kesulitan memainkan penisku di dalamnya. Ia membantu hisapannya dengan kedua tangannya. Setelah beberapa hisapan, ia berhenti untuk melakukan deep throat yang masih menyisakan pangkal penisku di luar mulutnya.

288767247979834aef594d9bfb88f488f8e920c4.jpg


Setelah kelelahan menghisap penisku berulang-ulang. Ia keluarkan penisku yang berlumuran liur dengan terbatuk-batuk. Ia tampak sudah berada di ujung staminanya. Lala terlihat masih belum mendapatkan tenaganya kembali dan menatap penisku dengan rona muak terpancar dari matanya.

Tidak seperti Feni yang menggunakan mulutnya, Lala menggunakan kedua buah dadanya untuk menjepit penisku dan menggeseknya naik turun terus berulang-ulang. Setelah beberapa lama, tenaganya semakin berkurang dengan gesekan yang semakin pelan. Ia pun menambahkan gerakannya dengan mengemut ujung penisku dan menggelitik lubang kencingku dengan lidahnya. Untung saja usahanya berhasil mendorong libidoku ke puncak kenikmatan.

“I’m coming, girls. Keluarin kemana nih?” aku justru panik di ujung orgasmeku.

Lala melepaskan mulut dan payudaranya dari penisku dan menutup matanya. Feni yang tadinya menunduk kembali menegakkan badannya dan selain menutup matanya, membuka mulutnya.

Kuarahkan penisku ke wajah mereka dan kusemprotkan lahar panas pucat ke wajah dua gadis yang baru saja memberikan kado ulang tahun terindah yang pernah kuterima.

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

Wajah mereka penuh dengan spermaku. Feni menutup mulutnya dan mengelap sisa sperma dengan tangannya. Kemudian memasukkan semua cairan itu ke dalam mulutnya. Ia pun bersandar di kaki sofa.

“Jadi gimana?” tanyaku pada mereka yng masih kehabisan napas.

“Racun yang Kakak berikan terasa lezat Kak” jawab Feni terpotong-potong.

“Heee, emang itu racun? Harusnya jangan sampai kau pejamkan mata tau” jawabku menggodanya.

“Hihihi, wajah panik mu begitu menggemaskan, Kak” Feni tertawa.

Di sampingnya, Lala hanya diam mengatur napasnya. Ia kemudian menatapku dengan tatapan serius.

“Enggak lagi deh aku kasih kamu obat kuat”
 
Waduh akhirx ada yg bkin cerita feni lagi...
Gas lah klo ada feni hehehe

Nunggu update hu...
 
Makasih updatenya, suhu
sama sama hu, semoga suka
kak lala keteteran karena obat
efek samping dari obat kalau tidak pakai resep dokter adalah keteteran di ranjang :semangat:
Finally, makasih suhu
sama sama hu, semoga suka
Tinggalin jejak dulu ya suhu..
siap hu, semoga senang
dua orang? mana cukup wkekwkwk
melihat performa kk domba, jelas ga cukup hu cuman dua orang ;)
Lesgo creampie mpen
salah satu impian hu :cim:
Waduh akhirx ada yg bkin cerita feni lagi...
Gas lah klo ada feni hehehe

Nunggu update hu...
iya hu, teteh mpen lagi mantep2nya :cif:
yah brielle dan lala masuk restrukturisasi hadeh-_-
xoxad hu, bikin ane g semangat nulis :kretek:
Sundul dulu deh
terima kasih sudah menunggu hu
baru tau ada yg bikin cerita feni lagi
semoga suka hu :semangat:
 
Mohon maaf updatenya lama suhu susu sekalian, karena kondisi dunia peridolan ibu kota yang sedang gelap-gelapnya mengganggu semangat penulis buat lanjut. Terima kasih buat yang sudah menunggu, karena bentar lagi akan update next part. Lagi tunggu review DombaDombaCrispy1.

Sedikit trivia karena FoF akan tamat dalam 4 Act lagi. Mohon dukungannya sampe hari kelulusan tiba :Peace:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd