Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Four out of Five [Update Act 15]

Status
Please reply by conversation.
asiik kalala lg hehe

yampun kalala lagi nii aaaaa

Tralala asekkk

Nah kalala mau minta jatah nih :pandajahat:

ugh kalala aja

Empuknya kalala :pandajahat:

YES LALA DATENG LAGI

mohon bersabar suhu2 yg nungguin klllv cumback :D

Gak dapet Gaby, dapet Lala :marah:

kalo belum rejekinya di yg satu, dapet rejeki di tempat laen hu :nenen:

Mantab update nya hu.. 👍

makasih hu :beer:

nge camp dlu deh

semoga cocok hu :semangat:

besok up jam brp nih hu?

masih menunggu klllv...

karena penulisannya yg lama, malam ini baru masuk editor hu, ditunggu ya :Peace:

karena klllv ada di ujung penantian :adek:
 
Act 8: No Safety Attached

Kulihat waktu menunjukkan pukul 10.08 pagi di jam tanganku. Aku telah sampai di depan kost Lala dengan kondisi bersih dan rapi sesuai orang sehabis mandi. Sebenarnya apa juga gunanya aku mandi bila setelah ini akan kotor lagi. Pikiranku sudah melayang jauh.

Kukirimkan pesan untuknya supaya ia tahu kalau aku sudah sampai.

“Tunggu Kak, aku keluar sebentar”

Tidak sampai lima menit, Lala sudah membuka pintu depan lalu menuju ke pintu gerbang.

“Nungguin ya?”

“Engga kok, kamu cepet amat sampe bawah dari lantai 3. Lari ya?”

“Geer ih, tadi aku lagi di bawah makanya bisa langsung cepet keluar. Yuk, Kak masuk, jangan lama-lama diluar nanti masuk angin” katanya mengajakku bergegas masuk ke dalam gerbang.

Penampilannya benar-benar terlihat seperti orang yang baru bangun tidur. Dengan dibalut piyama biru, dan tanpa make-up sama sekali. Berbeda jauh dengan penampilanku yang sudah siap untuk jalan-jalan.

28614944228e280d8f1a99270117cb2ae60c9e29.jpg


“Kamu ga kerja La, hari Minggu gini?” tanyaku ketika kami sudah sampai di depan pintu kamarnya.

“Iya, nanti aku ada show teater Jekeiti jam 4, paling 2 jam sebelum itu udah wajib di sana” ia menjawab sekenanya. Ketika aku masuk ke dalam kamarnya, Lala langsung menutup kamarnya dengan terburu-buru.

“Kakak udah siap?”

“Sia…siap..apa dulu nih?” pertanyannya membuatku ragu dengan apa yang dimaksudnya.

“Gemes deh, kalo kamu kayak orang bingung gitu” katanya sambil mendekat ke arahku. Kenapa dia sudah memanggilku dengan panggilan kamu?

Ia menarik tanganku dan menuntunku ke tempat tidur tanpa basa-basi.

“Inget ya Kak, aku lagi ga subur jadi Kakak bebas mau perlakuin aku kayak gimana pun. Makanya aku ajak Kakak ketemuan sesuai perjanjian kita sebelumnya”

“Ga pake disuguhin minum dulu gitu, La?” candaku untuk menutupi kekikukan karena merasa ini berlangsung begitu cepat.

Lala ternyata tidak sependapat denganku. Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Kemudian menghirup aroma tubuhku.

“Harum, pasti udah mandi demi ketemu aku”

Sebelum aku dapat membalas perkataannya, ia mencium bibirku dengan lembut. Aku pun membalas ciumannya. Ternyata, meskipun penampilannya seperti bangun tidur, rasa dan aroma nafasnya tidak serupa dengan orang yang baru bangun tidur. Jelas ia sudah sempat bersih-bersih diri.

Aku melanjutkan ciuman kami sambil mendorongnya untuk tidur terlentang di bawahku. Kupindahkan ciumanku dari bibir ke dagunya, lalu menyusuri area lehernya. Ketika sampai di bagian atas dadanya, kuganti ciumanku dengan jilatan pada tulang belikatnya. Mengerti dengan permainanku, Lala kemudian melepas kancing piyamanya satu persatu saat aku masih mencumbu leher dan dadanya dengan mulut dan lidahku.

Setelah selesai membuka semua kancingnya. Ia berniat membuka piyamanya untuk menunjukkan tubuhnya namun terdengar suara yang menyerupai petir di siang bolong dan mengagetkan kami.

TOK!!!TOK!!!TOK!!!

“Kak Lala. Brielle nih”

Lala kaget setengah mati karena ia langsung mendorongku dan segera memasang kembali kancing piyamanya dengan terburu-buru.

“Kok ada Brielle, La?”

“Iya, Kak, aku juga kaget. Dia ga ada bilang sebelumnya kalau mau ke kosan aku. Duh gimana ya ngomongnya biar dia ga curiga. Apa aku tahan biar dia ga usah masuk ya. Tapi kalo dia maksa? Kakak bisa ngumpet di bawah kasur? Atau di dalem kamar mandi?”

“Tenang La. Biar natural, kita ga usah bohong yang terlalu aneh. Kan dia juga udah kenal aku. Bilang aja aku kesini ngambil barang aku yang ketinggalan abis nganter kamu. Ah, charger aku yang kemaren beneran ketinggalan. Dia pasti tau dong aku nganterin kamu. Dan ada Frieska Gaby juga kan saksinya. Yang penting kamu act natural aja. Apus dulu tuh keringatnya. Mau aku jilat?”

“Eeeeh Kakak mah aku lagi panik jangan dibecandain dongg…aaahhh”

“Hehe, iya iya. Udah kamu bukain pintu sana si Brielle. Oiya aku jangan duduk di kasur nanti dia mikir yang engga-engga. Meski dia ga salah sih”

Lala mencubitku. Lalu ia berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu. Aku mengikutinya di belakang kemudian berbelok di samping meja makan dan berdiri di sana.

Kenapa kami sial sekali harus diganggu seperti sekarang. Padahal aku sudah sangat menantikan bisa melihat dan menikmati payudaranya lagi yang tadi sudah ada di depan mataku. Tinggal kubuka saja piyamanya yang tidak berkancing. Dasar Brielle. Kalau aku tidak kenal dengannya mungkin aku sudah sangat marah dengannya. Apalah dikata aku berurusan dengan anak kecil yang belum pantas dipanggil gadis.



“Brielle, kok ke sini ga bilang-bilang?”

“Iya, Kak. Tadi aku niatnya mau ke FX dianterin Papa Mama, tapi ternyata adekku perlu di anterin ke Kelapa Gadin#. Jadi aku minta dianter dulu aja ke kosan Kak Lala supaya nanti kita berangkat bareng. HP aku ternyata ga ada sinyal padahal udah Lin$ Kak Lala”

“Kamu mah gitu, kalo aku ga ada di kosan gimana tadi?”

“Tapi ternyata ada kan? Biyel mah tau Kak Lala ada di mana. Aku aus nih Kak”

“Ya udah sini masuk, tapi aku lagi ada tamu. Kamu masih inget kan?”

Brielle langsung menengok ke arahku ketika masuk ke dalam kost Lala.

“Ooh Kakak, ngapain di sini? Jangan-jangan…”

Brielle memandang kami berdua sambil menunjuk kami bergantian.

“Jangan mikir aneh-aneh. Aku mau ngambil charger yg kebawa sama Lala pas terakhir aku anter dia”

“Ooooh kirain kalian pacaran. Aku turut seneng kok kalo Kak Lala punya pacar padahal”

“Enggaa iih Biyel. Ini juga baru ketemu lagi sejak aku dianterin. Aku juga baru aja nemu charger yang ketinggalan ini”

“Ketinggalan apa kebawa Kak, kok kalian beda ceritanya?”

Kutarik perkataanku tadi. Ternyata meski masih tergolong anak kecil, pikirannya jauh juga. Apa jawaban Lala dengan pertanyaannya ini?

“Kebawa, maksud aku. Kamu masih kecil pikirannya udah kemana-mana. Udah ah, aku mandi dulu biar kita bisa berangkat. Kakak tadi udah diambil kan charger-nya?” Lala mengalihkan pembicaraannya kepadaku.

Good job, La. Tidak salah kamu jadi idola.

“Oh, iya, udah. Ini udah aku kantongin. Kalian ke FX naik apa?” tanyaku sambil meraba kantong celanaku yang sebenarnya kosong.

“Taksi online paling Kak” jawab Lala dengan raut wajah waswas menunggu kalimatku selanjutnya.

“Bareng aku aja. Aku sekalian mau ke arah sana”

”Yeeeeiii…asiiiik. Boleh ya Kak Lala. Biar kita sekalian hemat jajan”

“Kok nanya bolehnya ke aku sih Biyel? Kakak gapapa kita tebengin?” tanya Lala sambil tersenyum seakan puas dengan jawabanku. Sayang sekali kalau aku sampai kehilangan kesempatan berdua lagi dengan Lala.

“Gapapa. Aku tunggu di luar ya”

“Di sini aja kak, temenin Biyel nunggu Kak Lala mandinya lama”

“Jangan genit-genit ih Biyel, masih kecil juga” jawab Lala ketus.

“Jangan cemburu gitu dong Kak, kan kalian ga pacaran?”

“Udah, aku mandi. Kakak ati-ati sama Brielle dia genit” Lala berlalu menuju kamar mandi setelah mengambil handuknya tergantung di kursi.

Aku pun menghabiskan waktu menunggu Lala mandi dengan mengobrol dengan Brielle. Bila kami sedang mengobrol berdua seperti sekarang, barulah terasa kalau ia memang masih anak kecil. Untuk dua orang yang baru bertemu, ia tidak menggunakannya untuk basa-basi dengan menanyakan tentang diriku, melainkan lebih banyak menceritakan tentang dirinya sendiri. Tipikal anak kecil yang kehidupannya masih terpusat di dirinya sendiri. Namun, ia beberapa kali terlihat seperti berusaha merayuku. Aku yang merasa tidak nyaman hanya berpura-pura tidak menyadarinya atau hanya tertawa kecil. Mungkin daya tarik anak kecilnya ini yang ia pakai untuk memikat fans. Frieska pernah bercerita kalau setiap member JKT48 memiliki daya tariknya masing-masing.

“Iya, jadi aku suka kucing tapi ga dibolehin pelihara sama keluarga aku Kak. Kak Lala juga sama, dia seneng kucing tapi ga dibolehin miara di kosannya. Padahal di Lampung dia punya kucing”

“Oh, aku punya banyak kucing tuh di rumah. Keluargaku seneng kucing emang”

“Iiih enak banget sih. Mau tuker keluarga aja ga kak? Atau aku jadi adik Kakak ya?”

“Ada-ada aja kamu. Terus kalian biasanya main sama kucing orang ato kucing liar?”

“Nah, aku sama Kak Lala miara kucing bareng Kak. Cuman dititipin ke temennya Kak Lala yang tinggal di Jakarta. Kita suka nengokin bareng”

“Oh, kasian juga ya kalian”

Pintu kamar mandi terbuka dan Lala keluar. Ia juga sudah berganti pakaian untuk keluar rumah. Lala terlihat cantik dengan atasan hitam yang diturunkan sehingga membuat bahunya terbuka dengan rok putih. Ia menyelipkan rambut sisi bagian kirinya di balik telinganya



“Eee cie cie, anting barunya udah dipake nih” teriak Brielle.

“Iyah, tindikan barunya sekarang mulai ga sakit lagi. Makanya aku udah berani pake” jawab Lala sambil memegang telinga kirinya yang tidak tertutup rambut dan ada anting tambahan di daun telinganya.

“Kak Lala cantik kan Kak?” tanya Brielle kali ini kepadaku.

“Iiiii….iyaa…cantik…Kalala” jawabku tersendat-sendat karena kaget dengan pertanyaan Brielle.

Lala tersenyum. Namun, ia menundukkan kepalanya ke bawah. Ia tampak malu.

“Tuuu orangnya malu Kakak bilang cantik. Dipanggil Kak Lala lagi. Kakak juga jawabnya malu-malu, naksir ya, sama Kak Lala?” serangan beruntun dari Brielle.

Aku menarik nafas sebelum menjawab untuk mencoba tenang.

“Cantik lah, Kalala kan idola” jawabanku sudah kembali normal.

“Kalo aku cantik juga dong, kan sama idola kayak Kak Lala?”

“Kamu, anak kecil. Masih bau bedak bayi” jawabku menggoda Brielle.

Brielle cemberut. Lala tertawa. Aku pun ikut tertawa. Kami akhirnya berangkat menuju FX Sudirman setelah semua persiapan selesai. Lala duduk sampingku dan Brielle duduk di belakang. Memang adanya Brielle di antara aku dan Lala membuat pembicaraan kami menjadi lebih hidup. Mungkin kami terlihat seperti sepasang kekasih yang salah satunya memiliki adik kecil yang tidak henti-hentinya bicara saat dibawa pacaran.

Kami pun sampai di FX Sudirman. Lala meminta supaya mereka diturunkan di pintu masuk P1 dan tidak di lobi. Aku pun menurutinya.

“Makasih ya Kak, kapan-kapan kalo main ke kosan Kak Lala ajak aku” kata Brielle girang lalu menutup pintu mobil dengan cepat.

Aku pun menatap Lala yang masih ada di sampingku.

“Aku tunggu di kosan aku abis teater ya Kak” kata Lala cepat.

“Aku jemput aja La. Nanti kabarin kamu selesai jam berapa, aku tunggu di parkiran P4 ya. Paling bawah. Sama nanti kalo ditanya Gaby or Frieska jujur aja ya. Kayak alibi kita ke Brielle. Nanti aku bilang ke Gaby aja palingan. Kalo kalian jawabannya beda aku takut ada yang curiga”

“Okee, Kak”

Lala pun turun dari mobil. Aku memang sedang chat dengan Gaby. Lebih baik kuceritakan padanya setelah aku pergi dulu dari FX dan menunggu Lala di tempat lain.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kondisi parkiran P4 yang sangat panas didukung oleh posisinya sebagai lantai parkir paling bawah di FX Sudirman membuatku merasa pengap meski AC mobil tetap menyala. Aku juga tidak ingin Lala merasa tidak nyaman ketika masuk ke dalam mobil.

Aku sudah siap menunggu Lala selesai kegiatan setelah mendapat pesan darinya. Frieska sempat mengirimku pesan untuk mengajakku menjemputnya dan Gaby supaya kami dapat keluar bersama setelah tahu aku baru mengantar Lala dan Brielle. Namun, aku berhasil menolaknya dengan alibi ingin langsung pulang karena urusan kantor. If only they knew

Bila memandang diagonal ke arah kanan, aku bisa melihat sisi belakang dari cubicle eskalator, posisi ini memudahkanku untuk memantau bila ada orang yang membuka pintu keluar eskalator. Dadaku berdebar-debar menunggu Lala membuka pintu tersebut. Karena kedatangan Brielle tadi pagi yang membuat permainan kami terhenti di tengah-tengah, aku sudah tidak sabar untuk melanjutkannya lagi sebab ini telah kunantikan selama hampir dua bulan.

Sudah hampir 20 menit namun Lala tidak kunjung muncul dari pintu tersebut. Aku pun meraih HP-ku untuk mencoba menghubunginya.

DUG DUG DUG!!

Terdengar suara kaca mobil dipukul dari sisi sebelah kiri yang mengagetkanku.

Aku pun menengok ke arah sumber suara dan melihat Lala. Kubuka kunci mobil untuk membiarkannya masuk.

“SIAPA KAMU? NGAKU GA!!” teriakku mengagetkannya yang berniat masuk untuk duduk di kursi depan.

“Ih, kaget aku Kak. Kenapa sih histeris gitu?”

“Aku ga liat kamu keluar dari pintu eskalator terus tiba-tiba muncul di sini. KAMU MAKHLUK HALUS YA!! MANEH TEH SAHA?!!!

“SEMBARANGAN YA MULUTNYA!! Tadi aku lewat lift barang jadi keluarnya dari sana” katanya sambil menunjuk ke arah berlawanan dari pintu eskalator. Letaknya memang juga sejajar dengan posisi parkir mobilku, sehingga wajar bila aku tidak melihatnya berjalan ke sini.

“Oh, maaf ternyata bukan makhluk halus, tapi orangnya memang halus sekali kulitnya” kataku sambil menundukkan kepala seperti memohon maaf.

“Yee, ngelesnya jago ya. Malah jadi gombal. Yaudah ayo Kak, berangkat” Lala sepertinya juga sudah sangat ingin meninggalkan tempat ini. Selesai menutup pintu, ia mengenakan seat belt yang membelah payudaranya. Bajunya yang lumayan ketat menunjukkan kedua bongkahan kenyal yang masih terekam di memoriku, ditambah dengan bahu dan dada bagian atasnya yang terbuka memunculkan sebuah ide di kepalaku.

“Kalala”

“Udah ga ada Brielle, jangan manggil aku gitu” katanya sambil cemberut tanpa melihatku karena ia masih merapikan seat belt-nya. Pipinya menggembung dengan ekspresinya itu.

“Kalala”

“Kenapa sih?” barulah sekarang ia menatapku.



Aku langsung menyambar bibirnya. Kulahap bibirnya dengan perlahan namun kucoba untuk merengkuh semua bagian dari bibir merahnya. Bibirnya terasa lebih tebal dari sebelumnya, mungkin karena sensasi lip stick yang ia pakai dibandingkan dengan ciuman kami sebelumnya. Dibandingkan rasa makanan yang kurasakan dari lip tint-nya dulu, bibirnya kali ini tidak terasa seperti itu. Melainkan memiliki sensasi harum bunga yang menempel di pohon kayu dan semanis susu. Aku pun menarik kepalaku untuk menghentikan ciuman kami.

“Disini aja yuk Kalala”

“Jangan disini Kak, tempat umum. Nanti kalo ada orang yang liat gimana”

“Gapapa mobil aku kacanya gelap semua jadi susah buat keliatan. Lagian posisi parkirnya juga di pojok belakang gini dan cuman ada mobil kita doang di P4 di jam 8 malem pas malem Senen. Ga bakal ada yang kesini lagi lah, parkiran atas udah pada kosong.”

“Tetep aja Kak, aku ga nyaman. Lagian disini juga ga enak, tempatnya sempit. Kita ga bisa puas nikmatinnya” Lala terasa mulai mencari alasan untuk menolakku. Namun, mengapa ia jadi gelisah? Keringat juga mulai muncul di dahinya padahal AC mobil sudah dingin. Kurasa aku punya kesempatan.

“Beneran ga enak?” aku tidak melanjutkan kata-kataku melainkan memasukkan tanganku ke dalam roknya yang berwarna putih pekat untuk meraba-meraba paha kanannya.

“Sssshhh” Lala mulai mengeluarkan desahan.

“Kok malah dilanjutin. Aku serius Kak, nanti kalo kenapa-kenapa kita disini giman..”

Ia tidak melanjutkan kalimatnya karena aku menciumnya lagi. Kali ini kucoba menaikkan intensitas ciumanku dari sebelumnya dengan memasukkan lidahku. Kutunggu beberapa detik dan sinyal positif pun kudapatkan. Lidah Lala ikut bergerak mencari lidahku. Sepertinya rabaan tanganku yang telah pindah dari pahanya dan masuk ke balik celana dalamnya untuk meraih vaginanya membuahkan hasil. Aku tidak memasukkan jari-jariku ke dalam vaginanya melainkan hanya menggesek dan menekan bagian luarnya. Memang benar pengakuannya dulu kalau dia mudah untuk dibuat horny karena begitu aku menyentuk klitorisnya, vaginya mulai basah.

Lidah kami pun bergumul hebat di dalam mulut dan saling berlomba merasakan setiap titik dalam rongga mulut lawan mainnya. Tubuh Lala menggelinjang di kursinya namun seperti sulit bergerak bebas karena tertahan seat belt. Kali ini ia yang mengentikan ciuman kami. Aku pun sontak menghentikan permainan tanganku di vaginanya. Namun, tangannya menahan tanganku.

“Pokoknya kalo kita kenapa-napa semua salah Kakak. Salah Kakak udah bikin aku sange di parkiran. Jangan berhenti sekarang!” ia tampak menyerah dengan birahinya yang sudah berhasil kuledakkan.

“Siap Kalalalaf” kataku sambil meletakkan tanganku membentuk sikap hormat dengan tangan kiriku. Sambil kulepaskan tali seat belt-nya dengan tangan kananku yang sudah keluar dari dalam roknya.

“Kita pindah kebelakang yuk, biar lebih luas”

“Gendooong”

“Udah horny makin manja ya Kalalalaf”

“Salahin yang bikin horny” ledeknya sambil menjulurkan lidahnya. Mata garis favoritku pun muncul kembali.

Aku langsung pindah ke kursi belakang. Setelah duduk di tengah supaya kakiku lebih leluasa untuk digerakkan, kupegang tangan Lala untuk memberinya kode pindah mengikutiku. Aku menuntunnya untuk melompat ke kursi belakang sehingga ia bisa duduk di pangkuanku. Lompatannya sontak membuat bajunya semakin turun dari posisi sebelumnya. Aku melanjutkan niat isengku dengan menggigit bagian depan bajunya dan memegang bagian lengannya lalu menurunkannya secara bersamaan. Kukembalikan kepalaku ke posisi semula dan sekarang payudaranya yang masih terbungkus dengan bra berwarna krem dan tali plastik transparan terpampang jelas di depan mataku.

“Nakal ya gigit-gigit. Nanti kalo baju aku robek gimana”

“Nanti aku beliin lagi buat Kalalalaf yang lebih seksi dari wol buat kamu seorang” kataku sambil mencoba melepas pengait bra-nya yang terletak di punggungnya. Namun, aku tidak berhasil dan malah terlihat kikuk.

“Masih butuh banyak belajar ya kamu” ia meletakkan tangannya ke belakang dan melepas tali bra-nya sendiri, setelah gerah dengan ketidakmampuanku melepasnya. Sambil melepas tali bra-nya, ia juga membetulkan posisi kakinya seperti kebingungan ingin meletakkannya seperti apa. Hingga akhirnya ia berhenti seusai meletakkan kedua lututnya di kursi mobil.

Langsung kubenamkan kepalaku di antara buah dadanya yang telah kurindukan. Dua bola sekal yang sudah mengeras setelah ‘pemanasan’ yang kami lakukan di dalam dinginnya AC mobil. Kucium, kujilat, dan kuhisap buah dada kanannya dengan mulutku. Sementara kuraba dan kutekan buah dada kirinya dan sesekali kucubit putingnya.

“Aaahhh…Uuuuh…Aahhhh…Enakkk…Akuuuhhh…kangennn…..sama…..isepan….kamu…..di…..tetek……akuuuuuuhhhhh”

Lala mendesah sembari mengalungkan kedua tangannya di leherku. Ia juga bergerak maju mundur menggesek-gesekkan vaginanya yang masih dibalut celana dalam ke penisku yang masih terlindung dengan dua lapis kain. Tidak menyesal kupakai celana katun sehingga sensasi gesekannya meresap langsung ke penisku.

Damn, I miss this” teriakku diselingi desahan dan kecupan lendir yang mengecap dengan kulit.

“Yakinnnh….cumannn….kangggen…..di-petting-petting ajaaaaahhh…Oooowwwhh” lenguhnya kemudian sedikit berteriak begitu kugigit puting kanannya yang sebelumnya hanya merasakan permainan tanganku.

“Tentu tidak Ferguso. Kalalaf kan juga kangen nih sama serigala di bawah”

“Iya iya, itu domba di bawah udah kangen diterkam serigala. Masukin aja aku udah ga tahan diisep-isep doang. Langkah kamu terlalu lambat nanti kita keburu digerebek satpam”

“Sabar Kalalalaf” kataku sambil berusaha menurunkan celana katun dan celana dalamku. Kali ini aku lebih pede karena sudah kucukur bulu penisku sehingga supaya terlihat lebih garang dan tidak dibilang kribo oleh Lala seperti sebelumnya. Aku pun sadar ternyata memang sulit berhubungan seks di dalam mobil. Tapi ada kepuasan sendiri yang baru kurasakan.

Lala juga tidak mau kalah dengan menaikkan badannya dan menurunkan celana dalamnya. Lalu meletakkannya sekenanya dengan sebelah kakinya.

“Ini siapa yang gerak Kak, aku baru pertama kali ML di mobil, posisinya bingungin”

“Kita coba kamu yang gerak dulu ya La, nanti kalo kamu capek bilang. Aku bantu dorong pake tangan” kataku sambil memegang pantatnya yang bulat.

“Oke, ini aku masukin…..Ahhhhhhhh…” Lala meringis sambil membuka mulutnya dan menghilangkan hitam di matanya.

“Aduuuuh….kok makin sempit sih La…aisshhhh”

Aku tidak berkata seperti itu hanya untuk menyenangkannya. Memang lubang vaginanya terasa lebih sempit dari sebelumnya kami bercinta. Mungkin karena posisi di dalam mobil yang sempit membuat ruang jelajah penisku dalam vaginanya lebih minimum dari sebelumnya. Yang jelas pengalaman ini punya kenikmatan tersendiri. Ditambah kedutan-kedutan vaginanya yang menambah kenikmatan tiada tara yang sedang dirasakan serigala penisku.

PAK!!!PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!! PAK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..”

“Yes…Kalalalaf….You’re the best……Aaaahhhhh”

“Yeeeeehss…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

Birahi Lala sepertinya sudah mendapatkan ritmenya. Ia begitu bertenaga menaik-turunkan badannya dalam persetubuhan kami. Padahal ia baru saja selesai perform. Memang aku membantunya dengan mendorongnya namun aku yakin lebih banyak tenaga yang ia keluarkan dibanding yang kukeluarkan. Libidoku pun juga sudah naik hingga kami tidak menyadari entah salah satu dari kami yang terlalu semangat atau gabungan dari tenaga kami hingga kami tersentak.

“JEDUK!!!”

Kepala Lala terbentur kap mobil.

“Eh, kamu gapapa, La?” aku kaget menyadari ini karena ia langsung menghentikan gerakannya sambil memegang kepalanya tanpa bersuara.

“Haha…haha.hahahahaha” justru tawa yang keluar dari mulutnya.

“Kok malah ketawa? Karena sakit apa keenakan?”

Sambil menutup mata, ia tunjukkan keningnya. Dengan senyuman lebar memamerkan gigi putihnya.



-----------------------------------------------------30 detik-------------------------------------------------------------------

“Kok sekarang diem, sakit beneran ya?”

“Nungguin kamu. Setidaknya dicium dong yang sakit. Sejak tadi aku udah nungguin kamu”

“Bisa aja nih Kalalaf. Nih dicium biar sakitnya ilang sange-nya balik” kataku sambil mencium keningnya”

“Sekarang mau lebih dari dicium” katanya sambil merengut.

“Yaudah sekarang gantian. Kamu balik badan” Lala menuruti permintaanku tanpa melepaskan vaginanya dari penisku. Geli rasanya merasakan putaran vaginanya saat penisku masih berada di dalamnya.

“Sekarang kamu agak ngebungkuk. Tangan kamu diletakin di atas box itu aja”

“Gini kak?”

Yes, please. Sekarang aku genjot ya”

Yes, please..Ooooouuh”

Kali ini giliranku yang menggenjot. Posisi ini memang memudahkanku untuk menggerakan pinggulku ke depan. Lala hanya perlu menahan posisi duduknya yang seperti melayang namun dibantu dengan box mobil. Untuk menahan posisinya, kembali kuletakkan kedua tanganku di bokongnya yang tak kalah berisi dari buah dadanya sekaligus menjadi pusat torsi genjotan serigalaku menerkam dombanya.

“Gimanahh? Kalalaf.....Uuuhh…mantappph ga?....Terkaman serigala aku…”

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..terkam teruss…..serigalakuuu”

“Aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!! POK!!!

Kurasakan mobilku ikut bergoyang seirama dengan genjotanku. Kalau ada yang melihat dari luar kupikir akan habislah kami. Tapi sebelum itu, harus kuhabiskan sisa tenagaku dengan menyetubuhi Lala hingga titik tusukan penghabisan. Yang kali ini kuyakin masih jauh untuk menuju ke sana. Ternyata olahraga dan diet makanan yang kulakukan dalam 2 bulan semenjak kami berhubungan seks membuahkan hasil. Aku mulai kembali ke top performaku.

Hal yang sama juga kurasakan pada Lala. Sebelumnya ia juga tergolong cepat mengalami orgasme. Namun, kali ini ia juga seperti tidak kehabisan tenaga setelah kugenjot selama ini.

Melihat punggungnya yang sudah sangat basah, syahwatku mengarahkanku membungkukkan badan dah menjilat keringat yang ada di punggungnya. Mambu keringat tidak kurasakan melainkan nikmat terbalut birahi seperti sedang mencicipi hidangan tergurih di dunia. Aku pun memiringkan wajahku dan menggesekkan pipi kiriku seperti membasuh keringat Lala menggunakan pipi. Entah apa yang dirasakan Lala saat ini. Mungkin ia mengira kalau aku sudah lelah, atau justru ia semakin terangsang dengan aksiku di punggungnya. Karena, ia yang sebelumnya hanya menerima sodokanku sambil duduk diam dan mengerang dalam kenikmatan, sekarang menegakkan badannya dan ikut menggenjot dari atas dengan menggerakkan badannya naik turun. Nafsuku yang ikut melesat seperti roket pun tidak menurunkan intensitas genjotanku. Untuk mengimbanginya, kupindahkan kedua tanganku yang tadinya memegang pantatnya menjadi ke kedua buah dadanya guna menjadi sanggahanku untuk mendorongnya dari bawah. Sesekali ia menarik salah satu tanganku dan memasukkannya ke dalam mulutnya untuk menghisapnya. Oh Kalalalaf kenapa di momen seperti ini aku tidak dapat melihat wajahmu yang pastinya berada di puncak sensualitasmu. Hingga akhirnya terbersit ide lain di kepalaku untuk mendapatkan keinginanku.

“Sebentar….hufft…La”

“Kamu udah mau keluar?…hhhh.aaaaauuuh?

“Bukan, aku ga bakal keluar sebelum liat wajah kamu langsung”

“Ooooouhhh…mau gantiihh…posisi?”

“Iya break bentar yah..hahhh…hahhh”

Kami pun menghentikan persenggamaan kami. Lala mengangkat vaginanya dari penisku dan berniat memutar badannya kembali untuk melihat ke arahku.

“Heheh. Kamunya duduk dulu” kutuntun tubuhnya untuk duduk di kursi.

Setelah ia kududukkan, langsung kulompati box tengah mobil dengan kondisi celana dalam dan celana katunku yang masih menggantung di antara dua kakiku. Aku hampir terjatuh karena posisi ini. Langsung kugeser persneling dan kali ini pedal gas yang kugenjot. Lala yang kaget langsung memukul pundakku.

“Loh, kok malah jalan sih?”

“Sabar Kalalalaf, ini cuman mau dimajuin dikit aja. Biar kita ada ruang”

“Ruang buat apa?”

“Kamu bisa ngeloncatin jok tengah buat pindah ke bagasi ga?”

“Mau ngapain sih?” tanya Lala bingung.

“Jawab aku aja. Kalau ga bisa aku bukain pintu, kamu keluar dari pintu mau?”

“Udah setengah telanjang gini disuruh keluar mobil. Engga ah, malu” katanya sambil cemberut lagi.

“Jadi bisa loncat dong?”

“Bisa aja. Emang mau ngapain sih Kak?”

“Loncat dulu aja. Ayok lah La kita masih nanggung nih” aku mulai merengek supaya ia menuruti permintaanku.”

“Yaudah, oke. Ini aku loncat” kata Lala sambil berbalik badan.

Aku yang sudah tidak sabar langsung membuka kunci bagasi dan keluar dari pintu mobil menuju ke belakang garasi karena sudah yakin tidak ada orang di parkiran P4 ini. Sepertinya aku semakin ahli untuk bergerak dalam keadaan dua celanaku masih tergantung karena kali ini aku tidak merasa ingin jatuh seperti sebelumnya.

Sesampainya di belakang, Lala sudah ada di bagasi dalam keadaan bingung.

“Yuk, ikutin aku ya. Kamu coba tiduran telentang terus kakinya dilebarin” aku mencoba menuntunnya juga dengan kedua tanganku.

Lala pun mengikuti permintaanku. Sepertinya ia mulai paham dengan apa yang kuinginkan.

“Nah betul gini La, tapi kamu majuan lagi biar posisinya pas”

“Begini udah pas Kak?”

“Udah, cakep banget ini mah. Kita lanjut, dombaku?”

“Meski tiba-tiba dimangsa, ku tak peduli, serigalaku”

Sekarang aku berada di posisi paling nyaman untuk menggenjot Lala dengan posisi berdiri. Sebelum memasukkan penisku, kuludahi vaginanya, lalu kujilat untuk meratakan liurku di sekujur vaginanya.

“Kebanyakan nonton film porno ih”

“Kalo tau berarti kamu juga kebanyakan nonton”

JLEP!!!

Kumasukkan penisku sepenuhnya ke dalam vaginanya. Memang benar sensasi kesempitannya tidak seperti saat kami di dalam mobil. Namun, aku masih bisa merasakan dinding rahimnya di ujung penisku dan kedutan dinding vaginanya yang tidak seintens sebelumnya. Adalah pilihan yang tepat untuk memulai kembali.

PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!PLAK!!!

“Aahhhhh..ahhhhhh….ahhhhhh……..aaaaaaahhh..oouuuhhh…..”

“Huuffft…..aaaaahhhhh……uuuuhhh….aahhhhhhh.aahhhhh.aaaahhhhh…aahhh”

Sulit untuk membedakan suara desahan kami berdua. Ditambah dengan suara bertemunya kulit kami yang lebih kencang dari sebelumnya karena posisiku yang sudah sangat nyaman dan bertenaga. Sembari menggenjot Lala, kutarik bajunya yang sudah sangat melorot sampai ujung pinggangnya. Lalu mulai kupijat tubuh bagian depan Lala dengan mendorong lembut kedua telapak tanganku mulai dari bawah perutnya sampai berhenti di payudaranya. Tak lupa kuberi sedikit cubitan di putingnya secara bergantian. Aku tak dapat merasakan perbedaan perlakuanku pada wajahnya. Karena dari awal aku menggenjotnya, wajahnya sudah tak karuan dengan desahannya yang semakin terdengar seperti racauan. Sesekali matanya hanya menunjukkan warna putih yang kuharap menandakan kalau bukan aku saja yang merasakan kenikmatan ini. Tapi juga dirinya yang mulai menggigit bibir bawahnya. Barulah aku mengingat alasan merubah posisi bercinta kami. Kembali kumasukkan jari telunjukku ke dalam mulutnya yang dibalasnya dengan menghisap jari telunjuk kananku. Ia pun kembali fokus kepadaku dengan tatapan sensual dari kedua mata besarnya sambil memberikan jari telunjuk tangannya ke arahku. Aku pun ikut menghisap jarinya. Suara desahan kami berdua hilang seketika hingga hanya suara dentuman tubuh kami dan suara hisapan berlendir seperti bayi yang sedang menyedot empengnya.

Kurasakan desir darah dari penisku bergerak cepat ke kepalaku menandakan kalau aku sudah ada di ujung titik tusukan penghabisan. Vagina Lala pun sudah berkedut sangat hebat menambah rangsangannya di penisku.

“Akuhhh..mau keluar….La”

“Aku jugaaaaa Kaakkk……cepetiiiinnnnn….pleaseeeeee…..akuhhh…..oooooooooh……akuuuuuuhhhhh……terussssss……aahhhhhh……dikit lagihhhhhh…………..AAAAHHH….AAAaaaaaaaaaaaaaaaaaaaAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHH”

That’s when in occurred to me. This is my best sex experience. No safety attached.

“Errrrrgghhhhhhhhaaaaahhh”

-----CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!! CROT!!!---

“Hhhhhhhhhhhhhh..hhhhhhh.hhhhhhhh”

“Hh….hhhh.hhhhh”

Sisa nafas kami bergemuruh di se-antero parkiran P4.

La, that was my….”

Kuhentikan kalimatku ketika kudengar suara mesin mobil dan bunyi ban yang bergesekan dengan aspal.

Quick La, masuk ke ke dalam trus pake pakean kamu” kataku cepat sambil menarik penisku keluar dari dalam vaginanya. Sisa percampuran cairan orgasme kami pun tersebar karena ini.

Wajah Lala yang kaget karena perubahan sikapku merupakan ekspresi terakhirnya yang kulihat sebelum aku mundur dan menutup pintu bagasi. Dengan bergegas aku menarik celana dalamku dan celana katunku. Sembari berusaha membersihkan keringat di wajah, leher, dan lenganku. Kuintip ke arah pintu masuk mobil dan memang benar sebuah mobil Toyot@ Rus# berjalan masuk menuju parkiran P4 dan menuju ke arah mobilku parkir. Kubersihkan sisa sperma dan cairan ejakulasi Lala yang tersebar di lantai dan body mobil dengan menggunakan telapak tangan atau menginjaknya dengan kakiku.

Ternyata benar ketakutanku, Rus% itu parkir tepat di sebelah mobilku. Padahal parkiran P4 begitu luas tapi mobil ini justru memilih parkir disini. Setelah yakin bahwa sekitar mobil sudah bersih, aku pun menunggu penumpang mobil ini selesai keluar supaya aku lebih nyaman untuk masuk mobilku.

Kulihat seorang wanita yang terlihat sebaya denganku keluar dari pintu penumpang depan dan mengamati kaca mobilku. Ia lalu melihat ke arahku dan tersenyum. Aku pun membalas senyumnya. Ia kemudian berjalan ke depan mobil dan melihat lagi ke dalam mobilku melalui kaca depan. Kemudian dari arah sisi pengendara mobil seorang pria yang tidak terlihat berbeda umur dengan wanita itu menghampirinya. Wanita itu memegang tangan pria itu lalu berbisik kepadanya. Tawa kecil terdengar ditutupi sayup-sayup P4 yang sepi ini. Sepertinya mereka telah menebak apa yang sudah terjadi.

Setelah mereka menjauhiku, aku pun masuk ke dalam mobil. Kulihat Lala sudah rapi berpakaian meski tubuhnya masih basah dengan keringat dan wajahnya tampak kelelahan. Ia duduk dengan memojokkan badannya ke kiri jok tengah seperti berusaha menutup badannya dengan kursi depan. Kuurungkan niatku untuk bercerita padanya tentang dua orang yang kulihat tadi. Aku yakin aku tidak mengenal mereka dan pastinya mereka juga tidak mengenal Lala.

“Aman, Kak?” tanya Lala cemas.

“Aman, yuk kita berangkat”

“Hufft, kaget aku tadi kamu tiba-tiba panik”

“Maaf ya, La. Buat kamu kaget”

“Gapapa Kak. By the way, aku sebenernya kepikiran dari awal kita ML. Kok Kakak ga pengen pake kondom kayak sebelumnya? Kayaknya Kakak waspada banget tentang gituan”

“Aku percaya kamu La. Lagian bener kata kamu, ga enak di akunya. Kan aku ga ML sama jablay lagi?”

“Oooh, terus aku apa dong?” tanya Lala sambil menunggu jawabanku dengan tatapan serius.

“Kamu, my partner in sex, and also to emong Brielle, hahaha”

“Ihh apa sih bawa-bawa Brielle”

“Hahaha, jangan cemburu sama anak kecil. Udah yuk, kita jalan. Tapi sebelum nganter kamu pulang, makan dulu ya. Laper nih, abis nguras tenaga”

“Langsung kosan aku aja Kak, terus kita order makanan”

“Di luar aja La. Biar sekalian cari udara seger”

“Biar bisa langsung ronde dua”

“EEEEHHH, ronde dua????!!!”

“Apa yang terjadi padamu serigalaku, pengecut sekali!...”

 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd